ProdukHukum BankIndonesia

(1)

Boks 1.

Evaluasi Pelaksanaan Program Peningkatan Ketahanan Pangan Provinsi Jambi (Periode semester I Tahun 2008)1

Perkembangan ekonomi global saat ini menunjukkan bahwa persaingan

antara kebutuhan pangan (food), kebutuhan bahan bakar nabati (bio-fuel) serta

kebutuhan pakan ternak (feed) telah memicu krisis harga pangan di tingkat dunia.

Namun demikian, meningkatnya harga-harga komoditas pertanian tidak serta merta mampu memberikan manfaat yang berarti kepada pemerintah, khususnya kepada para petani di Indonesia. Bahkan, harga-harga komoditas pertanian yang meningkat tinggi melampaui kemampuan sebagian masyarakat (terutama masyarakat miskin) dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-harinya. Fenomena krisis harga pangan tentunya sebuah paradoks di negeri yang melimpah sumber daya alamnya (terutama pertanian dan perkebunan). Provinsi Jambi sebagai salah satu penghasil CPO yang cukup besar pun nampaknya belum mampu meredam harga minyak goreng yang masih tinggi di daerah ini.

Menariknya harga CPO diperkirakan masih menjadi pemicu beralihnya lahan pertanian menjadi perkebunan sawit sehingga mempengaruhi kapasitas produksi komoditas pangan yang berbasis lahan pertanian. Di satu sisi, kebutuhan pangan di Provinsi Jambi masih terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan daya beli dan perubahan selera masyarakat. Hal lain yang cukup memprihatinkan adalah masih maraknya aktifitas penduduk dalam mengeksploitasi sumberdaya alam khususnya pada kawasan hutan sehingga berdampak memberikan tekanan cukup besar pada sumberdaya alam yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan dan menurunnya potensi sumberdaya air bagi keperluan pertanian.

Sehubungan dengan fenomena ekonomi global diatas, serta mencermati kondisi sektor pertanian di Provinsi Jambi, maka program peningkatan ketahan pangan sangat diperlukan dan sangat strategis. Pentingnya ketahanan pangan dalam pembangunan telah menjadi komitmen bersama antara pemerintah dan rakyat, dan harus menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan. Ada tiga alasan penting yang

melandasi pentingnya pembangunan ketahanan pangan, yaitu :2

1. Akses atas pangan yang cukup dan bergizi bagi setiap penduduk merupakan

salah satu pemenuhan hak azasi manusia.

1

Data-data terkait evaluasi pelaksanaan peningkatan Ketahanan Pangan Provinsi Jambi bersumber dari Laporan Dewan Ketahanan Pangan Badan Bimas Ketahanan Pangan Provinsi Jambi pada Rapat Koordinasi Ketahanan Pangan Provinsi Jambi pada tanggal 3-4 Juli 2008. 2

Kebijakan Dan Strategi Pemantapan Ketahanan Pangan Wilayah Badan Urusan Ketahanan Pangan Daerah Propinsi Nusa Tenggara Barat. Dadih Permana.


(2)

2. Konsumsi pangan dan gizi yang cukup merupakan basis bagi pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas.

3. Ketahanan pangan merupakan basis bagi ketahanan ekonomi, bahkan bagi

ketahanan nasional suatu negara yang berdaulat.

Dalam rangka merumuskan kebijakan dan langkah-langkah operasional sebagai upaya mencapai sasaran Program Peningkatan Ketahanan Pangan yang telah ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Jambi/Ketua Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Jambi Nomor. 29/Kep.Gub/BKP/2008, maka evaluasi terhadap pelaksanaan program peningkatan ketahanan pangan meliputi aspek penyediaan, distribusi, konsumsi, kewaspadaan pangan dan aspek pemberdayaan masyarakat. Selama periode semester I tahun 2008, hasil evaluasi program ketahanan pangan di provinsi Jambi adalah sebagai berikut:

EVALUASI

A. Aspek Penyediaan

Berdasarkan Keputusan Gubernur Jambi/Ketua Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Jambi No.29/Kep. Gub./BKP/2008, sasaran kebutuhan pangan pokok dan beberapa pangan strategis Tahun 2008 dan berdasarkan perkiraan produksi tahun 2008 yang dihimpun dari dinas/instansi terkait kondisi penyediaan pangan sebagai berikut:

Tabel 1.Kondisi Penyediaan Pangan Pokok dan Beberapa Pangan Strategis Provinsi Jambi Tahun 2008

Sasaran Produksi Tersedia

Dikonsumsi*) Kebutuhan*) Plus/Minus*)

(Ton) Satuan % (Ton) (Ton) (Ton)

1 Padi/Beras (ARAM II) 657,666 586,631 89 345,903 318,538 27,365 2 Jagung (PPK) 67,078 31,273 47 27,530 994 26,536 3 Kedelai 19,332 4,516 23 4,084 19,056 (14,972) 4 Daging 21,748 29,955 138 28,651 18,840 9,811

-Ruminansia 6,125 6,457 105 6,328 3,344 2,984 -Non Ruminansia 14,940 23,498 157 22,323 15,496 6,827 5 Ikan 86,089 62,476 73 59,352 60,366 (1,014) 6 Telur 6,426 6,765 105 5,209 20,011 (14,802)

