STRUKTUR KOMIK “CEMUT, 5 ROTI DAN 2 IKAN” KARYA ERIK YR SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SD SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ba
STRUKTUR KOMIK “CEMUT, 5 ROTI DAN 2 IKAN”
KARYA ERIK YR SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM SILABUS
DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SD
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
B. HANANG PRANIDHANA
001224026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
STRUKTUR KOMIK “CEMUT, 5 ROTI DAN 2 IKAN”
KARYA ERIK YR SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM SILABUS
DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SD
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
B. HANANG PRANIDHANA
001224026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
SKRIPSI
STRUKTUR KOMIK “CEMUT, 5 ROTI DAN 2 IKAN”
KARYA ERIK YR SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM SILABUS DAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SD
Oleh B. Hanang Pranidhana NIM: 0011224026
Telah disetujui oleh Disetujui pada 25 juli 2008
Pembimbing
SKRIPSI UNSUR INTRINSIK KOMIK “CEMUT, 5 ROTI DAN 2 IKAN” KARYA ERIK YR SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SD
Dipersiapkan dan disusun oleh:
B. Hanang Pranidhana 0011224026
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 15 Agustus 2008 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap
Tanda tangan Ketua : Drs. J. Prapta Diharja S.J., M. Hum …………….. Sekretaris : L. Rishe Purnama Dewi, S.Pd …………….. Anggota : Drs. P. Hariyanto …………….. Anggota : Dr. Y. Karmin, M. Pd …………….. Anggota : Drs. J. Prapta Diharja S.J., M. Hum ……………..
Yogyakarta, 15 Agustus 2008 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Moto “Berdiri seperti gunung, mengalir seperti air” (B. Hanang Pranidhana)
Persembahan
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini ti-dak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya penulisan karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Agustus 2008 Penulis
B Hanang pranidhana
ABSTRAK
Pranidhana, Bernardus Hanang. 2008. “Struktur Komik “Cemut, 5 Roti dan 2 Ikan” Karya
Erik YR serta Implementasinya dalam Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sastra di SD”
. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini menelaah struktur komik “Cemut, 5 Roti dan 2 Ikan” karya Erik YR. Struktur komik ini meliputi tokoh, alur, latar, tema, dan moral. Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan setiap strukturnya dan implementasinya dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sastra di SD. Implementasi dalam pembelajaran memerlukan seperangkat rencana pembelajaran yang disebut silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), peneliti berpedoman pada prinsip-prinsip silabus dan langkah-langkah penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi pustaka atau kepustakaan, karena objek kajian penelitian ini berupa bahan-bahan tertulis yaitu struktur komik, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Subjek penelitian ini adalah komik “Cemut, 5 Roti dan 2 Ikan” karya Erik YR. Metode yang digunakan peneliti untuk mendeskripsikan setiap strukturnya adalah metode deskriptif. Teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data adalah teknik pustaka.
Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam komik “Cemut, 5 Roti dan 2 Ikan” terdapat empat tokoh, yaitu Cemut Boyaxhiu, Malaikat Kribo atau Ibol (Ibis Cebol), Penjual Ikan, dan Tuhan Yesus. Alur dalam komik ini meliputi lima tahapan, yaitu penyituasian, permunculan konflik, peningkatan konflik, klimaks, dan penyelesaian. Latar dalam komik ini meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat yang terdapat dalam komik ini adalah padang gurun gersang dan kamar tidur. Latar waktu menunjuk pada siang dan pagi hari. Latar sosialnya adalah kehidupan yang identik dengan dunia anak-anak yaitu bermain dan berpetualang. Latar sosial dalam komik ini juga berangkat dari ajaran-ajaran iman kristiani. Tema yang terdapat dalam komik ini adalah iman dan keyakinan Cemut akan Tuhan Yesus mampu mengalahkan perbuatan-perbuatan Roh jahat. Moral dalam komik ini berupa pesan religiusitas yang menitikberatkan pada iman akan tuhan Yesus.
Komik “Cemut, 5 Roti dan 2 Ikan” dapat diimplementasikan dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (PRR) sastra di SD karena komik ini dapat memenuhi prinsip-prinsip silabus dan disusun sesuai dengan langkah-langkah penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Contoh silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
ABSTRACT
Pranidhana, Bernardus Hanang. 2008. “Intrinsic Elements of the Comic “Cemut, Five
pieces of Bread and Two Fishes” by Erik YR and its Implementation in both
Literature Learning Syllabus and Lesson Plan in Elementary School”
. Thesis. Yoyakarta: PBSID, FKIP, Sanata Dharma University of Yogyakarta.
