HUBUNGAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN KELUARGA DENGAN SIKAP QONAAH ANAK DI DUSUN TEMU KIDUL, DESA JOGOYASAN, KECAMATAN NGABLAK, KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2006
Drs. H.M. Banany Dosen STAIN Salatiga
Salatiga, Januari 2007
NOTA PEMBIMBING HUBUNGAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN KELUARGA DENGAN SIKAP QONAAH ANAK DI DUSUN TEMU KIDUL, DESA JOGOYASAN, KECAMATAN NGABLAK, KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2006 SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
D E P A R T E M E N A G A M A RI SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISL A M N E G E R I SA L A T IG A
Jl. Stadion No. 2 Salatiga (0298) 323706
PENGESAHAN
Skripsi Saudara : Damroni dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 02 045 yang beijudul Hubungan Pendidikan Keagamaan Keluarga dengan Sikap
Qonaah Anak di DUsun tem u Kidul, Desa Jogoyasan, Kec. Ngablak, Kab.
Magelang Tahun 2006 telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian,
Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Sabtu,
10 Februari 2007 yang bertepatan dengan tanggal 22 Muharram 1428 H. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah.
_ . .
10 Februari 2007 M Salatiga,--------------------------
22 Muharram 1428 H Panitia Ujian
Drs. H.M. Bananv
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut asma Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, segala puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun kadang menemui hambatan dan rintangan.
Sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya dan umatnya.
Adapun skripsi yang penulis susun ini beijudul : HUBUNGAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN KELUARGA DENGAN SIKAP QONAAH ANAK DI DUSUN TEMU KIDUL, DESA JOGOYASAN, KEC. NGABLAK, KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2006.
Dalam kesempatan ini, tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Adapun ucapan terima kasih, penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Fatchurrohman, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam.
3. Bapak Drs. H.M. Banany, selaku pembimbing yang telah memberi bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran
4. Segenap dosen dan karyawan STAIN Salatiga yang selama ini memberi ilmu
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama yang diawali dari keluarga merupakan kebutuhan
yang sangat urgen, karena melalui pendidikan agama yang diawali dari keluarga perkembangan kepribadian anak akan terarahkan. Keluarga merupakan tempat berinteraksi yang pertama kali bagi setiap anak.1 2
Keluargalah pendidik yang pertama dan utama untuk membekali anak perilaku dan mental yang didasarkan pada nilai akhlak dan nilai moral serta didasarkan pada ajaran agama. Oleh karena itu, sangat tepat apabila pendidikan agama diajarkan pada usia dini daripada anak sudah menginjak dewasa.
Pendidikan agama yang ditanamkan kepada anak kecil, maka anak akan senantiasa memiliki mental yang kuat untuk menghadapi kekalutan dan kegoncangan dalam hidupnya. Orang tua juga harus mengajarkan se^uatu yang baik kepada anak. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdur Razzaq Said bin Mansur, Rasulullah saw bersabda:
“Ajarkanlah kebaikan kepada anak-anak kamu dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang baik?'?
1 Achmadi, Islam sehagai Paradigma Ilmu Pendidikan , Aditya Media bekeijasama dengan IAIN Walisongo Press, Yogyakarta, 1992, him. 91
?
Dewasa ini banyak orang tua yang menyerahkan anaknya kepada lembaga pendidikan secara keseluruhan. Orang tua tidak memperhatikan dan ikut berkecimpung dalam mendidik perkembangan pendidikan anak-anaknya, karena sibuknya orang tua dalam urusan bisnis, pekeijaan dan lain sebagainya.
Semua itu hanya sebagai dalil karena tidak mampu atau bahkan sengaja meninggalkan kewajiban untuk mendidik anak-anaknya.
Kalau hal seperti di atas teijadi maka perkembangan pendidikan anak akan lambat, sebaliknya anak akan belajar terhadap lingkungan masyarakat karena dia sudah banyak berinteraksi dengan dunia luar dibandingkan di dalam keluarga. Apabila anak tersebut berada dalam lingkungan yang baik, maka anak tersebut akan banyak belajar dengan lingkungan tersebut dan akhlak anak akan baik. Sebaliknya, apabila lingkungan jauh dari norma-norma agama, maka konsekuensinya anak tersebut akan terpengaruh dengan perbuatan akhlak yang buruk.
Oleh karena itu, pendidikan keagamaan yang diawali dari keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan untuk membentuk kepribadian anak yang berakhlak mulia dan bermoral agama. Pada hakikatnya manusia mempunyai fitrah beragama, akhlak siswa berkembang jika dibimbing melalui pendidikan yang bisa membentuk kepribadian dengan dijiwai oleh ajaran moral agama yang mampu mewamai segala tingkah laku dan perbuatan sehari-hari.
