06-Lapak Politik Kelas

BAHASAN UTAMA

“LAPAK” POLITIK KELAS
DALAM SEJARAH INDONESIA?
(Sekelumit Persoalan Pengorganisasian
Rakyat Pekerja Indonesia)
Willy Aditya 1

Abstract
A struggle against oppression in any way of it always requires an “organizing”
action. Organizing, especially organizing people, has become the key of success
for the struggle combating it. Organizing the working people is the strategy and
even a tactics in terminating the chain of the people's being oppressed.
Releasing the working people out of their being oppressed is the primary matter
normally faced by human civilization. The Indonesian working people
themselves have faced the critical situation, as they are indeed at a position of
such incomplete transformation just before the end of the colonization by the
imperialists.

hadap


Pengantar

kebijakan

Negara,

namun

sampai pada kursi presiden. Banyak
demokrasi

tafsir dari gelombang pasang demo-

nasional di Amerika Latin menjadi

krasi nasional di negara Amerika

rujukan kontemporer bagi gerakan

Latin, mulai dari munculnya new so-


Gelombang

pasang

negara-negara

cial movement, kejenuhan demokrasi

dunia ketiga, tak terkecuali Indo-

ala neo-liberalisme yang memiskin-

nesia. Kemenangan kelompok kiri tak

kan, sampai pada kerinduan terhadap

hanya pada tingkatan influence ter-

wajah baru sosialisme. Apa pun argu-


rakyat

pekerja

di

1 Willy Aditya, Sekretaris Jeneral Komite Persiapan Perhimpunan Rakyat Pekerja (KP-PRP).

Menamatkan Studi di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta program studi
Ideologi dan Politik.

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

19

“LAPAK” POLITIK KELAS DALAM SEJARAH INDONESIA?

mentasi dan asal latar ideologi, seja-


miskin yang akhir-akhir ini sering

rah pergolakan kekuasaan yang pan-

dipakai? Rakyat pekerja dalam ter-

jang telah memberikan pelajaran ter-

minologi Marxian memiliki kecende-

sendiri tentang mengakarnya pengor-

rungan pembauran dari komposisi

ganisasian rakyat pekerja.

kelas buruh, pekerja mandiri, dan
borjuasi kecil progresif. Penulis meng-

Tidak dapat disangkal bahwa per-


gunakan terminologi 'rakyat pekerja'

juangan melawan penindasan baik

berangkat dari kecenderungan kom-

kolonialisme maupun neo-kolonial-

posisi

isme dan imperialisme dalam bentuk

memperlihatkan banyaknya borjuasi

apa pun, selalu saja membutuhkan

kecil dan pekerja mandiri. 2 Secara

“pengorganisasian”.


Pengorganisa-

ideologis, posisi politik kepemimpinan

sian, terutama pengorganisasian rak-

kelas buruh dalam relasi produksi

yat, menjadi kunci dari suksesnya

termaju tak disangsikan lagi. Namun,

perjuangan

kelas

di

Indonesia


yang

penindasan.

materialisme dialektika adalah ilmu

Kuba adalah contoh yang baik dalam

pengetahuan tentang ruang praktik

sejarah abad ke-20 yang mencatat

perjuangan yang luwes dalam eksplo-

kebenaran tesis ini dalam konteks

rasi karakter massa berlawan. Politik

perlawanan terhadap kapitalisme dan


pembebasan rakyat pekerja bukanlah

neo-kolonialisme (Machel, 1999).

ruang kosong yang bereksperimen-

melawan

tasi dalam wacana besar di media
Rakyat pekerja, istilah apakah ini?

massa liberal atau propaganda koran

Kenapa tidak proletariat yang lebih

partai saja. Untuk konteks Indonesia,

tegas


kelas,

setidaknya harus mampu diselesai-

marhaenisme yang merupakan pemi-

kan delinking sejarah perjuangan ke-

kiran

las serta mencoba mengisi keko-

dalam
orisinal

polarisasi
Soekarno

terhadap


relasi produksi negara terjajah, Murba

songan politik kelas. 3

dalam istilah Tan Malaka, atau rakyat

2 Pekerja mandiri bukanlah buruh dalam relasi produksi kapitalisme yang menjual penuh tenaganya

untuk mendapatkan upah. Pekerja mandiri memiliki otoritas (self authority production) berproduksi
dalam skala tertentu dan tak terikat disiplin besi seperti pabrik. Pekerja mandiri acapkali ditemukan di
negara-negara postkolonial seperti tukang bakso, tukang sol sepatu, tukang becak, dsb.
3 Istilah 'politik kelas' dirujuk karena menempatkan masyarakat dalam konteks kepentingan sosialekonomis yang dibawanya. Dalam konteks ini, kepemilikan atau dominasi ekonomi atau penguasaan atas alat-alat produksi dianggap sebagai faktor utama yang memilah-milah masyarakat.
Dominasi ini tidak terjadi secara alami atau takdir, tetapi sebagai sesuatu yang sistematis karena
penguasaan sumber-sumber ekonomi (basis material) ini juga berkorelasi langsung dengan upaya
perebutan dan mempertahankan 'kekuasaan politik'.

20

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005


BAHASAN UTAMA

Pembebasan

Rakyat

Pekerja

dari

sekali

pelaksanaannya.

mana

rantai ketertindasan adalah persoalan
pokok

oleh

pengorganisasian di tengah sejumlah

peradaban manusia. Persoalan lan-

klaim berbagai kelompok tentang

jutannya adalah bagaimana strategi

senjata

dan taktik untuk memutus rantai

pembebasan ini?

yang

selalu

dihadapi

letak

Di

sebenarnya

silang-sengkarut

perlawanan

rakyat

untuk

ketertindasan tersebut. Apakah perjuangan revolusioner atau damai,
metode ini selalu tidak berdiri bebas

Pengangguran, Kemiskinan, dan

dalam zamannya namun berkores-

Ketertindasan Rakyat Pekerja

pondensi terhadap kesiapan massa
dan sejarah massa berlawan. Namun,

Krisis berkepanjangan yang terjadi

kata kunci tetapnya tak bisa disangkal

berulang-ulang

adalah pengorganisasian rakyat pe-

sesungguhnya korban utamanya sela-

kerja!

lu bukan kelas borjuis dan kaum

dalam

kapitalisme

penguasa. Fakta-fakta yang nyata
rakyat

dan terang-benderang terus-menerus

sekarang

dipelintir dan dikaburkan sehingga

Apakah

pengorganisasian

pekerja

dalam

memiliki

perspektif

situasi

kelas?

