SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  

PERBEDAAN MANAJEMEN KONFLIK

SUAMI DAN ISTRI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :

Cisilia Asti Kurniasari

  

NIM : 009114161

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK:

  

 Bunda Maria dan Putera-Nya terkasih Yesus Kristus

 Bapak Fx. Sudarto dan Ibu E. Parinah  Mbok Uwo dan Pak Uwo di atas sana  Mas Danarku  Dan semua orang yang mengasihiku

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, Agustus 2007 Penulis, ( Cisilia Asti Kurniasari)

  

MOTTO

“Bersukacitalah dalam

pengharapan, sabarlah dalam

kesesakan, dan bertekunlah dalam

doa…”

  

(Roma, 12: 12)

  

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan manajemen

konflik antara suami dan istri. Dalam penelitian ini ada lima gaya manajemen

konflik yaitu Menghindar, Dominasi, Membantu, Kompromi dan

Mempersatukan.

  Variabel bebas dalam penelitian ini adalah suami dan istri, sedangkan

manajemen konflik berfungsi sebagai variable tergantung. Subjek penelitian ini

adalah 45 pasang suami istri yang tinggal di dusun Ngagul-agulan, Ngaranan,

Jetis Depok. Subjek penelitian diperoleh dengan teknik purposive random

sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala manajemen

konflik. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam

penelitian ini adalah “ Uji t Independent Sample t-test.”

  Hasil penelitian untuk masing-masing gaya manajemen konflik adalah

sebagai berikut: Gaya Manajemen Konflik Menghindar, didapat t hasil 6.843 {df:

88; sig 2 tailed < α (0.05)}, maka dapat dikatakan bahwa ada perbedaan gaya

manajemen konflik Menghindar antara suami dan istri. Gaya Manajemen Konflik

Dominasi diperoleh t hasil 6.590{df: 87.485; sig 2 tailed<

  α (0.05)}, maka dapat

dikatakan bahwa ada perbedaan gaya manajemen konflik Dominasi suami dan

istri. Gaya Manajemen Konflik Membantu diperoleh t hasil 3.230 {df: 68.671; sig

2 tailed <

  α (0.05)}, maka dapat dikatakan bahwa ada perbedaan gaya manajemen

konflik Membantu suami dan istri. Gaya Manajemen Konflik Kompromi

diperoleh t hasil -0.263{df: 79.283; sig 2 tailed > α (0.05), maka dapat dikatakan

bahwa tidak ada perbedaan gaya manajemen konflik Kompromi antara suami dan

istri. Gaya Manajemen Konflik Mempersatukan diperoleh t hasil sebesar -0.382

{df: 76.596; sig 2 tailed > α (0.05), maka dapat dikatakan tidak ada perbedaan gaya manajemen konflik Mempersatukan antara suami dan istri.

  

ABSTRACT

This research aimed to explore the difference of conflict management

possessed by husbands and wifes. There were five styles of conflict management

found in this research, namely avoiding, dominating, accomodating,

compromising, and integrating.

  The independent variable of the research appeared to be the role of father

and mother, whereas the conflict management functioned as the dependent

variable. The research subjects were the couples who live in Ngagul-agulan,

Ngaranan, Jetis Depok. The researcher employed “purposive random sampling”

in order to choose the subjects. The data gathering was conducted using the

conflict management scale. Furthermore, the researcher made use of the

“independent sample t-test” analysis technique to test the hypothesis.

  The results of data analysis revealed there appeared the differences of

conflict management maintained husbands and wifes it was showed by the t-test.

The details of each conflict management were as follows: the t result of the

avoiding conflict management were 6.843 {df: 88; sig 2 tailed <

  α (0.05)}. It

could be concluded that the conflict management between husbands and wifes

was different. The t results of the dominating conflict management were 6.590{df:

87.485; sig 2 tailed<

  α (0.05). This results showed that the dominating conflict

management between husbands and wifes was different. The t results of helping

conflict management were 3.230 {df: 68.671; sig 2 tailed < α (0.05)}, showing

that the helping conflict management between husbands and wifes was different.

The t results of compromising conflict management were -0.263{df: 79.283; sig 2

tailed >

  α (0.05), revealing that the difference of the compromising conflict

management was not obvious. The t results of integrating conflict management

were -0.382 {df: 76.596; sig 2 tailed > α (0.05).

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan rahmat,

kasih dan berkat-Nya kepada penulis. Atas segala kehendak-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul PERBEDAAN MANAJEMEN KONFLIK

SUAMI DAN ISTRI.

  Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini penulis banyak

sekali mendapat masukan, bimbingan, saran serta bantuan dari berbagi pihak.

