USAHA MEMAHAMI DAN MENGHAYATI SPIRITUALITAS KONGREGASI SUSTER SANG TIMUR DI ZAMAN SEKARANG MELALUI KATEKESE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Kat

USAHA MEMAHAMI DAN MENGHAYATI SPIRITUALITAS
KONGREGASI SUSTER SANG TIMUR DI ZAMAN SEKARANG
MELALUI KATEKESE

SKR IPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:
Theresia Pratiwiningsih
NIM: 041124010

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008


ii

iii

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur skripsi ini kupersembahkan kepada:

Kongregasi Suster Sang Timur

iv

MOTTO

“Alles Fur Jesus Allain”
Semuanya hanya untuk Yesus

(Pedoman Hidup, hal. IV)


v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 Agustus 2008
Penulis,

Theresia Pratiwiningsih

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Theresia Pratiwiningsih

NIM

: 041124010

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
USAHA
MEMAHAMI
DAN
MENGHAYATI
SPIRITUALITAS
KONGREGASI SUSTER SANG TIMUR DI ZAMAN SEKARANG MELALUI
KATEKESE.
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Unive rsitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam
bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan
secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk
kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di Yogyakarta.
Pada tanggal, 31 Oktober 2008
Yang menyatakan

Theresia Pratiwiningsih

vii

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah “USAHA MEMAHAMI DAN MENGHAYATI
SPIRITUALITAS KONGREGASI SUSTER SANG TIMUR DI ZAMAN
SEKARANG MELALUI KATEKESE”. Penulis memilih judul ini didasari oleh
suatu kerinduan dan harapan akan pemahaman dan penghayatan yang bena r dan
utuh mengenai Spiritualitas Manete In Me yang dapat menjadi komitmen dasar,
akar dan kekuatan serta sumber kesuburan dalam memberikan kesaksian hidup di
tengah dunia zaman sekarang ini.
Setiap Tarekat Hidup Bakti memiliki Spiritualitas tertentu Kongregasi
Suster Sang Timur menghidupi spiritualitas Manete In Me yang bertolak dari

hidup Yesus dari masa kanak-kanak-Nya sampai dengan wafat dan kebangkitanNya. Pada kenyataannya, untuk mewujudkan semangat Manete In Me pada zaman
ini tidaklah mudah, perubahan zaman dengan perkembangannya menjadi
tantangan besar dalam mewujudkan semangat Manete In Me.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana pemahaman dan
penghayatan Spiritualitas Kongregasi Suster Sang Timur tercermin dalam
Pedoman Hidup para suster Sang Timur? Berkaitan dengan hal ini, penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut: usaha apa yang dapat dilakukan oleh
para suster Sang Timur untuk meningkatkan pemahaman dan penghayatan
Spiritualitas Kongregasi Sang Timur pada zaman ini? Model pendalaman apa
yang dapat membantu para Suster Sang Timur untuk memahami Spiritualitas
Kongregasi sehingga dapat meningkatkan penghayatan Spiritualitas Kongregasi
pada zaman sekarang ini?
Untuk menanggapi permasalahan tersebut penulis menggunakan
pendekatan
deskriptif analitis dan argumentatif atas studi pustaka,
pengembangan refleksi pribadi, karangan ilmiah, dan hasil- hasil penelitian ilmiah
yang berkaitan langsung dengan tema yang diangkat penulis. Hasil Studi ini
dituliskan dalam 5 bab yang di dalamnya menguraikan pokok-pokok spiritualitas
Manete In Me yang selama ini diperjuangkan dan dihidupi oleh Ibu pendiri dan
para pengikutnya dengan segala tantangan dari waktu ke waktu hingga pada

zaman sekarang ini. Dalam skripsi ini juga dibahas berbagai usaha unt uk
menjawab tantangan pemahaman dan penghayatan spiritualitas Manete In Me, dan
salah satunya lewat rekoleksi dengan model katekese Shared Christian
Praxis(SCP). Hasil studi ini menyimpulkan bahwa para suster Sang Timur perlu
meningkatkan pemahaman spiritualitas kongregasi, dan menjadikannya sebagai
komitmen dasar, arah, kekuatan, dan sumber kesuburan untuk meningkatkan
penghayatan spiritualitas kongregasi pada zaman sekarang ini. Para suster harus
berusaha memberikan kesaksian hidup yang bertolak segar dari teladan hidup
Yesus, yang menabur hidup dan rela menjadi santapan bagi sesama, terutama bagi
anak-anak dan kaum muda.

viii

ABSTRACT

This script entitled “AN EFFORT TO UNDERSTAND AND
COMPREHEND FULLY THE SPIRITUALITY OF THE CONGREGATION OF
THE PAUPERIS INFANTIS JESU SISTERS NOWADAYS, GOES THROUGH
THE CATECHISM”. The writer choose this title, based on longing and hope for a
right comperehension for the spirituality of ‘Manete In Me’, wich will be the base

of commitment, also be the source and power of the fertility in giving the life
evidence in the world nowadays.
Each religious community has its own spirituality. The Congregation of
Suster Sang Timur live in the spirituality of Manete In Me, which based on Jesus
life, from His childhood until His death and His resurection. In fact, to realize the
spirit of Manete In Me, is not so easy. The periode, the era and its development
has changed and be a big act of challenging in realizing the spirit of Manete In
Me.
The main case in this script is to examine how to understand and how to
comprehend the spirituality of the Kongregasi Suster Sang Timur which is
reflected in the ‘life orientation’ of the Sisters Sang Timur. Connected with this
item, the writer makes a formulation for the case such like this: what kind of
effort, the sisters are able to do, to increase the understanding, and have a full
comprehension for the spirituality of the Kongregasi Sang Timur nowadays. What
sart of religious deepening that could help the Sisters to understand profoundly the
spirituality of the Kongregasi Sang Timur as yet.
For this all, the writer uses the analisties descriptive approach and uses the
argumentation on library study, also the developing of the personal reflection,
scientific articles and results of the scientific research which related directly to the
theme, the writer has taken. The results of the this study is written in five chapters,

in which all are running about the main spirituality of Manete In Me, where so far
is struggled and supported by Ibu as the founder of this congregation and also by
the followers with so many challengs from time to time till now. In this script is
also discussed the variuos effort in answering the challenge understanding and
comprehension of the spirituality in Manete In Me, among others is through the
recollection and catechism Shared Christian Praxis (SCP).
The result of this study may conclused that the sisters of Sang Timur need
to in crease and deepend in spirituality of the Congregation and it will be as the
base commitment, direction, power, and source of fertility in understanding and
comprehensive for the spirituality as yet. The sisters have to try, to effort and give
the life evidence which match to the life of Jesus as the provide model, who
strewing His life, and His willing to be as the food for others, the more for the
children and youth.

