Uji potensi antibakteri infus akar ginseng merah[Phytolacca americana L.] terhadap Staphylococcus aureus - USD Repository

  UJI POTENSI ANTIBAKTERI INFUS AKAR GINSENG MERAH (Phytolacca americana L.) TERHADAP Staphylococcus aureus Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Diajukan oleh Yulius Eriet Wibowo NIM: 038114020 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  Tuhan, Engkau adalah lilinku Sumber penerang di dalam hidupku Kau selalu tunjukkan jalan Untuk meraih mimpi dan harapan

  Terima kasih Tuhan ... Kau tlah membimbing aku Ciptakan karya kecilku

Untuk untaian cinta

Dan lembaran cita-citaku

  Amien.

  Kupersembahkan untuk : Tuhan Yesus cahaya hidupku Bapak dan Ibuku tercinta, ungkapan rasa hormat dan baktiku Sahabat-sahabat terbaikku

  Almamaterku

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul UJI POTENSI

  

ANTIBAKTERI INFUS AKAR GINSENG MERAH (Phytolacca americana L.)

TERHADAP Staphylococcus aureus. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi gelar

  Sarjana Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

  1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt. selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan banyak masukan serta kritik dan saran selama penelitian kepada penulis.

  3. Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan, kritik dan saran kepada penulis.

  4. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan, kritik dan saran kepada penulis.

  5. Bapak dan Ibuku tercinta, terima kasih atas segala doa, dukungan dan semangat serta kasih sayang yang tiada habisnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  6. Nenekku dan Om Broto yang selalu memberi semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  7. CV. Indmira yang telah menyediakan bahan tanaman sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  8. Sahabat-sahabatku : Vian, Rosa, Wida, Atin, Wewen, Anin, terima kasih untuk saling mengingatkan dan selalu memberikan semangat, kritik, saran serta kebersamaan kita selama ini.

  9. Mas Wagiran, Mas Sigit, Mas Sarwanto, Mas Andre dan semua laboran yang telah banyak membantu selama penelitian ini dilaksanakan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  10. Teman-teman kelas A angkatan 2003 terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya.

  11. Teman-teman kelompok praktikum A terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya.

  12. Teman-teman KKNku Budi, Adit, Gilang, Mia, Mika, Tina, Tere dan Martha.

  13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.

  Yogyakarta, Juni 2008 Penulis

  

INTISARI

  Akar ginseng merah merupakan tanaman obat yang berkhasiat mengatasi sakit kulit dan infeksi saluran pernafasan atas. Staphylococcus aureus adalah salah satu bakteri penyebab infeksi pada kulit dan saluran pernapasan atas. Penelitian ini bertujuan untuk menguji potensi antibakteri infus akar ginseng merah terhadap S.

  

aureus dan mengidentifikasi golongan senyawa yang terdapat dalam infus akar

ginseng merah.

  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola satu arah. Uji potensi antibakteri terhadap S. aureus dilakukan dengan metode difusi paper disk. Potensi antibakteri ditunjukkan dengan adanya zona hambat di sekitar paper disk. Metode Kromatografi Lapis Tipis digunakan untuk identifikasi golongan senyawa yang terdapat dalam infus akar ginseng merah dengan fase diam silika gel GF 254, fase gerak kloroform : metanol : air (64 : 50 : 10 v/v) dan dideteksi dengan pereaksi semprot vanillin H SO . Data diameter zona

  2

  4

  hambat dianalisa dengan Kolmogorov Smirnov Test, ANOVA satu arah, dilanjutkan dengan uji LSD (p ≥ 0,05).

  Hasil penelitian menunjukkan infus akar ginseng merah memiliki potensi antibakteri terhadap S. aureus yang ditunjukkan dengan adanya zona hambat. Analisis kualitatif secara KLT menunjukkan infus akar ginseng merah mengandung senyawa saponin.

  Kata kunci : potensi antibakteri, akar ginseng merah , Staphylococcus aureus, infus, zona hambat , saponin.

  

ABSTRACT

  Poke root is a medicinal plant which is used to cure skin diseases and infection of the upper respiratory tract. Staphylococcus aureus is one of bacteria, which caused infection in the skin and the upper respiratory tract. This research was aimed to test the antibacterial potency of infuse from poke root against S. aureus and identify the compound inside infuse from poke root.

  This research was a pure experiment with one way complete design. The antibacterial potency against S. aureus was done using the paper disk diffusion. The antibacterial potency was shown by the blocked zone. Thin Layer Chromatography (TLC) method was used to identificate infuse of poke root which eventually was determined using silica gel GF 254 as the stationary phase, chloroform : methanol : aqua (64 : 50 : 10 v/v) as the mobile phase and also spray reactant vanillin H SO to

  2

  4

  identify the supposedly compound. Data of diffusion method were analysed by Kolmogorov Smirnov Test, one way ANOVA, and continued by LSD test (p ≥ 0,05).

  The result showed the infuse of poke root had the antibacterial potency against Staphylococcus aureus which was shown by the blocked zone. Qualitative analysis by using TLC it showed the infuse of poke root consist of saponin.

  Keyword : antibacterial potency, poke root, Staphylococcus aureus, infuse, the blocked zone, saponin.