Orang tua hendaknya bertanggung jawab terhadap akhlak anaknya,
I-
sebagai khalifatullah fil ard.3 Dengan jalan memberikan pengawasan dan suritauladan dari nilai-nilai agama secara langsung. Para orang tua hams menyadari bahwa eksistensi dirinya di tengah keluarga sebagai figur sentral bagi anak-anaknya setiap saat. Para orang tua hams menyadari bahwa bimbingan dan kasih sayang, perlindungan dan pengarahan, perhatian dan keteladanan kepada anak-anaknya mempakan kebutuhan fitrah. Oleh karena itu tidak dibenarkan mengabaikan bimbingan, pengarahan dan perhatian agama kepada anaknya walaupun mereka sudah dewasa.
Islam memandang bahwa keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama dan utama. Pengalaman pergaulan dalam keluarga akan memberikan pengaruh yang sangat pesat bagi perkembangan anak untuk masa-masa yang akan datang. Orang tua adalah pembina pribadi dalam hidup anak.
Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka mempakan unsur-unsur yang dengan sendirinya masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh dan berkembang. Kepedulian orang tua dalam pendidikan agama akan sangat berpengaruh pada pembentukan sikap dan akhlak putra-putrinya, maka sebagai orang tua sangat perlu untuk mendahulukan nilai-nilai agama agar menjadi benteng yang kuat yang senantiasa mendampingi dan menjaga anak- anaknya manakala mereka mengalami kegoncangan serta kekalutan hidup.
Pengamatan semcntara penulis terhadap pendidikan agama yang ditanamkan oleh orang tua pada saat ini sangat minim, baik dengan alasan karena sibuknya orang tua bekerja mencari nafkah untuk keluarga, ataupun
3
5 B. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari berbagai perbedaan penafsiran terhadap penggunaan kata pada judul penelitian ini, perlu penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi variabel penelitian.
1. Hubungan Yang dimaksud dengan hubungan, adalah pertalian, sangkut paut, kontak, ikatan.4 Yang dimaksud kata “ hubungan*'di sini adalah adanya pertalian atau sangkut paut antara pendidikan keagamaan yang ditanamkan di dalam keluarga dengan sikap qona’ah anaknya.
2. Pendidikan Keluarga Pendidikan adalah satu usaha yang bersifat sadar tujuan, dengan sistematis, terarah pada perubahan tingkah laku menuju kekedewasaan anak didik.5
Keluarga adalah orang-orang yang menjadi penghuni rumah, seisi rumah; bapak beserta ibu dan anak-anaknya; satuan kekerabatan yang mendasar dalam masyarakat.6
4 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta, 1982, him
5 Winamo Surahmad, Metodologi Pengajaran Nasional, Jemmars, Bandung, 1980, him. 13
4
orang tua menyerahkan secara keseluruhan terhadap perkembangan anak- anaknya kepada lembaga pendidikan, tanpa ikut campur orang tua. Dengan demikian, mental anak apabila dalam menghadapi apa yang dimiliki dan menghadapi permasalahan yang menimpanya bukan diselesaikan dengan didasarkan nilai-nilai agama tetapi dipecahkan dengan mengikuti hawa nafsu syetan.
Berdasarkan asumsi inilah penulis berkeinginan untuk meneliti dan mengangkat permasalahan tersebut dengan judul “Hubungan Pendidikan Keagamaan Keluarga dengan Sikap Qona’ah Anak di Dusun Temu Kidul, Desa Jogoyasan, Kec. Ngablak, Kab. Magelang tahun 2006”.
Area penelitian dilakukan di Dusun Temu Kidul karena ada beberapa alasan:
e.
1. Lingkungan masyarakat di Dusun Temu Kidul tergolong masyarakat yang cukup agamis sehingga tidak menutup kemungkinan pendidikan agama yang ditanamkan kepada anak oleh orang tuanya telah ada. Hal ini dibuktikan dengan adanya aktifitas madrasah pada setiap hari.
2. Mayoritas masyarakat di Dusun Temu Kidul bermata pencaharian sebagai petani yang berpenghasilan kurang stabil (rendah). Dengan demikian kebutuhan hidup untuk anak-anaknya belum terpenuhi. Kondisi seperti ini anak akan bersikap qona’ah dalam menghadapi kekurangan hidup.
6 Jadi yang dimaksud dengan pendidikan keluarga adalah kesadaran
ayah/ibu atau orang tua dalam membina anak-anaknya dalam membangun dan merubah tingkah laku anaknya menuju ke arah kedewasaan dan orang tua memberi contoh yang mencerminkan tingkah laku yang baik.
3. Pendidikan Keagamaan Keluarga Pendidikan agama Islam adalah usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan dan sumber daya insani lainnya agar lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam.'
Jadi yang dimaksud pendidikan keagamaan keluarga di sini adalah usaha yang khusus dan sadar bagi orang tua untuk mendidik dan membina anak-anaknya tentang ajaran agama Islam untuk dipahami, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, untuk berubah tingkah laku menuju ke kedewasaan anaknya.
