BAB VIII ASPEK PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL - DOCRPIJM 1480655336Bab VIII Aspek Lingkungan Sosial

  untuk meminimalkan pengaruh negative pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.

  Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan e. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan. Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL. Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

BAB VIII ASPEK PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL RPI2-JM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan dan sosial

8.1 Analisis Perlindungan Lingkungan (KLHS, Amdal, UKL-UPL dan SPPLH)

  LH)”

  7. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.

  a. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:

  6. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.

  5. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

  4. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.

  3. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

  2. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

  b. Pemerintah Provinsi 1. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

  10. Menetapkan standar pelayanan minimal.

  9. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.

  8. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

  6. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.

  b. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

  5. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.

  Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

  3. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

  2. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

  a. Pemerintah Pusat 1. Menetapkan kebijakan nasional.

  “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPP

  d. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis:

  “Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tamping lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”

  c. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

  “Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip- prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”

  4. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

  7. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

  2

  2. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

  3. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

  4. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

  5. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

  c. Pemerintah Kabupaten 1. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

  4. Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam

  Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati 3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan,

  1. Perubahan Iklim 2.

  4

  3

  NO Kriteria Penapisan

  Penilaian Uraian Pertimbangan* Kesimpulan: (Signifikan/Tidak)

  1

8.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

  Tabel 10. 1. Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya

Tabel 8.2 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

  d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu:

   Kapasitas > 500 ton/hari

   luas landfill, atau  Kapasitas Total semua kapasitas/besaran c. Pembangunan transfer station:

  b. TPA di daerah pasang surut:

   Luas Kawasan TPA atau  Kapasitas Total ≥ 10 Ha ≥ 100 Ha

  a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem Control landfill/sanitary landfill:

  3 A Persampahan

  2

  1

  No Skala Kegiatan Skala Besaran

  3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:

  Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPI2-JM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut. Tahap 1 dilakukan dengan penapisan (screening) dengan menyusun tabel 8.1.

  2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL

  1. Proyek wajib AMDAL

  Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:

  8.1.2 Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH

  Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Berdasarkan proses penapisan di atas, teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan.

  7. Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia

  6. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat

  Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

  KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:

  a. RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

  b. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2-JM adalah karena RPI2- JM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negative terhadap lingkungan hidup

  5. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,

   Kapasitas

  b. Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan pemukiman  Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha

Tabel 8.3 Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya Persampahan

  a. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan system controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang:  Luas kawasan, atau < 10 Ha  Kapasitas total < 10.000 ton

  b. TPA daerah pasang surut  Luas landfill, atau < 5 Ha  Kapasitas total < 5.000 ton

  c. Pembangunan Transfer Station  Kapasitas < 1.000 ton/hari

  d. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu  Kapasitas < 500 ton

  e. Pembangunan Incenerator  Kapasitas < 500 ton/hari

  f. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos  Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha

  Air Limbah Domestik/Permukiman

  a. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang  Luas < 2 ha  Atau kapasitas < 11 m 3 /hari b. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah

   Luas < 3 ha  Atau bahan organik < 2,4 ton/hari

  c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/off-site sanitation system) diperkotaan/permukiman  Luas < 500 ha  Atau debit air limbah < 16.000 m 3 /hari

  Drainase Permukaan Perkotaan

  a. Pembangunan saluran primer dan sekunder  Panjang < 5 km

  Air Minum

  Sumber: Permen LH 5/2012

  a. Pembangunan jaringan distribusi:  luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha

  b. Pembangunan jaringan pipa transmisi  Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <10 km  Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km  Pedesaan, Panjang : -

  c. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit)  Sungai danau : 50 lps s.d. < 250 lps  Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps  Debit : > 50 lps s.d. < 100 lps

  e. Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan:  Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara

  SPAM : 2,5 lps - < 50 lps  Kegiatan komersil: 1,0 lps - < 50 lps

  Pembangunan Gedung

  a. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah: 1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

  Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL b. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi prasarana dan atau sarana umum:

  1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam tabel 8.3

  > 10 km

  > 500 ton/hari

  d. keperluan settlement transmigrasi > 2.000 ha

  e. Pengolahan dengan insinerator:

   Kapasitas

  Semua Kapasitas

  f. Composting Plant:

   Kapasitas > 500 ton/hari

  g. Transportasi sampah dengan kereta api:

