Penyelidikan Terpadu Geologi Dan Gokimia Daerah Panas Bumi Lili, Sulawesi Barat
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PENYELIDIKAN TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA
DAERAH PANAS BUMI LILLI
KABUPATEN POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT
Dede Iim Setiawan, Soetoyo, Yuanno Rezky
Kelompok Penyelidikan Panas Bumi
SARI
Daerah panas bumi Lilli-Sepporaki berada pada zona depresi yang diakibatkan
oleh aktivitas tektonik Sulawesi bagian barat pada Kala Oligosen dan tersusun oleh
produk vulkanik Tersier. Pola struktur yang paling berperan penting dalam pemunculan
manifestasi panas bumi adalah pola struktur baratlaut-tenggara untuk manifestasi
Sepporaki dan pola struktur baratdaya-timurlaut untuk manifestasi Matangnga yang
diperkirakan terbentuk bukaan sesar pada bagian perpotongan sesarnya (dilational
fault jog), sebagai media fluida hidrotermal ke permukaan.
Manifestasi panas bumi daerah Lilli-Sepporaki berupa mata air panas
bertemperatur hingga 97°C dan batuan ubahan di sekitar manifestasi air panas yang
dapat dikelompokkan ke dalam tipe ubahan silicified.
Panas dari aktivitas plutonik diperkirakan sebagai sumber panas (heat source)
yang membentuk sistem panas bumi daerah Lilli-Sepporaki. Batuan yang memiliki sifat
impermeable dengan kandungan mineral silika (silica cap) yang cukup tinggi pada
daerah alterasi di sekitar air panas merupakan lapisan penudung. Reservoir panas
buminya diduga berupa batuan Vulkanik Walimbong berumur Tersier di bawah satuan
vulkanik tak terpisahkan. Pada satuan vulkanik tak terpisahkan juga diperkirakan
memiliki reservoir dangkal (shallow reservoir). Fluida panas bumi di daerah Lilli
mempunyai tipe klorida, yang pemunculannya langsung dari reservoir yang
bertemperatur tinggi. Perkiraan temperatur reservoir dari geotermometer Na-K adalah
sebesar 190oC.
Kompilasi data terpadu memperlihatkan bahwa daerah prospek panas bumi
daerah Lilli-Sepporaki diperkirakan berada di sekitar manifestasi Sepporaki dan
Matangnga dengan luas sekitar 18 km2. Dengan asumsi tebal reservoir 1 km dan
temperatur cut off 120°C, potensi sumber daya hipotetik daerah Lilli-Sepporaki adalah
sekitar 198 MWe.
Kata kunci: panas bumi Lilli, potensi panas bumi.
PENDAHULUAN
Energi panas bumi merupakan
energi alternatif bersifat terbarukan dan
menjadi sumber energi alami untuk
mengurangi ketergantungan pemakaian
energi listrik dari energi fosil yang kian
menipis dari tahun ke tahun.
Keberadaan potensi panas bumi
di Indonesia sangat besar. Salah
satunya potensi panas bumi di daerah
Lilli, Kecamatan Bulo dan Matangnga,
Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi
Sulawesi Barat. Di daerah ini terdapat
manifestasi panas bumi berupa mata air
panas bertemperatur 97o C dan alterasi
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
483
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
batuan yang mengindikasikan adanya
sistem panas bumi di bawahnya.
Untuk
lebih
mengetahui
mengenai karakteristik batuan dan
temperatur fluida resrvoir, konfigurasi
batuan, struktur geologi, luas daerah
prospek, sistem panas bumi dan potensi
panas buminya, diperlukan penyelidikan
lebih lanjut dengan metode geologi dan
geokimia.
Daerah
panas
bumi
Lilli
lokasinya berada pada koordinat antara
119° 6' 14,7" - 119° 15' 25,9" bujur timur
dan 3° 5' 41.3" - -3° 14' 54.0" lintang
selatan, berjarak sekitar 285 km dari
Kota Makassar dan dapat ditempuh
dengan menggunakan kendaraan roda
empat (Gambar 1).
METODOLOGI
Metode geologi digunakan untuk
mengetahui sebaran batuan, mengenali
gejala tektonik dan batuan ubahan serta
karakteristik fisik daerah manifestasi.
Pemetaan morfologi, satuan batuan,
struktur geologi dan manifestasi panas
bumi,
dimaksudkan
untuk
lebih
mengetahui hubungan antara semua
parameter geologi yang berperan dalam
pembentukan sistem panas bumi di
daerah tersebut.
Metode geokimia dilakukan untuk
mengetahui karakteristik fluida dan
kondisi
reservoir
panas
bumi.
Karakteristik
beberapa
parameter
diperoleh
dari
jenis
manifestasi,
konsentrasi senyawa kimia terlarut dan
terabsorpsi dalam fluida panas yang
terkandung dalam sampel air, dan
anomali distribusi horisontal pada tanah
dan udara tanah pada kedalaman satu
meter sebagai indikasi sumber daya
panas bumi. Parameter yang digunakan
meliputi sifat fisika dan kimia manifestasi,
data hasil analisis kimia air, serta Hg
tanah dan CO2 udara tanah.
Melalui
penyelidikan
yang
berdasarkan pada konsep geologi,
sumber daya panas bumi diharapkan
dapat terbentuk dari suatu model geologi
dan vulkanisme, model hidrotermal dan
sumber panas.
MANIFESTASI PANAS BUMI
Manifestasi panas bumi di daerah
Lili Sepporaki terdapat di dua lokasi,
yaitu kelompok Sepporaki yang terdiri
dari air panas Sepporaki-1 dan
Sepporaki-2 (95 - 97oC) di bagian tengah
daerah penyelidikan, tepatnya di dekat
sungai Masongi, sekitar 300 meter dari
dusun terdekat dusun Gatta, Desa
Sepporaki, Kecamatan Bulo, serta
kelompok Matangga yang terdiri dari air
panas Katimbang-1 dan Katimbang-2
(60,9 - 84,0 oC), terletak di bagian
timurlaut, yaitu di sungai Matangnga,
Desa
Katimbang,
Kecamatan
Matangnga. Pengukuran gas dengan
tabung detektor gas untuk CO2, CO, H2S,
dan SO2, dilakukan terhadap bubble gas
air panas Sepporaki-1. Sedangkan
sampling gas menggunakan tabung
vakum yang telah diisi dengan larutan
NaOH tidak berhasil, karena tekanan
dari bubble gas sangat kecil.
Manifestasi panas bumi lainnya
adalah batuan terubah yang terdapat di
sekitar manifestasi Lilli dan Matangnga.
Secara megaskopis dicirikan dengan
kehadiran
mineral
ubahan
yang
didominasi oleh mineral silika, dengan
intensitas
sedang
hingga
kuat.
Berdasarkan
kehadirannya
dapat
diinterpretasikan bahwa di daerah
tersebut
telah
terbentuk
alterasi
hidrotermal yang termasuk kedalam
zona
silisifikasi
(silicified
zone).
Kehadiran silika juga membentuk uraturat kuarsa pada zona breksiasi batuan
andesit porfir dan mengisi rekahanrekahan pada zona tersebut. Di
beberapa tempat urat-urat kuarsa ini
484 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
memperlihatkan
struktur
colliform
bended yang menunjukkan terjadinya
perubahan temperatur dan komposisi
kimia pada larutan hidrotermalnya di
masa lampau.
daerah prospek di sekitar manifestasi Lilli
ke arah barat dan timur, dan di sekitar
manifestasi Matangnga ke arah barat.
GEOLOGI
Daerah Lilli didominasi oleh
batuan produk vulkanik, terdiri dari aliran
lava yang tersebar cukup luas serta
kubah-kubah vulkanik (Gambar 2).
Sesuai susunan stratigrafinya terdiri dari
Satuan Vulkanik Walimbong (Tvw),
Andesit Feldspatoid (Tf), Andesit Porfir
(Tp), Vulkanik Tak Terpisahkan (Tvt),
Lava Andesit Basaltik Buttu Bobongbatu
(Tlbb), Lava Trakhit Buttu Pakkedoang
(Tlp), Lava Andesit Buttu Sawergading
(Tls), Lava Andesit Buttu Butu (Tlb),
Lava Andesit Buttu Talaya (Tlt), Lava
Andesit Buttu Dambu (Tld), Lava Andesit
Buttu Kamande (Tlk), Alluvium (Qal).
Terdapat tujuh pola struktur yang
berkembang di daerah penyelidikan. Dari
ketujuh pola struktur tersebut, yang
paling
berperan
penting
dalam
pemunculan manifestasi panas bumi
adalah pola struktur N110-120°E / N290300°E dan pola struktur N10-20°E /
N190-200°E untuk manifestasi Lilli,
kemudian pola struktur N50-60°E /
N230-240°E dan pola struktur N80-90°E
/
N260-270°E
untuk
manifestasi
Matangnga.
Diperkirakan
terbentuk
bukaan sesar (dilational fault jog) pada
perpotongan sesar – sesar ini sehingga
menjadi
media
jalannya
fluida
hidrotermal ke permukaan.