  DAFTAR ISI

  3 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ...................................................

  6 C. Uji Potensi Senyawa Antibakteri .......................................

  5 B. Penyarian ............................................................................

  5 4. Kegunaan .....................................................................

  4 3. Kandungan Kimia ........................................................

  4 2. Deskripsi ......................................................................

  4 1. Keterangan Botani ........................................................

  4 A. Ginseng Merah ...................................................................

  3 B. Tujuan Penelitian ...............................................................

  Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................................................. v KATA PENGANTAR ................................................................................... vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ viii

  2 3. Manfaat Penelitian .......................................................

  2 2. Keaslian Penelitian .......................................................

  1 1. Permasalahan ...............................................................

  BAB I PENGANTAR ......................................................................... 1 A. Latar Belakang ..................................................................

  DAFTAR ISI................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

  ABSTRACT ..................................................................................................... x

  INTISARI........................................................................................................ ix

  8

  Halaman E. Identifikasi Kualitatif Kandungan Senyawa Aktif .............

  11 F. Landasan Teori ...................................................................

  13 G. Hipotesis .............................................................................

  14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...............................................

  15 A. Jenis dan Rancangan Penelitian .........................................

  15 B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ....................

  15 1. Variabel Penelitian .......................................................

  15 2. Definisi Operasional ....................................................

  16 C. Alat dan Bahan ...................................................................

  17 1. Alat ...............................................................................

  17 2. Bahan ...........................................................................

  17 D. Tata Cara Penelitian ...........................................................

  18 1. Determinasi Akar Ginseng Merah ...............................

  18 2. Pengumpulan Bahan ....................................................

  18 3. Pengeringan dan Pembuatan Serbuk ............................

  18

  4. Penyarian Akar Ginseng Merah Dengan Metode Infundasi .......................................................................

  19 5. Uji Potensi Antibakteri Infus Akar Ginseng Merah......

  20 a. Persiapan stok bakteri ............................................

  20 b. Pembuatan suspensi bakteri ...................................

  20

  c. Uji potensi antibakteri infus akar ginseng merah ter- hadap S. aureus dengan metode difusi paper disk 20 d. Uji potensi antibakteri infus akar ginseng merah ter- hadap S. aureus dengan metode dilusi padat .........

  20

  6. Identifikasi Kualitatif Kandungan Senyawa dalam Infus Akar Ginseng Merah ..................................................

  21 a. Uji Tabung .............................................................

  21 b. Kromatografi Lapis Tipis........................................

  23 E. Analisis Hasil ..........

  24

  Halaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................

  26 A. Determinasi Akar Ginseng Merah .....................................

  26 B. Pengumpulan dan Pengeringan Bahan ...............................

  26 C. Penyarian Akar Ginseng Merah Dengan Metode Infundasi

  28 D. Uji Potensi Antibakteri Infus Akar Ginseng Merah Terha- dap S. aureus dengan Metode Difusi Paper Disk ..............

  29 E. Uji Potensi Antibakteri Infus Akar Ginseng Merah Terha- dap S. aureus dengan Metode Dilusi Padat.........................

  33 F. Identifikasi Kualitatif Kandungan Senyawa dalam Infus Akar Ginseng Merah dengan Uji Tabung dan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) .......................................

  36 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................

  43 A. Kesimpulan ........................................................................

  43 B. Saran ...................................................................................

  43 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 44 LAMPIRAN .......................................................................................

  47 BIOGRAFI PENULIS ...................................................................................

  56

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel I. Seri konsentrasi infus akar ginseng merah ...............................

  19 Tabel II. Purata diameter zona hambat infus akar ginseng merah terhadap S. aureus dengan metode difusi paper disk ...............

  30 Tabel III. Hasil uji statistik menggunakan ANOVA ................................

  31 Tabel IV. Hasil uji statistik menggunakan uji Least Significant Difference (LSD) .......................................................................................

  32 Tabel

  V. Hasil uji potensi antibakteri infus akar ginseng merah terhadap S. aureus dengan metode dilusi padat dalam waktu inkubasi 24 jam .............................................................

  35 Tabel VI. Hasil uji tabung infus akar ginseng merah................................

  36 Tabel VII. Harga Rf dan warna bercak infus akar ginseng merah ............

  40

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar 1. Akar dan tanaman ginseng merah ............................................

  5 Gambar 2. Mekanisme pembentukan buih .................................................

  39 Gambar 3. Profil kromatogram infus akar ginseng merah .........................

  41

  DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi Tanaman Ginseng Merah ......

  47 Lampiran 2. Pengamatan potensi hambat infus akar ginseng merah terhadap S. aureus dengan metode difusi paper disk waktu inkubasi 24 jam ......................................................................

  48 Lampiran 3. Pengamatan potensi infus akar ginseng merah terhadap S. aureus dengan metode dilusi padat waktu inkubasi 24 jam

  49 Lampiran 4. Penegasan hasil dilusi padat infus akar ginseng merah terha- dap S. aureus dengan metode streak plate waktu inkubasi 24 jam......................................................................................

  50 Lampiran 5. Hasil uji tabung akar ginseng merah untuk uji saponin ..........

  51 Lampiran 6. Hasil identifikasi saponin infus akar ginseng merah dengan metode KLT ...............................................................

