2.1 KONSEP PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM DITJEN CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1504157057BAB 2 ARAHAN PERENC PEMB BIDANG CK

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

  2.1 KONSEP PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM DITJEN CIPTA KARYA

  Konsep perencanaan dan pelaksanaan program Ditjen Cipta Karya mengacu pada amanat penataan ruang yaitu UU No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, RTRW Nasional, RTR Pulau, serta RTRW Provinsi/Kab/Kota. Kemudian amanat pembangunan nasional mengacu pada RPJPN 2005-2025, RPJMN 2010-2014, MP3EI, MP3KI, KEK, dan Direktif Presiden. Sedangkan amanat pembangunan bidang Pekerjaan Umum (PU) atau Cipta Karya mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan & Kawasan Permukiman, UU No. 20/2011 tentang Rumah Susun, UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung, UU No. 18/2008 ttg Pengelolaan Persampahan, UU No.7/2004 tetang Sumber Daya Alam (SDA), PP No. 16/2005 tentang Pengembangan Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM), PP 81/2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis, PP36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Bangunan Gedung (BG), dan Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum (PU) dan Penataan Ruang.

  2.2 AMANAT PEMBANGUNAN NASIONAL TERKAIT BIDANG CIPTA KARYA

2.2.1 RPJP NASIONAL 2005-2025 (UU NO. 17 TAHUN 2007)

  Dalam UU no. 17 tahun 2007 dijelaskan bahwa RPJP Nasional digunakan sebagai pedoman dalam menyusun RPJM Nasional. Pentahapan rencana pembangunan nasional disusun dalam masing-masing periode RPJM Nasional sesuai dengan visi, misi, dan program Presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat. RPJM Nasional memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program kementerian/lembaga dan lintas kementerian/lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dankerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasionala disusun sebagai penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintah Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dalam bentuk visi, misi dan arah pembanguna nasional.

  Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025 merupakan kelanjutan dari pembangunan sebelumnya untukmencapai tujuan pembangunan sebagaimana diamanatkan dalamPembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945. Untuk itu, dalam 20 tahun mendatang, sangat penting danmendesak bagi bangsa Indonesia untuk melakukan penataan kembaliberbagai langkah-langkah, antara lain di bidang pengelolaan sumberdaya alam, sumber daya manusia, lingkungan hidup dankelembagaannya sehingga bangsa Indonesia dapat mengejarketertinggalan dan mempunyai posisi yang sejajar serta daya saing yang kuat di dalam pergaulan masyarakat Internasional.

  Rencana pembangunan jangka panjang nasional diwujudkan dalam visi, misi dan arah pembangunan nasional yang mencerminkan cita- cita kolektif yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia serta strategi untuk mencapainya. Visi merupakan penjabaran cita-

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

  cita berbangsa sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu terciptanya masyarakat yang terlindungi, sejahtera dan cerdas serta berkeadilan. Bila visi telah terumuskan, maka juga perlu dinyatakan secara tegas misi, yaitu upaya-upaya ideal untuk mencapai visi tersebut. Misi ini dijabarkan ke dalam arah kebijakan dan strategi pembangunan jangka panjang nasional.

  2.2.2 RPJM NASIONAL 2010-2014 (PERPRES NO. 05 TAHUN 2010)

  Dalam Perpres No. 5 tahun 2010 menyebutkan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 -2014, yang selanjutnya disebut RPJM Nasional, adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.

  RPJM Nasional memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RPJM Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai:

  a. Pedoman bagi kementerian/lembaga dalam menyusun rencana strategis kementerian/lembaga; b. Bahan penyusunan dan perbaikan rpjm daerah dengan memperhatikan tugas pemerintah daerah dalam mencapai sasaran nasional yang termuat dalam rpjm nasional; c. Pedoman Pemerintah dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah.