This research analyzed the intrinsic elements of the Comic “Cemut, Five pieces of Bread and Two Fishes” by Erik YR. The intrinsic elements include character, plot, setting, theme, and moral value. The objectives of the research are to describe every intrinsic element of the comic and to implement in both literature learning syllabus and literature learning lesson plan in Elementary School.
This research belonged to a literature study since it investigated the written object, namely the intrinsic element, syllabus, and lesson plan. The research was about the Comic “Cemut, Five pieces of Bread and Two Fishes” by Erik YR. The reseacher use descriptive method to describe every intrinsic element and used literature technique to collect the written data sources.
The analysis shows that there are four characters in the Comic “Cemut, Five pieces of Bread and Two Fishes”. There are Cemut Boyaxhiu, Kribo Angel or Ibol ( Iblis Cebol), Fishmonger and Jesus. The plot of the comic consists of five steps, introduction, stimulus of conflic, complexity of conflict, climax, and finishing. The setting of comic comprises three things, namely place, time, and social setting. The place setting refered to an infertile desert and bedroom. The time setting refered to the time in morning and at noon. The social setting was life identical to the children’s community in which playing and traversing are the main activities. The social setting was also closely related to Christian doctrine. The theme of the comic was the Ce-mut’s belief that jesus was able to defeat the evil. The moral value of the comic is about belief of Jesus.
The comic “Cemut, Five pieces of Bread and Two Fishes” could be imple-mented in literature syllabus and lesson plan since it can fulfil the learning syllabus principles. Syllabus cauld be implemented in lesson plan based on the procedure of writing lesson plan. The examples of the syllabus and lesson plan intended in this research are those desingned for the fifth year students of elementary school in the second semester.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Struktur Komik “Cemut, 5 Roti dan 2 Ikan” Karya Erik YR serta Implementasinya dalam Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sastra di SD. Penyusunan skripsi dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah (PBSID).
Skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. P. Hariyanto, selaku dosen pembimbing tunggal yang telah memberikan kritik, saran, dukungan, dan pengalaman-pengalaman hidup yang membuat penulis terpacu untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Drs. J. Prapta Diharja S.J., M. Hum, selaku kaprodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah (PBSID) yang telah memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Y. Karmin, M. Pd, terimakasih atas dukungannya karena membantu me-nguji skripsi ini.
4. Para dosen PBSID yang dengan sabar mendidik dan membagikan ilmunya sehingga
Bapak dan Ibu serta kakak-kakaku yang selalu memberikan dukungan material dan spritual kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.
5. Dhini Septarani yang selalu menemani dan memberikan dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.
6. Grup band Syalala Spell (Doni, Budi, Agus, Kemala, Juniarso, Panji) yang telah memberikan semangat sehingga penulis terpacu untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Semua teman mahasiswa PBSID dari berbagai angkatan yang tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu, atas dukungan dan semangat kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini, juga atas persaudaraan yang kita jalin selama ini sehingga penulis merasa betah belajar di PBSID.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu yang telah berjasa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon sumbangan pemikiran, kritik dan saran untuk menyempurnakannya. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis B Hanang Pranidhana
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………. iii MOTO …………………………………………………………………………. iv HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………….. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………….. vi ABSTRAK ……………………………………………………………………... vii
ABSTRACT
……………………………………………………………………... viii KATA PENGANTAR …………………………………………………………. ix DAFTAR ISI …………………………………………………………………… xi
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………
1
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………
1 1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….
3 1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………..
4
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………
4 1.5 Batasan Istilah…………………………………………………..
5 1.6 Sistematika Penyajian…………………………………………...
6 BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………….
8 2.1 Penelitian Terdahulu………………………………..……….…..
8 2.2 Hakikat Komik………………………………………………….
10 2.3 Struktur Komik………………………………………………….
11
2.3.5 Moral………………………………………………………….…
41 3.3 Metode………………………………………………………….
54 4.1.4 Latar……………………………………………………………..
46 4.1.3 Alur……………………………………………………………..
4.1.2 Tokoh……………………………………………………………
45
45 4.1.1 Sinopsis………………………………………………………….
4.1 Struktur komik “Cemut, 5 Roti dan 2 Ikan” karya Erik YR……
45
43 BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN……………………….
3.6 Teknik Analisis Data……………………………………………
43
42 3.5 Teknik Pengumpulan Data……………………………………...
3.4 Sumber Data Penelitian…………………………………………
42
41 3.2 Subjek Penelitian………………………………………………..