realitas yang sesungguhnya tidak

Untuk mengurai pertanyaan tersebut,

dikenali lagi. Begitu kabur hingga

mungkin

hanya sedikit pakar yang mengemu-

secara

harus

politik

dilakukan

komprehensif

dari

analisis
aktor,

kakan

realitas

pahit

yang

terus

strategi, dan taktik yang dipilih. Politik

terjadi, bahkan setelah berakhirnya

kelas harus diterjemahkan secara

rezim otoriter Suharto, seperti yang

plural dalam berbagai dimensi kreatif.

diingatkan oleh Ignas Kleden (2003)

Politik kelas harus pula menyebar

bahwa kelas bawah terus dipaksa

dalam

kehidupan

membayar privilese dan kemewahan

masyarakat sesuai dengan kondisi

buat kelas atas. Untuk lebih jauh

obyektifnya masing-masing.

mengenali

berbagai

aspek

realitas

ketertindasan

kelas pekerja, kita perlu mendalami
Akhir-akhir

ini

kata

“pengorgani-

beberapa deskripsi berikut tentang

sasian” menjadi kata yang amat se-

kenyataan

itu

dalam

pengalaman

ring dipakai di setiap rapat komite

sektoral rakyat pekerja di Indonesia

aksi, pendidikan fasilitator, sampai

hingga hari ini.

forum otokritik. Namun demikian,
pada kenyataannya justru kurang

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

21

“LAPAK” POLITIK KELAS DALAM SEJARAH INDONESIA?

Kaum Buruh:

Undang-Undang Nomor 1 tentang

Rakyat pekerja Indonesia dihadapkan

Penanaman

pada situasi yang selalu krisis karena

dilanjutkan

memang berada dalam suatu trans-

Badan

formasi yang tidak akan terselesaikan

Modal Asing pada 19 Januari 1967.

sebelum berakhirnya penjajahan oleh

Sementara

sebagai

imperialisme. Imperialisme mengaki-

Pertemuan

Tokyo

batkan pengereman laju masyarakat

September 1966, pada tanggal 23-24

suatu negeri, karena super profit

Februari 1967 di Amsterdam dise-

diakumulasi di luar negeri sehingga

lenggarakan

mengakibatkan

membentuk sebuah badan pemberi

stagnasi

pertum-

Modal
dengan

Asing

pembentukan

Pertimbangan

buhan pembangunan industri baru.

pinjaman

Hal

Penanaman
kelanjutan
pada

pertemuan

yang

yang

dikenal

bulan

untuk
dengan

satu

latar

sebutan Inter Governmental Group

hutang

dari

for Indonesia (IGGI). Dalam Amster-

negeri-negeri donor atau lembaga-

dam Meeting ini disepakati bantuan

lembaga internasional, yang pada

sebesar US$ 325 juta kepada Indo-

hakikatnya modal tersebut adalah

nesia. Pinjaman dan investasi swasta

hasil

terhadap

asing pun masuk, maka dibukalah

negara-negara semikolonial dan kolo-

kawasan-kawasan industri. Hingga

nial.

1995 kawasan industri telah menggu-

ini

adalah

belakang

salah

munculnya

dari

penghisapan

nakan lahan seluas 42.304,35 Ha,
Sejarah

mencatat

bahwa

yang perinciannya dapat dilihat pada

pada

tabel berikut ini:

tanggal 10 Januari 1967, pemerintah
Suharto

menetapkan

berlakunya

Jumlah Kawasan Industri di Indonesia
Lokasi

Jumlah Perusahaan

Luas (Ha)

DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Sumatera
Sulawesi
Kalimantan

6
75
15
29
18
3
6

3.151,6
21.489,4
2.891,4
6.035,69
6.869,24
1.015,02
852

J U M LAH

152

42.304,35

Sumber: Himpunan Kawasan Industri (HKI), dikutip dari "Lahan Kawasan Industri di
Indonesia 42.304 Ha, Kompas, 13 Juli 1995

22

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

BAHASAN UTAMA

Pembukaan kawasan-kawasan indus-

tuntutan radikal dan bahkan politis.

tri ini ditopang oleh kebijakan pemeterhadap

Setelah berjalannya agenda neolibe-

investasi, tetapi bersikap sebaliknya

ralisme imperialisme untuk mela-

dalam memperlakukan kaum buruh.

kukan privatisasi dan pasar bebas,

Hal ini didasarkan pada pertimbangan

mulai muncul persoalan baru bagi

utama bahwa investasi masuk ke

kaum pekerja Indonesia yaitu relokasi

Indonesia adalah karena Indonesia

industri dan penciutan jumlah peke-

memiliki keunggulan komparatif, yak-

rja. Pada tahun 2002 lalu, misalnya,

ni tenaga buruh yang murah dan iklim

terjadi relokasi pabrik Sony Indonesia

investasi yang nyaman di bawah re-

ke Vietnam. Kasus Sony ini menjadi

zim Orde Baru.

gunung es dari persoalan imperia-

rintah

yang

kooperatif

lisme yang tidak mengenal batasPeralihan rezim dari Soeharto ke

batas negara. Kemudian mulai terjadi

Habibie mulai membawa perubahan

demonstrasi dan mogok kerja peker-

kebijakan

buruh.

ja-pekerja BUMN yang sebelumnya

Habibie mulai meratifikasi konvensi

dikenal moderat (plat kuning). Bah-

ILO

Kerja

kan sampai tesis ini dibuat, pekerja PT

Bersama (KKB) sebagai hak kolektif

Dirgantara Indonesia (BUMN) masih

buruh untuk melakukan perjanjian.

melakukan

Juga mulai terjadi demokratisasi di

ancaman pensiun awal dari pihak

tingkatan pabrik dengan bermun-

manajemen

culannya organisasi-organisasi seri-

konsekuensi dari masalah keuangan.

kat buruh baru di luar korporatisme

Sebelumnya, bahkan ribuan pekerja

Orde Baru. Namun di sana-sini masih

dari PT Dirgantara Indonesia, Indo-

terdapat

hak

sat, Semen Padang, dan banyak lagi

buruh untuk berorganisasi, apalagi

BUMN lain di Idonesia pernah melaku-

untuk menyalurkan hak mereka untuk

kan hal serupa yang menggugat

mogok

Jika

privatisasi yang sedang berlangsung

sebelumnya pada masa Orde Baru

terhadap perusahaan tempat mereka

terdapat kekangan dan korporatisme

bekerja.