  52 Lampiran 7. Hasil pengukuran diameter zona hambat infus akar ginseng merah terhadap S. aureus dengan metode difusi paper disk waktu inkubasi 24 jam ..........................................

  53 Lampiran 8. Hasil perhitungan data potensi antibakteri infus akar ginseng merah terhadap S. aureus ..........................................

  54

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Akar ginseng merah (Phytolacca americana L.) merupakan salah satu

  simplisia yang digunakan dalam pengobatan tradisional sebagai obat antirheumatik, antiskabies, antibakteri, antidiare, antiradang saluran pernapasan atas (Nuskha, 2004; Duke, 1992). Akar ginseng merah diketahui mengandung senyawa aktif saponin triterpenoid (Nuskha, 2004).

  Penggunaan obat tradisional di masyarakat umumnya dalam bentuk rebusan dan seduhan. Untuk penyarian, Farmakope Indonesia IV menetapkan sebagai cairan penyari digunakan air, etanol, etanol air atau eter. Untuk obat tradisional masih terbatas pada penggunaan air dan etanol (Anonim, 1986). Kandungan senyawa aktif saponin triterpenoid yang terdapat dalam akar ginseng merah larut dalam air dan etanol (Robinson, 1991), karenanya penyarian dilakukan dengan metode infundasi.

  Senyawa saponin diketahui mempunyai aktivitas sebagai antimikroba (Evans & Trease, 1989).

  Penggunaan akar ginseng merah adalah untuk mengobati beberapa penyakit yang disebabkan oleh bakteri, seperti infeksi / radang pada selaput lendir saluran pernapasan atas pada penggunaan internal dan digunakan untuk membersihkan kulit dari kudis dan pengganggu lainnya pada penggunaan eksternal (Nuskha, 2004).

  

Staphylococcus aureus merupakan bakteri penyebab penyakit yang umum diderita

  oleh masyarakat, seperti radang pada selaput lendir dan sakit kulit seperti penanahan pada luka dan kudis (Jawetz, Melnick & Adelberg, 1996).

  Terkait dengan penggunaan akar ginseng merah sebagai antibakteri, perlu dilakukan uji potensi untuk melihat potensi antibakteri dari infus akar ginseng merah terhadap S. aureus. S. aureus dapat membentuk sistem kekebalan baru terhadap senyawa antibakteri yang sudah ada sehingga dapat menyebabkan terjadinya resistensi terhadap senyawa antibakteri yang sudah ada. Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan pencarian senyawa antibakteri baru yang memungkinkan untuk penemuan obat baru yang dapat menggantikan senyawa antibakteri yang sudah ada.

  Sehubungan dengan hal di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk membuktikan potensi antibakteri infus akar ginseng merah terhadap S. aureus.

  1. Perumusan masalah a. Apakah infus akar ginseng merah mempunyai potensi antibakteri terhadap S. aureus ?

  b. Golongan senyawa apa yang terdapat dalam infus akar ginseng merah ?

  2. Keaslian penelitian

  Sejauh penelusuran peneliti, penelitian tentang potensi antibakteri infus akar ginseng merah terhadap S. aureus belum pernah dilakukan sebelumnya.

  Terhadap akar ginseng merah pernah dilakukan penelitian yang berhubungan dengan kandungan senyawa oleh CV. Indmira Citra Tani Nusantara (2005).

3. Manfaat penelitian

  a. Manfaat teoritis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya penggunaan akar ginseng merah sebagai antibakteri.

  b. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang khasiat infus akar ginseng merah untuk mengobati sakit kulit dan infeksi saluran pernapasan atas.

B. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui potensi antibakteri infus akar ginseng merah terhadap S. aureus.

  2. Mengetahui golongan senyawa yang terdapat dalam infus akar ginseng merah.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Ginseng Merah 1. Keterangan Botani Tanaman ginseng merah termasuk dalam familia Phytolaccaceae, genus Phytolacca dan spesies Phytolacca americana L. Nama lain dari tanaman

  ginseng merah ini, antara lain Poke, Pokeweed, red weed, red ink plant, garget, pigeon berry, scoke, coakum, Virginia polk, pocan bush, American nightshade dan red ink berries (Nuskha, 2004)

2. Deskripsi

  Tanaman tegak dengan tinggi 1 – 3 m, tersusun lebat seperti hutan, batang dari bunga berwarna merah jambu sampai kemerah-merahan. Daun berbentuk bulat sampai bulat menyempit atau lanset dengan panjang 4 – 16 cm dan lebar 1 – 4 cm. Panjang tangkai bunga 4 – 5 cm, panjang tangkai buah 6 – 10 mm.

  Buah seperti bola ditekan, diameter 5 – 10 mm, warna berubah dari merah menjadi hitam ketika masak. Buah masak dalam waktu dua bulan (Anonim, 1998; Harden, 1990). Tanaman ginseng merah berbunga antara bulan Mei sampai Oktober (Anonim, 2003). Tanaman ginseng merah memiliki akar berwarna kecoklatan yang sangat besar seperti daging, berserabut dan dapat tumbuh sampai dengan diameter antara 20 – 25 cm (Anonim, 2004).