Ket:*) Data olahan BBKP

No Uraian Ramalan I/Perkiraan

Perkembangan penyediaan pangan pokok dibandingkan tahun 2007, adalah sebagai berikut:

a. Padi meningkat 3,30 % (334.847 ton beras) terhadap tahun 2007 (angka

sementara),

b. Jagung meningkat 4,17% terhadap angka tetap tahun 2007, (26.429 ton PPK),

c. Kedele meningkat 4,85% (3.895 ton biji kering), terhadap tahun 2007

d. Daging meningkat 31% (21.859 ton) terhadap produksi tahun 2007,

e. Ikan menurun 4% (65.173 ton) terhadap produksi tahun 2007

f. Telur menurun 8,68% (7.408 ton) terhadap produksi tahun 2007.

Untuk konsumsi tahun 2008 beras, jagung, daging dan ikan, kedele dan telur kekurangannya didatangkan dari luar Provinsi Jambi. Diharapkan angka ramalan I dan


(3)

perkiraan produksi diatas untuk enam bulan mendatang akan meningkat melalui Program Aksi periode Juli-Desember 2008 optimis akan dapat ditingkatkan.

B. Aspek Distribusi

1. Pengadaan Pangan (Beras)

Perkembangan pangadaan beras tahun 2008 s.d Juni 2008

Tabel 2.Jumlah Pangadaan Beras Tahun 2008 sampai Mei 2008

Sasaran Sasaran Sasaran

Ton Ton % Ton Ton % Ton Ton %

1 Jambi 500 - - 10,500 1,278 12.17 11,000 1,278 11.62 2 Kuala Tungkal 1,000 45 4.50 6,000 2,000 33.33 7,000 2,045 29.21 3 Bute - - - 6,000 800 13.33 6,000 800 13.33 4 Kerinci 1,500 165 11.00 3,500 1,047 29.91 5,000 1,212 24.24 5 Sarko - - - 7,500 1,200 16.00 7,500 1,200 16.00

3,000

210 7.00 33,500 6,325 18.88 36,500 6,535 17.90

*) Sumber : Bulog Divre Jambi Jumlah

Jumlah Luar Provinsi Jambi

Dalam Provinsi Jambi

Realisasi Realisasi Realisasi

No Sub Divre Bulog

Rendahnya jumlah pengadaan beras di Provinsi Jambi karena harga gabah/beras cukup baik yaitu diatas Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

2. Penyaluran pangan (beras) RASKIN

Pelaksanaan penyaluran beras raskin sampai dengan Juni 2008 dibandingkan tahun 2007 dalam periode yang sama meningkat 10%, sedangkan jumlah RTM meningkat 0,18% (364 RTM).

Tabel 3.Penyaluran beras RASKIN Provinsi Jambi Tahun 2008 (sampai Juni 2008)

RTM TON RTM TON

1 Kota Jambi 21,502 3,118 21,502 1,489 48 2 Muaro Jambi 19,482 2,825 19,482 1,291 46 3 Batanghari 17,366 2,518 17,366 1,146 46 4 Bungo 17,104 2,480 17,104 994 40 5 Tebo 16,218 2,352 16,218 761 32

6 Merangin 21,858 3,193 22,018 1,014 32

7 Sarolangun 21,035 3,050 21,035 829 27

8 Tanjab Timur 19,550 2,835 19,550 949 33

9 Tanjab Barat 17,788 2,579 17,778 861 33

10 Kerinci 27,406 3,974 27,406 1,918 48

199,309

28,924 199,459 11,252 39

*) Sumber : Bulog Divre Jambi

%

Jumlah

Realisasi Sasaran per bulan (Jan-Juni)

No Kab./Kota

3. Harga Pangan

Kondisi perkembangan harga di atas bila dilihat fluktuasi harga bulanan cukup stabil, hal ini sebagai dampak dari pelaksanaan pengendalian oleh instansi yang cukup insentif. Harga rata-rata bulanan beberapa kebutuhan pangan (harga produsen dan harga konsumen) relatif stabil pergerakannya selama periode Januari-Mei 2008.


(4)

Tabel 4.Perkembangan Harga Pangan Tahun 2008 (Periode januari-Mei 2008)

Jan Feb Mar Apr Mei Rata-rata Jan Feb Mar Apr Mei Rata-rata

1 Beras IR.64 5,500 6,000 6,600 6,100 6,100 5,940 6,050 6,050 6,325 6,525 6,550 6,300 2 Beras IR.42 5,300 5,700 5,700 5,800 5,800 5,560 6,000 6,020 6,125 6,200 6,250 6,109 3 Jagung 1,900 1,900 2,000 2,000 2,000 1,960 6,750 7,350 7,500 7,500 7,400 7,300 4 Kedele 6,500 6,500 6,500 6,500 6,500 6,500 6,750 7,350 7,500 7,500 7,400 7,300 5 Daging