terhadap

mengenai

Kesepakatan

kekangan

atau

kaum

terhadap

berdemonstrasi.

mogok

kerja

perusahaan

karena
sebagai

organisasi yaitu harus melalui SPSI
sebagai

serikat

pekerja

resmi,

Di banyak perusahaan masih terjadi

kemudian mulai terjadi demokratisasi

mogok

dengan

mengenai

berdirinya

banyak

serikat

atau

unjuk

masalah

rasa

buruh

pengupahan,

buruh baru yang melakukan tuntutan-

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

23

“LAPAK” POLITIK KELAS DALAM SEJARAH INDONESIA?

tunjangan, dan beberapa hak dasar

masaran produk pertanian oleh

mereka yang belum diberikan oleh

kapitalis; monopoli adalah konse-

pengusaha. Persoalan ini semakin

kuensi dari liberalisasi pertanian.

memberatkan buruh karena sekarang
ada rencana dari pemerintah untuk

Tatanan ekonomi global imperialisme

mengundang-undangkan RUU Penye-

menempatkan negara-negara dunia

lesaian Perselisihan Hubungan Indus-

ketiga yang berada di periferi sebagai

trial (PPHI) yang mengancam hak

pemasok

buruh untuk bersatu dalam memper-

penyedia tenaga kerja, dan sekaligus

juangkan nasib mereka.

sebagai konsumen potensial produk-

bahan

baku

industri,

produk dari negara imperialis. Kebijakan ini menyebabkan terjadinya

Kaum Tani:
ini

perlambatan transformasi masyara-

mengalami bermacam penindasan,

kat menuju kapitalisme. Industri yang

penghisapan, dan gangguan sebagai

dibangun adalah industri orientasi

berikut:

ekspor

-

Di beberapa tempat masih ter-

tetapi padat karya sehingga dipilih

dapat penindasan tuan tanah dan

yang manufaktur (tekstil) dan pengo-

lintah darat yang menghisap kaum

lahan

tani berdasarkan hubungan pa-

seperti industri rokok, pengolahan

tron-klien

karena

makanan, dan sebagainya. Dengan

pembelokan program Land Reform

demikian keunggulan ekonomi Indo-

oleh rezim berkuasa;

nesia adalah pada sektor-sektor yang

Pengambilalihan lahan kaum tani

berkaitan

dengan paksa atau setengah paksa

membuatnya terbelakang dalam hal

oleh kapitalis (baik lokal maupun

teknologi (sebagai salah satu aspek

Kaum

-

-

tani

24

yang

dewasa

feodal

yang

berteknologi

produk-produk

dengan

rendah

pertanian

ekstraktif

yang

imperialis) yang didukung oleh

dari force of production). Hal ini

birokrat/militer dan kapitalis biro-

membuka kesempatan bagi kapitalis

krat sendiri;

(imperialis) — apalagi sejak dibu-

Murahnya nilai produk pertanian

kanya liberalisasi — untuk menanam-

karena terbukanya impor pangan,

kan modalnya dan mengembangkan

tidak adanya subsidi untuk pupuk,

hubungan produksi baru dengan ke-

dan kebijakan pemerintah yang

kuatan produksi yang lebih modern.

tidak
-

Indonesia

menguntungkan

petani

lainnya;

Penetrasi

Monopoli bibit, produksi, dan pe-

dengan konsolidasi lahan milik tani

modal

pertama

dimulai

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

BAHASAN UTAMA

dalam

Selain itu, masih terdapat permasa-

pemanfaatan teknologi dan manaje-

lahan yang diakibatkan oleh pembe-

supaya

bisa

lebih

efisien

men produksi. Terdapat empat cara

lokan program Land Reform oleh Orde

untuk melakukan konsolidasi lahan

Baru. Sebagaimana yang kita keta-

ini:

hui, sebagian besar lahan-lahan yang

1. Melakukan pembelian atau peng-

di-Land Reform oleh rakyat di era

murah

Orde Lama adalah lahan hak Erfpacht

dengan menggunakan alat represi

(Hak Guna Usaha) yang dikuasai oleh

dari TNI atau negara (kasus Ta-

perusahaan-perusahaan asing, teru-

pos);

tama Belanda. Hak erfpacht ini mun-

gusuran

dengan

harga

2. Dengan sistem Corporate Farming

cul dari politik agraria Belanda untuk

atau Perkebunan Inti Rakyat (PIR)

menguasai lahan-lahan petani yang

yang mengkonsolidasikan lahan

tidak dapat membuktikan kepemi-

petani-petani kecil dengan sistem

likan lahannya kepada pemerintah

pembagian saham atau si kapitalis

kolonial pada waktu itu. Lalu lahan-

berperan sebagai manajemen;

lahan yang diserobot dari rakyat

yang

tersebut dikuasai oleh pemerintah

dimiliki secara komunal oleh rak-

kolonial yang kemudian memberikan

yat, yaitu tanah-tanah marga, ula-

hak guna usaha pada perusahaan-

yat, dan sebagainya dengan per-

perusahan perkebunan.

3. Menguasai

lahan

besar

janjian bagi saham atau pembagian keuntungan yang sebagian

Hak guna usaha lahan-lahan hasil

besar dinikmati oleh elite-elite

nasionalisasi oleh rakyat tersebut

masyarakat atau marga;

diserahkan oleh Orde Baru kepada

4. Perjanjian pembagian saham atau
keuntungan

antara

kapitalis

militer, kabir (kapitalis birokrat), dan
kapitalis-kapitalis

kroni

mereka.

dengan pemilik lahan besar feodal

Dalam beberapa kasus terjadi kontra-

yang menggusur petani penggarap

diksi kepentingan antara kaum tani

yang sejak lama menggunakan

dengan buruh perkebunan. Sesung-

tanah tersebut; atau kaum feodal-

guhnya kontradiksi pokok terjadi an-

nya sendiri yang mentransforma-

tara

sikan diri menjadi kapitalis yang

menguasai lahan, namun hubungan

memajukan corak produksi lahan

produksinya bukan lagi semata-mata

yang dimilikinya sehingga petani

antara petani dengan kabir namun

penggarap tergusur.

juga terdapat hubungan produksi

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

petani

dengan

kabir

yang

25

“LAPAK” POLITIK KELAS DALAM SEJARAH INDONESIA?