  

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

  Pertama-tama terimakasih pada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

tercinta. Tanpa rahmat serta penyertaan dari Bunda dan Putra terkasih-Nya saya

yakin skripsi ini tidak akan selesai sampai detik ini. Karena Bunda jugalah saya

menyadari bahwa kekuatan doa itu benar-benar nyata.

  Bpk. P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma. Juga tak lupa penulis mengucapkan terimakasih

kepada Bpk. Drs. H. Wahyudi, M.Si. selaku dosen pembimbing sekaligus dosen

pembimbing akademik yang telah memberikan masukan, saran, serta

bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Mohon maaf jika

saya sering membuat bapak jengkel karena kebodohan saya.Terimakasih bapak

tidak bosan melihat wajah dan skripsi saya selama hampir dua tahun ini.

  Ibu A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si dan Bapak C. Wijoyo Adinugroho

  

sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. Ternyata pendadaran tidaklah sengeri

yang saya pikirkan.

  Bapak Didik, Pak Agung, yang selalu menyediakan waktu bagi penulis

berdiskusi masalah statistik. Makasih atas semua ilmu dan pengetahuan yang telah

diberikan pada penulis.

  Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma,

terimakasih atas segala ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan selama penulis

menyelesaikan kuliah.

  Terimakasih kepada segenap Staff fakultas Psikologi, Mbak Nanik, Mas

Gandung, yang selalu melayani administrasi dan memberikan informasi secara

sabar selama penulis beajar di kampus ini. Mas “Muji Beckham”, makasih selalu

membuat suasana laboratorium psikologi selalu ceria jadine gak terlalui deg-

degan waktu mau ngetes, makasih juga karena sama-sama fans Beckham, pokoke

Beckham forever! Pak Gie “Si hati malaikat” makasih pak atas kesabaran,

senyum yang tak pernah lepas dari bibirmu, juga kebaikan hatimu, belum pernah

saya berjumpa seseorang seperti bapak.

  Bapak. Fx. Sudarto dan Ibu E. Parinah, orang tuaku tercinta.

  

Terimakasih atas kesabaran, cinta, dan semangat yang tak henti-hentinya bagi

penulis dalam mengerjakan skripsi ini. “Maturnuwun donganipun kagem

ingkang putro.” Skripsi ini hasil dari doa-doa bapak dan ibu, maaf skripsinya

lama banget. Saya bangga bisa menjadi salah satu angota keluarga Sudarto,

  Masyarakat Dusun Ngaranan, Jetis Depok, dan Ngagul-Agulan

  

penelitian yang sangat berguna bagi penulis guna menyelesaikan skripsi ini. Maaf

tidak bisa memberikan sesuatu kecuali kata terimakasih ini.

  Untuk adekku Yohanes Bayu “Kondus” Ade Wijaya, makasih selalu

menyemangati mbak dengan segala ejekkannya. Justru karena itulah mbak

menjadi semangat lagi mengerjakan skripsi. Tak lupa juga penulis mengucapkan

terimakasih kepada “Pak Uwo” dan “Mbok Uwo” yang tidak sempat melihat

penulis menyelesaikan skripsi ini, Asti yakin di atas sana selalu ada doa untuk

cucumu ini.

  Saudara-saudaraku tercinta Tiwik “Cempluk” Hayuningtyas, Aan

“Onthul”Vendy Purnomo, Ayu “Rintus” Arinta Sari, Rina Bathari, Mayang

“ Cape deh”, makasih selalu menyemangati mbak Asti, menghibur ketika mbak

sedang sedih dengan canda dan kekonyolan kalian, hanya itu yang kadang bisa

membuatku tertawa. Setiap hari kalian telah memberikan nuansa baru dalam

hidupku.

  Bulik Sat dan Om Pri makasih selalu menolong dan membantu

keluargaku setiap kali kami mengalami cobaan dan kesusahan. Makasih juga

selalu mengingatkanku untuk selalu meneruskan skripsi ini, jangan sampai

menyerah.

  Teman-teman kuliahku Aini, Astri, Ety, Mbak Diyan, Nina, Diana,

kebersamaan, keceriaan, kesedihan yang telah kita lewati bersama di kampus

tercinta ini moga tidak akan kita lupakan sampai tua. Terimakasih sudah menjadi

tempat curhat, tempat bertanya. Satu lagi sahabatku, teman seperjuangan, senasib

  Rekan-rekan mudikaku Uci “Menthel”, Swanti “Conggros”, Mbak

Tituk, Ningrum, Mbolin, Dayati, mas Iwang “Bladu”, Mardis “Sreet”, dalam

Yesus kita berkarya. Makasih ya selalu menemani, memberikan semangat, ngajak

kumpul-kumpul pas aku lagi stres mengerjakan sksripsi. Asti dah selesai ngerjain

skripsinya jadi besok bisa piknik-piknik lagi.