18 2.3.6 Hubungan antara unsur tokoh, alur, tema, dan moral…………...
41 3.1 Jenis Penelitian………………………………………………….
32 BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………….
31 2.6.2 Contoh RPP……………………………………………………..
2.6.1 Langkah-laangkah penyusunan RPP……………………………
31
28 2.6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran…………………………….
25 2.5.3 Format Silabus………………………………………………….
2.5.2 Komponen Silabus………………………………………………
23
23 2.5.1 Prinsip Pengembangan Silabus………………………………….
2.5 Silabus……………………………………..……………………
21
19 2.4 Pembelajaran Komik di SD……………………………………..
62
BAB V IMPLEMENTASI STRUKTUR KOMIK “ CEMUT, 5 ROTI DAN 2 IKAN” DALAM SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SD……………………………………………………….…
71 5.1 Silabus……………………………………………...…………….
71
5.1.1 Prisip-prinsip Silabus…………………………………………….. 71
5.1.2 Contoh Silabus................................................................................ 78
5.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)……….……………… 80
5.2.1 Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)........................ 84 BA VI PENUTUP..................................................................................................
91 6.1 Penutup..........................................................................................
91 6.2 Implikasi........................................................................................
94 6.3 Saran..............................................................................................
95 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..
97 LAMPIRAN…………………………………………………………………….
99 BIODATA……………………………………………………………………… 118
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa tujuan pem- belajaran sastra Indonesia tingkat satuan pendidikan sekolah dasar (SD) adalah me-nikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, menghargai dan mengembangkan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (BSNP, 2006: 22). Dengan demikian, karya sastra merupakan salah satu materi pokok pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SD.
Sastra yang cocok sebagai bahan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SD adalah sastra anak. Sastra anak adalah buku bacaan yang dibaca oleh, yang secara khusus cocok untuk, dan yang secara khusus pula memuaskan sekelompok anggota yang kini disebut sebagai anak-anak (Hunt via Nurgiyantoro, 2005: 8). Jadi, sastra anak adalah buku- buku bacaan yang isi kandungannya sesuai dengan minat dan dunia anak, sesuai dengan tingkat perkembangan emosional dan intelektual anak, dan buku-buku yang karenanya dapat memuaskan anak.
Nurgiyantoro (2005: 7) mendefinisikan sastra anak sebagai sastra yang secara
2 manusia. Imajinasi dan emosi anak dapat menerima cerita semacam itu secara wajar dan memang begitulah seharusnya menurut jangkauan pemahaman anak.
Komik adalah cerita bergambar dengan sedikit tulisan, bahkan kadang-kadang ada gambar yang tanpa tulisan karena gambar-gambar itu sudah “berbicara” sendiri. Menurut Nurgiyantoro (2005: 33), komik dimasukkan sebagai salah satu genre sastra anak. Hal ini karena secara faktual banyak digemari oleh anak namun tentu saja terbatas pada komik yang layak dan sengaja dimaksudkan untuk bacaan anak. Selain itu, Bonnef via Nurgiyantoro (2005: 410) mengatakan komik dapat dikategorikan sebagai kesastraan (: sastra anak) popular yang memiliki keunikan tersendiri karena adanya gambar-gambar.
Dalam penelitian ini peneliti akan menelaah unsur-unsur intrinsik yang ter-dapat dalam karya sastra anak, khususnya komik. Komik sebagai sebuah cerita juga terdiri atas unsur-unsur struktural (intrinsik) sebagaimana halnya cerita fiksi. Nurgiyantoro (2005: 417) mengatakan bahwa unsur-unsur struktural yang dimaksud antara lain adalah penokohan, alur, latar, tema, pesan, bahasa, dan lain-lain (ilustrasi). Hal ini yang dijadikan sudut pandang peneliti dalam menganalisis komik yang berjudul “Cemut, 5 Roti dan 2 Ikan” karya Erik YR , yaitu menganalisis dari unsur intrinsik.
Dalam pendidikan, sastra anak memiliki kontribusi yang besar. Kontribusi ini berupa penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam sastra anak itu sendiri (komik).
