HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN DAN PENATALAKSANAAN MTBS (MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT) DENGAN TINGKAT KEPUASAN ATAU KESEMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS TEUNOM KECAMATAN TEUNOM ACEH JAYA
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENAGA
KESEHATAN DAN PENATALAKSANAAN MTBS
(MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT)
DENGAN TINGKAT KEPUASAN ATAU
KESEMBUHAN BALITA DI
PUSKESMAS TEUNOM
KECAMATAN TEUNOM
ACEH JAYA
SKRIPSI
Oleh:
RATNA DEWI
08C10104176
PROGRAM ILMU STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
ACEH BARAT
2013
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN DAN
PENATALAKSANAAN MTBS (MANAJEMEN TERPADU BALITA
SAKIT) DENGAN TINGKAT KEPUASAN ATAU KESEMBUHAN
BALITA DI PUSKESMAS TEUNOM
KECAMATAN TEUNOM ACEH JAYA
SKRIPSI
Oleh:
RATNA DEWI
08C10104176
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR 2013 LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN DAN PENATALAKSANAAN MTBS DENGAN TINGKAT KEPUASAN ATAU KESEMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS TEUNOM KECAMATAN TEUNOM ACEH JAYA
Nama Mahasiswi : RATNA DEWI NIM : 08C10104176 Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Munawar Iha, MM Arham, SKM
NIDN. 0112065202 Mengetahui :
Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Program Studi Masyarakat Ilmu Kesehatan Masyarakat
Sufyan Anwar, SKM, MARS Citra Ovalisa Rahmi, SKM
NIDN. 0121067602
Tanggal Lulus : 30 Juli 2013 HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN DAN PENATALAKSANAAN MTBS DENGAN TINGKAT KEPUASAN ATAU KESEMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS TEUNOM KECAMATAN TEUNOM ACEH JAYA
Nama Mahasiswa : RATNA DEWI NIM : 08C10104176 Fakultas : Kesehatan Masyarakat Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Pada Tanggal 30 Juli 2013 dan Dinyatakan Memenuhi Syarat Untuk Diterima
SUSUNAN DEWAN PENGUJI 1. Drs. Moenawar Iha, MM.
(Dosen Pembimbing Ketua) ...................................................
2. Arham, SKM (Dosen Pembimbing Anggota) ...................................................
3. Hasrah Junaidi, SKM (Dosen Penguji I) ...................................................
4. Kartini SE, Mkes (Dosen Penguji II) ...................................................
Alue Peunyareng, 30 Juli 2013 Ketua Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Citra Ovalisa Rahmi, SKM
ABSTRAK
Ratna Dewi Hubungan Tingkat Pengetahuan Tenaga Kesehatan Dan
Penatalaksanaan MTBS Dengan Tingkat Kepuasan Atau Kesembuhan Balita Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya. Dibawah bimbingan Drs. Munawar Iha, MM dan Arham, SKM. Setiap tahun lebih dari 12 juta anak di negara berkembang meninggal sebelum ulang tahunnya yang kelima. Berdasarkan Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2007, Angka Kematian Balita (Akaba), yaitu 44 balita per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian anak 1 – 5 tahun, yaitu 10 per 1000 kelahiran hidup. Kematian tersebut 70% disebabkan oleh pneumonia, diare, malaria, campak, malnutrisi dan seringkali merupakan kombinasi dari/keadaan tersebut diatas. Tujuan Penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tenaga kesehatan dan penatalaksanaan MTBS dengan tingkat kepuasan atau kesembuhan balita di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya. Jenis penelitian ini adalah bersifat Survey Analitik dengan desain Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah 47 tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kepada balita di ruangan MTBS Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya yang diteliti secara bersamaan dengan metode Totall sampling . Hasil penelitian diketahui bahwa dari 30 responden yang pengetahuan tenaga kesehatan yang Kepuasan atau kesembuhan balitanya baik sebanyak 76,7% sedangkan dari 17 responden yang pengetahuan tenaga kesehatannya kurang Kepuasan atau kesembuhan balitanya juga kurang sebanyak 58,8% dan dari 26 responden yang penatalaksanaan MTBS yang Kepuasan atau kesembuhan balitanya baik sebanyak 80,8% sedangkan dari 21 responden yang penatalaksanaan MTBSnya kurang Kepuasan atau kesembuhan balitanya juga kurang sebanyak 57,1%. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan semua variabel independen (pengetahuan tenaga kesehatan dan penatalaksanaan MTBS) mempunyai hubungan dengan Kepuasan atau kesembuhan balita umur 2 bulan sampai 5 tahun dimana p value < α (0,05). Diharapkan kepada tenaga kesehatan Puskesmas teunom agar dapat lebih meningkatkan lagi kinerjanya dalam pelaksanaan MTBS, dan Kepada Ibu-ibu agar lebih meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelaksanaan MTBS kepada balita dan pencegahan terhadap penyakit-penyakit pada balita.