Kompilasi pola kelurusan dalam
peta kerapatan struktur (fault and
fracture
density
map)
untuk
mendapatkan
zona
resapan
dan
kemungkinan daerah permeabilitas tinggi
dengan peta kerapatan perpotongan
struktur (dilational fault and fracture
density map) untuk mendapatkan zona
jalannya fluida hidrotermal menunjukkan
Kimia Air
Pada diagram segitiga Cl-SO4HCO3 (Gambar 3), air panas kelompok
Sepporaki
maupun
kelompok
Matangnga bertipe klorida. Hal ini
merupakan indikasi adanya hubungan
dengan air dari kedalaman (deep water),
didukung pula oleh tingginya temperatur
air panas di permukaan yang ber-pH
netral serta munculnya sinter silika yang
cukup tebal.
Dalam diagram segitiga Na-K-Mg
(Gambar 4), air panas Sepporaki-1
terletak pada zona full equilibrium,
indikasi bahwa pembentukan air panas
Sepporaki-1 berhubungan dengan fluida
panas pada kedalaman, tanpa ada
pengaruh air permukaan. Sedangkan
mata air panas lainnya terletak pada
zona partial equilibrium, indikasi adanya
pengaruh
air
permukaan
pada
pembentukan mata air panas sesaat
setelah terjadi interaksi antara fluida
panas dengan batuan yang dilaluinya.
Berdasarkan diagram segitiga Cl, Li, B
(Gambar 5) posisi semua air panas
terletak
pada
zona
tengah,
mengindikasikan bahwa air panasnya
telah berinteraksi dengan sistem panas
bumi di kedalaman sebelum akhirnya
mencapai ke permukaan sebagai mata
air panas.
Isotop
Plotting antara isotop 18O dan
Deuterium memperlihatkan posisi air
panas Sepporaki-1, dan
air panas
Katimbang-2, berada pada posisi di
sebelah kanan menjauhi garis MWL,
sebagai indikasi bahwa pembentukan
mata air panas berhubungan dengan
terjadinya interaksi antara fluida panas
GEOKIMIA
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
485
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
pada sistem panas bumi dengan batuan,
telah
menyebabkan
terjadinya
18
pengkayaan O. Hal ini terjadi karena
reaksi substitusi oksigen 18 dari batuan
dengan oksigen 16 dari fluida panas
pada saat terjadi interaksi fluida panas
dengan batuan sebelum muncul ke
permukaan, berarti kemungkinan air
panas Sepporaki-1 dan air panas
Katimbang-2 berasal dari fluida panas
pada kedalaman, sedangkan pengaruh
pengenceran oleh air permukaan sangat
jelas terhadap air panas Sepporaki-2
yang lokasinya lebih mendekati ke aliran
sungai Masongi,
dan Air panas
Katimbang-1 yang lokasinya di sungai
Matangnga, diindikasikan oleh posisinya
mendekati meteoric water line (MWL),
dan air permukaan ditunjukkan oleh
posisi air dingin Sepporaki dan air dingin
Katimbang pada garis MWL (Gambar 6).
Kimia Gas
Pengukuran gas menggunakan
tabung detektor gas langsung pada air
panas
Sepporaki-1 menunjukkan gas
CO2 (3500 ppm), H2S (40 ppm), CO (20
ppm), sedangkan gas SO2 tidak
terdeteksi. Sampling gas menggunakan
tabung vakum yang berisi larutan NaOH
tidak berhasil, karena tekanannya sangat
kecil. Sehingga tidak diperoleh sampel
gas untuk dianalisis di laboratorium.
Kimia Tanah dan Udara Tanah
Sebaran anomali Hg relatif tinggi
> 500 ppb terletak di sekitar lokasi air
panas Sepporaki memanjang ke arah
timurlaut dan tenggara dengan luas
sekitar 4 km2, sedangkan Hg 200-500
ppb
di
sebagian
kecil
daerah
penyelidikan, sementara Hg 4,0% membentuk spots
memanjang
berarah
utara-selatan,
bagian
barat,
dan
tenggara.
antara 2,0-4,0 %,
Konsentrasi CO2
terdistribusi di bagian tengah, selatan,
dan baratdaya daerah penyelidikan,
sedangkan nilai < 2,0% tersebar di
bagian timur dan timurlaut daerah
penyelidikan (Gambar 8).
Geotermometri
Hasil perhitungan geotermometer
air
menggunakan
persamaan
geotermometer SiO2 conductive cooling
(Fornier,1981) menghasilkan temperatur
170oC dan dengan geotermometer Na-K
(Giggenbach, 1988) temperaturnya lebih
o
C.
Pengaruh
tinggi,
yaitu
190
penurunan temperatur oleh air meteorik
mengakibatkan konsentrasi SiO2 lebih
rendah, maka hasil geotermometer Na-K
(189-201oC) lebih valid diaplikasikan
dengan mempertimbangkan temperatur
air panasnya yang cukup tinggi, pH
netral, bertipe klorida dan terletak pada
zona full equilibrium. Oleh karena itu,
temperatur bawah permukaan yang
berhubungan
dengan
temperatur
reservoir
panas bumi daerah
LiliSepporaki adalah 190 °C.
SISTEM PANAS BUMI
Sebaran Prospek
Sebaran area prospek panas
bumi Lilli-Sepporaki berdasarkan hasil
penelitian metode geologi dan geokimia
terdapat di bagian tengah dan utara
timurlaut daerah penyelidikan yaitu di
sekitar manifestasi Sepporaki
dan
Matangnga. Area prospek ini didukung
oleh hasil kombinasi peta kerapatan
struktur (fault and fracture density map)
dan peta kerapatan perpotongan struktur
(dilational fault and fracture density
map), digabung dengan anomali Hg dan
CO2 tinggi hasil metode geokimia. Hasil
kompilasi metode tersebut didapatkan
486 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
luas area prospek panas bumi LilliSepporaki sekitar 18 km2 .
Potensi Energi
Daerah
panas
bumi
Lilli
mempunyai luas wilayah prospek sekitar
18 km2. Temperatur reservoir diduga
sebesar 190°C, sehingga temperatur
cut-off
sebesar
120°C.
Dengan
menggunakan metode penghitungan
volumetrik, melalui beberapa asumsi
yaitu tebal reservoir = 1 km, recovery
factor = 50%, faktor konversi = 10%, dan
lifetime = 30 tahun, maka potensi
sumber daya hipotetik dari reservoir
panas bumi daerah Lilli adalah sebesar
198 MWe.
DISKUSI
Sumber panas dalam sistem
panas bumi diperkirakan berkaitan
dengan batuan beku dalam yang tidak
tersingkap di permukaan dan masih
memiliki sisa panas. Hasil pentarikhan
umur batuan sienit di Daerah Kondo
(bagian selatan daerah penyelidikan)
menunjukkan umur 1,8 ± 0,2 juta tahun,
yaitu pada Kala Plistosen Bawah atau
Zaman Kuarter.
Batuan
yang
memiliki
sifat
impermeable dengan kandungan mineral
silika (silica cap) yang cukup tinggi pada
daerah alterasi di sekitar air panas
merupakan lapisan penudung yang
diperkirakan berada pada zona struktur
depresi, dibatasi sisa gawir berbentuk
melengkung hingga setengah radial.
Batuan
yang
memungkinkan
sebagai reservoir diduga berupa batuan
produk Vulkanik Walimbong berumur
Tersier dibawah satuan vulkanik tak
terpisahkan.
Satuan
vulkanik
tak
terpisahkan
sendiri
juga
memiliki
kemungkinan memiliki reservoir dangkal
(shallow reservoir). Batuan tersebut
dianggap cukup baik kerena telah
mengalami proses deformasi pada
periode Eosen Akhir hingga Oligosen
sehingga memungkinkan membentuk
pola rekahan yang intensif dan bersifat
permeabel.
Dalam sistem panas bumi LilliSepporaki, suplai fluida berasal dari
daerah resapan yang berasal dari satuan
vulkanik Walimbong atau pada satuan
morfologi vulkanik denudasional yang
meresap ke bawah permukaan menuju
reservoir panas bumi dan kemudian
mengalami transfer panas dalam bentuk
konveksi, dan muncul dalam bentuk
mata air panas dengan pH netral bertipe
klorida di daerah limpasan pada satuan
vulkanik tak terpisahkan atau morfologi
vulkanik terdeformasi melalui zona
sesar/rekahan ke permukaan. Mata air
panas ke permukaan dengan media
bukaan sesar pada perpotongan sesar
(dilational fault jog). pada pola struktur
N110-120°E/N290-300°E
dan
pola
struktur N10-20°E/N190-200°E untuk
manifestasi Sepporaki, kemudian pola
struktur N50-60°E/N230-240°E dan pola
struktur N80-90°E/N260-270°E untuk
manifestasi Matangnga.
Fluida hidrotermal mengalami
kontak dengan batuan di sekitar
manifestasi sehingga batuan mengalami
perubahan sifat kimia dan fisika yang
kemudian mengubah batuan tersebut
menjadi mineral baru berupa alterasi
batuan yang termasuk dalam zona
silisifikasi
(silicified
zone).