4. Sikap qona’ah anak Sikap adalah suatu kesadaran individu yang menetapkan perbuatan nyata dan perbuatan yang mungkin teijadi di dalam kegiatan sosial.7
8
5. Qona’ah Menurut etimologi, kata qanaah berasal dari kata bahasa arab
j
U3 bentuk masdar dari fi’il madhi *_ 3 yang berarti merasa cukup
7
(puas) dengan.9 Sedangkan menurut Mahmud Yunus memiliki arti rela, suka menerima yang dibagikan kepadanya.10 Jadi yang dimaksud sikap qonaah dalam penelitian ini adalah perbuatan yang mencemrinkan kerelaan atas segala yang diterima dan merasa tercukupi dengan semua yang dimilikinya, serta sikap mental (hati) dalam menghadapi apa yang menimpa anak.
Untuk mengukur adanya pendidikan keagamaan keluarga ditentukan indikator sebagai berikut: a. Orang tua selalu menanamkan nilai-nilai agama ke dalam jiwa anak.11
b. Orang tua selalu memberikan dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan agama. 12 c. Orang tua mengawasi dan mengarahkan anak agar selektivitas dalam bergaul.
d. Orang tua memberi contoh kepada anak dalam berakhlak mulia.13 Untuk mengukur sikap qona’ah anak menggunakan indikator sebagai berikut: a. Anak selalu sabar dan tabah menghadapi apa yang menimpanya
b. Anak senantiasa bertawakal kepada Tuhan
c. Anak selalu bersyukur atas kenikmatan dari Tuhan14
9 Bin Nuh dan Oemar Bahri. Kamus Arab Indonesia. Mutiara, Jakarta, him. 226
I Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia , PT. Hidakarya Agung, Jakarta, 1989, him. 359
II Syaiful Bahri Djamarah, op. cit. , him. 19 Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam.
12 Mansur, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 2005, him. 319
8 C. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pendidikan keagamaan anak dalam keluarga di Dusun Temu Kidul ?
2. Bagaimana sikap qona’ah anak di Dusun Temu Kidul ?
3. Adakah pengaruh pendidikan keagamaan keluarga terhadap sikap qona’ah anak di Dusun Temu Kidul, Desa Jogoyasan, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang?
D. Anggapan Dasar dan Hipotesis Hubungan pendidikan agama dengan sikap qona’ah, dalam tindakan seseorang akan nampak dan sangat erat sekali hubungannya, karena pada dasamya pengetahuan agama dapat membentuk jiwa atau pribadi seseorang. Dalam hal ini selaras dengan tujuan pendidikan agama untuk mewujudkan kedewasaan anak yang meliputi jasmani dan rohani. Kedewasaan jasmani berproses secara otomatis dalam pertumbuhan fisik manusia, namun untuk itu diperlukan pendidikan dalam arti pemeliharaan dan perlindungan, agar pertumbuhan jasmani berlangsung secara sehat. Sedangkan kedewasaan psikis (rohani) sebagai tujuan pendidikan secara umum berarti kemampuan bertanggung jawab sendiri terhadap sikap, cara berpikir dan bertingkah laku, baik pada diri sendiri, masyarakat maupun kepada Allah SWT.15 Manusia diciptakan dengan diberikan kesempumaan yaitu berupa akal pikirari agar manusia mampu menerima dan menggali pengetahuan. Kesempumaan yang
9 diberikan oleh Allah kepada manusia (akal), telah diterangkan dalam surat At Tin ayat 4 yang berbunyi: j l l
■ I ,"_ 9 L U - U J
Artinya: “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknyd\ (QS. At Tin : 4). 16
Dengan adanya kesempumaan itulah manusia mampu berpikir dan mampu menimba ilmu pengetahuan tentang pendidikan agama di berbagai tempat pendidikan, karena itu manusia dipersiapkan untuk menjadi khalifah Allah yang mewakili-Nya mengatur dan menjaga alam semesta dan lingkungan, maka ia diberi kelebihan dan kesitimewaan yang tidak dimiliki makhluk lain. Oleh karena itu, manusia hams bisa menjaga dirinya sendiri dalam tingkah lakunya.
Pendidikan agama adalah bukan hanya sebatas pengetahuan, akan tetapi pendidikan adalah sesuatu yang telah diketahui oleh seseorang untuk dimanifestasikan pada sebuah perilaku manusia bukan untuk sekedar mengetahuinya.
Aspek pendidikan agama dengan perilaku “qona’ah” seseorang akan dirasakan manfaatnya bagi mereka yang telah mengetahui dan memahami tentang manfaat pendidikan agama, karena perilaku individu yang bemilaikan moralitas agama akan baik dalam pengalamannya, menumt tata nilai moral.
Berdasarkan asumsi atau anggapan dasar tersebut, maka hipotesis yang kami kemukakan adalah:
10 “Ada hubungan pendidikan agama keluarga dengan sikap qona’ah anafc”.
Dengan kata lain “Semakin tinggi pendidikan keagamaan keluarga
semakin tinggi pula sikap qona’ah anak dan semakin rendah pendidikan keagamaan keluarga semakin rendah pula sikap qona ’ah anal?'.
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pendidikan keagamaan anak dalam keluarga di Dusun Temu Kidul 2. Untuk mengetahui sikap qona’ah anak di dusun Temu Kidul.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan pendidikan keagamaan keluarga dengan sikap qona’ah anak di dusun Temu Kidul, Desa Jogoyasan, Kec.