Kata Kunci: Pengetahuan Tenaga Kesehatan, Penatalaksanaan MTBS dan
Kepuasan Atau Kesembuhan Balita .
RIWAYAT HIDUP
Nama : RATNA DEWI Jenis Kelamin : Perempuan Tempat/Tanggal Lahir : Suak Seumaseh, 12 Mai 1991 Agama: Islam
Status Perkawinan : Kawin Alamat : Padang kleng Kecamatan Teunom Aceh Jaya Nama Orang Tua
Ayah : Razali (alm) Pekerjaan : - Ibu : Nyakminan (alm) Pekerjan : - Alamat : Suak Seumaseh Kecamatan Samatiga Aceh Barat
Pendidikan Formal:
Sekolah Dasar (1996-2002) : SDN Suak Seumaseh SLTP (2002-2005) : SMP N 1 Samatiga SLTA (2005-2008) : SMA N 1 Teunom PT (2008-2013) : FAkultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Teuku Umar
Pendidikan Non Formal:
- Pelatihan Komputer dan Bahasa Inggris si Childern Center Muhammaddiyah (2005)
Tertanda
Ratna Dewi
PE RSE M BAH AN K U
“Dan seandainya pohon-pohon dibumi menjadi pena dan laut menjadi tinta ditambahkan
kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya , niscaya tidak akan habis-habisnya( dituliskan ) kalimat ALLAH, sesungguhnya ALLAH maha perkasa lagi maha bijaksana
” (Q.S Al Luqman : 27 ) Ya Allah. . . . . . .Terimakasih atas nikmat dan rahmat –Mu yang agung ini, hari ini hamba bahagia
sebuah perjalanan panjang dan gelap . . . .telah Kau berikan secercah cahaya terang,
meskipun hari esok penuh teka-teki dan tanda tanya yang aku sendiri belum tau pasti
jawabannya.Ibunda dan Ayahanda ku tersayang. . . . .
Sunguh ku tak mampu menggantikan kasihmu dengan apapun, tiada yang dapat aku
berikan agar setara dengan pengorbananmu padaku, kasih sayangmu tak pernah bertepi
cintamu tak pernah berujung . . . .tiada kasih seindah kasihmu, tiada cinta semurni
cintamu, kepadamu ananda persembahkan salam yang harumnya melebihi kasturi, yang
sejuknya melebihi embun pagi, hangatnya seperti mentari diwaktu dhuha,salam suci
sesuci air telaga kautsar yang jika diteguk menghilangkan dahaga selalu menjadi
penghormatan kasih dan cinta yang tiada pernah pudar dan berubah dalamsegala musim
dan peristiwa, tapi kini engkau berdua telah tiada disaat ananda ingin
mempersembahkan sebuah kebagian yang ananda rasakan, Terima kasih ayah dan bunda
engkau telah mendidik dan membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan kesabaran,
semoga Allah membalas semua kebaikan kalian.Suamiku tercinta “Bachtiar” . . . . . .
Kau yang selama ini menjaga dan menyayangiku, jika aku berbuat salah kau yang
menegurku, jika aku tersesat kaulah yang menuntunku, kau adalah pahlawan bagiku,
kaulah yang memberikan motivasi dan semangat bagiku.Anakku tercinta “Raysa Aulani Bactiar”. . . . .
Kehadiranmu sangat berati dalam hidupku, kaulah penawar lukaku....kaulah
senyumanku.....terimakasih sayang.Dengan ridha Allah SWT kupersembahkan karya kecilku ini kepada : Ayahanda dan Ibundaku yang telah tiada
Suami dan Anakku tercinta ( Terimakasih atas do’a, tawa & canda yang selalu
menguatkan ) Kakak dan adik-adikku tersayang (Terimakasih atas do’a, semangat dan motivasinya ) Bapak Drs.Munawar iha dan Bapak Arham,Skm ( atas bimbingannya dan arahannya) Teman-teman Hera,Ria,Yuli,ana,k’wardah and novi ( terimakasih atas pertisipasinya)RATNA DEWI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan
Tenaga Kesehatan Dan Penatalaksanaan MTBS Dengan Tingkat Kepuasan
“.skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam meraih derajat Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar.
Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari kendala. Kendala tersebut dapat diatasi penulis berkat adanya bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Kepada kedua orang tua saya ayahanda Razali dan ibunda Nyakminan (alm) dan juga kepada suami saya Bachtiar atas dukungannya.
2. Bapak Drs. H. Alfian Ibrahim, MS., selaku Rektor Universitas Teuku Umar Meulaboh.
3. Bapak Sufyan Anwar, SKM., MARS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh
4. Kepada Bapak Drs. Munawar Iha, MM., selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dalam membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Kepada Bapak. Arham, SKM, selaku Pembimbing II, yang telah membantu penulis menyusun skripsi ini
6. Bapak Citra Ovalisa Rahmi, SKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar.
7. Seluruh Dosen dan Staf pengajar serta Civitas Akademika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh yang telah memberikan dorongan serta saran kepada penulis dalam menyelesaikan
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kejanggalan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempuranaan skripsi ini dimasa mendatang.
Meulaboh, Juli 2013 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LUAR HALAMAN JUDUL DALAM ...................................................................... iLEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ......................................................... iii
ABSTRAK ..................................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
2.1.2 Proses Manajemen Kasus ..................................................... 6
2.4. Pengertian Kepuasan..................................................................... 20
2.3. Pengetahuan ................................................................................. 18
2.2.6. Organisasi dan Manajemen Puskesmas................................ 15
2.2.5. Fungsi dan Peran Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Masyarakat .......................................................................... 14
2.2.4. Azaz Penyelenggaraan ........................................................ 13
2.2.3. Kegiatan Pokok Puskesmas ................................................. 12
2.2.2. Tujuan Upaya Kesehatan Puskesmas ................................... 11
2.2.1. Batasan Puskesmas ............................................................. 10
2.2. PUSKESMAS .............................................................................. 10
2.1.3. Prosedur Penerapan MTBS di Puskesmas ............................ 8
2.1.1. Pengertian MTBS ................................................................ 6
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
2.1. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) .................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 6
1.4.2. Manfaat Praktis.................................................................... 5
1.4.1. Manfaat teoritis.................................................................... 5
1.4.Manfaat penelitian ........................................................................ 5
1.3.2. Tujuan Khusus ..................................................................... 4
1.3.1. Tujuan Umum ..................................................................... 4
1.3.Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
1.2.Perumusan Masalah ...................................................................... 4
1.1.Latar Belakang ............................................................................. 1
2.5. Kerangka Teori ............................................................................. 21
2.6. Kerangka Konsep ......................................................................... 21
2.7. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 21
BAB III METODELOGI PENELITIAN ..................................................... 22
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 22
3.2. Lokasi Penelitian ........................................................................ 22
3.3. Populasi dan Sampel ................................................................... 22
3.3.1. Populasi ............................................................................ 22
3.3.2. Sampel .............................................................................. 22
3.4. Metode Penelitian ....................................................................... 23
3.4.1. Jenis dan Sumber Data ..................................................... 23
3.5. Definisi Operasional ................................................................... 24
3.6. Aspek Pengukuran Variabel........................................................ 24
3.7. Tehnik Analisis Data .................................................................. 26
3.7.1. Analisis Univariat ............................................................. 26
3.7.2.Analisis Bivariat ................................................................ 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 28
4.1.Hasil Penelitian ........................................................................... 28
4.1.1. Gambaran Umum .............................................................. 29
4.1.2. Analisis Univariat .............................................................. 30
4.1.3. Analisis Bivariat
4.2.Pembahasan ................................................................................. 32
4.2.1. Pengetahuan Tenaga Kesehatan dengan Kepuasan atau Kesembuhan Balita ........................................................ 32
4.2.2. Penatalaksanaan MTBS dengan Kepuasan atau Kesembuhan Balita ........................................................ 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 42
5.1. Kesimpulan ................................................................................ 42
5.2. Saran .......................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Table 3.1. Definisi Operasional Variabel ........................................................ 23Tabel 4.1.Jumlah Tenaga Kesehatan ............................................................... 28
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan TenagaKesehatan Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya Tahun 2013 ...................................................................... 29
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Penatalaksanaan MTBS DiPuskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya Tahun 2013 .. 29
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan atau kesembuhan balita Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh JayaTahun 2013 ................................................................................... 30
Tabel 4.5. Pengetahuan Tenaga Kesehatan dengan Kepuasan atauKesembuhan Balita Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya Tahun 2013 ............................................... 30
Tabel 4.6. Penalataksanaan MTBS dengan Kepuasan atau KesembuhanBalita Di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya Tahun 2013 ................................................................................ 31
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Teori ........................................................................... 21Gambar 2.2. Kerangka Konsep ....................................................................... 21DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Lampiran 2. Tabel Skor Lampiran 4. Analisis Data Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dari FKM-UTU Lampiran 6. Surat Telah Melakukan Penelitian Dari Puskesmas Teunom
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan milenium (Millenium Development Goals) menurunkan angka kematian bayi baru lahir, bayi dan anak balita. Arah dantujuan pembangunan kesehatan yang sama ini telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009.