  

Gambar 1. Akar dan tanaman ginseng merah (Anonim,1996; 2004)

  3. Kandungan Kimia

  Kandungan aktif utama pada akar ginseng merah ini adalah saponin triterpenoid (Nuskha, 2004). Menurut Duke (1992) semua bagian tanaman memiliki kandungan senyawa dan aktivitas biologi yang berbeda-beda. Kandungan senyawa yang terdapat dalam akar ginseng merah, antara lain anthocyanin, ascorbic-acid, beta-karoten, betanin, caryophyllene, jaligonic-acid, niacin, oleanolic-acid, riboflavin dan thiamin.

  4. Kegunaan

  Akar ginseng merah biasa digunakan untuk mengobati infeksi / radang selaput lendir saluran pernapasan atas dan infeksi pada kulit seperti kudis dan penanahan pada luka (Nuskha, 2004). Menurut Duke (1992) akar ginseng merah dapat digunakan sebagai antibakteri.

B. Penyarian

  Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut. Zat aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam alkaloida, glikosida, flavonoid dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, logam berat, udara, cahaya, dan derajat keasaman. Dengan diketahuinya zat aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan cairan penyari dan cara penyarian yang tepat (Anonim, 1986). Faktor utama untuk pertimbangan pada pemilihan cairan penyari adalah selektifitas, kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut, ekonomis, aman dan ramah lingkungan (Sidik & Mudahan, 2000).

  Cara penyarian dapat dibedakan menjadi :

1. Infundasi

  Infundasi adalah proses penyarian (menyari simplisia dengan air pada suhu

  o

  90 C selama 15 menit) yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati (Anonim, 1986).

  Pada penelitian ini digunakan metode penyarian secara infundasi. Proses penyarian yaitu simplisia serbuk dibasahi dengan air secukupnya, kemudian dipanaskan di tangas air dalam panci infusa selama 15 menit dihitung mulai suhu

  o

  dalam panci 90 C sambil sesekali diaduk. Kemudian diserkai selagi panas melalui kain flanel. Untuk mencukupi kekurangan air, ditambah air panas secukupnya melalui ampas sampai diperoleh volume yang dikehendaki (Anonim, 1974).

  Untuk penyarian, Farmakope Indonesia IV menetapkan sebagai cairan penyari digunakan air, etanol, etanol air atau eter. Untuk obat tradisional masih terbatas pada penggunaan penyari air dan etanol. Pada penyarian dengan metode infusa digunakan cairan penyari berupa air (Anonim, 1986).

  2. Maserasi

  Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel (Anonim, 1986)

  3. Perkolasi

  Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Tahap perkolasi dilakukan terus-menerus sampai diperoleh ekstrak yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Sidik & Mudahan, 2000).

  4. Penyarian berkesinambungan

  Prinsip kerjanya yaitu cairan penyari diisikan pada labu, serbuk simplisia diisikan pada tabung dari kertas saring atau tabung yang berlubang-lubang dari gelas, baja tahan karat atau bahan lain yang cocok. Cairan penyari dipanaskan hingga mendidih. Uap penyari akan naik ke atas melalui serbuk simplisia. Uap penyari mengembun karena didinginkan oleh pendingin balik. Embun turun melalui serbuk simplisia sambil melarutkan zat aktifnya dan kembali ke labu.

  Cairan akan menguap kembali berulang proses seperti di atas (Anonim, 1986).

  

C. Uji Potensi Senyawa Antibakteri

Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada senyawa antibakteri yang bersifat

  menghambat pertumbuhan bakteri (bacteriostatic), dan ada yang bersifat membunuh bakteri (bacteriocide). Konsentrasi minimal senyawa antibakteri yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM). Senyawa antibakteri tertentu aktifitasnya dapat meningkat dari bacteriostatic menjadi bacteriocide bila kadar senyawa antibakterinya ditingkatkan (Jawetz, Melnick & Adelberg, 1996).

  Potensi senyawa antibakteri dapat diterapkan dengan beberapa cara di antaranya adalah metode difusi dan metode dilusi.

1. Metode Difusi

  Metode ini didasarkan pada kemampuan obat untuk berdifusi ke dalam media tempat bakteri uji berkembang biak secara optimal dengan mengamati diameter hambatan pertumbuhan bakteri karena berdifusinya obat dari titik awal pemberian ke daerah difusi. Metode difusi dapat dilakukan dengan menggunakan

  paper disk yang mengandung senyawa antibakteri diletakkan di atas media agar

  yang telah diinokulasi bakteri uji atau bila dengan sumuran, senyawa antibakteri dimasukkan ke dalam sumuran. Besarnya daerah difusi sesuai dengan daerah pertumbuhan atau hambatan bakteri uji dan sebanding dengan konsentrasi obat yang diberikan (Anonim, 1992). Pengukuran zona hambat dilakukan dengan mengukur diameter zona jernih di sekitar paper disk menggunakan penggaris.

  Hasil metode difusi adalah:

  a. Zona irradikal adalah suatu daerah di sekitar disk atau sumuran yang menunjukkan pertumbuhan bakteri yang dihambat oleh senyawa antibakteri tersebut tetapi tidak dimatikan. Di sini akan terlihat adanya pertumbuhan yang kurang subur atau lebih jarang dibandingkan dengan daerah di luar pengaruh senyawa antibakteri tersebut.

  b. Zona radikal adalah suatu daerah di sekitar disk atau sumuran yang sama sekali tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri (Anonim, 1992).

