ANALISIS PENERIMAAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) TERHADAP PAD KOTA METRO

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENERIMAAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) TERHADAP PAD KOTA METRO

Oleh Leni Arif

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah dibutuhkan sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari daerah yang bersangkutan. Salah satu sumber pembiayaan pelaksanaan desentralisasi adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sumber PAD adalah sumber keuangan daerah yang digali dari dalam wilayah daerah, salah satunya adalah Retribusi Daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan untuk kepentingan bersama. Permasalahan dalam penulisan ini adalah “ Seberapa besar potensi retribusi Izin Mendirikan Bangunan Kota Metro “.

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui potensi retribusi izin

mendirikan bangunan kota Metro. Untuk mengetahui kontribusi yang diberikan dari penerimaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam meningkatkan PAD Kota Metro. Alat analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kuantitatif sebagai prosedur pemecahan permasalahan yang akan diteliti dengan menggambarkan objek penelitian berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan secara utuh.

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan total penerimaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro tahun 2004 – 2008 sama dengan

realisasi retribusi IMB tahun 2004 – 2008, sehingga dapat dilihat bahwa tidak ada penyimpangan dari hasil pemungutan yang dihasilkan oleh retribusi IMB.

Berdasarkan hasil perhitungan potensi retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro didapatkan potensi sebesar Rp. 649.565.310 atau dengan rata-rata sebesar Rp. 129.913.062 per tahun. Selanjutnyafaktor-faktor penghambat dalam pemungutan retribusi Izin Mendirikan Bangunan adalah sebagai berikut :

Pelaksanaan pemungutan retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang kurang terkoordinir secara baik, karena kurangnya kerjasama antara petugas dengan wajib retribusi. Terdapatnya wajib retribusi yang melakukan penambahan bangunan tanpa adanya izin dari Dinas yang berwenang. Kurangnya petugas pemungut retribusi dilapangan serta masih banyak rumah tinggal, rumah tempat usaha, dan bangunan-bangunan lain yang tidak dapat dijangkau oleh para petugas.


(2)

retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) hendaknya Pemerintah Kota Metro tidak hanya berdasarkan penerimaan sebelumnya, tetapi harus lebih

memperhatikan potensi yang ada agar penerimaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dapat tergali secara optimal. 2).Penambahan jumlah petugas pelaksanaan dan pengawasan retribusi, serta adanya pembagian tugas yang jelas dan merata pada petugas pelaksana pemungutan sehingga tidak ada lagi

masyarakat atau wajib retribusi yang lalai dalam memiliki IMB. 3).Perlunya penyuluhan – penyuluhan kepada masyarakat, baik yang merupakan subyek retribusi ataupun masyarakat umum agar masyarakat lebih menyadari pentingnya membayar retribusi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


(3)

By Leni Arif

In the framework of the implementation of regional development necessary financing sources originating from this region. One source of financing for the decentralization of local revenue (revenue). PAD is the source of financial resources from areas that were dug in regional areas, one of which is used to finance the construction of levies for the public interest. Problems in this writing is "How big is the building permit levy Metro city potential."

The purpose of this paper is to assess the Metro building permits city of potential retribution. To determine the contribution of income from building permit fees to raise revenue the city Metro. The analysis tool used is descriptive quantitative method of analysis as problem-solving procedures that will be examined by describing the object of research based on the facts that happened on the field as a whole.

Based on the calculations so that the total receipts levy Izin Mendirikan Bangunan (IMB) at Metro City from 2004 to 2008, together with the realization of

retribution IMB years 2004-2008, so it can be seen that there is no deviation from the results generated by the levy collection IMB. Based on the calculation of potential retribution Izin Mendirikan Bangunan (IMB) showed the potential of Metro City is Rp. 649 565 310 or by an average of Rp. 129 913 062 every year. Further inhibiting factors in collecting building permit fees are as follows: Implementation of collecting levies Izin Mendirikan Bangunan (IMB), which is less well coordinated, because of lack of cooperation between workers with mandatory dues. The existing levy shall make an additional building without a permit from the competent Ministry. Lack of official retribution collector field


(4)

officers.

Therefore advised that: 1). In determining the revenue target of retribution Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Metro City Government is not only based on previous acceptance, but must pay more attention to the potential that exists to attract revenues Izin Mendirikan Bangunan (IMB) can be used optimally. 2). Increasing the number of officers and supervision of retribution, and there is a clear division of tasks and staff apply equally to the collection so that there is no longer obliged to draw a community or negligent in having the IMB. 3). The need for expansion - the expansion to the community, whether that is the subject of retribution or the general public that more people realize the importance of paying levies in accordance with applicable regulations.


(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan daerah sebagai integral dari pembangunan nasional tidak dapat dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,

pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Di samping itu melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah.

Menurut Rozali Abdullah dalam (Panduwinata, Puja, 2007:2) Kemampuan dalam menggali potensi ekonomi yang ada di daerah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan penerimaan daerah. Potensi ekonomi menunjukan suatu

kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah atau wilayah yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan guna memberikan nilai tambah bagi pembangunan ekonomi selanjutnya. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual. Menurut


(6)

Edwar W. Weidner Pembangunan nasional adalah proses perubahan sistem yang direncanakan menuju ke arah perbaikan yang orientasinya pada modernisasi pembangunan bangsa dan kemajuan pembangunan nasional. (Ibnu Syamsi, 1994:29)

Untuk mencapai pembangunan nasional, ditunjang dengan adanya keberhasilan pembangunan di daerah. Oleh karena itu penyelenggaraan otonomi daerah saat ini dipandang sangat penting untuk memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah yang diwujudkan dengan peraturan,

pembagian, pemanfaatan sumber daya nasional serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah dibutuhkan sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari daerah bersangkutan. Salah satu sumber-sumber pembiayaan pelaksanaan desentralisasi adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sumber PAD adalah sumber keuangan daerah yang digali dari dalam wilayah daerah. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Metro ada 4, yaitu : 1. Pajak Daerah

2. Retribusi Daerah 3. Laba Usaha Daerah 4. Lain-lain PAD yang sah.

Kota Metro dalam menjalankan otonomi daerahnya yaitu untuk melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pembangunan tidak terlepas dari masalah-masalah pembiayaan yang termasuk sebagai faktor utama. Hal ini sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 6 pada UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah disebutkan bahwa sumber pendapatan asli daerah terdiri dari :


(7)

1. Pendapatan asli daerah a. Pajak daerah b. Retribusi daerah

c. Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 2. Dana perimbangan

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Kota Metro sebagai daerah pemekaran yang terbentuk pada tahun 1999 tentunya memerlukan biaya yang besar dalam melaksanakan pembangunan daerahnya, dan sebagai daerah otonom yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pembangunan Pemerintah Kota Metro berusaha menggali sumber-sumber keuangan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah. Untuk itu sebagai konsekuensinya pemerintah Kota Metro dituntut agar dapat memanfaatkan potensi yang ada dalam menggali dana sesuai kewenangan dalam mengatur rumah tangganya sendiri terutama

Pendapatan Asli Daerah. Dari sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah

mencerminkan tingkat kemandirian suatu daerah, Penerimaan sumber-sumber PAD Kota Metro yaitu Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Laba Usaha Daerah, Lain-lain PAD Yang Sah yang dapat dilihat pada Tabel 1.


(8)

Tabel 1. Realisasi Penerimaan PAD Kota Metro Tahun 2004-2008 (dalam rupiah).

Tahun Pajak Daerah Retribusi Daerah Laba Usaha Daerah

Lain-lain PAD

yang sah Total PAD

2004 2.099.619.681 5.746.208.478 - 3.944.134.901,56 11.789.963.060,56 2005 2.168.380.507 8.179.273.339,1 - 3.673.663.370 14.021.317.216,05 2006 2.447.578.390 10.560.120.556 254.356.641 4.464.298.154,91 17.726.383.741,91 2007 2.497.718.426 10.864.202.877,6 390.476.808 10.547.860.783,33 24.300.258.894,98 2008 2.552.490.505 12.857.933.262 520.452.000 6.086.392.712,23 22.017.268.479,23 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Metro, 2008

Tabel 1 memperlihatkan bahwa penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Metro yang terbesar berasal dari retribusi daerah, dan PAD terbesar pada tahun 2007 yang mencapai Rp. 24.300.258.894,98. Sedangkan tahun berikutnya, yaitu tahun 2008 penerimaan PAD mengalami penurunan menjadi Rp. 22.017.268.479,23.

Salah satu sumber keuangan yang diharapkan peranannya dalam meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah hasil pajak daerah dan retribusi daerah. Menurut Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, pengertian retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang atau badan, dan hasil pungutan tersebut digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah dapat dijadikan tolak ukur kemampuan pemerintah daerah dalam

menghimpun dana yang berasal dari masyarakat sehingga pemerintah daerah tidak tergantung sepenuhnya pada pemerintah pusat dengan jalan menggali sumber Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari Retribusi Daerah. Retribusi Daerah merupakan salah satu pendapatan yang potensial untuk dapat dimanfaatkan dalam pembiayaan pembangunan daerah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini


(9)

mengenai realisasi penerimaan retribusi daerah Kota Metro tahun anggaran 2004-2008.

Tabel 2. Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah Kota Metro Tahun 2004-2008 (dalam rupiah).