  2.2.3 MP3EI (PERPRES NO. 32 TAHUN 2011)

  Dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan untuk melengkapi dokumen perencanaan guna meningkatkan daya saing perekonomian nasional yang lebih solid, diperlukan adanya suatu masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia yang memiliki arah yang jelas, strategi yang tepat, fokus dan terukur. MP3EI berfungsi sebagai:

  a. Acuan bagi menteri dan pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian untuk menetapkan kebijakan sektoral dalam rangka pelaksanaan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia di bidang tugas masing- masing, yang dituangkan dalam dokumen rencana strategis masing-masing kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian sebagai bagian dari dokumen perencanaan pembangunan; dan b. Acuan untuk penyusunan kebijakan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota terkait.

  Koordinasi pelaksanaan MP3EI dilakukan oleh Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, yang selanjutnya disebut KP3EI. KP3EI mempunyai tugas: a. Melakukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan MP3EI;

  b. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan MP3EI; dan

  c. Menetapkan langkah-langkah dan kebijakan dalam rangka penyelesaian permasalahan dan hambatan pelaksanaan MP3EI.

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

  2.2.4 MP3KI

  Sesungguhnya MP3KI adalah affirmative action, sehingga pembangunan ekonomi yang terwujud tidak hanya Pro-growth, tetapi juga Pro-Poor, Pro-job dan Pro-environment; termasuk penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat miskin. Tujuan dari MP3KI yaitu mempercepat upaya pengurangan kemiskinan dan menghindarkan dan mengurangi kesenjangan pendapatan antar penduduk. Pemerintah telah meyakini bahwa ketidakseimbangan niscaya menciptakan ketidakadilan, kesenjangan, ketidakstabilan dan meluasnya ketidaksejahteraan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut selain mengusik, juga mengganggu tidur nyenyak. Sehingga, membuat pemerintah merasa perlu untuk melengkapi master plan pertumbuhan ekonomi dengan master plan pengurangan kemiskinan agar dunia seimbang (equilibrium). Master plan tersebut diberi nama Master Plan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan (MP3KI), yang berniat memeratakan pertumbuhan ekonomi agar mengeliminir kesenjangan.

  Substansi yang melatarbelakangi perluasan pengurangan kemiskinan melalui MP3KI dapat dirangkum dalam 9 alasan, yaitu: a. Pertumbuhan penduduk yang besar (bisa jadi potensi, bisa juga jadi tantangan)

  b. Lahan usaha petani dan nelayan makin terbatas

  c. Peluang dan pengembangan usaha si miskin amat terbatas

  d. Urbanisasi memperparah kemiskinan perkotaan (slum and squatter)

  e. Rendahnya kualitas SDM usia muda

  f. Rendahnya penyerapan kerja sector industry

  g. Masih banyak daerah terisolir dengan akses pelayanan dasar yang rendah

  h. Belum tersedianya jaminan sosial yang komprehensif i. Masih terjadi marjinalisasi penduduk miskin, cacat, illegal, berpenyakit kronis dsb 9 alasan yang melatarbelakangi tersebut, merupakan tantangan pengurangan warga miskin yang masih hebat. Sebagian dari 9 alasan tersebut ada yang kontradiktif dan membatasi tujuan perluasan pertumbuhan ekonomi dalam MP3EI. Dengan kata lain, peningkatan pertumbuhan ekonomi yang mengedepankan eksploitasi dan pengembangan 22 kegiatan ekonomi akan dihadapkan pada lahan usaha petani, nelayan dan si miskin yang makin terbatas.

  2.2.5 KEK (UU NO. 39 TAHUN 2009)

  Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.

  KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional. KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona: a. Pengolahan ekspor;

  b. Logistik;

  c. Industri;

  d. Pengembangan teknologi;

  e. Pariwisata;

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

  f. Energi; dan/atau g. Ekonomi lain. Usulan pembentukan dilengkapi persyaratan paling sedikit:

  a. Peta lokasi pengembangan serta luas area yang diusulkan yang terpisah dari permukiman penduduk; b. Rencana tata ruang kek yang diusulkan dilengkapi dengan peraturan zonasi;

  c. Rencana dan sumber pembiayaan;

  d. Analisis mengenai dampak lingkungan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; e. Hasil studi kelayakan ekonomi dan finansial; dan f. Jangka waktu suatu KEK dan rencana strategis.