  2. Metode Dilusi Prinsip metode ini adalah larutan uji diencerkan sehingga diperoleh beberapa konsentrasi. Pada dilusi cair masing-masing konsentrasi obat yang telah dibuat tersebut ditambahkan suspensi bakteri uji ke dalam media, sedangkan pada dilusi padat masing-masing konsentrasi obat yang telah dibuat dicampurkan ke dalam media agar kemudian ditanami bakteri uji dan diinkubasi. Dengan metode ini akan didapat hasil secara kuantitatif. Konsentrasi terendah yang menghambat pertumbuhan mikroba (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) dalam media dapat ditentukan dengan mengukur kekeruhan setelah inkubasi (Hugo & Russel, 1987). Keuntungan metode ini dibandingkan dengan metode difusi adalah dapat menentukan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) dari larutan uji tersebut (Anonim, 1992).

D. Staphylococcus aureus

  Staphylococcus aureus termasuk dalam familia Micrococcaceae, yaitu sel

  gram positif berbentuk bulat, biasanya tersusun dalam rangkaian tak beraturan seperti anggur. Bakteri ini mudah tumbuh pada berbagai perbenihan dan mempunyai metabolisme aktif, meragikan karbohidrat, serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning tua. Bakteri ini tumbuh paling cepat pada suhu

  o o o

  37 C, tetapi membentuk pigmen-pigmen paling baik pada suhu kamar (20 – 25 C).

  

S. aureus merupakan bakteri anaerob fakultatif yang bersifat patogen, memproduksi

  koagulase pigmen warna kuning emas, lipase, bersifat hemolitik dan tumbuh pada media yang mengandung NaCl 0,9%. S. aureus biasanya ditemukan pada kulit dan membran serta dapat menimbulkan suatu penyakit tertentu. Bakteri ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada selaput lendir, bisul, borok, serta nanah pada luka, tetapi peka terhadap antibiotik golongan beta laktam, serta peka terhadap fenol dan derivat fenol lainnya (Jawetz, Melnick & Adelberg, 1996).

  Kepekaan S. aureus terhadap banyak obat antimikroba berbeda-beda. Resistensi bakteri ini dibagi menjadi beberapa golongan :

  a. Sering membentuk β-laktamase di bawah kendali plasmid, dan menyebabkan organisme resistensi terhadap beberapa penisilin.

  b. Resistensi terhadap nafsilin (dan terhadap metisilin serta oksasilin) tidak tergantung pada pembentukan β-laktamase. Gen tersebut mungkin berada pada kromosom dan ekspresinya bermacam-macam. Mekanisme resistensi terhadap nafsilin dikaitkan dengan tidak ada atau sukar dicapainya protein pengikat penisilin pada organisme itu. c. Toleransi berarti bahwa obat dapat menghambat tetapi tidak bisa mematikan

  Staphylococcus , artinya terdapat perbedaan yang sangat besar antara konsentrasi

  hambat minimal dan konsentrasi bunuh minimal suatu antimikroba. Toleransi kadang-kadang disebabkan oleh tidak adanya proses aktivasi enzim autolitik dalam dinding sel (Jawetz, Melnick & Adelberg, 1996).

E. Identifikasi Kualitatif Kandungan Senyawa Aktif

  Identifikasi kualitatif bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa aktif yang berguna untuk pengobatan. Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan uji tabung dan atau uji kualitatif secara KLT. Uji tabung merupakan analisis kualitatif dengan cara mereaksikan bahan tanaman dengan larutan atau pereaksi tertentu, sehingga diperoleh hasil yang mengarah ke kandungan senyawa aktif dari bahan tanaman tersebut. Uji tabung meliputi uji alkaloid, uji antrakinon, uji polifenol, uji tanin (zat samak), uji kerdenolida, uji saponin dan uji minyak atsiri. Hasil dari uji tabung dapat dipertegas dengan analisis kualitatif secara KLT.

  Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan berdasarkan sifat-sifat fisikokimia (Stahl, 1985). Kelebihan KLT adalah keserbagunaan, kecepatan dan kepekaannya. Keserbagunaan KLT dikarenakan sejumlah penyerap yang berbeda- beda dapat disaputkan pada pelat kaca / penyangga lain. Kecepatan eluasi KLT yang besar karena sifat kepekaan yang tinggi sehingga hanya memerlukan sampel dalam jumlah kecil (Harborne, 1987).