   Kapasitas

  > 500 ton/hari

  B

  Pembangunan Perumahan/Permukiman

  a. Kota metropolitan luas > 25 ha

  b. Kota besar luas > 50 ha

  c. Kota sedang dan kecil luas > 100 ha

  C

  b. Pembangunan jaringan transmisi  panjang

  Air Limbah Domestik

  a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang:

   Luas, atau

   Kapasitasnya > 2 ha > 11 m 3 /hari

  b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk fasilitas penunjangnya:  Luas, atau  Kapasitasnya > 3 ha > 2,4 ton/hari

  c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:

   Luas layanan, atau

   Debit air limbah > 500 ha > 16.000 m 3 /hari

  D Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) di permukiman

  a. Kota besar/metropolitan, panjang: > 5 km

  b. Kota sedang, panjang: > 10 km

  Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan

  a. Pembangunan jaringan distribusi

   Luas layanan > 500 ha

  3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL

  Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL tetapi wajib dilengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan

  c. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air: Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).

  1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian,

Tabel 8.4 Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada Program Cipta

  perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000

  Karya

  m2 s.d. 10.000 m2 2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid

  No. Komponen Kegiatan Lokasi Amdal UKL/UPL SPPLH

  termasuk mushola, bangunan gereja termasuk

  1

  2

  3

  4

  5

  6 kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan Pengembangan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2 Permukiman

  3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan 1). gedung pelayanan pendidikan, pelayanan 2). kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan

  Dst bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  Penataan Bangunan 4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi dan Lingkungan pertahanan dan keamanan dan bangunan 1). sejenis yang ditetapkan oleh menteri

  Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal Dst maka wajib dilengkapi UKL dan UPL Pengembangan Air

  Pengembangan kawasan permukiman baru

  a. Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat minum berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, 1). TNI/POLRI, buruh/pekerja;  Jumlah hunian: < 500 unit rumah; 2).

   Luas kawasan: < 10 ha Pengembangan

  b. Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai Penyehatan Lingkungan pusat kegiatan sosial ekonomi local pedesaan (Kota Permukiman

  Terpadu Mandiri eks transmigrasi, fasilitas pelintas 1) batas PPLB di perbatasan); 2)

   Jumlah hunian: < 500 unit rumah;  Luas kawasan: < 10 ha

  c. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap Bangun)

  8.2 Analisis Perlindungan Sosial

   Jumlah hunian: < 500 unit rumah;  Luas kawasan: < 10 ha

  Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya

  Peningkatan Kualitas Permukiman

  a. Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca

  need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan

  penduduk; pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur

   Luas kawasan: < 10 ha

  b. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil;  Luas kawasan: < 10 ha isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan

  c. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP) sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian

   Luas kawasan: < 10 ha

  Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat

  kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urban renewal), disertai pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya dengan pemindahan penduduk, dan dapat dikombinasikan dengan penyediaan bangunan rumah tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi susun

   Luas kawasan: < 5 ha masyarakat sekitarnya.

  Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008

  Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya

  11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

  adalah:  Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.

  10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

  9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

  8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.

  7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.

  6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.

  5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

  4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.

  3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.

  2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.

  1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

  Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015, serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden. Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:

  A. Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Kemiskinan

  Tugas dan wewenang pemerintah kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya

  memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:

  Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi serta kewenangan masing-masing.

  5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

  Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.

  4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan

   Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.

   Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.

  3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

  Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.

  2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:

   Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.

   Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan social juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.

  1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

  • Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.
  • Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.
  • Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

  12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.

  Program / Kegiatan:… Tahun:….

  1. Konsultasi masyarakat Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.

  Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.

  B. Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Tabel 8.6 Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya bagi Pengarusutamaan Gender di Kota/Kabupaten No. Program /Kegiatan Lokasi Tahun Bentuk Keterlibatan/ Akses Tingkat Partisipasi Perempuan (jumlah) Kontrol Pangambilan Keputusan oleh Perempuan Manfaat Permasalahan yang Perlu Diantisipasi di Masa Datang

  Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya.

  Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS),

  Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur

  Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan,

  2 Pengarusutamaan Gender

  Bentuk Penanganan: ….

  Mata Pencaharian secara umum: … Kondisi lingkungan: … Kondisi hunian umum: … Status kepemilikan hunian secara umum:…

  13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.

  1 Kawasan … Kelurahan Kecamatan Jmlh Pddk, Jmlh KK

  7

  6

  5

  4

  3

  2

  1

Tabel 8.5 Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kabupaten Luwu No Lokasi Jumlah Penduduk Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan Yang Dilakukan Kebutuhan Penanganan

  14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.

  2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.

  3. Permukiman kembali penduduk (resettlement) Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.

C. Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.