Dalam pembangunan kesehatan bagi anak, upaya menurunkan angka kematian bayi baru lahir, bayi dan anak balita dilakukan dengan berbagai cara diantaranya program: (1) peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan akses pelayanan kesehatan, (2) peningkatan manajemen program kesehatan, (3) peningkatan kemitraan serta pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam perawatan dan pengenalan tanda bahaya pada bayi baru lahir, bayi, anak balita (Depkes RI, 2007).
Menurut WHO (World Health Organisation) (2006) Untuk meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan bagi bayibaru lahir dan bayi dan anak balita kegiatan yang dilakukan melalui penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu program intervensi berisi penjelasan secara rinci penanganan penyakit pada balita. Proses manajemen kasus MTBS dilaksanakan pada anak umur 2 bulan sampai 5 tahun pada balita yang sakit dan pedoman ini telah diperluas mencakup Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) bagi bayi umur 1 hari sampai 2 bulan baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Penanganan balita ini menggunakan suatu bagan yang memperlihatkan langkah langkah dan penjelasan cara pelaksanannya, sehingga dapat mengklasifikasikan penyakit yang dialami oleh balita, melakukan rujukan secara cepat apabila diperlukan, melakukan penilaian status gizi dan memberikan imunisasi kepada balita yang membutuhkan. Selain itu ibu balita mengenai makanan yang seharusnya diberikan dan memberitahu kapan harus kembali (kunjungan ulang) atau segera kembali untuk mendapatkan pelayanan tindak lanjut (Depkes RI, 2007).
Setiap tahun lebih dari 12 juta anak di negara berkembang meninggal sebelum ulang tahunnya yang kelima. (Depkes RI, 2005) Berdasarkan Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI), Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yaitu 34 bayi per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Balita (Akaba), yaitu 44 balita per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian anak 1 – 5 tahun, yaitu 10 per 1000 kelahiran hidup. Kematian tersebut 70% disebabkan oleh pneumonia, diare, malaria, campak, malnutrisi dan seringkali merupakan kombinasi dari/keadaan tersebut diatas ( Aidsindonesia.or.id, 2009).
Pendekatan program perawatan balita sakit selama ini adalah program intervensi secara terpisah untuk masing-masing penyakit. Program intervensi yang terpisah ini akan menimbulkan kesulitan bagi petugas karena harus menggabungkan berbagai pedoman yang terpisah pada saat menangani anak yang menderita beberapa penyakit. Oleh sebab itu perlu penanganan yang terintegratif, sistematis dan efektif (Depkes RI, 2005)
Strategi yang diterapkan adalah menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Selain itu MTBS juga merupakan program pemberantasan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) balita, yang terdapat pada Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) yang diatur dalam Kepmenkes no. 1537.A/MENKES/ SK/XII/ 2002 Tanggal 5 Desember 2002
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), merupakan pedoman terpadu yang menjelaskan secara rinci penanganan penyakit yang banyak terjadi pada bayi dan balita. Meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi dan Anak Balita dan menekan morbiditas untuk penyakit tersebut (Depkes, 2005).