Ngablak, Kab. Magelang.
F. Manfaat Hasil Penelitian
1. Manfaat Teoritis Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pendidikan pada umumnya, khususnya dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan Islam yang diperoleh dari penelitian lapangan.
2. Manfaat Praktis Apabila temyata ada hubungan, hal ini berarti memberi masukan bagi orang tua khususnya tentang arti pentingnya pendidikan keagamaan di dalam keluarga, yang temyata mempunyai pengaruh positif terhadap sikap qona’ah anak, sehingga dapat memberikan bimbingan kepada orang
11
tua untuk senantiasa memperhatikan pendidikan agama bagi anaknya di dalam keluarga.
G. Metode Penelitian
1. Populasi dan Sampel Sampel adalah sebagian individu yang dapat mewakili populasi.17 1
8 Sedang semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh
- 18 dari sampel itu hendak digeneralisasikan disebut populasi.
Untuk menentukan sampel, Suharsimi Arikunto mengemukakan untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlahnya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.19
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah anak di Dusun Kidul yang berumur 6 sampai 15 tahun yang sebanyak 62 anak.
Karena kurang dari 100 anak, maka seluruhnya kami jadikan responden atau disebut penelitian populasi.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Angket Adalah daftar pertanyaan terhadap obyek yang diselidiki.20
Pcneliti mengajukan daftar pertanyaan kepada anak yang
17 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, YPFP UGM, Yogyakarta, 1981, him. 70
18 Ibid, him. 31
19 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta,
12
berhubugnan dengan pendidikan keagamaan keluarga dan sikap qona’ah.
b. Observasi Peneliti mengamati dan mencatat gejala-gejala yang timbul dari anak mengenai sikap qona’ahnya.
c. Wawancara Menanyakan kepada anak dan orang tua secara langsung mengenai pendidikan keagamaan keluarganya dan sikap qona’ahnya dengan memperhatikan indiaktor yang sudah ada.
3. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data menggunakan pendekatan kuantitatif.
Pendekatan ini menggunakan perhitungan matematis atau analisis statistik, yaitu dengan cara sebagai berikut: Untuk analisis hasil instrumen, interval kelas dibagi menjadi 3
(tiga) yang disesuaikan dengan kebutuhan analisis, yaitu :
a. Altematif jawaban A
b. Altematif jawaban B
c. Altematif jawaban C Penilaian memberikan skor sebagai berikut
a. Menjawab A mendapat nilai 3
b. Menjawab B mendapat nilai 2
c. Menjawab C mendapat nilai 1
13 Setelah data terkumpul, maka penulis mengelola dan menganalisis
secara diskriptif dengan teknik prosentase untuk mengetahui frekuensi gejala yang muncul dan dideskripsikan melalui penyajian data berupa tabel. Selanjutnya untuk mengetahui hubungan antara dua variabel digunakan teknik statistik product moment.
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini disusun dalam 5 bab, yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan Pada ba bini berisi latar belakang masalah, penjelasan istilah, pokok masalah, anggapan dasar dan hipotesis, tujuan penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan skripsi.
Bab II Landasan Teori Pada bab ini diuraikan berbagai pembahasan teori yang menjadi landasan teori penelitian, khusunya yang berkaitan dengan variabel penelitian yaitu teori-teori mengenai pendidikan keagamaan keluarga dan teori-teori perilaku atau sikap qona’ah.
Bab III Laporan Hasil Penelitian Pada bab ini akan dilaporkan hasil pengumpulan data yang berkaitan dengan variabel penelitian. Di samping itu juga dilaporkan beberapa hal mengenai monografi lokasi penelitian, situasi lokasi penelitian serta yang berkaitan dengan jumlah penduduk di Dusun Temu Kidul.
14 Bab IV Analisis Data
Pada bab analisis data ini meliputi analisis pendahuluan dan analisis uji hipotesis.
Bab V Penutup Mengakhiri penulisan skripsi pada bab kelima akan diuraikan mengenai kesimpulan akhir dari hasil penelitian, saran-saran yang berhubungan dengan pihak terkait dari subjek penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI A. Pcndidikan Keagamaan dalam Keluarga*
1. Pengertian Pendidikan Beberapa ahli pendidikan menemui kesulitan dalam merumuskan pengertian pendidikan. Kesulitan ini antara lain disebabkan oleh banyaknya jenis kegiatan serta luasnya aspek kepribadian yang hams dibina oleh pendidikan.
Kegiatan pendidikan sangat banvak macamnya, antara lain disebabkan beraneka segi kepribadian yang harus dibina oleh pendidikan.
Tekanan kegiatan pendidikan terletak pada pengajaran, sedangkan segi kepribadian yang dibina adalah aspek kognitif dan kebiasaan. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menyiapkan dirinya untuk suatu kehidupan yang bermakna.