-Ruminansia 54,000 54,000 54,000 55,000 55,000 54,600 60,500 60,500 60,500 60,500 60,300 6,100 -Unggas Ras 17,500 17,500 17,500 1,800 1,800 17,700 18,875 19,750 20,000 19,000 19,875 19,500 - Unggas Buras 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 21,300 23,250 23,000 23,000 23,000 22,710 6 Ubi Kayu 800 900 1,000 1,000 1,000 940 1,213 1,225 1,225 1,225 1,231 1,224 7 Ubi Jalar 1,200 1,200 1,200 1,200 1,200 1,200 1,556 1,575 1,575 1,575 1,575 1,571 8 Telur Ras **) 600 600 650 650 650 630 694 693 700 725 738 710 9 Telur Buras**) 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,125 1,100 1,100 1,100 1,100 1,105 10 Ikan

- Ikan Nila 13,000 13,000 14,000 14,000 14,500 13,700 15,000 15,000 16,000 16,000 17,000 15,800 - Ikan Patin 8,000 8,000 9,000 9,000 9,000 8,600 9,000 9,000 10,000 10,000 10,250 9,650

*) Sumber : BBKP Provinsi Jambi **) Rp/butir

No Komoditas

Produsen Harga pada bulan (Rp/Kg)*

Konsumen Harga pada bulan (Rp/Kg)*

C. Aspek Konsumsi

Kondisi konsumsi pangan Provinsi Jambi tahun 2006 masih dibawah kecukupan dibanding Pola Pangan Harapan (PPH) 2020, yaitu 2.000 Kkal/Kapita/Hari.

Tabel 5.Perbandingan Situasi Konsumsi Aktual 2006 dengan Pola Pangan Harapan 2020

Sasaran per bulan (Jan-Juni)

Berat Skor Berat

(Gram/Kkal/kari) PPH (Gram/Kap/Hr)

1 Padi-padian 0.5 310.9 1,120.00 55.20 25.00 275.0 1,000 50 25 2 Umbi-umbian 0.5 27.8 25.60 1.30 0.60 100.0 120 6 3 3 Pangan Hewani 2 167.7 179.10 8.80 17.70 150.0 240 12 24 4 Minyak dan Lemak 0.5 42.4 369.50 18.20 5.00 20.0 200 10 5 5 Buah/Biji Berminyak 0.5 16.6 30.00 1.50 0.70 10.0 60 3 1 6 Kacang-kacangan 2 15.5 52.50 2.60 5.20 35.0 100 5 10 7 Gula 0.5 13 47.30 2.30 1.20 30.0 100 5 3 8 Sayuran & Buah 5 205.5 70.80 3.50 17.40 250.0 120 6 30 9 Bahan Lain 0 2.4 7.10 0.30 - - 60 3

-1,901.90

93.70 72.80 2,000 100 100

*) Sumber : Data olahan BBKP

Skor PPH % AKG TOTAL PPH No Kelompok Pangan Bobot Konsumsi

Energi (Kkal) % AKE Konsumsi Energi (Kkal)

Data yang digunakan dan ter-update baru tersedia s.d. tahun 2006

D. Aspek Kewaspadaan Pangan dan Gizi Status Gizi Masyarakat :

Hasil Prevalensi Status Gizi (PSG) mengatakan bahwa balita yang mengalami kasus gizi buruk dan kurang gizi di Provinsi Jambi masing-masing sebanyak 9.3% untuk balita kurang gizi, dan balita gizi buruk 1.8% dari 30.085 balita.

Tabel 6.Perkembangan Kondisi Gizi dengan Indek BB/U, BB/Tb dan TB/U Provinsi Jambi Tahun 2006-2007

Kasus % Kasus % Kasus % Kasus % Kasus % Kasus %

1Status (BB/U) 20,60715,199 14,886 19,975 30,085 40,582

a. Lebih 412 2.7 364.00 1.8 517.00 3.5 516 2.6 929 3.1 880 2.2 b. Baik 168 84.7 17,718.00 86 12,727 85.5 17,459 87.4 25593 85.1 35,177 86.7 c. Kurang 1,621 10.7 2,100.00 10.2 1,358.00 9.1 1,675 8.4 2979 9.9 3,775 9.3 d. Buruk 300 2.0 425.00 2.1 284.00 1.9 325 1.6 584 1.9 750 1.8 *) Sumber : Data PSG Dinas Kesehatan Prov. Jambi Th.2006-2007

2006 2007

LAKI-LAKI + PEREMPUAN

2006 2007

No Uraian

LAKI-LAKI PEREMPUAN


(5)

Sampai dengan Mei 2008 balita (0-59 bulan) dengan status gizi baik sebanyak 113.800 atau 96.40%, sedangkan status gizi lebih sebanyak 1.072 (0.91%), 3.054 anak (2.59%) dengan status gizi kurang dan sebanyak 123 anak (0.10) gizi buruk. Dibandingkan tahun 2007 pada periode yang sama terjadi penurunan prosentase gizi buruk dimana tahun 2007 jumlah balita yang mengalami gizi buruk sebesar 0.23% dari 91.803 balita.

