PENGARUH PELATIHAN KETERAMPILAN INTI PEER SUPPORT TERHADAP KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH PELATIHAN KETERAMPILAN INTI PEER
SUPPORT TERHADAP KOMPETENSI INTERPERSONAL
PADA REMAJA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Christantyaning Omega
069114088
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH PELATIHAN KETERAMPILAN INTI PEER
SUPPORT TERHADAP KOMPETENSI INTERPERSONAL
PADA REMAJA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Christantyaning Omega
069114088
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTAPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“Humble yourselves therefore under the mighty hand of God,
that He may exalt you in due time.”
- I Peter 5:6 -
“When we are no longer able to change a situation – we are
challenged to change ourselves..”
- Viktor E. Frankl -
“If you ask me anything I do not know, I’m not going to
answer..”>
- Yogi Berra -
“Wear your persona perfectly, because you are easily judged by
your cover..”
- Writer -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Karya sederhana ini dipersembahkan untuk: - Mamah, dengan seluruh doanya.. - Mereka yang rendah hati dan tidak mengenal underestimate..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH PELATIHAN KETERAMPILAN INTI PEER SUPPORT
TERHADAP KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJA
Christantyaning Omega
ABSTRAK
Remaja memerlukan orang yang dapat membuat mereka nyaman, berbagi perasaan, dan memberikan perhatian pada setiap emosi yang terjadi dalam diri mereka. Kemampuan atau keterampilan yang dimiliki individu untuk membina hubungan yang baik dan efektif dengan orang lain atau antar individu ini disebut kompetensi interpersonal (Buhrmester dkk., 1988). Pelatihan Keterampilan Inti Peer Support merupakan pelatihan yang dapat meningkatkan kompetensi interpersonal, karena keterampilan inti ini berperan sebagai dasar dari komunikasi interpersonal yang baik (Cowie dan Wallace, 2000). Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Pelatihan Keterampilan Inti Peer Support terhadap kompetensi interpersonal pada remaja. Hipotesis yang diajukan yaitu Ada Pengaruh Pelatihan Keterampilan Inti Peer Support terhadap peningkatan kompetensi interpersonal pada remaja. Penelitian ini dilakukan dengan metode Quasi Eksperiment, dengan Nonrandomized Pretest-Posttest Control Group Design. Subyek penelitian adalah remaja usia 12-15 tahun yang terdaftar sebagai siswa SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 62 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Skala Kompetensi Interpersonal yang diadaptasi dari lima aspek kompetensi interpersonal menurut Buhrmester, dkk. (1988). Selain itu dilakukan juga observasi untuk melengkapi data secara kualitatif. Koefisien reliabilitas alpha untuk Skala Kompetensi Interpersonal adalah 0,966. Hipotesis dianalisis menggunakan independent/uncorrelated data t-Test. Hasil analisis menunjukkan nilai t sebesar 4,427 dengan p<0,05 dengan perbedaan mean gain score kelompok eksperimen = 7.096774 dan kelompok kontrol = -5.32258. Hal ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada subyek kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Artinya, ada pengaruh dari Pelatihan Keterampilan Inti Peer Support terhadap kompetensi interpersonal pada remaja.
Kata kunci: peer support, kompetensi interpersonal, remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
THE INFLUENCE OF CORE PEER SUPPORT SKILLS TRAINING
TOWARDS THE INTERPERSONAL COMPETENCE IN ADOLESCENT
Christantyaning Omega
ABSTRACT
Adolescents need someone who can make them comfortable, to share their feelings, and give attention to every emotion that occurs within them. Ability or skill of the individual to develop good and effective relationship with other people or between individuals is called interpersonal competence (Buhrmester et al., 1988). Core Peer Support Skills Training is a training that can improve interpersonal competence, because these core skills serve as the basis of good interpersonal communication (Cowie and Wallace, 2000). This research was intended to find out the influence of Core Peer Support Skills Training towards the interpersonal competence in adolescent. The proposed hypothesis is that there is influence of Core Peer Support Skills Training toward the interpersonal competence in adolescent.This research was conducted with the method of Quasi Experiment, with pretest-posttest Nonrandomized Control Group Design. The subjects were adolescents, aged 12-15 years old that were registered as students of Taman Dewasa Jetis Junior High School 2010/2011. Data collection was conducted by Interpersonal Competence Scale that was adapted from the five aspects of Interpersonal Competence by Buhrmester et al. (1988). An observation was also conducted to complete the qualitative data. The Coefficient of Alpha Reliability for the Interpersonal Competence is 0,966. Hypothesis was analyzed using
independent/uncorrelated data t-Test . The result showed that the t value is 4,427 and p<0,005,
with the difference in mean gain score of experimental group = 7.096774 and control group = - 5.32258. It shows that there is significant difference between experimental group and control group. It means that there is influence of Core Peer Support Skills Training towards the interpersonal competence in adolescent.