RD 2004 2005 2006 2007 2008

Ret. Jasa Umum

4.799.250.053 7.137.102.741 9.437.427.885 9.129.551.726 11.031.656.174 Ret. Jasa

Usaha

619.143.225 646.855.160 714.459.480 1.258.059.637 1.062.534.728 Ret. Perizinan

Tertentu :

Ret. IMB 138.272.759 142.424.795 160.449.257 215.474.564 515.561.244

Ret. HO 68.783.900 94.977.450 92.727.400 104.677.400 121.873.000 Ret. Trayek 13.447.500 13.365.000 10.808.000 7.837.500 11.000.000 Ret. IPPT 28.145.000 29.920.930,05 7.359.500 25.959.902 29.597.775 Ret. Izin

Penutupan jalan

1.530.000 2.755.000 3.535.000 2.950.000 3.860.000

Ret. Peny. Kursus

4.046.000 4.701.000 10.732.000 450.387.000 6.876.000 Ret. Izin

Pelatihan kerja

2.840.000 4.281.000 4.281.000 4.257.000 3.504.500 Ret. Izin

Perkoprasian

9.010.041 9.645.263 10.176.034 9.635.398 8.291.091 Ret. Izin usaha

perdagangan

26.950.000 27.105.000 30.895.000 42.207.250 42.623.750 Ret. Izin usaha

angkutan

5.880.000 4.020.000 13.040.000 25.540.000 15.480.000 Ret. Izin usaha

kepariwisataan

- - - - 3.250.000

Ret. Izin laik sehat

- - - - 150.000

Jumlah 5.746.208.478 8.179.273.339,1 10.560.120.556 10.864.202.877,6 12.857.933.262 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Metro, 2008

Tabel 2, menunjukan bahwa penerimaan retribusi daerah dari berbagai macam retribusi perizinan tertentu di Kota Metro, jumlah retribusi terbesar adalah dari retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Dengan melihat perkembangan Kota Metro sebagai daerah administratif yang dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya, maka salah satu retribusi daerah yang mempunyai potensi yang cukup


(10)

besar, sebagai salah satu penyumbang pendapatan asli daerah dan memiliki kontribusi terhadap PAD di Kota Metro adalah retribusi izin mendirikan

bangunan, yang pemungutan retribusinya didasarkan pada Peraturan Kota Metro Nomor 1 Tahun 2005.

Dengan melihat perkembangan Kota Metro sebagai daerah administratif yang dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya, maka untuk mendukung

penerimaan asli daerah, pemerintah Kota Metro dalam hal ini Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Metro menetapkan target penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sebagai retribusi yang cukup potensial di Kota Metro.

Tabel 3. Target dan Realisasi Retribusi IMB Kota Metro Tahun 2004-2008

Tahun Target (Rp.)

Realisasi (Rp.)

Tingkat Realisasi (%)

2004 150.000.000 138.272.755 92,18 2005 148.500.000 142.424.700 95,91 2006 150.000.000 160.449.200 106,97 2007 158.000.000 215.474.230 136,38 2008 336.241.740 515.561.828 153,33

Jumlah 584,77

Rata-rata 116,95

Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Metro, 2008

Tabel 3, menunjukkan bahwa tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 tingkat realisasi mengalami peningkatan. Tingkat realisasi terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 92,18 persen. Sedangkan tingkat realisasi tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 153,33 persen dari tahun sebelumnya.


(11)

Setiap rencana dimaksudkan untuk dapat direalisasikan dengan sebaik-baiknya. Rencana yang baik adalah rencana yang sesuai dengan realisasinya, pengertian ini tidak harus sama persis dengan angkanya, tetapi menggunakan batas toleransi secara umum yaitu sebesar 10 persen, yang mengandung arti bila realisasi dengan target terdapat selisih 10 persen dibawah atau diatas rencana secara proposional, maka dianggap tidak terjadi penyimpangan (Ibnu Syamsi, 1988 : 209). Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) merupakan salah satu retribusi yang

memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi retribusi daerah. Untuk melihat realisasi retribusi Izin Mendirikan Bangunan dan besarnya sumbangan IMB terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Metro dapat dilihat pada Tabel di bawah.

Tabel 4. Sumbangan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Metro Tahun 2004-2008.

Tahun Retribusi Daerah (Rp)

PAD (Rp)

Persentase (%) 2004 5.746.208.478 11.789.963.060,56 48,73 2005 8.179.273.339,1 14.021.317.216,05 58,33 2006 10.560.120.556 17.726.383.741,91 59,57 2007 10.864.202.877,6 24.300.258.894,98 44,70 2008 12.857.933.262 22.017.268.479,23 58,39

Rata-rata 53,94

Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Metro, 2008

Pada Tabel 4, terlihat bahwa selama tahun anggaran 2004-2008 sumbangan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli daerah (PAD) Kota Metro mengalami fluktuasi. Sumbangan terendah terjadi pada tahun 2004, yaitu sebesar

Rp. 5.764.208.478 atau sebesar 48,73 persen. Sedangkan sumbangan terbesar terjadi pada tahun 2008 sebesar Rp 12.857.933.262 atau sebesar 58,39 persen.


(12)

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Metro terbagi dalam 5 (lima) jenis perizinan, antara lain : Fungsi I terdiri dari rumah tempat tinggal. Fungsi II terdiri dari puskesmas dan yayasan, Fungsi III terdiri dari kantor, ruko, cucian mobil, bengkel dan tempat usaha lainnya, Fungsi IV terdiri dari gudang, Fungsi V terdiri dari rumah wallet, dan Fungsi Lain-Lain terdiri dari lantai jemur, teras, lahan parkir dan pagar. Untuk dapat mengetahui rincian jumlah luas bangunan dan jenis bangunan wajib retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada Dinas Tata Kota Metro tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Luas Bangunan dan Jenis Bangunan Wajib Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Kota Metro Tahun 2004-2008.

Tahun Jenis Bangunan

Jumlah (M2) Fungsi

I (M2)

Fungsi II (M2)

Fungsi III (M2)

Fungsi IV (M2)

Fungsi V (M2)

Fungsi

Lain-Lain (M2)

2004 2.106 732 9.054 5.438 2.284,7 1.925,37 21.5402 2005 5.520 950 7.976 9.129 - 2.750 26.325 2006 5.144 1.212 14.910 7.532 - 5.557 34.355 2007 2.733 3.080 22.798 9.666,3 - 5.254 43.531 2008 9.457 1.165 76.411,5 13.180 - 11.112 111.326 Sumber : Dinas Tata Kota Metro, 2008

Pada Tabel 5, menunjukan bahwa jenis penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) luas bangunan dan jenis bangunan mengalami peningkatan tiap tahunnya, sedangkan untuk Perizinan wallet berdasarkan data yang diperoleh Penulis sudah diberhentikan oleh Pemerintah Daerah Kota Metro sejak tahun 2004 jadi untuk tahun seterusnya tidak ada penambahan jumlah bangunan khusus untuk perizinan wallet.


(13)

B. Permasalahan

Retribusi pada dasarnya merupakan suatu pungutan yang dikenakan sebagai pembayaran atas jasa yang telah diberikan, dimana manfaat jasa tersebut dapat langsung dirasakan oleh pengguna jasa. Retribusi dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, Retribusi Perizinan Tertentu. Salah satu retribusi yang berpotensi dan menunjang bagi penerimaan daerah Kota Metro adalah Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa Realisasi retribusi Izin Mendirikan Bangunan yang ditetapkan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Metro dari tahun 2006 sampai tahun 2008 meningkat melebihi target yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan dalam penetapan target tidak memperhatikan potensi yang ada. Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Seberapa besar potensi penerimaan Retribusi IMB di Kota Metro. 2. Seberapa besar kontribusi yang diberikan dari retribusi IMB dalam

meningkatkan PAD Kota Metro.

C. Tujuan

Sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui potensi penerimaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Metro.

2. Untuk mengetahui kontribusi yang diberikan dari retribusi IMB dalam meningkatkan PAD Kota Metro.


(14)

D. Kerangka Pemikiran

Dengan adanya otonomi daerah yang diberikan, maka dituntut adanya kemampuan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah. Salah satu faktor kemampuan yang dapat mendukung pelaksanaan ekonomi dan

pembangunan daerah adalah tersedianya sumber keuangan daerah yang mencukupi. PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Retribusi daerah merupakan komponen PAD yang memberikan sumbangan yang cukup besar dalam mendukung peningkatan PAD.

Kota Metro merupakan salah satu daerah otonom, hal ini sesuai dengan tujuan pemberian otonomi daerah kepada daerah untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan di daerah. Untuk itu daerah dituntut untuk lebih meningkatkan sumber-sumber daerah dengan memanfaatkan potensi ekonomi yang ada di daerah. Salah satu sumber pendapatan yang berperan penting dalam meningkatkan pendapatan daerah adalah retribusi daerah. Retribusi daerah ini merupakan biaya atas penggunaan

jasa/pelayanan yang telah diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi/badan. Retribusi IMB merupakan komponen penerimaan retribusi daerah yang memiliki potensi cukup baik untuk dapat terus ditingkatkan. Wajib retribusi yaitu orang pribadi atau badan hukum yang menurut peraturan

perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi tersebut yang harus didukung pula kerjasama dengan Dinas Pendapatan Kota Metro sebagai aparat pengelola retribusi.


(15)

Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Metro juga dituntut untuk dapat melakukan pengawasan yang baik dalam pencapaian target

penerimaan retribusi izin mendirikan bangunan di Kota Metro, sehingga berbagai langkah diharapkan dapat meningkatkan serta mengoptimalkan penerimaan retribusi terutama retribusi IMB di Kota Metro. Dalam hal pemungutan retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Kota Metro bekerja sama dengan Kantor Pelayanan Terpadu dalam hal pemungutan retribusi dengan wajib retribusi. Kantor Pelayanan Terpadu

merupakan Kantor Pelayanan yang ditunjuk oleh Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Kota Metro untuk melakukan pemungutan Retribusi IMB berdasarkan MoU (Surat Perjanjian) antar kedua belah pihak. Laporan yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Terpadu kepada Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Kota Metro hanya bersifat global, yaitu laporan total

keseluruhan perhitungan retribusi Izin Mendirikan Bangunan saja, tanpa adanya rincian yang jelas mengenai jumlah wajib retribusi dan jumlah yang dibayar oleh wajib retribusi. Kemudian Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Kota Metro menyetorkan ke Kas Daerah. Hal ini dapat dilihat dalam Gambar 1 di bawah ini mengenai alur pemungutan retribusi IMB Kota Metro.


(16)

Gambar 1. Alur Pemungutan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro

E. Sistematika Penulisan

Bab I

Bab II

Bab III

Bab IV Bab V

: Pendahuluan berisikan Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan, Kerangka Pemikiran, dan Sistematika Penulisan.

: Landasan Teori yang membahas dan menerangkan teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

: Metode penelitian yang berisikan tentang Jenis dan Sumber Data, Alat Analisis Regresi Linier Sederhana, Lokasi Penelitian, dan Gambaran Singkat Objek Penelitian.

: Hasil dan Pembahasan. : Simpulan dan Saran.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Kantor Pelayanan Terpadu

Kas Daerah

Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan


(17)

Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145

ANALISIS PENERIMAAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) TERHADAP PAD KOTA METRO

(Skripsi)

Nama : Leni arif NPM : 0541021035

Jurusan : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Publik dan Fiskal Pembimbing : M.A Irsan Dalimunthe S.E.

EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS LAMPUNG


(18)

DAFTAR PUSTAKA

Diefta, Prima. 2009. Potensi Penerimaan Cukai Etanol Di Provinsi Lampung Tahun 2010-2030. Skripsi Sarjana. Fakultas Ekonomi. Universitas Lampung.

Djayasinga,Marselina. 2006. Ekonomi Publik Suatu Pengantar. Penerbit Universitas Lampung

Mardiasmo. 2003. Perpajakan (edisi revisi). Penerbit Andi, Yogyakarta. Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi

Yogyakarta. Yogyakarta.

Nazir, Mohammad. 2003. Metodologi Penelitian. PT. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 1 Tahun 2005 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

Peraturan Walikota Metro Nomor 19 tahun 2008 Tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat Daerah.

Prakosa, Kesit Bambang. 2003. Pajak dan Retribusi Daerah. PT Erisco. Bandung Pribadi, Andhy. 2009. Perkembangan Kinerja Keuangan Retribusi Parkir di

Kabupaten Lampung Selatan 2001-2007. Skripsi Sarjana, Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

Puja, Panduwinata. 2007. Analisis Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Terhadap PAD Kota Bandar Lampung. Skripsi Sarjana, Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

Soelarno, Slamet. 2000. Administrasi Pendapatan Daerah. STIA LAN. Press. Jakarta.

Sugiyono. 2006. Statsitik Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung

Suparmoko, M. 2002. Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah. Penerbit Andi. Yogyakarta.


(19)

Syamsi, Ibnu. 1988. Dasar-Dasar Kebijakan Keuangan Negara. PT. Bina Aksara, Jakarta.

Setiawan, Hery.2006.”Evaluasi Proses Pemungutan Pajak Reklame Kota

Bandar Lampung Tahun Anggaran 2001-2004”. Skripsi Sarjana, Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

Unila. 2006. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Unila.Bandar Lampung.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004. Tentang Pemerintahan Daerah. Citra Umbara. Bandung.


(20)

ABSTRAK

ANALISIS PENERIMAAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) TERHADAP PAD KOTA METRO

Oleh Leni Arif

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah dibutuhkan sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari daerah yang bersangkutan. Salah satu sumber pembiayaan pelaksanaan desentralisasi adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sumber PAD adalah sumber keuangan daerah yang digali dari dalam wilayah daerah, salah satunya adalah Retribusi Daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan untuk kepentingan bersama. Permasalahan dalam penulisan ini

adalah “ Seberapa besar potensi retribusi Izin Mendirikan Bangunan Kota Metro

“.

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui potensi retribusi izin

mendirikan bangunan kota Metro. Untuk mengetahui kontribusi yang diberikan dari penerimaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam meningkatkan PAD Kota Metro. Alat analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kuantitatif sebagai prosedur pemecahan permasalahan yang akan diteliti dengan menggambarkan objek penelitian berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan secara utuh.

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan total penerimaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro tahun 2004 – 2008 sama dengan

realisasi retribusi IMB tahun 2004 – 2008, sehingga dapat dilihat bahwa tidak ada penyimpangan dari hasil pemungutan yang dihasilkan oleh retribusi IMB.

Berdasarkan hasil perhitungan potensi retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro didapatkan potensi sebesar Rp. 649.565.310 atau dengan rata-rata sebesar Rp. 129.913.062 per tahun. Selanjutnyafaktor-faktor penghambat dalam pemungutan retribusi Izin Mendirikan Bangunan adalah sebagai berikut :

Pelaksanaan pemungutan retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang kurang terkoordinir secara baik, karena kurangnya kerjasama antara petugas dengan wajib retribusi. Terdapatnya wajib retribusi yang melakukan penambahan bangunan tanpa adanya izin dari Dinas yang berwenang. Kurangnya petugas pemungut retribusi dilapangan serta masih banyak rumah tinggal, rumah tempat usaha, dan bangunan-bangunan lain yang tidak dapat dijangkau oleh para petugas.


(21)

Dengan demikian disarankan agar : 1). Dalam menentukan target penerimaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) hendaknya Pemerintah Kota Metro tidak hanya berdasarkan penerimaan sebelumnya, tetapi harus lebih

memperhatikan potensi yang ada agar penerimaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dapat tergali secara optimal. 2).Penambahan jumlah petugas pelaksanaan dan pengawasan retribusi, serta adanya pembagian tugas yang jelas dan merata pada petugas pelaksana pemungutan sehingga tidak ada lagi

masyarakat atau wajib retribusi yang lalai dalam memiliki IMB. 3).Perlunya penyuluhan – penyuluhan kepada masyarakat, baik yang merupakan subyek retribusi ataupun masyarakat umum agar masyarakat lebih menyadari pentingnya membayar retribusi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sumber Penerimaan Daerah

Dalam pemerintahan suatu negara, pemerintah mempunyai peran dalam

perekonomiannya. Menurut R.A. Musgrave, pemerintah memiliki 3 peran dalam perekonomian :

1. Peran Alokasi yaitu fungsi pemerintah untuk mengalokasikan dana agar lebih optimal penggunaanya.

2. Peran Distribusi yaitu fungsi pemerintah untuk menyesuaikan pemerataan pendapatan dan mensejahterakan masyarakat.

3. Peran Stabilisasi yaitu fungsi pemerintah untuk memberikan atau

meningkatkan kesempatan kerja. (Musgrave dalam Djayasinga, 2006:6).

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah diperlukan adanya sumber-sumber keuangan daerah, yang merupakan sumber dana untuk pembiayaan pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan pemerintah daerah. Pemberian otonomi daerah diharapkan dapat memberikan keleluasaan kepada daerah dalam pembangunan daerah melalui usaha-usaha yang sejauh mungkin mampu

meningkatkan partisipasi aktif masyarakat, karena pada dasarnya terkandung tiga misi utama sehubungan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi, yaitu : 1. Menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah. 2. Meningkatkan kualitas pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat.


(23)

3. Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk ikut serta dalam proses pembangunan ( Mardiasmo, 2002:99).

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, sumber-sumber keuangan daerah dapat berasal dari :

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah melalui usaha penggalian sumber-sumber keuangan yang dimiliki oleh daerah. PAD merupakan salah satu modal dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah. PAD terdiri dari :

a. Hasil Pajak Daerah

Pajak daerah sebagai sumber penerimaan juga menjadi alat kebijakan untuk mengatur kegiatan perencanaan. Pemerintah memiliki wewenang untuk mengenakan pajak atas penduduk setempat untuk membiayai layanan masyarakat.

b. Hasil Retribusi Daerah

Retribusi daerah merupakan harga dari suatu layanan dari pemerintah daerah, kebijakan memungut bayaran untuk barang dan jasa yang disediakan pemerintah berpangkal pada pengertian ekonomi, seseorang bebas menentukan besarnya layanan yang diinginkan.

c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Hasil perusahaan milik daerah ini maksudnya adalah laba perusahaan yang diharapkan sebagai sumber pemasukan bagi daerah.


(24)

2. Dana Perimbangan

Dana perimbangan ini adalah pembagian sumber penerimaan untuk menutupi pengeluaran akibat adanya kegiatan pembangunan. Pembagian dalam hal ini adalah pembagian penerimaan antara pemerintah pusat dan daerah yang tujuannya adalah untuk mencapai perimbangan.

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.

Lain-lain pendapatan yang sah antara lain adalah hibah atau penerimaan dari daerah Provinsi atau Daerah Kabupaten atau Kota lainnya, dan penerimaan ini yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Karena tidak semua sumber pembiayaan diberikan kepada daerah maka kepada daerah diwajibkan unntuk menggali sumber-sumber keuangannya sendiri berdasarkan pada peraturan serta perundang-undangan yang berlaku. Sumber-sumber keuangannya yang berasal dari daerah dikelola tanpa membebani pemerintah pusat terutama yang merupakan komponen PAD.

B. Potensi Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Menurut Kesit Bambang Prakosa (2003:134) yang dimaksud dengan potensi adalah daya, kekuatan atau kemampuan yang pantas diterima dalam keadaan seratus persen. Potensi penerimaan dapat diukur melalui 2 (dua) pendekatan yaitu berdasarkan fungsi permintaan dan indikator sosial ekonomi. Selanjutnya,

pengertian potensi penerimaan retribusi berdasarkan penggabungan pengertian potensi ekonomi daerah menurut Soeparmoko (2002:99) potensi ekonomi daerah yaitu kemampuan ekonomi daerah yang ada di daerah yang mungkin layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang menjadi sumber penghidupan


(25)

masyarakat setempat bahkan dapat mendorong perekonomian daerah untuk berkembang sendiri. Jadi dapat disimpulkan potensi penerimaan retribusi izin mendirikan bangunan adalah besarnya kemampuan daerah untuk mengembangkan penerimaan retribusi IMB untuk menjadi sumbangan pendapatan daerah. Potensi sangat penting kegunaannya dikarenakan dengan mengetahui potensi penerimaan retribusi IMB maka pemerintah daerah melalui dinas yang berwenang dapat menentukan target penerimaan retribusi IMB.

C. Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yang dimaksud dengan pendapatan asli daerah tertuang dalam pasal 1 butir 17 Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah menyebutkan bahwa “ Pendapatan Asli Daerah adalah

pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Menurut Syamsi, Ibnu (1988:213) pendapatan daerah sebenarnya memang diharapkan menjadi penyangga utama dalam membiayai kegiatan-kegiatan daerahnya. Semakin

banyak kebutuhan daerah dapat dibiayai oleh PAD, berarti semakin tinggi kualitas pengelolaan otonominya. PAD diharapkan semakin dapat diandalkan dan

meningkat secara riil. Untuk itu diperlukan adanya penelitian disetiap macam PAD. Sesuai dengan ketentuan Pasal 6 Undang-undang tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah pendapatan asli daerah dapat diperoleh melalui sumber-sumber dana yang didapat dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Sumber-sumber pendapatan tersebut diharapkan menjadi sumber pembiayaan penyelenggaraan


(26)

pemerintah dan pembangunan untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan rakyat.

D. Tinjauan Tentang Retribusi Daerah 1. Pengertian Retribusi Daerah

Dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang pajak daerah dan retribusi daerah dijelaskan yang dimaksud retribusi daerah adalah pemungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa dan pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. Menurut Soelarno, (1999:265) Retribusi sebagai pemungutan pemerintah pusat atau daerah pada orang atau badan, berdasarkan norma-norma yang

ditetapkan berhubungan dengan jasa yang diberikan.