Menurut Dr. Ahmad Tafsir. pendidikan adalah usaha t. meningkatkan diri dalam segala aspeknya. Definisi ini mencakup kegiatan pendidikan yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan gum (pendidik), mencakup pendidikan formal, maupun non formal serta informal. Segi yang dibina oleh pendidikan dalam definisi ini adalah seluruh aspek kepribadian.1 ^
'Ahmad Tafsir, Metodik Klmsus Pendidikan Alania Islam , Remaja Rosdakarya,
16 Beberapa pengertian mengenai pendidikan dewasa ini telah banyak
pakar yang mengemukakan pendapat mereka. Di antaranya sebagai berikut: a. Menurut UU RI nomor 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
b. Winamo Surahmad menyatakan bahwa “Pendidikan adalah satu usaha yang bersifat sadar tujuan, dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju ke kedewasaan anak didik”.2
3 Dal am beberapa pengertian di atas menunjukkan adanya indikasi bahwa melalui pendidikan seseorang akan belajar untuk berfikir dan belajar untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, penendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, ketrampilan yang berguna bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Karena itu semakin orang belajar maka akan semakin bertambah pengetahuannya, pengalamannya, dan juga pengertiannya tentang suatu keadaan dan dengan sendirinya akan mempengaruhi cara orang dalam berfikir dan bertindak.
2 UU RI Nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Ekajaya, Jakarta, 2003, him. 4
17 Menurut Poerbakawatja dan Harahap, bahwa “pendidikan adalah
merupakan usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak mencapai kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moral dari perbuatannya. Orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik, misalnya guru sekolah, pendeta atau kyai dalam lingkungan keagamaan, kepala- kepala asrama dan sebagainya.4
2. Pendidikan Keagamaan Dalam buku Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan dijelaskan pengertian pendidikan agama Islam adalah “Usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan subjek didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran
Islam”.5 Menurut D. Marimba, pendidikan Islam adalah “bimbingan jasmani dan rohani didasarkan hukum Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”.6
Berdasarkan pendapat tersebut, maka pengertian pendidikan keagamaan adalah suatu usaha orang dewasa dalam membimbing, \ memimpin, menuntun perkembangan jasmani dan rohani anak didik, agar
4 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, him. 11
18
menjadi manusia yang berkepribadian sempuma dan utama serta mengamalkan ajaran-ajama agama sebagai pandangan hidupnya.
Adapun yang dimaksud dengan kepribadian utama adalah kepribadian yang tumbuh dalam diri, yang akan membawa anak didik menjadi insan kamil dengan pola taqwa, artinya manusia yang utuh jasmani dan rohani, dapat hidup berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya pada ajaran agama. Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan agama diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya juga masyarakat, serta mengamalkan dan mengembangkan ajaran agama dalam hubungannya dengan pencipta, sesama manusia dan sesama makhluk.
Tujuan pengajaran sebagai bagian untuk mencapai tujuan pendidikan, dengan kata lain, pengajaran termasuk dalam pendidikan bukan sebaliknya. Demikian juga pengajaran agama adalah bagian yang termasuk dalam pendidikan agama. Uraian tersebut didasarkan pada pendapat Zuhairini “pengajaran agama Islam berarti pemberian pengetahuan agama Islam kepada anak agar mempunyai pengetahuan agama Islam”.7
Membahas pengajaran agama Islam tidak lepas dari pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam akan sulit dicapai kalau tidak dengan pengajaran agama Islam. Sedangkan pengajaran agama Islam tidak akan berarti kalau tidak dapat mencapai tujuan pendidikan agama Islam. Adapun mengenai istilah pendidikan pada dasamya berlaku secara umum, maksudnya usaha pendidikan itu mengenai ajaran agama (baik Islam, Kristen, Budha maupun Hindu). Jadi sifatnya umum untuk semua agama menurut agama yang dianut atau diajarkan oleh guru.
3. Tujuan Pendidikan Keagamaan Menurut Achmadi tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalami proses pendidikan baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan bermasyarakat dan alam sekitamya dimana individu itu hidup.8
Pendapat di atas mengandung arti bahwa tujuan pendidikan dititik beratkan pada segi yang bersifat normatif yaitu perubahan pada subjek didik dalam perilaku atau tindakan yang dapat berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan kehidupan masyarakat serta dapat dipertanggung jawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tujuan tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan Islam, sebagaimana pendapat Chabib Thoha yaitu tujuan pendidikan Islam secara umum adalah untuk mencapai tujuan hidup muslim, yakni menumbuhkan kesadaran manusia sebagai makhluk Allah SWT, agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berakhlak mulia dan beribadah kepada-Nya.9
19
1 Achmadi, op. cit, him. 59
20 Achmadi memberikan empat ciri pokok yang dimiliki tujuan
pendidikan Islam, yang dikutip dari Omar Muhammad Attoumy Asy Syaebani yaitu:
a. Sifat yang bercorak agama dan akhlak
b. Sifat kemenyeluruhannya yang mencakup segala aspek pribadi pelajar (subjek didik), dan semua aspek perkembangan dal am masyarakat.
c. Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentangan antara unsur-unsur dan cara pelaksanaannya.
d. Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan.10 Dengan demikian, tujuan pendidikan merupakan masalah inti yang sangat mendasar dalam pendidikan.