antara buruh perkebunan dengan

pakan buruh-buruh yang bekerja un-

kabir.

tuk

nelayan

pemilik

besar

kapal.

dan

kapitalis

Kehidupan

mereka

Selain itu, petani kecil Indonesia juga

sangat terhisap, bahkan banyak yang

berhadapan dengan pasar bebas dan

tidak

persaingan

membuat

borjuasi. Sedangkan nelayan besar

mereka tidak mampu bersaing karena

adalah nelayan yang memiliki alat

sistem produksi mereka yang tidak

produksi dan teknologi yang memadai

semaju sistem kapitalisme. Ditambah

serta mempekerjakan buruh-buruh

lagi dengan kebijakan pemerintah

nelayan dalam kegiatannya. Namun,

yang tidak menguntungkan petani

massa terbesar dari nelayan Indone-

seperti pencabutan subsidi pupuk,

sia adalah nelayan kecil yaitu nelayan

pembukaan pintu impor pangan, dan

yang hanya memiliki perahu kecil dan

berbagai

yang

minim teknologi sehingga dalam be-

membuat munculnya resistensi yang

kerja sering melakukan upaya kolektif

kuat dari massa tani terhadap negara.

bersama

bebas

kebijakan

yang

lainnya

diupah

dengan

layak

nelayan-nelayan

oleh

kecil

lainnya. Nelayan kecil dan buruh tani
merupakan sekutu terdekat kelas

Kaum Nelayan:
Indonesia merupakan negara yang

pekerja mengingat banyak perannya

memiliki garis pantai yang tergolong

yang lain seperti penjagaan teritori

terpanjang di dunia. Sayangnya, dari

dan pengangkutan sungai dan laut.

segi produktivitas hasil laut, Indonesia kalah dari Inggris dan Thailand

Kaum Miskin Kota:

yang jauh lebih pendek garis pantai-

Dalam proses transformasi masya-

nya. Produktivitas ini bukan semata

rakat pra-kapitalisme menuju kapita-

dilihat dari kenyataan bahwa nelayan

lisme, terjadi peralihan kelas petani

Indonesia tidak bekerja keras. Sekali-

tak bertanah menjadi proletar. Dalam

kali tidak! Nelayan Indonesia adalah

perkembangannya proses urbanisasi

nelayan yang bekerja keras, namun

tak

terbelakang dalam teknologi penang-

tenaga produksi ini sehingga memun-

kapan ikan dan alat produksinya juga

culkan kelas di tengah (borjuis kecil

terbatas.

dan semi proletariat) yang menggem-

mampu

menampung

ledakan

bung. Tak terkira contoh kasus yang
Dikenal tiga jenis nelayan, yakni

menunjukkan

buruh nelayan, nelayan kecil, dan

imperialisme di dunia ketiga telah

nelayan besar. Buruh nelayan meru-

menciptakan urban-proletariat (Co-

26

bahwa

penetrasi

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

BAHASAN UTAMA

hen dan Gutkind, 1979). Fenomena

Kaum miskin kota ini merupakan

yang terjadi di negara semikolonial

sekutu terdekat kelas pekerja dalam

atau negara yang sedang berevolusi

perlawanan

menuju

mengaki-

dan negara diktator borjuasi. Kemun-

batkan munculnya kaum miskin kota

culan mereka merupakan dampak

dengan berbagai profesi. Profesi-pro-

dari imperialisme yang menghalangi

fesi kaum miskin kota ini meliputi

kemajuan perekonomian dan dampak

tukang becak, gelandangan, tukang

dari kebijakan negara yang menjadi

ojek, pengamen, pemulung, peda-

kaki tangan kapitalis. Sebagaimana

gang kaki lima (kulakan), dan bebe-

kita ketahui, negara yang dikuasai

rapa profesi lain. Heterogenitas pe-

oleh kapitalis akan menyusun pere-

kerjaan dan bahkan tanpa pekerjaan

konomian yang memihak kepenting-

(pengangguran) harus ditempatkan

an

dalam pemahaman bahwa mereka

kepentingan rakyat lainnya yang ma-

adalah kelas pekerja dan subpro-

yoritas.

kapitalisme

ini

melawan

mereka

sendiri,

imperialisme

bukan

untuk

letariat sesuai definisi “mereka yang
tidak memiliki alat produksi dan tak
memiliki suatu apa pun yang dijual
kecuali tenaga untuk bekerja” (Sand-

Selain kelas-kelas yang telah disebut-

brook, 1975).

kan di atas, terdapat juga kaum terpelajar, pekerja seni, dan maha-

Jika mempunyai keterampilan kerja

siswa/pemuda yang juga merasakan

yang lumayan, kaum miskin kota ini

kesukaran yang sama dengan yang

bisa menjadi buruh di sektor-sektor

dialami oleh kelas pekerja. Mereka

industri rumah tangga seperti kon-

tidak diuntungkan oleh hambatan-

veksi, fotokopi, karyawan toko, dan

hambatan yang ada dalam suatu

berbagai profesi buruh sektor infor-

negara semikolonial, seperti tidak

mal lainnya. Namun, terdapat juga

adanya penghargaan yang layak bagi

kaum miskin kota yang dibujuk rayu

pekerja seni yang pro-rakyat, kaum

oleh kapitalis/borjuis untuk menjadi

terpelajar yang jujur pada ilmunya,

centeng mereka atau kemudian terje-

dan juga mahasiswa yang sering kali

bak melacurkan diri, menjadi maling,

mengalami kesukaran dalam menun-

atau terlibat dalam pekerjaan-peker-

tut

jaan yang dikategorikan kriminal lain-

fasilitas dan tidak demokratisnya sis-

nya oleh hukum yang berlaku.

tem pendidikan.

ilmunya

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

karena

kurangnya

27

“LAPAK” POLITIK KELAS DALAM SEJARAH INDONESIA?

Di

Pinggiran

Politik

Rakyat

yang memiliki anggota dan massa
yang

Pekerja Terkurung

cukup

besar

untuk

dapat

bertarung secara riil dalam persoalan
Alang2 ditembok, berat kepalanja,

keseharian

lemah pokoknja, dangkal akarnja.

bawah.

massa

di

tingkatan

Rebung digunung, runtjing putjuknja,
tebal kulitnja, kosong isinja.

