BAB II TINJAUAN PUSTAKA - KAJIAN PENGARUH KOMBINASI BAP DAN IBA TERHADAP KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN AWAL MATA TUNAS DURIAN (Durio zibhetinus Murr.) PADA PERBANYAKAN VEGETATIF OKULASI - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Durian Durian (Durio zibethinus) merupakan tanaman asli dari Asia Tenggara. Tanaman yang termasuk jenis pohon hutan basah. Kerena di negara barat jarang

  ditemukan tanaman durian, maka dari itu tanaman ini menjadi sangat berharga di Asia Tenggara termasuk Indonesia (Latifah, 2004).

  Durian merupakan salah satu anggota genus Durio. Ada sembilan species durian yang bisa dikonsumsi, antara lain yaitu: D. zibethinus, D. kutejensis (lai),

  D .excelsus (apun), D. graveolens (tuwala), D. dulcis (lahong), D. Grandiflorus

  (sukang), D. testudinarum (sakura), D. lowianus (teruntung), dan D. Oxleyanus (kerantungan) yang paling banyak dibudidayakan adalah D. zibethinus (Uji, 2005).

  Menurut Ashari (1995) klasifikasi tanamandurian (Durio zibethinus, Murr.) adalah : Kingdom : Plantae Divisio : Magnoliophita Subdivisio : Magnoliopside Ordo : Malvales Familia : Malvaceae (Bombacaceae) Genus : Durio Species : Durio Zibethinus Murr.

  7

Gambar 2.1. Tanaman Durian Varietas Monthong

  Morfologi tanaman durian :

  1. Batang Durian merupakan tanaman tahunan yang memiliki tipe pertumbuhan model yang dicirikan dengan dominasi pertumbuhan batang monopodial yang

  roux

  kontinyu (continuous growth) (Subhadrabandhu et al, 1991). Tinggi tanaman bisa mencapai 25-50 meter, tergantung spesiesnya. Kulit batang berwarna cokelat kemerahan yang bisa mengelupas, memiliki tajuk yang rindang dan percabangan renggang. Sistem percabangan durian tumbuh mendatar atau tegak membentuk sudut 30º-40º. Cabang yang letaknya dibagian bawah merupakan tempat melekatnya bunga (Rukmana, 1996).

  Pertumbuhan cabang diawali jika ketinggian batangnya sudah mencapai puncaknya, sehingga pohon akan kelihatan kurus dan jangkung. Walaupun begitu, tempat tumbuh masih sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan cabang. Tanaman durian yang di tanam di tempat lapang dengan sinar matahari yang cukup, bisa didapatkan pertumbuhan batang dan cabangnya ideal. Jika pohon sudah tumbuh sempurna bentuk atau tajuk akan membentuk kerucut (Setiadi 1999).

  Menurut Gardner, Pierce, dan Mitchell (1991), diameter batang akan meningkat bila bahan makanan yang dibutuhkan tanaman berada dalam jumlah yang cukup. Titik tumbuh batang terdapat pada bagian ujung di belakang titik tumbuh, terdapat bintil-bintil bakal daun dan di bagian atas adalah bakal cabang yang juga berupa bintil-bintil sesuai dengan pertumbuhan sel-sel tumbuh pada batang. Bintil-bintil ini akan saling berjauhan letaknya, sebab batang bertambah panjang dan besar. Dalam pertumbuhan batang tersebut, sel-sel terbagi menjadi beberapa fungsi, yakni di bagian permukaan batang akan timbul sel-sel kulit luar dan di bawahnya merupakan parenkim, yang kelak akan tumbuh ikatan-ikatan pembuluh (Wiryanta, 2008).

  2. Daun Daun tanaman durian tersusun secara spiral (tata letaknya berselang seling) pada cabang, dengan bentuk bulat memanjang (oblongus), berbentuk jorong

  (ellipticus) hingga lanset (lanceolatus) dengan bagian ujung runcing, dan tumbuh secara tunggal. Struktur helaian daun agak tebal dan permukaan daun bagian atas berwarna hijau mengkilap, sedangkan permukaan bagian bawah berambut dan berwarna kecoklatan (Tjitrosoepomo, 2005).