Data cakupan pelayanan MTBS Aceh Jaya tahun 2012, cakupan MTBS pada bayi muda (kurang dari 2 bulan) dengan menggunakan form MTBM yaitu sebanyak 1644 (95,19%) dari jumlah sasaran bayi yang ada. Sedangkan MTBS pada balita umur 2 bulan sampai 5 tahun yaitu sebanyak 1989 (26%) dari jumlah sasaran balita yang ada. Pada lokasi penelitian yaitu puskesmas Teunom, MTBS mulai dibentuk pada tahun 2005 pengobatan atau pemerikasaan yang pernah dilakukan oleh MTBS di Puskesmas Teunom adalah pengobatan penyakit Peunomia, Diare, Malaria, Campak, Infeksi telinga, Gizi buruk, Anemia berat,
ISPA, dan dermatitis. Serta juga pengembangan berat badan, imunisasi dan pemberian vitamin pada balita dengan jmlah tenaga kesehatan MTBS yaitu 47 orang yang terdiri dari 3 dokter, 14 bidan, 8 petugas gizi, 2 apoteker, 3 kesling, dan 17 perawat . Penyakit yang banyak diderita oleh balita dicatatan MTBS Puskesmas Teunom adalah Kasus ISPA sebanyak 155 kasus dari 329 kasus pada tahun 2011, diare sebanyak 39 kasus, campak 1 kasus, infeksi telinga 20 kasus, dermatitis 42 kasus, keluhan lain 70 kasus dan gizi buruk 2 kasus.
Dari latar belakang diatas maka muncul permasalahan yaitu bagaimana hubungan tingkat pengetahuan tenaga kesehatan dan penatalaksanaan MTBS dengan tingkat kepuasan atau kesembuhan balita di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya.
1.3.Tujuan penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tenaga kesehatan dan penatalaksanaan MTBS dengan tingkat kepuasan atau kesembuhan balita di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tenaga kesehatan dengan tingkat kepuasan atau kesembuhan balita di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Aceh Jaya. 2. untuk mengetahui hubungan penatalaksanaan MTBS dengan tingkat kepuasan atau kesembuhan balita usia di Puskesmas Teunom
Kecamatan Teunom Aceh Jaya.
1.4.Manfaat penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Bagi penulis, Untuk menambah wawasan secara mendalam tentang manajemen pelayanan kesehatan pada unit perawatan dasar khususnya Manajemen Terpadu Balita Sakit. pelaksanaan Program MTBS yang kemudian dapat menjadi bahan perbandingan kepada penelitian selanjutnya.
1.4.2. Manfaat Aplikatif
1. Bagi Dinas Kesehatan Aceh Jaya, hasil penelitian ini dapat memberi masukan dalam upaya mengembangkan strategi peningkatan pelaksanaan MTBS terhadap Puskesmas di lingkungan kerjanya.
2. Bagi puskesmas, dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan kinerja bagi pengelola program MTBS dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas cakupan MTBS di Puskesmas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
2.1.1. Pengertian MTBS
keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, DHF, infeksi telinga, malnutrisi dan upaya promotif serta preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi dan Anak Balita serta menekan morbiditas untuk penyakit tersebut. (Depkes RI, 2005)
2.1.2. Proses Manajemen Kasus
Tujuan pelayanan kesehatan anak adalah untuk menfasilitasi kesehatan yang optimal dan kesejahteraan bagi anak dan keluarganya. Hal ini berhubungan dengan aktifitas yang saling berkaitan antara masalah surveilans dan manajemen, masalah pencegahan/preventif, promosi kesehatan dan koordinasi pelayanan pada anak dengan kebutuhan khusus.
Perhatian tradisional yang berfokus pada diagnosis dan manajemen saat ini telah berkembang dengan skrining penyakit dan mendeteksi tanda-tanda dini yang asimtomatik di populasi. Para petugas kesehatan telah mengakui manfaat dari program upaya preventif/pencegahan. Contohnya adalah program imunisasi pada kegiatan rutin, juga program deteksi dini dan pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan dasar. Penekanan yang terbaru adalah berkaitan dengan konsep promosi kesehatan yang mengutamakan kesehatan yang optimal dan kesejahteraan anak daripada hanya penanganan saat ada masalah. (Overby, 2002).
Proses manajeman kasus disajikan dalam satu bagan yang memperlihatkan urutan langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya. Bagan tersebut a. Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan – 5 tahun.