Marx, Lenin, dan Mao sendiri memang

—Mao Tse Tung

sangat menitikberatkan taktik-strategi perjuangannya pada pengor-

Terpinggirnya kekuatan politik kelas

ganisasian dan politisasi kelas buruh

dari

nasional

dan tani untuk merebut negara. Hal

sekarang dapat diartikan terjadinya

dinamika

politik

ini wajar sebab Marx mengambil basis

kekosongan

materi teorinya dari perkembangan

secara

vertikal

dan

horisontal antara gerakan politik yang

masyarakat

berkembang dengan rakyat pekerja

penindasan kaum feodal terhadap

Indonesia. Secara vertikal bermakna

kaum tani di China pada saat itu.

bahwa

Bagaimana

belum

ada

kepemimpinan

kapitalis

dengan

Eropa

serta

taktik-strategi

politik yang cukup memadai dan,

perjuangan revolusioner di negeri-

terutama,

massa.

negeri terbelakang yang mayoritas

Memang hadir berbagai kekuatan

dipercaya

oleh

masyarakatnya adalah petani atau

atau organisasi yang berusaha tampil

dalam hubungan penindasan kolo-

untuk memenuhi kebutuhan tersebut,

nialisme dan semi-feodal? (Wilson,

tetapi pasca GESTOK 1965 sudah

2003).

tidak ada lagi organ yang mampu
memimpin dan menjadi muara per-

Praktik

juangan kelas di Indonesia. Orga-

pekerja di Indonesia 20 tahun terakhir

nisasi atau kekuatan yang ada saat ini

bergerak tidak pada tujuan bagai-

cenderung lebih banyak bertarung di

mana merebut kekuasaan. Pema-

pengorganisasian

rakyat

ranah politik elite yang jauh dari

haman tentang civil society dikon-

kesadaran massa kelas Indonesia.

frontasikan dengan political society

Secara horisontal bermakna bahwa

sehingga membuat kesadaran yang

tidak ada kekuatan atau organisasi

seolah-olah anti state.4 Perjuangan

4 Baca Coen Husein Pontoh, Masyarakat Sipil sebagai agen Globalisasi. “Akankah mission sacre

(misi suci) masyarakat sipil berupa gagasan emoh negara, dan memberi tekanan terus-menerus
terhadap perilaku negara yang intervensionis, harus dipegang erat-erat? Lalu, buat apa kita
membangun masyarakat sipil yang kuat di atas landasan mayoritas yang miskin? Bukankah kita
sedang menggali liang kubur sendiri?”

28

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

BAHASAN UTAMA

politik menjadi ditabukan dan per-

dian melupakan bahwa kesejahteraan

juangan ekonomi lebih dipilih. Keke-

hanya dapat diperoleh apabila kekua-

cewaan terhadap gerakan politik

saan politik telah direbut oleh kelas



yang hasilnya selalu diambil oleh

yang

borjuasi oportunis atau elite politik —

dasan.

akan

menghapuskan

penin-

membuat gerakan sosial kemudian
malas merambah ke dunia yang seha-

Pengorganisasian

rusnya menjadi medan pertarungan

bersamanya sekelompok orang untuk

yang sesungguhnya. Kecenderungan

membuat sesuatu yang tak berjalan

civil society yang memisahkan antara

dan

perjuangan ekonomi dan perjuangan

berjalan

politik kelas adalah wujud alamiah

Intinya adalah terjadinya perubahan

dari masyarakat dengan relasi sosial

ke arah kemajuan dan lebih baik.

yang ditentukan kapitalisme, berbeda

Untuk kasus Indonesia, ada beberapa

dengan tahap perkembangan sejarah

kondisi yang menyebabkan pengor-

dalam corak produksi sebelumnya

ganisasian rakyat pekerja menjadi tak

yang tidak memisahkannya.

jelas orientasinya, terutama gerakan

mengalami

adalah

bekerja

kemacetan

sebagaimana

dapat

semestinya.

sosial. Diantaranya adalah:
Ironisnya, di berbagai kalangan yang
lantang menyuarakan kritik atas kapi-

a. Tidak memiliki 'orientasi poli-

talisme — LSM, kelompok buruh, ke-

tik' yang tegas

lompok tani, atau kelompok peng-

Masyarakat

organisasian sosial lain — pemisahan

sebagai "masyarakat yang sadar

perjuangan

dipelihara,

politik tapi tidak berambisi untuk

dengan menyatakan bahwa urusan

merebut kekua-saan politik” (Coen

mereka

bagaimana

Husein Pontoh, 2000). Setidaknya

anggota atau massa yang diorgani-

ada dua gerbong demokrasi yang

sasikannya sejahtera, sedangkan soal

memiliki kesamaan dengan cara

politik itu urusan gerakan mahasiswa

pandang anti politik. Pertama, se-

atau partai politik. Suatu pernyataan

bagian besar aktivis LSM Indonesia

yang benar secara prinsip namun

fasih politik dan menjadi fasilitator

salah

Adalah

civic education yang meng-giring

benar bahwa tugas organisasi adalah

kesadaran massa untuk anti partai

membuat anggota atau kelas yang

politik dan negara, namun tidak

diorganisasikannya mencapai kese-

melahirkan

jahteraan, tetapi salah apabila kemu-

signifikan di tingkat lokal. Kedua,

ini

adalah

dalam

juga
soal

pemahaman.

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

sipil

ruang

didefinisikan

politik

yang

29

“LAPAK” POLITIK KELAS DALAM SEJARAH INDONESIA?

student movement sisa-sisa Mei

dengan

'98, dengan alasan tidak mau

sendiri atau masuk parpol yang

mengulangi kesalahan Angkatan

segaris

'66, diam-diam membelot menjadi

orientasi

kaki tangan kekuasaan korup.