  3. Akar Akat tanaman durian termasuk akar tunggang pergerakanya cenderung tumbuh ke bawah, ujung akar terdiri atas sel-sel muda yang selalu membelah dan merupakan titik tumbuh akar. Sel-sel itu sangat lembut dan mudah rusak, ujung akar tertutup oleh sebuah tudung yang terdiri atas sel-sel pelindung. Dinamai tudung akar (calyptra), bagian luarnya berlendir sehingga dapat menembus tanah. Tudung akar bagian luar cepat rusak, tetapi di dalamnya senantiasa tumbuh sel-sel baru (Ashari, 1995)

  Pada bagian akar terdapat bulu akar, fungsi utama bulu akar adalah melakukan pengisapan air serta garam tanah. Bulu-bulu ini melekat pada tanah dan menjadi satu dengan tanah seolah-olah seperti tumbuhan dalam tanah. Makin besar akar itu, akan timbul bulu-bulu akar yang baru, sedangkan yang tua akan mati. Oleh karenanya, bulu-bulu akar itu akhirnya hanya terdapat di sekitar ujung- ujung akar saja (Wiryanta, 2008).

  4. Bunga Bunga durian berkelamin sempurna dalam satu bunga terdapat kelamin betina dan jantan. Setiap kuntum bermahkota lima helai yang terlepas satu sama lain dan memiliki benang sari 3-12 helai. Berwarna putih atau kuning kuncup bunga berbentuk bulat panjang dengan ukuran sekitar 2 cm (Tjitrosoepomo, 2005).

  Munculnya bunga bergelantung dicabang utama, cabang sekunder maupun cabang tertier, muncul bergerombol hingga mengasilkan 3

  • – 30 bunga. Panjang tangkai 5
  • – 7 cm, panjang bunga 5–7 cm, dan diameter 2 cm. Kelopak berwarna putih atau hijau keputihan dan mahkota bunga berjumlah 5 helai. Bunga durian biasanya akan mekar pada sore hari sekitar pukul 15.00 (Ashari, 1995).

  5. Buah Menurut Ashari (1995) buah akan berkembang setelah pembuahan, pada usia 90-130 hari buah durian mulai siap dipanen. Pada masa perkembangan buah, terjadi persaingan antar buah pada satu kelompok sehingga hanya satu atau beberapa buah yang akan mencapai kemasakan. Sisanya gugur, sehingga perkembangan daging buah atau pengisiannya bisa optimal. Buah umumnya akan jatuh sendiri apabila masak.

  Menurut Ashari (1995) berat buah durian dapat mencapai 1,5-12 kg. Setiap buah memiliki ruang yang menunjukkan jumlah daging buah yang dimiliki biasa disebut juring. Setiap ruangan terisi oleh beberapa biji, biasanya tiga butir atau lebih. Biji tersebut berbentuk lonjong dengan panjang 4 cm. Warnanya merah muda kecokelatan dan tampak mengkilap.

  Biji terbungkus arilus (salut biji/daging buah) berwarna putih terang dengan ketebalan yang bervariasi dan ada juga yang berwarna kuning dan orange. Pada kultivar unggul, ketebalan arilus dapat mencapai 3 cm. Biji buah durian berbentuk bulat telur (oval), dengan panjang 3,5-5 cm dan diameter 2,5-3,5 cm. warna buah hijau hingga cokelat, dengan panjang duri mencapai 1 cm (Tjitrosoepomo, 2005).

  Warna buah, ketebalan rasa, dan tekstur daging buah tergantung pada jenis dan varietas durian. (Benard dan Wiryanta, 2008).

B. Persyaratan Tumbuh Tanaman Durian

  1. Iklim Curah hujan untuk tanaman durian maksimum 3000-3500 mm/ tahun dan minimal 1500-3000 mm/tahun. Curah hujan merata sepanjang tahun, dengan 1 sampai 2,5 bulan pada bulan kemarau. Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan adalah 60-80%. Untuk tanaman durian yang masih kecil, tidak tahan teekena sinar matahari langsung terutama di musim kemarau, sehingga bibit perlu dinaungi. Tanaman durian ideal ditanam pada suhu 20-30º C, pada suhu 15º C durian tumbuh tetapi pertumbuhan tidak optimal. Bila suhu mencapai 35º C daun akan terbakar (Benard dan Wiryanta, 2008).

  Menurut Bernard dan Wiryanta (2008) Penyinaran yang optimal sangat diperlukan oleh tanaman durian untuk pertumbuhanya. Air dan karbondioksida (CO2) dengan bantuan sinar matahari akan diubah menjadi energi dan oksigen.

  Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kelembapan udara antara lain ketinggian, curah hujan dan jenis tanaman. Semakin tinggi suatu tempat curah hujan juga menjadi semakin tinggi, pasti daerah tersebut memiliki kelembaban yang tinggi. Pada pertumbuhan tanaman durian, sangat dipengaruhi oleh kelembaban udara yang tampak pada stomata (mulut daun), yang bisa terbuka atau tertutup. Di daerah yang mempunyai kelembaban tinggi, stomata akan tertutup sehingga CO

  2 yang menjadi bahan pokok dalam proses fotesintesis

  tanaman tidak dapat masuk pada daun dan mengakibatkan penguapan yang semakin berkurang. Sebaliknya pada daerah dengan kelembaban yang rendah penguapan yang terjadi lebih banyak (Sriartha, 2000).