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah Bapa yang Maha Kasih dan Setia karena
telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi

ya ng

berjudul

“USAHA

MEMAHAMI

DAN

MENGHAYATI

SPIRITUALITAS KONGREGASI SUSTER SANG TIMUR DI ZAMAN
SEKARANG MELALUI KATEKESE”.
Penulisan skripsi ini diawali dan diilhami oleh suatu keprihatinan dan
harapan penulis sebagai anggota Kongregasi Suster Sang Timur terhadap situasi
nyata dimana spiritualitas Kongregasi Sang Timur yaitu Manete In Me kurang
dipahami dan dihayati pada zaman sekarang ini. Oleh karena itu penyusunan

skripsi ini dimaksudkan untuk membantu memberikan bahan acuan dan
permenungan bagi para Suster Sang Timur di dalam usaha memahami dan
menghayati spiritualitas kongregasi yaitu Manete In Me, untuk semakin bertolak
lebih dalam sebagaimana Kanak-kanak Yesus, dan berusaha membangun hidup
serta menciptakan kreatifitas dalam menjawab tantangan zaman sekarang ini lewat
kesaksian hidup di tengah dunia. Selain itu skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam proses pembuatan skripsi ini penulis banyak memperoleh bantuan,
dukungan dan perhatian dari berbagai pihak, maka perkenankanlah penulis
menghaturkan terimakasih dan penghargaan terutama kepada:

x

1. Dr. J. Darminta, S.J., selaku dosen pembimbing utama yang telah
meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dan keterbukaan memberikan
perhatian, mendampingi dan membimbing penulis, memberikan sumbangan
pemikiran yang memperdalam penulisan dan kritikan-kritikan

yang


membangun sehingga memotivasi penulis dalam menuangkan gagasan dan
pemikiran dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.
2. Dra. J. Sri Murtini, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik atau dosen
wali yang dengan penuh kesetiaan dan kesabaran mendampingi penulis dari
awal studi hingga selesainya penulisan skripsi ini.
3. P. Banyu Dewa HS., S.Ag., M.Si., selaku dosen penguji kedua yang telah
berkenan membimbing dan mendampingi penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
4. Drs. M. Sumarno Ds, S.J., M.A., selaku pembimbing rohani yang dengan
penuh kesabaran dan kesetiaan mendampingi dan memberikan motivasi dan
semangat baik dalam studi maupun dalam perjuangan hidup selama ini.
5. Segenap Staf Dosen dan karyawan Prodi IPPAK yang telah mendidik dan
membimbing serta membekali pengetahuan dan teladan bagi penulis selama
studi hingga selesainya penulisan skripsi ini.
6. Sr. Miriam Laurentin, P.I.J., selaku Provinsial Kongregasi Sang Timur dan
Staf

DPP

Provinsi

Indonesia,

yang

telah

memberikan

kesempatan,

kepercayaan, dukungan, dan segala fasilitas kepada penulis untuk menimba
ilmu dan penga laman hidup di Prodi IPPAK demi perkembangan pribadi dan
tugas perutusan selanjutnya.

xi

7. Sr. Xaveria, P.I.J., selaku Pembimbing Yunior yang dengan setia dan
kesabaran membimbing dan mendukung penulis hingga selesainya penulisan
skripsi ini.
8. Suster Pemimpin Komunitas dan para Suster Sang Timur yang telah memberi
dukungan doa dan perhatian dengan segala bentuk cintanya sejak awal studi
hingga selesainya penulisan skripsi ini.
9. Rekan-Rekan mahasiswa khususnya angkatan 2004 yang telah berjuang
bersama dan saling me mberi dukungan selama studi hingga selesainya
penulisan skripsi ini.
10. Ayah, Ibu dan Saudara- Saudariku yang terkasih yang telah mendukung lewat
doa dan cintanya.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selama ini dengan
tulus memberikan perhatian dan dukungan bagi penulis.
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga
penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan
kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi
perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi para Suster Kongregasi Sang Timur.

Yogyakarta 11 Agustus 2008
Penulis

Theresia Pratiwiningsih

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................

iv

MOTTO ............................................................................................................

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...........................................................

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS........................................................................ vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT .......................................................................................................

ix

KATA PENGANTAR......................................................................................

x

DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................. xvii
BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................

1

A. Latar Belakang Penulisan.....................................................................

1

A. Rumusan Permasalahan........................................................................

5

B. Tujuan Penulisan..................................................................................

5

C. Manfaat Penulisan................................................................................

5

D. Metode Penulisan.................................................................................

6

E. Sistimatika Penulisan ...........................................................................

6

BAB II. SPIRITUALITAS MANETE IN ME ..................................................