Menilai anak sakit, berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sedangkan membuat klasifikasi dimaksudkan membuat sebuah keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat keparahannya. Klasifikasi merupakan suatu katagori untuk menentukan tindakan, bukan sebagai diagnosis spesifik penyakit.
b. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan Adalah merupakan penentuan tindakan dan memberi pengobatan di fasilitas kesehatan yang sesuai dengan setiap klasifikasi, memberi obat untuk diminum di rumah dan juga mengajari ibu tentang cara memberikan obat serta tindakan lain yang harus dilakukan di rumah.
c. Memberi konseling bagi ibu Konseling berarti mengajari atau menasehati ibu yang mencakup mengajukan pertanyaan, mendengarkan jawaban ibu, memuji, memberikan nasehat yang relevan, membantu memecahkan masalah dan mengecek pemahaman ibu. Juga termasuk menilai cara pemberian makan anak, memberi anjuran pemberian makan yang baik untuk anak serta kapan harus membawa anaknya kembali ke fasilitas kesehatan. d. Memberi pelayanan tindak lanjut Adalah menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang untuk kunjungan ulang.
e. Manajemen terpadu bayi muda umur 1 hari – 2 bulan Meliputi menilai dan membuat klasifikasi, menentukan tindakan dan memberi baik sehat maupun sakit. Pada prinsipnya, proses manajemen kasus pada bayi muda umur 1 hari – 2 bulan tidak berbeda dengan anak sakit umur 2 bulan – 5 tahun.
2.1.3. Prosedur Penerapan MTBS di Puskesmas
a. Persiapan penerapan MTBS (Depkes, 2005): 1) Diseminasi Informasi
MTBS kepada seluruh petugas Puskesmas Kegiatan diseminasi informasi MTBS kepada seluruh petugas pelaksana Puskesmas dilaksanakan dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh seluruh petugas yang meliputi perawat, bidan, petugas gizi, petugas imunisasi, petugas obat, pengelola SP2TP, pengelola P2M, petugas loket dan lain-lain. Informasi yang harus disampaikan adalah :
a) Konsep umum MTBS b) Peran dan tanggung jawab petugas Puskesmas dalam penerapan MTBS.
2) Penyiapan logistik Sebelum penerapan MTBS perlu diperhatikan adalah penyiapan obat, alat, formulir MTBS dan Kartu Nasehat Ibu (KNI). Secara umum obat-obatan yang digunakan dalam MTBS telah termasuk dalam Daftar Obat Esensial Nasional
(DOEN) dan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang digunakan di Puskesmas.
b. Penerapan MTBS di Puskesmas Dalam memulai penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), tidak ada patokan khusus besarnya persentase kunjungan Balita sakit yang
Puskesmas perlu memperkirakan kemampuannya mengenai seberapa besar balita sakit yang akan ditangani pada saat awal penerapan dan kapan akan dicapai cakupan 100% penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas secara bertahap dilaksanakan sesuai dengan keadaan pelayanan rawat jalan di tiap Puskesmas.
Sebagai acuan dalam pentahapan penerapan adalah sebagai berikut: 1) Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit < 10 orang per hari pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dapat diberikan langsung kepada seluruh balita. 2) Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit 10 – 25 orang per hari, memberikan pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) kepada
50% kujungan balita sakit pada tahap awal dan setelah 3 bulan pertama diharapkan telah seluruh balita sakit mendapatkan pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). 3) Puskesmas memiliki kunjungan balita sakit 21 – 50 orang per hari, memberikan pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) kepada
25 % kunjungan balita sakit pada tahap awal dan setelah 6 bulan pertama diharapkan seluruh balita sakit mendapat pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
c. Pencatatan dan Pelaporan Hasil Pelayanan Pencatatan dan pelaporan di Puskesmas yang menerapkan MTBS sama dengan Puskesmas yang lain yaitu menggunakan Sistem Pencatatan dan dan pelaporan yang digunakan tidak perlu mengalami perubahan. Perubahan yang perlu dilakukan adalah konversi klasifikasi MTBS ke dalam kode diagnosis dalam SP2TP sebelum masuk ke dalam sistem pelaporan.
2.2. PUSKESMAS
2.2.1. Batasan Puskesmas
Puskesmas adalah pusat pembangunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya (Wiyono, 1997)
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2004).
Puskesmas diartikan sebagai suatu organisasi kesehatan fungsional yang memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Budioro, 1997)
Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di suatu wilayah tertentu yang meliputi aspek-aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dengan kata lain Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya (Depkes RI, 1998).
