STUDI KOMPARATIF KUALITAS PELAYANAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) DI KOTA SERANG DAN KOTA CILEGON - FISIP Untirta Repository

STUDI KOMPARATIF KUALITAS PELAYANAN

  Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

  Disusun oleh : FITYAN AHDIYAT NIM.6661101299

  

ABSTRAK

FITYAN AHDIYAT. NIM. 6661101299 Skripsi. Studi Komparatif Kualitas

Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Di Kota Serang dan Kota

Cilegon. Pembimbing I : Dr. Dirlanudin, M.Si dan Pembimbing II : Titi

Setiawati, S.Sos, M.Si

  Pertumbuhan suatu daerah salah satu faktornya adalah pelayanan perizinan, Pelayanan perizinan memberikan dampak yang positif terhadap pembangunan dan perekonomian, namun yang disayangkan adalah saat ini Pelayanan perizinan masih dirasa kurang maksimal dalam pelayanannya. Misalnya masih banyaknya bangunan yang tetap berdiri walaupun izin belum diberikan, atau masih rendahnya kualitas pelayanan seperti jangka waktu yang lama dan juga biaya yang tidak masuk akal. Sehingga kualitas pelayanan tentunya terus ditingkatkan termasuk di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon. Dalam pelayanan Perizinan khususnya Izin Mendirikan Bangunan baik di Kota Serang dan Kota Cilegon memiliki masalah yang berbeda namun secara keseluruhan masalah yang ada bahwa Dinas Tata Ruang Kota Cilegon dalam pelayanan IMB sudah lebih unggul dari Kota Serang, seperti dari segi fasilitas, sarana dan prasarana, kompetensi dan kemampuan dalam pelayanan, Ketepatan dan keramahan . Metodelogi Penelitian yang digunakan adalah Metode pendekatan Kuantitatif Komparatif dan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui observasi dan kuisioner. Keabsahan data diperoleh dengan cara uji validitas, Uji Reliabilitas, uji Normalitas, Uji Fisher dan Uji Beda.

  Hasil Penelitian menunjukkan Terdapat perbedaan pelayanan izin mendirikan bangunan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon dengan f hitung 3,359 lebih besar dari f tabel, Perbedaan yang paling signifikan ada di Ketepatan Jadwal atau terkait ketepatan waktu pemberian perizinan.dari Hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa Study Komparatif Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon bahwa terdapat perbedaan Antara kualitas pelayanan IMB di Kota Serang dan Kota Cilegon, Tingkat kualitas pelayanan IMB Kota Cilegon Lebih Unggul, baik secara mekanisme maupun dalam mengatasi kendala. Sehingga Kota Serang dan Kota Cilegon perlu bekerja ekstra untuk meningkatkan kualitas pelayanan IMB untuk lebih baik .

  

Kata Kunci : IMB, Kota Cilegon, Kota Serang, Pelayanan, Pelayanan

Perizinan, Perbedaan.

  

ABSTRACT

FITYAN AHDIYAT. Student Number. 6661101299. Research Paper. The

Comparative Study of Service Quality Building Permits (IMB) in Serang

Municipality and Cilegon Municipality. Advisor I : Dr. Dirlanudin, M.Si and

Advisor II : Titi Setiawati, S.Sos., M.Si

One of the factors from the growth an area is licensing service. Licensing service

gives positive impact toward development and economic sectors, but the

unfortunate thing is the licensing service still considered less maximum in its

service. For example, there are many buildings that remain standing even though

the permission is not granted, or the low quality of service such long periods of time

and also the cost that is unreasonable. So the quality of service would have to be

improved, including in BPTPM Serang Municipality and Municipality Planning

Office of Cilegon Municipality. In service licensing particularly about building

permit whether in Serang Municipality and Cilegon Municipality have different

problems but overall the existing problems that the Municipality Planning Office of

Cilegon Municipality in giving IMB service has been superior or better than Serang

Municipality, such as from facilities, infrastructures, competencies and the ability

of service, accuracy and affability. Research methodology used in this research was

quantitative comparative method and technique of collecting data was through

observation and questionnaire. Validity of the data obtained by validity test,

reliab ility test, normality test, fisher’s exact test and difference. The result of this

research showed that there is the difference service of permits building in BPTPM

Serang Municipality and Municipality Planning Office of Cilegon Municipality

count table

with f 3,359 higher than f , the most significant difference in the accuracy of

schedule or related to timeliness of granting licenses. From the results of the

research, it can be concluded that the Comparative Study of Building Permits (IMB)

in BPTPM Serang Municipality and Municipality Planning Office of Cilegon

Municipality that there is a difference between the quality of service IMB in Serang

Municipality and Cilegon Municipality, the quality levels of IMB service in Cilegon

Municipality is more superior, both mechanically and in overcoming obstacles. So,

Serang Municipality and Cilegon Municipality need extra work to improve the

better quality of IMB’s service.

  Keywords:

  IMB, Cilegon Municipality, Serang Municipality, Service, License Service, The Difference.