8

A. Spiritualitas...........................................................................................

8

B. Spiritualitas Pendiri..............................................................................

11

1. Gerakan dalam Roh..........................................................................

11

2. Yesus bagi Ibu Clara Fey.................................................................

14

3. Kesatuan karya dan Doa...................................................................

16

C. Spiritualitas Manete In Me Menurut Konstitusi...................................

17

D. Spiritualitas Manete In Me dalam Cara Hidup dan Penerapannya .......

20

1. Hidup Doa ........................................................................................

xiii

2. Hidup Komunitas ............................................................................. 21
3. Hidup Karya ..................................................................................... 23
4. Hidup Kaul ....................................................................................... 24
5. Kepemimpinan................................................................................. 27
6. Hidup Sesuai Mistik dan Karisma Kongregasi ................................ 28
a. Mistik.......................................................................................... 28
b. Karisma ...................................................................................... 29
c. Perutusan Kongregasi, Visi dan Misi......................................... 30
E. Spiritualitas Manete In Me dalam Wujud Bertindak seperti
Dalam Statuta ....................................................................................... 32
F. Manete In Me Sebagai Warna Khas...................................................... 34
BAB III. TANTANGAN-TANTANGAN PENGHAYATAN
SPIRITUALITAS MANETE IN ME DI ZAMAN SEKARANG ..... 38
A. Dokumen-dokumen Gereja .................................................................. 38
B. Mentalitas Zaman Sekarang................................................................. 42
1. Budaya .............................................................................................. 42
2. Sistem Nilai...................................................................................... 44
3. Mentalitas......................................................................................... 47
a. Mentalitas Jalan Pintas............................................................... 47
b. Kenikmatan Liar......................................................................... 47
c. Pengertian tanpa Karakter .......................................................... 48
d. Komunikasi ‘Setanik’................................................................. 48
e. Pengetahuan tanpa Roh Kemanusiaan ....................................... 49
f. Bakti tanpa Pengorbanan............................................................ 49
g. Membangun Hidup tanpa Prinsip ............................................... 49
4. Tantangan Kongregasi Sang Timur Indonesia di Zaman ini............ 51
C. Penghayatan Manete In Me sebagai Kekuatan Dasar dalam
Menghadapi Tantangan Zaman............................................................ 54
1. Tanggapan terhadap Tantangan ....................................................... 55
2. Pilar-Pilar Penopang Hidup Bakti.................................................... 56
a. Pilar 1: Dalam Hidup Berkomunitas .......................................... 57
b. Pilar 2: Dalam Hidup Doa .......................................................... 58

xiv

c. Pilar 3: Dalam Hidup Karya ....................................................... 58
d. Pilar 4: Dalam Penghayatan kaul ............................................... 58
e. Pilar 5: Dalam Formasi atau Pertumbuhan ................................ 59
f. Pilar 6: Dalam Kepemimpinan................................................... 59
g. Pilar 7: Dalam Pengelolaan Harta Benda ................................... 60
BAB IV. KATEKESE SEBAGAI SALAH SATU USAHA MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN PENGHAYATAN SPIRITUALITAS
MANETE IN ME MELALUI KEGIATAN REKOLEKSI .............. 63
A. Katekese Pada Umumnya..................................................................... 63
1. Pengertian Katekese ........................................................................ 64
2. Tujuan Katekese .............................................................................. 65
3. Ciri-ciri Katekese ............................................................................ 67
4. Isi Katekese ..................................................................................... 69
B. Katekese Umat dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup
Menggereja ........................................................................................... 70
1. Model-Model Katekese Umat ......................................................... 71
a. Katekese Umat dengan Model Pengalaman Hidup .................... 72
b. Katekese Umat dengan Model Biblis ......................................... 72
c. Katekese Umat dengan Model Campuran.................................. 72
2. Shared Christian Praxis Sebagai Model Katekese Umat ............... 73
a. Pengertian SCP........................................................................... 74
1) Praxis .................................................................................... 74
2) Kristiani................................................................................. 75
3) Sharing .................................................................................. 76
b. Langkah-Langkah SCP .............................................................. 76
1) Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta ..... 77
2) Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta ............ 78
3) Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani ............. 78
4) Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi
Konkret Peserta ..................................................................... 79
5) Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkret.................. 80
C. Rekoleksi.............................................................................................. 81

xv

1. Pengertian Rekoleksi...................................................................... 81
2. Tujuan Kegiatan Rekoleksi............................................................ 81
3. Relevansi Rekoleksi dalam Upaya Mengembangkan
Pemahaman dan Penghayatan Spiritualitas Kongregasi
Melalui Katekese ............................................................................ 82
D. Program Rekoleksi............................................................................... 83
1. Pengertian Program........................................................................ 84
2. Tujuan Program.............................................................................. 84
3. Pemikiran Dasar Penyusunan Program.......................................... 85
4. Penjabaran Usulan Tema................................................................ 86
5. Penjabaran Program Rekoleksi ...................................................... 87
E. Contoh Persiapan Katekese .................................................................. 90
BAB V. PENUTUP .......................................................................................... 104
A. Kesimpulan........................................................................................... 104
B. Saran..................................................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 110
LAMPIRAN ..................................................................................................... 112
Lampiran 1: Teks Cerita “Our Duty”......................................................... (1)
Lampiran 2: Teks Yoh 15:1-8 .................................................................... (2)

xvi

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci

dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan
kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama
Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal.
8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
AA

:

Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang
Kerasulan Awam, 7 Desember 1965.

CT

: Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II
kepada

para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang

katekese masa kini, 16 Oktober 1979.
ET

: Evangelica Testificatio, Petunjuk tentang pembaharuan hidup religius.

GE

: Gravissimum Educationis, Pernyataan tentang pendidikan Kristen, 28
Oktober 1965.

GS

: Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja
di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965.

LG

: Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang
Gereja tanggal 21 November 1964.

xvii

PC

: Perfectae Caritatis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pembaharuan
Penyesuaian Hidup Religius, 28 Oktober 1965.

UR

:Unitatis Redintegratio, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Ekumenisme,
21 November 1964.

VC

: Vita Consecrata, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang
Hidup Bakti bagi para Religius, 25 Maret 1996.

C. Singkatan Lain
Art

: Artikel

Bdk

: Bandingkan

hal

: Halaman

No

: Nomor

PH

: Pedoman Hidup para Suster Sang Timur.

PIJ

: Pauperis Infantis Jesu (Suster Kanak-Kanak Yesus Yang
Miskin).

Sosekbud

: Sosial Ekonomi Budaya.

Statuta Provinsi

: Peraturan bagi para anggota dalam provinsi tertentu yang
disyahkan dalam kapitel provinsi.

Statuta Umum

: Peraturan bagi seluruh angggota tarekat yang disyahkan
dalam kapitel umum.

