ANALISIS PSIKOLOGIS POLA KOMUNIKASI MAHASISWA MELALUI SMS KEPADA DOSEN ipi401751

(1)

MELALUI SMS KEPADA DOSEN

Zusy Aryanti

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro

Email: zusyar@yahoo.co.id

Abstract

This research is aimed at describing the communication pattern between the lecturers and their students at State Islamic College of Jurai Siwo Metro via Short Message Service media. The pattern can be seen from psychological analysis. The modern era brings us to use some technologies that help us to do our tasks in more convenient way. In contrast the ease in communication does not always make the communication effective. Sometime the meaning of the sentences written by the students is not clear enough and lead to the negative effects from the lecturers, such as feeling bad mood, feeling peeved, and neglecting the message.

Keywords: Psychological analysis, pattern, student, and lecturer

A. PENDAHULUAN

Sebagaimana kodratnya, bahwa setiap makhluk yang ada di bumi ini berkebutuhan untuk saling bergantung satu sama lain. Kebutuhan yang terjadi di dalam lingkungan makhluk sosial ini dinamakan kebutuhan sosial. Dalam interaksinya kebutuhan sosial tidak terlepas dari komunikasi, sebab komunikasi merupakan unsur utama dalam berinteraksi yang dapat terjadi dimanapun dan kapanpun. Dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan ide, gagasan, kritik atau kebutuhan yang ingin dipenuhi. Komunikasi dapat menimbulkan pengertian, saling kasih sayang, persahabatan, menyebarkan ilmu pengetahuan, namun dengan komunikasi juga dapat menimbulkan perpecahan, permusuhan, kebencian, kejahatan dan masih banyak hal


(2)

yang dapat terjadi akibat komunikasi ini. Kondisi baik atau buruk akan tercipta tergantung dari pilihan komunikais yang dilakukan oleh pelaku komunikasi itu sendiri.

Secara umum, komunikasi terbagi menjadi dua kategori, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal merupakan proses bertukar informasi yang dilakukan dua orang atau lebih dengan menggunakan bahasa verbal. Bahasa verbal sendiri dapat digolongkan menjadi dua, yaitu lisan dan tulisan. Bahasa verbal adalah bahasa yang secara jelas menggunakan kaidah tata bahasa yang dapat diucapkan maupun dituliskan, sementara bahasa nonverbal merupakan bahasa yang tidak dapat ditulis ataupun dibaca tetapi berupa kode yang dapat dipahami sebagai pesan yang memiliki maksud tertentu, misalnya bahasa tubuh, gestur, kode tangan, ekspresi wajah dll.

Komunikasi terjadi dalam kehidupan sehari hari individu sepanjang hayatnya, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali, dapat terjadi dimanapun dan kapanpun. Dalam berkomunikasi terdapat banyak kebutuhan psikologis yang terpenuhi, misalnya Individu menjadi mengerti akan suatu pengetahuan, individu memahami akan suatu permasalahan, individu terpuaskan akan suatu kebutuhan dan sebagainya. Begitu penting dan bermanfaatnya peran komunikasi sehingga individu harus memiliki kemampuan komunikasi dengan baik, agar dapat menciptakan hubungan interpersonal yang baik pula kepada lawan komunikasinya.

Selain dapat terjadi di manapun, komunikasi juga dapat terjadi dengan cara apapun seperti, melalui media elektronik. Perangkat elektronik saat ini banyak memberikan kemudahan bagi individu untuk berkomunikasi dalam situasi dan kondisi apapun. Pada era komunikatif sejak awal kemunculannya yang berupa mesin cetak kemudian berkembang menjadi telegraph, televisi, radio dan hingga berkembang menjadi teknologi yang canggih yaitu perangkat elektronik nirkabel yaitu internet dan telpon genggam. Saat ini fungsi telpon genggam tidak hanya terbatas pada komunikasi secara lisan (telepon) atau tulisan (sms) saja, tetapi telpon genggam yang semakin canggih juga dapat digunakan sebagai perangkat internet yang dapat digunakan untuk menjelajah


(3)

informasi dan pengetahuan ke seluruh penjuru dunia sekaligus. Penemuan-penemuan fitur dan aplikasi baru untuk berkomunikasi yang terus menerus berkembang memberikan keleluasaan bagi penggunanya untuk melakukan komunikasi kepada siapa saja, dimana saja, tidak terbatas waktu dan keadaan serta menjalankan komunikasi dengan pelaku komunikasi lebih dari satu titik dalam waktu yang bersamaan. Media komunikasi yang dijuluki sebagai perangkat pintar ini memberikan kemudahan bagi penggunanya untuk melakukan komunikasi dengan lawan komunikasi meskipun jarak keduanya sangat jauh.