Menurut Suparmoko, (1997:94), Retribusi yaitu suatu pembayaran dari rakyat kepada pemerintah dimana kita dapat melihat adanya hubungan antara balas jasa yang langsung diterima dengan adanya pembayaran retribusi tersebut. Sedangkan Menurut Mardiasmo, (2003:101) retribusi adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi Daerah merupakan salah satu jenis penerimaan daereah yang dipungut sebagai pembayaran atau imbalan langsung atas pelayanan yang

diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat. Pemungutan iuran retribusi harus menganut asas manfaat (benefit principles), dimana pungutan retribusi yang harus dibayar oleh penerima manfaat harus sama dengan nilai dari manfaat yang diterimanya.


(27)

Pengertian retribusi daerah sesuai PPRI No. 66 Tahun 2001 tentang retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi daerah ditetapkan sesuai dengan kewenangan masing-masing daerah sebagaimana diatur dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Retribusi dikelompokkan menjadi tiga macam sesuai dengan objeknya, yaitu :

a. Retribusi jasa umum, yaitu retribusi yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jenis-jenis retribusi jasa umum adalah :

1) Retribusi pelayanan kesehatan

2) Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan

3) Retribusi penggantian biaya cetak KTP dan akte catatan sipil 4) Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum

5) Retribusi pelayanan pasar

6) Retribusi pengujian kendaraan bermotor 7) Retribusi pengujian kapal perikanan

8) Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran

b. Retribusi jasa usaha, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai tempatnya, harta yang dimiliki atau

dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah. Jenis-jenis retribusi jasa usaha :


(28)

1) Retribusi pemakaian kekayaan daerah 2) Retribusi pasar grosir dan pertokoan 3) Retribusi tempat pelelangan

4) Retribusi terminal

5) Retribusi tempat khusus parkir 6) Retribusi penyedotan kakus 7) Retribusi rumah potong hewan 8) Retribusi penyebrangan di atas air 9) Retribusi pengelolaan limbah cair

10) Retribusi penjualan produksi usaha daerah 11) Retribusi tempat rekreasi dan olah raga

12) Retribusi tempat penginapan / villa / pesanggrahan

c. Retribusi perizinan tertentu, yaitu retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis-jenis retribusi perizinan tertentu, yaitu :

1) Retribusi izin mendirikan bangunan (IMB)

2) Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol 3) Retribusi izin gangguan


(29)

Dalam menentukan besarnya masing-masing retribusi dipelukan prinsip dan sasaran penetapan retribusi daerah. Adapun prinsip dan sasaran tersebut menurut Mardiasmo (2003:103) adalah :

a. Untuk retribusi jasa umum, berdasarkan kebijakan daerah dengan

mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan.

b. Untuk retribusi jasa usaha, berdasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

c. Untuk retribusi perizinan tertentu, berdasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang

bersangkutan. Mengenai penetapan tarif retribusi, dapat ditinjau kembali paling lama 5 tahun sekali.

Karakteristik retribusi daerah adalah : 1. Retribusi dipungut oleh negara

2. Dalam pemungutan tersebut terdapat paksaan secara ekonomi

3. Dalam pemungutan tersebut diperlukan adanya prestasi secara langsung yang dapat dituju.

4. Retribusi dikenakan pada badan atau orang yang menggunakan jasa yang telah disiapkan oleh negara.


(30)

2. Azas Pemungutan Retribusi

Menurut Davey dalam (Pribadi, Andhy 2009:16) mengatakan bahwa azas pemungutan retribusi terdiri dari :

1. Penilaian Kecukupan dan elastisitas, dimana sumber penerimaan itu haruslah menghasilkan penerimaan yang besar dalam kaitannya dengan seluruh atau sebagian biaya pelayanan yang dikeluarkan, juga dapat mencukupi untuk membiayai kegiatan pelayanan pemerintah daerah tersebut.

2. Penilaian keadilan, menunjukkan seyogyanya retribusi bersifat regresif secara tradisional, karena merupakan kebutuhan dasar sering kali menguntungkan kelompok menengah atas.

3. Penilaian kemampuan administrasi berhubungan dengan kemampuan untuk melakukan pengontrolan pemungutan, melakukan sanksi terhadap pelanggaran retribusi dan integritas bagi pemungut.

4. Penilaian kesepakatan politis terutama pada penetapan tarif sangat sensitif terhadap preferrensi masyarakat.

3. Syarat Pemungutan Retribusi

Agar pemungutan retribusi tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan retribusi harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Pemungutan retribusi harus adil

Adil dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan retribusi umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.


(31)

Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian

masyarakat.

c. Pemungutan retribusi harus efisien

Biaya pemungutan retribusi harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari pemungutan

d. Sistem pemungutan retribusi harus sederhana

Sistem pemungutan retribusi yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban membayar retribusi.

E. Tinjauan Tentang Retribusi IMB Kota Metro 1. Pengertian Retribusi IMB

Retribusi Izin mendirikan Bangunan telah diterapkan di Kota Metro dan

merupakan penerapan dari Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Berdasarkan Perda Kota Metro Nomor 1 Tahun 2005 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan bahwa, IMB adalah Izin yang diberikan dalam rangka mendirikan bangunan secara fisik berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Yang dimaksud dengan bangunan adalah setiap susunan sesuatu yang berdiri di atas tanah atau tertumpu pada batu-batuan landasan dengan susunan dimaksud berbentuk suatu ruangan yang terbatas seluruhnya atau sebagian.

Kriteria pengenaan retribusi menurut UU No. 34 Tahun 2000 adalah potensinya memadai, berarti pengenaan retribusi cukup besar sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dan memiliki kontribusi yang positif untuk pertumbuhan


(32)

ekonomi suatu daerah. Oleh karena itu pungutan retribusi daerah harus lebih ditingkatkan agar pendapatan daerah akan meningkat sesuai dengan potensi yang ada.

a. Dasar Hukum Retribusi IMB

Adapun dasar hukum pemungutan retribusi izin mendirikan bangunan sebagai berikut :

1) Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

2) Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah. 3) Peraturan daerah Kota Metro No. 01 Tahun 2005 Tentang Retribusi Izin

Mendirikan Bangunan.

2. Obyek dan Subyek Retribusi

Berdasarkan pasal 2 ayat (2) Perda Kota Metro Nomor 01 Tahun 2005, yang termasuk obyek retribusi adalah setiap jenis bangunan yang dibangun/didirikan. Sedangkan yang dimaksud dengan subyek retribusi menurut pasal 4 Perda Kota Metro Nomor 01 Tahun 2005 adalah setiap orang pribadi atau badan hukum yang akan mendirikan bangunan. Golongan retribusi IMB sebagaimana dimaksud pasal 2 Perda ini termasuk golongan retribusi perizinan tertentu. Dan yang dimaksud wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan hukum yang menurut Peraturan Perundang – undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungutan atau pemotongan retribusi daerah.


(33)

3. Jenis, Fungsi, Klasifikasi dan Persyaratan Bangunan

Mengenai Jenis, fungsi, dan klasifikasi bangunan dijelaskan dalam Perda Kota Metro No. 1 Tahun 2005, pasal 6, 7, 8 dan 9 sebagai berikut :

a. Pasal 6 Jenis Bangunan dalam wilayah Kota Metro adalah : 1) Rumah tempat tinggal dan sejenisnya.

2) Sarana Pendidikan 3) Bangunan tempat usaha 4) Bangunan tempat industri 5) Bangunan sosial

6) Bangunan sarana olah raga 7) Bangunan perkantoran 8) Bangunan Perternakan

9) Bangunan budidaya walet dan sejenisnya 10) Bangunan tower, menara air

11) Bangunan pagar, teras, lantai jemur, kolam penampungan limbah industri dan bangunan lainnya yang bersifat penunjang bangunan utama.

12) Bangunan sarana ibadah

b. Pasal 7 Berdasarkan jenis bangunan tersebut dapat digolongkan dalam fungsi sebagai berikut :

1) Bangunan fungsi I (satu) adalah bangunan berfungsi dan atau digunakan untuk tempat tinggal baik bangunan permanent maupun bangunan semi permanent.

2) Bangunan fungsi II (dua) adalah bangunan yang berfungsi dan atau digunakan untuk sarana pendidikan, sarana sosial dan sarana olah raga.


(34)

3) Bangunan fungsi III (tiga) adalah bangunan yang berfungsi dan atau di pergunakan untuk usaha dagang, perkantoran, gedung bioskop, rumah kost, cucian mobil dan bangunan lain yang sejenis baik permanent maupun semi permanent.

4) Bangunan fungsi IV (empat) adalah bangunan yang berfungsi dan atau dipergunakan untuk tempat industri yang meliputi pabrik dan atau tempat pengolahan dari berbagai macam bahan dan hasil bumi serta bangunan lainnya yang sejenis baik permanent maupun semi permanent.

5) Bangunan fungsi V (lima) adalah bangunan yang berfungsi dan atau dipergunakan untuk budidaya burung wallet baik permanent maupun semi permanent.

6) Bangunan lain-lain adalah bangunan yang tidak termasuk sebagaimana dimaksud huruf a, b, c, d,dan e yang terdiri dari : bangunan pagar, halaman parkir, lantai jemur, teras, kolam penampungan air limbah, dan bangunan tiang pemancar radio, TV dan telepon seluler.

c. Pasal 8 terhadap bangunan fungsi I, II, III, IV, V tersebut dalam huruf a, b, c, d, e dan f bangunan diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Bangunan yang mempergunakan jenis material : - Lantai : Floar, Tegel

- Rangka Atap : Kayu, Kelas III dan II

- Atap : Seng, asbes, genteng biasa, kodok, fleton atau sejenisnya


(35)

2) Bangunan yang menggunakan jenis material : - Lantai : Teraso, keramik - Rangka Atap : Kayu kelas III dan II - Atap : Genteng beton, flat beton - Dinding : Batu bata, tiang beton 3) Bangunan yang menggunakan jenis material :

- Lantai : Marmer, granir - Rangka Atap : Kayu kelas III dan II - Atap : Genteng kramik, flat beton - Dinding : Batu bata, tiang beton, besi

4) Bangunan yang menggunakan jenis material yang tercantum dalam huruf a, b, dan c.

d. Syarat – syarat bangunan dijelaskan dalam pasal 9 Perda ini, syarat bangunan antara lain :

1) Bangunan harus dibuat sesuai dengan gambar yang telah disyahkan oleh Dinas.