SWOT

: Suatu analisis yang mengukur Kekuatan, Kelemahan,
Ancaman, Peluang.

xviii

BAB I
PENDAHULUAN

Skripsi ini berjudul “Usaha

Memahami dan Menghayati Spiritualitas

Kongregasi Suster Sang Timur di Zaman Sekarang Melalui Katekese”. Bagian
pendahuluan ini, akan menguraikan hal- hal yang berkaitan dengan judul skripsi
tersebut, yakni: latar belakang penulisan, rumusan permasalahan, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

A. Latar Belakang Penulisan
Kaum religius, yang mengikuti Yesus Kristus, berusaha hidup seperti
Kristus dengan meneladani seluruh kehidupan-Nya dan bersedia memenuhi
panggilan-Nya dengan mengabdikan diri kepada Allah melalui hidup doa, hidup
bersama, dan tugas kerasulan setiap hari. Namun pada kenyataan zaman sekarang
ini banyak kaum religius yang kurang menyadari konsekuensi dari pilihan
hidupnya sebagai pengikut Kristus, mereka kurang mampu menerima kenyataan
hidup dengan segala

tantangan atau kesulitan. Yesus memanggil orang-orang

bukan pertama-tama untuk mewujudkan penghayatan ketiga kaul yakni kaul
ketaatan, kemurnian, dan kemiskinan, dan juga bukan hanya untuk siap sedia
meninggalkan segalanya, tetapi untuk memanggul salib hidup, menyangkal diri,
dan menyerahkan nyawa demi terwujudnya Kerajaan Allah. Segala sesuatu yang
menghalangi kaum religius untuk mendekatkan diri seutuhnya pada Yesus Kristus,
harus ditinggalkan dan ditolak, sebaliknya, segala sesuatu yang membuat kaum
religius semakin dekat dengan Yesus Kristus, harus berusaha diperjuangkan.
1

2

Situasi zaman setiap hari makin berkembang, dan perkembangan itu
dirasakan diberbagai bidang kehidupan. Perkembangan ini tidak selamanya
menguntungkan dan mengarahkan masyarakat pada tujuan hidup yang paling
hakiki yaitu mencapai kesempurnaan hidup dalam Tuhan. Begitu banyak
tantangan dan godaan yang muncul akibat dari perkembangan zaman ini yang sulit
untuk ditolak oleh manusia, karena kurangnya kebutuhan dan penghayatan hidup
rohani mereka, serta kurangnya pendampingan bagi masyarakat. Kenyataan ini
bukan hanya dialami oleh sebagian besar masyarakat, namun juga dialami oleh
kaum religius. Dalam Pedoman Hidup Suster Sang Timur, Ibu Clara Fey
menguraikan dengan jelas mengenai sabda Yesus dalam Injil Yohanes 15 yakni:
Sabda Yesus, “Tinggallah di dalam Aku” menjadi pedoman hidup rohani,
cara hidup/ gaya hidup, sikap batin, semangat yang menjiwai hidup
seorang Suster Sang Timur (PIJ), yang diaktualisasikan atau
diwujudnyatakan dalam cara berfikir, cara merasa, berdoa, hidup bersama,
berkarya, dan dalam penghayatan kaul-kaul (PH, hal. IX).
Sebagaimana dalam Pedoman Hidup yang dijadikan pegangan bagi para
Suster Sang Timur di seluruh dunia, Ibu Clara Fey pendiri Kongregasi Pauperis
Infantis Jesu (PIJ) atau yang di Indonesia dikenal sebagai Suster Sang Timur
mengajak para susternya mencoba untuk mengikuti Yesus Kristus dan meneladan
seluruh hidup-Nya. Ia meninggalkan segala-galanya demi mengikuti Yesus Kristus
dengan hidup menurut Injil Tuhan kita Yesus Kristus lewat penghayatan nasehat
Injili, Ketaatan, Kemurnian dan Kemiskinan sebagai konsekuensi dari pilihan
hidupnya. Ibu Clara meninggalkan segala kemewahan dalam keluarganya dan
memilih mewujudkan kebersamaan dalam suatu komunitas biara, dengan
menghidupi semangat Manete In Me, sebagai kekuatan atau spirit dalam hidupnya.
Bersama dengan rekan-rekannya Ia berusaha mewujudkan cintanya pada Tuhan

3

dengan berbekal kepercayaan pada penyelenggaraan Allah. Ibu Clara percaya
bahwa penyelenggaraan Allah memampukannya untuk mewujudkan cita-citanya
yaitu menyebarluaskan Kerajaan Allah di tengah situasi zaman dengan kehadiran
biara beserta segala karyanya terutama dalam usaha mewujudkan misi yaitu ambil
bagian dalam daya cinta keputraan Allah dengan menabur hidup, mengosongkan
diri, menyerahkan diri, mempertaruhkan diri secara utuh/ total untuk menghantar
anak-anak dan kaum muda yang miskin dan terlantar kepada Yesus. Tentu saja
dalam mewujudkan misi ini mereka juga menemui banyak rintangan dan
tantangan yang tidak mudah. Namun rintangan itu tidak menjadi penghalang bagi
Ibu Clara untuk terus maju karena menyadari akan segala konsekuensi dari pilihan
hidupnya.
Para Suster Sang Timur diajak untuk menyadari dan merefleksikan
kembali pengalamannya akan Yesus Kristus dengan meneladan Ibu Clara Fey.
Para Suster Sang Timur juga harus siap mengalami berbagai rintangan, sengsara,
derita, dan salib-salib hidup yang ditemui setiap hari. Hal ini tentu tidak mudah
dilaksanakan dan bahkan sering kali dihindari dan ditolak. Para Suster Sang Timur
hendaknya menyadari bahwa mengikuti Yesus Kristus bukan hanya saat gembira
saja tetapi juga saat-saat susah dan derita.
Dilihat dari pengalaman karya kerasulan, para suster kadangkala kurang
memberi waktu untuk merenungkan panggilan suci yang diterima dari Allah ini,
mereka kurang menyadari konsekuensi dari pilihan hidupnya, yakni mengikuti
Yesus Kristus sesuai teladan Ibu Clara Fey yang berani hidup dalam kemiskinan
dan setia dalam penderitaan, mencintai anak-anak dan kaum muda yang miskin
dan terlantar sambil tetap terpaut pada Allah. Para Suster Sang Timur diharapkan