4. Pendidikan Keluarga
a. Pendidikan Orang tua Pendidikan keluarga adalah proses berlangsungnya pendidikan dalam keluarga, dimana orang tua sangat berperan terhadap pendidikan anak-anaknya, sebelum membahas pendidikan keluarga terlebih dahulu penulis akan membahas tentang orang tua. Orang tua adalah manusia yang paling rapat hubungannya dengan anak, dan ditambah lagi dengan pengawasan pendidikan mereka terhadap anaknya”.11
21 Tamrin Nasution dan Nurhalijah, orang tua adalah setiap orang
yang bertanggung jawab dalam keluarga atau rumah tangga, yang dalam kehidupan sehari-hari lazim disebut dengan ibu bapak.'^ Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa orang tua yaitu sesosok pria dan wanita yang terjalin dalam tali perkawinan, hidup dalam satu keluarga atau rumah tangga yang melahirkan, membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Jadi dalam hal ini orang tua adalah ayah dan ibu bagi anak-anaknya.
b. Tanggung jawab Orang tua Kelahiran dan kehadiran anak dalam sebuah keluarga secara alamiah memberikan tanggung jawab terhadap pihak orang tua.
Tanggung jawab tersebut timbul atas dasar motivasi kasih sayang yang sekaligus dijiwai oleh rasa tanggung jawab moral. Secara sadar orang tua mempunyai kewajiban dalam memelihara anaknya sampai mampu berdiri sendiri (dewasa) baik secara fisik, ekonomi, sosial maupun moral.
Dasar-dasar tanggung jawab orang tua antara lain meliputi : 1) Dorongan atau motivasi cinta kasih sayang yang menjiwai hubungan antara orang tua dengan anak. Cinta kasih sayang ini mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggung jawab dan mengabdikan hidupnya untuk sang anak. 1
2
I f
22
2) Memotivasi kewajiban moral, sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya. Tanggung jawab moral ini meliputi nilai-nilai religius spiritual yang dijiwai pengabdian diri kepada Allah SWT.
« 3) Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada gilirannya juga menjiwai bagian dari masyarakat, bangsa dan negaranya, bahkan kemanusiaan. Tanggung jawab ini merupakan perwujudan kesadaran tanggung jawab kekeluargaan yang diikuti oleh darah keturur.an dan kesatuan keyakinan.lj Sebagaimana firman Allah surat At Tahrim ayat 6 Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka (QS. At Tahrim : 6)14
Ayat tersebut memberikan pengertian bahwa orang tua bertanggung jawab atas moral anak-anaknya serta keturunannya yang dapat dipertanggung jawabkan kepada Allah SWT.
Menurut Fuad Hasan bahwa tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua terhadap anak antara lain sebagai berikut: 1) Memelihara dan membesarkannya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan, karena anak *
1 Team Dosen IKIP Malang, Pengantcr Drsw-dasar Kependidikan, Usaha Nasional,
4
Surabaya, 198!, him. 17-18
23
memerlukan makan, minum dan perawatan, agar ia dapat hidup secara berkelanjutan.
2) Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasraaniah dan rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya
% lingkungan yang dapat membahayakan dirinya.
3) Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi hidupnya, sehingga apabila ia telah dewasa ia mampu berdiri sendiri dan membantu orang lain (hablum minan nas ) serta melakanakan kekhalifahannya.
4) Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah sebagai tujuan akhir hidup muslim. Tanggung jawab ini dikategorikan juga sebagai tanggung jawab kepada Allah.
c. Kedudukan Keluarga dalam Pendidikan Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus menerus perlu dikembangkan pada setiap orang tua sehingga pendidikan yang dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari orang tua. tetapi telah didasari oleh teori pendidikan modem, sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan demikian
^ i n
tingkat kualitas materi pendidikan anak dapat digunakan anak-anak untuk menghadapi lingkungan yan selalu berubah. Bila hal ini dapat dilakukan orang tua maka generasi mendatang telah mempunyai kekuatan mental menghadapi perubahan dalam masyarakat. Untuk
24
meningkatkan kualitas diri orang tua antara lain adalah dengan belajar seumur hidup, sebagaimana ajar an Islam menegaskan bahwa menuntut ilmu wajib bagi laki-laki maupun perempuan muslim tanpa kecuali. Agama Islam selalu meningkatkan pemeluknya agar generasi-generasi berikut kualitasnya lebih baik dari pada kualitas generasi sebelumnya.
Keijasama mendidik antara suami dan istri sangat mutlak dilakukan secara serasi dan seimbang. Keduanya harus ada kesatuan pengertian dalam mendidik anak-anaknya.
Bagi suami yang mempunyai kelebihan ilmu dan ketrampilan mendidik harus mengajarkan kepada istrinya dan begitu pula sebaliknya.15
Dalam aspek pendidikan, seluruh aspek kepribadian manusia dikembangkan. Dengan demikian, tidaklah akan mencukupi jika hal itu diserahkan sepenuhnya pada sekolah. Justru pendidikan yang diterima dari orang tualah yang akan menjadi dasar bagi pembinaan kepribadian anak-anaknya.