  Berdasarkan penetapan usulan, pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota menetapkan Badan Usaha untuk membangun KEK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penetapan usulan dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dalam hal lokasi KEK berada pada lintas kabupaten/kota dan pemerintah kabupaten/kota dalam hal lokasi KEK berada pada satu kabupaten/kota. Di KEK dibentuk Lembaga Kerja Sama Tripartit Khusus oleh gubernur yang mempunyai tugas: a. Melakukan komunikasi dan konsultasi mengenai berbagai masalah ketenagakerjaan; b. Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan timbulnya permasalahan ketenagakerjaan; dan c. Memberikan saran dan pertimbangan mengenai langkah penyelesaian permasalahan.

2.2.6 DIREKTIF PRESIDEN (INPRES NO. 3 TAHUN 2010)

  b. Keadilan untuk semua (justice for all);

  c. Pencapaian tujuan pembanguna millennium (Millennium Development Goal- MDGs). Dalam rangka pelaksanaan program-program sebagai mana dimaksud yaitu :

  Pada Inpres No. 3 tahun 2010 dijelaskan bahwa Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan yang berkeadilan sebagaimana termuat dalam lampiran instruksi peresiden ini yang melipuyi program: a. Pro rakyat;

  a. Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga;

  b. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat; c. Program penanggulangan keiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro kecil.

  2. Untuk program keadilan untuk semua, memfokuskan pada:

  a. Program keadilan bagi anak;

  b. Program keadilan bagi perempuan;

  c. Program keadilan dibidang ketenagakerjaan ;

  d. Program keadilan dibidang bantuan hokum;

  e. Program keadilan dibidang reformasi hokum dan peradilan;

  1. Untuk program pro rakyat, memfokuskan pada:

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019 f. Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan.

  3. Untuk program pencapaian tujuan pembangunan millennium, memfokuskan pada: a. Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan;

  b. Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua;

  c. Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;

  d. Program penurunan angka kematian anak;

  e. Program kesehatan ibu;

  f. Program pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya;

  g. Program penjamin kelestarian lingkungan hidup;

  h. Program pendukung percepatan pencapaian tujuan pembangunan milenium.

2.3 AMANAT PERATURAN PERUNDANGAN PEMBANGUNAN TERKAIT BIDANG PU/CK

2.3.1 UU NO. 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

  a. Kesejahteraan;

  c. Kenasionalan;

  d. Keefisienan dan kemanfaatan;

  e. Keterjangkauan dan kemudahan;

  f. Kemandirian dan kebersamaan;

  g. Kemitraan;

  h. Keserasian dan keseimbangan; i. Keterpaduan; j. Kesehatan; k. Kelestarian dan keberlanjutan; dan l. Keselamatan, keamanan, ketertiban, dan keteraturan.

  Perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan untuk:

  a. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman; b. Mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama bagi mbr; c. Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan;

  Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat. Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakandengan berasaskan:

  b. Keadilan dan pemerataan;

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

  d. Memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan dan kawasan permukiman; e. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya; dan

  f. Menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan. Pembinaan yang dilakukan pemerintah dalam penyelenggaraan kawasan perumahan dan pemukiman yaitu meliputi perencanaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan. Penyelenggaraan rumah dan perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Pembangunan perumahan dilakukan dengan mengembangkan teknologi dan rancang bangun yang ramah lingkungan serta mengembangkan industri bahan bangunan yang mengutamakan pemanfaatan sumber daya dalam negeri dan kearifan lokal yang aman bagi kesehatan.

  Penyelenggaraan kawasan permukiman dilakukan untuk mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang. Penyelenggaraan permukiman bertujuan untuk memenuhi hak warga negara atas tempat tinggal yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur serta menjamin kepastian bermukim. Penyelenggaraan kawasan permukiman sebagaimana mencakup lingkungan hunian dan tempat kegiatan pendukung perikehidupan dan penghidupan di perkotaan dan di perdesaan. Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh guna meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni dilakukan untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru serta untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman. Pencegahan dan peningkatan kualitas dilaksanakan berdasarkan pada prinsip kepastian bermukim yang menjamin hak setiap warga negara untuk menempati, menikmati, dan/atau memiliki tempat tinggal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan wajib dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau setiap orang.