Tabel 7.Hasil Penimbangan Bulanan Balita (0-59 Bulan) Di Kabupaten/Kota se Provinsi Jambi s.d Mei 2008

lebih baik kurang buruk

% Kasus % Kasus

kerinci 38,355 73 34,488 1082.0% 1 35,644

Merangin 35,079

-Sarolangun 25,873 569 10,320 400 26 11,315

Bungo 30,693 248 12,993 409 13,650

Tebo 28,755

-Batanghari 26,068 88 10,887 397 13 11,385

Muaro Jambi 34,862

-Tanjung Jabung Barat 27,118 25 22,980 288 3 23,296

Tanjung Jabung Timur 28,414

-Kota 52,585 65 22,132 478 80 22,759

Provinsi Jambi 327,802 1,068 1,983113,800 123 118,049

% Status Gizi Balita 0.91 96.40 2.59 0.10 100

Sumber : Data LB3 Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Jambi

Jumlah Balita dipantau

Status Gizi Jumlah

balita Kabupaten/Kota

E. Aspek Pemberdayaan masyarakat

Sampai dengan Juni 2008 kegiatan yang telah dilaksanakan adalah;

1. Pemberdayaan Koperasi, dengan kegiatan periode Juli-Desember sebagai

berikut: bantuan pabrik pakan ikan kapasitas 25 ton/hari, bantuan bibit karet 2.000.000 batang, bantuan pembibitan sapi lokal 250 ekor, dan bantuan pasar tradisional 1 unit koperasi.

2. Pembinaan Desa Mandiri Pangan,

Tabel 9.Kegiatan Pengembangan desa Mandiri Pangan Provinsi Jambi tahun 2008 Kabupaten/Kota Persiapan

(Desa)

Pertumbuhan (Desa)

Pengembangan

(Desa) Kemandirian Jumlah (Desa) Kota Jambi - 2 2 0 4 Muaro Jambi 1 2 2 0 5 Batanghari 1 2 2 0 5 Merangin 1 2 2 0 5

Sarolangun 1 4 2 - 7

Bungo 1 2 2 - 5

Tebo 1 2 2 - 5

Tanjab Barat 1 2 2 - 5

Tanjab Timur - 2 2 - 4

Kerinci 2 2 2 - 7

JUMLAH 9 22 20 - 52

3. Penanganan Keamanan Pangan

a. Pemeriksaan sarana produsen pangan olahan (P-IRT),

b. Pengujian pangan olahan,


(6)

4. Pembinaan mutu dan keamanan pangan

5. Sosialisasi konsumsi pangan beragam, berimbang dan bergizi (3B),

6. Sosialisasi PMTAS

7. Peningkatan sumberdaya manusia.

UPAYA-UPAYA YANG TELAH DILAKSANAKAN

Dalam rangka mencapai sasaran Program Peningkatan Ketahanan Pangan tahun 2008, beberapa program aksi yang telah dilaksanakan yaitu:

1. Penyiapan sarana irigasi,

2. Peningkatan produksi tanaman pangan dan hortikultura,

Realisasi tanaman padi di Provinsi Jambi s.d Mei 2008 sebanyak 62.514 ha atau sebesar 385 dari sasaran yang ditetapkan sebanyak 165.189 Ha. Realisasi tanaman jagung sebanyak 2.604 ha atau 14% dari jumlah sasaran yang ditetapkan (18.078 ha). Sedangkan Kedele mencapai realisasinya mencapai 852 Ha atau 7 % dari sasaran yang ditetapkan.

3. Intensifikasi peternakan

4. Di sektor peternakan dengan upaya-upaya sebagai berikut:

a. Pelatihan budidaya ikan sebanyak 15 orang,

b. Memberikan bantuan untuk pembuatan pakan ikan pontran mandiri 1 unit

c. Promosi dan publikasi kegiatan perikanan budidaya 3 kali,

d. Promosi gerakan sepanjang 4,5 km dengan jumlah ikan kurang lebih 7 ton

ikan patin dengan jumlah peserta 4500 orang. 5. Dukungan sarana produksi dan permodalan

a. Dukungan sarana produksi yaitu penyaluran pupuk bersubsidi dan benih/bibit.

Tabel 8.Realisasi penyaluran benih/bibit Di Kabupaten/Kota se Provinsi Jambi s.d Mei 2008

Komoditas Satuan Sasaran Realisasi %

Padi ton 5,618 1,425 25.3649 Jagung ton 488 727 148.9754 Kedelai ton 735 108 14.69388 Bibit Ikan ekor 32,752 10,112,588 30876.25 Bibit sapi ekor 1,050 - -bibit kambing ekor 600 -

-Sumber : Data LB3 Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Jambi

b. Permodalan, yaitu dengan pemberian Kredit Usaha Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat (KUPEM) dengan berbagai pola, seperti:

1. Pola Executing, sebesar Rp12.751.985 atau 118,26% dari plafon yang

disediakan yaitu sebesar Rp15.080.000.

2. Pola channeling, dengan penyaluran sebesar Rp9.757.382 atau sebesar

117,02% dari kredit yang telah diserahkan ke kota/kabupaten yaitu sebesar Rp8.338.425.