Kemajuan teknologi yang kian hari kian bertambah kecanggihannya ini merambah hampir seluruh lapisan masyarakat dunia. Tak terkecuali Indonesia yang dilaporkan memiliki jumlah pengguna telpon seluler melampaui jumlah penduduknya.1 Begitu mudahnya mengakses perangkat canggih ini hingga membuat orang dapat memiliki lebih dari satu telpon genggam. Wajar saja jika hampir semua orang sangat tergantung dengan telpon genggam ini.

Dalam dunia akademik, peran telepon genggam menjadi sangat tinggi kebermanfaatannya. Komunikasi yang dilakukan oleh pelaku akademik baik mahasiswa, dosen, pengelola pengajaran dan para civitas akademika lainnya dapat terbantu dengan adanya perangkat ini. Lalu lintas komunikasi diantara pelaku akademik dalam proses pembelajaran menjadi sangat mudah. Dahulu, saat alat komunikasi tercanggih hanya telepon tetap (fixed line telephone) mahasiswa yang ingin bertemu kepada dosen atau bagian administrasi tidak dapat menghubungi dikarenakan pesawat telepon hanya terletak di rumah. Mahasiswa datang langsung dan menunggu tanpa tau kapan akan bertemu. Kondisi yang sangat berbeda dengan masa kini, para mahasiswa yang ingin bertemu dengan dosennya dapat menghubungi dan menanyakan langsung kehadiran dosen melalui telepon genggam. Sesuai dengan namanya, telepon genggam adalah telepon yang selalu di genggaman, sehingga besar kemungkinan jika menghubungi dosen, akan langsung mendapatkan respon.


(4)

Kecanggihan teknologi ini memilik dampak positif dan juga dampak negatif. Kemudahan serta fasilitas yang diberikan membuat individu sangat terbantu dalam melakukan berbagai aktivitas. Sementara dampak negatif yang terjadi adalah semakin berkurangnya ruang ruang sosial yang terpenuhi guna melakukan interaksi sosial yang utuh. Dalam ruang sosial inilah individu saling belajar tetang tata etika saat berinteraksi. Makna–makna yang terkandung pada waktu berinteraksi dapat memperat hubungan psikologis diantara pelakunya. Kemajuan teknologi komunikasi tidak serta merta membuat komunikasi dengan tatap muka menjadi tidak penting. Dalam komunikasi tatap muka, terdapat nilai-nilai sosial yang dapat menambah keakraban dan kualitas komunikasi yang tidak dapat ditemukan pada pola kumunikasi melalui telepon genggam. Komunikasi dengan menggunakan media terutama telpon genggam terkadang kehilangan tujuan. Makna yang tersampaikan tidak sama antara komunikator dengan komunikan. Hal ini sering menimbulkan konflik di dalam hubungan interpersonal. Sebagaimana komunikasi yang dilakukan secara tatap muka, komunikasi lisan maupun tulisan yang menggunakan media tidak dapat melepaskan diri dari tata etika dalam berkomunikasi.

Seringkali pelaku komunikasi mengabaikan etika berkomunikasi kepada lawan bicara. Banyak dijumpai mahasiswa yang mengirim sms kepada dosen dengan menggunakan bahasa yang digunakan kepada temannya. Mahasiswa menggunakan bahasa cakap modern atau sering disebut bahasa gaul, salah penggunaan tanda baca seperti tanda seru, atau menyisipkan gambar emotikon yang seharusnya bahasa tersebut hanya diperuntukkan bagi teman sebayanya saja. Saat ini ditengarai etika berkomunikasi tidak lagi terjaga, mahasiswa mungkin tidak tau atau memang malas bersusah payah berbicara dengan bahasa yang santun, sebab itu akan merepotkan mereka karena harus mencari bahasa yang baku yang sekiranya dianggap pas jika diperuntukkan bagi dosen yang selayaknya dihormati.

Begitu banyak manfaat positif yang didapat dengan berkomunikasi melalui media telpon genggam , membuat individu sangat tergantung terhadap benda ini. Sebaliknya banyak dampak negatif juga dirasakan


(5)

dalam penggunaan telpon genggam. Pertama, semakin majunya teknologi termasuk di dalamnya telpon genggam, membuat orang malas untuk bersosialisasi secara face to face untuk saling memahami dalam berkomunikasi, hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam berkomunikasi baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulisan, terdapat pesan mimik wajah atau bahasa tubuh yang mendukung untuk memperkuat makna yang menjadi bahan komunikasi. Misalnya saat bercakap cakap, individu akan mengetahui lebih dalam makna kalimat yang dicakapkan ketika individu tersebut melihat gestur yang muncul saat kalimat diucapkan. Bernada marah, bernada senang, benci atau perasaan emosi lainnya. Begitu juga dengan bahasa tulisan yang disampaikan melalui SMS. Gaya bahasa yang menggunakan tanda baca yang salah dalam penempatannya, meskipun si pengirim tidak bermaksud melukai yang membaca, maka akan memunculkan emosi negatif seperti kesal atau marah. Etika seperti ini sering tidak dipahami oleh mahasiswa bahwa penggunaan tanda baca, emoticon kurang pas jika diberikan kepada dosen.