Keywords: peer support, interpersonal competence, adolescent
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkatNya yang melimpahdan selalu baru, sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis percaya tanganNya yang penuh kuasa telah menolong penulis menghadapi
segala kesulitan dalam segala hal.Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih dengan
segala kerendahan hati kepada pihak-pihak yang memberikan dukungan dan
bantuan selama penulisan skripsi ini hingga selesai.
1. Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma, beserta seluruh staf akademik maupun non akademik atas ilmu pengetahuan yang telah diberikan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas ini.
2. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing yang
telah membimbing, memberikan petunjuk dan masukan yang sangat berguna dalam penulisan skripsi ini.
3. Ibu Agnes Indar E., S.Psi., Psi., M.Si. yang telah bersedia meluangkan waktu
untuk memberi masukan dan informasi pada awal penulisan skripsi ini.
4. Dr. A. Priyono Marwan, S.J. atas obrolan yang menghasilkan sebuah ide
untuk masa depan. Nggak nyangka akhirnya ini bisa saya kerjain loh, Romo..
5. Siswa SMPN 3 Godean, Ibu Irmina, dan Spy Mandasari yang telah membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Drs. H. Sunardi, M.Hum., selaku Kepala Sekolah beserta Ibu Musi Giri Astuti,
S.Pd. selaku Guru BK SMP Taman Dewasa Jetis yang telah memberikan izin dan membantu selama penulis melakukan eksperimen di sana.
7. Siswa SMP Taman Dewasa Jetis kelas VII B yang telah bersedia menjadi
subyek kelompok kontrol dan kelas VII D yang telah meluangkan banyak waktu untuk mengikuti pelatihan sebagai kelompok eksperimen.8. Mbak Judith sekeluarga yang mendukung dengan doa dan materi selama ini.
9. Andrian Liem, S. Psi. atas bantuannya menjadi trainer dalam pelatihan ini,
ROCK, man! Sekar Jati B. S. yang menjadi observer dalam penelitian, tengkyu ya jeunk buat waktu dan ilmu yang udah bersedia di-share-kan dengan cuma-cuma.. Akhirnya ngerepotin kamu juga..hehehe..
10. Thea Damianie, makasih buat support tenaga dan pikiran, juga input yang
unyuu banget buat ni skripsi.. You’re the real peer supporter!
11. Adekku yang paling ganteng, Dodol. Tengkyu yee ciiiyn.. udah sempat
minjemin komputer, bantuin bikin modul, dan nganterin ke sana sini buat butuhku selama ngerjain skripsi.
12. Teman-teman seperjuanganku: Jc, Mami, Hermin… Galau itu menular,
Jendral!!! Juga buat Om Djamal yang udah ngasih pertolongan terakhir pada statistik dan Mas Ponijo a.k.a Sigit buat pertolongan terakhir pada edit bahasa. Ho..ho..
13. My Chemical Romance, Lifehouse, Adam Lambert, Ne-Yo, David Achuleta,
Ryan Cabrerra, Kenny G., Sydney dan Mike Mohede, Sixpence None The Richer, Craig David, Brian McKnight, SMASH (huahahaa… antiklimaksPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
nih..) dan penyanyi lain yang udah bersedia nyanyi sampai pagi buta selama saya nulis. Suara kalian bagus yaa..
14. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini baik langsung maupun tidak langsung.Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, dengan kerendahan hati penulis memohon maaf apabila terdapat
kesalahan dalam penulisan. Untuk itu, penulis menerima segala kritik dan saran
yang membangun bagi semua pihak.Akhir kata, penulis berharap semoga karya ini berguna bagi ilmu
pengetahuan umumnya dan bagi para pembaca khususnya. Tuhan memberkati…
Yogyakarta, 26 Mei 2011 PenulisPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN JUDUL…………........................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….. iii
HALAMAN MOTTO………........................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................... vi
ABSTRAK........................................................................................................ vii
ABSTRACT………………………………………………………………….. viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…………… ix
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. x
DAFTAR ISI..................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xviii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................1 A. Latar Belakang....................................................................................
1 B. Rumusan Masalah...............................................................................
6 C. Tujuan Penelitian.................................................................................
6 D. Manfaat Penelitian..............................................................................
6 BAB II. DASAR TEORI..................................................................................
7
A. Remaja................................................................................................
15 D. Pengaruh Pelatihan Keterampilan Inti Peer Support Terhadap Kompetensi Interpersonal...................................................................
E. Alat Pengumpulan Data....................................................................... 29
F. Desain Penelitian.................................................................................
28 D. Subyek Penelitian................................................................................ 29
26 2. Kompetensi Interpersonal...............................................................
26 C. Definisi Operasional............................................................................ 26 1. Pelatihan Keterampilan Inti Peer Support......................................
26 A. Jenis Penelitian.................................................................................... 26
B. Identifikasi Variabel Penelitian...........................................................
25 BAB III. METODE PENELITIAN..................................................................
20 E. Hipotesis..............................................................................................
13 3. Pelatihan Keterampilan Inti Peer Support………….………….....
7 1. Definisi Remaja..............................................................................
1. Definisi Peer Support...................................................................... 13 2. Ciri-ciri Peer Suporter……………….…………………………...
13
3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Interpersonal...... 12
C. Pelatihan Keterampilan Inti Peer Support………………………......
10
9 2. Aspek-aspek Kompetensi Interpersonal.........................................
9 1. Definisi Kompetensi Interpersonal.................................................
8 B. Kompetensi Interpersonal...................................................................
7 2. Perkembangan Sosial Remaja.........................................................
32 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
G. Metode Analisis Data..........................................................................
32 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................
34 A. Orientasi Kancah dan Pelaksanaan Penelitian....................................
34 1. Orientasi Kancah.............................................................................
34 2. Pelaksanaan Pelatihan.....................................................................
35 B. Hasil Observasi Pelaksanaan Penelitian.............................................. 37
C. Hasil Penelitian...................................................................................
40 1. Hasil Uji Asumsi.............................................................................
40
2. Deskripsi Data Penelitian................................................................ 41 3. Hasil Uji Hipotesis..........................................................................
42 D. Pembahasan......................................................................................... 43 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................
50 A. Kesimpulan.........................................................................................
50 B. Keterbatasan dalam Penelitian............................................................
50 C. Saran....................................................................................................
51 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
52 LAMPIRAN-LAMPIRAN...............................................................................
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Distribusi Aitem Skala Kompetensi Interpersonal………….......30 Tabel 2. Koefisien Korelasi Aitem…………………………………….....
31 Tabel 3. Distribusi Aitem Lolos Seleksi Skala Kompetensi Interpersonal
31 Tabel 4. Data Subyek SMP Taman Dewasa Jetis…………………….…..
35 Tabel 5. Uji Asumsi……………………………………………………....
40 Tabel 6. Hasil Pengukuran Kompetensi Interpersonal………………….... 41 Tabel 7. Uji Hipotesis…………………………………………………….
42
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Skema Desain Penelitian……………………………………..32 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran A: Data Try Out...........................................................................55