  Faktor-faktor yang mempengaruhi pemisahan senyawa dalam KLT adalah struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan, sifat dari penjerap, tebal dan kerataan dari lapisan penjerap, derajat kemurnian dari fase gerak, derajat kejenuhan uap dalam bejana pengembangan, jumlah cuplikan yang digunakan, suhu, kesetimbangan antara atmosfer dalam bejana jenuh dengan uap pelarut (Sastrohamidjojo, 2002)

  Pada umumnya KLT dilakukan dengan cara pengembangan naik di dalam suatu bejana yang dindingnya dilapisi kertas saring, sedangkan deteksi senyawa pada pelat KLT biasanya dilakukan dengan menyemprotkan pereaksi tertentu. Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram dinyatakan dengan angka Rf (Retention factor) jarak titi k pusat bercak dari titik awal

  Rf = (Stahl, 1985) jarak garis depan dari titik awal Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254 dengan fase gerak kloroform-metanol-air (64 : 50 : 10) v/v. Silika gel merupakan penjerap yang paling banyak dipakai dalam KLT. Silika gel yang ditambah bahan pengikat gypsum dikenal dengan istilah ”silika gel G”, apabila ditambahkan zat yang mudah berfluoresensi agar mudah diidentifikasi disebut ”silika gel GF”. Fase gerak adalah media angkut yang terdiri dari satu atau beberapa pelarut. Fase gerak bergerak dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori karena adanya gaya kapiler (Stahl, 1985).

  Terdapat berbagai kemungkinan untuk deteksi senyawa pada kromatogram. Deteksi paling sederhana adalah jika senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi UV gelombang panjang (365 nm). Jika dengan kedua cara itu senyawa tidak dapat dideteksi harus dicoba dengan reaksi kimia yaitu pereaksi warna atau pereaksi semprot (Stahl, 1985).

  Penting diingat bahwa pereaksi warna harus mencapai pelat KLT dalam bentuk tetesan yang sangat halus sebagai aerosol dan bukan sebagai semprotan yang kasar. Biasanya hal ini tidak bisa dicapai bila digunakan semprot bola. Pembentukan warna yang optimum seringkali memerlukan peningkatan suhu dan waktu tertentu (Stahl, 1985).

  Identifikasi kualitatif kandungan senyawa aktif dalam infus akar ginseng merah dapat dilakukan dengan uji tabung dan dilanjutkan dengan analisis secara KLT. Analisis kualitatif secara KLT menggunakan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak kloroform : metanol : air (64 : 50 : 10) v/v. Dengan analisis secara KLT dapat ditentukan kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam infus akar ginseng merah. Kandungan kimia akar ginseng merah meliputi anthocyanin, ascorbic-acid, beta-karoten, betanin, caryophyllene, jaligonic-acid, niacin, oleanolic-acid, riboflavin dan thiamin (Duke, 1992). Kandungan aktif utama pada akar ginseng merah ini adalah saponin triterpenoid (Nuskha, 2004). Senyawa saponin diketahui mempunyai aktivitas sebagai antimikroba (Evans & Trease, 1989).

F. Landasan Teori

  Akar ginseng merah merupakan salah satu simplisia yang berkhasiat mengatasi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri, seperti sakit kulit dan infeksi saluran pernapasan atas (Nuskha, 2004). Kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam akar ginseng merah adalah saponin triterpenoid (Nuskha, 2004).

  Saponin diketahui mempunyai aktivitas sebagai antimikroba (Clause, 1961; Evans &

  Trease, 1989). Penyarian dilakukan dengan metode infundasi karena menurut Robinson (1991) senyawa saponin dapat larut dalam air.

G. Hipotesis Infus akar ginseng merah diduga memiliki potensi antibakteri terhadap S.

  aureus .

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang uji potensi antibakteri infus akar ginseng merah terhadap S.

  

aureus ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan

  penelitian acak lengkap pola searah. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

  1. Variabel Penelitian

  a. Variabel bebas Infus akar ginseng merah dengan variasi konsentrasi 40, 60, 80, dan 100% b/v.

  b. Variabel tergantung Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri uji.

  c. Variabel pengacau terkendali Waktu inkubasi (24 jam), suhu inkubasi (37

  o

  C), diameter paper disk (6 mm), volume suspensi bakteri uji yang diinokulasikan dalam media (0,1 ml), konsentrasi suspensi bakteri uji setara dengan kepadatan larutan standar Mc. Farland II (6 x 10

8 CFU/ ml), volume larutan uji yang diinokulasikan dalam

  paper disk (10

  μl), tempat tumbuh tanaman, suhu pengeringan bahan, cara dan waktu panen.

  d. Variabel pengacau tak terkendali Umur tanaman ginseng merah.

  2. Definisi Operasional

  a. Akar ginseng merah adalah bagian dari tanaman ginseng merah, berwarna kecoklatan berukuran besar dan berserabut yang berada di dalam tanah yang diperoleh dari CV. Indmira Citra Tani Nusantara.

  b. Infus akar ginseng merah konsentrasi 100% adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari serbuk akar ginseng merah yang diperoleh dari CV. Indmira

  o

  Citra Tani Nusantara sebanyak 40 gram dengan 400 ml air pada suhu 90 C selama 15 menit.

  c. Infus akar ginseng merah konsentrasi 80, 60 dan 40% adalah konsentrasi infus yang diperoleh dengan mengambil 20, 15 dan 10 ml larutan infus akar ginseng merah konsentrasi 100% kemudian diencerkan dengan aquadest sampai 25 ml.

  d. Potensi antibakteri adalah kemampuan infus akar ginseng merah untuk menghambat atau membunuh S. aureus dibandingkan dengan aquades sebagai kontrol negatif.

  e.

   Biakan murni Staphylococcus aureus diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  f.