  “Jangan Pernah Takut Hidup Dalam Dunia Ini Selama Kita Masih Punya AKAL”

  Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Atas segala rahmat dan hidayahnya yang telah memberikan Kekuatan, kesehatan dan kesabaran untuk ku dalam mengerjakan skripsi ini

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillahirobbil’alamin , penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT,

  karena atas berkat ridho, rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya yang berlimpah akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dalam rangka memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana pada Program Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang Banten yang berjudul “Studi Komparatif Kualitas Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan

  (IMB) Di Kota Serang Dan Kota Cilegon”.

  Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang senantiasa mendukung dan membimbing penulis. Maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang Banten.

  2. Dr. Agus Sjafari, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang Banten.

  3. Rahmawati, S.Sos., M,Si Sebagai Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang Banten.

  4. Iman Mukhroman, S.Ikom., M.Ikom Sebagai Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang Banten.

  5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si Sebagai Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang Banten.

  6. Listyaningsih, S.Sos.,M.Si Ketua Program Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang Banten.

  7. Riswanda, Ph.D Sekretaris Program Ilmu Administrasi Negara

  8. Dr. Dirlanudin, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing I yang selalu memberikan semangat dan membimbing peneliti dalam penyusunan skripsi ini dengan teliti dan sabar dari awal hingga akhir.

  9. Titi Stiawati, S.Sos., M.Si sebagai Pembimbing II dan selaku Pembimbing Akademik yang membantu dan memberikan masukan bagi peneliti dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir dan juga dalam perkuliahan.

  10. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang Banten yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

  11. Dinas Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal (BPTPM) Kota Serang yang telah mengizinkan dan membantu peneliti dalam mengumpulkan data penelitian skripsi ini.

  12. Dinas Tata Ruang Kota Cilegon dan Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal (BPTPM) Kota Cilegon yang telah mengizinkan dan membantu peneliti dalam mengumpulkan data penelitian skripsi ini.

  13. Ibu dan Bapak yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan bagi penulis untuk menempuh gelar strata satu. Mohon maaf apabila selama ini belum bisa memberikan yang terbaik dan belum bisa membalas segala kebaikan selama ini.

  14. Terima kasih kepada kakak Nida dan Azmi yang memberikan semangat dalam pembuatan skripsi ini.

  15. Fani Mutia Hanum, terima kasih banyak yang telah membantu dan memberikan semangat dalam menyelesaikan penelitian ini.

  16. Sahabat-sahabatku penghuni kosan kalpataru, kosan asmara dan opname family terima kasih yang selalu memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

  17. Kawan-kawan Jurusan Administrasi Negara FISIP UNTIRTA Reguler kelas B angkatan 2010 yang memberikan canda tawa, masukan dan nasehat yang bermanfaat. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, karena keterbatasan penulis, maka dari itu saran dan kritik yang membangun tetap dinantikan guna perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

  Serang, Maret 2016 Fityan Ahdiyat

  

DAFTAR ISI

Halaman Lembar Persetujuan Lembar Orisinalitas Lembar Pengesahan Skripsi Abstrak Abstrack

  

Kata Pengantar .............................................................................................. i

Daftar Isi ......................................................................................................... iv

Daftar Tabel ................................................................................................... ix

Daftar Gambar .................................................................................................. x

Daftar Diagram ................................................................................................ xi

  BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

  1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................ 15

  1.3 Batasan Masalah ..................................................................................... 15

  1.4 Rumusan Masalah ................................................................................... 16

  BAB II DESKRIPSI TEORI dan KERANGKA BERPIKIR

  2.1 Deskripsi Teori ........................................................................................... 18

  2.2 Birokrasi ..................................................................................................... 18

  2.2.1 Pengertian Birokrasi ...................................................................... 18

  2.3 Konsep Pelayanan Publik ........................................................................... 21

  2.3.1 Pengertian Pelayanan Publik ......................................................... 21

  2.3.2 Asas-asas Pelayanan Publik ........................................................... 23

  2.3.3 Prinsip Pelayanan Publik ............................................................... 25

  2.4 Kualitas Pelayanan Publik ......................................................................... 32

  2.4.1 Dimensi Kualitas Pelayanan .......................................................... 32

  2.4.2 Kualitas Pelayanan Publik dengan Partisipasi Masyarakat ............. 33

  2.5 Birokrasi Pelayanan Publik ...................................................................... 35

  2.5.1 Kinerja Birokrasi Pelayanan .......................................................... 35

  2.6 Pelayanan Perizinan ................................................................................. 38

  2.6.1 Izin Mendirikan Bangunan .......................................................... 38

  2.6.2 Faktor Manajerial Penentuan Kualitas Pelayanan Perizinan ......... 40

  2.7 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 44

  2.8 Kerangka Berpikir ..................................................................................... 46

  2.9 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 49

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ............................................................ 50