1. Data Try Out
2. Hasil Try Out Lampiran B: Skala Kompetensi Interpersonal.............................................
56
1. Skala Try Out
2. Skala Pretest
3. Skala Posttest Lampiran C: Data Penelitian........................................................................
57
1. Data Penelitian
2. Hasil Penelitian Lampiran D: Surat Keterangan Penelitian....................................................
58 Lampiran E: Dokumentasi……….………………...………………………
59 Lampiran F: Lain-lain……………………...……………………………...
60
1. Modul Pelatihan Ketrampilan Inti Peer Support
2. Lembar Evaluasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rahmat Fauzi (17) melakukan aksi gantung diri di rumahnya di Cimanggis, Jawa Barat. Hal ini dilakukan lantaran dirinya selama ini dikucilkan oleh teman-
temannya. Sehari sebelum melakukan aksinya, Rahmat sempat bercerita pada adiknya
bahwa ia merasa malu karena selama ini sering membuat masalah di lingkungannya
(VIVAnews.com, 2009).Kasus dari Rahmat Fauzi ini menunjukkan bahwa sebuah hubungan yang baik
dengan teman maupun lingkungan sekitar dapat berpengaruh terhadap kehidupan
individu tersebut. Sikap teman-teman yang mengucilkan dirinya, membuat Rahmat
menjadi malu dan menilai dirinya sebagai pembuat masalah bagi lingkungannya
sehingga hal ini memicunya untuk melakukan aksi bunuh diri. Mungkin akan berbeda
keadaannya, jika saja hubungan baik antara Rahmat dan teman-temannya dapat
terjalin.Latipun (2005) melakukan penelitian mengenai konflik yang dialami dengan
teman sebaya terhadap 141 remaja di Malang, Jawa Timur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dalam dua tahun 59% subyek mengalami konflik dengan teman
sebaya 1-2 kali, 12% sebanyak 3-4 kali, dan 29% sebanyak 5 atau lebih.PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 Sementara itu, Ratna Juwita dari Universitas Indonesia mengadakan penelitian
rentan fenomena tindak kekerasan dikalangan pelajar SMP dan SMU di kota Jakarta,
Surabaya dan Yogyakarta. Penelitian ini menunjukkan bahwa angka tindak kekerasan
dengan korban dan pelaku adalah siswa atau pelajar di Yogyakarta paling tinggi
yakni sebesar 70,56% (Kompas, 2009).Konflik yang terjadi pada remaja dalam hubungannya dengan teman sebaya
menunjukkan adanya interaksi yang kurang baik antar individunya. Suatu interaksi
sosial yang baik antar individu dapat terbentuk jika ada komunikasi yang efektif
dalam interaksi tersebut. Komunikasi yang efektif akan dapat tercapai apabila
individu yang terlibat dalam sebuah interaksi memiliki keterampilan atau kompetensi.
Kemampuan atau keterampilan yang dimiliki individu untuk membina hubungan
yang baik dan efektif dengan orang lain atau antar individu ini kemudian disebut
kompetensi interpersonal (Buhrmester dkk., 1988). Apabila keterampilan atau
kompetensi interpersonal yang tinggi dimiliki oleh individu, maka dirinya akan
mampu menjalin komunikasi yang baik dengan individu lain.Pada hakikatnya, kompetensi interpersonal yang tinggi merupakan
keterampilan dasar yang harus dimiliki seorang peer supporter. Peer support
berbicara tentang pemahaman terhadap situasi orang lain dengan empati melalui
kegiatan sharing mengenai pengalaman rasa sakit emosional dan psikologis (Mead,
2003). Peer support didefinisikan sebagai berbagai macam perilaku membantu
interpersonal yang dilakukan oleh non-profesional yang berperan dalam memberi
bantuan pada orang lain (Kracen, 2003). Dengan kata lain, peer support bukanlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang yang profesional dan sangat terlatih,
melainkan dilakukan berdasarkan kemauan untuk memberikan bantuan dan dukungan
bagi orang yang berada dalam usia yang sebaya.Menurut Cowie dan Wallace (2000) beberapa kualitas yang dimiliki oleh
seorang peer supporter yang baik antara lain sebagai berikut : dapat dipercaya, tidak
menghakimi, mendengar dan tidak mengatakan apa yang harus diperbuat oleh
temannya, ramah dan mudah didekati, tidak mengatakan permasalahan temannya
tersebut pada orang lain sekalipun terjadi pertengkaran antara keduanya, baik, jujur
namun tidak suka mencela. Peer support memiliki berbagai macam metode, antara
lain; Co-operative Group Work, Lingkaran Waktu, Befriending, Lingkaran Teman,
Resolusi Konflik atau Mediasi Teman Sebaya, Peer Tutoring, Intervensi Berbasis
Konseling, Peer Education, dan Peer Mentoring. Sebelum melangkah lebih jauh
untuk menerapkan metode peer support yang ada, sebuah keterampilan inti peer
support tentu perlu dilatihkan, karena keterampilan ini berperan sebagai dasar darikomunikasi interpersonal yang baik (Cowie dan Wallace, 2000). Oleh karena suatu
komunikasi interpersonal yang baik adalah hasil dari adanya kompetensi
interpersonal yang tinggi pada diri individu yang terlibat dalam komunikasi tersebut,
maka dapat dikatakan bahwa pelatihan keterampilan inti peer support juga
merupakan pelatihan yang mendukung peningkatan kompetensi interpersonal.