Meskipun pada masa-masa berikutnya seorang anak telah mengenyam pendidikan sekolah, namun tidak terlalu banyak mengurangi peran keluarga tersebut. Hanya sedikit sekali waktu yang disediakan untuk pendidikan di sekolah jika dibandingkan waktu mereka jalani di rumah atau di luar lembaga formal (sekolah).
26 Pandangan yang begini adalah sesat dan keliru. Berpangku tangan
tidak mau bekerja, bukanlah qana’ah tetapi ialah kemalasan. Qana’ah bukanlah pengangguran. Qana’ah yang diajarkan oleh Islam ialah qana’ah hati, bukan qana’ah ikhtiar.
Tadi jelasnya qana’ah itu bersangkutan dengan sikap hati (sikap mental) dalam menghadapi apa yang kita miliki atau dalam mengahadapi apa yang menimpa diri kita. Kita terima dengan rasa apa yang ada, kita sandang dengan tabah apa yang menimpa kita. Tetapi kita tetap bekerja sebagaimana mestinya sambil tetap bertawakallah kepada Allah. Kalau pekeijaan kita berhasil, syukur alhamdulillah, sebab artinya kita mendapat
“pinjaman” kenikmatan yang bersifat sementara dari Tuhan. Adapun wujud “pinjaman” itu dan dalam jumlah banyak atau sedikit, kita terima dengan senang hati. Dan sebaliknya kalau apa yang kita usahakan tidak membawa hasil atau bahkan apa yang telah lenyap dari tangan kita, maka kita terima jugalah ketentuan yang demikian, dengan tabah dan sabar, sebab Tuhan memang kuasa berbuat menurut kehendakNya.
Karena itu sungguh beruntung, orang yang hatinya telah mencapai qana’ah, Rasulullah saw bersabda :
.1 *:*.l c , • • • - • \c Kk ^ o r r
vtl
r, " Berbanagialan barang siapa yang menaapat petunjuk masuk Islam, sedang keadaan hidupnya sedarhana, tetapi qanaah ”
(Riwayat Tirmidzi)
27
2. Bentuk-bentuk Sikap Qona’ah Bentuk atau ciri-ciri sikap yang mengandung qona’ah antara lain :
a. Menerima dengan rela apa yang ada
b. Memohon kepada Tuhan tambahan yang pantas, disertai dengan usaha atau ikhtiar c. Menerima dengan sabar ketentuan Tuhan
d. Bertawakkal kepada Tuhan
e. Tidak tertarik oleh tipu daya dunia.1'
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Faktoryang mempengaruhi sikap qana’ah yaitu :
a. Faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik yang terdapat pada potensi batin yang ada pada diri manusia, maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik.
b. Faktor dari luar, yaitu faktor lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu. Demikian juga sebaliknya, maka peranan faktor dari luar baik pendidikan maupun lingkungan sosial sangat dominan terhadap perkembangan sikap qana’ah seseorang 1
7
28
c. Pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si'anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan- pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan ke arah yang baik ada
Perkembangan sikap pada anak dipengaruhi oleh berbagai faktor Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-
anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)'', (QS. A1 A’ra f: 172)19
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan sudah beragama atau bertauhid.
Dilanjutkan dalam QS. An Nahl ayat 78 1
8
1
9
18 dalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode. pendidikan yang diterapkan. Sebagaimana firman Allah dalam surat A1
A’raf ayat 172
29 Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS.
An Nahl : 78)20 Ayat tersebut memberikan pengertian bahwa pendengaran, penglihatan dan hati sebagai alat untuk memperhatikan jiwa Tauhid yang sudah dibawa oleh manusia sebelum lahir, supaya manusia bersyukur atas nikmat-nikmat yang tidak terhitung, baik di dunia maupun di akhirat.
Dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi sikap qana’ah pada anak ada dua, yaitu faktor dari dalam yaitu berupa agama atau tauhid yang dipertahankan oleh pendengaran, penglihatan dan hati, yang dibawa manusia sebelum lahir. Dan faktor dari luar. Dalam hal ini adalah kedua orang tua di rumah, guru disekolah dan tokoh-tokoh serta pemimpin di masyarakat. Melalui ketiga kerja sama yang baik antara tiga lembaga pendidikan tersebut, maka aspek pengetahuan, penghayatan dan pengamalan ajaran yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak.
C. Hubungan Pendidikan Agama dalam Keluarga dengan Sikap Qona’ah Pada dasarnya pengetahuan agama dapat membentuk jiwa atau pribadi seseorang. Sebagaimana sesuai dengan tujuan pendidikan agama yaitu untuk mewujudkan kedewasaan subyek (anak didik) yang meliputi jasmani dan rohani. Dengan demikian pendidikan agama dengan sikap qona’ah memiliki hubungan yang sangat erat dan akan nampak dalam tindakan seseorang.
30 Kedewasaan rohani sebagai tujuan pendidikan yang bersifat umum
berarti kemampuan bertanggung jawab sendiri terhadap sikap, cara berpikir dan bertingkah laku, baik pada diri sendiri, masyarakat maupun kepada Allah SWT.