2) Untuk bangunan di daerah Perkotaan dan Pasar disesuaikan dengan keadaan medan

3) Untuk perumahan kompleks pemukiman yang sifatnya menggunakan jalan khusus disesuaikan dengan keadaan medan/lokasi setempat.

4) Bangunan – bangunan harus menggunakan bahan – bahan yang kuat dan baik

5) Bangunan tidak dibenarkan mempergunakan bahan – bahan yang mudah terbakar.


(36)

6) Segala pekerjaan yang dilaksanakan pada waktu Mendirikan Bangunan tidak boleh mendatangkan kerugian pada tanah milik orang lain.

4. Ketentuan Perizinan dan Penerbitan IMB

Permohonan sebagaiman dijelaskan dalam Pasal 10 antara lain :

a. Setiap orang atau Badan Hukum yang akan Mendirikan Bangunan harus memperoleh Izin terlebih dahulu dari Kepala Daerah.

b. Untuk memperoleh IMB sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini harus menyampaikan Permohonan terlebih dahulu kepada Kepala daerah melalui Kepala Dinas.

Ketentuan perizinan diatur dalam pasal 12 Perda ini Permohonan sebagaimana dimaksud Pasal 6 diajukan dengan melengkapi persyaratan sebagai berikut : a. Untuk Bangunan fungsi I, II, III, IV, V dan bangunan lainnya.

1) Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT) 2) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) 3) Fotocopy bukti hak atas tanah

4) Fotocopy tanda lunas PBB terakhir

5) Surat kuasa apabila penandatanganan permohonan bukan dilakukan oleh pemohon sendiri

6) Surat keterangan daya dukung tanah dari laboratorium dan diperhitungkan beban terhadap bangunan yang direncanakan berlantai 4 (empat) ke atas. b. Untuk Bangunan fungsi IV selain syarat tersebut ditambah dengan :

1) Rekomendasi akte pendirian perusahaan bagi yang bersetatus Badan Hukum/Badan Usaha atau Rekaman Anggaran Dasar yang sah.


(37)

2) Surat pernyataan Permohonan tentang kesanggupan mematuhi

persyaratan-persyaratan teknis bangunan sesuai dengan pedoman teknis yang ditetapkan Menteri Pekerjaan Umum, serta garis sempadan jalan koefisien dasar bangunan dan koefisien lawan bangunan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

3) Rekaman Rencana Tata Bangunan Prasarana Kawasan Industri yang disetujui oleh Kepala Daerah dengan menunjukkan kapling untuk

Bangunan yang bersangkutan, bagi perusahaan industri yang berlokasi di kawasan industri.

4) Memiliki Izin Undang – Undang gangguan, kecuali bagi yang

keberadaannya wajib amdal atau yang berlokasi di dalam kawasan yang telah ditentukan.

Penerbitan IMB diatur dalam Pasal 13 Perda ini antara lain :

1) Kepala Dinas mengadakan penelitian kelengkapan persyaratan permohonan IMB sebagaimana dimaksud Pasal 9, 10, dan Pasal 12 Peraturan ini.

2) Jika persyaratan telah lenkap dan benar, permohonan diterima dan diberikan bukti tanda terima.

3) Dalam jangka waktu 4 (empat) hari kerja setelah Permohonan diterima, pejabat sebagaimana tersebut ayat (1) menetapkan besarnya retribusi yang wajib dibayar.

4) Berdasarkan penetapan sebagaimana tersebut dalam ayat (3) Pemohon mmembayar retribusi.

5) Setelah melunasi retribusi sebagaimana tersebut dalam ayat (4) pemohon dapat melaksanakan pembangunan secara fisik.


(38)

6) Setelah Bangunan selesai Pemohon wajib menyampakan laporan secara tertulis dilengkapi dengan :

a. BAP dari pengawas yang telah diakreditasi b. Gambar siap bangun

c. Rekaman Bukti pembayaran Retribusi.

Selanjutnya diatur dalam Pasal 14.

1) Berdasarkan laporan dan Berita Acara Pemeriksaan oleh petugas, Kepala Dinas atas nama Kepala Daerah menertibkan IMB.

2) Jangka waktu Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan ditetapkan selambat- lambatnya 12 (dua belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya laporan dan BAP.

3) Bentuk dan macam Izin ditentukan oleh Kepala Daerah

4) Izin Mendirikan Bangunan tersebut dalam ayat (1) sekaligus berlaku bagi penggunaan bangunan.

5. Sanksi Pelanggaran IMB

Sanksi pelanggaran IMB diatur dalam Pasal 16 Perda ini, antara lain : 1) IMB dapat dibatalkan dan atau dicabut apabila :

a. Fungsi Bangunan sudah tidak sesuai dengan izin yang diberikan. b. IMB yang dikeluarkan didasarkan atas keterangan yang tidak benar c. Pekerjaan ditunda selama 6 bulan berturut-turut kecuali apabila menurut

pertimbangan kepala daerah penundaan pekerjaan tersebut disebabkan alasan yang tepat.

2) Apabila si pemohon masih berkeinginan untuk melanjutkan pekerjaan yang ditunda sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c, Pemohon diwajibkan


(39)

membayar tambahan biaya sebesar 25% dari ketentuan yang ditetapkan dalam Perda ini.

3) Bangunan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya melanggar ketentuan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dapat dikenakan sanksi :

a. Kegiatan Mendirikan bangunan dihentikan b. Bangunan disegel

c. Bangunan dibongkar

4) Terhadap Bangunan yang didirikan tanpa memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB), tetap berkewajiban untuk memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dengan prosedur sebagaimana diatur dalam Perda ini dan dikenakan denda sebesar 50% x jumlah setoran menurut fungsi dan luas bangunan sebagaimana diatur dalam Pasal !9 ayat (2) huruf a, b, c dan d. 5) Pengenaan sanksi dilaksanakan atas dasar Perintah Kepala Daerah.

6. Tata Cara Mengukur Penggunaan Jasa

Pengukuran Penggunaan jasa ini diatur dala Perda Kota Metro Nomor 01 Tahun 2005 Pasal 17 dijelaskan bahwa, Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan atas faktor luas tanah bangunan, jumlah tingkat bangunan dan rencana penggunaan bangunan (tarif klasifikasi).

7. Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Berdasarkan Perda Kota Metro Nomor 1 Tahun 2005 Pasal 19 ayat (2). Besarnya Retribusi IMB adalah Sebagai berikut :


(40)

a. Bangunan Fungsi I :

1) Bangunan fungsi I klasifikasi a Rp. 1000,-/M² 2) Bangunan fungsi I klasifikasi b Rp. 2.000,-/M² 3) Bangunan fungsi I klasifikasi c Rp. 3.500,-/M² 4) Bangunan fungsi I klasifikasi d Rp. 3.000,-/M² b. Bangunan Fungsi II :

1) Bangunan fungsi II klasifikasi a Rp. 1.500,-/M² 2) Bangunan fungsi II klasifikasi b Rp. 1.750,-/M² 3) Bangunan fungsi II klasifikasi c Rp. 3.000,-/M² 4) Bangunan fungsi II klasifikasi d Rp. 2.500,-/M² c. Bangunan Fungsi III :

1) Bangunan fungsi III klasifikasi a Rp. 3.250,-/M² 2) Bangunan fungsi III klasifikasi b Rp. 4.550,-/M² 3) Bangunan fungsi III klasifikasi c Rp. 5.850,-/M² 4) Bangunan fungsi III klasifikasi d Rp. 4.550,-/M² d. Bangunan Fungsi IV :

1) Bangunan fungsi IV klasifikasi a Rp. 6.300,-/M² 2) Bangunan fungsi IV klasifikasi b Rp. 7.700,-/M² 3) Bangunan fungsi IV klasifikasi c Rp. 10.500,-/M² 4) Bangunan fungsi IV klasifikasi d Rp. 9.100,-/M²

e. Bangunan Fungsi V adalah Budidaya Wallet setiap ketinggian 4 (empat) meter dihitung 1 (satu) lantai Rp. 16.000,-/M².

f. Terhadap bangunan lain-lain terdiri dari :


(41)

2) Halaman parkir dikenakan retribusi sebesar Rp. 500,-/M² 3) Lantai jemur dikenakan retribusi sebesar Rp. 1000,-/M² 4) Teras dikenakan Retribusi sebesar Rp. 1.000,-/M²

5) Kolam penampungan air limbah industri dikenakan retribusi sebesar Rp. 5.000,-/M²

6) Bangunan pemancar radio, TV, Bangunan tower, menara PLN setiap kelipatan 6 M dihitung satu tingkat dan dikenakan tarif retribusi sebesar Rp. 4.550,-/M²

7) Pemohon dibebankan biaya pembuatan plat nomor IMB Rp. 10.000,- 8) Biaya Administrasi sebesar Rp. 25.000,-

Berdasarkan Perda Kota Metro Nomor 01 Tahun 2005 Pasal 20 dan 21 terdapat penambahan dari Pasal 19, antara lain :

Pasal 20

Untuk mengubah, menambah dan merombak/renovasi Bangunan dikenakan retribusi yang tarif sama dengan yang dimaksud Pasal 19 ayat (2), (3) dan (4). Pasal 21

1) Terhadap bangunan yang lebih dari satu tingkat maka tiap tingkat dikenakan retribusi sebagai berikut :

a. Tingkat ke II = 1,5 x tarif lantai I menurut fungsi bangunan. b. Tingkat ke III = 2 x tarif lantai I menurut fungsi bangunan. c. Tingkat ke IV = 2,5 x tarif lantai I menurut fungsi bangunan

d. Terhadap bangunan tingkat ke V dan seterusnya kelipatan menurut jenjang a, b, dan c.


(42)

8. Tata Cara Penetapan Retribusi Pasal 23

1) Penetapan retribusi berdasarkan SPTRD dengan menerbitkan SKRD. 2) Dalam SKTRD tidak dipenuhi oleh wajib retribusi sebagaimana mestinya

maka diterbitkan SKRD secara jabatan. SKRD, SKRD secara jabatan sebagaimana dimaksud ayat ini dicatat dalam buku jenis retribusi masing-masing.

3) Bentuk dan isi SKRD sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan oleh Kepala Daerah. SKRD, SKRD secara jabatan, SKRD tambahan dan SKRD untuk masing-masing wajib retribusi dicatat sesuai dengan NPWRD.

