ProdukHukum BankIndonesia

PERATURAN BANK INDONESIA
NOMOR: 12/ 9 /PBI/2010
TENTANG
PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM MELAKSANAKAN
AKTIVITAS KEAGENAN PRODUK KEUANGAN LUAR NEGERI OLEH
BANK UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Menimbang:

a.

bahwa

pesatnya

inovasi


produk

keuangan

telah

menghasilkan berbagai instrumen investasi yang memiliki
kompleksitas tinggi dalam rangka memenuhi kebutuhan
investasi nasabah;
b.

bahwa meningkatnya keterkaitan pasar keuangan global
yang ditunjang dengan membaiknya teknologi informasi
telah meningkatkan akses nasabah terhadap produk
keuangan luar negeri;

c.

bahwa dengan meningkatnya keterlibatan bank dalam
aktivitas yang berkaitan dengan produk keuangan luar

negeri, maka disadari bahwa aktivitas tersebut selain
memberikan

manfaat

juga

berpotensi

menimbulkan

berbagai risiko bagi bank dan nasabah;

d. bahwa . . .

-2d.

bahwa krisis pasar keuangan global yang terjadi saat ini
yang dipicu pelemahan pasar keuangan Amerika Serikat
secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada

sistem keuangan Indonesia;

e.

bahwa

dengan

meningkatnya

tekanan

risiko

pasar

keuangan, bank perlu menerapkan manajemen risiko
terutama terkait dengan mekanisme pengelolaan dan
pengendalian risiko;
f.


bahwa

semakin

meningkatnya

kompleksitas

produk

keuangan luar negeri harus diiringi dengan peningkatan
kualitas transparansi informasi kepada masyarakat dalam
rangka menjaga kepercayaan masyarakat terhadap sistem
keuangan;
g.

bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana
dimaksud


pada

huruf

a

sampai

dengan

huruf

f

dipandang perlu untuk mengatur ketentuan tentang prinsip
kehati-hatian dalam melaksanakan aktivitas keagenan
produk keuangan luar negeri oleh bank umum

dalam


Peraturan Bank Indonesia.
Mengingat:

1.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 31; Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3472) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182;
Tambahan

Lembaran

Negara

Republik

Indonesia


Nomor 3790);

2. Undang-Undang . . .

-32.

Undang-Undang

Nomor

23

Tahun

1999

tentang

Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3843) sebagaimana telah
diubah

terakhir

dengan

Undang-Undang

Nomor

6

Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun

1999


tentang

Bank

Indonesia

menjadi

Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 7; Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4962);
3.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tanggal
19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi
Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor

56;


Tambahan

Lembaran

Negara

Republik

Indonesia Nomor 4292) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan

Bank

Indonesia

Nomor

11/25/PBI/2009

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 103; Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5029);
4.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 tanggal
20 Januari 2005 tentang Transparansi Informasi Produk
Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 16,
Tambahan

Lembaran

Negara

Republik

Indonesia

Nomor 4475).
MEMUTUSKAN: . . .

-4MEMUTUSKAN:
Menetapkan:

PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM MELAKSANAKAN
AKTIVITAS KEAGENAN PRODUK KEUANGAN LUAR
NEGERI OLEH BANK UMUM.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan:
1.

Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk kantor cabang bank
asing yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional.

2.

Produk Keuangan Luar Negeri adalah instrumen investasi yang diterbitkan
penerbit asing di luar negeri yang mencakup Instrumen Investasi Asing
Efek dan Instrumen Investasi Asing Selain Efek.

3.

Instrumen Investasi Asing Efek adalah Efek yang diterbitkan oleh
orang-perseorangan atau badan hukum asing sesuai ketentuan yang
ditetapkan oleh otoritas yang berwenang di bidang pasar modal di
Indonesia.

4.

Instrumen Investasi Asing Selain Efek adalah produk keuangan luar negeri
selain efek yang diterbitkan oleh bank di luar negeri yang merupakan
Structured Products.

5.

Efek adalah surat berharga yaitu surat pengakuan utang, surat berharga
komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak
investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.
6. Structured . . .

-56.

Structured Product adalah produk Bank sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan

Bank

Indonesia

mengenai

prinsip

kehati-hatian

dalam

melaksanakan kegiatan Structured Product bagi bank umum.
7.

Aktivitas Keagenan adalah seluruh aktivitas yang dilakukan bank secara
langsung maupun tidak langsung meliputi:
a.

Menindaklanjuti permintaan nasabah Bank di dalam negeri atas
Produk Keuangan Luar Negeri;

b.

Menawarkan Produk Keuangan Luar Negeri kepada nasabah/calon
nasabah yang dilakukan baik melalui penawaran secara tatap muka
maupun melalui cara penawaran lainnya, termasuk pemberian
informasi mengenai pasar keuangan dan produk keuangan luar negeri
yang dapat mempengaruhi keputusan nasabah untuk membeli produk
keuangan luar negeri;

c.

Menjadi Referral Agent yaitu menawarkan produk keuangan luar
negeri yang merupakan produk dari kantor Bank atau kantor pusat
Bank di luar negeri, termasuk memberikan informasi mengenai
ketersediaan produk keuangan luar negeri tertentu di Kantor Bank
dan/atau Kantor Pusat Bank di luar negeri.

8.