Ketika membaca komik, anak diajak berpikir secara logis dan kritis. Selain itu, anak-anak
Peneliti juga ingin membuktikan bahwa komik yang berjudul “Cemut, 5 Roti dan 2 Ikan” karya Erik YR dapat membantu pembelajaran dan pengajaran di sekolah-sekolah, khususnya Sekolah Dasar (SD). Ditinjau dari segi bahasa, komik ini cocok dengan pembelajaran bahasa dan sastra di SD. Pemilihan komik berjudul “Cemut, 5 Roti dan 2 Ikan” karya Erik YR juga mengacu pada pembelajaran, khususnya sebagai media pembelajaran. Komik dapat dijadikan sebagai salah satu media pembelajaran karena dengan adanya gambar, dapat meningkatkan minat siswa-siswi untuk belajar.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang, maka masalah yang akan dibahas hanya dibatasi dan ditekankan pada :
1. Bagaimana tokoh, alur, latar, tema, dan moral dalam komik “Cemut, 5 Roti dan 2 Ikan” karya Erik YR?
2. Bagaimana implementasi komik “Cemut, 5 Roti dan 2 Ikan” karya Erik YR dalam Silabus pembelajaran sastra di SD?
3. Bagaimana implementasi komik “Cemut, 5 Roti dan 2 Ikan” karya Erik YR dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sastra di SD?
4
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitiannya sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan tokoh, alur, latar, tema, dan moral pada komik “Cemut, 5 Roti dan 2 Ikan” karya Erik YR.
2. Mendeskripsikan implementasi komik “Cemut, 5 Roti dan 2 Ikan” karya Erik YR dalam Silabus pembelajaran sastra di SD.
3. Mendeskripsikan implementasi komik “Cemut, 5 Roti dan 2 Ikan” karya Erik YR dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sastra di SD.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah
1. Bagi guru Sebagai bahan alternatif untuk materi pengajaran.
2. Bagi mahasiswa Sebagai informasi dan pengetahuan baru akan karya sastra, dalam hal ini sastra anak yang difokuskan dalam komik.
3. Bagi peneliti lain Sebagai informasi dan pengetahuan baru akan sastra anak, khususnya komik.
5
1.5 Batasan Istilah
1. Alur Alur adalah rekaan peristiwa yang bersebab-akibat. Alur cerita tidak lain adalah tokoh, terutama tokoh utama (Nurgiyantoro, 2005: 423).
2. Latar Abrams via Nurgiyantoro (2005: 217) mengatakan latar atau setting adalah landas tumpu, menyarankan pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
3. Tema Tema dipandang sebagai dasar cerita yang ditentukan pengarang untuk dikembangkan melalui cerita (Nurgiyantoro, 2005: 428).
4. Moral Moral ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai akhlak; akhlak dan budi pekerti; kondisi mental yang mempengaruhi seseorang menjadi tetap bersemangat, berani, disiplin dan sebagainya(Chulsum dan Novia, 2006: 468).
5. Tokoh Tokoh adalah subjek yang dikisahkan dalam komik (Nurgiyantoro, 2005: 418).
6. Implementasi Implementasi adalah penerapan, pelaksanaan (Chulsum dan Novia, 2006:298).
6
7. Silabus Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar, ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Muslich, 2007: 23).
8. Struktur Karya Sastra Struktur karya sastra adalah hubungan antara unsur intrinsik yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama-sama membentuk satu kesatuan yang utuh (Nurgiyantoro, 1995: 36).
9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich, 2007:53)
1.6 Sistematika Penyajian
Skripsi ini tersusun atas 6 bab, yaitu; Bab I Pendahuluan yang terdiri dari: (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) batasan istilah, dan (6) sistematika penyajian. Bab II Landasan Teori yang meliputi kajian pustaka, dan landasan teori. Bab III metode penelitian akan memaparkan tujuh hal yakni; (1) jenis alur, latar, tema, moral, dan hubungan antar unsur. Bab V berisi implementasi struktur komik “Cemut, 5 Roti dan 2 Ikan” dalam Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sastra di SD. Bab VI penutup, berisi kesimpulan, implikasi,dan saran.
BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori pada penelitian ini meliputi 1) Penelitian Terdahulu, 2) Hakikat Komik, 3) Struktur komik, 4) Keterkaitan antar unsur, 5) Pembelajaran Ko-mik di SD, 6) Silabus, 7) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Ketujuh hal tersebut a-kan diuraikan dalam subbab berikut ini.
2.1 Penelitian Terdahulu
Sejauh pengamatan peneliti ada tiga penelitian yang mengambil komik seba-gai bahan penelitian. Pada tahun 2004, Maria Josephine Dini Kusmartanti meneliti Terapi
Pustaka Melalui Media Komik Yang Diminati Siswa SLTP Tara-kanita I Jakarta Tahun
Ajaran 2003-2004. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan komik apa sajakah yang paling diminati subjek, mencari perbedaan minat antara siswa putra dan siswa putri terhadap komik secara keseluruhan, mencari perbedaan minat antara siswa putra dan siswa putri terhadap tiap judul komik, dan dapatkah komik yang paling diminati subjek tersebut menjadi pilihan dalam terapi pustaka di sekolah yang bersangkutan.