(7)

3. Kupem pensertifikatan hak atas tanah petani, nelayan/jasa/industri; kredit yang tersalur sebesar 5,02% atau Rp137,25 juta dari alokasi yang tersedia Rp2.734,46 juta. Upaya yang telah dilakukan dalam pengelolaan KUPEM adalah Tim provinsi, kabupaten/kota melaksanakan penagihan kepada nasabah yang menunggak, jika telah berkali-kali ditagih belum dapat mengembalikan kreditnya diajukan somasi kepada pihak pengadilan setempat, melaksanakan sosialisasi secara insentif kelapangan mengenai masalah KUPEM pensertifikatan tanah, dan kepada kabupaten/kota diupayakan penyediaan dana operasional untuk pelaksanaan KUPEM persertifikatan tanah.

LANGKAH –LANGKAH OPERASIONAL YANG TELAH DILAKSANAKAN

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan ketahanan pangan tahun 2008, upaya-upaya yang telah dilaksanakan periode Januari-Juni 2008 adalah sebagai berikut.

A. Aspek Distribusi

1. Pelaksanaan pasar lelang agro/forward oleh Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Provinsi Jambi.

2. Mengupayakan percepatan keputusan Badan Ketahanan Pangan

Departemen Pertanian dalam pengelolaan DPM LUEP.

3. Memfasilitasi hubungan kerjasama antara sesama pedagang beras di

Provinsi Jambi dengan Sumatera Selatan guna memenuhi kebutuhan masyarakat.

4. Mendorong percepatan pembentukan Asosiasi petani pendeder/pembibit dan

petani produsen ikan guna mengatur pola produksi agar harga ditingkat produsen dan konsumen dapat dikendalikan dengan harga yang layak.

5. Memfasilitasi percepatan peningkatan prasarana jalan dari pelabuhan menuju

gudang guna menekan cost penjualan.

6. Penyaluran minyak goreng dan kedele bersubsidi.

7. Pemantauan perkembangan harga secara kontinue.

B. Antisipasi Dini Kewaspadaan Pangan dan gizi,

1. Kegiatan antisipasi dini terhadap; gangguan/masalah pangan dan gizi,

kejadian luar biasa dan pembinaan mutu dan keamanan pangan.

2. Upaya peningkatan pengetahuan masyarakat dan petugas dengan cara

pelatihan konselor ASI Ekslusif bagi petugas gizi, pembinaan surveilan, pelatihan SHD-KLB Gizi, penyebarluasan informasi karantina tumbuhan melalui brosur/leaflet, mas media. Sosialisasi produk halal bagi kalangan pelaku usaha, pelatihan meat inspektor, sosialisasi ASUH ke sekolah dan diseminasi hasil-hasil pengkajian.


(8)

C. Pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan seperti;

1. Program rintisan akselerasi pemasyarakatan inovasi teknologi pertanian

(PRIMA TANI) di Kota Jambi, Kabupaten Muara Jambi, Tanjung Jabung Barat, Sarolangun, Merangin, Bungo, dan Kerinci.

2. Penyelenggaraan pendidikan keaksaraan fungsional, pelatihan tutor

keaksaraan fungsional, pelatiahan tenaga pendidik usia dini, pembentukan/rintisan taman bacaan masyarakat, dan penyelenggaraan kursus wira usaha desa.

REKOMENDASI

Dalam rangka lebih meningkatkan ketahanan pangan Provinsi Jambi, beberapa langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan sebagai berikut:

1. Strategi percepatan pengembangan pangan

- Meningkatkan produktivitas lahan pertanian/sawah melalui pemberian

insentif kepada petani secara tepat sasaran dan tepat waktu. Perlunya pemberian subsidi dalam pemenuhan stok pupuk dan obat anti serangga/hama yang dapat digunakan untuk mendukung proses produksi sehingga petani tetap dapat mempergunakan jumlah pupuk yang seimbang dan sesuai untuk meningkatkan proses produksi. Hal ini perlu dilakukan mengingat harga-harga pupuk serta obat anti serangga/hama mulai meningkat harganya sehingga berpotensi tidak terjangkau bagi petani. Selain itu, penyediaan bibit unggul akan membantu petani dalam menghasilkan kualitas komoditas pangan yang baik dan berdampak pada jumlah panen yang meningkat sehingga mampu mendongkrak margin keuntungan petani. Sedangkan bantuan sarana pertanian kepada petani dapat dijadikan insentif tambahan yang diharapkan mampu meminimalisir keinginan petani dalam mengalih fungsikan lahannya.

- Perlunya pengaturan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan

non-pertanian melalui suatu kebijakan yang terintegrasi lintas sektor sehingga stok kebutuhan pangan di Provinsi Jambi bisa ditingkatkan produktivitasnya. Fenomena beralih fungsinya lahan pertanian (khususnya sawah) menjadi lahan perkebunan serta ancaman menyusutnya lahan pertanian akibat komersialisasi lahan sawah misalnya pendirian ruko-ruko, perumahan/real estate, dan sebagainya perlu dibatasi dan diatur dengan baik sehingga pemenuhan kebutuhan stok pangan yang berasal dari dalam Provinsi Jambi minimal dapat dipertahankan/ditingkatkan. Pengaturan alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan perlu diatur dan disusun dalam suatu tata ruang kota/provinsi yang komprehensif serta perlunya disusun Perda yang


(9)

mengatur hal tersebut sehingga ketahanan pangan di Provinsi Jambi dapat terus ditingkatkan.