4

mampu menyadari akan cinta Tuhan dan rahmat yang diterimanya sehingga
mampu melaksanakan karya kerasulan dengan baik dan penuh syukur serta
semakin menghayati Spiritualitas Kongregasi yakni Manete In Me, sebagaimana
Ibu Clara menghayatinya.
Semoga dengan sumbangan pemikiran yang sederhana ini para Suster Sang
Timur semakin terbantu untuk meningkatkan penghayatannya akan Yesus Kristus,
dengan mengadakan pembaharuan diri untuk meneguhkan cara hidup yang sudah
ada dan untuk menjawab tantangan-tantangan serta pembaharua n yang terjadi pada
zaman ini. Dengan demikian semakin mampu meningkatkan kualitas hidup
sebagai seorang religius di zaman sekarang ini dan semakin mampu menjadi saksi
yang menghadirkan Kristus secara nyata di mana saja. Pertanyaannya adalah
bagaimanakah caranya memahami dan menghayati Spiritualitas Manete In Me?
Kembali ke sumber-sumber awal, itulah jawabannya. Dalam sumber-sumber awal
inilah Penghayatan Spiritualitas Manete In Me tersimpan dengan baik dan
menghadirkan kembali semangat dan cara hidup para Suster Sang Timur.
Skripsi ini selain sebagai salah satu syarat untuk kelulusan studi di Prodi
IPPAK, juga merupakan usaha kecil dan sederhana untuk menghadirkan kembali
penghayatan Spiritualitas Kongregasi Suster Sang Timur yakni Manete In Me,
dalam diri para suster. Guna mewujudkan harapan penulis terhadap penghayatan
Spiritualitas Manete In Me yang mulai memudar di zaman sekarang ini maka
penulis menyampaikan gambaran tersebut dalam bentuk karya tulis yang berjudul:
USAHA

MEMAHAMI

DAN

MENGHAYATI

KONGREGASI SUSTER SANG TIMUR
MELALUI KATEKESE.

DI

SPIRITUALITAS
ZAMAN SEKARANG

5

B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan antara lain:
1. Bagaimana pemahaman dan penghayatan Spiritualitas Manete In Me dalam
Kongregasi Suster Sang Timur?
2. Bagaimana para Suster Sang Timur mewujudkan pemahaman dan penghayatan
spiritualitas Manete In Me dalam hidup sehari- hari?
3. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk membantu para Suster Sang Timur
dalam meningkatkan penghayatan Spiritualitas Manete In Me yang dihidupi
oleh ibu pendiri pada zaman sekarang ini?

C. Tujuan Penulisan
Skripsi ini ditulis dengan tujuan:
1. Mengetahui lebih dalam tentang pemahaman dan penghayatan spiritualitas
Kongregasi yakni Manete In Me.
2. Menyadari dan meningkatkan penghayatan spiritualitas kongregasi yakni
Manete In Me yang diwujudkan dalam hidup sehari- hari.
3. Memberikan sumbangan pemikiran untuk membantu para Suster Sang Timur
untuk meningkatkan penghayatan Spiritualitas Manete In Me pada zaman
sekarang ini.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis

6

Memberikan wawasan yang luas kepada penulis untuk berpikir secara
kritis dan sistematis serta mampu menuangkan gagasan secara jelas dan baik,
selain itu,

juga dapat belajar

mengembangkan kreativitas dalam usaha

penghayatan spiritualitas Manete In Me, baik dalam hidup doa, hidup bersama,
hidup karya, maupun dalam penghayatan ketiga kaul.

2. Bagi Kongregasi
Manfaat dari penulisan ini adalah untuk

memberikan masukan bagi

Kongregasi, terutama anggota-anggotanya dalam memahami lebih jauh tentang
Spiritualitas Manete In Me, agar dapat meningkatkan penghayatan spiritualitas
Manete In Me pada zaman sekarang ini.

E. Metode Penulisan
Metode penulisan yang dipakai adalah deskriptif analitis dan argumentatif
atas sebuah studi pustaka dari buku-buku, karangan ilmiah, dan hasil- hasil
penelitian ilmiah yang berkaitan langsung dengan tema yang diangkat penulis.
Deskripsi dan analisis sangat diperlukan untuk memaparkan relevansi dan peranan
Spiritualitas Kongregasi Sang Timur yakni Manete In Me, khususnya di zaman
sekarang ini.

F. Sistematika Penulisan
Bab I, berisikan pendahuluan yang meliputi latar belakang pemilihan judul,
rumusan permasalahan, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan.

7

Bab II, berisikan tentang

gambaran Spiritualitas baik secara umum,

Spiritualitas Manete In Me menurut

Pendiri,

menurut Pedoman Hidup,

Spiritualitas Manete In Me dalam cara hidup dan penerapannya, Spiritualitas
Manete In Me dalam wujud bertindak seperti dalam Statuta dan diakhiri dengan
Manete In Me sebagai warna khas dalam gerak hidup Kongregasi Suster Sang
Timur.
Bab III, berisikan tentang tantangan-tantangan penghayatan Spiritualitas
Manete In Me di zaman sekarang, baik dilihat dari dokumen-dokumen Gereja,
dilihat dari mentalitas zaman sekarang lewat budaya dan sistem nilai serta
mentalitas manusia itu sendiri, selain itu juga dibahas mengenai tantangan
Kongregasi Sang Timur Indonesia di zaman ini, dan pada bab ini diakhiri dengan
penghayatan Manete In Me sebagai kekuatan dasar dalam menghadapi tantangan
zaman melalui ketujuh pilar penopang hidup kongregasi.
Bab IV, berisikan tentang katekese sebagai salah satu

usaha untuk

memahami dan menghayati Spiritualitas Manete In Me melalui kegiatan rekoleksi
yang menggunakan model Shared Christian Praxis. Dalam bab ini juga dibahas
mengenai pengertian Katekese pada umumnya, katekese umat model Shared
Christian Praxis, pembahasan mengenai

rekoleksi dan relevansinya bagi

pengembangan pemahaman dan penghayatan Spiritualitas Kongregasi, program
rekoleksi dan sekaligus contohnya persiapannya.
Bab V, merupakan bab penutup dari tulisan ini yang menyimpulkan secara
singkat isi tulisan ini dan beberapa saran untuk membantu para Suster Sang Timur
dalam meningkatkan penghayatan Spiritualitas Kongregasi yakni Manete In Me di
zaman sekarang ini.