   Zona hambat adalah zona jernih di sekitar paper disk yang telah diinokulasi

C. Alat dan Bahan 1.

   Alat

  Cawan petri (Pyrex), Waterbath (Memmert), Microbiology Safety

  Cabinet , lampu UV, ose, spreader/ batang bengkok, autoklaf (Model KT-40, ALP

  Co, Ltd, Hamurashi Tokyo, Japan), inkubator (Memmert, type BE 400, GmbH+CoKG-D91126, Swahaban FRG, Germany), neraca analitik (Nagata), penggaris, mikropipet, pemanas bunsen, panci infus, almari es (Sharp), alat-alat KLT (bejana, penyemprot, pipa kapiler) dan alat-alat gelas lainnya.

2. Bahan

  a. Akar ginseng merah diperoleh dari CV. Indmira Citra Tani Nusantara, Yogyakarta.

  b. Biakan murni S. aureus yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  c. Media Nutrien Agar (Oxoid) d. Aquadest steril sebagai kontrol negatif.

  e. Danoxilin ® 1000 mg (amoxycillin murni untuk injeksi) produksi Alpharma sebagai kontrol positif.

  f. Aquadest

  g. Fase diam : silika gel GF 254

  h. Fase gerak : kloroform : metanol : air (64 : 50 : 10) v/v i. Vanillin H SO sebagai penyemprot untuk identifikasi saponin

  2

  4

  8

D. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi Akar Ginseng Merah.

  Akar ginseng merah yang akan diteliti dideterminasi menurut pustaka acuan (Anonim, 1998; Anonim, 2000; Anonim, 2003; Christman, 2000; Harden, 1990; dan Nuskha, 2004). Determinasi dilakukan di Laboratorium Kebun Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Untuk mempermudah determinasi, digunakan seluruh bagian dari tanaman ginseng merah (akar, batang, daun, bunga dan buah).

  2. Pengumpulan Bahan Bahan berupa akar dari tanaman ginseng merah yang diperoleh dari CV.

  Indmira Citra Tani Nusantara, Yogyakarta pada bulan Oktober 2007. Tanaman yang diambil adalah tanaman yang sudah berbunga. Bagian tanaman yang digunakan adalah bagian akarnya yaitu dengan cara mengambil tanaman utuh kemudian dipotong pada bagian akarnya.

  3. Pengeringan dan Pembuatan Serbuk Pengeringan akar ginseng merah dilakukan di tempat terbuka yang terlindung dari sinar matahari langsung. Sebelum dikeringkan, akar dibersihkan dari debu dan kotoran terlebih dahulu, kemudian dicuci bersih dengan air mengalir. Selanjutnya dirajang dan diangin-anginkan di tempat terbuka yang terlindung dari sinar matahari langsung, kemudian dikeringkan dengan oven pada

  o

  suhu 40 – 50

  C. Bagian tanaman yang sudah kering (simplisia kering ditandai dengan mudah dipatahkan), diserbuk dengan blender, kemudian diayak menggunakan pengayak. Kecuali dinyatakan lain, seluruh simplisia harus

  4. Penyarian Akar Ginseng Merah Dengan Metode Infundasi Penyarian dilakukan dengan metode infundasi. Untuk infus kadar 100% sebanyak + 40 gram bahan (akar kering yang sudah diserbuk) dibasahi dengan air

  400 ml kemudian dipanaskan di dalam penangas air, selama 15 menit terhitung

  o

  mulai suhu dalam panci infus 90

  C, sambil sesekali diaduk. Infus diserkai sewaktu masih panas dengan menggunakan kain flanel sehingga diperoleh filtrat sebanyak 100 ml. Apabila filtrat yang diperoleh kurang dari 100 ml, maka untuk mencukupi kekurangan air perlu ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas sampai diperoleh volume yang dikehendaki. Dari larutan infus 100 % dipipet 20 ml, 15 ml dan 10 ml kemudian diencerkan dengan aquadest sampai 25 ml sehingga diperoleh konsentrasi 80, 60 dan 40 %.

  

Tabel I. Seri konsentrasi infus akar ginseng merah sebagai larutan uji

  Konsentrasi Volume larutan uji Volume aquadest Volume infus infus 100% (ml) (ml) pengenceran (ml) 80 %

  20

  5

  25 60 %

  15

  10

  25 40 %

  10

  15

  25

  5. Uji Potensi Antibakteri Infus Akar Ginseng Merah Terhadap S. aureus

  a. Persiapan stok bakteri Diambil bakteri dari biakan murni S. aureus dengan ose, kemudian di diinokulasi secara streak plate pada media nutrien agar miring, lalu inkubasi o

  selama 24 jam pada suhu 37

  C. Hasil inokulasi sebagai stok untuk tahap penelitian selanjutnya.

  b. Pembuatan suspensi bakteri Diambil dengan ose dari stok bakteri, kemudian diinokulasikan pada aquades steril, kemudian disetarakan dengan larutan standar Mc. Farland II (6

  8

  x 10 CFU/ml) dengan cara membandingkan kekeruhan suspensi bakteri uji secara visual dengan larutan standar baku.

  c. Uji potensi antibakteri infus akar ginseng merah terhadap S. aureus dengan metode difusi paper disk Dituang 20 ml nutrien agar ke dalam cawan petri, digoyang agar homogen, biarkan memadat. Diambil 0,1 ml suspensi bakteri uji yang setara

  8

  dengan larutan standar Mc. Farland II (6 x 10 CFU/ ml), kemudian diinokulasikan secara spread plate ke dalam cawan petri yang berisi media.