- Perlunya pembangunan jalur irigasi yang mendukung peningkatan produksi

padi terutama di daerah-daerah yang belum memiliki saluran irigasi yang memadai dan pemeliharaan jalur irigasi yang telah ada termasuk di sentra-sentra produksi komoditas pangan. Hal ini diperlukan dalam rangka menjaga ketersediaan air yang mendukung peningkatan produksi padi terutama di saat musim kemarau.

2. Pelestarian Sumber Daya Air

- Dalam rangka meningkatkan fungsi hutan serta mendukung pelestarian

lingkungan melalui upaya konservasi, maka rehabilitasi hutan menjadi strategi yang sangat diperlukan saat ini. Sebagaimana diketahui, salah satu

fungsi hutan sangat penting sebagai catchment area (daerah tangkapan

air). Daerah tangkapan air yang potensial sangat mendukung ketersediaan air irigasi maupun air baku untuk mendukung produktivitas (keberlangsungan) sektor pertanian.

- Konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS).

3. Ecodevelopment Strategy. Pemerintah Daerah sebaiknya mengadopsi

konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang

memasukan aspek konservasi, restorasi dan regenerasi didalam strategi

pembangunannya (ecodevelopment strategy). Oleh karena itu, setiap institusi

perencana pembangunan harus memiliki sense of forestry crisis dalam

merumuskan kebijakan pembangunannya sehingga setiap kebijakan pembangunan ekonomi yang dirancang selalu mengarah pada upaya penyelamatan sumber daya hutan yang tersisa.

4. Early Warning System dalam kewaspadaan pangan dan gizi. Perlunya

suatu sistem yang dapat mendeteksi terjadinya kerawanan pangan secara terintegrasi lintas sektor serta berjenjang dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten dan provinsi. Sistem tersebut nantinya dapat memberikan isyarat dini kepada Pemerintah Daerah (selaku penanggung jawab program ketahanan pangan) untuk segera melakukan intervensi melalui program-program/tindakan-tindakan untuk menanggulangi kerawanan pangan secara efektif dan efisien.


(10)

(1)

Sampai dengan Mei 2008 balita (0-59 bulan) dengan status gizi baik sebanyak 113.800 atau 96.40%, sedangkan status gizi lebih sebanyak 1.072 (0.91%), 3.054 anak (2.59%) dengan status gizi kurang dan sebanyak 123 anak (0.10) gizi buruk. Dibandingkan tahun 2007 pada periode yang sama terjadi penurunan prosentase gizi buruk dimana tahun 2007 jumlah balita yang mengalami gizi buruk sebesar 0.23% dari 91.803 balita.

Tabel 7.Hasil Penimbangan Bulanan Balita (0-59 Bulan)

Di Kabupaten/Kota se Provinsi Jambi s.d Mei 2008

lebih baik kurang buruk

% Kasus % Kasus

kerinci 38,355 73 34,488 1082.0% 1 35,644

Merangin 35,079

-Sarolangun 25,873 569 10,320 400 26 11,315

Bungo 30,693 248 12,993 409 13,650

Tebo 28,755

-Batanghari 26,068 88 10,887 397 13 11,385

Muaro Jambi 34,862

-Tanjung Jabung Barat 27,118 25 22,980 288 3 23,296

Tanjung Jabung Timur 28,414

-Kota 52,585 65 22,132 478 80 22,759

Provinsi Jambi 327,802 1,068 1,983113,800 123 118,049

% Status Gizi Balita 0.91 96.40 2.59 0.10 100

Sumber : Data LB3 Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Jambi

Jumlah Balita dipantau Status Gizi Jumlah balita Kabupaten/Kota

E. Aspek Pemberdayaan masyarakat

Sampai dengan Juni 2008 kegiatan yang telah dilaksanakan adalah;

1. Pemberdayaan Koperasi, dengan kegiatan periode Juli-Desember sebagai berikut: bantuan pabrik pakan ikan kapasitas 25 ton/hari, bantuan bibit karet 2.000.000 batang, bantuan pembibitan sapi lokal 250 ekor, dan bantuan pasar tradisional 1 unit koperasi.

2. Pembinaan Desa Mandiri Pangan,

Tabel 9.Kegiatan Pengembangan desa Mandiri Pangan Provinsi Jambi tahun 2008

Kabupaten/Kota Persiapan

(Desa)

Pertumbuhan (Desa)

Pengembangan

(Desa) Kemandirian Jumlah (Desa)

Kota Jambi - 2 2 0 4

Muaro Jambi 1 2 2 0 5

Batanghari 1 2 2 0 5

Merangin 1 2 2 0 5

Sarolangun 1 4 2 - 7

Bungo 1 2 2 - 5

Tebo 1 2 2 - 5

Tanjab Barat 1 2 2 - 5

Tanjab Timur - 2 2 - 4

Kerinci 2 2 2 - 7

JUMLAH 9 22 20 - 52

3. Penanganan Keamanan Pangan

a. Pemeriksaan sarana produsen pangan olahan (P-IRT), b. Pengujian pangan olahan,