Nasabah adalah:
a.

perseorangan atau badan yang menggunakan atau menerima fasilitas
Bank baik dalam bentuk produk dan/atau jasa;

b.

perseorangan atau badan yang akan menggunakan atau diberikan
fasilitas oleh Bank baik dalam bentuk produk dan/atau jasa.

9.

Dewan Komisaris:
a.

bagi Bank berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas adalah
komisaris sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang tentang
Perseroan Terbatas;
b. bagi . . .

-6b.

bagi Bank berbentuk badan hukum Perusahaan Daerah adalah
pengawas sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang
Perusahaan Daerah;

c.

bagi Bank berbentuk badan hukum Koperasi adalah pengawas
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Perkoperasian;

d.

bagi Kantor Cabang Bank Asing adalah pejabat yang ditunjuk Kantor
Pusat Bank Asing untuk melakukan fungsi pengawasan.

10. Direksi:
a.

bagi Bank berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas adalah direksi
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Perseroan
Terbatas;

b.

bagi Bank berbentuk badan hukum Perusahaan Daerah adalah direksi
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Perusahaan
Daerah;

c.

bagi Bank berbentuk badan hukum Koperasi adalah pengurus
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Perkoperasian;

d.

bagi Kantor Cabang Bank Asing adalah pimpinan Kantor Cabang
Bank Asing.

BAB II
RUANG LINGKUP AKTIVITAS KEAGENAN
PRODUK KEUANGAN LUAR NEGERI
Pasal 2
Persyaratan Bank
(1)

Bank hanya dapat melakukan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar
Negeri setelah memperoleh persetujuan prinsip dari Bank Indonesia.
(2) Untuk . . .

-7(2)

Untuk menjadi agen Instrumen Investasi Asing Efek, selain memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank harus memenuhi
persyaratan sebagai agen Instrumen Investasi Asing Efek sesuai ketentuan
yang ditetapkan oleh otoritas yang berwenang di bidang pasar modal di
Indonesia.

(3)

Bank dilarang bertindak sebagai sub agen dalam melakukan Aktivitas
Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri.

Pasal 3
Kriteria Produk Keuangan Luar Negeri
(1)

Produk Keuangan Luar Negeri yang dapat diageni oleh Bank di Indonesia
paling kurang wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a.

telah terdaftar dan/atau memenuhi ketentuan dari otoritas berwenang
di negara asal penerbit; dan

b.
(2)

telah dilaporkan oleh Bank kepada Bank Indonesia.

Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Produk
Keuangan Luar Negeri berupa Instrumen Investasi Asing Selain Efek yang
dapat diageni penjualannya oleh Bank harus berupa Structured Product dan
wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a.

diterbitkan oleh bank di luar negeri yang memiliki kantor cabang di
Indonesia;

b.

dikaitkan dengan variabel dasar berupa nilai tukar dan/atau suku
bunga; dan

c.

bukan merupakan kombinasi berbagai instrumen dengan transaksi
derivatif valuta asing terhadap rupiah dalam rangka yield enhancement
yang bersifat spekulatif.
(3) Selain . . .

-8(3)

Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Produk
Keuangan Luar Negeri berupa Instrumen Investasi Asing Efek yang dapat
diageni penjualannya melalui Bank di Indonesia, wajib telah terdaftar dan
memperoleh ijin otoritas yang berwenang di bidang pasar modal di
Indonesia.

(4)

Produk Keuangan Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
termasuk dalam program penjaminan Pemerintah karena bukan merupakan
simpanan pada Bank.

Pasal 4
Kriteria Penerbit Produk Keuangan Luar Negeri
Penerbit Produk Keuangan Luar Negeri yang dapat dijadikan mitra kerjasama
dengan Bank dalam Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri wajib
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a.

terdaftar dan memiliki ijin usaha dari otoritas berwenang di negara asal
tempat penerbit berkedudukan; dan

b.

merupakan badan yang menjadi objek pengawasan dari otoritas berwenang
sebagaimana dimaksud pada huruf a.

Pasal 5
Klasifikasi Nasabah
(1)

Dalam melakukan aktivitas keagenan produk keuangan luar negeri, Bank
wajib menetapkan klasifikasi Nasabah yang terdiri dari:
a.

Nasabah non-retail; dan

b.

Nasabah retail.

(2) Nasabah . . .

-9(2)

Nasabah

digolongkan

sebagai

Nasabah

non-retail

sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a apabila Nasabah tersebut memiliki
pemahaman terhadap karakteristik, fitur dan risiko dari Produk Keuangan
Luar Negeri, dan terdiri dari:
a.

b.

Perusahaan yang bergerak di bidang keuangan yang terdiri dari:
1.

Bank;

2.

perusahaan efek;

3.

perusahaan pembiayaan;

4.

pedagang kontrak berjangka;

5.

dana pensiun; atau

6.

perusahaan perasuransian.

Perusahaan selain perusahaan sebagaimana dimaksud pada huruf a
yang pada awal investasi pada setiap Produk Keuangan Luar Negeri
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1.

Memiliki

modal

Rp20.000.000.000,00

paling
(dua

kurang
puluh

lebih
miliar

besar

dari

rupiah)

atau

ekuivalennya dalam valuta asing; dan
2.

Telah melakukan kegiatan usaha paling kurang 36 (tiga puluh
enam) bulan berturut-turut.

c.