  3.2 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 51

  3.3 Lokasi Penelitian ........................................................................................ 51

  3.4 Variabel Penelitian ..................................................................................... 52

  3.4.1 Definisi Konsep ............................................................................. 52

  3.4.2 Definisi Operasional ......................................................................... 53

  3.5 Instrumen Penelitian .................................................................................. 54

  3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 59

  3.6.1 Populasi ........................................................................................... 59

  3.6.2 Sampel ............................................................................................. 60

  3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ................................................. 66

  BAB IV HASIL PENELITIAN

  4.1 Deskripsi Obyek Penelitian .......................................................................... 73

  4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Serang ...................................................... 73

  4.1.2 Deskripsi Wilayah Kota Cilegon ..................................................... 83

  4.1.3 Mekanisme Perizinan Mendirikan Bangunan .................................. 90

  4.2 Pengujian Persyaratan Statistik .................................................................... 96

  4.2.1 Pengujian Validitas .......................................................................... 96

  4.2.2 Uji Reliabilitas ................................................................................. 97

  4.3 Deskripsi Data .............................................................................................. 98

  4.3.1 Identitas Responden ......................................................................... 98

  4.3.2 Analisis Data .................................................................................... 105

  4.4 Pengujian Hipotesis ...................................................................................... 188

  4.5 Interpretasi Hasil Penelitian ......................................................................... 191

  4.5.1 Interpretasi Hasil Penelitian Kualitas Pelayanan IMB di BPTPM Kota Serang ....................................................................................................... 191

  4.5.2 Interpretasi Hasil Penelitian Kualitas Pelayanan IMB di Dinas Tata

  4.6 Interpretasi Hasil Penelitian Perbedaan Kualitas Pelayanan IMB di Dinas BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon ....................... 198

  4.6 Pembahasan .................................................................................................. 198

BAB V PENUTUP

  5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 213

  5.2 Saran .......................................................................................................... 214

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di

  Kota Serang dan Kota Cilegon Tahun 2009-2013 ........................................... 9

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian .......................................................... 57Tabel 3.2 Populasi dan Sampel ........................................................................ 63Tabel 3.3 Perhitungan Sampel Kota Serang ...................................................... 64Tabel 3.4 Perhitungan Sampel Kota Cilegon ..................................................... 65Tabel 3.5 Jadwal Penelitian ............................................................................. 72Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas (Uji Butir Pertanyaan ) ........................................ 96Tabel 4.2 Reliabilty Statistik .............................................................................. 98Tabel 4.3 Responden Penelitian ......................................................................... 99Tabel 4.4 Hasil Uji t-test .................................................................................... 188Tabel 4.5 Kategorisasi Nilai Kota Serang .......................................................... 190Tabel 4.6 Kategorisasi Nilai Kota Cilegon ........................................................ 194Tabel 4.7 Hasil Penelitian dan Perhitungan Perbedaan Kualitas

  Pelayanan IMB ................................................................................................... 200

  

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Wilayah Administrasi Kota Serang ................................................ 76Gambar 4.2 Wilayah Administrasi Kota Cilegon .............................................. 84Gambar 4.3 Grafik Kontinum Tingkat Kualitas Pelayanan

  IMB di BPTPM Kota Serang ........................................................ 192

Gambar 4.4 Grafik Kontinum Tingkat Kualitas Pelayanan

  IMB di Dinas Tata Ruang Kota Cilegon ....................................... 193

  

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

  Diagram 4.1 Responden Penelitian Kota Serang ............................................... 101 Diagram 4.2 Responden Penelitian Kota Cilegon .............................................. 102 Diagram 4.3 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

  Di Kota Serang dan Kota Cilegon ................................................. 103 Diagram 4.4 Data Responden Berdasarkan Usia di Kota Serang dan Kota Cilegon .................................................. 104 Diagram 4.5 Data Responden Berdasarkan Profesi di Kota Serang dan Kota Cilegon .................................................. 105 Diagram 4.6 Jawaban Responden Mengenai Kesederhanaan Prosedur Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon ..... 108 Diagram 4.7 Jawaban Responden Mengenai Persayaratan Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon ..... 110 Diagram 4.8 Jawaban Responden Mengenai Kejelasan Petugas Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon ...... 112

  Diagram 4.9 Jawaban Responden Mengenai Kedisiplinan Petugas Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon ...... 114 Diagram 4.10 Jawaban Responden Mengenai Tanggung Jawab Petugas Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon .... 116 Diagram 4.11 Jawaban Responden Mengenai Kemampuan Petugas Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon .... 118 Diagram 4.12 Jawaban Responden Mengenai Kecepatan Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon .... 120 Diagram 4.13 Jawaban Responden Mengenai Keadilan Mendapatkan Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon .... 122 Diagram 4.14 Jawaban Responden Mengenai Kesopanan dan Keramahan

  Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon ............................................................................... 124

  Diagram 4.15 Jawaban Responden Mengenai Kewajaran Biaya Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon .... 126 Diagram 4.16 Jawaban Responden Mengenai Kepastian Biaya Pelayanan