(2)

4. Pembinaan mutu dan keamanan pangan

5. Sosialisasi konsumsi pangan beragam, berimbang dan bergizi (3B), 6. Sosialisasi PMTAS

7. Peningkatan sumberdaya manusia. UPAYA-UPAYA YANG TELAH DILAKSANAKAN

Dalam rangka mencapai sasaran Program Peningkatan Ketahanan Pangan tahun 2008, beberapa program aksi yang telah dilaksanakan yaitu:

1. Penyiapan sarana irigasi,

2. Peningkatan produksi tanaman pangan dan hortikultura,

Realisasi tanaman padi di Provinsi Jambi s.d Mei 2008 sebanyak 62.514 ha atau sebesar 385 dari sasaran yang ditetapkan sebanyak 165.189 Ha. Realisasi tanaman jagung sebanyak 2.604 ha atau 14% dari jumlah sasaran yang ditetapkan (18.078 ha). Sedangkan Kedele mencapai realisasinya mencapai 852 Ha atau 7 % dari sasaran yang ditetapkan.

3. Intensifikasi peternakan

4. Di sektor peternakan dengan upaya-upaya sebagai berikut: a. Pelatihan budidaya ikan sebanyak 15 orang,

b. Memberikan bantuan untuk pembuatan pakan ikan pontran mandiri 1 unit c. Promosi dan publikasi kegiatan perikanan budidaya 3 kali,

d. Promosi gerakan sepanjang 4,5 km dengan jumlah ikan kurang lebih 7 ton ikan patin dengan jumlah peserta 4500 orang.

5. Dukungan sarana produksi dan permodalan

a. Dukungan sarana produksi yaitu penyaluran pupuk bersubsidi dan benih/bibit.

Tabel 8.Realisasi penyaluran benih/bibit

Di Kabupaten/Kota se Provinsi Jambi s.d Mei 2008

Komoditas Satuan Sasaran Realisasi %

Padi ton 5,618 1,425 25.3649

Jagung ton 488 727 148.9754 Kedelai ton 735 108 14.69388 Bibit Ikan ekor 32,752 10,112,588 30876.25 Bibit sapi ekor 1,050 - -bibit kambing ekor 600 -

-Sumber : Data LB3 Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Jambi

b. Permodalan, yaitu dengan pemberian Kredit Usaha Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (KUPEM) dengan berbagai pola, seperti:

1. Pola Executing, sebesar Rp12.751.985 atau 118,26% dari plafon yang disediakan yaitu sebesar Rp15.080.000.

2. Pola channeling, dengan penyaluran sebesar Rp9.757.382 atau sebesar 117,02% dari kredit yang telah diserahkan ke kota/kabupaten yaitu sebesar Rp8.338.425.


(3)

3. Kupem pensertifikatan hak atas tanah petani, nelayan/jasa/industri; kredit yang tersalur sebesar 5,02% atau Rp137,25 juta dari alokasi yang tersedia Rp2.734,46 juta. Upaya yang telah dilakukan dalam pengelolaan KUPEM adalah Tim provinsi, kabupaten/kota melaksanakan penagihan kepada nasabah yang menunggak, jika telah berkali-kali ditagih belum dapat mengembalikan kreditnya diajukan somasi kepada pihak pengadilan setempat, melaksanakan sosialisasi secara insentif kelapangan mengenai masalah KUPEM pensertifikatan tanah, dan kepada kabupaten/kota diupayakan penyediaan dana operasional untuk pelaksanaan KUPEM persertifikatan tanah.

LANGKAH –LANGKAH OPERASIONAL YANG TELAH DILAKSANAKAN

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan ketahanan pangan tahun 2008, upaya-upaya yang telah dilaksanakan periode Januari-Juni 2008 adalah sebagai berikut.

A. Aspek Distribusi

1. Pelaksanaan pasar lelang agro/forward oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi.

2. Mengupayakan percepatan keputusan Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian dalam pengelolaan DPM LUEP.

3. Memfasilitasi hubungan kerjasama antara sesama pedagang beras di Provinsi Jambi dengan Sumatera Selatan guna memenuhi kebutuhan masyarakat.

4. Mendorong percepatan pembentukan Asosiasi petani pendeder/pembibit dan petani produsen ikan guna mengatur pola produksi agar harga ditingkat produsen dan konsumen dapat dikendalikan dengan harga yang layak.

5. Memfasilitasi percepatan peningkatan prasarana jalan dari pelabuhan menuju gudang guna menekan cost penjualan.

6. Penyaluran minyak goreng dan kedele bersubsidi. 7. Pemantauan perkembangan harga secara kontinue.

B. Antisipasi Dini Kewaspadaan Pangan dan gizi,

1. Kegiatan antisipasi dini terhadap; gangguan/masalah pangan dan gizi, kejadian luar biasa dan pembinaan mutu dan keamanan pangan.