Fluida
hidrotermal juga membentuk endapan air
panas di permukaan berupa sinter silika.
KESIMPULAN
Sistem panas bumi Daerah Lilli
terbentuk dalam zona depresi yang
dicirikan oleh sisa gawir yang terbentuk
melengkung hingga setengah radial yang
diperkirakan sebagai hasil collapse dari
sumbu
perlipatan
yang
terbentuk
sebelumnya. Sumber panas dari sisa
panas dari dapur magma yang yang
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
487
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
berasosiasi dengan aktivitas plutonik
muda berumur Kuarter.
Temperatur bawah permukaan
diperkirakan sekitar 190 oC, termasuk
dalam entalpi sedang. Konsentrasi Hg
tanah relatif tinggi lebih dari 500 ppb
terletak di sekitar lokasi air panas
Sepporaki memanjang ke arah timurlaut
dan tenggara dengan luas sekitar 4 km2,
sedangkan Hg 200-500 ppb di sebagian
kecil daerah penyelidikan termasuk
daerah Matangnga.
Area prospek panas bumi di
daerah penyelidikan tersebar di bagian
tengah dan utara timurlaut yaitu di
sekitar manifestasi Sepporaki dan
Matangnga dengan luas kurang lebih 18
km2.
Dengan temperatur air panas
bawah permukaan sekitar 190 oC,
potensi energi panas bumi di daerah Lilli
Seporraki sebesar 198 Mwe. Potensi
panas bumi ini memungkinkan untuk
dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik
energi panas bumi dan pemanfatan
langsung.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada seluruh staf beserta
pejabat Pusat Sumber Daya Geologi,
khususnya pada Kelompok Penyelidikan
Panas
Bumi
atas
saran
dan
kerjasamanya serta pemerintah daerah
setempat dan Dinas Pertambangan
Kabupaten Polewali Mandar atas
bantuannya
dalam
memperlancar
kegiatan penyelidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Djuri,
Sudjatmiko, dkk, 1998, Peta
Geologi Lembar Majene dan
Bagian Barat Lembar Palopo,
Sulawesi, Edisi Kedua.
Fournier, R.O., 1981. Application of
Water Geochemistry Geothermal
Exploration
and
Reservoir
Engineering,Geothermal System:
Principles and Case Histories. John
Willey & Sons. New York.
Giggenbach, W.F., 1988. Geothermal
Solute Equilibria Deviation of Na-KMg-Ca
Geo-Indicators.
Geochemica Acta 52. pp. 2749 –
2765.
Kooten, V., and Gerald, K., 1987,
Geothermal
Exploration
Using
Surface Mercury Geochemistry,
Journal
of
volcanology
and
Geothermal Research, 31, 269280.
Lawless, J., 1995. Guidebook: An
Introduction to Geothermal System.
Short Course. Unocal Ltd. Jakarta.
Mahon K., Ellis, A.J., 1977. Chemistry
and Geothermal System. Academic
Press Inc. Orlando.
Nicholson, Keith, 1993, Geothermal
Fluids, Chemistry and Exploration
Techniques.
Sjaiful Bachri, Muzil Alzwar., 1975.
Inventarisasi Kenampakan Gejala
Panas Bumi Daerah Sulawesi
Selatan.
Telford, W.M. et al, 1982. Applied
Geophysics. Cambridge University
Press. Cambridge.
Taran,
Y.A.,
1986,
Gas
Geothermometers for hydrothermal
Systems,
Geo-chemistry
International Vol. 23 No.7, 111-126.
Tim Survei Pendahuluan Panas bumi,
Pusat Sumber Daya Geologi,
Badan Geologi, 2009. Laporan
Survei Pendahuluan Daerah Panas
Bumi Polewali, Kab. Polewali
Mandar, Prov. Sulawesi Barat.
Tidak dipublikasikan.
Van Bemmelen (1949) Geology of
Indonesia.
488 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Gambar 1 Peta lokasi daerah penyelidikan
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
489
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Gambar 2 Peta geologi daerah panas bumi Lilli-Sepporaki
490 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Cl
KETERANGAN:
Ma
Ap.
Ap.
Ap.
Ap.
tur
ew
80
Sepporaki-1 (APS-1)
Sepporaki-2 (APS-2)
Katim bang-1 (APK-1)
Katim bang-2 (APK-2
at e
er
Vo
Ph
40
lc a
ni c
wa
ter
s
rs
60
ip h
er
al
20
wa
te
rs
Steam heated waters
20
So4
60
40
80
HCO3
Gambar 3 Diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 air panas Sepporaki dan Matangnga
Na/1000
KETERANGAN:
A p.
A p.
A p.
A p.
80
Sepporaki-1 (A PS -1)
Sepporaki-2 (A PS -2)
Katimbang-1 (A PK -1)
Katimbang-2 (A PK -2
% Na K
60
Full equilibrium
160°
T Kn
0°
22
T Km
10
0°
we
ir
b
ox
40
Partial equilibrium
20
Immature waters
ROCK
K/100
20
40
60 % Mg
80
Mg
Gambar 4 Diagram segitiga Na-K-Mg air panas Sepporaki dan Matangnga
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
491
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
KETERANGAN:
A p. S epporaki-1 (A P S -1)
A p. S epporaki-2 (A P S -2)
A p. K atimbang-1 (A P K -1)
A p. K atimbang-2 (A P K -2
Gambar 5 Diagram segitiga Cl-Li-B air panas Sepporaki dan Matangnga
-45
Keterangan :
MWL
δD = 8 δ18O + 14
Meteoric Water Line
Ap.Sepporaki-1 (APS-1)
Ap. Sepporaki-2 (APS-2)
Ap. Katimbang-1 (APK-1)
Ap. Katimbang-2 (APK-2)
Ad. Sepporaki (ADS)
Ad. Katimbang(ADK)
δ D ( o/oo )
-50
-55
-60
-65
-13
-11
-9
δ O ( o/oo )
-7
-5
18
Gambar 6 Diagram isotop air panas Sepporaki dan Matangnga
492 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
KM - 3
PETA DISTRIBUSI Hg
DAERAH PANAS BUMI LILI SEPPORAKI
KABUPATEN POLEWALI MANDAR
PROVINSI SULAWESI BARAT
KM - 3
Buttu Kullan
700
600
500
9656000
Buttu
Petakian
KM - 16
Takamanding
400
Kokoaledo
KM - 16
KM - 15 Buttu Kunambangan
Damadama
900
400
790
KM - 15
700
500
KM - 14
Talongang
600
600
Ponding
700
9654000
Kombakomba
800
600
KM - 9
573
KM - 17
500
535
U
600
KM - 14 500
KM - 13 KM - 11
KM - 12
KM - 6
13 - 10
KMKM
- 5 - KM
KM - 11
KM - 12
400 KM - 6 KM - 1KM - 10
KM - 5 MATANGA
Salubulo
KM - 1
Kamande
KM - 2
KM - 7
KM - 8
KM - 7
Rangoan
KM KM
-9 -8
KM - 2
KM - 17
500
400
Babarongoan
Biru
KM - 18
Kamaraan
500
KM - 4
KM - 18
KM - 19
B -1
KM - 19
B -1
Penatangan
GP - 6400 Rattekalaka
GP - 7
Salu Matangga
GP 574
- 6GP - 5
502 - 7
GP
GP - 8
9650000
600
KETERANGAN :
B -4
B -5
Serangdongi
Talipuki
K-7
400
K - 6K - 7
B -7
LP - 3
B -8Lili
LP - 4
LP - 1LP - 2
LP - 3
B -8LP - 1LP - 2
LP - LP
4 -5
300
B -9
LP - 5
A -9
B -9
LP - 6
A -3
B -10
214
E-1
A -8
LP - 6
A -3
B -10
A -4
LP - 7
E-1
AA
-8-7 B -11
A -5
E-2
A -6 A -7 B -12
A -4
B -11
LP - 7
A -5
LP - 8
Sepporraki
E-2
A -6
B -12
Tamarang
E-3
LP - 8
400
A -9
Salu
200
Buttu
K-3
K-3
K-2
Tamrahun
D-
K-2
Buttu
379
Talise
9642000
351
409
Buttu
322
245
Kontur interval 25 meter
400
Buttu179
Tannae
383
Titik Pengambilan Sampel Geokimia
Peta Indeks
-2 ø
Kab. DONGGALA
Kab. P O S O
Kab. MAMUJU UTARA
Kab. MOREWALI
Kab. LUWU UTARA
604
Tamanipi
-2ø30'
Kab. MAMUJU
Kab. LUWU TIMUR
403