  Diagram 4.17 Jawaban Responden Mengenai Kepastian Jadwal Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon .... 131 Diagram 4.18 Jawaban Responden Mengenai Kenyamanan Lingkungan

  Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon .................................................................... 133

  Diagram 4.19 Jawaban Responden Mengenai Keamanan Lingkungan Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon .... 136 Diagram 4.20 Jawaban Responden Mengenai Kondisi Ruang Tungga Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon .... 139 Diagram 4.21 Jawaban Responden Mengenai Kebersihan Ruang Tunggu

  Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon .................................................................... 141

  Diagram 4.22 Jawaban Responden Mengenai Perlengkapan Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon .... 143 Diagram 4.23 Jawaban Responden Mengenai Penampilan Petugas Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon .... 145

  Diagram 4.24 Jawaban Responden Mengenai Keramahan Petugas Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon .... 147 Diagram 4.25 Jawaban Responden Mengenai Kelengkapan Informasi Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon .... 149 Diagram 4.26 Jawaban Responden Mengenai Kehadiran Petugas Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon .... 151 Diagram 4.27 Jawaban Responden Mengenai Keakuratan Petugas Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon .... 153 Diagram 4.28 Jawaban Responden Mengenai Ketelitian Petugas Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon .... 155 Diagram 4.29 Jawaban Responden Mengenai Tingkat Pelayanan Petugas IMB

  Dalam Melayani Pemohon di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon .................................................. 157

  Diagram 4.30 Jawaban Responden Mengenai Kesiapan Petugas Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon .... 159 Diagram 4.31 Jawaban Responden Mengenai Daya Tanggap Petugas Pelayanan

  Diagram 4.32 Jawaban Responden Mengenai Pengetahuan Petugas Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon .... 164 Diagram 4.33 Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kemampuan Petugas

  Dalam Melaksanakan Pelayanan IMB di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon .................................................. 166

  Diagram 4.34 Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kemampuan Petugas Pelayanan Dalam Menjelaskan Semua Tentang IMB di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon ...................... 167

  Diagram 4.35 Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kesopanan Dari Petugas Dalam Melakukan Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon .................................................. 170

  Diagram 4.36 Jawaban Responden Mengenai Sikap Ramah yang Diberikan Petugas Pelayanan Dalam Menjalankan Tugasnya di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon ............................... 172

  Diagram 4.37 Jawaban Responden Mengenai Tingkat Petugas Memberikan Rasa Percaya Terhadap Pemohon Pelayanan di BPTPM Kota Serang dan

  Diagram 4.38 Jawaban Responden Mengenai Tingkat Petugas Dalam Memberikan Rasa Aman Terhadap Pemohon IMB di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon ............................... 176

  Diagram 4.39 Jawaban Responden Mengenai Tingkat Keamanan Lingkungan Sekitar Dalam Mengurus IMB di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon ............................................................ 178

  Diagram 4.40 Jawaban Responden Mengenai Tingkat Komunikasi Petugas Dalam Menerima Kritikan Para Pemohon IMB di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon .................................................. 181

  Diagram 4.41 Jawaban Responden Mengenai Tingkat Komunikasi Petugas Dalam Melakukan Pekerjaan Terhadap Pemohon IMB di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon ............................... 183

  Diagram 4.42 Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepedulian Petugas Terhadap Pemohon Agar Terjalin Hubungan yang Baik di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon ...................... 185

  Diagram 4.43 Jawaban Responden Mengenai Tingkat Petugas Pelayanan Dalam Memahami Kebutuhan Para Pemohon IMB di BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon ........................................... 187

  Diagram 4.44 Jawaban Responden Mengenai Ketegasan Petugas Pelayanan Dalam Melayani Pelanggan Tanpa Membedakan Status Sosial 189

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Konsep tentang pelayanan publik memang tidak asing lagi, yaitu suatu kegiatan birokrasi yang melayani masyarakat dalam hal barang dan jasa, yang orientasinya bukan kepada keuntungan semata, melainkan sudah merupakan tanggung jawab tugas dan fungsi suatu birokrasi. Pada hakikatnya pelayanan publik itu adalah pemberian pemenuhan layanan kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban pemerintah sebagai abdi masyarakat.

  Masyarakat setiap waktu akan selalu menjumpai pelayanan dan menuntut pelayanan publik yang berkualitas dari birokrasi, meskipun tuntutan itu sering kali tidak ditanggapi oleh pemerintah sesuai dengan apa yang diharapkan, karena secara empiris pelayanan publik yang terjadi selama ini masih menampilkan ciri- ciri yang berbelit-belit, lambat, mahal dan melelahkan. Pelayanan publik seperti itulah yang terjadi di Negara-negara berkembang termasuk Negara Indonesia.

  Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, pada prinsipnya telah menetapkan bidang pelayanan sebagai salah satu kewenangan wajib yang harus dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten atau kota. Kewenangan wajib bagi daerah pada dasarnya merupakan perwujudan otonomi yang bertanggung jawab, yang memberikan pengakuan hak dan kewenangan masyarakatnya, namun pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah pada masyarakat terkadang pula tidak sesuai dengan keinginan masyarakatnya, mengakibatkan pelayanan yang dirasakan oleh masyarakat tidak maksimal.

  Dengan berlakunya undang-undang tentang Pemerintah Daerah tersebut telah terjadi berbagai perubahan mendasar dalam pengaturan pemerintahan daerah di Indonesia.Tujuan utama dari pembuatan peraturan tersebut adalah untuk memberdayakan Pemerintah Daerah agar mampu menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara ekonomis, efektif, efisien, dan akuntabel dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.Upaya peningkatan kualitas pelayanan publik oleh pemerintah daerah juga didukung oleh Instruksi Presiden No.5 Tahun 2004 Tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin adanya akuntabilitas dan transparansi pelayanan publik di setiap daerah.

  Berdasarkan peraturan mengenai otonomi daerah, di mana pemerintah daerah mengambil alih wewenang dan bertanggung jawab kepada daerahnya, maka dengan adanya kondisi tersebut, pemerintah daerah memberlakukan suatu ketentuan-ketentuan yang mendasar, diantaranya adalah tentang perizinan yang diadakan selain untuk menambah pendapatan daerah, juga dimaksudkan untuk mewujudkan tertib administrasi dalam melaksanakan pembangunan di daerahnya.

  Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Perizinan dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi, sertifikat, oleh suatu organisasi atau seseorang, sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Salah satu fungsi pemerintah dibidang pemberian dan pengendalian adalah fungsi pemberian izin kepada masyarakat atau organisasi tertentu yang merupakan mekanisme pengendalian administratif yang harus dilakukan.

  Pelayanan Publik era otonomi daerah pada dasarnya ditujukan untuk memberikan kemudahan dalam memberikan pelayanan oleh penyelenggara negara kepada masyarakat dan juga mempermudah masyarakat dalam memohon atau meminta pelayanan, karena dengan pelayanan publik yang baik akan menggambarkan bagaimana suatu daerah tersebut maju dan modern dalam berbagai bidang melalui pelayanan publik yang baik tersebut. Sehingga efektifitas dan efisiensi dari pelayanan publik tersebut dapat dicapai. Namun pada kenyataannya hanya beberapa daerah yang mencapai tujuan seperti yang diharapkan, sebagian daerah lainnya sepertinya belum siap untuk memajukan daerahnya karena belum memilikinya infrastruktur yang memadai dan juga belum dilaksanakannya pelayanan publik secara maksimal.

  Beberapa daerah dengan pelayanan publik yang memuaskan masih dapat dihitung dibanding dengan pelayanan publik yang minim, seperti Jembrana, Solo, dan Yogyakarta adalah sebagian daerah yang memiliki kualitas pelayanan yang baik.Sedangkan daerah lainnya masih belum memaksimalkan pelayanan mereka untuk masyarakat.Pelayanan Publik terdiri dari beberapa jenis yaitu pelayanan administratif, pelayanan jasa, pelayanan barang dan pelayanan regulatif.Pelayanan mana di dalamnya terdapat pelayanan perizinan seperti izin investasi, izin usaha dan izin mendirikan bangunan.

  Pertumbuhan suatu daerah salah satu faktornya adalah pelayanan perizinan, dimana suatu daerah memiliki pelayanan perizinan investasi modal atau bangunan dan pelayanan tersebut dipersulit maka secara otomatis investor akan enggan menanamkan investasinya pada daerah tersebut karena proses yang berbelit-belit namun sebaliknya jika dalam perizinan berjalan dengan lancar atau mendapatkan kemudahan maka otomatis daerah tersebut akan mengalami kenaikan terutama dari sektor pembangunan dan ekonomi.

  Minimnya kualitas pelayanan publik di daerah-daerah bukan berarti dibiarkan saja oleh pemerintah daerah tersebut, namun mereka melakukan segala upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang mereka berikan. Misalnya dalam pelayanan perizinan setiap daerah berusaha untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan misalnya, dalam pelayanan perizinan berbagai daerah menjanjikan pelayanan yang mudah dan cepat sehingga menjadi daya tarik untuk investor. Upaya lain yang dilakukan adalah reformasi birokrasi untuk penyelenggara pelayanan, atau juga reformasi sistem, Semua dilakukan untuk peningkatan kualitas pelayanan.

  Kualitas pelayanan tentunya terus ditingkatkan dengan berbagai cara seperti: penetapan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) yang dibuat oleh Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan perda-perda lain yang dibuat guna meningkatkan kualitas suatu pelayanan publik disuatu daerah. Namun usaha instansi-instansi pemerintah yang belum maksimal dalam memberikan pelayanan terutama pelayanan perizinan karena pelayanan perizinan sangat berpengaruh pada pertumbuhan suatu daerah. Selain itu perizinan merupakan salah satu fungsi pemerintah dibidang pemberian dan pengendalian. Pemberian izin kepada masyarakat dan organisasi tertentu merupakan suatu pengendalian secara administratif.