2. Upaya peningkatan pengetahuan masyarakat dan petugas dengan cara pelatihan konselor ASI Ekslusif bagi petugas gizi, pembinaan surveilan, pelatihan SHD-KLB Gizi, penyebarluasan informasi karantina tumbuhan melalui brosur/leaflet, mas media. Sosialisasi produk halal bagi kalangan pelaku usaha, pelatihan meat inspektor, sosialisasi ASUH ke sekolah dan diseminasi hasil-hasil pengkajian.


(4)

C. Pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan seperti;

1. Program rintisan akselerasi pemasyarakatan inovasi teknologi pertanian (PRIMA TANI) di Kota Jambi, Kabupaten Muara Jambi, Tanjung Jabung Barat, Sarolangun, Merangin, Bungo, dan Kerinci.

2. Penyelenggaraan pendidikan keaksaraan fungsional, pelatihan tutor keaksaraan fungsional, pelatiahan tenaga pendidik usia dini, pembentukan/rintisan taman bacaan masyarakat, dan penyelenggaraan kursus wira usaha desa.

REKOMENDASI

Dalam rangka lebih meningkatkan ketahanan pangan Provinsi Jambi, beberapa langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan sebagai berikut:

1. Strategi percepatan pengembangan pangan

- Meningkatkan produktivitas lahan pertanian/sawah melalui pemberian insentif kepada petani secara tepat sasaran dan tepat waktu. Perlunya pemberian subsidi dalam pemenuhan stok pupuk dan obat anti serangga/hama yang dapat digunakan untuk mendukung proses produksi sehingga petani tetap dapat mempergunakan jumlah pupuk yang seimbang dan sesuai untuk meningkatkan proses produksi. Hal ini perlu dilakukan mengingat harga-harga pupuk serta obat anti serangga/hama mulai meningkat harganya sehingga berpotensi tidak terjangkau bagi petani. Selain itu, penyediaan bibit unggul akan membantu petani dalam menghasilkan kualitas komoditas pangan yang baik dan berdampak pada jumlah panen yang meningkat sehingga mampu mendongkrak margin keuntungan petani. Sedangkan bantuan sarana pertanian kepada petani dapat dijadikan insentif tambahan yang diharapkan mampu meminimalisir keinginan petani dalam mengalih fungsikan lahannya.

- Perlunya pengaturan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian melalui suatu kebijakan yang terintegrasi lintas sektor sehingga stok kebutuhan pangan di Provinsi Jambi bisa ditingkatkan produktivitasnya. Fenomena beralih fungsinya lahan pertanian (khususnya sawah) menjadi lahan perkebunan serta ancaman menyusutnya lahan pertanian akibat komersialisasi lahan sawah misalnya pendirian ruko-ruko, perumahan/real estate, dan sebagainya perlu dibatasi dan diatur dengan baik sehingga pemenuhan kebutuhan stok pangan yang berasal dari dalam Provinsi Jambi minimal dapat dipertahankan/ditingkatkan. Pengaturan alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan perlu diatur dan disusun dalam suatu tata ruang kota/provinsi yang komprehensif serta perlunya disusun Perda yang


(5)

mengatur hal tersebut sehingga ketahanan pangan di Provinsi Jambi dapat terus ditingkatkan.

- Perlunya pembangunan jalur irigasi yang mendukung peningkatan produksi padi terutama di daerah-daerah yang belum memiliki saluran irigasi yang memadai dan pemeliharaan jalur irigasi yang telah ada termasuk di sentra-sentra produksi komoditas pangan. Hal ini diperlukan dalam rangka menjaga ketersediaan air yang mendukung peningkatan produksi padi terutama di saat musim kemarau.

2. Pelestarian Sumber Daya Air

- Dalam rangka meningkatkan fungsi hutan serta mendukung pelestarian lingkungan melalui upaya konservasi, maka rehabilitasi hutan menjadi strategi yang sangat diperlukan saat ini. Sebagaimana diketahui, salah satu fungsi hutan sangat penting sebagai catchment area (daerah tangkapan air). Daerah tangkapan air yang potensial sangat mendukung ketersediaan air irigasi maupun air baku untuk mendukung produktivitas (keberlangsungan) sektor pertanian.

- Konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS).

3. Ecodevelopment Strategy. Pemerintah Daerah sebaiknya mengadopsi

konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang memasukan aspek konservasi, restorasi dan regenerasi didalam strategi pembangunannya (ecodevelopment strategy). Oleh karena itu, setiap institusi perencana pembangunan harus memiliki sense of forestry crisis dalam merumuskan kebijakan pembangunannya sehingga setiap kebijakan pembangunan ekonomi yang dirancang selalu mengarah pada upaya penyelamatan sumber daya hutan yang tersisa.

4. Early Warning System dalam kewaspadaan pangan dan gizi. Perlunya suatu sistem yang dapat mendeteksi terjadinya kerawanan pangan secara terintegrasi lintas sektor serta berjenjang dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten dan provinsi. Sistem tersebut nantinya dapat memberikan isyarat dini kepada Pemerintah Daerah (selaku penanggung jawab program ketahanan pangan) untuk segera melakukan intervensi melalui program-program/tindakan-tindakan untuk menanggulangi kerawanan pangan secara efektif dan efisien.


(6)