Kadotora
Kab. TANATORAJA
-3 ø
Kab. MAMASA
Buttu
480
Surang
459
A 5500
Buttu
Buttu
602
Kalukku
Buttu
Tabelia
488
Mata air Dingin
Buttu
725
725
Tamasembo
Gatta
Buttu
D - 18
Buttu
290
Pusendana
Mata air panas
537
500
423
430
Taledo
Buttu
630
Balatana
400
C -18 C -19 UT - 8
C -19 UT - 8
300
445
D - 17
D - 16
D -Paeroang
18
D - 17
IB - 5
Ihing
Pakkedoang
Tapua
D - 15
D - 16
IB - 4 IB - 5
Buttu
Sungai dan anak sungai
574
Buttu
Tagetung
574
Karombang
Buttu
451
Manehung
Jalan
Buttu
738
Salurapitu
E-4
E-5
DD
- 2- 3
Pamombong
DTakalitora
-4
624
E-5
B -14 A -11
D-3
507
C -1
A -12
Buttu
C -2
D -D4 - 5
577
B -15
501
582
Tamoa
A -12
A -13
Lombongan
D-6
C -2 C -3
B -15
D-5
C -3
A -13
Buttu 542
Buttu
DD--76
Buttu
584
A -14
Buttu
B -16
591
Buttu
D - 8 Tatelo
596
UT - 1
Hani
Tabibang
545C -4
456
508
D-7
Kakobi
Kahukahu
A -14
A -15
B -16
D-8
UT - 1 Ululilli
458
C -4
B -17
D - 9 532
510
A -15
Buttu
A -16
C-7
C-5
B -17
AButtu
-17
622
UT - 2
400
D-9
Buttu
535
B -18
- 8481
D - 10 C - 9
A -18 460A -16 Pangandarang
CC- 7
5
529C - 512
A -17
Talibubuh
253
500
UT
-2
C -10
C - 6 C - 8 D - 10
B -18
UT - 3
A -18
C -11B -19
C-9
C -10 Sabura
251
C-6
457
D - 11
UT - 3
C -11B -19
408
IB - 1 B U L O
Buttu
UT - 4
C -12
D - 11
585
Buttu
Kanamanuk
C -13 283
IB -Buttu
1
500
521
UT
Buttu
UT - 5 - 4
C -12
Kayuangin
D - 12Buttu
536
400
IB - 2Bulo
C -13
381
485
Tatulandang
Ulusalupali
C -14
UT - 5
D - 12
UT - 6
IB - 2
D - 13
C -16
243
C -14
UT - 7
C -15
UT - 6
IB
D -485
13
443- 3
309
C -16 C -17
480
C -15
UT - 7374
D - 14
C -17
IB - 3
300
DD- -14
15
SUMARORONG
343
IB - 4
C -18
K - 1 C -1
9644000
620
E - 3E - 4
B -13
A -10 Talaya
B -13
A -10
B -14 A -11
D-1
D-2
Popao
K-1
Karombang
1
Desa / Kampung
Buttu
753
Tamakuni
A -2
K-4
< 200 ppb
600
A -1
A -1
A -2
K-5
K-4
Polombose
840
B -6
-7
BB -6
K-6
K-5
200 s/d 500 ppb
Dambu
355
B -5
500
400
> 500 ppb
B -3B -4
GP - 4
GP - 3
GP - 1
GP - 3GP - 2 GP - 1
GP - 2
Sawergading
Tappina
363
Buttu
Buttu
Buyangmanu
Kota PALOPO
Kab. MAJENE
Kab. L U W U
489
Kab. KOLAKA UTARA
470
Kawukuhan
Kab. POLEWALI MAMASA
-3ø30'
Kab. ENREKANG
Buttu
Buttu
300
460
Karobe
Kab. KENDARI
Kab. PINRANG
Kab. KOLAKA
403
Tapina
Kab. SIDENRENG RAPANG
Kota. KENDARI
Talangga
9638000
4000
Kata
B -2
B -3
562
GP - 4
GP - Bakeng
9 506
9640000
2000
DATUM HORIZONTAL WGS 84
PROYEKSI PETA UTM ZONE 50 S
Adan
B -2
GP - 5
400
GP
GP
- Buttu
9- 8
9646000
0
300
Buttu
779
Penatangan
9648000
467
KM - 4
9652000
321
326
-4 ø
Kab. W A J O
Kota PARE PARE
Kab. SOPPENG
KAb. BARRU
118ø30'
736000
738000
740000
742000
744000
746000
119 ø
748000
119ø30'
Kab. KONAWE SELATAN
Kab. B O N E
120 ø
120ø30'
121 ø
121ø30'
122 ø
122ø30'
Lokasi Penelitian
Gambar 7 Peta sebaran Hg tanah daerah panas bumi Lili Sepporaki
PETA DISTRIBUSI CO2
DAERAH PANAS BUMI LILI SEPPORAKI
KABUPATEN POLEWALI MANDAR
PROVINSI SULAWESI BARAT
KM - 3
Buttu Kullan
700
600
9656000
500
Buttu
Petakian
Takamanding
400
Kokoaledo
KM - 16
Damadama
900
Buttu Kunambangan
790
400
KM - 15
700
500
U
600
Talongang
600
600
700
9654000
KM - 14
KM - 7
KM - 8
Ponding
Kombakomba
800
600
KM - 9
573
500
KM - 13 KM - 11
KM - 12
400 KM - 6
- 10
MATANGA
KM - 5 KM
Salubulo
KM - 1
Rangoan
Kamande
500
535
KM - 2
KM - 17
500
400
Babarongoan
Biru
Kamaraan
500
467
KM - 18
KM - 4
9652000
0
400
502 - 7
GP
Rattekalaka
GP
KETERANGAN :
Kata
GP - 5
400
9650000
KM - 19
B -1
GP 574
-6
Buttu
- Bakeng
9 506
B -2
562
GP - 8
>4%
B -3
GP - 4
B -4
Sawergading
GP - 3
GP - 1
GP - 2
600
2 s/d 4 %
Dambu
355
B -5
840
500
400
B -6
B -7
Serangdongi
Talipuki
400
9648000
K-7
A -2
K-5
B -8LP - 1LP - 2
A -9
A -5
A -6
K-3
Tamrahun
C -1
Karombang
Buttu
Tagetung
574
D-3
D-4
B -12
456
D
B -14
507
Lombongan
D-5
D-6
C -3
Buttu
545
Kakobi
C -4
-7
D-8
Buttu
379
Talise
536
Bulo
C -10 Sabura
C -11B -19
457
IB - 2
Buttu
485
Tatulandang
C -15
C -17
Buttu
290
Pusendana
343
Tapua
602
Buttu
Kab. P O S O
Buttu
Kab. MOREWALI
Kab. LUWU UTARA
604
Tamanipi
-2ø30'
Kab. MAMUJU
Gatta
Buttu
Kab. LUWU TIMUR
403
Kadotora
Buttu
Tabelia
459
Buttu
Kalukku
423
430
-2 ø
Kab. DONGGALA
Kab. MAMUJU UTARA
500
C -19 UT - 8
Buttu
Taledo
400
Buttu179
Tannae
Titik Pengambilan Sampel Geokimia
400
C -18
300
D - 16
D - 17
D - 18
488
383
A 5500
Peta Indeks
300
SUMARORONG
445
322
Buttu
725
725
Tamasembo
UT - 4
UT - 6
UT - 7374
C -16
D - 15
IB - 5
Ihing
Paeroang
Kab. TANATORAJA
-3 ø
Kab. MAMASA
Buttu
480
Surang
Tappina
Buttu
Buyangmanu
Buttu
363
Kota PALOPO
Kab. MAJENE
Kab. L U W U
489
Kab. KOLAKA UTARA
470
Kawukuhan
Kab. POLEWALI MAMASA
-3ø30'
Kab. ENREKANG
Buttu
300
460
Karobe
9638000
500
400
UT - 5
D -485
13
IB - 4
245
Mata air Dingin
UT - 3
Buttu
585
Kanamanuk
Buttu
521
Kayuangin
351
409
UT - 2
537
283
480
D - 14
Buttu
535
500
D - 12
309
Mata air panas
UT - 1 Ululilli
458
Buttu
622
Pangandarang
A -16
460
A
-17
A -18
243
C -14
443
Pakkedoang
Buttu
630
Balatana
Buttu
596
Tabibang
251
C -12
C -13
Kontur interval 25 meter
582
D - 11
Buttu
381
Ulusalupali
Pamombong
577
A -15
Buttu
253
B -18
Sungai dan anak sungai
574
624
Buttu
508
Kahukahu
A -14
IB - 3
9640000
Buttu
501
Tamoa
A -12
B -15
B -17
B U L O
IB -Buttu
1
Buttu
738
Salurapitu
E-4
E-5
B -16
532
D-9
C - 7 481
C - 8 D - 10 C - 9
C-6
408
Talaya
A -11
A -13
Buttu
529C - 512
5
Talibubuh
9642000
Tamarang
LP - 8
Buttu 542
584
Tatelo
510
400
Jalan
LP - 7
E-2
Sepporraki
B -13
A -10
Takalitora
C -2
Buttu
591
Hani
620
B -11
E-3
D-2
Buttu
451
Manehung
9644000
LP - 5
LP - 6
E-1
D-1
Popao
K-1
Desa / Kampung
Buttu
753
Tamakuni
300
B -10
A -8
A -7
A -4
K-2
LP - 4
214
A -3
Buttu
Karombang
LP - 3
B -9
Salu
200
K-4
PENYELIDIKAN TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA
DAERAH PANAS BUMI LILLI
KABUPATEN POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT
Dede Iim Setiawan, Soetoyo, Yuanno Rezky
Kelompok Penyelidikan Panas Bumi
SARI
Daerah panas bumi Lilli-Sepporaki berada pada zona depresi yang diakibatkan
oleh aktivitas tektonik Sulawesi bagian barat pada Kala Oligosen dan tersusun oleh
produk vulkanik Tersier. Pola struktur yang paling berperan penting dalam pemunculan
manifestasi panas bumi adalah pola struktur baratlaut-tenggara untuk manifestasi
Sepporaki dan pola struktur baratdaya-timurlaut untuk manifestasi Matangnga yang
diperkirakan terbentuk bukaan sesar pada bagian perpotongan sesarnya (dilational
fault jog), sebagai media fluida hidrotermal ke permukaan.