  Pelayanan perizinan masih dirasa kurang maksimal dalam pelayanannya, misalnya syarat yang begitu berbelit-belit sehingga menyulitkan para pembuat

  IMB, pengeluaran izin yang lama serta pungutan-pungutan yang tidak seharusnya dirasa seperti memeras pemohon perizinan agar menjadi lancar dalam proses pengeluaran Surat Izin Mendirikan Bangunan (SIMB). Sulitnya perizinan yang diberikan membuat investor dan masyarakat menjadi berani, berani dalam arti karena perizinan tak kunjung diperoleh maka akibatnya adalah mereka melakukan usaha tanpa izin dan mendirikan bangunan tanpa izin. Hal tersebut mengakibatkan banyaknya perusahaan-perusahaan liar atau tanpa izin dan juga menimbulkan banyaknya bangunan liar tanpa mengantongi surat izin mendirikan bangunan.

  Padahal perizinan atau surat izin merupakan legalitas yang diberikan daerah pada suatu usaha atau bangunan, dan sebagai pelindung apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

  Kurangnya pengetahuan masyarakat akan perizinan membuat perizinan di anggap sebelah mata atau dianggap tidak penting, khususnya Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Izin Mendirikan Bangunan atau biasa dikenal dengan IMB untuk membangunan baru, mengubah, memperluas, mengurangi dan/atau merawat bangunan sesuai dengan persyaratan adminstratif dan persyaratan teknis yang berlaku. IMB merupakan salah satu produk hukum untuk mewujudkan tatanan tertentu sehingga tercipta ketertiban, keamanan, keselamatan, kenyamanan, sekaligus kepastian hukum. Kewajiban setiap orang atau badan yang akan mendirikan bangunan untuk memiliki Izin Mendirikan Bangunan diatur pada Pasal 5 ayat 1 Perda 7 Tahun 2009. IMB akan melegalkan suatu bangunan yang direncanakan sesuai dengan Tata Ruang yang telah ditentukan. Selain itu, adanya

  IMB menunjukkan bahwa rencana konstruksi bangunan tersebut juga dapat dipertanggungjawabkan dengan maksud untuk kepentingan bersama. Pada dasarnya Izin Mendirikan Bangunan bertujuan agar terjadi keserasian antara lingkungan dan bangunan. Selain itu diharapkan agar bangunan yang akandibangun aman bagi keselamatan jiwa penghuninya. Sebab dalam pemberian Izin Mendirikan Bangunan, dilakukakan analisis terhadap bangunan tersebut apakah sudah sesuai dengan persyaratan yang diterbitkan oleh mengenai bangunan dan lingkungan sekitar bangunan tersebut. Persyaratan Izin Mendirikan Bangunan juga meliputi lingkungan yang meliputi penentuan garis sepadan (jarak maksimum bangunan terhadap batas jalan), jarak bebas muka samping dan belakang bangunan, batas-batas persil pembangunan dan jarak antara bangunan lain, keadan tanah tempat bangunan, dan lain-lain. Sedangkan persyaratan bangunan yaitu meliputi luas denah bangunan, tinggi bangunan, ukuran-ukuran ruang didalam bangunan, pencahayaan dan pengudaraan.

  Izin Mendirikan Bangunan (IMB) bukan hanya kegiatan mendirikan bangunan akan tetapi ada beberapa hal seperti memperbaiki merubah, mengganti bangunan, memperluas bangunan, termasuk izin kelayakan menggunakan bangunan (untuk bangunan yang sudah berdiri). Dalam mendirikan bangunan atau merubahnya baik itu perorangan atau organisasi harus wajib memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah, ini adalah syarat bagi perorangan atau organisasi dalam mendirikan bangunan agar bangunan tersebut menjadi legal dan kuat hukum. Oleh karena itu dalam mendirikan bangunan dilakukan analisis terlebih dahulu terhadap bangunan tersebut dimulai dari tekstur tanah aman atau tidaknya untuk bangunan dan model bangunan yang akan dibangun sudah memenuhi standar bangunan atau belum karena dalam mendirikan bangunan tidak bisa mendirikan bangunan begitu saja harus ada izin terlebih dahulu.