  Untuk “Joko” makasih doa, dukungan dan bantuannya. Maaf mbak Asti

cuma bisa buat ade repot. Makasih juga atas persaudaraan ini, mungkin hanya

segelintir orang yang bisa memahami Juga buat “Codot” makasih untuk jasa

pengetikannya.

  Terakhir untuk “Mas Danar” yang selalu hadir saat tangis dan tawaku,

selalu setia menyertaiku, mengantar dan menjemputku kuliah, yang tak henti-

hentinya menyemangatiku untuk tidak menyerah dalam mengerjakan skripsi ini.

Hadirmu membuat hidupku semakin terang dan cerah Terimakasih atas segala

cinta dan kasih sayang, perhatian serta dukungannya, dan tetaplah menjadi

bintang dalam hidupku.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, penulis menantikan saran dan

kritik dari semua pihak yang bersifat membangun. Akhir kata, penulis berharap

semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

  Yogyakarta, Juli 2007

  DAFTAR TABEL

  

1. Blue Print Skala Manajemen Konflik………………………..………44

  

2. Table Spesifikasi Manajemen Konflik…………………….…...……45

  

3. Tabel Spesifikasi Skala Manajemen Konflik Uji Coba……..….……51

  

4. Tabel Spesifikasi Skala Manajemen Konflik Penelitian…….....…….51

  

5. Tabel Uji Reliabilitas……………………………………………...…52

  

6. Ringkasan One Sample Kolmogorof Smirnov Test………….......….54

  

7. Ringkasan Levene Test………………………………………...…….56

  

8. Ringkasan Uji Hipotesis………………………………………..……58

  

9. Ringkasan Hasil Penelitian…………………………………….…….60

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………..………………..….………...........i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………….…..……..…....ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………….…...…….…...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...…………….......………………….….…….....iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..................................................................v

HALAMAN MOTTO..............................………………….………………….....vi

ABSTRAK.............................................................................................................vii

ABSTRACK…………………………………………………….……………....viii

KATA PENGANTAR……..……………………………………...……………...ix

DAFTAR TABEL………………………………………………..………...…....xiii

DAFTAR ISI.........................................................................................................xiv

  BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan .....…………………………………..................1 B. Rumusan Masalah..……….………………………………....8 C. Tujuan Penelitian..……….………………………………….8 D. Manfaat Penelitian.....……………………………………….8 BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Konflik....................................................................................9

  1. Konflik..............................................................................9

  b. Jenis-jenis Konflik.................................................. 11

  c. Konflik suami dan Istri.............................................15

  2. Manajemen Konflik........................................................26

  a. Pengertian Manajemen Konflik............................... 26

  b. Gaya-gaya Manajemen Konflik................................27

  B. Perbedaan Manajemen Konflik Suami dan Istri...................33

  C. Hipotesa................................................................................39

  BAB III METODOLIOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian.....................................................................40 B. Identifikasi Variabel Penelitian............................................40 C. Definisi Operasional.............................................................41 D. Subjek Penelitian..................................................................42 E. Metode Pengumpulan Data..................................................43 F. Validitas dan Reliabilitas.....................................................45 G. Metode Analisis Data...........................................................47

  1. Uji Normalitas................................................................47

  2. Uji Homogenitas............................................................48

  3. Uji t (Independent Sample t Test)..................................48

  BAB IV PENELITIAN A. Persiapan Penelitian.............................................................49 B. Uji Coba................................................................................50

  D. Hasil Penelitian....................................................................52

  1. Uji Reliabilitas...............................................................52

  2. Uji Asumsi.....................................................................52

  a. Uji Normalitas..........................................................53

  b. Uji Homogenitas......................................................55

  3. Uji Hipotesis...................................................................57

  4. Hasil Penelitian..............................................................58

  E. Pembahasan..........................................................................60

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan..........................................................................72 B. Saran....................................................................................72

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................74

LAMPIRAN.........................................................................................................77

  1. SKALA MANAJEMEN KONFLIK UJI COBA....................................78

  2. SKALA MANAJEMEN KONFLIK PENELITIAN................................79

  3. RELIABILITAS.......................................................................................80

  4. NORMALITAS........................................................................................81

  5. HOMOGENITAS DAN UJI-t..................................................................82

  6. DATA PENELITIAN...............................................................................83

BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan Perkawinan merupakan salah satu tahap kehidupan yang dilewati

  manusia, meskipun tidak semua manusia merasakan tahap ini. Perkawinan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia. Maka dari itu, sebagian orang akan melakukan perkawinan guna melengkapi kehidupan pribadinya. Perkawinan merupakan hubungan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang saling mengikatkan diri menjadi sepasang suami istri, dan diharapkan mampu melahirkan keturunan.