Nasabah Perorangan yang pada saat awal investasi pada setiap Produk
Keuangan Luar Negeri memiliki portofolio aset berupa kas, giro,
tabungan, dan/atau deposito, paling kurang Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah) atau ekuivalennya dalam valuta asing.

(3)

Nasabah digolongkan sebagai Nasabah retail sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b apabila Nasabah tersebut tidak memenuhi kriteria
sebagai Nasabah non-retail sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).

(4) Bank . . .

- 10 (4)

Bank

wajib

melakukan

pengkinian

terhadap

klasifikasi

Nasabah

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila
terdapat hal-hal yang dapat mengakibatkan perubahan klasifikasi yang telah
ditetapkan terhadap Nasabah dimaksud.

Pasal 6
Kriteria Nasabah
(1)

Bank dilarang untuk menawarkan Produk Keuangan Luar Negeri kepada
Nasabah retail.

(2)

Bank hanya dapat menawarkan Produk Keuangan Luar Negeri kepada
Nasabah non-retail sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan di bidang Pasar Modal, Perbankan, Perasuransian, dan
Dana Pensiun yang berlaku.

(3)

Bank hanya dapat menawarkan Produk Keuangan Luar Negeri berupa
Instrumen Investasi Asing Efek kepada Nasabah non-retail sesuai ketentuan
yang ditetapkan oleh otoritas yang berwenang di bidang pasar modal di
Indonesia.

BAB III
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
Pasal 7
(1)

Bank wajib menerapkan manajemen risiko secara efektif dalam melakukan
Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri.

(2)

Penerapan manajemen risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
kurang mencakup:

a. pengawasan . . .

- 11 a.

pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi;

b.

kecukupan kebijakan dan prosedur;

c.

kecukupan

proses

identifikasi,

pengukuran,

pemantauan,

dan

pengendalian risiko yang timbul dari aktivitas terkait Produk
Keuangan Luar Negeri; dan
d.

sistem pengendalian intern atas Aktivitas Keagenan Produk Keuangan
Luar Negeri.

Bagian Pertama
PENGAWASAN AKTIF DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI
Pasal 8
Pengawasan Aktif Dewan Komisaris
Pengawasan aktif Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (2) huruf a paling kurang mencakup:
a.

Persetujuan Dewan Komisaris atas rencana Bank untuk Aktivitas Keagenan
Produk Keuangan Luar Negeri; dan

b.

Evaluasi pelaksanaan rencana Bank terkait Aktivitas Keagenan Produk
Keuangan Luar Negeri.

Pasal 9
Pengawasan Aktif Direksi
Pengawasan aktif Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a
paling kurang mencakup:
a.

menetapkan rencana Bank untuk Aktivitas Keagenan Produk Keuangan
Luar Negeri;

b. menetapkan . . .

- 12 b.

menetapkan kebijakan dan prosedur Bank untuk Aktivitas Keagenan
Produk Keuangan Luar Negeri; dan

c.

memantau dan mengevaluasi Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar
Negeri.

Bagian Kedua
KECUKUPAN KEBIJAKAN, SISTEM DAN PROSEDUR
Pasal 10
(1)

Bank dalam rangka pemenuhan kecukupan kebijakan dan prosedur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf b harus memiliki dan
menerapkan kebijakan, sistem, dan prosedur manajemen risiko dalam
Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri.

(2)

Kebijakan, sistem, dan prosedur manajemen risiko dalam Aktivitas
Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling kurang meliputi:
a.

kebijakan mengenai persyaratan dan kesesuaian profil Produk
Keuangan Luar Negeri yang akan diageni dengan profil risiko
Nasabah;

b.

kebijakan penilaian profil risiko nasabah;

c.

prosedur pelaksanaan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar
Negeri yang paling kurang mencakup:
1.

pelaksanaan kerja sama Aktivitas Keagenan Produk Keuangan
Luar Negeri antara Bank dengan Penerbit Produk Keuangan
Luar Negeri;

2. pelaksanaan . . .

- 13 2.

pelaksanaan penawaran Produk Keuangan Luar Negeri yang
diageni kepada nasabah termasuk syarat-syarat pengisian
formulir tentang profil risiko Nasabah sebelum pembelian
Produk Keuangan Luar Negeri; dan

3.

eksekusi transaksi Produk Keuangan Luar Negeri yang diageni
dengan Nasabah termasuk sistem pencatatan pada Bank.

d.

kebijakan Sumber Daya Manusia yang mengatur penugasan pegawai
tetap Bank untuk menangani Aktivitas Keagenan Produk Keuangan
Luar Negeri;

e.

kebijakan mengenai pengelolaan dokumen keagenan termasuk
perjanjian kerjasama secara tertulis antara Bank dengan pihak-pihak
yang terkait dengan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar
Negeri, termasuk dengan penerbit dan/atau kustodian di luar negeri;

f.

prosedur penyelesaian sengketa terkait dengan Aktivitas Keagenan
Produk Keuangan Luar Negeri; dan

g.

prosedur untuk melakukan identifikasi, pengukuran, pemantauan,
pengendalian risiko dan informasi untuk Aktivitas Keagenan Produk
Keuangan Luar Negeri.