Kompetensi interpersonal yang dibutuhkan oleh remaja untuk menjalin interaksi
sosial yang baik dapat diasah melalui pelatihan mengenai keterampilan inti peer
support yang kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4 Bagi seorang remaja, teman sebaya merupakan sosok yang besar perannya.
Pengaruh dari teman sebaya paling kuat disaat masa remaja awal; biasanya
memuncak diusia 12-13 tahun (Fuligni et al., dalam Papalia, Olds dan Feldman,
2009). Banyak hal yang dapat diungkapkan oleh seorang remaja kepada teman
sebayanya daripada orang tuanya. Pembicaraan remaja dan orang tua terbatas pada
hal-hal tertentu saja seperti masalah pendidikan, keuangan, kesehatan, dan karier.
Sementara itu, seorang remaja dapat lebih terbuka untuk membicarakan masalah
pergaulan, khususnya masalah-masalah seksual, dengan teman-temannya (Etikariena,
dalam Sarwono, 2008). Remaja mulai lebih mengandalkan teman dibandingkan orang
tua untuk mendapatkan kedekatan dan dukungan serta mereka lebih berbagi rahasia
dibandingkan dengan orang-orang yang lebih muda dengan teman mereka (Papalia,
Olds dan Feldman, 2009).Beberapa penelitian tentang interaksi keluarga menunjukkan bahwa remaja
awal merupakan masa di mana individu mulai mencoba untuk memainkan peran yang
lebih kuat dalam keluarga tetapi orang tua mungkin belum mengakuinya (Steinberg,
2002). Orang tua sendiri memiliki otoritas di dalam sebuah keluarga. Hal yang wajar
jika orang tua berharap anak-anaknya dapat menerima dan menerapkan nilai-nilai
yang telah ditanamkan. Namun, anak-anak yang mulai memasuki masa remaja
cenderung menganggap nilai-nilai yang diterapkan oleh orang tua sebagai hal yang
kuno. Remaja memilih untuk berbagi hal-hal yang sifatnya pribadi kepada teman
sebayanya. Nilai-nilai yang didapat dari teman-teman sebaya dianggap lebih
mengikuti perkembangan zaman, menguasai teknologi, fleksibel dan tidak kaku.PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5 Pengaruh dari teman sebaya dapat dilihat ketika individu merasa tidak puas
terhadap hubungannya dengan orang tua, terutama ibu, dan hasilnya remaja lebih
setuju pada teman sebayanya ketika hubungannya dengan orang tua mengalami
ketegangan (Jaccard, Blanton, dan Dodge, 2005).Hetherington dan Parke (dalam Desmita, 2009), mengungkapkan bahwa anak
pada usia 11-13 tahun berada dalam emphatic stage, yang mana seorang anak
mengharapkan kesungguhan dan potensi intimacy dari sahabat; mengharapkan
sahabat untuk memahami dan terbuka terhadap dirinya; mau menerima
pertolongannya, berbagai minat dan mempertahankan sikap dan nilai yang sama.
Remaja memerlukan orang yang dapat membuat mereka nyaman, berbagi perasaan,
dan memberikan perhatian pada setiap emosi yang terjadi dalam diri mereka. Ketika
orang tua tidak dapat menjadi teman bicara yang dipercaya oleh seorang remaja,
maka lingkungan sosial di luar keluarga memegang peranan penting. Oleh sebab
itulah, sebagai dasarnya, remaja harus memiliki kompetensi interpersonal yang tinggi
agar dapat menjalin interaksi sosial yang baik dengan teman sebayanya.Dalam hal ini, peneliti memulai penelitian dengan pertanyaan mendasar yaitu
apakah pelatihan keterampilan inti peer support berpengaruh untuk meningkatkan
kompetensi interpersonal pada remaja. Penelitian akan melihat Pengaruh Pelatihan
Keterampilan Inti Peer Support Terhadap Kompetensi Interpersonal Pada Remaja.PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah pelatihan keterampilan inti peer support berpengaruh terhadap kompetensi interpersonal pada remaja?”