2.2.2. Tujuan Upaya Kesehatan Puskesmas
a. Tujuan Umum menyelenggarakan upaya kesehatan Puskesmas yang bermutu, merata, terjangkau dengan peran serta masyarakat secara aktif sehingga tercapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh rakyat.
b. Tujuan Khusus Tujuan khusus program kesehatan Puskesmas adalah sebagai berikut:
1) Peningkatan pencakupan, hasil guna, dan daya guna program Puskesmas yang meliputi kegiatan pengembangan, pembinaan, dan pelayanan.
2) Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan peningkatan peran serta masyarakat, termasuk swasta, dalam berbagai bentuk upaya kesehatan
3) Peningkatan status gizi masyarakat melalui perbaikan gizi keluarga dan perubahan perilaku dan gaya hidup yang mendukung tercapainya perbaikan gizi. 4) Peningkatan mutu lingkungan hidup masyarakat melalui perbaikan lingkungan hidup, perubahan perilaku, serta gaya hidup.
5) Pengurangan kesakitan, kematian, cacat fisik sebagai akibat penyakit dan kecelakaan, gangguan jiwa, penyalahgunaan narkotika dan bahan berbahaya serta pengaruh lingkungan yang tidak sehat. 6) Pengembangan keluarga sehat sejahtera dengan makin diterimanya norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Fungsi pengembangan, pembinaan, dan pelayanan Puskesmas diselenggarakan melalui berbagai kegiatan pokok Puskesmas yang akan terus dikembangakan secara bertahap sesuai dengan kebutuhannya, Di Indonesia rumusan-rumusan usaha kesehatan pokok Puskesmas dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan saat itu yaitu 7 usaha pokok Puskesmas, 12 usaha pokok Puskesmas, 13 usaha pokok Rencana Pokok Program Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan (RP3JPK) yang kemudian sekarang menjadi 18 usaha pokok Puskemas yaitu (Wiyono, 1997) a. Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA)
b. Keluarga Berencana (KB)
c. Usaha Peningkatan Gizi
d. Peningkatan kesehatan lingkungan
e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit khususnya melalui imunisasi dan pengamatan penyakit f. Pengobatan, termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan
g. Penyuluhan kesehatatan masyarakat
h. Kesehatan sekolah i. Kesehatan olah raga j. Perawatan kesehatan masyarakat k. Kesehatan kerja l. Peningkatan kesehatan gigi dan mulut m. Peningkatan kesehatan jiwa n. Kesehatan mata p. Pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan q. Kesehatan usia lanjut r. Pembinaan pengobatan tradisional.
2.2.4. Azas Penyelenggaraan
Sebagai sarana pelayanan terdepan tingkat pertama di Indonesia, pengelolaan program kerja Puskesmas berpedoman pada empat azas yaitu (Azwar, 2007).
a. Azas Pertanggung jawaban Wilayah Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus melaksanakan azas pertanggungjawaban wilayah artinya Puskesmas harus bertanggung jawab atas masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerjanya, sehingga banyak dilakukan berbagai program pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan masyarakat. Dengan adanya azas ini maka pelaksanaan program Puskesmas tidak dilaksanakan secara pasif saja, dalam arti hanya menanti kunjungan masyarakat ke Puskesmas, melainkan secara aktif yaitu memberikan pelayanan kesehatan sedekat mungkin kepada masyarakat. b. Azas peran Serta Masyarakat Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus melaksanakan azas peran serta masyarakat, artinya berupaya melibatkan masyarakat dalam menyelenggarakan program kerja tersebut. Bentuk peran serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan banyak macamnya. Salah satunya c. Azas Keterpaduan
Dalam menyelenggarakan program kerjanya Puskesmas berupaya memadukan program kegiatan tersebut bukan saja dengan program kesehatan lain (lintas program) tetapi juga dengan program dari sektor lain (lintas sektor). Dengan dilaksanakan azas keterpaduan ini, berbagai manfaat akan diperoleh. Bagi Puskesmas dapat menghemat sumber daya, sedangkan bagi masyarakat lebih muda memperoleh pelayanan kesehatan.
d. Azas Rujukan Dalam menyelenggarakan program kerjanya, apabila Puskesmas tidak mampu menangani masalah kesehatan harus merujuk ke sarana kesehatan yang lebih mampu. Untuk pelayanan kedokteran, jalur rujukan adalah rumah sakit. Sedangkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat jalur rujukannya adalah berbagai kantor kesehatan.