Hasil dari penelitian menggambarkan bahwa komik yang paling diminati subjek adalah komik Jepang dan judul dari komik Jepang tersebut adalah Detektif Conan. Selain
9 yang dilakukan di sekolah karena dengan membaca komik tertentu, subjek telah melakukan terapi pada dirinya sendiri.
Tanjung Niasari meneliti Usaha Mencapai Cita-Cita Dalam Komik Serial Jepang
“Delicious”
. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan atau mendeskripsi-kan usaha tokoh utama komik Delicious dalam mencapai cita-cita, membandingkan usaha tokoh utama Delicious dengan teori ciri-ciri orang yang dapat mencapai cita-cita dan prestasi, dan mengevaluasi usaha tokoh utama Delicious dalam mencapai cita-cita.
Hasil dari penelitian menggambarkan bahwa sikap mencapai cita-cita mem-peroleh prosentase 36,7 % dan perilaku dalam mencapai cita-cita mencapai pro-sentase 63, 3%.
Sikap dan perilaku tersebut antara lain berupa belajar dan berlatih; mencari dan menerima informasi, berjuang, mempersiapkan tugas, percaya diri, kon-sentrasi, melakukan apa saja agar tugas selesai. menerima saran dan kritik, inovatif atau cari peluang dan kesempatan, pantang menyerah, disiplin, menerima evaluasi, mengawali dan mengakhiri tugas.
Kesemua usaha tersebut dilakukan untuk meme-nuhi 6 langkah dalam mencapai cita-cita, yaitu melakukan hal yang terbaik, me-ngatasi kelemahan, bertanggung jawab akan suatu tugas, kompetisi, mengatasi ke-gagalan, dan mengatasi rintangan eksternal. Sedangkan hasil dari penelitian secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa usaha internal sang tokoh cerita lebih dipen-tingkan dari segalanya, yaitu bagaimana tokoh mengembangkan dirinya untuk maju dan melatih kemampuannya. Perilaku dalam mencapai cita-cita lebih
Anselmus Derry Iswidharmanjaya meneliti Penggambaran Perilaku Prososial Dalam Komik “Jati Diri Ksatria” Untuk Anak-Anak dan Remaja.
Penelitian ini bertujuan membuat penyederhanaan perilaku prososial dalam bentuk komik yang berjudul ‘Jati Diri Ksatria” yang di dalammya memuat unsur pendidikan informal serta hiburan yang bisa diterima dan dipahami oleh pembaca khususnya anak-anak dan remaja.
Hasil penelitian komik “Jatidiri ksatria” telah mampu menggambarkan perilaku prososial dibuktikan dengan adanya hasil evaluasi dari para ahli psikologi sosial yang menunjukkan bahwa kelima aspek perilaku prososial memiliki bobot atau nilai. Tujuan penelitian ini juga terjawab dengan adanya hasil evaluasi yang dilakukan oleh calon pembaca, yaitu anak-anak dan remaja ternyata hasilnya sama atau sebanding dengan hasil evaluasi para ahli psikologi sosial.
2.2 Hakikat Komik
Komik dikategorikan sebagai kesastraan (sastra anak) popular yang mem-punyai keunikan tersendiri karena adanya gambar-gambar (Boneff via Nurgiyantoro, 2005:409).
Komik adalah cerita yang bertekanan pada gerak dan tindakan yang ditampilkan lewat urutan gambar yang dibuat secara khas dengan panduan kata-kata (Franz dan Meier via Nurgiyantoro, 2005:401). Komik adalah cerita bergambar, baik dalam majalah, surat kabar, maupun berbentuk buku yang umumnya mudah dicerna dan lucu (Kamus Besar Bahasa
11
2.3. Struktur Komik
Menurut Pradopo (1987: 118), struktur adalah bangunan unsur-unsur yang bersistem. Unsur-unsur itu terdiri dari tokoh, latar, alur, tema, dan sudut pandang.
Sedangkan menurut Nurgiyantoro (2007: 36), struktur karya sastra adalah hubungan antara unsur intrinsik yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mem-pengaruhi, yang secara bersama-sama membentuk satu kesatuan yang utuh.
Analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan ke- terkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersana-sama menghasilkan sebuah kesatuan yang menyeluruh. Analisis struktural tak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi. Namun, yang penting adalah me-nunjukkan bagaimana hubungan antarunsur itu dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai (Nurgiyantoro, 2007: 37)
Komik juga terdiri atas unsur-unsur struktural sebagaimana halnya cerita fik-si. Unsur-unsur struktural yang dimaksud antara lain adalah penokohan, alur, latar, pesan, tema, dan bahasa, dan lain-lain. Analisis struktural dalam penelitian ini difokuskan untuk menganalisis struktural komik “Cemut, 5 Roti dan 2 Ikan“, karya Erik YR. Unsur-unsur intrinsik yang terdiri dari tokoh, alur, latar, pesan, tema, dan bahasa yang ada dalam komik tersebut akan dibahas secara mendalam. Pembahasan unsur intrinsik tersebut dilakukan agar dapat mengetahui makna yang terdapat dalam komik tersebut. Skripsi ini akan
2.3.1 Tokoh
Tokoh adalah orang yang mengalami peristiwa dalam suatu cerita (Hartoko, 1986: 137). Dalam komik anak, ia tidak hanya mencakup manusia (human) saja, melainkan juga berbagai jenis makhluk yang lain seperti binatang dan makhluk halus, atau bahkan benda- benda yang tidak bernyawa yang semuanya sengaja dipersonifikasikan. Artinya, tokoh- tokoh yang nonhuman tersebut sengaja diberi karakter dan ditingkahlakukan sebagaimana halnya manusia: dapat berbicara, ber-pikir, dan berperasaan layaknya manusia (Nurgiyantoro, 2005: 418).
Sudjiman (1988: 17) mengatakan tokoh dalam karya sastra bersifat rekaan semata. Tokoh tersebut bisa saja ada kemiripannya dengan individu tertentu dalam kehidupan nyata, artinya ia memiliki sifat-sifat yang sama dengan seseorang yang dalam kehidupan nyata.
Dalam fiksi untuk anak, biasanya kita menemukan satu atau dua tokoh utama dan beberapa tokoh bawahan. Secara ideal, setiap tokoh utama yang biasa disebut tokoh protagonis, akan digambarkan secara lengkap, individu kompleks yang memiliki sifat baik maupun buruk, seperti manusia biasa. Tokoh serupa itu disebut dengan tokoh bulat.
Beberapa tokoh bawahan digambarkan secara penuh sedangkan beberapa yang lain dibiarkan agak samar. Sebab tujuannya adalah membangun cerita dan membuatnya dapat dipahami, sehingga pemahaman atas tokoh bawahan secara sekedar, dapat diterima
13 penceritaannya. Ia merupakan tokoh yang paling banyak kejadiannya. Karena tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang porsi penceritaannya relatif sedikit dari pada tokoh utama dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitan dengan tokoh utama (Nurgiyantoro, 2007: 176 178).
Dalam skripsi ini, analisis tokoh akan dikaji menurut teori dari Nurgiyantoro yaitu membagi tokoh berdasarkan segi peranannya. Selain itu, dalam menganalisis tokoh peneliti juga menggunakan pendapat dari Sarumpaet yaitu perihal tokoh bawahan dan perkembangan tokoh.
2.3.2 Alur
Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita (Aminuddin, 1995: 83). Alur cerita merupakan kisah tentang tokoh, terutama tokoh utama. Alur adalah perjalanan hidup tokoh cerita yang telah dikreasikan sedemikian rupa sehingga tampak menarik serta mampu memancing munculnya daya suspense dan suprise.
Nurgiyantoro (2005: 423) mengatakan alur dapat dipahami sebagai rekaan peristiwa yang bersebab-akibat. Hubungan peristiwa-peristiwa yang dikisahkan se-belumnya menyebabkan munculnya peristiwa yang akan datang. Hubungan antar-peristiwa tersebut
14 situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal, dan lain-lain yang terutama berfungsi melandas-tumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.
Tahap yang kedua adalah tahap pemunculan konflik. Jadi, tahap ini meru-pakan tahap awalnya munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya.
Tahap yang ketiga adalah tahap peningkatan konflik. Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita semakin men-cekam dan menegangkan.
Tahap selanjutnya adalah tahap klimaks. Konflik atau pertentangan-perten-tangan yang terjadi, yang dilalui dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama.
Tahap kelima adalah tahap penyelesaian. Konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan. Konflik-konflik yang lain, sub-subkonflik, atau konflik-konflik tambahan, jika ada, juga diberi jalan keluar.