8

BAB II
SPIRITUALITAS MANETE IN ME

Dalam peziarahan hidup, umat beriman mencoba untuk menanggapi
situasi-situasi konkret yang beraneka ragam dan silih berganti, sambil menyatu
dengan sesama dalam “kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orangorang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita” (GS,
art. 1). Kaum religius bercita-cita mengikuti dan menyerupai Sabda Tuhan “Yang
menjadi daging dan berkemah diantara kita” (Yoh 1:14). Mengikuti dan
menampilkan Yesus yang hati-Nya “tergerak oleh belaskasihan kepada orang
banyak” (Mat 15:32), mereka sebagai kaum religius hendak menyerupai Tuhan
yang datang untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi
banyak orang” (Mat 20:28). Berorientasikan pada pola hidup Yesus

sebagai

seorang gembala yang baik, kaum religius diajak untuk merenungkan, meresapkan
dan konkret menghayati cinta kasih sebagai inti Spiritualitas mereka.
Lalu apakah sebenarnya yang dimaksud dengan Spiritualitas ini? Untuk
dapat memahami arti dan makna spiritualitas ini kiranya kita perlu melihat
berbagai pandangan dari berbagai segi kehidupan.

A. Spiritualitas
Kata “Spiritualitas” adalah suatu kata Latin. Kalau diterjemahkan secara
harafiah artinya “kerohanian”. Dapat dikatakan bahwa arti “spiritualitas” ialah :
cara orang menyadari, memikirkan dan menghayati hidup rohaninya. Tumbuh
berkembangnya suatu spiritualitas dipengaruhi oleh banyak unsur. Unsur- unsur
8

9

yang paling penting dalam hal ini ialah: bentuk kehidupan, kebudayaan, dan
perkembangan sejarah. Ketiga unsur tersebut sungguh mempengaruhi spiritualitas
dikalangan umat kristen (Harjawiyata, 1979: 20).
Spiritualitas Kristen ialah cara orang kristen menyadari, memikirkan dan
menghayati hidup rohaninya. Adapun hidup rohani orang kristen dapat
dirumuskan begini: hidup bersatu dengan Allah dengan perantaraan Kristus di
bawah pengaruh Roh Kudus dalam pangkuan Gereja. Persatuan dengan Allah
menyangkut dua belah pihak, yaitu pihak Allah dan pihak manusia. Dapat
dikatakan bahwa dalam persatuan ini peranan Allah ialah bersabda dan
menawarkan hidup sejati, sedangkan peranan manusia ialah mendengarkan dan
menjawab dengan menerima hidup sejati berkat iman. Di dalam pertemuan antara
peranan Allah dan peranan manusia tersebut Kristus menduduki tempat yang
sangat menentukan, sehingga dapat dikatakan bahwa hidup rohani orang kristen
bersumber pada Kristus. Di dalam spiritualitas kristen dapat dilihat adanya
beberapa unsur pokok yaitu: tawaran Allah yang bersabda, iman manusia, liturgi,
dan kehidupan sakramental, Alkitab, doa, tobat, dan askesis, persekutuan kasih
(Harjawiyata, 1979: 21).
Berdasarkan arti spiritualitas, Groome (1998: 340) menegaskan pengertian
spiritualitas dalam perspektif iman kristiani (Katolik) sebagai berikut:
Christian spirituality is a consciously living one’s life in relationship with
God, empowered by the Holy Spirit and following “the way” of Jesus, The
Christ. Allured by God’s desire within human hearts, the Christian
spiritual journey is into right relationship with God, self, others, and
creation, permeated by justice and compassion. It is subtained by prayerpersonal dan communal-and lived through a Christian community for
coming of God’s reign in the world.

10

Berdasarkan

pengertian

yang

diangkat

Groome

di

atas,

penulis

menggarisbawahi makna terdalam dari spiritualitas. Pertama, spiritualitas adalah
kesadaran hidup dalam kebersatuan bersama Allah. Kebersatuan dengan Allah
Tritunggal disadari dalam seluruh dinamika hidup konkret kita sebagai manusia.
Kedua, spiritualitas sebagai inisiatif Allah tersebut dialami manusia dalam bentuk
kerinduan dalam hatinya. Kerinduan untuk bersatu dengan Allah dikonkretkan dan
diaktulisasikan dalam realitas hidup bersama dengan sesama melalui sikap adil
dan berbela rasa. Ketiga, Yesus menjadi inspirasi dan referensi tindakan setiap
jemaat kristiani dalam mewujudkan inti terdalam dirinya. Jadi makna terdalam
dari spiritualitas bukan dalam arti sempit berupa bentuk-bentuk kesalehan dan doa
melainkan tindakan yang sungguh lahir dari inti terdalam batinnya. Dengan
spiritualitas, manusia bermaksud membuat diri dan hidupnya dibentuk sesuai
dengan semangat dan cita-cita Allah.

Secara sederhana spiritualitas dapat

dirumuskan maknanya seperti gagasan Gregory F.A. Pierce (2001: 39) dalam
bukunya Spirituality @ Work sebagai usaha penuh disiplin untuk membuat diri
dan lingkungannya bersatu dengan Allah dan mewujudnyatakan Roh Allah di
tengah dunia.
Dengan kata lain spiritualitas dapat dijadikan sebagai format hidup bagi
setiap manusia, spiritualitas dipakai sebagai dasar, kekuatan, dan penggerak bagi
setiap orang dalam hidup sehari- hari untuk mencapai kesempurnaan tujuan hidup
setiap manusia yaitu hidup bersatu dengan Tuhan Allah kita dengan mencontoh
keteladanan hidup Yesus, mulai dari masa kanak-kanak-Nya sampai dengan wafat
dan kebangkitan-Nya. Yesus menjadi inspirasi sekaligus sebagai roh penggerak di
dalam kehidupan kita.