Manifestasi panas bumi daerah Lilli-Sepporaki berupa mata air panas
bertemperatur hingga 97°C dan batuan ubahan di sekitar manifestasi air panas yang
dapat dikelompokkan ke dalam tipe ubahan silicified.
Panas dari aktivitas plutonik diperkirakan sebagai sumber panas (heat source)
yang membentuk sistem panas bumi daerah Lilli-Sepporaki. Batuan yang memiliki sifat
impermeable dengan kandungan mineral silika (silica cap) yang cukup tinggi pada
daerah alterasi di sekitar air panas merupakan lapisan penudung. Reservoir panas
buminya diduga berupa batuan Vulkanik Walimbong berumur Tersier di bawah satuan
vulkanik tak terpisahkan. Pada satuan vulkanik tak terpisahkan juga diperkirakan
memiliki reservoir dangkal (shallow reservoir). Fluida panas bumi di daerah Lilli
mempunyai tipe klorida, yang pemunculannya langsung dari reservoir yang
bertemperatur tinggi. Perkiraan temperatur reservoir dari geotermometer Na-K adalah
sebesar 190oC.
Kompilasi data terpadu memperlihatkan bahwa daerah prospek panas bumi
daerah Lilli-Sepporaki diperkirakan berada di sekitar manifestasi Sepporaki dan
Matangnga dengan luas sekitar 18 km2. Dengan asumsi tebal reservoir 1 km dan
temperatur cut off 120°C, potensi sumber daya hipotetik daerah Lilli-Sepporaki adalah
sekitar 198 MWe.
Kata kunci: panas bumi Lilli, potensi panas bumi.
PENDAHULUAN
Energi panas bumi merupakan
energi alternatif bersifat terbarukan dan
menjadi sumber energi alami untuk
mengurangi ketergantungan pemakaian
energi listrik dari energi fosil yang kian
menipis dari tahun ke tahun.
Keberadaan potensi panas bumi
di Indonesia sangat besar. Salah
satunya potensi panas bumi di daerah
Lilli, Kecamatan Bulo dan Matangnga,
Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi
Sulawesi Barat. Di daerah ini terdapat
manifestasi panas bumi berupa mata air
panas bertemperatur 97o C dan alterasi
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
483
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
batuan yang mengindikasikan adanya
sistem panas bumi di bawahnya.
Untuk
lebih
mengetahui
mengenai karakteristik batuan dan
temperatur fluida resrvoir, konfigurasi
batuan, struktur geologi, luas daerah
prospek, sistem panas bumi dan potensi
panas buminya, diperlukan penyelidikan
lebih lanjut dengan metode geologi dan
geokimia.
Daerah
panas
bumi
Lilli
lokasinya berada pada koordinat antara
119° 6' 14,7" - 119° 15' 25,9" bujur timur
dan 3° 5' 41.3" - -3° 14' 54.0" lintang
selatan, berjarak sekitar 285 km dari
Kota Makassar dan dapat ditempuh
dengan menggunakan kendaraan roda
empat (Gambar 1).
METODOLOGI
Metode geologi digunakan untuk
mengetahui sebaran batuan, mengenali
gejala tektonik dan batuan ubahan serta
karakteristik fisik daerah manifestasi.
Pemetaan morfologi, satuan batuan,
struktur geologi dan manifestasi panas
bumi,
dimaksudkan
untuk
lebih
mengetahui hubungan antara semua
parameter geologi yang berperan dalam
pembentukan sistem panas bumi di
daerah tersebut.
Metode geokimia dilakukan untuk
mengetahui karakteristik fluida dan
kondisi
reservoir
panas
bumi.
Karakteristik
beberapa
parameter
diperoleh
dari
jenis
manifestasi,
konsentrasi senyawa kimia terlarut dan
terabsorpsi dalam fluida panas yang
terkandung dalam sampel air, dan
anomali distribusi horisontal pada tanah
dan udara tanah pada kedalaman satu
meter sebagai indikasi sumber daya
panas bumi. Parameter yang digunakan
meliputi sifat fisika dan kimia manifestasi,
data hasil analisis kimia air, serta Hg
tanah dan CO2 udara tanah.
Melalui
penyelidikan
yang
berdasarkan pada konsep geologi,
sumber daya panas bumi diharapkan
dapat terbentuk dari suatu model geologi
dan vulkanisme, model hidrotermal dan
sumber panas.
MANIFESTASI PANAS BUMI
Manifestasi panas bumi di daerah
Lili Sepporaki terdapat di dua lokasi,
yaitu kelompok Sepporaki yang terdiri
dari air panas Sepporaki-1 dan
Sepporaki-2 (95 - 97oC) di bagian tengah
daerah penyelidikan, tepatnya di dekat
sungai Masongi, sekitar 300 meter dari
dusun terdekat dusun Gatta, Desa
Sepporaki, Kecamatan Bulo, serta
kelompok Matangga yang terdiri dari air
panas Katimbang-1 dan Katimbang-2
(60,9 - 84,0 oC), terletak di bagian
timurlaut, yaitu di sungai Matangnga,
Desa
Katimbang,
Kecamatan
Matangnga. Pengukuran gas dengan
tabung detektor gas untuk CO2, CO, H2S,
dan SO2, dilakukan terhadap bubble gas
air panas Sepporaki-1. Sedangkan
sampling gas menggunakan tabung
vakum yang telah diisi dengan larutan
NaOH tidak berhasil, karena tekanan
dari bubble gas sangat kecil.
Manifestasi panas bumi lainnya
adalah batuan terubah yang terdapat di
sekitar manifestasi Lilli dan Matangnga.
Secara megaskopis dicirikan dengan
kehadiran
mineral
ubahan
yang
didominasi oleh mineral silika, dengan
intensitas
sedang
hingga
kuat.
Berdasarkan
kehadirannya
dapat
diinterpretasikan bahwa di daerah
tersebut
telah
terbentuk
alterasi
hidrotermal yang termasuk kedalam
zona
silisifikasi
(silicified
zone).
Kehadiran silika juga membentuk uraturat kuarsa pada zona breksiasi batuan
andesit porfir dan mengisi rekahanrekahan pada zona tersebut. Di
beberapa tempat urat-urat kuarsa ini
484 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
memperlihatkan
struktur
colliform
bended yang menunjukkan terjadinya
perubahan temperatur dan komposisi
kimia pada larutan hidrotermalnya di
masa lampau.
daerah prospek di sekitar manifestasi Lilli
ke arah barat dan timur, dan di sekitar
manifestasi Matangnga ke arah barat.
GEOLOGI
Daerah Lilli didominasi oleh
batuan produk vulkanik, terdiri dari aliran
lava yang tersebar cukup luas serta
kubah-kubah vulkanik (Gambar 2).
Sesuai susunan stratigrafinya terdiri dari
Satuan Vulkanik Walimbong (Tvw),
Andesit Feldspatoid (Tf), Andesit Porfir
(Tp), Vulkanik Tak Terpisahkan (Tvt),
Lava Andesit Basaltik Buttu Bobongbatu
(Tlbb), Lava Trakhit Buttu Pakkedoang
(Tlp), Lava Andesit Buttu Sawergading
(Tls), Lava Andesit Buttu Butu (Tlb),
Lava Andesit Buttu Talaya (Tlt), Lava
Andesit Buttu Dambu (Tld), Lava Andesit
Buttu Kamande (Tlk), Alluvium (Qal).
Terdapat tujuh pola struktur yang
berkembang di daerah penyelidikan. Dari
ketujuh pola struktur tersebut, yang
paling
berperan
penting
dalam
pemunculan manifestasi panas bumi
adalah pola struktur N110-120°E / N290300°E dan pola struktur N10-20°E /
N190-200°E untuk manifestasi Lilli,
kemudian pola struktur N50-60°E /
N230-240°E dan pola struktur N80-90°E
/
N260-270°E
untuk
manifestasi
Matangnga.
Diperkirakan
terbentuk
bukaan sesar (dilational fault jog) pada
perpotongan sesar – sesar ini sehingga
menjadi
media
jalannya
fluida
hidrotermal ke permukaan.