Sarumpaet via Soenardi (Ed) (2003: 111) mengatakan bahwa alur dibangun dengan berbagai cara. Umumnya struktur alur dirancang kronologis, yang menaungi periode
15 hingga gawatan dan klimaks. Begitu klimaks tercapai, kesimpulan yang memuaskan (biasa disebut leraian) diraih pula dan cerita pun berakhir. Sedangkan alur episodik mengikat beberapa cerita pendek atau episode, masing-masing sebagai sebuah kebulatan dengan konflik dan penyelesaiannya. Episod-episod ini biasanya dipersatukan dengan tokoh yang sama dan latar yang sama pula.
Sorot balik digunakan penulis untuk menyampaikan informasi mengenai pe-ristiwa yang telah terjadi sebelumnya. Dengan demikian, kronologis peristiwa di-ganggu sebentar, dan pembaca di bawa mundur ke peristiwa di waktu sebelumnya (Sarumpaet via Soenardi (Ed), 2003: 112). Dalam penelitian ini, penulis akan menguraikan alur sesuai dengan teori alur dari Nurgiyantoro dan Sarumpaet.
2.3.3 Latar
Abrams via Nurgiyantoro (2007: 217) mengatakan latar atau setting adalah landas tumpu, menyarankan pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan ling-kungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar mem-berikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Sudjiman (1988: 46) menyatakan latar berfungsi memberikan situasi (ruang, sosial, dan waktu) sebagaimana adanya. Latar juga berfungsi sebagai proyeksi keadaan batin para tokoh.
Nurgiyantoro (2007: 227 235) membagi latar menjadi tiga unsur pokok, yaitu unsur
16 terjadinya peristuwa-peristiwa yang diceritakan pada sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan peristiwa sejarah. Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual.
Komik menampilkan gambar-gambar yang berurutan dan akibat adanya “kontrak rahasia dan diam-diam" antara pencipta dan pembaca. Sehingga dalam menganalisis latar dalam komik, diperlukan teori dari McCloud via Nurgiyantoro yang membagi enam cara pengalihan gambar, yaitu : (i) waktu ke waktu, (ii) aksi ke aksi, (iii) subjek ke subjek, (iv) adegan ke adegan, (v) aspek ke aspek, dan (vi) nonsequitur. Dalam penelitian ini, cara menganalisis latar dalam komik mengambil teori peralihan gambar dari adegan ke adegan.
2.3.4 Tema
Tema dipandang sebagai dasar cerita. Dasar cerita ini ditentukan sebelumnya oleh pengarang dan dipergunakan untuk mengembangkan cerita. Menurut Sudjiman (1988: 50 51) tema dapat dinyatakan secara ekplisit dan implisit. Tema secara explisit yaitu tema yang dinyatakan secara jelas, misalnya dari judul karya sastranya. Tema secara implisit
17 Shipley via Nurgiyantoro (2007: 80 82) membagi tingkatan tema menjadi lima, yaitu: tema tingkat fisik, tema tingkat organik, tema tingkat sosial, tema tingkat egoik, dan tema tingkat divine. Tema tingkat fisik adalah tema karya sastra yang lebih menyarankan dan ataupun ditunjukkan oleh banyaknya aktivitas fisik dari pada kejiwaan. Ia lebih menekankan mobilitas fisik daripada konflik kejiwaan tokoh cerita yang bersangkutan. Tema tingkat organik adalah tema karya sastra yang lebih banyak menyangkut dan atau mempersoalkan masalah seksualitas atau suatu aktivitas yang hanya dapat dilakukan oleh makhluk hidup. Tema tingkat sosial adalah tema karya sastra yang banyak mengandung permasalahan sosial, antara lain masalah ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih, propaganda, hubungan atasan-bawahan, dan berbagai masalah dan hubungan sosial lainnya. Tema tingkat egiok adalah tema yang mengangkat persoalan individualitas manusia, antara lain egoisitas, martabat, harga diri, citra diri, atau sosok kepribadian seseorang. Tema tingkat divine adalah tema yang menonjolkan hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta, masalah religiusitas atau berbagai masalah yang bersifat filosofis lainnya seperti pandangan hidup, visi, dan keyakinan. Dalam penelitian ini, peneliti meng-ambil teori tema menurut pandangan Nurgiyantoro.