2.3.2 UU NO. 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

  Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung merupakan wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Bangunan gedung diselenggarakan berlandaskan asas : 1) Asas Kemanfaatan

  Dipergunakan sebagai landasan agar bangunan gedung dapat diwujudkan dan diselenggarakan sesuai fungsi yang ditetapkan, serta sebagai wadah kegiatan manusia yang memenuhi nilai-nilai kemanusian yang berkeadilan, termasuk aspek kepatutan dan kepantasan. 2) Asas Keselamatan

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

  Dipergunakan sebagai landasan agar bangunan gedung memenuhi persyaratan bangunan gedung, yaitu persyaratan keandalan teknis untuk menjamin keselamatan pemilik dan pengguna bangunan gedung, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya, di samping persyaratan yang bersifat administratif. 3) Asas Keseimbangan

  Dipergunakan sebagai landasan agar keberadaan bangunan gedung berkelanjutan tidak menganggu keseimbangan ekosistem dan lingkungan di sekitar bangunan gedung. 4) Asas Keserasian

  Dipergunakan sebagai landasan agar penyelenggaraan bangunan gedung dapat mewujudkan keserasian dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungan disekitarnya. Pengaturan bangunan gedung memiliki tiga tujuan yaitu :

  a. Mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya; b. Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin keandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan; c. Mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung.

  Fungsi bangunan gedung harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota. Fungsi dari bangunan gedung tersebut meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha, sosial dan budaya, serta fungsi khusus.

  a) Fungsi Hunian Bangunan gedung fungsi hunian meliputi bangunan untuk rumah tinggal tunggal, rumah tinggal deret, rumah susun, dan rumah tinggal sementara.

  b) Fungsi Keagamaan Bangunan gedung fungsi keagamaan berupa tempat untuk ibadah yaitu masjid, gereja, pura, wihara, dan kelenteng.

  c) Fungsi Usaha Bangunan gedung fungsi usaha meliputi bangunan gedung untuk perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal, agribisnis, dan penyimpanan.

  d) Fungsi Sosial dan Budaya Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya ini meliputi bangunan gedung untuk pendidikan, kebudayaan, pelayanan kesehatan,laboratorium dan pelayanan umum.

  e) Fungsi Khusus Bangunan gedung fungsi khusus yaitu bangunan gedung untuk reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan, dan bangunan sejenis yang diputuskan oleh menteri

  Persyaratan bangunan gedung terdiri dari : 1) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung; 2) Persyaratan administratif bangunan gedung meliputi persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan;

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

  3) Persyaratan teknis bangunan gedung meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung; 4) Penggunaan ruang di atas dan/atau di bawah tanah dan/atau air untuk bangunan gedung harus memiliki izin penggunaan sesuai ketentuan yang berlaku; 5) Persyaratan administratif dan teknis untuk bangunan gedung adat, bangunan gedung semi permanen, bangunan gedung darurat, dan bangunan gedung yang dibangun pada daerah lokasi bencana ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sesuai kondisi sosial dan budaya setempat.

  Persyaratan administrasi bangunan gedung yaitu : 1) Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif yang meliputi: a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan

  c. Izin mendirikan bangunan gedung sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku. 2) Setiap orang atau badan hukum dapat memiliki bangunan gedung atau bagian bangunan gedung; 3) Pemerintah Daerah wajib mendata bangunan gedung untuk keperluan tertib pembangunan dan pemanfaatan; 4) Ketentuan mengenai izin mendirikan bangunan gedung, kepemilikan, dan pendataan bangunan gedung yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan

  Pemerintah. Persyaratan tata bangunan terdiri dari tiga persyaratan adalah sebagai berikut : 1) Persyaratan tata bangunan meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung,arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan. 2) Persyaratan tata bangunan ditetapkan lebih lanjut dalam rencana tata bangunan dan lingkungan oleh Pemerintah Daerah. 3) Ketentuan mengenai tata cara penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Persyaratan Keandalan Bangunan Gedung berupa persyaratan keselamatan kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan, yang ditetapkan berdasarkan fungsi bangunan gedung. Penyelenggaraan bangunan gedung meliputi kegiatan pembangunan,pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran. Dalam penyelenggaraan bangunan gedung penyelenggara berkewajiban memenuhi persyaratan bangunan gedung yang ada di dalam bab IV undang-undang ini. Penyelenggara bangunan gedung terdiri atas pemilik bangunan gedung, penyedia jasa konstruksi, dan pengguna bangunan gedung. Menurut UU No. 28 Tahun 2002, terdapat peran masyarakat dalam penyelenggaran bangunan gedung adalah sebagai berikut : a. Memantau dan menjaga ketertiban penyelenggaraan;

  b. Memberi masukan kepada pemerintah dan/atau pemerintah daerah dalam penyempurnaan peraturan, pedoman, dan standar teknis di bidang bangunan gedung;

  c. menyampaikan pendapat dan pertimbangan kepada instansi yang berwenang terhadap penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan, rencana teknis

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

  bangunan gedung tertentu, dan kegiatan penyelenggaraan yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan; d. Melaksanakan gugatan perwakilan terhadap bangunan gedung yang mengganggu, merugikan, dan/atau membahayakan kepentingan umum.

  Pemerintah menyelenggarakan pembinaan bangunan gedung secara nasional untuk meningkatkan pemenuhan persyaratan dan tertib penyelenggaraa bangunan gedung. Sebagian penyelenggaraan dan pelaksanaan pembinaan dilakukan bersama-sama dengan masyarakat yang terkait dengan bangunan gedung.

  Setiap pemilik dan/atau pengguna yang tidak memenuhi kewajiban pemenuhan fungsi, dan/atau persyaratan, dan/atau penyelenggaraan bangunan gedung dikenai sanksi administratif dan/atau sanksi pidana. Sanksi administrative dapat berupa :

  Peringatan tertulis; - Pembatasan kegiatan pembangunan;

  • Penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan pembangunan; - Penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan bangunan gedung; - Pembekuan izin mendirikan bangunan gedung; - Pencabutan izin mendirikan bangunan gedung; - Pembekuan sertifikat laik fungsi bangunan gedung;
  • Pencabutan sertifikat laik fungsi bangunan gedung; atau - Perintah pembongkaran bangunan gedung.
  • Selain pengenaan sanksi administratif dapat dikenai sanksi denda paling banyak 10 % dari nilai bangunan yang sedang atau telah dibangun. Jenis pengenaan sanksi ditentukan oleh berat dan ringannya pelanggaran yang dilakukan.

2.3.3 UU NO. 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR

  Menurut UU No. 7 Tahun 2004, menjelaskan bahwa Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam segala bidang. Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung didalamnya. Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan,melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. Sumber daya air dikelola berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas. Sumber daya air dikelola secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Rencana pengelolaan sumber daya air merupakan hasil perencanaan secara terpadu menyeluruh dan terpadu yag diperlukan untuk menyelenggarakan pengelolaan sumber daya air. Sumber daya air mempunyai fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi yang diselenggarakan dan diwujudkan secara selaras. Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah mengenai sumber daya air meliputi :

  a. Menetapkan kebijakan nasional sumber daya air;

  b. Menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional;

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

  c. Menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungaistrategis nasional; d. Menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional;

  e. Melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional; f. Mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional;

  g. Mengatur, menetapkan, dan memberi rekomendasi teknis atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah lintas provinsi dan cekungan air tanah lintas negara;

  h. Membentuk dewan sumber daya air nasional, dewan sumber daya air wilayah sungai lintas provinsi, dan dewan sumber daya air wilayah sungai strategis nasional; i. Memfasilitasi penyelesaian sengketa antarprovinsi dalam pengelolaan sumber daya air; j. Menetapkan norma, standar, kriteria, dan pedoman pengelolaan sumber daya air; k. Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional; dan l. Memberikan bantuan teknis dalam pengelolaan sumber daya air kepada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota Wewenang dan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota meliputi :