Allah SWT menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempuma dibanding dengan makhluk ciptaan Allah yang lain. Manusia dibekali kesempumaan yaitu akal agar mampu berfikir dan menuntut ilmu pengetahuan tentang pendidikan agama.
Allah juga meninggikan derajat orang yang berilmu sebagaimana firman-Nya dalam surat A1 Mujadalah ayat 11 . . . A ?*+ / O -j / O S/i o y > ' , /
Arlinya : ... (Allah) meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan beberapa derajat ... (QS. A1 Mujadalah : 11 )21
Manusia juga dengan kelebihannya (akal) dipersiapkan untuk menjadi khalifah Allah yang mewakiliNya, mengatur serta menjaga bumi dan lingkungan. Oleh karena itu manusia harus dapat menjaga dirinya sendiri dalam tindakannya. Karena pendidikan Agama bukanlah hanya sebatas pengetahuan akan tetapi pendidikan agama adalah sesuatu yang telah diketahui oleh seseorang untuk direalisasikan dalam bentuk tingkah laku bukan sebatas pengetahuan dan pemahaman.
Pendidikan agama dengan sikap qona’ah seseorang akan dirasakan faedahnya bagi mereka yang mengetahui dan memahami tentang faedah
31
pendidikan agama, karena sikap individu yang bemilaikan agama akan lebih bagus pengamalannya.
Penulis menyimpulkan bahwa hubungan antara pendidikan agama dengan sikap qona’ah sangat erat.
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Dusun Temu Kidul Pada bagian ini penulis akan memaparkan gambaran umum tentang keadaan geografi dan monografi masyarakat Dusun Temu Kidul tahun 2006. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara global lokasi penelitian dan jugasebagai data pendukung dalam pembuatan laporan penelitian lebih lanjut pada skripsi ini. Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, maka secara umum Dusun Temu Kidul dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Keadaan Geografi Dusun Temu Kidul Dusun Temu Kidul merupakan sebuah dusun yang terletak di Desa
Jogoyasan, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. Wilayah Desa Jogoyasan terdiri dari 5 dusun yaitu Dusun Jogoyasan, Dusun Temu Kidul, Dusun Temu Lor, Dusun Deles dan Dusun Pager Tengah. Jarak Dusun Temu Kidul dengan pusat kecamatan ± 7 km. Dusun Temu Kidul memiliki luas wilayah ± 1,25 ha.
Adapun batas-batas dari Dusun Temu Kidul adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan lahan pertanian dan ladang yang dipisahkan oleh sungai
33
76
18 9 76-keatas
36 7 56-65 34 8 66-75
6 46-55
61
64 5 36-45
4 26-35
19 2 6-15 62 3 16-25
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan gunung Andong yang dipisahkan dengan sungai c. Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Jogoyasan
1 0-5
No Usia Jumlah
Adapun data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut in i: TABELI JUMLAH PENDUDUK MENURUT USIA DUSUN TEMU KIDUL TAHUN 2006
a. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Dusun Temu Kidul 378 jiwa yang terdiri dari 185 laki-laki dan 193 wanita. Jumlah sebanyak itu berasal dari 103 KK dan tersebar di 3 RT dan 1 RW.
2. Monografi Dusun Temu Kidul
d. Sebelah Barat berbatasan dengan lahan pertanian
8 Jumlah 378
34 TABEL II
5 SLTP
5) Ketua RT III yang dijabat oleh Sofyan 6) Ketua RW yang dijabat oleh Jupriyanto
1) Kepala dusun yang dijabat oleh Askuri 2) Kaur dusun yang dijabat oleh Sutrisno 3) Ketua RT I yang dijabat oleh Suyitno 4) Ketua RT II yang dijabat oleh Enabib Mansyur
b. Struktur Pemerintahan Dusun Temu Kidul Struktur pemerintahan Dusun Temu Kidul terdiri dari :
360
7 Tidak Tamat SD 106 Jumlah
6 SD 173
61
17
JUMLAH PENDUDUK MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN No
4 SLTA
1
3 D3
2 D2 -
2
1 SI
Pendidikan Jumlah
c. Mata Pencaharian Kondisi geografis. Dusun Temu Kidul,yang berada di bawah gunung Andong, menjadi penduduk Temu Kidul mayoritas bermata pencaharian sebagai petani, khususnya petani sayur. Berdasarkan data
35 Dusun Temu Kidul diperoleh perincian mata pencaharian penduduk
sebagai berikut: TABEL III JUMLAH PENDUDUK MENURUT MATA PENCAHARIAN DI DUSUN TEMU KIDUL TAHUN 2006
Jumlah No Pekerjaan
158
1 Petani
2 Pedagang
6
9
3 Buruh tani
4 Buruh bangunan
19
5 Buruh kayu
26 Wiraswasta -
6
7 PNS
3 Jumlah 221
d. Hasil Pertanian Berdasarkan data yang ada di Dusun Temu Kidul, hasil pertaniannya antara lain kubis, tomat, wartel, buncis, jepan dan cabe.