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sekaligus menguji secara empiris
pengaruh pelatihan keterampilan inti peer support terhadap kompetensi interpersonal
pada remaja.D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan kontribusi bagi studi Psikologi Sosial dalam kaitannya untuk meningkatkan kompetensi interpersonal pada remaja.
b. Selain itu, penelitian ini juga berguna untuk menambah referensi bagi penelitian dibidang pelatihan peer support.
2. Manfaat Praktis Penelitian ini bermanfaat untuk memberi sumbangan pemikiran bagi remaja agar dapat mengembangkan kompetensi interpersonal dalam hubungannya dengan teman sebaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II DASAR TEORI A. Remaja
1. Definisi remaja
Bagi masyarakat Indonesia, remaja adalah manusia berusia 11-24 tahun dan belum menikah (Sarwono, 2008). Batasan usia 24 tahun ditetapkan dengan pertimbangan bahwa, usia tersebut merupakan usia paling lambat relatif bagi individu untuk mengakhiri ketergantungannya terhadap asuhan orang tua. Kriteria belum menikah ditetapkan dengan asumsi bahwa individu yang telah menikah, secara konsekuen akan hidup mandiri dengan pasangannya dan terpisah dari orang tua.
Masa remaja awal berkisar pada usia yang kira-kira sama dengan masa sekolah menengah pertama, sedangkan masa remaja akhir kira-kira menunjuk pada usia setelah 15 tahun (Santrock, 2003). Steinberg (2002) menyatakan masa remaja sebagai masa peralihan dari ketidakmatangan pada masa kanak- kanak menuju kematangan pada masa dewasa. Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun (Papalia, Olds dan Feldman, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2. Perkembangan Sosial Remaja
Individu yang menginjak usia remaja akan mengalami banyak perubahan. Selain perubahan fisik, perubahan sosial juga menonjol pada usia remaja. Hal ini dapat dilihat khususnya dalam hubungan sosialnya dengan teman sebaya. Bagi remaja, teman sebaya mempunyai fungsi yang hampir sama dengan orang tua. Teman bisa memberikan ketenangan ketika mengalami kekhawatiran (Hartub, dkk., dalam Desmita, 2009). Remaja mulai lebih mengandalkan teman dibandingkan orang tua untuk mendapatkan kedekatan dan dukungan serta mereka lebih berbagi rahasia dibandingkan dengan orang-orang yang lebih muda dengan teman mereka (Papalia, Olds dan Feldman, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian Jersild (dalam Mappiare, 1982) terhadap remaja usia 12-15 tahun, hal yang mendapat frekuensi tertinggi menyangkut kebahagiaan remaja adalah memperoleh hubungan baik dengan orang lain, bersahabat karib, mendapatkan teman yang pasti, dan sebagainya. Dalam penelitiannya, Kagan (1972) menemukan bahwa remaja awal menginginkan teman yang banyak, karena dirinya membutuhkan teman sebaya untuk membentuk keyakinannya, membuktikan pendapatnya, menguji sikap baru dalam menghadapi sesuatu yang asing untuk mengevaluasi daya tahannya dan
untuk memperoleh dukungan bagi sekumpulan asumsinya yang tidak kuat.
Pada masa remaja, anak mulai berusaha untuk melonggarkan hubungannya dengan orang tua dan lebih banyak menjalin hubungan dengan teman-teman sebaya. Hubungan remaja dan orang tua terkadang tidak sebaik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9 hubungan remaja dengan teman sebaya. Remaja akan lebih dapat terbuka kepada teman sebaya dari pada orang tuanya. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan nilai atau paham antara remaja dan orang tua yang seringkali menimbulkan konflik. Adanya konflik keluarga paling sering terjadi selama masa remaja awal, tetapi paling kuat dalam masa remaja pertengahan (Laursen, Coy, dan Collins, dalam Papalia, Olds dan Feldman, 2009). Konflik dengan orang tua inilah yang menyebabkan remaja menilai teman sebaya akan lebih dapat memahami dirinya dibandingkan orang tuanya.