  a. Menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya air di wilayahnya berdasarkan kebijakan nasional sumber daya air dan kebijakan pengelolaan sumber daya air provinsi dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya;

  b. Menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota; c. Menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya;

  d. Menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota; e. Melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya;

  f. Mengatur, menetapkan, dan memberi izin penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan air tanah di wilayahnya serta sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota;

  g. Membentuk dewan sumber daya air atau dengan nama lain di tingkat kabupaten/kota dan/atau pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota; h. Memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari atas air bagi masyarakat di wilayahnya; dan i. Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

  Menurut pasal 20, yang menjelaskan mengenai konservasi sumber daya air ditujukan untuk menjaga kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung, dan fungsi sumber daya air. Konservasi sumber daya air dilakukan kegiatan perlindungan dan pelestarian sumber air, pengawetan air, serta pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dengan mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan pada setiap wilayah sungai. Perlindungan dan pelestarian sumber air dapat dilakukan melalui, pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air, pengendalian pemanfaatan sumber air, pengisian air pada sumber air, pengaturan prasarana dan sarana sanitasi, perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air, pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu, pengaturan daerah sempadan sumber air, rehabilitasi hutan dan lahan, serta pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam. Pengawetan air ditujukan untuk memelihara keberadaan dan ketersediaan air atau kuantitas air, sesuai dengan fungsi dan manfaatnya. Untuk mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang masuk dan yang ada pada sumber-sumber air diperlukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Konservasi sumber daya air dilaksanakan pada sungai, danau, waduk, rawa,cekungan air tanah, sistem irigasi, daerah tangkapan air, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan hutan, dan kawasan pantai. Pendayagunaan sumber daya air dilakukan melalui kegiatan penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air dengan mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan pada setiap wilayah sungai. Pendayagunaan sumber daya air ditujukan untuk memanfaatkan sumber daya air secara berkelanjutan dengan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan masyarakat secara adil. Penyediaan sumber daya air dalam setiap wilayah sungai dilaksanakan sesuai dengan penatagunaan sumber daya air yang ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan pokok, sanitasi lingkungan, pertanian, ketenagaan, industri, pertambangan, perhubungan, kehutanan dan keanekaragaman hayati, olahraga, rekreasi dan pariwisata, ekosistem, estetika, serta kebutuhan lain yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengembangan sumber daya air diselenggarakan berdasarkan rencana pengelolaan sumber daya air dan rencana tata ruang wilayah yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan:

  • Daya dukung sumber daya air ;
  • Kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat ;
  • Kemampuan pembiayaan; dan
  • Kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumber air

  Pengembangan sumber daya air meliputi air permukaan pada sungai, air tanah pada cekungan air tanah, air hujan, serta air laut yang berada di darat. Berdasarkan undang- undang ini memiliki pengendalian daya rusak air yang diutamakan pada upaya pencegahan melalui perencanaan pengendalian daya rusak air yang disusun secara terpadu dan menyeluruh dalam pola pengelolaan sumber daya air. Setiap orang atau badan usaha dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan terjadinya daya rusak air.

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

  Untuk mendukung pengelolaan sumber daya air, Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan pengelolaan sistem informasi sumber daya air sesuai dengan kewenangannya. Informasi sumber daya air meliputi informasi mengenai kondisi hidrologis, hidrome-teorolog is, hidrogeologis, kebijakan sumber daya air, prasarana sumber daya air, teknologi sumber daya air, lingkungan pada sumber daya air dan sekitarnya, serta kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait dengan sumber daya air. Pembiayaan pengelolaan sumber daya air ditetapkan berdasarkan kebutuhan nyata pengelolaan sumber daya air. Jenis pembiayaan pengelolaan sumber daya air meliputi:

  • Biaya sistem informasi;
  • Biaya perencanaan;
  • Biaya pelaksanaan konstruksi;
  • Biaya operasi, pemeliharaan; dan • Biaya pemantauan, evaluasi dan pemberdayaan masyarakat. Sumber dana untuk setiap jenis pembiayaan dapat berupa anggaran pemerintah, anggaran swasta, dan hasil penerimaan biaya jasa pengelolaan sumber daya air.