  2. Tanah Tanaman durian membutuhkan tanah yang subur (tanah yang kaya bahan organik). Partikel penyusunan tanah seimbang antara pasir, liat dan debu sehingga mudah membentuk remah. Tanah grumosol dan andosol merupakan tanah yang cocok untuk budidaya tanaman durian (Benard dan Wiryanta, 2008). Struktur tanah yang ideal untuk perakaran tanaman durian memiliki ciri-ciri bagian atas remah dan gembur karena banyak mengandung bahan organik. Lain halnya dengan tanah pada bagian bawah yang padat dapat mengganggu perkembangan akar ke lapisan tanah terbawah (Bernardinus, 2006).

  Pentingnya keseimbangan antara lapisan tanah atas dengan lapisan tanah bawahsehingga perakaran tanaman dan kestabialan agregat tanah(ikatan partikel penutup tanah) mempengaruhi aerasi, aliran air dalam tanah. Penetrasi akar dan pencucian hara merupakan dua faktor yang sangat dominan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman durian (Setiadi, 1999).

  Menurut Bernard dan Wiryanta (2008) pH tanah yang sesuai untuk budidaya tanaman durian adalah 6-6,5. Dalam kedaan pH tersebut nutrisi yang dibutuhkan bisa terserap perakaran tanaman secara optimal. Derajat keasaman juga dipengaruhi warna tanah dpat digunakan sebagai indiator kandungan bahan organik dan dapat memberikan petunjuk mengenai keadaan drainase dan aerasi yang berhubungan dengan pencucian hara. Menurut Prihatman (2000) ada beberapa warna tanah yang menentukantingkat kesuburan tanah yaitu kelam, merah, dan kuning.

C. Perbanyakan Tanaman Durian

  Menurut perbanyakan tanaman (plant propagation) adalah proses menciptakan tanaman baru dari berbagai sumber bagian tanaman. Tujuan dari pembiakan tanaman adalah untuk mencapai pertambahan jumlah dan menjaga galur murni (sifat asli).

  Ada dua cara perbanyakan, yaitu (1) perbanyakan secara generative melalui proses pembuahan bertemunya putik dengan benang sari dan (2) perbanyakan vegetative atau tanpa mengalami pembuahan Perbanyakan secara aseksual atau vegetatif adalah proses perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian tertentu dari tanaman seperti, daun, batang, ranting, pucuk, umbi dan akar untuk menghasilkan tanaman baru yang sama dengan induknya

  Menurut cangkok, okulasi, sambung (grafting), dan kultur jaringan. Perbanyakan tanaman dengan stek pun beragam, seperti stek batang, stek tunas, stek daun, stek akar, stek mata, stek umbi (meliputi umbi lapis, umbi palsu, umbi batang, dan umbi akar).

  Okulasi disebut dengan menempel, ocilatie (Belanda) atau budding (Inggris). Cara memperbanyak dengan okulasi mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan stek dan cangkok. Kelebihannya adalah hasil okulasi mempuyai mutu lebih baik dari pada induknya. Itu karena okulasi dilakukan pada tanaman yang mempunyai perakaran yang baik dan tahan penyakit dan dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah lezat, tetapi perakarannya kurang baik (George, 1993).

  Perbanyakan bibit dengan teknik okulasi banyak dikembangkan, salah satunya menciptakan bibit jeruk unggul yang cepat menghasilkan dan tahan terhadap serangan hama penyakit. Bibit okulasi merupakan perpaduan dua sifat unggul tetuanya, untuk bibit batang bawah maupun untuk batang atas merupakan bibit terpilih sifat unggulnya (Pracaya, 2009). Okulasi dilakukan dengan

  menggunakan mata tunas (entres) diambil dengan sedikit kulitnya dari cabang pohon induk, kemudian ditempelkan pada batang bawah (Nugroho dan Roskito, 2005).

  Susanto et al (2004) menyatakan bahwa mata tunas yang baik maka sebaiknya diambil dari pohon induk yang mempunyai kualitas baik. Syarat pohon induk yang baik yaitu bebas penyakit dan hasil dari micrografting yang berada pada pengawasan Blok Pengadaan Mata Tempel (BPMT) dan disertifikasi BPSB.