Pasal 24

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang terutang, maka dikeluarkan SKRD tambahan.

9. Tata Cara Pemungutan dan Pembayaran Retribusi Pasal 25

1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan 2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD Pasal 26

1) Pembayaran retribusi dilakukan di kas daerah melalui bank yang ditunjuk sesuai dengan waktu yang ditentukan dengan menggunakan SKRD. 2) Dalam hal pembayaran dilakukan di bank yang ditunjuk, maka hasil

penerimaan retribusi harus disetor ke kas daerah dalam waktu tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.


(43)

3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran Retribusi diatur dengan Keputusan Kepala Daerah.

Pasal 28

1) Pembayaran Retribusi harus dilakukan secara tunai/lunas

2) Tata cara Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ditetapkan oleh kepala Daerah.


(44)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang telah diolah dan diperoleh dari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Metro yaitu berupa data PAD Kota Metro dan data Retribusi Daerah Kota Metro. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Metro Yaitu berupa data PAD Kota Metro, data Penerimaan Retribusi Daerah Kota Metro, data Target dan Realisasi Retribusi IMB.

2. Dinas Tata Kota Metro

Yaitu berupa data jumlah Subjek Retribusi dan Bangunan tempat usaha, Bangunan tempat tinggal, Bangunan lain-lain.

3. BPS (Badan Pusat Statistik) Kota Bandar Lampung

Yaitu berupa gambaran umum tentang daerah Kota Metro (Metro dalam angka).

Ditambah data yang di peroleh dari studi pustaka yang akan digunakan untuk menerangkan kondisi yang dihadapi sehingga dapat diperoleh solusi yang terbaik yaitu dengan mempelajari literatur karya ilmiah, dan bacaan lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian ini.


(45)

B. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis kualitatif dan kuntitatif.

1) Analisis Kualitatif

Yaitu menganalisa masalah dan mencari pemecahannya dengan menggunakan teori-teori pendukung yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

2) Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung tentang potensi retribusi IMB serta kontribusi IMB terhadap PAD Kota Metro sesuai data yang ada dengan menggunakan metode deskriptif.

a. Analisis Regresi Linier Sederhana

Untuk mengetahu perkiraan besarnya potensi penerimaan retribusi IMB di Kota Metro tahun 2004-2008, maka digunakan analisis Regresi Linier Sederhana. Menurut Sugiyono persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi (ramalan) bagaiman dalam variabel dependen akan terjadi bila dalam variabel independen ditetapkan, adapun rumusnya sebagai berikut :

Y = a + bX

 

 



 

   2 2 2 X n XY X X Y a

 

   2 2 X X n Y X XY n b


(46)

Keterangan :

Y = Subyek dalam variabel yang diprediksi a = Harga Y

b = Angka arah atau koefisien regresi

X = Subyek pada variabel indpenden yang mempunyai nilai tertentu (Sumber : Sugiyono, 2006 : 244)

b. Perhitungan Potensi penerimaan retribusi IMB dari trend digunakan persamaan sebagai berikut :

TR = P x Q Keterangan :

P = Harga per meter2 luas bangunan Q = Jumlah luas bangunan per meter2 (Sumber : Diefta Prima, Skripsi 2009 : 38)

Menurut Nazir (2003:560) penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa masa sekarang. Alat analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kuantitatif sebagai prosedur pemecahan permasalahan yang akan diteliti dengan menggambarkan objek penelitian berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan secara utuh dengan menggunakan analisis berikut ini.

Kontribusi retribusi IMB terhadap Pendapatan Asli Daerah digunakan rumus sebagai berikut :

x100%

Penerimaan Realisasi

IMB Retribusi Penerimaan

Realisasi Kontribusi 


(47)

Tabel 6. Skala Interval Kontribusi

Persentase Tingkat Kontribusi Kriteria Kontribusi 0,00 – 10,00 %

10,01 – 20,00 % 20,01 – 30,00 % 30,01 – 40,00 % 40,01 – 50,00 %

Di atas 50 %

Sangat Kurang Kurang Sedang Cukup Baik Baik Sekali Sumber : Tim Litbang Depdagri-Fisipol UGM, 1991 dalam (Hery, 2006:34)

Sedangkan untuk kesesuaian antara rencana dan realisasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Ketepatan atau tingkat pencapaian = x100% Target

Realisasi

(Ibnu Syamsi, 1988 : 209)

a. Menurut penelitian maka penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan di bawah ini :

Total Penerimaan = LB x Jml.Tk Bangunan x Tarif Bangunan (Sumber : Perda Kota Metro Nomor 01, 2005 pasal 17).

Keterangan :


(48)

C. Lokasi Penelitian


(49)

Lokasi penelitian dilakukan di seluruh kecamatan di kota Metro. 1. Kecamatan Metro Pusat

Kecamatan Metro Pusat merupakan daerah yang sebagian besar digunakan sebagai daerah perdagangan, dikarenakan banyaknya bangunan seperti ruko bertingkat. Kecamatan Metro Pusat memiliki luas wilayah yaitu 11,71 km² dengan jumlah penduduk 42.361 jiwa, ini merupakan kecamatan yang paling banyak penduduknya di bandingkan kecamatan lain. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Metro, Kecamatan Metro pusat hanya untuk pusat pertokoan, perdagangan skala kota, pusat pemerintahan dan kawasan

pemukiman penduduk tersebar di setiap kecamatan di Kota Metro. 2. Kecamatan Metro Selatan

Kecamatan Metro Selatan memiliki luas wilayah yaitu 14,33 km² dengan kawasan permukiman kepadatan sedang karena kecamatan ini memiliki jumlah penduduk tekecil yaitu sebesar 11.199 jiwa. Berdasarkan Tata Ruang Kota Metro wilayah ini sebagian besar terdapat area persawahan 3.519 hektar. 3. Kecamatan Metro Timur

Kecamatan Metro Timur memiliki luas wilayah yaitu 11,78 km² dengan jumlah penduduk sebesar 27.010 jiwa. Kecamatan Metro Timur ditetapkan sebagai kawasan pendidikan dan kawasan fasilitas sosial tersebar di seluruh kecamatan sesuai kebutuhan.

4. Kecamatan Metro Barat

Kecamatan Metro Barat memiliki luas wilayah yaitu 11,28 km² ini merupakan wilayah terkecil berdasarkan luasnya, dengan jumlah penduduk sebesar 18.408 jiwa.


(50)

5. Kecamatan Metro Utara

Kecamatan Metro Utara memiliki luas wilayah 19,64 km² dengan jumlah penduduk sebesar 19.470 jiwa. Berdasarkan Tata Ruang Kota Metro kawasan ini sebagian besar digunakan sebagai pusat industri dan pergudangan.

D. Gambaran Singkat Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Metro.

a. Sejarah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset daerah Kota Metro

Dalam perkembangannya Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan dan Aset Daerah Kota Metro ini telah mengalami beberapa kali perubahan status. Pada awal berdirinya kantor ini merupakan kantor DIPENDA ( Dinas Pendapatan Daerah) Lampung Tengah. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 1 Tahun 2000, tentang Susunan Kelembagaan Pemerintah Kota Metro, maka DIPENDA (Dinas Pendapatan Daerah) diubah menjadi BAPDA ( Badan Pendapatan Daerah). Kemudian pada tanggal 24 Juni 2003, sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 3 Tahun 2003, tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Metro, maka BAPEDA ( Badan Pendapatan Daerah) diubah kembali menjadi DIPENDA (Dinas Pendapatan Daerah).

Perubahan terakhir terjadi pada tahun 2008, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Metro yang dibuat eksekutif oleh Pemerintah Kota Metro bersama DPRD Kota Metro, yang mengubah status Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) menjadi Dinas Pendapatan pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Metro.


(51)

Dinas ini terbentuk dari penggabungan tiga organisasi ke dalam 1(satu) dinas, yaitu :

1. Dinas Pendapatan Daerah 2. Badan Keuangan Daerah 3. Bagian Perlengkapan

b. Tugas dan Fungsi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Metro.

Berdasarkan Peraturan Walikota Metro Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat Daerah, Dinas Pendapatan Pengelolaan Aset daerah Kota Metro mempunyai tugas pokok, melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang Pendapatan, Anggaran, Perbendaharaan, Belanja Pegawai dan Aset. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dinas Pendapatan Pengelolaan keuangan dan Aset Daerah menyelenggarakan fungsi :

1. Perumusan kebijakan teknis dibidang Pendapatan, Anggaran, Perbendaharaan, Belanja Pegawai dan Aset.

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang Pendapatan, Anggaran, Perbendaharaan, Belanja Pegawai dan Aset. 3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Pendapatan, Anggaran,

Perbendaharaan, Belanja Pegawai dan Aset. 4. Penyelenggaraan kesekretariatan dinas

5. Pelaksanaan tugas Lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.


(52)

c. Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Metro.

Susunan organisasi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Metro adalah terdiri dari :

1. Kepala Dinas 2. Sekretaris

a) Sub bagian perencanaan b) Sub bagian keuangan

c) Sub bagian bagian umum dan kepegawaian 3. Bidang Pendapatan

a) Seksi pendataan dan penetapan b) Seksi penagihan dan keberatan

c) Seksi pembukuan dan pelaporan pendapatan 4. Bidang Anggaran

a) Seksi pelaksanaan anggaran b) Seksi akuntansi

c) Seksi pengendalian

5. Bidang Perbendaharaan dan Belanja Pegawai a) Seksi perbendaharaan dan verifikasi b) Seksi belanja pegawai

c) Seksi kas daerah 6. Bidang Aset

a) Seksi analisis kebutuhan dan standar harga b) Seksi pengadaan


(53)

E.Fungsi Dinas Tata Kota Kota Metro

Berdasarkan keputusan Walikota Metro Nomor 19 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat Daerah, dalam melaksanakan tugasnya Dinas Tata Kota Metro memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Perumusan kebutuhan teknis di bidang pelaksanaan perkotaan, lingkungan hidup, hutan kota dan pertamanan.

2. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum di bidang perkotaan, lingkungan hidup, hutan kota, dan pertamanan.

3. Penyelenggaraan tata usaha dinas sesuai dengan peraturan dan ketetapan yang berlaku dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.

4. Pengevaluasian hasil pelaksanaan kegiatan di bidang pelaksanaan perkotaan, lingkungan hidup, hutan kota, dan pertamanan.