2.3.4 UU NO. 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

  Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin beragam. Pengelolaan sampah selama ini belum sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat. Dalam pengelolaan sampah diperlukan kepastian hukum, kejelasan tanggung jawab dan kewenangan Pemerintah, pemerintahan daerah, serta peran masyarakat dan dunia usaha sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan secara proporsional, efektif, dan efisien.

  Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2008, menjelaskan bahwa sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah yang dikelola berdasarkan Undang-Undang terdiri dari atas sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga, serta sampah spesifik. 1) Sampah Rumah Tangga

  Sampah ini berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik 2) Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

  Sampah yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya 3) Sampah Spesifik

  • Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;
  • Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;
  • Sampah yang timbul akibat bencana;
  • Puing bongkaran bangunan;
  • • Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau • Sampah yang timbul secara tidak periodik.

dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

  Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran,asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pemerintah dan pemerintahan daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan. Tugas pemerintah dan pemerintahan daerah menurut pasal 5 terdiri atas :

  a) Menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah; b) Melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan, dan penanganan sampah; c) Memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan, penanganan, dan pemanfaatan sampah; d) Melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah; e) Mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan sampah; f) Memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani sampah; dan g) Melakukan koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat,dan dunia usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintahan kabupaten/kota mempunyai kewenangan:

  • Menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan
  • Menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten/kota sesuai dengan
  • Melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang
  • Menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat pengolahan
  • Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan
  • Menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan sampah sesuai dengan kewenangannya.
  • Pembatasan timbulan sampah;
  • >Pendauran ulang sampah; dan/
  • Pemanfaatan kembali sampah
  • Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai

  nasional dan provinsi;

  norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah;

  dilaksanakan oleh pihak lain;

  sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah;

  selama 20 (dua puluh) tahun terhadap tempat pemrosesan akhir sampah dengan sistem pembuangan terbuka yang telah ditutup; dan

  Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas: a. Pengurangan sampah

  b. Penanganan sampah

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

  • Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari

  sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu;

  • Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;
  • >Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,komposisi, dan jumlah sampah; dan/
  • Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

  Untuk pembiyaan bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta anggaran pendapatan dan belanja daerah. Pemerintah dan pemerintah daerah secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat memberikan kompensasi kepada orang sebagai akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat pemrosesan akhir sampah. Kompensasi berupa relokasi, pemulihan lingkungan, biaya kesehatan dan pengobatan, serta kompensasi dalam bentuk lain. Peran masyarakat untuk pengelolaan persampahan adalah sebagai berikut :

  a. Pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada Pemerintah dan/atau pemerintah daerah; b. Perumusan kebijakan pengelolaan sampah; dan/atau

  c. Pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa persampahan Terdapat beberapa larangan untuk setiap orang yaitu dilarang :

  • • Memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

  • Mengimpor sampah;
  • Mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun;
  • Mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan

  lingkungan;

  • • Membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan;

  • Melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat

  pemrosesan akhir; dan/atau

  • Membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan

  sampah Bupati atau walikota dapat menerapkan sanksi administratif kepada pengelola sampah yang melanggar ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam perizinan. Sanksi administratif berupa paksaan pemerintahan, uang paksa, serta pencabutan izin. Terdapat sengketa yang dapat timbul dari pengelolaan sampah yaitu sengketa antara pemerintah daerah dan pengelola sampah serta sengketa antara pengelola sampah dan masyarakat. Pengelola sampah yang secara melawan hukum dan dengan sengaja melakukan kegiatan pengelolaan sampah dengan tidak memperhatikan norma, standar, prosedur, atau kriteria yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat, gangguan keamanan, pencemaran lingkungan, dan/atau perusakan lingkungan diancam dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

2.4 AMANAT INTERNASIONAL BIDANG CIPTA KARYA

2.4.1 AGENDA HABITAT

  Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2001 tentang Komite Nasional Agenda Habitat II menjelaskan bahwa Agenda Habitat II atau disebut Habitat