  Walgito (dalam Widjaja, 1986) menyebutkan bahwa perkawinan merupakan bersatunya seorang pria dan wanita sebagai suami istri yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Lebih lanjut dinyatakan bahwa dalam perkawinan terkandung dua hal, yaitu ikatan lahir dan ikatan batin.

  Individu sebagai seorang suami atau istri memasuki kehidupan yang baru setelah menikah, dimana mereka membawa pandangan, pendapat, dan kebiasaan sehari-hari yang berbeda. Pernikahan juga membawa suami dan istri beralih dari hidup yang masih bergantung pada orang tua masing-masing pada hidup yang mandiri, melepaskan diri dari ketergantungan itu dan

memanggul tanggung jawab bersama untuk membina rumah tangga sendiri.

  Suami dan istri mulai mengenal hak-hak dan kewajiban, misalnya

mereka harus memikirkan masalah keuangan, mencukupi kehidupan sehari-

hari, merawat dan mendidik anak nantinya, memberikan kasih sayang

terhadap pasangannya dan memperhatikan masalah hubungan sosial dengan

masyarakat sekitar.

  Suami dan istri juga harus menyatukan perbedaan-perbedaan yang

mereka miliki, dan berusaha memahami pasangan masing-masing. Baik suami

maupun istri harus memahami bahwa tidak ada pasangan hidup yang

sempurna termasuk dirinya, setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan

tersendiri.

  Banyak persoalan yang harus dihadapai suami dan istri, seiring

dengan semakin lama usia perkawinan mereka, mulai dari tugas di tempat

kerja, kebutuhan rumah tangga, juga masalah-masalah yang timbul dalam

rumah tangga mereka. Meskipun telah banyak dilakukan persiapan secara

matang dan cukup mendalam pada saat perkenalan dengan masing-masing

pribadi, namun kadangkala juga tidak luput dari kesalahpahaman dan

pertengkaran, perbedaan-perbedaan kecil yang dapat menimbulkan konflik

dan permasalahan antara ayah dan ibu. Suami dan istri menjalankan tugas

dan kewajiban mereka bersama dan berinteraksi pada tempat yang sama

dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terjadi kontak dan interaksi yang

intensif. Dengan adanya kontak dan interaksi yang intensif tersebut, maka

konflik akan dengan mudah muncul.

  Konflik yang terjadi dalam pernikahan lebih besar jika dibanding

dengan konflik yang terjadi pada aspek kehidupan yang lain, karena bidang-

bidang persoalannya yang lebih mendalam meliputi perasaan, kesenangan,

kepercayaan, serta ditambah lagi masalah seks dengan segala tuntutan dan

liku-likunya.

  Konflik yang terjadi antara suami dan istri bisa disebabkan oleh

banyak hal. Misalnya, seorang istri yang memutuskan untuk bekerja di luar

rumah, untuk menambah penghasilan keluarga atau karena berkeinginan

menjadi wanita karier. istri merasa bingung dalam membuat pilihan antara

menjadi ibu yang baik, yang memenuhi segala kebutuhan anak dan suami,

atau memfokuskan diri dengan pekerjaan dengan konsekuensi harus

mengesampingkan keluarganya. Hal semacam ini yang sering tidak dapat

dimengerti oleh seorang suami. Seorang suami akan merasa tersinggung,

karena ia merasa tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga sehingga

istrinya harus bekerja. Sebaliknya seorang suami mau tidak mau harus selalu

mengikuti perubahan yang terjadi di tempat ia bekerja agar dapat

mempertahankan jabatan dalam pekerjaan, sedangkan istri kurang mengalami

perubahan yang ada di luar rumah karena dia banyak menghabiskan

waktunya di rumah. Istri hanya dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman di

sekitar rumah dan dengan anaknya. Dari sini akan terjadi perbedaan-

perbedaan dalam hal perkembangan hidup. Jika hal ini berlangsung terus-

menerus maka perbedaan akan semakin besar dan akhirnya menimbulkan

  Dobos, Thomas dan Moore (1997) mengungkapkan beberapa hal

yang dapat menimbulkan konflik dalam perkawinan yaitu masalah keuangan,

mengurus anak, adanya perbedan gaya hidup, hubungan dengan teman,

masalah dengan mertua, masalah keagamaan dan masalah politik serta

masalah seks.

  Konflik yang terjadi antara ayah dan ibu harus segera diselesaikan

secepat mungkin. Konflik jika hanya didiamkan saja atau tidak segera dicari

jalan keluarnya akan semakin berkembang. Konflik-konflik yang lain akan

muncul sebagai akibat dari konflik yang tidak terselesaikan tadi. Konflik

akan menjadi semakin kompleks dan semakin sulit untuk diselesaikan.