Kompilasi pola kelurusan dalam
peta kerapatan struktur (fault and
fracture
density
map)
untuk
mendapatkan
zona
resapan
dan
kemungkinan daerah permeabilitas tinggi
dengan peta kerapatan perpotongan
struktur (dilational fault and fracture
density map) untuk mendapatkan zona
jalannya fluida hidrotermal menunjukkan
Kimia Air
Pada diagram segitiga Cl-SO4HCO3 (Gambar 3), air panas kelompok
Sepporaki
maupun
kelompok
Matangnga bertipe klorida. Hal ini
merupakan indikasi adanya hubungan
dengan air dari kedalaman (deep water),
didukung pula oleh tingginya temperatur
air panas di permukaan yang ber-pH
netral serta munculnya sinter silika yang
cukup tebal.
Dalam diagram segitiga Na-K-Mg
(Gambar 4), air panas Sepporaki-1
terletak pada zona full equilibrium,
indikasi bahwa pembentukan air panas
Sepporaki-1 berhubungan dengan fluida
panas pada kedalaman, tanpa ada
pengaruh air permukaan. Sedangkan
mata air panas lainnya terletak pada
zona partial equilibrium, indikasi adanya
pengaruh
air
permukaan
pada
pembentukan mata air panas sesaat
setelah terjadi interaksi antara fluida
panas dengan batuan yang dilaluinya.
Berdasarkan diagram segitiga Cl, Li, B
(Gambar 5) posisi semua air panas
terletak
pada
zona
tengah,
mengindikasikan bahwa air panasnya
telah berinteraksi dengan sistem panas
bumi di kedalaman sebelum akhirnya
mencapai ke permukaan sebagai mata
air panas.
Isotop
Plotting antara isotop 18O dan
Deuterium memperlihatkan posisi air
panas Sepporaki-1, dan
air panas
Katimbang-2, berada pada posisi di
sebelah kanan menjauhi garis MWL,
sebagai indikasi bahwa pembentukan
mata air panas berhubungan dengan
terjadinya interaksi antara fluida panas
GEOKIMIA
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
485
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
pada sistem panas bumi dengan batuan,
telah
menyebabkan
terjadinya
18
pengkayaan O. Hal ini terjadi karena
reaksi substitusi oksigen 18 dari batuan
dengan oksigen 16 dari fluida panas
pada saat terjadi interaksi fluida panas
dengan batuan sebelum muncul ke
permukaan, berarti kemungkinan air
panas Sepporaki-1 dan air panas
Katimbang-2 berasal dari fluida panas
pada kedalaman, sedangkan pengaruh
pengenceran oleh air permukaan sangat
jelas terhadap air panas Sepporaki-2
yang lokasinya lebih mendekati ke aliran
sungai Masongi,
dan Air panas
Katimbang-1 yang lokasinya di sungai
Matangnga, diindikasikan oleh posisinya
mendekati meteoric water line (MWL),
dan air permukaan ditunjukkan oleh
posisi air dingin Sepporaki dan air dingin
Katimbang pada garis MWL (Gambar 6).
Kimia Gas
Pengukuran gas menggunakan
tabung detektor gas langsung pada air
panas
Sepporaki-1 menunjukkan gas
CO2 (3500 ppm), H2S (40 ppm), CO (20
ppm), sedangkan gas SO2 tidak
terdeteksi. Sampling gas menggunakan
tabung vakum yang berisi larutan NaOH
tidak berhasil, karena tekanannya sangat
kecil. Sehingga tidak diperoleh sampel
gas untuk dianalisis di laboratorium.
Kimia Tanah dan Udara Tanah
Sebaran anomali Hg relatif tinggi
> 500 ppb terletak di sekitar lokasi air
panas Sepporaki memanjang ke arah
timurlaut dan tenggara dengan luas
sekitar 4 km2, sedangkan Hg 200-500
ppb
di
sebagian
kecil
daerah
penyelidikan, sementara Hg 4,0% membentuk spots
memanjang
berarah
utara-selatan,
bagian
barat,
dan
tenggara.
antara 2,0-4,0 %,
Konsentrasi CO2
terdistribusi di bagian tengah, selatan,
dan baratdaya daerah penyelidikan,
sedangkan nilai < 2,0% tersebar di
bagian timur dan timurlaut daerah
penyelidikan (Gambar 8).
Geotermometri
Hasil perhitungan geotermometer
air
menggunakan
persamaan
geotermometer SiO2 conductive cooling
(Fornier,1981) menghasilkan temperatur
170oC dan dengan geotermometer Na-K
(Giggenbach, 1988) temperaturnya lebih
o
C.
Pengaruh
tinggi,
yaitu
190
penurunan temperatur oleh air meteorik
mengakibatkan konsentrasi SiO2 lebih
rendah, maka hasil geotermometer Na-K
(189-201oC) lebih valid diaplikasikan
dengan mempertimbangkan temperatur
air panasnya yang cukup tinggi, pH
netral, bertipe klorida dan terletak pada
zona full equilibrium. Oleh karena itu,
temperatur bawah permukaan yang
berhubungan
dengan
temperatur
reservoir
panas bumi daerah
LiliSepporaki adalah 190 °C.
SISTEM PANAS BUMI
Sebaran Prospek
Sebaran area prospek panas
bumi Lilli-Sepporaki berdasarkan hasil
penelitian metode geologi dan geokimia
terdapat di bagian tengah dan utara
timurlaut daerah penyelidikan yaitu di
sekitar manifestasi Sepporaki
dan
Matangnga. Area prospek ini didukung
oleh hasil kombinasi peta kerapatan
struktur (fault and fracture density map)
dan peta kerapatan perpotongan struktur
(dilational fault and fracture density
map), digabung dengan anomali Hg dan
CO2 tinggi hasil metode geokimia. Hasil
kompilasi metode tersebut didapatkan
486 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
luas area prospek panas bumi LilliSepporaki sekitar 18 km2 .
Potensi Energi
Daerah
panas
bumi
Lilli
mempunyai luas wilayah prospek sekitar
18 km2. Temperatur reservoir diduga
sebesar 190°C, sehingga temperatur
cut-off
sebesar
120°C.
Dengan
menggunakan metode penghitungan
volumetrik, melalui beberapa asumsi
yaitu tebal reservoir = 1 km, recovery
factor = 50%, faktor konversi = 10%, dan
lifetime = 30 tahun, maka potensi
sumber daya hipotetik dari reservoir
panas bumi daerah Lilli adalah sebesar
198 MWe.
DISKUSI
Sumber panas dalam sistem
panas bumi diperkirakan berkaitan
dengan batuan beku dalam yang tidak
tersingkap di permukaan dan masih
memiliki sisa panas. Hasil pentarikhan
umur batuan sienit di Daerah Kondo
(bagian selatan daerah penyelidikan)
menunjukkan umur 1,8 ± 0,2 juta tahun,
yaitu pada Kala Plistosen Bawah atau
Zaman Kuarter.
Batuan
yang
memiliki
sifat
impermeable dengan kandungan mineral
silika (silica cap) yang cukup tinggi pada
daerah alterasi di sekitar air panas
merupakan lapisan penudung yang
diperkirakan berada pada zona struktur
depresi, dibatasi sisa gawir berbentuk
melengkung hingga setengah radial.
Batuan
yang
memungkinkan
sebagai reservoir diduga berupa batuan
produk Vulkanik Walimbong berumur
Tersier dibawah satuan vulkanik tak
terpisahkan.
Satuan
vulkanik
tak
terpisahkan
sendiri
juga
memiliki
kemungkinan memiliki reservoir dangkal
(shallow reservoir). Batuan tersebut
dianggap cukup baik kerena telah
mengalami proses deformasi pada
periode Eosen Akhir hingga Oligosen
sehingga memungkinkan membentuk
pola rekahan yang intensif dan bersifat
permeabel.
Dalam sistem panas bumi LilliSepporaki, suplai fluida berasal dari
daerah resapan yang berasal dari satuan
vulkanik Walimbong atau pada satuan
morfologi vulkanik denudasional yang
meresap ke bawah permukaan menuju
reservoir panas bumi dan kemudian
mengalami transfer panas dalam bentuk
konveksi, dan muncul dalam bentuk
mata air panas dengan pH netral bertipe
klorida di daerah limpasan pada satuan
vulkanik tak terpisahkan atau morfologi
vulkanik terdeformasi melalui zona
sesar/rekahan ke permukaan. Mata air
panas ke permukaan dengan media
bukaan sesar pada perpotongan sesar
(dilational fault jog). pada pola struktur
N110-120°E/N290-300°E
dan
pola
struktur N10-20°E/N190-200°E untuk
manifestasi Sepporaki, kemudian pola
struktur N50-60°E/N230-240°E dan pola
struktur N80-90°E/N260-270°E untuk
manifestasi Matangnga.
Fluida hidrotermal mengalami
kontak dengan batuan di sekitar
manifestasi sehingga batuan mengalami
perubahan sifat kimia dan fisika yang
kemudian mengubah batuan tersebut
menjadi mineral baru berupa alterasi
batuan yang termasuk dalam zona
silisifikasi
(silicified
zone).