(3)

Perjanjian kerjasama tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e
paling kurang mencakup hal-hal sebagai berikut:
a.

kejelasan hak dan kewajiban masing-masing pihak termasuk waktu
pelaksanaan hak dan kewajiban dan kondisi yang harus dipenuhi
sebelum pelaksanaan hak dan kewajiban;

b.

penetapan secara jelas jangka waktu perjanjian kerjasama;

c. penetapan . . .

- 14 c.

penetapan klausula yang memuat kondisi batalnya perjanjian
kerjasama

termasuk

menghentikan

klausula

kerjasama

sebelum

yang

memungkinkan

berakhirnya

jangka

Bank
waktu

perjanjian; dan
d.

kejelasan penyelesaian hak dan kewajiban masing-masing pihak
apabila perjanjian kerjasama berakhir dan apabila terjadi pembatalan
perjanjian kerjasama.
Bagian Ketiga
IDENTIFIKASI, PENGUKURAN, PEMANTAUAN, DAN
PENGENDALIAN RISIKO
Pasal 11

Bank dalam rangka pemenuhan Pasal 7 ayat (2) huruf c harus memastikan
bahwa:
a.

Bank atau lembaga keuangan yang menjadi pihak-pihak yang terkait
dengan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri telah terdaftar
dan memperoleh ijin dari otoritas berwenang di negara tempat kedudukan
pihak tersebut;

b.

Negara tempat kedudukan pihak-pihak yang terkait dengan Aktivitas
Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri memiliki ketentuan mengenai
perlindungan Nasabah yang paling kurang sama dengan ketentuan yang
berlaku di Indonesia;

c.

Semua unit kerja terkait Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri
telah memahami dan mempertimbangkan risiko Produk keuangan Luar
Negeri dalam menjalankan Aktivitas Keagenan;

d.

Dokumen penawaran Produk Keuangan Luar Negeri yang disampaikan
kepada Nasabah merupakan dokumen tersendiri untuk setiap produk; dan
e. Produk . . .

- 15 e.

Produk Keuangan Luar Negeri berupa Instrumen Investasi Asing Efek yang
diageni, telah terdaftar dan telah memperoleh ijin dari otoritas yang
berwenang di bidang pasar modal di Indonesia.

Bagian Keempat
SISTEM PENGENDALIAN INTERN
Pasal 12
(1)

Bank dalam rangka pemenuhan Pasal 7 ayat (2) huruf d harus melakukan
evaluasi dan audit terhadap Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar
Negeri paling kurang 1 (satu) tahun sekali.

(2)

Hasil evaluasi dan audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat 5 (lima) hari kerja
setelah laporan hasil audit selesai disusun.

Pasal 13
Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan terhadap efektifitas dan
kesesuaian penerapan manajemen risiko Aktivitas Keagenan Produk Keuangan
Luar Negeri.
BAB IV
PERLINDUNGAN NASABAH
Pasal 14
(1)

Bank wajib melakukan analisis mengenai Produk Keuangan Luar Negeri
yang akan ditawarkan, antara lain mengenai status, kinerja, dan reputasi
penerbit serta karakteristik dan risiko Produk Keuangan Luar Negeri yang
ditawarkan bagi Bank dan Nasabah.
(2) Dalam . . .

- 16 (2)

Dalam rangka penawaran, Bank wajib memberikan informasi secara
transparan kepada Nasabah mengenai Produk Keuangan Luar Negeri yang
ditawarkan termasuk penegasan bahwa Produk Keuangan Luar Negeri
tersebut bukan produk Bank yang menjadi agen penjual dan tidak
digolongkan sebagai simpanan pada Bank sehingga tidak termasuk dalam
program penjaminan.

(3)

Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling kurang mencakup:
a.

penerbit, nama, jenis, spesifikasi, karakteristik, dan fitur produk;

b.

fungsi dan kesesuaian produk terhadap kebutuhan nasabah;

c.

perhitungan pendapatan atau imbal hasil (return) dari produk;

d.

risiko produk yang ditawarkan termasuk kemungkinan kerugian nilai
investasi Nasabah akibat fluktuasi nilai investasi sesuai kondisi pasar
(market risk), kualitas aset yang mendasari (credit risk), dan risiko
operasional terutama settlement risk;

e.

perhitungan perkiraan kerugian terburuk yang mungkin dapat terjadi;

f.

syarat dan kondisi produk yang meliputi biaya-biaya, jangka waktu,
cooling off period, prosedur setelmen, penghentian sebelum jatuh
waktu (early termination); dan

g.
(4)

mekanisme penyelesaian sengketa.

Dalam rangka menjalankan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar
Negeri, Bank wajib menatausahakan dokumen penawaran Produk
Keuangan Luar Negeri secara tertulis dalam bahasa Indonesia.

(5)

Bank harus memastikan bahwa perjanjian (kontrak) antara Bank dengan
Nasabah memiliki kekuatan hukum, memuat informasi mengenai Produk
Keuangan Luar Negeri yang akan dibeli Nasabah serta memuat informasi
mengenai sarana yang dapat digunakan oleh Nasabah untuk mengetahui
kinerja investasi Produk Keuangan Luar Negeri.
(6) Bank . . .

- 17 (6)

Bank wajib menyampaikan informasi kinerja investasi kepada Nasabah
yang disampaikan secara transparan yang mencakup nilai investasi,
perubahan nilai investasi, dan alasan perubahan nilai investasi secara
berkala.
BAB V
PRINSIP KEHATIAN-HATIAN
Pasal 15

(1)

Bank dilarang melakukan tindakan baik secara langsung maupun tidak
langsung yang dapat mengakibatkan Nasabah menganggap:
a.