  Suami dan istri yang tidak dapat menyelesaikan konflik dalam rumah

tangga mereka akan mengalami pertengkaran dan pertentangan yang serius

yang dapat mengganggu aktivitas mereka baik dalam rumah tangga maupun

di tempat mereka bekerja. Hubungan ayah dan ibu akan merenggang,

semakin menjauh dan sulit untuk dipersatukan lagi. Dampak negatif yang

paling buruk dari adanya konflik yang tidak terselesaikan antara ayah dan ibu

adalah terjadinya perceraian.

  Jika perceraian terjadi, bukan hanya pasangan suami istri saja yang

merasakan dampaknya. Anak merupakan korban yang paling banyak

merasakan dampak dari adanya perceraian orang tua mereka (Baron &Byrne,

2005). Selain kekurangan kasih sayang, kurang diperhatikan, anak akan

merasa malu dan minder jika bersama teman-teman yang lain yang memiliki

  Contoh adanya konflik dalam keluarga diungkapkan oleh Emil H.

Tambunan ( 2001). Disini diceritakan ada seorang suami yang telah menikah

selama sepuluh tahun, dan telah dikaruniai tiga orang anak. Namun dalam

waktu 10 tahun terakhir dia tidak bisa menikmati arti sebenarnya berumah-

tangga. Dia merasa bahwa istrinya sangat cerewet dan senang mengkritik.

  

Istrinya akan agresif jika tidak dituruti, dan sering mempermalukan suami di

depan umum, dan mudah tersinggung. Masalah-masalah kecil tersebut,

karena didiamkan oleh sang suami dan selalu mengalah untuk sang istri

selama sepuluh tahun ini menjadi masalah yang besar. Dan bapak tersebut

memutuskan untuk bercerai karena sudah tidak tahan lagi dengan perilaku

istrinya.

  Contoh kasus tersebut menunjukkan bahwa setiap konflik yang

terjadi antara ayah dan ibu harus segera diselesaikan agar jangan sampai

terjadi perceraian. Untuk dapat mengolah, mengatasi, ataupun

menyelesaikan konflik dibutuhkan suatu manajemen konflik.

  Manajemen konflik sendiri dapat diartikan sebagai sebuah tugas

mengolah permasalahan yang timbul akibat adanya salah paham atau

perselisihan yang dilakukan individu atau kelompok (Tjosvold dan Tjosvold,

1995). Manajemen konflik disamakan dengan resolusi konflik atau cara

penanggulangan konflik. Selain itu sering pula disebut cara mengatasi

pertentangan dan perselisihan yang timbul baik dalam diri sendiri , antar

individu maupun antar kelompok (Robbins, 2000). Apabila konflik dapat

  

persetujuan, sedangkan manajemen konflik yang buruk dapat membuat salah

paham dan hubungan makin memburuk.

  Manajemen konflik, dalam penelitian ini, adalah strategi yang

dimiliki ayah atau ibu untuk mengelola, mengatur masalah, mencegah,

mengatasi, ataupun menyelesaikan konflik yang terjadi diantara mereka,

sehingga tidak mengakibatkan gangguan keseimbangan dalam menjalankan

rumah tangga mereka. Konflik yang dimaksud adalah konflik interpersonal

dalam menjalankan peran ayah dan peran ibu dalam keluarga. Di sini,

manajemen konflik digunakan untuk menjaga hubungan baik dengan orang

lain. Hal ini berarti seorang individu membutuhkan kemampuan berinteraksi

secara efektif dengan orang lain di masa depan. Seberapa penting tujuan

pribadi bagi seseorang, dan seberapa penting hubungan baik itu bagi

seseorang hal ini akan terlihat dari cara mereka bereaksi dalam melaksanakan

strategi manajemen konflik (Johnson, 1981).

  Belajar menggunakan strategi manajemen konflik biasanya dimulai

ketika anak-anak, dan berfungsi secara otomatis. Biasanya seseorang tidak

merancang bagaimana kita bereaksi ketika sedang menghadapi konflik, kita

melakukan strategi menghadapi konflik sealamiah mungkin (Chandra, 2000).

  Reaksi setiap individu berbeda dalam menghadapi setiap

permasalahan, karena satu gaya manajemen konflik belum tentu cocok untuk

semua situasi, demikian juga dalam perkawinan. Walaupun seseorang

mempunyai kemampuan untuk mengatasi konflik dengan bervariasi tetapi ia

  

akan mempunyai kecenderungan untuk menggunakan satu gaya manajemen

konflik tertentu (Steven A. Beebe, 1996).