Fluida
hidrotermal juga membentuk endapan air
panas di permukaan berupa sinter silika.
KESIMPULAN
Sistem panas bumi Daerah Lilli
terbentuk dalam zona depresi yang
dicirikan oleh sisa gawir yang terbentuk
melengkung hingga setengah radial yang
diperkirakan sebagai hasil collapse dari
sumbu
perlipatan
yang
terbentuk
sebelumnya. Sumber panas dari sisa
panas dari dapur magma yang yang
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
487
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
berasosiasi dengan aktivitas plutonik
muda berumur Kuarter.
Temperatur bawah permukaan
diperkirakan sekitar 190 oC, termasuk
dalam entalpi sedang. Konsentrasi Hg
tanah relatif tinggi lebih dari 500 ppb
terletak di sekitar lokasi air panas
Sepporaki memanjang ke arah timurlaut
dan tenggara dengan luas sekitar 4 km2,
sedangkan Hg 200-500 ppb di sebagian
kecil daerah penyelidikan termasuk
daerah Matangnga.
Area prospek panas bumi di
daerah penyelidikan tersebar di bagian
tengah dan utara timurlaut yaitu di
sekitar manifestasi Sepporaki dan
Matangnga dengan luas kurang lebih 18
km2.
Dengan temperatur air panas
bawah permukaan sekitar 190 oC,
potensi energi panas bumi di daerah Lilli
Seporraki sebesar 198 Mwe. Potensi
panas bumi ini memungkinkan untuk
dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik
energi panas bumi dan pemanfatan
langsung.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada seluruh staf beserta
pejabat Pusat Sumber Daya Geologi,
khususnya pada Kelompok Penyelidikan
Panas
Bumi
atas
saran
dan
kerjasamanya serta pemerintah daerah
setempat dan Dinas Pertambangan
Kabupaten Polewali Mandar atas
bantuannya
dalam
memperlancar
kegiatan penyelidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Djuri,
Sudjatmiko, dkk, 1998, Peta
Geologi Lembar Majene dan
Bagian Barat Lembar Palopo,
Sulawesi, Edisi Kedua.
Fournier, R.O., 1981. Application of
Water Geochemistry Geothermal
Exploration
and
Reservoir
Engineering,Geothermal System:
Principles and Case Histories. John
Willey & Sons. New York.
Giggenbach, W.F., 1988. Geothermal
Solute Equilibria Deviation of Na-KMg-Ca
Geo-Indicators.
Geochemica Acta 52. pp. 2749 –
2765.
Kooten, V., and Gerald, K., 1987,
Geothermal
Exploration
Using
Surface Mercury Geochemistry,
Journal
of
volcanology
and
Geothermal Research, 31, 269280.
Lawless, J., 1995. Guidebook: An
Introduction to Geothermal System.
Short Course. Unocal Ltd. Jakarta.
Mahon K., Ellis, A.J., 1977. Chemistry
and Geothermal System. Academic
Press Inc. Orlando.
Nicholson, Keith, 1993, Geothermal
Fluids, Chemistry and Exploration
Techniques.
Sjaiful Bachri, Muzil Alzwar., 1975.
Inventarisasi Kenampakan Gejala
Panas Bumi Daerah Sulawesi
Selatan.
Telford, W.M. et al, 1982. Applied
Geophysics. Cambridge University
Press. Cambridge.
Taran,
Y.A.,
1986,
Gas
Geothermometers for hydrothermal
Systems,
Geo-chemistry
International Vol. 23 No.7, 111-126.
Tim Survei Pendahuluan Panas bumi,
Pusat Sumber Daya Geologi,
Badan Geologi, 2009. Laporan
Survei Pendahuluan Daerah Panas
Bumi Polewali, Kab. Polewali
Mandar, Prov. Sulawesi Barat.
Tidak dipublikasikan.
Van Bemmelen (1949) Geology of
Indonesia.
488 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Gambar 1 Peta lokasi daerah penyelidikan
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
489
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Gambar 2 Peta geologi daerah panas bumi Lilli-Sepporaki
490 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Cl
KETERANGAN:
Ma
Ap.
Ap.
Ap.
Ap.
tur
ew
80
Sepporaki-1 (APS-1)
Sepporaki-2 (APS-2)
Katim bang-1 (APK-1)
Katim bang-2 (APK-2
at e
er
Vo
Ph
40
lc a
ni c
wa
ter
s
rs
60
ip h
er
al
20
wa
te
rs
Steam heated waters
20
So4
60
40
80
HCO3
Gambar 3 Diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 air panas Sepporaki dan Matangnga
Na/1000
KETERANGAN:
A p.
A p.
A p.
A p.
80
Sepporaki-1 (A PS -1)
Sepporaki-2 (A PS -2)
Katimbang-1 (A PK -1)
Katimbang-2 (A PK -2
% Na K
60
Full equilibrium
160°
T Kn
0°
22
T Km
10
0°
we
ir
b
ox
40
Partial equilibrium
20
Immature waters
ROCK
K/100
20
40
60 % Mg
80
Mg
Gambar 4 Diagram segitiga Na-K-Mg air panas Sepporaki dan Matangnga
Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
491
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
KETERANGAN:
A p. S epporaki-1 (A P S -1)
A p. S epporaki-2 (A P S -2)
A p. K atimbang-1 (A P K -1)
A p. K atimbang-2 (A P K -2
Gambar 5 Diagram segitiga Cl-Li-B air panas Sepporaki dan Matangnga
-45
Keterangan :
MWL
δD = 8 δ18O + 14
Meteoric Water Line
Ap.Sepporaki-1 (APS-1)
Ap. Sepporaki-2 (APS-2)
Ap. Katimbang-1 (APK-1)
Ap. Katimbang-2 (APK-2)
Ad. Sepporaki (ADS)
Ad. Katimbang(ADK)
δ D ( o/oo )
-50
-55
-60
-65
-13
-11
-9
δ O ( o/oo )
-7
-5
18
Gambar 6 Diagram isotop air panas Sepporaki dan Matangnga
492 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
KM - 3
PETA DISTRIBUSI Hg
DAERAH PANAS BUMI LILI SEPPORAKI
KABUPATEN POLEWALI MANDAR
PROVINSI SULAWESI BARAT
KM - 3
Buttu Kullan
700
600
500
9656000
Buttu
Petakian
KM - 16
Takamanding
400
Kokoaledo
KM - 16
KM - 15 Buttu Kunambangan
Damadama
900
400
790
KM - 15
700
500
KM - 14
Talongang
600
600
Ponding
700
9654000
Kombakomba
800
600
KM - 9
573
KM - 17
500
535
U
600
KM - 14 500
KM - 13 KM - 11
KM - 12
KM - 6
13 - 10
KMKM
- 5 - KM
KM - 11
KM - 12
400 KM - 6 KM - 1KM - 10
KM - 5 MATANGA
Salubulo
KM - 1
Kamande
KM - 2
KM - 7
KM - 8
KM - 7
Rangoan
KM KM
-9 -8
KM - 2
KM - 17
500
400
Babarongoan
Biru
KM - 18
Kamaraan
500
KM - 4
KM - 18
KM - 19
B -1
KM - 19
B -1
Penatangan
GP - 6400 Rattekalaka
GP - 7
Salu Matangga
GP 574
- 6GP - 5
502 - 7
GP
GP - 8
9650000
600
KETERANGAN :
B -4
B -5
Serangdongi
Talipuki
K-7
400
K - 6K - 7
B -7
LP - 3
B -8Lili
LP - 4
LP - 1LP - 2
LP - 3
B -8LP - 1LP - 2
LP - LP
4 -5
300
B -9
LP - 5
A -9
B -9
LP - 6
A -3
B -10
214
E-1
A -8
LP - 6
A -3
B -10
A -4
LP - 7
E-1
AA
-8-7 B -11
A -5
E-2
A -6 A -7 B -12
A -4
B -11