Produk Keuangan Luar Negeri merupakan produk Bank tersebut;

b.

Bank memberikan jaminan atas pencairan Produk Keuangan Luar
Negeri;

c.

Bank memberikan kepastian atas besarnya imbal hasil atas Produk
Keuangan Luar Negeri;

d.

Bank memberikan jaminan atas pemenuhan kontrak transaksi Produk
Keuangan Luar Negeri berupa Instrumen Investasi Asing Selain Efek
yaitu Structured Product yang mencakup kombinasi transaksi
derivatif dengan transaksi derivatif, untuk kepentingan Nasabah atau
penerbit Produk Keuangan Luar Negeri; dan/atau

e.

Bank memberikan komitmen untuk sewaktu-waktu bersedia membeli
(stand by buyer) Produk Keuangan Luar Negeri.

(2)

Bank Indonesia dapat menghentikan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan
Luar Negeri tertentu apabila menurut penilaian Bank Indonesia aktivitas
keagenan tersebut menjadi tidak sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia
ini dan/atau memiliki peningkatan potensi risiko yang dapat membahayakan
Bank.
(3) Dalam . . .

- 18 (3)

Dalam melakukan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri,
Bank wajib menerapkan prinsip mengenal nasabah (know your customer
principles) sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk meminimalkan
risiko Bank menjadi sarana dan/atau sasaran tindak pidana pencucian uang.

BAB VI
PERSYARATAN DAN PERSETUJUAN
Pasal 16
Persyaratan
(1)

Bank yang dapat mengajukan permohonan persetujuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a.

Bank merupakan Bank Devisa;

b.

Bank mencantumkan rencana Aktivitas Keagenan Produk Keuangan
Luar Negeri dalam Rencana Bisnis Bank; dan

c.

Bank memiliki sistem operasi dan prosedur yang didukung oleh
teknologi informasi yang memadai untuk dapat menjalankan
manajemen risiko atas Aktivitas Keagenan Produk Keuangan
Luar Negeri.

(2)

Rencana Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) sekurang kurangnya meliputi:
a.

jenis Produk Keuangan Luar Negeri yang akan diageni;

b.

penjelasan mengenai kelompok Nasabah yang menjadi target Produk
Keuangan Luar Negeri yang akan diageni; dan

c.

estimasi volume Produk Keuangan Luar Negeri yang akan diageni.

Pasal 17 . . .

- 19 Pasal 17
Persetujuan
(1)

Permohonan persetujuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 harus
disampaikan kepada Bank Indonesia dalam waktu paling kurang 60 (enam
puluh) hari sebelum melaksanakan aktivitas keagenan.

(2)

Permohonan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
secara tertulis dan paling kurang memuat:
a.

tanggal rencana pelaksanaan kegiatan keagenan;

b.

dokumen kebijakan, standar dan prosedur pelaksanaan Aktivitas
Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10;

c.

struktur organisasi dan pembagian kewenangan serta tanggung jawab
unit/pejabat yang menangani Aktivitas Keagenan Produk Keuangan
Luar Negeri;

d.

dokumen hasil identifikasi dan analisis Bank terhadap risiko yang
melekat pada Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri
termasuk risiko hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11;

e.

hasil uji coba metode pengukuran dan pemantauan risiko yang
melekat;

(3)

f.

Sistem Informasi Akuntansi; dan

g.

hasil analisis aspek-aspek hukum.

Dalam hal Bank akan melakukan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan
Luar Negeri berupa Instrumen Investasi Asing Efek, maka selain dokumen
sebagaimana dimaksud

dalam

ayat (2),

Bank wajib menyampaikan

dokumen . . .

- 20 dokumen dari otoritas berwenang di bidang pasar modal di Indonesia yang
menyatakan bahwa Bank dapat bertindak sebagai agen Instrumen Investasi
Asing Efek.
(4)

Dalam rangka pemberian persetujuan permohonan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Bank Indonesia dapat meminta dokumen selain sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).

(5)

Bank Indonesia memberikan persetujuan atau penolakan permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 60 (enam puluh) hari
sejak dokumen diterima lengkap.

BAB VII
PELAPORAN
Pasal 18
(1)

Bank wajib melaporkan kepada Bank Indonesia setiap Produk Keuangan
Luar Negeri yang akan diageni berupa:
a.

Produk Keuangan Luar Negeri yang pertama kali ditawarkan oleh
Bank kepada Nasabah; dan

b.

Produk Keuangan Luar Negeri baru.

paling lambat 60 (enam puluh) hari sebelum kegiatan penawaran dimulai.
(2)

Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang mencakup
informasi bahwa:
a.

Produk Keuangan Luar Negeri telah terdaftar dan/atau memenuhi
ketentuan dari otoritas berwenang di negara asal penerbit; dan

b.

Penerbit Produk Keuangan Luar Negeri merupakan lembaga keuangan
di luar negeri yang memiliki ijin dari otoritas berwenang di negara
asal penerbit.
(3) Pelaporan . . .

- 21 (3)

Pelaporan Produk Keuangan Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a disampaikan setelah Bank memperoleh persetujuan prinsip
untuk melakukan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.