2.2.5. Fungsi dan Peran Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Masyarakat
a. Fungsi Puskesmas Fungsi Puskesmas dalam sistem kesehatatan masyarakat yaitu: 1) Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya
2) Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat 3) Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
b. Peran Puskesmas yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditujukan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat (Azwar, 2007).
2.2.6. Organisasi dan Manajemen Puskesmas
a. Susunan Organisasi Puskesmas terdiri dari (Depkes RI, 1998) 1) Unsur Pimpinan yaitu kepala Puskesmas yang mempunyai tugas pokok dan fungsi memimpin, mengawasi, dan mengkoordinir kegiatan
Puskesmas. 2) Unsur pembantu pimpinan yaitu urusan tata usaha 3) Unsur pelaksana yang terdiri atas unit-unit pelaksana kegiatan.
b. Manajemen Puskesmas Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya Puskesmas didukung oleh suatu sistem manajemen yang sebenarnya sudah dibakukan oleh Departemen
Kesehatan. Komponen manajemen Puskesmas antara lain sebagai berikut :
1) Perencanaan Tingkat Puskesmas Dahulu di kenal dengan Micro Planning, kemudian dirubah dengan
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) yang kurun waktu perencanaannya tiap tahun dan diupayakan agar memenuhi kebutuhan sistematis untuk menyusun atau menyiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Puskesmas pada tahun berikutnya untuk meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam upaya mengatasi masalah-masalah kesehatan setempat. Proses PTP ini dapat di susun dua rumusan perencanaan, yaitu dalam bentuk Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dan Rencana Kegiatan Pelaksanaan (RPK).
2) Penggerakan dan pelaksanaan Penggerakan dan pelaksanakannya melalui kegiatan ”mini lokakarya” dalam bentuk pertemuan dan rapat kerja berkala. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan tenaga Puskesmas untuk bekerja sama dalam team, baik lintas program (antar program dalam Puskesmas), maupun lintas sektoral (dengan sektor lain di luar Puskesmas).
3) Pemantauan melalui Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
SP2TP kemudian disederhanakan menjadi Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) adalah tata pencatatan dan pelaporan yang lengkap untuk pengelolaan Puskesmas, meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok yang dilakukan serta hasil yang dicapai oleh Puskesmas. Proses pelaksanaan SP3 mencakup 3 hal yaitu pencatatan, pelaporan dan pengolahan/analisa/pemanfaatan. Pencatatan kegiatan dicatat dalam buku register yang berlaku untuk masing-masing program. Kemudian data tersebut di rekapitulasikan kedalam format laporan SP3
Koordinator SP3 di Puskesmas menerima laporan-laporan dalam format baku tadi dalam 2 rangkap. Yaitu satu untuk arsip dan yang lainnya untuk dikirim ke koordinator SP3 di Dati II. Koordinator Dati II meneruskan ke masing-masing program di Dati II. Dari Dati II setelah diolah dan dianalisa dikirim ke koordinator SP3 Dati I, dan seterusnya untuk dimanfaatkan. Frekuensi pelaporan adalah sebagai berikut: a) Bulanan, misalnya untuk data kesakitan, gizi, KIA, Imunisasi, KB,
P2M, penggunaan obat-obatan, dan lain-lain
b) Tribulanan, meliputi kegiatan Puskesmas antara lain: Kunjungan Puskesmas, rawat tinggal, kegiatan rujukan, pelayanan gigi, dan lain- lain c) Tahunan, terdiri dari data dasar (fasilitas pendidikan, kesehatan lingkungan), data ketenagaan Puskesmas dan data tentang peralatan
Puskesmas. 4) Stratifikasi Puskesmas
Yaitu suatu upaya untuk melakukan peningkatan prestasi kerja Puskesmas dengan mengelompokkannya menjadi 3 strata, yaitu yang baik (Strata I), sedang (Strata II) dan yang kurang (Strata III).
Aspek yang dinilai adalah mengenai hal-hal sebagai berikut:
a) Hasil cakupan program kegiatan pokok Puskesmas
b) Proses manajemen yaitu P1, P2 dan P3
c) Sumber daya atau sarana
d) Aspek lingkungan (Budiarto, 1997) Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terjadi melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Teori pengetahuan berkaitan dengan sumber-sumber pengetahuan ( Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (application) telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.