5. Penyelenggaraan pembinaan unit pelaksanaan teknis daerah.

F. Gambaran Singkat Kota Metro

Wilayah Kota Metro terletak pada bagian tengah Propinsi Lampung yang meliputi areal daratan seluas 68,74 Km² dengan ibukota Metro. Pada tanggal 27 April 1999, Kota Metro diresmikan sebagai daerah otonom berdasarkan UU No. 12 Tahun 1999, pada saat diresmikan Kota Metro terdiri dari 2 kecamatan yang meliputi 6 kelurahan dan 6 desa. Kemudian Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Metro No. 25 Tahun 2000 tentang Pemekaran Kelurahan dan Kecamatan di Kota Metro, wilayah administrasi Pemerintah Kota Metro di mekarkan menjadi 5 kecamatan yang meliputi 22 kelurahan dengan luas wilayah masing-masing kecamatan sebagai berikut :


(54)

1. Metro Pusat

1) Kelurahan Metro 2) Kelurahan Imopuro

3) Kelurahan Hadimulyo Barat 4) Kelurahan Hadimulyo timur 5) Kelurahan Yosomulyo 2. Metro Barat

1) Kelurahan Ganjar Agung 2) Kelurahan Ganjar Sari 3) Kelurahan Mulyojati 4) Kelurahan Mulyosari 3. Metro Timur

1) Kelurahan Iring Mulyo 2) Kelurahan Yosodadi 3) Kelurahan Yosorejo 4) Kelurahan Tejosari 5) Kelurahan Tejo Agung 4. Metro Selatan

1) Kelurahan Sumbersari 2) Kelurahan Rejomulyo 3) Kelurahan Margorejo 4) Kelurahan Margoadi


(55)

5. Metro Utara

1) Kelurahan Banjarsari 2) Kelurahan Purwasari 3) Kelurahan Purwoasri 4) Kelurahan Karang Rejo


(56)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil perhitungan potensi retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro dengan menggunakan Trend Linier maka masing-masing kalifikasi jenis bangunan diperoleh potensi sebesar sebesar Rp. 23.481.000 untuk jenis bangunan Fungsi I, Rp. 6.214.350 untuk bangunan Fungsi II, Rp. 458.433.885 untuk bangunan Fungsi III, Rp. 156.287.040 untuk bangunan Fungsi IV, dan Rp. 5.149.035 untuk bangunan Fungsi Lain-Lain. Dengan jumlah total sebesar Rp. 649.565.310. atau dengan rata-rata sebesar Rp. 129.913.062 per tahun.

2. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan total penerimaan retribusi atas Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro tahun 2004 – 2008 sama dengan realisasi retribusi IMB tahun 2004 – 2008, sehingga dapat dilihat bahwa tidak ada penyimpangan dari hasil pemungutan yang dihasilkan oleh retribusi IMB. Pada tahun 2004 didapatkan total penerimaan IMB sebesar Rp.138.272.755, tahun 2005 sebesar Rp. 142.424.700, tahun 2006 sebesar Rp. 160.449.200, tahun 2007 sebesar Rp. 215.474.230, tahun 2008 sebesar Rp. 515.561.825. Hal ini berarti tidak ada penyimpangan yang terjadi.

3. Tingkat kontribusi retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro tahun 2004 sebesar 1,17 %, tahun 2005 sebesar 1,01 %, tahun 2006 sebesar


(57)

0,90 %, tahun 2007 sebesar 0,89 %, tahun 2008 sebesar 2,34 %. yang dinyatakan dalam persentase tingkat kontribusi tahun 2004-2008 terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu sangat kurang.

4. Faktor – faktor penghambat dalam proses pemungutan retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah sebagai berikut : Kurang adanya

keterbukaan wajib retribusi dalam melaporkan perizinan mendirikan bangunan kepada petugas/Dinas yang melakukan pemungutan retribusi IMB. Kurangnya petugas pemungut retribusi dilapangan serta masih banyak rumah tinggal maupun rumah tempat usaha yang tidak dapat dijangkau oleh para petugas.

B. Saran

1. Dalam menentukan target penerimaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) hendaknya Pemerintah Kota Metro tidak hanya berdasarkan

penerimaan sebelumnya, tetapi harus lebih memperhatikan potensi yang ada agar penerimaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dapat tergali secara optimal.

2. Penambahan jumlah petugas pelaksanaan dan pengawasan retribusi, serta adanya pembagian tugas yang jelas dan merata pada petugas pelaksana

pemungutan sehingga tidak ada lagi masyarakat atau wajib retribusi yang lalai dalam memiliki IMB.

3. Perlunya penyuluhan – penyuluhan kepada masyarakat, baik yang merupakan subyek retribusi ataupun masyarakat umum agar masyarakat lebih menyadari pentingnya membayar retribusi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


(58)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Potensi Penerimaan Retribusi IMB Kota Metro 2004-2008

Perhitungan potensi penerimaan retribusi IMB di Kota Metro dilakukan dengan cara mengelompokkan jenis bangunan berdasarkan Fungsi diantaranya, Fungsi I, Fungsi II, Fungsi III, Fungsi IV, dan Fungsi Lain-Lain (Lampiran 2).

Untuk mengetahui rata-rata potensi penerimaan retribusi IMB di Kota Metro dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 7. Potensi Penerimaan Retribusi IMB Kota Metro 2004-2008 Jenis Bangunan Penerimaan Retribusi IMB

(Rp)

Fungsi I 23.481.000

Fungsi II 6.214.350

Fungsi III 458.433.885

Fungsi IV 156.287.040

Lain-Lain 5.149.035

Jumlah 649.565.310

Rata-Rata 129.913.062

Sumber : Hasil Perhitungan Lampiran 2

Berdasarkan perhitugan potensi dengan menggunakan Trend Linier maka masing-masing kalifikasi jenis bangunan diperoleh potensi sebesar Rp. 23.481.000 untuk jenis bangunan Fungsi I, Rp. 6.214.350 untuk bangunan Fungsi II, Rp.

458.433.885 untuk bangunan Fungsi III, Rp. 156.287.040 untuk bangunan Fungsi IV, dan Rp. 5.149.035 untuk bangunan Fungsi Lain-Lain. Dengan jumlah total


(59)

sebesar Rp. 649.565.310. atau dengan rata-rata sebesar Rp. 129.913.062 per tahun.

B. Total Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro Tahun 2004-2008

Total penerimaan retribusi atas Izin Mendirikan Bangunan (IMB) didapat dari hasil perhitungan retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yaitu perkalian antara luas bangunan, tarif per tipe klasifikasi, dan jumlah tingkat bangunan menurut fungsi bangunan dari keseluruhan wajib retribusi yang tercatat di Dinas Tata Kota Metro. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan total retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro tahun 2004 – 2008 sama dengan

realisasi retribusi IMB tahun 2004 – 2008. Penerimaan retribusi IMB Kota Metro . Pada tahun 2004 sebesar Rp.138.272.755, tahun 2005 sebesar Rp. 142.424.700, tahun 2006 sebesar Rp. 160.449.200, tahun 2007 sebesar Rp. 215.474.300, tahun 2008 sebesar Rp. 515.561.825. (lampiran 1).

C. Penentuan Target Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro

Agar pelaksanaan penentuan retribusi daerah dapat berjalan dengan baik atau tercapai, maka diperlukan adanya penentuan target penerimaan retribusi atas Izin Mendirikan Bangunan (IMB) didasarkan pada objek dan subjek retribusi atas Izin Mendirikan Bangunan (IMB) itu sendiri. Perbandingan atas target penerimaan retribusi dan realisasi retribusi atas Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro dapat dilihat pada Tabel 8.


(60)

Tabel 8. Pencapaian Target dan Realisasi Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro Tahun 2004-2008

Tahun Target (Rp.) Realisasi (Rp.) Pencapaian (%) Tingkat Pencapaian 2004 150.000.000 138.272.755 92,18 Baik Sekali 2005 148.500.000 142.424.700 95,90 Baik Sekali 2006 150.000.000 160.449.200 106,97 Baik Sekali 2007 158.000.000 215.474.230 136,38 Baik Sekali 2008 336.241.740 515.561.825 153,33 Baik Sekali Rata-Rata 116,95 Baik Sekali Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Metro, 2009

* = Hasil Perhitungan (Lampiran 3)

Bila didasarkan pada batas toleransi 10 persen, pencapaian target tahun 2004-2008 termasuk ke dalam batas toleransi 10 persen dengan rata-rata pencapaian sebesar 116,95 persen termasuk dalam kriteria baik sekali.

D. Kontribusi Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro Terhadap Pendapatan Asli daerah (PAD) dan Terhadap

Retribusi Daerah Tahun 2004-2008

Untuk mengetahui kontribusi penerimaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro terhadap realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Kontribusi Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Metro Tahun 2004-2008

Tahun Realisasi IMB (Rp.)

Realisasi (PAD) (Rp.)

Kontribusi (%) 2004 138.272.755 11.789.963.060 1,17 2005 142.424.700 14.021.317.216 1,01 2006 160.449.200 17.726.383.741 0,90 2007 215.474.230 24.300.258.894 0,89 2008 515.561.825 22.017.268.479 2,34

Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Metro, 2009 * = Hasil Perhitungan (Lampiran 4)


(61)

Dari hasil perhitungan diperoleh hasil kontribusi tahun 2004 sebesar 1,17%, tahun 2005 sebesar 1,01 %, tahun 2006 sebesar 0,90 %, tahun 2007 sebesar 0,89 %, tahun 2008 sebesar 2,34 %. yang dinyatakan dalam persentase tingkat kontribusi tahun 2004-2008 terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu sangat kurang. Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat dalam Gambar grafik di bawah ini. Dimana di dalam grafik di bawah ini digambarkan bahwa kontribusi Izin

Mendirikan Bangunan (IMB) terhadap PAD dari tahun 2004 – 2007 mengalami penurunan, akan tetapi pada tahun 2008 kontribusi IMB terhadadap PAD Kota Metro mengalami peningkatan sebesar 2,34 %.

Gambar 3. Grafik Kontribusi Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan

Bangunan (IMB) Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Metro Tahun 2004-2008

Kontribusi 3٠ IMB (%)

2٠

1٠

0 2004 2005 2006 2007 2008 tahun


(62)

Tabel 10. Kontribusi Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Terhadap Retribusi Daerah (RD) Kota Metro Tahun 2004-2008

Tahun Realisasi IMB (Rp.)

Realisasi RD (Rp.)