(4)

Bank wajib menyampaikan laporan realisasi aktivitas keagenan Produk
Keuangan Luar Negeri paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah kegiatan
penawaran produk untuk pertama kali dilakukan.

(5)

Kewajiban pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
bagi Instrumen Investasi Asing Selain Efek berupa transaksi derivatif yang
merupakan transaki hedging murni.

Pasal 19
(1)

Bank yang telah melakukan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar
Negeri wajib menyampaikan laporan rutin Aktivitas Keagenan Produk
Keuangan Luar Negeri paling lambat tanggal 15 setiap bulan untuk posisi
akhir bulan dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 1.

(2)

Apabila tanggal 15 jatuh pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur nasional,
laporan rutin disampaikan pada hari kerja berikutnya.

(3)

Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Bank
Indonesia melalui sistem Laporan Kantor Pusat Bank Umum (LKPBU)
secara online.

(4) Sebelum . . .

- 22 (4)

Sebelum sistem pelaporan melalui LKPBU secara online sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) terselenggara, Bank wajib menyampaikan laporan
Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri setiap bulan dalam
bentuk hardcopy paling lambat tanggal 15 setiap bulan untuk posisi akhir
bulan.

Pasal 20
(1)

Permohonan persetujuan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar
Negeri, Laporan Realisasi Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar
Negeri, dan Laporan Produk Keuangan Luar Negeri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 18 ayat (1) disampaikan kepada:
a.

Direktorat Pengawasan Bank terkait, Jl. M.H. Thamrin Nomor 2
Jakarta 10110, bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia; atau

b.

Kantor Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang berkantor pusat di
luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia.

(2)

Laporan dalam bentuk hardcopy sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (4) disampaikan kepada:
a.

Direktorat Pengawasan Bank terkait, Jl. M.H. Thamrin Nomor 2
Jakarta 10110, bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia; atau

b.

Kantor Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang berkantor pusat di
luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia.

dengan tembusan kepada Biro Stabilitas Sistem Keuangan, Direktorat
Penelitian dan Pengaturan Perbankan, Jl. M.H. Thamrin Nomor 2
Jakarta 10110.
BAB VIII . . .

- 23 BAB VIII
SANKSI
Pasal 21
(1)

Bank yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2, Pasal 3 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), pasal 4, Pasal 5 ayat (1)
dan ayat (4), Pasal 6, Pasal 7, Pasal 14, Pasal 15 ayat (1) dan ayat (3),
Pasal 18 ayat (1) dan ayat (4), dan Pasal 19 ayat (4) dikenakan sanksi
sebagaimana diatur dalam Pasal 52 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992
tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 10 tahun 1998 berupa:
a.

teguran tertulis;

b.

penurunan tingkat kesehatan Bank;

c.

larangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring;

d.

pembekuan dan pencabutan persetujuan untuk kegiatan usaha tertentu,
baik untuk kantor cabang tertentu maupun untuk Bank secara
keseluruhan;

e.

pemberhentian pengurus Bank dan selanjutnya menunjuk dan
mengangkat pengganti sementara sampai Rapat Umum Pemegang
Saham atau Rapat Anggota Koperasi mengangkat pengganti tetap
dengan persetujuan Bank Indonesia; dan/atau

f.

pencantuman anggota pengurus, pegawai bank, pemegang saham
dalam daftar orang tercela di bidang perbankan.

(2)

Selain sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Bank yang tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c
dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang
berlaku mengenai transaksi valuta asing terhadap rupiah.
(3) Selain . . .

- 24 (3)

Selain sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Bank yang tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3)
dan/atau Pasal 6 ayat (3) akan dilaporkan kepada otoritas pasar modal
Indonesia.

(4)

Bank yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 ayat (1) dikenakan sanksi sebagaimana diatur pada ketentuan
Bank Indonesia yang berlaku tentang pelaporan melalui Laporan Kantor
Pusat Bank Umum.

BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 22
(1)

Bank yang telah melakukan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar
Negeri sebelum ketentuan ini berlaku wajib mengajukan permohonan ijin
untuk melakukan aktivitas keagenan dan melaporkan Produk Keuangan
Luar Negeri yang telah diageni kepada Bank Indonesia sesuai prosedur
yang berlaku dalam ketentuan ini paling lambat 3 (tiga) bulan sejak
berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini.

(2)

Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak mengajukan
permohonan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan dikenakan sanksi
sebagaimana dimaksud pada pasal 21 ayat (1).

(3)

Bank yang telah melakukan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar
Negeri

namun

belum

sepenuhnya

menerapkan

manajemen

risiko

sebagaimana diatur dalam Pasal 7 wajib menyampaikan laporan langkahlangkah penyelesaian permasalahan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini.
(4) Bank . . .

- 25 (4)

Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib menyelesaikan
permasalahan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak batas akhir
penyampaian laporan.

(5)

Bank yang telah melakukan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar
Negeri sebelum ketentuan ini berlaku wajib menyampaikan laporan Produk
Keuangan Luar Negeri yang telah dipasarkan dalam rangka menyesuaikan
dengan ketentuan pada Peraturan Bank Indonesia ini paling lambat 3 (tiga)
bulan sejak berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini.

(6)

Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang tidak menyampaikan
laporan Produk Keuangan Luar Negeri dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan
dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1).