  Banyak masyarakat yang masih mengganggap izin mendirikan bangunan itu tidak perlu dilakukan, khususnya bangunan rumah, karena akan membuang-buang biaya dalam mendirikan bangunan namun ada nilai lebih jika kita memiliki IMB dibandingkan dengan bangunan yang tidak memiliki IMB, yakni bangunan memiliki nilai jual yang tinggi, jaminan kredit bank, peningkatan status tanah dan informasi peruntukan dan rencana jalan. Hal ini juga terjadi di daerah Kota Serang dan Kota Cilegon, Kota Serang sendiri terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Provinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan Agustus tahun 2007 dan diresmikan menjadi Serang yang merupakan Ibukota Provinsi Banten memiliki total luas wilayah

  2

  sebesar 266,74 Km . Luas wilayah tersebut terbagi atas 20 kelurahan dan 46 desa, yang termasuk dalam 6 (enam) Kecamatan, yakni Kecamatan Serang, Kecamatan Cipocok Jaya, Kecamatan Curug, Kecamatan Walantaka, Kecamatan Taktakan dan Kecamatan Kasemen, sedangkan Kota Cilegon merupakan wilayah bekas kewedanaan (wilayah kerja pembantu Bupati Serang wilayah cilegon), yang meliputi 3 (tiga) kecamatan yaitu Cilegon, Bojonegara dan Pulomerak.

  Berdasarkan wawancara sementara dengan pegawai IMB di Kota Serang bahwa sebenarnya pembuatan IMB untuk bangunan rumah cukup penting karna dengan adanya IMB bangunan rumah tersebut lebih dianggap legal dan harga jual bangunan rumah tersebutpun akan lebih tinggi, namun kenyataannya masih banyak bangunan rumah yang tidak mempunyai IMB(Wawancara dengan Bapak Rudy Pegawai BPTPM Kota Serang pada tanggal 05 Mei 2014 pukul 10.00 WIB.

  Di BPTPM Kota Serang) bukan hanya tempat tinggal ada juga beberapa tempat ibadah yang tidak memiliki IMB padahal untuk mengurus suatu IMB tempat ibadah tidak dipungut biaya sama sekali, ada beberapa bangunan yang tidak dikenakan biaya jika ingin mengantongi IMB seperti, bangunan keagamaan, sosial dan budya serta ganda/campuran. Hal ini hampir terjadi di setiap wilayah di Indonesia khususnya terjadi di Kota Serang dan Kota Cilegon. Dibawah ini akan disajikan data Izin Mendirikan Bangunan yang telah diterbitkan oleh Kota Serang dan Kota Cilegon.

Tabel 1.1 Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan di Kota Serang dan Kota Cilegon

  

Tahun 2009-2013

  Tahun No Kota / Kabupaten 2009 2010 2011 2012 2013

  1 Kota Serang 221 300 265 431 276

  2 Kota Cilegon 690 900 640 389 - Sumber : Data BPTPM Kota Serang dan Dinas Tata Ruang Kota Cilegon 2014

  Data di atas menunjukkan bahwa perizinan mendirikan bangunan di Kota Serang dan Kota Cilegon mengalami penaikan dan penurunan. Jika kita lihat bahwa data di atas menunjukkan data penerbitan IMB pada Kota Serang yang tertinggi pada tahun 2012 sebesar 431 dan yang terendah pada tahun 2009 sebesar 221, untuk Kota Cilegon sendiri juga mengalami penaikan penurunan penerbitan

  IMB dimana angka tertinggi pada tahun 2011 yaitu mencapai 900 IMB dan yang paling terndah pada tahun 2012 yaitu sebesar 640, Kota Cilegon sendiri angka penerbitan IMB lebih besar dibandingkan dengan Kota Serang hal ini terjadi karna Kota Cilegon adalah Kota Industri dimana banyak perusahaan yang mendirikan gudang penyimpanan maupun pabrik itu sendiri, namun secara keseluruhan baik Kota Serang dan Kota Cilegon memiliki kecenderungan menurun dan hal ini bukan disebabkan karna pemerintah tidak mengeluarkan Izin Mendirikan Bangunan akan tetapi memang pada saat itu tidak ada yang membuat IMB atau pembangunan sedang tidak berlangsung. Ada beberapa kasus-kasus pembangunan di Kota Serang seperti pembangunan MC Donald dan kampus UPI Kota Serang dikeluarkannya surat Izin Mendirikan Bangunan yang di kerjakan oleh pemerintah Kota Serang akibat dari lambatnya pemerintah mengeluarkan surat izin mendirikan bangunan pihak terkait tetap membangun bangunan tersebut tanpa adanya surat izin mendirikan bangunan namun sempat dihentikan oleh pihak terkait yaitu dinas Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal setelah surat izin mendirikan bangunan dikeluarkan barulah bangunan tersebut dilanjutkan untuk dibangun.