LP - 7
A -5
LP - 8
Sepporraki
E-2
A -6
B -12
Tamarang
E-3
LP - 8
400
A -9
Salu
200
Buttu
K-3
K-3
K-2
Tamrahun
D-
K-2
Buttu
379
Talise
9642000
351
409
Buttu
322
245
Kontur interval 25 meter
400
Buttu179
Tannae
383
Titik Pengambilan Sampel Geokimia
Peta Indeks
-2 ø
Kab. DONGGALA
Kab. P O S O
Kab. MAMUJU UTARA
Kab. MOREWALI
Kab. LUWU UTARA
604
Tamanipi
-2ø30'
Kab. MAMUJU
Kab. LUWU TIMUR
403
Kadotora
Kab. TANATORAJA
-3 ø
Kab. MAMASA
Buttu
480
Surang
459
A 5500
Buttu
Buttu
602
Kalukku
Buttu
Tabelia
488
Mata air Dingin
Buttu
725
725
Tamasembo
Gatta
Buttu
D - 18
Buttu
290
Pusendana
Mata air panas
537
500
423
430
Taledo
Buttu
630
Balatana
400
C -18 C -19 UT - 8
C -19 UT - 8
300
445
D - 17
D - 16
D -Paeroang
18
D - 17
IB - 5
Ihing
Pakkedoang
Tapua
D - 15
D - 16
IB - 4 IB - 5
Buttu
Sungai dan anak sungai
574
Buttu
Tagetung
574
Karombang
Buttu
451
Manehung
Jalan
Buttu
738
Salurapitu
E-4
E-5
DD
- 2- 3
Pamombong
DTakalitora
-4
624
E-5
B -14 A -11
D-3
507
C -1
A -12
Buttu
C -2
D -D4 - 5
577
B -15
501
582
Tamoa
A -12
A -13
Lombongan
D-6
C -2 C -3
B -15
D-5
C -3
A -13
Buttu 542
Buttu
DD--76
Buttu
584
A -14
Buttu
B -16
591
Buttu
D - 8 Tatelo
596
UT - 1
Hani
Tabibang
545C -4
456
508
D-7
Kakobi
Kahukahu
A -14
A -15
B -16
D-8
UT - 1 Ululilli
458
C -4
B -17
D - 9 532
510
A -15
Buttu
A -16
C-7
C-5
B -17
AButtu
-17
622
UT - 2
400
D-9
Buttu
535
B -18
- 8481
D - 10 C - 9
A -18 460A -16 Pangandarang
CC- 7
5
529C - 512
A -17
Talibubuh
253
500
UT
-2
C -10
C - 6 C - 8 D - 10
B -18
UT - 3
A -18
C -11B -19
C-9
C -10 Sabura
251
C-6
457
D - 11
UT - 3
C -11B -19
408
IB - 1 B U L O
Buttu
UT - 4
C -12
D - 11
585
Buttu
Kanamanuk
C -13 283
IB -Buttu
1
500
521
UT
Buttu
UT - 5 - 4
C -12
Kayuangin
D - 12Buttu
536
400
IB - 2Bulo
C -13
381
485
Tatulandang
Ulusalupali
C -14
UT - 5
D - 12
UT - 6
IB - 2
D - 13
C -16
243
C -14
UT - 7
C -15
UT - 6
IB
D -485
13
443- 3
309
C -16 C -17
480
C -15
UT - 7374
D - 14
C -17
IB - 3
300
DD- -14
15
SUMARORONG
343
IB - 4
C -18
K - 1 C -1
9644000
620
E - 3E - 4
B -13
A -10 Talaya
B -13
A -10
B -14 A -11
D-1
D-2
Popao
K-1
Karombang
1
Desa / Kampung
Buttu
753
Tamakuni
A -2
K-4
< 200 ppb
600
A -1
A -1
A -2
K-5
K-4
Polombose
840
B -6
-7
BB -6
K-6
K-5
200 s/d 500 ppb
Dambu
355
B -5
500
400
> 500 ppb
B -3B -4
GP - 4
GP - 3
GP - 1
GP - 3GP - 2 GP - 1
GP - 2
Sawergading
Tappina
363
Buttu
Buttu
Buyangmanu
Kota PALOPO
Kab. MAJENE
Kab. L U W U
489
Kab. KOLAKA UTARA
470
Kawukuhan
Kab. POLEWALI MAMASA
-3ø30'
Kab. ENREKANG
Buttu
Buttu
300
460
Karobe
Kab. KENDARI
Kab. PINRANG
Kab. KOLAKA
403
Tapina
Kab. SIDENRENG RAPANG
Kota. KENDARI
Talangga
9638000
4000
Kata
B -2
B -3
562
GP - 4
GP - Bakeng
9 506
9640000
2000
DATUM HORIZONTAL WGS 84
PROYEKSI PETA UTM ZONE 50 S
Adan
B -2
GP - 5
400
GP
GP
- Buttu
9- 8
9646000
0
300
Buttu
779
Penatangan
9648000
467
KM - 4
9652000
321
326
-4 ø
Kab. W A J O
Kota PARE PARE
Kab. SOPPENG
KAb. BARRU
118ø30'
736000
738000
740000
742000
744000
746000
119 ø
748000
119ø30'
Kab. KONAWE SELATAN
Kab. B O N E
120 ø
120ø30'
121 ø
121ø30'
122 ø
122ø30'
Lokasi Penelitian
Gambar 7 Peta sebaran Hg tanah daerah panas bumi Lili Sepporaki
PETA DISTRIBUSI CO2
DAERAH PANAS BUMI LILI SEPPORAKI
KABUPATEN POLEWALI MANDAR
PROVINSI SULAWESI BARAT
KM - 3
Buttu Kullan
700
600
9656000
500
Buttu
Petakian
Takamanding
400
Kokoaledo
KM - 16
Damadama
900
Buttu Kunambangan
790
400
KM - 15
700
500
U
600
Talongang
600
600
700
9654000
KM - 14
KM - 7
KM - 8
Ponding
Kombakomba
800
600
KM - 9
573
500
KM - 13 KM - 11
KM - 12
400 KM - 6
- 10
MATANGA
KM - 5 KM
Salubulo
KM - 1
Rangoan
Kamande
500
535
KM - 2
KM - 17
500
400
Babarongoan
Biru
Kamaraan
500
467
KM - 18
KM - 4
9652000
0
400
502 - 7
GP
Rattekalaka
GP
KETERANGAN :
Kata
GP - 5
400
9650000
KM - 19
B -1
GP 574
-6
Buttu
- Bakeng
9 506
B -2
562
GP - 8
>4%
B -3
GP - 4
B -4
Sawergading
GP - 3
GP - 1
GP - 2
600
2 s/d 4 %
Dambu
355
B -5
840
500
400
B -6
B -7
Serangdongi
Talipuki
400
9648000
K-7
A -2
K-5
B -8LP - 1LP - 2
A -9
A -5
A -6
K-3
Tamrahun
C -1
Karombang
Buttu
Tagetung
574
D-3
D-4
B -12
456
D
B -14
507
Lombongan
D-5
D-6
C -3
Buttu
545
Kakobi
C -4
-7
D-8
Buttu
379
Talise
536
Bulo
C -10 Sabura
C -11B -19
457
IB - 2
Buttu
485
Tatulandang
C -15
C -17
Buttu
290
Pusendana
343
Tapua
602
Buttu
Kab. P O S O
Buttu
Kab. MOREWALI
Kab. LUWU UTARA
604
Tamanipi
-2ø30'
Kab. MAMUJU
Gatta
Buttu
Kab. LUWU TIMUR
403
Kadotora
Buttu
Tabelia
459
Buttu
Kalukku
423
430
-2 ø
Kab. DONGGALA
Kab. MAMUJU UTARA
500
C -19 UT - 8
Buttu
Taledo
400
Buttu179
Tannae
Titik Pengambilan Sampel Geokimia
400
C -18
300
D - 16
D - 17
D - 18
488
383
A 5500
Peta Indeks
300
SUMARORONG
445
322
Buttu
725
725
Tamasembo
UT - 4
UT - 6
UT - 7374
C -16
D - 15
IB - 5
Ihing
Paeroang
Kab. TANATORAJA
-3 ø
Kab. MAMASA
Buttu
480
Surang
Tappina
Buttu
Buyangmanu
Buttu
363
Kota PALOPO
Kab. MAJENE
Kab. L U W U
489
Kab. KOLAKA UTARA
470
Kawukuhan
Kab. POLEWALI MAMASA
-3ø30'
Kab. ENREKANG
Buttu
300
460
Karobe
9638000
500
400
UT - 5
D -485
13
IB - 4
245
Mata air Dingin
UT - 3
Buttu
585
Kanamanuk
Buttu
521
Kayuangin
351
409
UT - 2
537
283
480
D - 14
Buttu
535
500
D - 12
309
Mata air panas
UT - 1 Ululilli
458
Buttu
622
Pangandarang
A -16
460
A
-17
A -18
243
C -14
443
Pakkedoang
Buttu
630
Balatana
Buttu
596
Tabibang
251
C -12
C -13
Kontur interval 25 meter
582
D - 11
Buttu
381
Ulusalupali
Pamombong
577
A -15
Buttu
253
B -18
Sungai dan anak sungai
574
624
Buttu
508
Kahukahu
A -14
IB - 3
9640000
Buttu
501
Tamoa
A -12
B -15
B -17
B U L O
IB -Buttu
1
Buttu
738
Salurapitu
E-4
E-5
B -16
532
D-9
C - 7 481
C - 8 D - 10 C - 9
C-6
408
Talaya
A -11
A -13
Buttu
529C - 512
5
Talibubuh
9642000
Tamarang
LP - 8
Buttu 542
584
Tatelo
510
400
Jalan
LP - 7
E-2
Sepporraki
B -13
A -10
Takalitora
C -2
Buttu
591
Hani
620
B -11
E-3
D-2
Buttu
451
Manehung
9644000
LP - 5
LP - 6
E-1
D-1
Popao
K-1
Desa / Kampung
Buttu
753
Tamakuni
300
B -10
A -8
A -7
A -4
K-2
LP - 4
214
A -3
Buttu
Karombang
LP - 3
B -9
Salu
200
K-4