11

B. Spiritualitas Pendiri
1. Gerakan dalam Roh ( Situasi yang dihadapi )
Setiap masa sesuai dengan situasi dan kebutuhannya menghasilkan orang
kudus. Pada umumnya dikatakan, Tuhan menganugerahkan rahmat khusus kepada
para saleh untuk menanggapi kebutuhan umat sesuai dengan zamannya. Itu tanda
perhatian Allah kepada manusia dan dunia. Orang yang mengerti rencana kasih
Allah

itu,

merenungkan

dalam

hatinya,

membangkitkan

semangat

dan

melaksanakan pelayanan kasih dalam hidup, menjadi tanda kehadiran Kristus bagi
manusia dalam zamannya, bagi masa mendatang dan juga bahkan bagi
perkembangan Gereja selanjutnya.
Awal abad ke XIX, Pemerintahan Jerman yang meliputi daerah sungai
Rhein, bukanlah abad yang menggembirakan karena perang melanda negara itu.
Kehancuran dan pertumpahan darah, menyebabkan warga Jerman hidup dengan
hati terluka. Adanya penjarahan, pembakaran dan kekerasan luar biasa membuat
mereka terpaksa melanjutkan hidup dengan penuh kecemasan. Juga Gereja
kekaisaran yang tua di Aachen mengalami akibat-akibat yang sama. Memang
kemegahan dan keadaan damai pada pertengahan abad itu sangat terasa dalam kota
itu. Gereja-gereja yang agung, istana tua nan megah, dan rumah para pembesar,
menampakkan suasana kebangsawanan, kemegahan, dan kedamaian. Namun di
balik semuanya itu, sangatlah mengejutkan karena ada juga warga yang sangat
menderita (Vriens, 1953: 1).
Abad pertama sesudah itu kemajuan bertumbuh pesat, bagaikan kilat
setelah revolusi yang dahsyat, semua aliran dalam masyarakat didewasakan, agar
dengan semangat matang memasuki abad ke XIX yang dikuasai persaingan. Pada

12

pihak lain terasa adanya kesejukan dan suasana liberal yang mementingkan diri
sendiri, demi kepuasan diri, para pekerja terpaksa bekerja keras, dan rakyat jelata
hidup dalam kemiskinan, tenggelam dalam kepapaan mereka, tetapi mereka
berusaha dengan mati- matian demi perbaikan hidup. Hubungan antara kedua belah
pihak hambar dan menyedihkan, karena semangat Kristiani sejati meredup
(Vriens, 1953: 1).
Di tengah jaman yang penuh pertentangan, pada tanggal 11 April 1815 di
kota kekaisaran Aachen lahirlah seorang putri: Maria Louise Christine Clara Fey,
yang oleh penyelenggaraan Ilahi dijadikan tanda pembaharu bagi dunia, dan
diwahyukan pada dunia bahwa kasih kristiani sejati dapat meniadakan segala
macam permusuhan, hingga terciptalah rasa saling membutuhkan satu sama lain
(Vriens, 1953: 1).
Clara Fey adalah wanita kuat zamannya di kota kelahirannya. Gadis muda
penuh semangat ini paham dan tahu bahwa hidup ini tidak cukup hanya untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Ia melihat Kristus kembali menderita dalam jutaan
orang miskin dan malang pada zaman revolusi industri. Akibat perkembangan
industri, pada waktu itu di kota Aachen keadaan anak-anak sangat menyedihkan.
Di antara mereka ada yang bekerja di pabrik-pabrik selama 12 sampai 14 jam
sehari, ada yang menjadi besar di lorong- lorong tanpa mendapat pemeliharaan,
pendidikan atau pelajaran. Memang telah dilakukan sesuatu bagi mereka.
Beberapa pemilik pabrik yang sosial seperti Startz dan Schevier mengadakan
sekolah sore bagi anak-anak pegawai pabrik. Tapi apa artinya dibandingkan
dengan mereka yang sangat membutuhkan di kota industri! Hampir ada 5000 anak
seusia Sekolah Dasar di Aachen. Dan hanya ada sebuah sekolah untuk anak putra

13

yang miskin. Sedangkan untuk anak putri yang miskin tidak ada kesempatan.
Cerita itu menghasilkan sesuatu, pada tahun 1837 dalam keluarga Fey diputuskan
mendirikan sekolah miskin, kelak bernama sekolah jahit menjahit dengan
menyewa sebuah ruangan besar di Venn dan bangku-bangku gereja. Karya awal
mula menolong anak-anak yang terlantar: memandikan, memberi mereka pakaian
agar siap ke sekolah. Tidak mengherankan bahwa jumlah mereka semakin
bertambah banyak. Amalia Herman yang juga pernah bekerja pada sekolah itu
menggambarkan seluruh situasi dengan kalimat: “Anak-anak miskin, yang kurang
pendidikan datang hampir tidak berpakaian. Dan mereka merasakan adanya kasih
sejati, dengan diajarkan pelajaran agama, berdoa, dan juga membaca, menulis dan
prakarya. Selanjutnya mereka dipelihara!” (Roozenburg, 1958: 1).
Semua tugas persekolahan telah menanti Clara di rumah. Hasil keseluruhan
sangat memuaskan, simpati besar datang dari segala penjuru kota, dan jumlah
murid semakin bertambah. Ruang yang tersedia menjadi terlalu kecil dan
pemerintah setempat menyediakan sebagian ruangan kosong yang lebih luas dari
bekas biara Dominikan. Dalam tahun 1840 sekolah kecil ini tampaknya masih
terus akan berkembang. Situasi sosial ini membangkitkan dalam hati Clara Fey
semangat bakti dan kasih kepada Tuhan, yang menyapa melalui kaum miskin dan
terlantar. Dalam kapel kecil yang didirikan dalam biara St. Dominikus ada altar
kecil dengan patung Maria dan dipasang juga gambar St. Dominikus, yang
menerima sebuah rosario dari tangan Bunda Maria. Di sinilah Clara Fey dan
rekan-rekannya berdoa sebentar sebelum dan setelah mengajar dan berusaha
menanamkan kebiasaan yang sama pada anak-anak dari waktu ke waktu memberi
salam kepada Bunda Maria tercinta (Vriens, 1953: 21).

14

Hari demi hari berjalan tanpa terasa sekolah kecil sudah berlangsung enam
tahun lamanya, tiga tahun di “Venn” dan tiga tahun kemudian di gedung bekas
biara Dominikan. Semakin banyak anak yang diterima, semakin bertambah pula
para pemudi yang bergabung dengan mereka untuk membantu. Clara sebagai
seorang pemudi muda menjadi pusat cinta dan kepercayaan serta pusat seluruh
kegiatan itu.