(7)

Bank yang telah mengageni instrumen Investasi Asing Efek yang telah
dipasarkan namun belum mendapat ijin dari otoritas terkait di dalam negeri
wajib memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh otoritas yang berwenang di
bidang pasar modal di Indonesia.

(8)

Bank yang pada saat Peraturan Bank Indonesia ini dikeluarkan masih
menata usahakan Produk Keuangan Luar Negeri Nasabah yang tidak sesuai
dengan ketentuan pada Peraturan Bank Indonesia ini, dapat melakukan
penatausahaan Produk Keuangan Luar Negeri sampai jatuh tempo. Dalam
hal produk tersebut tidak mempunyai jatuh tempo, Bank dapat melakukan
early termination atas dasar kesepakatan dengan Nasabah.

Pasal 23
Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar . . .

- 26 Agar

setiap

orang

mengetahuinya,

memerintahkan

pengundangan

Peraturan Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 29 Juni 2010
Pjs. GUBERNUR BANK INDONESIA,

DARMIN NASUTION

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 29 Juni 2010
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA

PATRIALIS AKBAR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 82
DPNP

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN BANK INDONESIA
NOMOR: 12/ 9 /PBI/2010
TENTANG
PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM MELAKSANAKAN
AKTIVITAS KEAGENAN PRODUK KEUANGAN LUAR NEGERI OLEH
BANK UMUM

UMUM
Dalam rangka meningkatkan kegiatan usaha Bank dan mempertahankan
nasabah Bank, bank dituntut untuk meningkatkan operasional pelayanan Bank
kepada nasabahnya. Bank dituntut untuk mengubah strategi bisnis perbankan
sehingga lebih banyak memanfaatkan kemajuan Teknologi Informasi.
Pembelian produk keuangan luar negeri yang dilakukan oleh nasabah
merupakan hal yang dipandang perlu dilayani oleh bank untuk meningkatkan
daya saing Bank dan perolehan pendapatan dari fee based transactions.
Penerapan Teknologi Informasi telah meningkatkan kemampuan bank dalam
kegiatan operasional serta pengelolaan data Bank yang bersifat mendunia seperti
melakukan penawaran, setelmen, dan pemberian informasi atas produk keuangan
luar negeri kepada nasabah secara lebih akurat dan cepat.
Di samping berbagai manfaat dan keunggulan yang diperoleh dari
aktivitas keagenan produk keuangan luar negeri, terdapat pula risiko yang dapat
merugikan Bank serta nasabah seperti risiko hukum, risiko reputasi, dan risiko
penyelesaian transaksi.
Untuk . . .

-2Untuk mengatasi risiko yang dihadapi Bank dan dalam rangka
memberikan perlindungan kepada nasabah maka Bank wajib menerapkan prinsip
kehati-hatian dalam pelaksanaan kegiatan operasional yang terkait penjualan
produk keuangan luar negeri kepada nasabah termasuk penerapan manajemen
risiko.
Dalam hubungan dengan aktivitas terkait Produk Keuangan Luar Negeri,
Bank juga wajib memperhatikan ketentuan dan peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan Peraturan Bank Indonesia ini, antara lain Undang-Undang
No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, ketentuan Bank Indonesia yang mengatur
tentang Transaksi Derivatif, Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah,
Transparansi Informasi Produk Perbankan dan Penggunaan Data Pribadi
Nasabah, Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Terorisme
Bagi Bank Umum, Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta
Asing, dan Penyelesaian Pengaduan Nasabah.

PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Ayat (1)
Persetujuan prinsip sebagaimana dimaksud dalam ayat ini bertujuan
untuk menilai kesiapan Bank dalam melakukan Aktivitas Keagenan

Produk . . .

-3Produk Keuangan Luar Negeri secara menyeluruh dan bukan
persetujuan terhadap setiap jenis produk yang diageni. Dengan
demikian, persetujuan prinsip bukan merupakan jaminan dalam
bentuk apapun atas kesesuaian, manfaat, risiko, dan kerugian yang
mungkin timbul di antara para pihak yang melakukan transaksi. Pada
dasarnya pihak yang perlu untuk memastikan kesesuaian manfaat,
risiko, dan kerugian yang mungkin timbul dari Aktivitas Keagenan
Produk Keuangan Luar Negeri adalah pihak yang melakukan
transaksi, yaitu Bank, Nasabah, dan mitra kerjasama yang terkait
aktivitas keagenan Produk Keuangan Luar Negeri. Berkenaan dengan
hal tersebut di atas, permohonan persetujuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat ini diajukan 1 (satu) kali sebelum Bank melakukan
Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 3
Cukup jelas.

Pasal 4
Cukup jelas.

Pasal 5 . . .

-4Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Untuk mengetahui tingkat pemahaman nasabah atas karakteristik, fitur
dan risiko Produk Keuangan Luar Negeri dapat dilakukan melalui:
1.

wawancara yang hasilnya dituangkan dalam bentuk tertulis;
dan/atau

2.

questioner yang formatnya dapat ditentukan oleh masing-masing
Bank.

Huruf a
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Yang dimaksud dengan perusahaan efek adalah Perusahaan
Efek sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
tentang Pasar Modal.
Angka 3
Yang dimaksud dengan perusahaan pembiayaan adalah
Perusahaan Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang tentang Lembaga Pembiayaan.
Angka 4
Yang dimaksud dengan pedagang kontrak berjangka
adalah

Pedagang

Kontrak

Berjangka

sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang tentang Perdagangan
Berjangka Komoditi.