  II adalah pernyataan sikap yang dikeluarkan oleh dan strategi dari bangsa-bangsa yang berada di bawah Persatuan Bangsa-Bangsa untuk melaksanakan pemenuhan kebutuhan permukiman untuk semua dan pengembangan permukiman yang berkelanjutan khususnya di negara-negara sedang berkembang, yang dihasilkan dan diputuskan dalam Konferensi Habitat II di Istanbul, Turki Tahun 1996. Country Report Indonesia adalah laporan tertulis Pemerintah yang disusun secara sistematis dengan metode tertentu mengenai pelaksanaan Agenda Habitat II menyangkut masalah- masalah pokok dan hal-hal yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan selama kurun waktu 5 (lima) tahun, yang akan disampaikan dalam pertemuan Special Session On Habitat II Agenda Implementation Tahun 2001 di New York. Pembentukan dan tugas dari agenda habitat II yaitu membentuk Komite Nasional Agenda Habitat II yang selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini disebut dengan Komite Nasional Habitat II, Komite Nasional Habitat II diketuai oleh Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah, serta dalam melaksanakan tugasnya Komite Nasional Habitat II bertanggung jawab kepada Presiden.

  Dalam melaksanakan tugasnya, Komite Nasional Habitat II dapat mengikutsertakan dan/atau meminta saran dan pertimbangan dari pihak lain yang terkait dan/atau para ahli dari unsur Pemerintah dan masyarakat. Komite Nasional Habitat II mempunyai tugas yang berupa : a. Membantu penyusunan dan penyiapan Country Report Indonesia berkenaan dengan pelaksanaan Agenda Habitat II, yang akan disampaikan Pemerintah dalam pertemuan Special Session On Habitat II Agenda Implementation tahun 2001 di New York; b. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintahberkenaan dengan pelaksanaan Agenda Habitat II dan pertemuan Special Session On Habitat II

  Agenda Implementation;

  c. Membantu Pemerintah memasyarakatkan hasil pertemuanspecial Session On

  Habitat II Agenda Implementation;

  d. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan hasil pertemuan

  Special Session On Habitat II Agenda Implementation;

  e. Menyampaikan permasalahan-permasalahan yang terjadidalam pelaksanaan hasil pertemuan Special Session On Habitat II Agenda Implementation, kepada instansi atau pihak yang berwenang guna penyelesaiannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  Segala pembiayaan yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Komite Nasional Habitat II dan kesekretariatan dibebankan pada Anggaran Belanja Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Keberadaan Komite Nasional Habitat II berakhir sampai dengan tahun 2006. Dengan berakhirnya Komite Nasional Habitat II ketua menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Komite Nasional Habitat II kepada Presiden.

  (RPI2-JM) Kabupaten Pati Tahun 2015-2019

2.4.2 KONFERENSI RIO+20

  Konferensi PBB tentang Pembangunan Berkelanjutan, dikenal sebagai Rio 2012 atau Rio+20 adalah sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh PBB sebagai bentuk dari tindak lanjut atas Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan atau KTT Bumi yang pernah diselenggarakan di kota yang sama pada tahun 1992. Konferensi ini secara khusus diadakan oleh Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB bersama tuan rumah Brasil di Rio de Janeiro pada tanggal 20-22 Juni 2012. Keputusan untuk mengadakan konferensi ini di Rio de Janeiro pada tahun 2012, dibuat oleh Resolusi Majelis Umum PBB RES/64/236 pada 24 Desember 2009.

  Rio+20 merupakan sebuah tonggak penting dlam rangkaian konferensi utama PBB, dimana KTT Bumi yang diselenggarakan pada tahun 1992 lalu menjadi sebuah titik awal diprioritaskan pembangunan berkelanjutan dalam agenda PBB dan komunitas internasional. Dua puluh tahun setelah KTT Bumi tersebut, dimana berbagai Negara telah mengadopsi agenda 21. PBB sekali lagi menyatukan kembali para pemerintah, institusi internasional dan berbagai kelompok masyarakat lainnya.