2.3.5 Moral
Moral secara umum menyaran pada pengertian ajaran tentang baik buruk yang
18 misalnya, mesti mengemban misi sebagai sarana untuk mencapaikan moral, ajaran, atau sesuatu yang berkonotasi positif yang lain. Apalagi jika bacaan itu sengaja dikonsumsikan kepada anak-anak yang sedang berada dalam tahap per-tumbuhan untuk mencapai kedewasaan dan kepribadian yang diharapkan. Salah satu pesan moral yang dapat ditemukan adalah pesan religiusitas dan keagamaan. Istilah “religius” membawa konotasi pada makna agama. Religius dan agama memang erat kaitannya, berdampingan, bahkan dapat melebur dalam satu kesatuan, namun se-benarnya keduanya menyaran pada makna yang berbeda. Agama lebih menunjukkan pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan dengan hukum-hukum yang resmi. Sedangkan religiusitas melihat aspek yang ada di lubuk hati, riak getaran hati nurani pribadi, dan totalitas kedalaman priibadi manusia. Dengan demikian, religius bersifat mengatasi lebih dalam, dan lebih luas dari agama yang tampak, formal, dan resmi (Mangunwijaya, 1982: 112).
2.4 Hubungan Antara Unsur Tokoh, Alur, Latar, Tema, dan Moral
Sebuah karya sastra dibangun dari sejumlah unsur. Setiap unsurnya saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan. Jika unsur-uinsur tersebut terpisah dari totalitasnya, maka unsur-unsur tersebut tidak ada artinya dan tidak berfungsi.
Tokoh-tokoh dalam cerita khususnya tokoh utama adalah pembawa dan pelaku cerita. Tokoh-tokoh inilah yang bertugas menyampaikan tema yang dimaksudkan. Tema
19 Alur cerita merupakan tulang punggung cerita karena alur itulah yang menentukan perkembangan cerita (Nurgiyantoro, 2005: 236). Alur mengatur berbagai peristiwa dan tokoh itu tampil dalam urutan yang enak, menarik, tetapi juga terjaga kelogisan dan kelancaran ceritanya. Jadi tokoh cerita tidak akan berkembang tanpa alur yang menngerakkannya, dan sebaliknya alur tidak dapat dikembangkan tanpa tokoh yang menjadi fokus pengembangannya.
Sebuah cerita fiksi yang hadir dengan menampilkan tokoh dan alur memerlukan kejelasan tempat di mana cerita itu terjadi, kapan waktu kejadiannya, dan latar belakang kehidupan sosial-budayanya. Tanpa kejelasan latar, cerita yang dihadirkan kurang realistik dan tidak mudah dipahami. Kejelasan mengenai latar ini dapat membantu pembaca untuk memahami alur cerita. Latar dapat dipahami sebagai landas tumpu berlangsungnya berbagai peristiwa dan kisah yang diceritakan dalam cerita fiksi (Nurgiyantoro, 2005: 249).
Latar dipergunakan sebagai pijakan pembaca untuk ikut masuk mengikuti alur cerita dan sekaligus mengembangkan imajinasi.
Unsur tokoh, alur, latar, dan tema akan menjadi bermakna jika diikat oleh tema. Tema merupakan dasar pengembangan cerita. Sebagai sebuah gagasan, tema dikonkretkan lewat unsur-unsur intrinsik yang lain terutama tokoh, alur, dan latar. Moral dapat dipahami sebagai sesuatu yang ingin disampaikan pembaca.
Moral berkaitan dengan baik dan buruk. Kehadiran moral dalam cerita fiksi dapat tokoh cerita. Tokoh-tokoh tersebut dapat dipandang sebagai model untuk menunjuk dan mendialogkan kehidupan sebagiamana yang diidealkan penulis.
2.5 Pembelajaran Komik di SD
Pembelajaran sastra mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan, seperti aspek pendidikan susila, sosial, perasaan, sikap penilaian, dan keagamman (Rusyana, 1982: 6). Moody, (1988:16 25) mengatakan bahwa manfaat dari pembelajaran sastra adalah membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan mutu pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak. Pembelajaran sastra dapat membantu keterampilan berbahasa, karena mengikutsertakan pembelajaran sastra dalam kurikulum berarti akan membantu siswa berlatih keterampilan membaca, menyimak, berbicara, dan menulis. Tujuan pembelajaran sastra adalah untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang sastra. Pada anak tingkat sekolah dasar, memperoleh pengalaman harus di-utamakan, melalui pengalaman tentang sastra siswa akan terdorong untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan pengetahuan itu.
Pemilihan bahan pembelajaran harus mempertimbangkan tiga aspek, yaitu bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya siswa (Moody,1988: 27). Dari segi bahasa, pemilihan bahan harus berdasarkan wawasan ilmiah, kosakata yang baru, ketatabahasaan, dan keseluruhan isi wacana. Penguasaan bahasa siswa juga perlu diperhatikan karena hal itu