Angka 5 . . .

-5Angka 5
Yang dimaksud dengan dana pensiun adalah Dana Pensiun
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang
Dana Pensiun.
Angka 6
Yang dimaksud dengan perusahaan perasuransian adalah
Perusahaan Perasuransian sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang tentang Usaha Perasuransian.
Huruf b
Angka 1
Yang dimaksud dengan modal adalah ekuitas sebagaimana
dimaksud dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
yang berlaku di Indonesia.
Angka 2
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 6
Cukup jelas.

Pasal 7 . . .

-6Pasal 7
Ayat (1)
Prinsip-prinsip penerapan manajemen risiko berpedoman pada
ketentuan

Bank

Indonesia

yang

berlaku

tentang

Penerapan

Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 8
Huruf a
Persetujuan rencana Bank terkait Aktivitas Keagenan Produk
Keuangan Luar Negeri dianggap telah dilakukan apabila di dalam
Rencana Bisnis Bank (RBB) yang telah ditanda tangani oleh
Komisaris mencakup rencana Bank terkait Aktivitas Keagenan Produk
Keuangan Luar Negeri.
Huruf b
Evaluasi atas pelaksanaan rencana Bank terkait Aktivitas Keagenan
Produk Keuangan Luar Negeri dapat dituangkan dalam risalah rapat
Dewan Komisaris atau Laporan Pengawasan Rencana Bisnis
sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia yang berlaku
tentang Rencana Bisnis Bank.

Pasal 9 . . .

-7Pasal 9
Huruf a
Rencana Bank dimaksud dituangkan dalam Rencana Bisnis Bank.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.

Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Formulir tentang profil risiko nasabah paling kurang memuat
informasi mengenai:
a.

Jangka waktu investasi;

b.

Tujuan investasi;

c.

Tingkat risiko yang sanggup ditanggung oleh Nasabah;

d.

Keadaan keuangan nasabah terkait dengan jumlah investasi
yang dilakukan pada Produk Keuangan Luar Negeri; dan

e.

Pengalaman investasi Nasabah.

Huruf c . . .

-8Huruf c
Prosedur pelaksanaan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan
Luar Negeri bertujuan memberikan kerangka formal dalam
pelaksanaan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri
yang

mencakup

penetapan

proses

pelaksanaan

kegiatan,

penetapan wewenang dan tanggung jawab dan keterkaitan antara
unit kerja mulai dari tahap perencanaan sampai dengan
komersialisasi.
huruf d
Di dalam kebijakan Sumber Daya Manusia mencakup secara
jelas kriteria kompetensi yang harus dimiliki pegawai yang dapat
ditugaskan untuk menawarkan Produk Keuangan Luar Negeri,
yaitu paling kurang mencakup:
a.

Memiliki

pemahaman

memadai

mengenai

Produk

Keuangan Luar Negeri dan risiko terkait serta mampu
menjelaskan sifat dan karakteristik dari Produk Keuangan
Luar Negeri yang dijual kepada Nasabah; dan
b.

Memperoleh

pelatihan

berkesinambungan

sehingga

yang

memadai

memiliki

dan

pengetahuan

mengenai fitur dan karakteristik Produk Keuangan Luar
Negeri yang ditawarkan kepada Nasabah.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.

Huruf g . . .

-9Huruf g
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 11
Cukup jelas.

Pasal 12
Cukup jelas.

Pasal 13
Cukup jelas.

Pasal 14
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a sampai dengan Huruf e
Cukup jelas.

Huruf f . . .

- 10 Huruf f
Yang dimaksud dengan cooling off period adalah masa jeda
antara waktu pengajuan penawaran oleh Bank dengan waktu
nasabah mengambil keputusan untuk melakukan investasi.
Huruf g
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Penyampaian informasi kinerja investasi secara berkala disesuaikan
dengan karakteristik Produk Keuangan Luar Negeri dan dilakukan
secara konsisten.
Contoh:
Untuk Instrumen Investasi Asing Efek kinerja investasi dinyatakan
sebagai Nilai Aktiva Bersih yang paling kurang disajikan secara
bulanan.

Pasal 15
Cukup jelas.

Pasal 16
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b . . .

- 11 Huruf b
Hal-hal yang dimuat di dalam Rencana Bisnis Bank mencakup
paling tidak mengenai pengembangan produk dan aktivitas baru.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 17
Ayat (1)
Permohonan persetujuan yang diajukan kurang dari 60 (enam puluh)
hari sebelum rencana tanggal pelaksanaan aktivitas keagenan, ditolak
oleh Bank Indonesia.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 18
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b . . .

- 12 Huruf b
Yang termasuk Produk Keuangan Luar Negeri baru yaitu Produk
Keuangan Luar Negeri yang berbeda fitur dan/atau underlying
assets dan/atau penerbit yang menyebabkan berubahnya tingkat
risiko Produk Keuangan Luar Negeri.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 19
Cukup jelas.

Pasal 20
Cukup jelas.

Pasal 21
Cukup jelas.

Pasal 22 . . .

- 13 Pasal 22
Ayat (1)
Bank melaporkan seluruh Produk Keuangan Luar Negeri yang telah
diageni sebelum berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.

Pasal 23
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5139
DPNP