Kontribusi (%) 2004 138.272.755 5.746.208.478 2,40 2005 142.424.700 8.179.273.339 1,74 2006 160.449.200 10.560.120.556 1,51 2007 215.474.230 10.864.202.877 1,98 2008 515.561.825 12.857.933.262 4,00

Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Metro, 2009 * = Hasil Perhitungan (Lampiran 5)

Dari hasil perhitungan diperoleh hasil kontribusi tahun 2004 sebesar 2,40%, tahun 2005 sebesar 1,74 %, tahun 2006 sebesar 1,51 %, tahun 2007 sebesar 1,98 %, tahun 2008 sebesar 4,00 %. yang dinyatakan dalam persentase tingkat kontribusi tahun 2004-2008 terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu sangat kurang. Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat dalam Gambar grafik di bawah ini.


(63)

Gambar 4. Grafik Kontribusi Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Terhadap Retribusi Daerah (RD) Kota Metro Tahun 2004-2008

IMB Kontribusi 4٠

(%)

3٠

2٠ 1٠

0 2004 2005 2006 2007 2008 tahun

Selanjutnya untuk mengetahui perbandingan besarnya potensi, target dan realisasi retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel berikut.


(64)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman Gambar 1.

Gambar 2. Gambar 3.

Gambar 4.

Alur Pemungutan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro ... Lokasi Penelitian ... Grafik Kontribusi Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Metro Tahun 2004-2008 ... Grafik Kontribusi Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Terhadap Retribusi Daerah (RD) Kota Metro Tahun 2004-2008 ...

12 39

50


(65)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ...

RIWAYAT HIDUP ... PERSEMBAHAN ... MOTTO ... SANWACANA ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... I. PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang …..………... B. Permasalahan ……....………... C. Tujuan Penulisan ….………... D. Kerangka Pemikiran .…..………... E. Sistematika Penulisan …….………... II. TINJAUAN PUSTAKA ... A. Sumber Penerimaan Daerah………... B. Potensi Penerimaan Retribusi IMB.………... C. Pengertian Pendapatan Asli Daerah... D. Tinjauan Tentang Retribusi Daerah ...

1. Pengertian Retribusi Daerah ... 2. Azas Pemungutan Retribusi... 3. Syarat Pemungutan Retribusi...

i ii iii iv v vi vii vii ix 1 1 9 9 10 12 13 13 15 16 17 17 21 21


(66)

2. Obyek dan Subyek Retribusi ... 3. Jenis, Fungsi, Klasifikasi dan Persyaratan ... 4. Ketentuan Perizinan dan Penerbitan ... 5. Sanksi Pelanggaran IMB ... 6. Tata Cara Mengukur Penggunaan Jasa ... 7. Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi ... 8 Tata Cara Penetapan Retribusi ... 9. Tata Pemungutan dan Pembayaran Retribusi ... III. METODE PENELITIAN ... A. Jenis Data dan Sumber Data ... B. Alat Analisis ... C. Lokasi Penelitian ... D. Gambaran Singkat Objek Penelitian ... E. Fungsi Dinas Tata Kota Kota Metro ... F. Gambaran Singkat Kota Metro ... IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... A. Potensi Penerimaan Retribusi IMB Kota Metro Tahun 2004-2008 ... B. Total Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota

Metro Tahun 2004-2008 ... C. Penentuan Target Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Kota Metro ... D. Kontribusi Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Kota Metro Terhadap Pendapatan Asli daerah (PAD) dan Terhadap Retribusi Daerah Tahun 2004-2008 ... E. Faktor – Faktor Penghambat Dalam Pemungutan Retribusi Izin

Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro ... F. Pembahasan Dan Implikasi Hasil Perhitungan ... 1.Pembahasan Hasil Perhitungan ... 2.Implikasi Hasil Perhitungan ...

23 24 27 29 30 30 33 33 35 35 36 39 41 44 44 47 47 48 48 49 55 56 56 59


(67)

B. Saran ... DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(68)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11.

Realisasi Penerimaan PAD Kota Metro Tahun 2004-2008 (dalam rupiah) ... Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah Kota Metro Tahun 2004-2008 (dalam rupiah) ... Target dan Realisasi Retribusi IMB Kota Metro Tahun 2004-2008 ... Sumbangan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Metro Tahun 2004-2008 ... Luas Bangunan dan Jenis Bangunan Wajib Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Kota Metro Tahun 2004-2008 ... Skala Interval Kontribusi ... Potensi Penerimaan Retribusi IMB Kota Metro ... Pencapaian Target dan Realisasi Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro Tahun 2004-2008 ... Kontribusi Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Metro Tahun 2004-2008 ... Kontribusi Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Terhadap Retribusi Daerah (RD) Kota Metro Tahun 2004-2008 ... Perbandingan Potensi, Target, dan Realisasi Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Metro Tahun 2004-2008 ... n 4 5 6 7 8 38 47 49 49 51 53


(69)

Tabel 13.

Tabel 14.

Tabel 15

Tabel 16.

Tabel 17.

Potensi Penerimaan Retribusi IMB Jenis Banguan Fungsi II ... Potensi Penerimaan Retribusi IMB Jenis Banguan Fungsi III ... Potensi Penerimaan Retribusi IMB Jenis Banguan Fungsi IV ... Potensi Penerimaan Retribusi IMB Jenis Banguan Fungsi Lain-Lain ... Rata-Rata Potensi Penerimaan Retribusi IMB Kota Metro Tahun 2004-2008 ...

Lampiran 2

Lampiran 2

Lampiran 2

Lampiran 2 Lampiran 2


(1)

MOTTO

Saya Hanya Satu, tetapi Saya Ada

Saya Tidak Dapat Melakukan Segalanya, tetapi Saya Dapat Melakukan Sesuatu Dan Yang Dapat Saya Lakukan,

Berkat Rahmat dan Karunia Allah SWT, Akan Saya Lakukan.


(2)

Seiring do’a dan rasa syukur kehadirat ALLAH SWT, maka dengan segala kerendahan hati setulusnya ku persembahkan karya sederhana ini untuk :

Kedua Orang Tua ku Tercinta,

Ayahanda (Alm) Drs. M. Arif Zakaria dan Ibunda Dra. Nurhasanah yang telah membesarkan dan membimbingku selama ini. Terima kasih atas doa, kasih sayang, cinta dan perhatiannya yang tak ternilai untukku.

Keponakan ku tersayang,

Keyza Putri Naya yang selalu menjadi inspirasi untuk terus maju dan memberikan yang terbaik.

Spesial untuk seseorang yang nanti akan menjadi pendamping hidupku kelak. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam proses pembelajaranku serta Almamaterku tercinta.


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah seorang putri dari Pasangan Bapak (Alm) Drs. M. Arif Zakaria dan Ibu Dra. Nurhasanah, yang terlahir sabagai anak kedua dari dua bersaudara. Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, 24 Oktober 1986. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Pertiwi tahun 1993, Sekolah Dasar Negeri 3 Rawa Laut Bandar Lampung lulus Tahun 1999, kemudian Penulis melanjutkan studinya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 9 Bandar Lampung lulus tahun 2002, dan Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 4 Bandar

Lampung lulus tahun 2005. Dan pada tahun 2005 Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

Pada tahun 2008 penulis mengambil mata kuliah Ekonomi Keuangan

Internasional dan mengikuti Kuliah Kunjung Lapangan (KKL) di Bank Indonesia kantor pusat Jakarta, dan Bank Mandiri kantor pusat Jakarta sebagai mata kuliah pengganti KKN.


(4)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena berkat ridho dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Analisis Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Terhadap PAD Kota Metro“ sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pada jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas, dengan adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung dan Pj. Dekan Fakultas Ekonomi.

2. Bapak Dr. I Wayan Suparta. S.E., M.Si. selaku Pj. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung dan selaku penguji utama ujian skripsi yang telah memberikan pengarahan dan membantu dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Muhammad Husaini. S.E., M.E.P. selaku Pj. Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.


(5)

4. Bapak M.A. Irsan Dalimunthe. S.E., selaku Pembimbing Utama yang selalu memberikan pengarahan, nasehat dan saran-saran dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Irma Febriana M.K, S.E. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan dan kesabaran dalam menghadapi penulis selama penulis mengikuti perkuliahan.

6. Bapak H. Moneyzar Usman, S.E. M.Si., seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, Khususnya dosen-dosen Jurusan Ekonomi

Pembangunan yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tak ternilai kepada Penulis.

7. Seluruh staf Administrasi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Lampung Bang Hermansyah S.E., Bu Mardiana S.Pd., Mas Kuswara yang telah banyak membantu selama Penulis menempuh pendidikan.

8. Seluruf staf Dinas Tata Kota Metro khususnya Bapak Abdurahman, S.H. seluruh staf Dinas Pendapatan Kota Metro, serta staf Kantor Pelayanan Terpadu Kota Metro yang telah banyak membantu Penulis.

9. Yang tercinta Ayah dan Mama, terima kasih atas dukungan, semangat, serta doa yang tiada henti untukku dan selalu menantikan keberhasilanku.

10. Seluruh keluarga besarku : Lena, Kak Yan, Atu Keyza, Uncel, Tante Diah, Om Tata, Tante Uni, Om Bahar, Bunda Adam, Irey, Nandya, Nisa, Adam, dan semuanya yang tidak dapat ku sebut satu persatu terima kasih atas dukungannya.


(6)

11. Teddy R. Saputra yang telah menemaniku, mendampingiku dalam suka maupun duka, menjadi salah satu motivator yang setia dalam penyusunan skripsi ini, terima kasih atas semua yang telah diberikan.

12. Seluruh keluarga Besar Mu’an : NenekHj. Katimah Mu’an, Ibu Berna Welly, S.H, dan semuanya yang tidak dapat ku sebutkan satu persatu terima kasih atas doa dan dukungannya.

13. Sahabat-sahabatku : Safitri Yunika S.E (You’re the best), Anggi Novalia. Teman-teman Ekonomi Pembangunan : Novi, Sinta, Dinda, Marda, Ririn, Wulan, Sari, Teguh, Yoga, Rizky, Andri, Samuel, Selvi, Hilyati, Faisol Aditama S.E, Momon S.E. (Terimakasih bantuannya), dan teman-teman Ekonomi Pembangunan khususnya buat teman-teman angkatan 2005 terima kasih buat semua pertemanan dan semangat yang kita bangun bersama.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, dan semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka yang telah banyak membantu serta ridho-Nya kepada kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Mei 2010 Penulis,