B. Kompetensi Interpersonal
1. Definisi Kompetensi Interpersonal
Kompetensi interpersonal merupakan kemampuan atau keterampilan yang dimiliki individu untuk membina hubungan yang baik dan efektif dengan orang lain atau antar individu (Buhrmester dkk., 1988). Spitzberg dan Cupach (1984) mengungkapkan bahwa kompetensi interpersonal adalah kemampuan seorang individu untuk melakukan suatu komunikasi yang efektif yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan motivasi. Pengetahuan berarti mengetahui perilaku yang sesuai untuk diterapkan dalam situasi tertentu. Keterampilan adalah kemampuan menerapkan perilaku yang sesuai dengan konteks. Motivasi adalah keinginan untuk mampu berkomunikasi.
Suatu komunikasi yang efektif memerlukan kompetensi interpersonal yang tinggi. Pengetahuan, keterampilan, dan motivasi yang baik menunjukkan adanya kompetensi interpersonal yang tinggi, sehingga komunikasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10 efektif dapat tercapai dan menghasilkan hubungan yang baik pula.
2. Aspek-aspek Kompetensi Interpersonal
Buhrmester dkk. (1988) mengungkapkan lima aspek kompetensi interpersonal, yaitu: a. Kemampuan berinisiatif, yaitu kemampuan untuk memulai suatu bentuk interaksi dan hubungan dengan orang lain. Perilaku yang mencerminkan adanya inisiatif, antara lain: (1) mengenalkan diri pada seseorang yang ingin dikenal; (2) menjadi individu yang menarik dan menyenangkan ketika berkenalan dengan orang lain; (3) mengusulkan untuk melakukan sesuatu yang menarik bersama kenalan baru; (4) melanjutkan percakapan dengan kenalan baru yang lebih ingin dikenal.
b. Kemampuan untuk bersikap terbuka adalah kemampuan untuk terbuka kepada orang lain, menyampaikan info yang bersifat pribadi mengenai dirinya dan memberikan perhatian kepada orang lain sebagai suatu bentuk penghargaan yang akan memperluas kesempatan untuk terjadinya sharing.
Contoh perilaku yang menunjukkan keterbukaan diri adalah: (1) memberi kesempatan pada kenalan baru untuk lebih mengenal kita; (2) mengungkapkan pada sahabat bahwa kita menghargai dan menyayanginya; (3) mengungkapkan pada sahabat hal-hal yang mencemaskan dan menakutkan kita; (4) mengetahui cara mengembangkan percakapan dengan kenalan baru untuk lebih mengenal masing-masing pihak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
c. Kemampuan untuk bersikap asertif yaitu kemampuan untuk mempertahankan hak-hak pribadi secara tegas, mengemukakan gagasan, perasaan dan keyakinan secara langsung, jujur, jelas dan dengan cara yang sesuai. Asertivitas tampak dalam kemampuan: (1) mengatakan pada teman bahwa kita tidak berkenan dengan cara dia memperlakukan kita; (2) mengatakan “tidak” ketika teman menyuruh melakukan sesuatu yang tidak ingin kita lakukan; (3) menolak permintaan untuk melakukan hal yang tidak pantas; (4) menegur sahabat yang tidak menepati janji.
d. Kemampuan untuk memberikan dukungan emosional adalah kemampuan untuk memberikan empati dan kemampuan untuk menenangkan serta memberikan rasa nyaman bagi orang lain. Perilaku yang menunjukkan dukungan emosional adalah: (1) mendengarkan dengan sabar ketika sahabat menceritakan masalahnya; (2) membantu mengatasi masalah yang dihadapi teman dekat berkaitan dengan keluarga atau teman lain; (3) dapat mengatakan atau melakukan sesuatu untuk memberi dukungan emosional pada saat sahabat kita mengalami kesusahan; (4) dapat menunjukkan sikap penuh empati.