  Sama halnya dengan Kota Serang, Kota Cilegon juga jika dilihat dari tabel di atas mengalami penaikan dan penurunan jika dilihat Kota Cilegon banyak pembangun seperti pabrik-pabrik atau perusahaan dan ini menandakan bahwa pelayanan izin mendirikan bangunan di Kota Cilegon cukup baik, hampir 100 % setiap orang atau badan yang meminta IMB diberikan oleh pihak Dinas Tata Ruang Kota Cilegon kalaupun izin tersebut tidak diberikan itu disebabkan oleh persyaratan yang kurang lengkap atau tempat yang kurang baik untuk dilakukan pembangunan, jadi jika dalam mengeluarkan IMB itu mengalami penurunan atau kenaikan itu bukan disebakan oleh dinas terkait melaikan memang sedang tidak ada proyek pembangunan karna dinas tersebut sudah menjalankan tugas sesuai dengan prosedur yang ada (Wawancara dengan Bapak Anubi Kepala Seksi Pengendalian Teknis IMB Dinas Tata Ruang Kota Cilegon pada tanggal 02 Februari 2015 pukul 10.00 WIB. Di Dinas Tata Ruang Kota Cilegon)

  Perizinan khususnya Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Serang dan Kota Cilegon tentunya memiliki perbedaan baik itu dari peraturan daerah yang terdapat pada PERDA baik Kota Serang dan Kota Cilegon walaupun sebagian besar mempunyai kesamaan namun terdapat juga perbedaannya, perbedaan yang dapat dilihat dari PERDA tersebut ialah dimana Kota Cilegon mengatur tentang bangunan gedung lebih lengkap dibanding Kota Serang namun PERDA Kota Cilegon sendiri peneliti tidak menemukan peraturan yang membahas mengenai retribusi tidak seperti PERDA Kota Serang yang membahas mengenai retribusi yang harus dibayar.

  Pada observasi awal dalam penelitian peneliti menemukan beberapa kendala dalam pelayanan Izin Mendirikan Bangunan antara lain :

  Pertama, fasilitas sarana dan prasarana dalam pelayanan Izin Mendirikan

  Bangunan (IMB) yang disediakan oleh Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal(BPTPM) Kota Serang. Jika di lihat secara kasat mata salah satu fasilitasnya ialah ruang tunggu yang belum cukup memadai seperti hanya tersedia bangku-bangku tunggu yang sederhana dan kurang bersih karena ruang tunggu ini terdapat di luar gedung dan tidak memilki fasilitas AC (Air Conditioner) atau kipas angin. Kondisi di ruang tunggu tidak berbeda jauh dengan kondisi di ruang pelayanan. Di ruang pelayanan memilki ukuran yang kecil, ukuran tersebut kurang memadai jika dipergunakan untuk melayani para pemohon perizinan, dalam memberikan pelayanan hanya tersedia satu meja panjang pelayanan yang dibagi untuk tiga jenis pelayanan yaitu, perizinan usaha, perizinan non usaha dan izin mendirikan bangunan. Berbeda dengan yang ada di BPTPM Kota Cilegon BPTPM Kota Cilegon baru beroperasi sejak juli 2014 karna sebelumnya untuk namun sejak Juli 2014 dpindahkan ke BPTPM. Berbeda degan BPTPM Kota Serang karna jika dilihat dari waktu BPTPM Kota Serang lebih dulu ada namun fasilitas yang disediakan oleh BPTPM Kota Cilegon cukup memadai seperti ruang tunggu yang cukup bersih dan nyaman serta dilengkapi pendingin ruangan dimana masyarakat yang ingin mengurus IMB merasakan kenyamanan.

  Fasilitas lain yang ada di Kota Serang adalah tidak tersedianya kursi untuk para pemohon yang ingin mengajukan perizinan, sehingga setiap orang yang ingin mengajukan perizinan hanya berdiri saja sedangkan para pegawai yang melayaninya duduk dibalik meja pelayanan, ini sangat terlihat tidak adil karena seharusnya pemohon perizinan dilayani dengan sebaik mungkin oleh pegawai perizinan. Hal ini mengakibatkan optimalisasi yang harusnya dapat dicapai oleh dinas terkait belum teroptimalkan secara maksimal. Dari informasi yang di dapat pendapatan dari retribusi izin mendirikan bangunan di Kota Serang pertahunnya hanya mencapai dua miliar sedangkan bila dilihat di lapangan ada banyak kegiatan pembangunan ruko-ruko dan rumah. Berbeda dengan BPTPM Kota Cilegon disana kita dapat menunggu diruang tunggu jika urusan dalam pembuatan

  IMB belum terselesaikan ruang tunggu tersebut sangat lah nyaman bahkan jika memang dirasa lama pemohon dapat meninggalkan urusannya dan akan dihubungi kembali dalam waktu beberapa jam jika urusan IMB mereka sudah selesai.

  Kedua, Kompetensi dan kemampuan dalam memberikan pelayanan Izin

  Mendirikan Bangunan (IMB) oleh Kota Serang Pegawai Pelayanan standby di meja kerja ada atau tidak ada pelanggan yang datang, sedangkan hasil observasi kemampuan pegawai dalam memberikan pelayanan juga harus dilihat jumlah pegawai pelaksana, di Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal (BPTPM) Kota Serang memiliki jumlah keseluruhan pegawai Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal (BPTPM) 29 orang dan belum termasuk honorer, dari 29 pegawai tersebut yang bekerja dalam bidang IMB hanya ada 4 orang dan mereka adalah orang lapangan sedangkan dibagian pelayanan dan adminstrasinya mereka saling membantu satu sama lain dengan semua pegawai BPTPM.