  Reaksi individu dalam menghadapi konflik dalam perkawinan juga

berbeda. Bodenmann (dalam Baron, 1998) mengatakan bahwa seorang laki-

laki cenderung lebih menghindari berbicara mengenai konflik daripada

wanita. Ayah sebagai seorang kepala keluarga yang bertanggung jawab dan

mempunyai kekuasaan dalam memutuskan sesuatu dalam keluarga membuat

ayah lebih sering melakukan tindak kekerasan, baik melalui kata-kata atau

tindakan, dibanding seorang ibu. Seorang wanita cenderung lebih

memperhatikan dan menjaga hubungan baik ketika sedang ada konflik,

sedangkan laki-laki cenderung memperhatikan aturan-aturan yang berlaku

hingga tercapainya kesepakatan bersama (David A Decenzo, 2002)

  Thomas Lavins (1987) meneliti manajemen konflik pada pasangan

suami istri, menemukan perbedaan gender dalam hal memahami perilaku

pasangannnya. Suami dapat menolak permintaan istri untuk berubah,

sedangkan istri harus menuruti permintaan suami untuk berubah.

  Bermacam-macam konflik antara ayah dan ibu serta pentingnya

menggunakan manajemen konflik, membuat penulis ingin mengetahui

bagaimana manajemen konflik yang digunakan ayah dan ibu, dimana

masalah yang mereka hadapi sangat bervariasi dan lebih mudah muncul

karena ayah dan ibu melakukan interaksi yang intensif setiap harinya

sehingga konflik dapat muncul dengan mudah.

B. Perumusan Masalah

  Apakah ada perbedaan manajemen konflik antara suami dan istri?

C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai ada tidaknya perbedaan gaya manajemen konflik antara suami dan istri.

D. Manfaat Penelitian

  Ada dua manfaat yang hendak dicapai dari adanya penelitian ini:

  1. Manfaat Teoritis Memberikan wacana tambahan bagi bidang psikologi, khususnya psikologi keluarga, sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan literatur untuk penelitian yang lebih relevan di masa yang akan datang.

  2. Manfaat Praktis Sebagai masukan bagi pasangan suami dan istri, agar lebih dapat memahami pasangan mereka, terutama dalam menggunakan manajemen konflik. Agar suami dan istri dapat menggunakan suatu gaya manajemen konflik yang tepat ketika terjadi konflik, sehingga keharmonisan keluarga dapat tercipta.

BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Konflik

1. Konflik

a. Pengertian konflik

  Konflik merupakan hal yang melekat dalam kehidupan manusia. Setiap individu dalam kehidupannya selalu berperang dengan konflik. Seiring jaman yang semakin maju, konflik akan sering terjadi seiring dengan meningkatnya irama kehidupan sehari-hari dan kegiatan dunia usaha yang berjalan semakin cepat.

  Banyak sekali definisi yang dikemukakan para ahli mengenai konflik. Menurut World Book Dictionary konflik adalah perkelahian, perjuangan, peperangan, ketidaksetujuan, perselisihan, atau pertengkaran. Konflik dapat berujud konflik kecil seperti ketidaksetujuan tapi juga dapat berupa konflik besar seperti peperangan. Kata konflik sebenarnya berasal dari bahasa Latin yaitu Conflictus yang berarti ″menyerang bersama-sama dengan kekuatan″.

  Watkins (dalam Chandra, 1992) berpendapat bahwa konflik dapat terjadi bila terdapat dua hal. Pertama konflik bisa terjadi bila sekurang-kurangnya terdapat dua pihak yang secara potensial dan praktis/ operasional dapat saling menghambat. Secara potensial, praktis operasional, artinya kemampuan tadi bisa diwujudkan dan berada dalam keadaan yang memungkinkan perwujudan secara mudah.

  Artinya bila kedua pihak tidak dapat menghambat atau tidak melihat pihak lain sebagai hambatan, maka konflik tidak akan terjadi. Beliau juga mengungkapkan unsur-unsur yang selalu ada dalam setiap konflik: 1) Adanya ketegangan yang diekspresikan. 2) Adanya sasaran atau tujuan atau pemenuhan kebutuhan yang dilihat berbeda, atau yang sesungguhnya bertentangan.

  3) Kecilnya kemungkinan untuk pemenuhan kebutuhan yang dirasakan.

  4) Adanya kemungkinan bahwa masing-masing pihak dapat menghalangi pihak lain dalam pencapaian tujuannya.

  5) Adanya saling ketergantungan.

  Sementara Daniel Webster (dalam Peg Pickering, 2001) mendefinisikan konflik sebagai persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain, pertentangan tersebut meliputi pertentangan pendapat, kepentingan, atau pertentangan antarindividu, pertentangan kebutuhan, dorongan, keinginan ataupun tuntutan. Hal senada juga diungkapkan Hardjana (1994) yang mengemukakan bahwa konflik adalah perselisihan, pertentangan, antara dua orang atau kelompok, dimana perbuatan yang satu berlawanan dengan yang satunya sehingga salah satu atau keduanya merasa terganggu.

  Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konflik adalah perselisihan, pertentangan yang terjadi karena perbedaan persepsi, pertentangan antara dua pendapat, atau lebih yang berkaitan dengan kebutuhan dan hambatan yang dialami baik dalam proses penyesuaian diri dengan perubahan yang terjadi serta adaptasi terhadap tuntutan lingkungan yang tidak selalu dapat dilaksanakan dengan mudah.

b. Jenis-Jenis Konflik

  Konflik bisa terjadi kapanpun, dimanapun dan dengan siapapun, oleh karena itu konflik yang terjadi dalam masyarakat banyak jenisnya. Banyak ahli dari bidang manajemen, psikologi maupun sosiologi mengidentifikasikan konflik menurut jenis-jenisnya.

  Pickering (2000) mengkategorikan konflik menjadi empat jenis konflik yaitu: 1) Konflik Diri Konflik diri adalah gangguan emosi yang terjadi dalam diri seseorang karena ia dituntut menyelesaiakan suatu pekerjaan atau memenuhi suatu harapan sementara pengalaman, minat, tujuan, dan tata nilainya tidak sanggup memenuhi tuntutan, sehingga hal ini menjadi beban baginya. Konflik inipun bisa terjadi apabila satu sama lain. Konfik diri juga mencerminkan perbedaan antara yang diinginkan seseorang dengan apa yang dilakukan untuk mewujudkan perilaku itu. 2) Konflik antar Individu Konflik antar individu adalah konflik yang terjadi antara dua individu. Setiap orang mempunyai empat kebutuhan dasar psikologis yang mana bisa mencetuskan konflik bila tidak terpenuhi. Keempat kebutuhan dasar psikologis tersebut adalah sebagai berikut keinginan untuk dihargai, diperlakukan sebagai manusia, keinginan memegang kendali, keinginan memiliki harga diri yang tinggi, dan keinginan untuk konsisten. Bila keinginan ini tidak terpenuhi maka orang akan cenderung untuk memberikan reaksi membalas, menguasai, mengucilkan diri, atau mengajak bekerjasama. 3) Konflik dalam Kelompok Konflik dalam kelompok adalah konflik yang terjadi antara individu dalam suatu kelompok ( tim, departemen, perusahaan, dan sebagainya).

  4) Konflik antar Kelompok Konflik antar kelompok melibatkan lebih dari satu kelompok (beberapa tim, departemen,organisasi, dsb).

  William Hendricks (2004) menggolongkan konflik menjadi dua interpersonal masih dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu konflik intragroup dan intergroup. Berikut ini penjelasan dari masing-masing konflik: 1) Konflik Intrapersonal

  Konflik intrapersonal melibatkan ketidaksesuaian emosi bagi individu ketika keahlian, kepentingan, tujuan atau nilai-nilai digelar untuk memenuhi tugas-tugas atau pengharapan yang jauh dari menyenangkan.

  2) Konflik Interpersonal Konflik interpersonal lebih banyak diasosiasikan dengan konflik yang terjadi antara satu orang dengan orang lain, namun juga bisa terjadi antara dua orang atau lebih. Konflik interpersonal dibagi ke dalam dua group, yaitu:

  a) Konflik Intragroup adalah konflik yang berada dalam batasan kelompok kecil.

  b) Konflik Intergroup adalah konflik yang menjadi global dan mencakup beberapa kelompok.

  Worchel dan Cooper (1979) juga berpendapat bahwa konflik dapat dibedakan ke dalam dua bagian besar yaitu: konflik intrapersonal dan konflik interpersonal. Konflik intrapersonal timbul akibat ketidaksesuaian antara apa yang diinginkan dengan perkiraan sebelumnya. Sedangkan konflik interpersonal adalah konflik yang

  Konflik yang dibicarakan dalam penelitian ini adalah konflik antar individu (interpersonal) yaitu suami dan istri dalam menjalani kehidupan berkeluarga. Konflik antar pribadi biasanya didasari bahwa setiap individu itu mempunyai perbedaan dan keunikan, di mana dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada dua orang individu yang sama persis di dalam aspek-aspek jasmaniah maupun rohaniah (Wahyudi, 2005).

  Demikian pula dengan pasangan ayah dan ibu, kebersamaan mereka memungkinkan mereka bergaul secara dekat dan erat sekali, hal ini memungkinkan terjadinya konflik di antara mereka. Bilamana dua manusia bergaul secara erat dalam relasi pernikahan maka ketergantungan dan perselisihan itu pasti terjadi. Hal ini bisa terjadi karena manusia memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya, antara lain dalam hal keinginan, perasaan, pendapat, sikap,

latar belakang, sudut pandang, nilai-nilai serta interaksi kepribadian.