e. Kemampuan dalam mengatasi konflik interpersonal adalah upaya agar konflik yang muncul tidak semakin memanas. Kemampuan dalam mengatasi konflik dapat ditunjukkan melalui perilaku sebagai berikut: (1) pada saat mempunyai masalah dengan sahabat, kita benar-benar mendengarkan keluhannya dan tidak berusaha menebak apa yang ada dalam pikirannya; (2) mampu memandang permasalahan dari sudut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12 pandang teman dan pandangan-pandangannya; (3) tidak mengulang ucapan atau perbuatan yang dapat memperparah konflik; (4) dapat menerima bahwa dia memiliki pandangan sendiri terhadap suatu kejadian meskipun kita tidak setuju dengan cara pandang itu.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Interpersonal
Berbagai penelitian menemukan bahwa kompetensi interpersonal dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Kontak dengan orang tua
. Para ahli perkembangan mulai menjelajahi peran keterikatan yang aman dengan orang tua terhadap perkembangan remaja. Mereka yakin bahwa keterikatan dengan orang tua ini dapat membantu kompetensi sosial dan kesejahteraan sosial para remaja (Desmita, 2009).
b. Hubungan dengan teman sebaya Anak yang memiliki kesempatan untuk dapat berinteraksi dengan teman sebaya memiliki kesempatan yang lebih besar untuk meningkatkan perkembangan sosial dan perkembangan emosinya, serta lebih mudah dalam membina hubungan interpersonal (Kramer dan Gottman, 1992).
c. Partisipasi sosial Hurlock (1997) menjelaskan bahwa kompetensi interpersonal dipengaruhi oleh partisipasi sosial dari individu. Individu yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial akan lebih berpeluang untuk mengasah keterampilan-keterampilan sosial yang dimiliki termasuk kompetensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13 interpersonalnya. Dengan kata lain, semakin besar partisipasi sosial seseorang maka semakin besar pula kompetensi interpersonal yang dimilikinya.
C. Pelatihan Keterampilan Inti Peer Support
1. Definisi Peer Support . Peer support berbicara tentang memahami situasi orang lain dengan empati melalui kegiatan sharing mengenai pengalaman rasa sakit emosional dan psikologis (Mead, 2003). Peer support juga dapat didefinisikan sebagai berbagai macam perilaku membantu interpersonal yang dilakukan oleh non- profesional yang berperan dalam memberi bantuan pada orang lain (Kracen, 2003). Dengan kata lain, peer support bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang yang profesional dan sangat terlatih, melainkan dilakukan berdasarkan kemauan untuk memberikan bantuan dan dukungan bagi orang yang berada dalam usia yang sebaya.
2. Ciri-ciri Peer Suporter Menurut Cowie dan Wallace (2000) beberapa kualitas yang dimiliki oleh seorang peer supporter yang baik antara lain sebagai berikut: dapat dipercaya, tidak menghakimi, mendengar dan tidak mengatakan apa yang harus diperbuat oleh temannya, ramah dan mudah didekati, tidak mengatakan permasalahan temannya tersebut pada orang lain sekalipun terjadi pertengkaran antara keduanya, baik, jujur namun tidak suka mencela.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14 Egan (1974) menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan oleh peer supporter ketika menghadapi kliennya, yaitu :
a. Menghadap pada klien. Posisi seperti ini merupakan dasar dari ‘keterlibatan.’ Posisi ini mengatakan "Saya ada untuk Anda." b. Mempertahankan kontak mata yang baik. Peer supporter harus melihat langsung pada klien. Menjaga kestabilan, kontak mata langsung dengan lawan bicara menunjukkan bahwa peer supporter tersebut memperhatikan apa yang sedang dikatakan kliennya.
c. Postur tubuh yang terbuka. 'Terbuka' dapat diartikan secara harafiah.
Sebuah postur tubuh yang terbuka adalah tanda bahwa peer supporter juga terbuka untuk masalah yang klien ungkapkan dan membuka komunikasi langsung kepada klien.
d. Mencondongkan tubuh kepada klien. Hal ini dapat menandakan bahwa peer supporter tersebut tertarik pada apa yang sedang dikatakan klien.
Posisi seperti ini merupakan tanda lain dari keberadaan, ketersediaan, atau keterlibatan.
e. Berperilaku santai dan alami dengan menunjukkan bahasa tubuh yang santai dan tidak gugup. Peer supporter, meskipun bersemangat dan bekerja keras, dapat memberikan dirinya "ruang hidup" yang dibutuhkan untuk mendengarkan dan merespon cerita klien sepenuhnya. Bila seorang peer supporter terlalu tegang, maka dirinya akan cenderung terlalu cepat merespon, dan kecenderungan ini mengurangi kemampuannya untuk berempati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15