  Menurut Jamnah (1996) luas permukaan mata tunas yang diambil harus sama ukuranya dengan jendela okulasi atau bisa dibuat sedikit lebih kecil untuk mempermudah proses pengikatan.

  Menurut Sumarsono dan Lasimin (2002) mata tunas untuk okulasi harus segera digunakan atau ditempelkan. Penundaan waktu hingga lebih dari 2 jam tanpa perlakuan khusus akan menurunkan presentase keberhasilan okulasi.

  Menurut Lukman (2004), bahwa keberhasilan penempelan bibit ditentukan oleh kondisi tanaman (umur, besar, kesegaran dan pertumbuhan) batang bawah dan batang atas (entres) serta curah hujan dan kelembaban. Selain itu tingkat ketrampilan dari teknisi juga menentukan presentase keberhasilan okulasi .

D. Zat Pengatur Tumbuh BAP dan IBA

  Zat pengatur tumbuh sangat berpengaruh pada proses biologi dalam jaringan tanaman. Gaba (2005) mentakan bahwa peran dari zat pengatur tumbuh antara lain mengatur kecepatan tumbuh dari jaringan tanaman dan mengintegrasikanya. Aktivitas zat pengatur tumbuh tergantung dari jenis, struktur kimia, konsentrasi, genotipe tanaman dan fase fisiologi tanaman (Setyavathi et al., 2004). Menurut Winata (1987) pembentukan organ seperti tunas dan akar membutuhkan interaksi atara zat pengatur tumbuh dari luar (eksogen) yang ditambahkan pada zat pengatur tumbuh dan dipadukan dengan hormon alami yang diproduksi tanaman itu sendiri (endogen) oleh jaringan tanaman.

  Zat pengatur tumbuh terdiri dari golongan sitokinin dan auksin. Auksin mempunyai peran ganda tergantung pada struktur kimia, konsentrasi, dan jaringan tanaman yang diberi perlakuan. Auksin digunakan untuk menginduksi pembentukan kalus yaitu dengan memacu pemanjangan dan pembelahan sel di dalam jaringan kambium (Pierik, 1987).

  1. BAP (Benzyl Amino Purin) Benzil Amino Purin (BAP) adalah zat pengatur tumbuh dalam jenis sitokinin, berperan merangsang pembelahan sel. Dalam perbandingan konsentrasi tertentu, BAP dan dipadukan dengan hormon yang lain dapat merangsang pertumbuhan tunas tanaman. Hasil uji lanjut penelitian Sariningtiyas (2014), menunjukkan bahwa pemberian BAP belum memberikan hasil yang baik terhadap keberhasilan okulasi tanaman jeruk keprok. Persentase okulasi jadipada saat plastik penutup dibuka (21 HSO) berkisar antara 83.33-90.83%.

  Menurut Kusumo (1989) peningkatan kadar sitokinin mungkin mendorong penyempurnaan pembuluh antara tunas lateral dengan bagian tumbuh lain, selain itu jga dapat mendorong pembelahan sel pada bagian ujung tunas samping dan mengubahnya menjadi meristem yang aktif.

  Aplikasi BAP biasanya diberikan pada mata tunas dorman dengan cara mata tunas dicelupan sebelum ditempel, atau dengan cara dioleskan setelah batang bawah dirundukkan. Terbukti dapat mengurangi jumlah mata tempel dorman (Halim et al, 1990). Penggunaan zat pengatur tumbuh eksogen digunakan untuk mendorong tumbuhnya tunas adventif adalah sitokinin. Jenis sitokinin yang sering digunakan adalah BAP (Kismunandar, 1990).

  Semakin tinggi pemberian konsentrasi BAP, maka akan semakin cepat pula proses pecah mata tunas tetapi panjang tunas semakin pendek. Mekanisme pemendekan panjang tunas sampai saat ini belum dimengerti, namun demikian penjelasan alternatif yang dapat diketengahkan adalah adanya pengaruh negatif dari sitokinin yang disebabkan karena pada dasarnya tanaman sudah mengandung sejumlah sitokinin dalam jumlah tertentu. Sehingga kelebihan sitokinin tidak dapat mendorong perutumbuhan lebih lanjut tetapi kebalikanya ( Kende 1971).

  Hasil penelitian Sutarto et al. (1988), menunjukkan bahwa pemberian BAP dengan dioleskan pada bidang okulasi setelah tali balutan dibuka dengan dosis 250 ppm menunjukkan keberhasilan presentase okulasi tertinggi (100%), saat pecah mata tunas yang tercepat (44 hari setelah pelaksanaan okulasi) pada tanaman durian.