  Paper disk yang telah diinokulasi dengan 10 μl amoksisilin sebagai kontrol

  positif, aquadest steril sebagai kontrol negatif, dan larutan uji (konsentrasi 100, 80, 60 dan 40%) diletakkan di atas permukaan media yang telah diinokulasi dengan bakteri uji. Diinkubasi terbalik selama 24 jam pada suhu

  o

  37 C dan hasilnya dibaca dengan mengukur zona hambatan yang terbentuk di sekitar paper disk dengan menggunakan penggaris.

  d. Uji potensi antibakteri infus akar ginseng merah terhadap S. aureus dengan metode dilusi padat Pada tabung reaksi yang berisi 20 ml media nutrien agar dimasukkan

  0,5 ml bakteri S. aureus, kemudian ditambahkan pula 1 ml larutan uji dalam

  Setelah homogen dimasukkan dalam petri steril secara pour plate. Diinkubasi

  o

  selama 24 jam pada suhu 37

  C. Diamati pertumbuhan bakteri yang terjadi dan dibandingkan kekeruhan dari masing-masing konsentrasi dengan kontrol negatif dengan memberikan notasi untuk menyatakan banyak sedikitnya pertumbuhan bakteri uji. Setelah inkubasi pada petri yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan (kekeruhan = 0) diambil dengan ose koloni bakteri uji dan ditanam secara streak plate pada media padat steril dan diinkubasi selama

  o

  24 jam pada suhu 37

  C. Kemudian diamati pertumbuhan bakteri untuk mendapatkan nilai KHM dan KBM. KHM dapat ditentukan dari hasil dilusi padat yaitu pada petri yang menunjukkan penghambatan pada pertumbuhan

  S. aureus dibandingkan dengan kontrol negatif. Sedangkan KBM ditentukan

  dari hasil penegasan dengan mengamati pertumbuhan bakteri uji pada media yang menggunakan metode streak plate dari hasil dilusi padat mulai dari petri yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri (McKane & Kandel, 1996)

  6. Identifikasi Kualitatif Kandungan Senyawa dalam Infus Akar Ginseng Merah

  a. Uji Tabung 1) Uji Alkaloid

  Sebanyak 2 gram serbuk akar ginseng merah dipanaskan dalam tabung reaksi besar dengan 10 ml asam klorida 1% selama 30 menit di atas penangas air mendidih. Larutan disaring dengan kapas ke dalam tabung reaksi A dan B sama banyak. Larutan A dibagi dua sama banyak, lalu ke dalam larutan A-1 ditambah dengan pereaksi Dragendorf (3 tetes) dan larutan A-2 ditambah pereaksi Mayer (3 tetes). Terbentuknya endapan dengan kedua pereaksi tersebut menunjukkan adanya alkaloid.

  2) Uji Antrakinon Infus akar ginseng merah dididihkan selama 2 menit dengan 10 ml

  KOH 0,5N dan 1 ml hidrogen peroksida. Setelah dingin, suspensi disaring melalui kapas. Filtrat (5 ml) ditambah asam asetat (10 tetes) sampai pH 5, lalu dirambahkan 10 ml toluena. Lapisan atas (5 ml) dipisahkan dengan cara dipipet dan dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambah KOH 0,5N, warna merah yang terjadi pada lapisan air (basa) menunjukkan adanya senyawa antrakinon.

  3) Uji Polifenol Sebanyak 2 gram serbuk akar ginseng merah depanaskan dengan air sebanyak 10 ml selama 30 menit di atas penangas air mendidih. Kemudian disaring panas-panas, setelah dingin ditambah 3 tetes pereaksi besi (III) klorida. Terjadinya warna hijau-biru menunjukkan adanya polifenolat.

  4) Uji Tanin (zat samak) Sebanyak 2 gram serbuk akar ginseng merah dipanaskan dengan air sebanyak 10 ml selama 30 menit di atas penangas air mendidih. Disaring dan filtrat sebanyak 5 ml ditambahkan larutan NaCl 2% sebanyak 1 ml. Bila terjadi suspensi atau endapan disaring melalui kertas saring. Kemudian filtrat ditambah larutan gelatin 1% sebanyak 5 ml. Terbentuknya endapan menunjukkan adanya tanin.

  5) Uji Kardenolida Sebanyak 2 gram serbuk akar ginseng merah dipanaskan dengan air sebanyak 10 ml selama 10 menit di atas penangas air mendidih. Kemudian ditambah asam 3,5-dinitratbenzoat (0,4 ml) dan KOH 1N dalam metanol (0,6 ml). Terjadinya warna biru-ungu menunjukkan adanya kardenolida (glikosida jantung). Untuk penegasan lebih lanjut, filtrat yang lain (2 ml) dicampur dengan kloroform (2 ml). Lapisan atas diambil dengan pipet, lapisan bawah ditambah asam 3,5-dinitrobenzoat (0,5 ml). Terjadinya warna biru-ungu menunjukkan adanya kardenolida.