  Konflik dalam keluarga terjadi jika salah satu anggota keluarga (dalam penelitian ini suami dan istri) tidak setuju dengan kejadian- kejadian dan situasi dalam hidup mereka. Salah satu dari mereka mungkin tidak setuju dengan perilaku yang layak dan harus dimunculkan pasangannya ketika menghadapi situasi tertentu, siapa yang harus melakukan tugas keluarga, bagaimana pendapatan dalam keluarga harus dibagi, atau bagaimana sebuah keputusan harus dibuat. salah satu atau keduanya merasakan adanya suatu perbedaan diantara mereka.

c. Konflik Suami dan Istri

  Perkawinan merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sangat dinanti-nantikan. Setiap manusia dewasa dan mempunyai pasangan akan melangsungkan perkawinan. Perkawinan menurut Walgito (1984) adalah bersatunya seorang pria dan wanita sebagai suami istri untuk membentuk sebuah keluarga.

  Gunarsa (1990) menyatakan bahwa perkawinan merupakan penyatuan antara dua orang menjadi satu kesatuan yang saling merindukan, saling menginginkan kebersamaan, saling membutuhkan, saling melayani, yang kesemuanya diwujudkan dalam kehidupan yang dinikmati bersama.

  Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perkawinan adalah bersatunya dua orang menjadi satu kesatuan guna menjadi sebuah keluarga dimana terdapat hak-hak dan kewajiban yang harus dipenuhi guna mencapai kehidupan keluarga yang rukun dan bahagia.

  Perkawinan berusaha menyatukan perbedaan antara dua individu yang melangsungkan perkawinan. Perbedaan tersebut antara lain dalam hal pandangan, pendapat, dan kebiasaan, sifat, latar belakang kehidupan, tujuan hidup dan masih banyak lagi.

  Perbedaan-perbedaan yang mereka bawa sebelum menikah biasanya akan berkembang setelah mereka menjadi suami istri. Banyak sekali perbedaan-perbedaan antara suami dan istri dalam menjalankan keluarga mereka. Peplau & Gordon (1985) mengatakan bahwa istri secara konsisten lebih terbuka pada pasangan mereka daripada suami. Perempuan cenderung lebih mengekspresikan kelembutan, ketakutan, dan kesedihan mereka daripada suami yang menganggap bahwa mengendalikan kemarahan merupakan orientasi yang umum.

  Kepribadian seorang laki-laki dan perempuan juga berbeda (Gunarsa, 2001). Kepribadian perempuan merupakan kesatuan antara aspek emosi, rasio dan suasana hati. Hal ini terlihat dalam hal pengambilan keputusan, wanita mengambil keputusan tanpa didahului pertimbangan dan pemikiran yang masak, namun wanita berhati lembut dan tenang yang mendorongnya rela menderita dan berkorban untuk orang yang dia cintai.

  Laki-laki sesuai dengan kepribadiannya memiliki kewibawaan, sikap dan dan pribadinya mempunyai batasan yang jelas antara pikiran, rasio, emosi, dan suasana hati. Laki-laki lebih mementingkan sesuatu yang dapat diterima oleh akal daripada maslah yang tidak nyata.

  Dalam mengerjakan sesuatu laki-laki terlihat lebih agresif, aktif, namun kurang memiliki kesabaran.

  Pria dalam setiap kegiatannya lebih agresif, aktif dan kurang emosional pasangan mereka, serta tidak mengekspresikan perasaan dan pikiran mereka sendiri. Sementara wanita memiliki kelembutan perasaan, ketenagan, serta kerelaan untuk mengorbankan sesuatu bagi orang yang dia cintai.

  Norman Wright (2004) berpendapat bahwa pada dasarnya emosi pria dan wanita tidak berbeda. Yang membedakan adalah cara pengungkapannya. Pria sangat mengandalkan kemampuan kognitif dan logika, sedangkan wanita sangat mementingkan hubungan dengan orang lain dan berorientasi pada pasangan.

  Tugas dan tanggung jawab yang dijalankan suami dan istri dalam kehidupan rumah tangga juga berbeda pada umumnya peranan ayah dan peranan ibu sudah diatur sedemikian rupa sehingga ibu lebih banyak berhubungan dengan anak dan mempunyai kesibukan rumah tangga di daam rumah. Ayah sebaliknya, lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah.

  Ayah di dalam keluarga mempunyai peran sendiri, diantaranya adalah: 1) Pencari nafkah yang bertugas menyediakan kebutuhan keluarga secara finansial.

  2) Sebagai pendidik. 3) Sebagai pelindung dalam keluarga. 4) Sebagai sahabat, yaitu pemecah masalah yang dapat bersikap