5

mendeklarasikan
menjadi

partai

kunci

organisasi

bagi

ra k ya t

pekerja. Parpol adalah kendaraan

Ada sebuah gerbong lagi yang

terbaik

perlu ditambahkan yaitu orga-

pengelolaan

nisasi-organisasi rakyat pekerja

aktual dan efektif, parpol tidak

seperti serikat buruh, serikat tani,

h a n ya

dan kaum miskin kota yang gatal

pemerintahan yang busuk tetapi

untuk

juga

berpolitik

namun

rikuh

untuk

terlibat

dalam

kekuasaan

secara

bersikap

m e n g a wa s i

menggantikan

peme-

untuk terjun langsung. Sikap dan

rintahan tersebut. Parpol memiliki

tindakan organisasi rakyat pekerja

isu yang paling menyeluruh dan

ini

lahir

dari

ketidak-beranian

karena

itu

menjangkau

kelas

yang

luas.

untuk meninggalkan induk se-

masyarakat

m a n g n ya ,

Parpol tidak bekerja berdasarkan

para

LSM

yang

tapi

bekerja

paling

berkontribusi terhadap jalannya

isu

program organisasi. Sikap bim-

kepentingan paling mendasar dari

atas

dasar

bang organisasi rakyat pekerja

kelas pekerja.

inilah yang mewarnai tingginya
angka

GOLPUTh6 pada

PEMILU

b. Pengorganisasian kasus

2005. Banyak organisasi rakyat

Tersandung pada ketidakjelasan

pekerja

orientasi politik berimbas pada

bekerja

sama

pada

program seperti anti militerisme

metode

pada PEMILU 2005 tapi tidak mau

ganisasian

eksplisit

dalam

posisi

peme -

dan

praktik

rakyat

pengor-

pekerja

di

Indonesia. Tidak tuntas pada level

nangan langsung satu calon.

pembacaan ekonomi-politik dan

Guillermo O'Donnell menegaskan

geopolitik

kenapa pilihan berpolitik adalah

rakyat pekerja acak dalam peng-

membuat

gerakan

5 Beberapa kaum muda malah menjadi darah segar bagi alat politik Orde Baru seperi GOLKAR dan tak

jarang pula yang menjadi think tank-nya militer seperti Susilo Bambang Yudhono. Istilah darah segar
merujuk pada korespondensi Budiman Sudjatmiko ketika masih kuliah di Inggris dengan Agus
Subhan yang menegaskan bahwa kaum muda kehilangan moralitas perjuangannya.
6 GOLPUT di era demokrasi liberal berbeda dengan tindakan yang dilakukan Arief Budiman di zaman
Otoritarian yang merupakan power blocking yang efektif terhadap rezim. GOLPUT di era demokrasi
liberal adalah tindakan paradigmatik kelas kapitalis untuk mengeliminasi rakyat dari partisipasi politik
secara aktif yang tetap memelihara depolitisasi melalui floating mass.

30

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

BAHASAN UTAMA

organisasiannya. Pendekatan asal

langsung, akses seluruh proses

ada kasus untuk diorganisasikan

produksi termasuk rahasia peru-

adalah

lazim

sahaan dengan menghasilkan UU-

keseharian

nya, kontrol melalui dewan buruh,

gerakan rakyat pekerja. Pende-

dan pengambilalihan perusahaan

katan ini berimplikasi pada su-

bangkrut oleh negara.

fenomena

ditemukan

yang

dalam

sahnya mencari benang merah

Kekuatan korban PHK yang teror-

satu kasus dengan kasus lain

ganisasi dalam ATP ternyata belum

karena mengalami spesifikasi dan

mampu menjadi persatuan di ka-

cenderung parsial.

langan kaum buruh untuk mening-

Pengorganisasian kasus bukanlah

katkan program dan kesolidan.

barang haram dalam meluaskan

ATP oleh beberapa serikat buruh

agitasi propaganda, namun harus

lebih dipandang sebagai penye-

dipahami sebagai faktor penun-

lesaian kasus dan masih dalam ke-

jang dari target sesungguhnya.

rangka taktis.

Pengorganisasian

Pandangan

kasus

sering

PHK

suatu

bertendensi ekonomisme dengan

kasus

pola

sangat keliru karena PHK adalah

advokasi.

menciptakan

Pola

jarak

advokasi
organisasi

rakyat pekerja dengan korban.

adalah

sebagai

implikasi
konkret

pandangan

neoliberalisme
melaku

yang
secara

program

de-

Dari awal 2003-2005 terjadi PHK

industrialisasi,

massal hampir di semua jenis

Flexibility, dan Relokasi Industri.

Labour

Market

industri, BUMN, manufaktur, dan

Pada garis strategis itulah serikat-

lainnya. PHK massal ini telah men-

serikat buruh memandang per-

dorong inisiatif serikat-serikat bu-

soalannya bukanlah semata-mata

ruh dalam beragam warna politik

PHK

dan pendamping untuk meng-

cengkeraman neoliberalisme yang

galang Aliansi Tolak PHK (ATP) di

mestinya direspons dengan pro-

berbagai kota di Indonesia. ATP

gram bersama yang sistematis.

mengorganisasikan

Sejarah terulang lagi dalam aliansi

pemogokan

yang

kasuistis

melainkan

massal di berbagai pabrik serta

rakyat untuk merespons Perpres

menduduki

Departemen

Nomor 36 Tahun 2005. Respons

kantor

Tenaga Kerja dan Transmigrasi

yang mencuat di media dan di

hampir satu bulan, serta berulang

lapangan terfokus pada penolakan

kali dalam waktu terpisah. Bebe-

Perpres Nomor 36 Tahun 2005 itu

rapa tuntutan ATP adalah: subsidi

namun

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

tidak

melihat

secara

31

“LAPAK” POLITIK KELAS DALAM SEJARAH INDONESIA?

objektif basic issue dan taktik

bagaimana

perjuangan massa. Aliansi Tolak

perjuangan rakyat pekerja dalam

Perpres

kondisi seperti itu. Rakyat akan

mampu

menggalang

menempatkan

rakyat

pekerja

berhadap-hadapan dengan aparat

bersama.

Namun

negara

semua

sektor

dalam

aksi

dalam

berbagai

kasus,

demikian, meski ada perspektif

akankah kita siap atau tidak siap

reforma agraria dari serikat pe-

dengan langkah yang strategis,

tani, tetap kalah bersaing dengan

reaksioner, atau kasuistik 7 ?”

konsentrasi

penolakan

Perpres
c. Kehancuran kolektivitas dan

Nomor 36.
“Target konsolidasi gerakan dalam

solidaritas

momentum penolakan Perpres 36

Rasa senasib dan sependeritaan

tidak boleh terpelintir dengan ilusi

merupakan materi dasar untuk

bahwa tujuan akhirnya adalah

pembangunan organisasi di ka-

mencabut Perpres saja. Ada atau

langan rakyat pekerja: terhisap

tidak ada Perpres, penggusuran

oleh sistem produksi, terdiskri-

paksa terbukti berjumlah sangat

minasi oleh negara, dan ter-

besar beberapa tahun terakhir.