2. Yesus bagi Ibu Clara Fey
Bagi Clara Fey sendiri mendirikan sekolah kecil merupakan pengalaman
yang sangat berharga. Dia boleh menyelami situasi kejiwaan anak-anak yang
sangat menyedihkan, ia belajar mengerti betapa besar kerinduan Hati Ilahi akan
cinta yang lebih besar. Ia belajar menyadari betapa perwiralah bila dapat
memberikan banyak penghiburan kepada Anak Yesus yang miskin melalui jiwa
anak-anak. Pada diri anak-anak dan kaum miskin inilah Clara Fey menjumpai
wajah Yesus sendiri. “Yesus yang menghampakan diri, mengenakan rupa manusia
lemah, miskin, dan terlantar (Flp 2:6-8)” (Roozenburg, 1958: 9). Secara nyata hal
ini juga bisa dilihat dari misteri penjelmaan dan masa Kanak-Kanak Tuhan,
bagaimana Yesus hadir di dunia ini, Yesus lahir di Betlehem dalam suasana yang
penuh kesederhanaan dan kepapaan, Yesus lahir di palungan (Mat 2:1-23).
Penderitaan Yesus itu tampak nyata dalam diri anak-anak yang miskin dan
terlantar. Clara Fey bertemu dengan Yesus yang hendak menyertakannya dalam
menampakkan cinta kasih Bapa kepada manusia, terutama yang miskin dan
menderita. Hal ini terungkap dalam sejarah Kongregasi yang di dalamnya terdapat
kisah mimpi Ibu Clara yang kemudian menjadi suatu sumber semangat bagi para

15

pengikutnya, adapun ringkasannya sebagai berikut: pada suatu malam

Clara

bermimpi, ia berjalan-jalan di kota dan berpapasan dengan seorang anak laki- laki,
wajahnya cerah dan ramah, pakaiannya kotor. Clara melihat ia lapar, ia ingin
memberinya sedekah. Namun anak laki- laki itu tersenyum dan berkata: “Aku
masih punya banyak saudara miskin di dunia. Berikan saja kepada saudara
saudariku itu”. Clara bertanya: “Kau tinggal di mana? Sebab ia sudah siap untuk
memenuhi keinginannya. Anak laki- laki itu menunjuk dengan jarinya ke surga!
Penuh keheranan Clara bertanya: “Apakah kau tinggal di sana? Dan siapa
namamu? Aku adalah Kanak-kanak Yesus yang miskin, jawab anak itu dan
lenyaplah ia dari mimpinya. Suatu keajaiban? Siapa berani mengatakannya?
(Roozenburg, 1958: 9).
Tuhan biasa memakai sarana sederhana untuk menyatakan kehendak-Nya.
Injil bercerita, malaikat datang kepada Yosef dalam mimpi dan berkata: “Ambillah
Kanak-Kanak dan ibunya, mengungsilah ke Mesir. Yosef segera bangun dan
melaksanakan apa yang diperintahkan malaikat kepadanya.” (Mat 1:18-25) Clara
juga mau mentaati apa yang diharapkan anak laki- laki dalam mimpinya, ketika
berjumpa Kanak-kanak Yesus pertama kali ia berumur 11 tahun. Bagaimana
hubungan Ibu Clara dengan Yesus juga dapat dilihat dari sebagian suratnya yang
ditujukan kepada Bapa Pembimbing Rohaninya Pastor Sartorius seperti yang
dikutip di bawah ini:
Anda mengerti, satu-satunya kerinduan hatiku: senantiasa berada di
hadirat Allah atau persatuan dan hubungan mesra dengan Dia. Namun ada
banyak rintangan untuk mewujudkan kerinduanku. Ketidaksempurnaan,
kesalahan, kelalaian yang bertumpuk-tumpuk, di samping itu saya
berjuang agar dapat tetap bersatu mesra dengan yang Maha Tinggi!...
Segenap jiwaku rindu akan Allah, setiap hari bahkan setiap jam
kelemahan, kesalahan dan dosaku menarik aku dari pada-Nya!. Dia

16

mencintai aku sebagai seorang sahabat, seorang mempelai, dengan kasih
sayang sehingga Dia bersedia menanggung ketegaran, penghinaan,
kelalaianku tanpa menjadi marah, Dia gembira dapat berjumpa lagi dengan
aku, setiap kali aku mengarahkan diri kepada-Nya, juga ketika aku
menyakiti hati-Nya (Vriens, 1953: 102).
Dari kutipan surat Ibu Clara kepada Pastor Sartorius ini jelas terlihat
bagaimana hubungan Ibu Clara yang sangat erat dengan Yesus kekasih jiwanya,
setiap hari bahkan setiap jam Yesus menjadi perhatian hidupnya. Dalam diri Ibu
Clara satu-satunya yang paling dirindukannya adalah menyenangkan hati Tuhan
Yesus, karena Yesus menjadikan Ibu Clara sebagai mempelai-Nya.

3. Kesatuan Karya dan Doa
Clara Fey mampu melaksanakan semua pelayanan kasihnya bagi anakanak dalam persatuan dengan Tuhan dan demi Tuhan seperti tertulis dalam
Penjelasan awal Pedoman Hidup Para Suster Sang Timur:
Ibu Clara hanya mampu memenuhi perutusannya karena ia berusaha hidup
bersatu dengan Tuhan dan dalam Tuhan. Ia sangat mencintai sabda Yesus
menurut Yohanes: “Manete In Me”- “ Tinggallah di dalam Aku” yang
dijadikan pedoman bagi hidup rohaninya. Dalam renungan tentang St.
Maria tertulis: “Maria hanya mempunyai satu gagasan, satu-satunya
gagasan sederhana tapi luhur tiada hingganya: yaitu Maria selalu
memikirkan Tuhan. Clara Fey ingin mewujudkan cita-cita itu (PH, hal.
IX).
Pada tanggal 2 Februari 1844, Clara Fey meninggalkan rumah ibunya dan
mendirikan suatu persekutuan religius, yang sampai sekarang masih berkarya
melayani anak-anak dan kaum muda. Clara Fey melayani tanpa pamrih demi
kasih, dengan menyangkal diri demi kepentingan yang lain, dan bersama rekanrekannya ia percaya akan kehadiran Tuhan bersama mereka di bawah satu atap.
Hidup di hadirat Tuhan yang terkasih inilah merupakan jalan untuk

17

menjadi sempurna bagi pemudi saleh ini. Masyarakat memberi cap karyanya
seperti pernah juga digunakan St. Fransiskus Sales, uskup agung Jenewa di
Annecy yang ingin menyatukan karya Marta dan Maria, untuk menghilangkan
perbedaan antara wanita yang membasuh kaki Yesus dan duduk mendengarkan
Dia dengan wanita l