  Hasil penelitian Setyaningrum (2012), dengan penambahan BAP 250 ppm dan 350 ppm pembentukan kalus terjadi pada 22 hari setelah okulasi. BAP (Benzil

  Amino Purin) memamcu pertumbuhan tunas samping sehingga mempercepat

  terbentuknya daun, hal ini sesuai penelitian Pamungkas dkk (2009) menyatakan bahwa kandungan sitokinin dalam sel yang lebih tinggi daripada auksin akan memacu sel untuk membelah secara cepat dan berkembang menjadi tunas, batang, dan daun.

  2. IBA (Indolebutyric acid) Zat pengatur tumbuh indol asam butirat (IBA) tergolong auksin. IBA mempunyai sifat yang lebih baik dan efektif, karena kandungan kimianya lebih stabil dan daya kerjanya lebih lama. IBA yang diberikan kepada bagian tanaman berada di tempat pemberiannya. Fungsi lainya yaitu untuk mendorong pertumbuhan sel dengan cara mempengaruhi metabolisme dinding sel. Usaha untuk meningkatkan presentase keberhasilan pada proses penyambungan agar batang cepat bertaut adalah dengan cara pemberian auksin salah satunya IBA (Wudianto, 1993).

  Menurut Wudianto (2002), menunjukan bahwa penggunaan IBA dapat meningkatkan keberhasilan penyambungan dengan mencelupkan atau mengolesi kedua ujung yang akan dilekatkan, atau menyemprotkan batang atas sebelum disambung.

  Hasil penelititian Ghoni (2015), menunjukan bahwa persentase entres mati dan bibit jadi menunjukan keberhasilan sambung samping dipengaruhi oleh pemberian IBA. Konsentrasi 100 ppm memberikan keberhasilan sambung samping sebanyak 95% dibandingkan dengan 0, 50, 150, dan 200 ppm pada tanaman srikaya (Annona Squamossa).

  Penelitian Iqbal (2012) menunjukan bahwa pemberian hormon pada entres sambung pucuk dapat meningkatkan panjang tunas.

  Hasil peneltiain Ni’matur (2014) menyatakan bahwa pemberian zat pengatur tumbuh (auksin) yang tepat akan memacu waktu muncul tunas. Santoso dan Nursandi, (2001) menambahkan bahwa auksin sebagai zat pengatur tumbuh berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu mempengaruhi protein sehingga sintesis protein dan asam nukleat dapat lebih cepat dan auksin dapat mempengaruhi pembelahan sel dan pembentukan tunas.

Dokumen yang terkait

EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI POLISAKARIDA LARUT AIR KASAR BIJI DURIAN SEGAR (Durio zibethinus Murr.)

1 23 18

STUDI KEANEKARAGAMAN MORFOLOGI MIKROBA PADA PRODUK FERMENTASI DURIAN (Durio zibethinus Murr.)

6 35 37

UJI ZAT ANTIBAKTERI ISOLAT Lactobacillus DARI TEMPOYAK DURIAN (Durio zibethinus Murr.)

15 68 34

PENGARUH JENIS MATA ENTRES DAN KLON TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI DAN PERTUMBUHAN TUNAS PADA OKULASI HIJAU DI POLIBEG

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MORFOLOGI DAN BOTANI TANAMAN KANGKUNG - RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans poir) TERHADAP VOLUME PEMBERIAN AIR DAN KOMBINASI MEDIA TANAH DAN ARANG SEKAM - repository perpustakaan

1 3 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Terong ( Solanum mengolena L.) - PENGARUH PENYIANGAN GULMA DAN DUA VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TERONG ( Solanum melongena L - repository perpustakaan

1 4 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kentang - PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN MEDIA TANAM PADA PERTUMBUHAN AWAL AKLIMATISASI PLANLET TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L) - repository perpustakaan

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pakcoy (Brassica chinensis ) - PENGARUH KONSENTRASI NUTRISI DAN pH LARUTAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PAKCOY (Brassica chinensis) HIDROPONIK SISTEM SUMBU (WICK SYSTEM) - repository perpustakaan

1 1 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pakchoy 1. Klasifikasi dan Botani Tanaman Pakchoy - PENGARUH KOMBINASI PUPUK ORGANIK CAIR URIN KELINCI DAN BONGGOL PISANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCOY ( Brassica rapa L. - repository perpustakaan

0 0 8

KAJIAN PENGARUH KOMBINASI BAP DAN IBA TERHADAP KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN AWAL MATA TUNAS DURIAN (Durio zibhetinus Murr.) PADA PERBANYAKAN VEGETATIF OKULASI

0 0 14