alienasi dari budaya dan agama

Adanya Perpres justru menandai

sehingga

suatu pernyataan politik ke dalam

tivitas

di antara elite-elite politik yang

Kolektivitas pulalah yang menjadi

menguasai dan terkait dengan

hantu atau momok bagi kekua-

negara bahwa mereka harus solid

saan yang korup. Sementara itu

dalam suatu proyek bersama yang

solidaritas hadir sebagai bangun-

membutuhkan koordinasi untuk

an tak terpisahkan dalam kolek-

menggusur rakyat. Beberapa ta-

tivitas; solidaritas hadir sebagai

hun ini, tidak ada konsolidasi se-

wajah asli dari jalinan kolektif

cara

tersebut.

optimal,

ulur-mengulur

sehingga
yang

terjadi

memakan

Celaka

memicu

dalam

rasa

relasi

sungguh

kolek-

sosialnya.

celaka

ketika

waktu. Penggusuran ini tidak akan

fondasi dan harta pusaka rakyat

berhenti

tanpa

pekerja tersebut digerogoti oleh

Perpres 36. Bila sepakat dengan

gurita dan ternyata lembaga yang

itu, agenda strategisnya adalah

ingin

dengan

atau

memberdayakan

mereka

justru melahirkan masalah baru

7 Dalam korespondensi dengan Irwansyah dalam hubungan dengan rencana tesis tentang

“Gerakan Korban Penggusuran” di Institute of Social Studies (ISS) Belanda

32

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

BAHASAN UTAMA

yang jauh dari tradisi rakyat

kuatan dana organisasi dari iuran

pekerja dalam memecahkan per-

anggota sudah digantikan oleh

soalannya.

proposal donor. Pola netek donor

Merujuk cara pengorganisasian

ini menyebabkan hancurnya daya

yang

dan

tahan organisasi dalam mengha-

menjadi momok pemerintahan di

dapi masalah. Di kalangan buruh,

Indonesia,

pemogokan tidak lagi menjadi

dikatakan

wahid

Lembaga

Swadaya

Masyarakat (LSM) di satu sisi

senjata

telah mengikis kolektivitas dan

serikat tidak memiliki iuran untuk

solidaritas

massa

dana kompensasi. Sementara itu

rakyat. Praktik beberapa tahun

merujuk pada stempel negara

terakhir

(kekuasaan), serikat-serikat yang

di

tengah

dengan

memberikan

pamungkas

karena

imbalan per diem atau uang bu-

dikategorikan

lanan pada simpul-simpul massa

dalam kenyataannya adalah jauh

di kampung telah menjadi kecem-

panggang dari api!

buruan sosial di kalangan rakyat

Secara faktual hal ini tidak hanya

miskin

kota. 8

Sebagian mereka

yang menjadi simpul massa justru

INDEPENDEN

ini

dialami oleh satu lembaga saja.
Langgam

pengorganisasian

memilih meninggalkan pekerjaan

Lembaga

sebagai tukang bakso, pedagang

(LSM) di Indonesia pada umum-

kaki lima, atau tukang becak, dan

nya telah mendistorsi orisinalitas

mengalami

vertikal

rakyat pekerja. Tak dapat disang-

mobilitas

Swadaya

Masyarakat

secara personal dengan new life

kal pemanglum terjadi hampir di

style mendokumen rapat dan aksi

semua tataran dengan argumen-

besar-besaran.

tasi klasik atau retorik.

Kehancuran

kolektivitas

solidaritas

juga

dan

terjadi

di

d. Sektarianisme

beberapa serikat buruh dan tani

Alangkah

yang

pekerja Indonesia, sudah terhisap

memiliki

bapak

pen-

celaka

nasib

damping. Serikat-serikat rakyat

dan

pekerja ini kehilangan kemandi-

programnya

riannya dalam menjalankan pro-

karena

gram

sektarianisme dan subjektivisme

organisasi,

seperti

ke-

tersingkirkan,

rakyat

pun

program-

diharamkan

mengidap

p e n ya k i t

8 Data dari wawancara langsung dengan pengurus LSM yang menangani kasus-kasus penggusuran

di Jakarta.

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

33

“LAPAK” POLITIK KELAS DALAM SEJARAH INDONESIA?

Sekta-

identitas atas kesamaan nasib-lah

rianisme ini merupakan penyakit

yang bisa menjadi perekat bagi

warisan dari pemahaman lapak-

persatuan kelas.

lapakan aristokrat/elite pengambil

Persatuan Rakyat Pekerja adalah

kebijakan di tataran organisasi

syarat mutlak untuk mencapai

rakyat pekerja. Lebih mengutama

kekuasan. Persatuan untuk mele-

isu sektoral dan tidak mau terlibat

paskan

dalam

bawah

Amerika

tidak

kepentingan politik kelas. Praktik

dengan

perjuangan

aksi masih sering menonjolkan

reaksi, perjuangan untuk perda-

simbol-simbol organisasi dan tidak

maian,

untuk

mematuhi

untuk

sepiring

di

kalangan

sesama.

aliansi

luas

di

kepemimpinan

la-

diri

imperialisme

bisa

dipisahkan
melawan

demokrasi,
nasi.

dan

Jelaslah

pangan adalah protret nyata dari

bahwa hak dan kebebasan bagi

praktik sektarianisme. Keculasan

rakyat

ini tak hanya berhenti pada praktik

mendapat pekerjaan, bebas dari

colong-menyolong

ancaman

di

lapangan

pekerja

adalah:

hak

pengangguran,

hak

aksi, tetapi kenyataannya cukup

mendapat upah penuh, dan bebas

parah, yakni tidak mau bergabung

dari perbedaan ras dan gender.

dalam aliansi untuk merespons isu

Rakyat

bersama karena adanya kelompok

mendapat semua hak-haknya jika

P, R, atau S. Inilah penyakit kronis

tidak

yang harusnya menjadi koreksi

tertindas.

bila

dilakukan mulai tingkatan nasional

kekuatan

rakyat

pekerja

pekerja
ada

tidak

mungkin

persatuan

Persatuan

sektoral

kelas

itu

hingga

langkah gerakan rakyat pekerja

petani, dan kaum miskin kota.

Amerika Latin.

Diperlukan

e. Persatuan kelas tertindas
Kemiskinan

dan

keterasingan

pula

seperti

harus

Indonesia akan mengikuti jejak

perluasan

34

dari

buruh,

etos

dalam

organisasi

rakyat

pekerja secara bersama untuk
melaksanakan suatu unifikasi.

tidak hanya menimpa segolongan

James Petras memberikan gam-

buruh-tani saja, tetapi melanda

baran tentang kaum tani di Ame-

semua lapisan rakyat pekerja,

rika Latin, yaitu bahwa setelah

tidak memandang apakah ketua

lebih dari 20 tahun mereka kem-

serikat buruh, sarjana, tukang

bali bangkit sebagai aktor sejarah

becak, pedagang kaki lima, laki-

untuk memainkan peran sentral

laki,

dalam

atau

perempuan.

Politik

perubahan

rezim,

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

BAHASAN UTAMA

dan

memimpin

perjuangan

dan pengawal nilai-nilai luhur kema-

perda-

nusiaan. Persoalan pokoknya adalah

gangan internasional (ALCA atau

mengaktualisasikan nilai-nilai luhur

wilayah

bebas

yang diyakini itu dalam kehidupan

Amerika/Free Trade Area of the

politik praktis dan realisasi kekuasaan

menentang

perjanjian

perdagangan

Americas),

dengan

mendirikan

rakyat pekerja.

kekuasaan yang berbasis lokal
dan regional. Di banyak negara,

Tindakan kekiri-kirian, langsung atau

koalisi buruh tani tak bertanah

pun tidak, masih bersemayam dalam

(coalitions

gerakan

of

landless

farm

rakyat

pekerja

ini.

workers), keluarga petani kecil

Vulgarnya

(small family farmers), dan kaum

revolusi

tani (peasants), mengambil peran

program maksimum lainnya adalah

sentral dalam perjuangan nasio-

tindakan

nal

neoliberalisme

bertendensi paranoid terhadap hege-

dan kebijakan perdagangan be-

moni rezim atau bahkan menyang-

bas.

sikan

menentang

propaganda

hari

agraria,

prematur.

kebenaran

sosialisme,

serta

program-

Penulis

wacana

tidak

di

atas

secara prinsipil. Masalahnya adalah
tidak tersedianya lantai material yang
Penutup

cukup kuat untuk menyangga wacana

Wajah

bopeng

pengorganisasian

Tak ubahnya onani atau aborsi di

rakyat

pekerja

di

kalangan sendiri!

dan program-program maju di atas.
atas

mungkin

membuat malu mbah-mbah yang
pernah membangun partai rakyat

Kesadaran massa selama 30 tahun

pekerja pertama di Asia dan negara

terkonstruksi telah mengharamkan

kolonial pada tahun 1920-an. Namun,

'sosialisme,'

pertanggungjawaban sejarah bukan

praktis.' Kesadaran massa mengam-

pada masa lampau melainkan pada

bang didikan Orde Baru tidak hanya di

pertarungan hari ini dan esok. Di

tataran politik tetapi sudah masuk

tengah

rakyat

pada konstruksi sosial yang mem-

pekerja belum kunjung memperoleh

bangun memori kolektif. Produk sosial

peran yang signifikan karena posisi

Orde Baru telah melekat hingga alam

politik mereka yang masih berada di

bawah sadar masyarakat Indonesia

pinggiran: masih berperan sebagai

seperti pengasosiasian maling ayam,

gerakan-gerakan,

'kiri',

bahkan

'politik

tukang demo, tukang bikin proposal,

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

35

“LAPAK” POLITIK KELAS DALAM SEJARAH INDONESIA?

pemerkosa, dan tindakan kriminal

masih lekat di pikiran mereka tentang

lainnya dengan stempel 'komunis'.

semua stempel Orde Baru. Tak pelak
banyak kalangan pragmatis menga-

Selayaknya ideolog dan penyusun

takan situasi tersebut sebagai am-

strategi

nesia kolektif dari masyarakat Indo-

gerakan

rakyat

pekerja

mampu menilik konstruksi kesadaran

nesia.

massa di atas secara kritis. Memang
benar pengalaman gerakan reformasi

Tanpa bermaksud menghakimi diri

1998 telah memberikan pelajaran

sendiri atau memberikan resep muja-

tentang aksi massa sebagai senjata

rab, perjuangan rakyat pekerja saat

penting

ini

perjuangan.

Setelah

itu,

mulai

menunjukkan

adanya

banyak aksi kaum tani yang meng-

berbagai kreativitas dalam hal stra-

klaim kembali tanahnya, gerakan me-

tegi dan taktik untuk menerjemahkan

lawan penggusuran, dan penolakan

politik kelas dalam berbagai kondisi

PHK.

obyektif yang sesuai dengan masyarakatnya. Banyak praktik yang bisa

Dapat disimpulkan bahwa, pertama,

dirujuk seperti tawaran unifikasi kiri-

sejak zaman dahulu di Nusantara

tengah, eksodus ke partai-partai yang

sudah dikenal istilah amuk massa

platform-nya agak sama, atau pilihan

secara spontan untuk melawan pe-

kalangan

nindasan; kedua, materialisme histo-

kemenangan Muspani dalam DPD

ris menegaskan bahwa tingkat kesa-

bahwa untuk berkuasa harus bikin

daran

adalah

partai. Apa pun pilihan dan taktiknya,

impresi. Lalu seberapa lama impresi

semua layak dicoba dalam koridor

aksi massa 1998 mampu diinter-

eksperimentasi

nalisasikan oleh masyarakat yang

Indonesia hari ini.

massa

paling

dini

LSM

yang

terinspirasi

politik

kelas

di

Daftar Rujukan
Cohen, Robert dan Peter C. W. Gutkind. 1979. Peasants and Proletarians: The
Struggles of Third World Workers
Kleden, Ignas. 2003. 'Upper Class Luxury Destroying Civil Society'. The Jakarta
Post March 13.
Machel, Samora. 1999. Pemimpin Visioner. Sahe Institut.

36

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

BAHASAN UTAMA
Mao Tse Tung. 1969. Mengubah Pelajaran Kita. Peking: Pustaka Bahasa Asing.
Petras, James. 2005. Strategi-strategi Perjuangan: Sentralisasi Gerakan Tani di
Amerika Latin.
Pontoh, Coen Husein. 2004. Masyarakat Sipil sebagai agen Globalisasi. Jakarta:
INSIST.
Sandbrook, Richard. 1975. Proletarians and African Capitalism: The Kenyan
Case, 1960-1972. London: Cambridge University Press.
Wilson. 2003. Masyarakat dan Kelas Sosial di Indonesia. Jakarta.
Yayasan “Pembaruan” Jakarta. 1952. Kewajiban Front Persatuan Buruh.

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 10 NO. 2 OKTOBER 2005

37