Berdasarkan deskripsi diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan pola etika komunikasi mahasiswa kepada dosen. Dalam tulisan ini, Penulis mengupas lebih dalam pola komunikasi melalui sms dari sudut pandang psikologis yang belum tersentuh pada penelitian lalu. Tulisan ini merupakan pengembangan dari hasil penelitian yang berjudul etika berkomunikasi mahasiswa kepada dosen melalui layanan pesan singkat (SMS) pada Oktober 2013.

B. KAJIAN TEORI

1. Komunikasi Interpersonal

Sejak zaman dahulu, bahasa sudah dikenal sebagai alat untuk berkomunikasi dari satu orang ke orang lainnya. Menurut Rogers (1986) sekitar tahun 3500 sebelum Masehi, bahasa yang digunakan sebagai alat berkomunikasi sudah digunakan oleh manusia pada zaman prasejarah tersebut. Bahasa yang ditemukan dalam lukisan yang ada di dinding-dinding gua menunjukkan bukti bahwa bahasa dalam berkomunikasi sudah dikenal pada masa itu.


(6)

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari satu individu kepada individu lain. tidak hanya pesan secara lisan dan verbal, tetapi juga pesan yang disampaikan secara nonverbal seperti bahasa tubuh, gestur atau kode kode tubuh lainnya. Dalam komunikasi ini masing masing pelaku komunikasi bertindak progresif untuk mencapai tujuan komunikasi yaitu memahami pesan yang disampaikan dengan baik bagi komunikan dan dapat mentransfer pesan dengan baik agar dapat dipahami secara jelas.Komunikasi dapat dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonvebal.

Dalam memahami komunikasi, Rakhmat menyebutkan arti komunikasi dalam enam pengertian: pertama,komunikasi merupakan penyampaian energi dari satu tempat ke tempat lain seperti dalam sistem syaraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara. Kedua, komunikasi merupakan penyampaian atau penerimaan pesan oleh individu. Ketiga, komunikasi adalah pesan yang disampaikan. Keempat proses yang dilakukan satu sistem untuk mepengaruhi sistem lain melalui pengaturan sinyal yang disampaikan. Kelima, komunikasi merupakan pengaruh wilayah persona kepada wilayah persona yang lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah lain, dan keenam komunikasi adalah pesan yang diberikan dari orang yang memberika kepada yang menerima pesan.2

Istilah komunikasi sendiri berasal dari kata communicatio yang berarti sama.3 Dua orang atau lebih yang terlibat dalam suatu komunikasi harus memiliki makna yang sama terhadap apa yang dibicarakan sehingga, penyampaian pesan dapat diterima dengan baik. Komunikasi dengan telepon genggam merupakan hal yang sangat lumrah bagi semua orang. Menurut Gorden, komunikasi memiliki fungsi sebagai komunikasi sosial setidaknya 2 Rakhmat Jaluddin, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999), h.

3 Effendy, O. U, Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009),


(7)

mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, keberlangsungan hidup, kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan tegangan.4

2. Fungsi bahasa

Menurut Karl Buchler, bahasa memiliki tiga fungsi: (a) Kungabe: tindakan komunikatif yang diwujudkan dalam bentuk verbal; (2) Apell: permintaan yang ditujukan kepada orang lain; (3) Darstellung: penggambaran pokok masalah yang dikomunikasikan.

Fungsi pertama, bahasa merupakan alat pokok dalam berkomunikasi yang diwujudkan dalam bentuk kata kata, baik lisan maupun tulisan. Fungsi kedua, bahasa sebagai alat untuk menyampaikan ide maupun keinginan kepada orang lain. Dengan bahasa ini indivdiu dapat mengeluarkan fikiran yang mungkin ditahan. Ketiga, bahasa berfungsi sebagai alat penyampaian pokok fikiran atau hal apa yang sedang dibicarakan.

Menurut Michel, bahasa memiliki lima fungsi dasar, yaitu; fungsi ekspresi, fungsi informasi, fungsi eksplorasi, fungsi persuasi dan fungsi entertainmen.5 Bahasa sebagai alat yang digunakan dalam berekspresi. Individu dapat mengeluarkan uneg-unegnya melalui bahasa. Menceritakan yang berarti menginformasikan betapa sedih atau senang juga dengan menggunakan bahasa. Selain itu dengan bahasa individu dapat membuka wawasan seluas luasnya atau mencari informasi sedalam-dalamnya bahkan individu dapat mempengaruhi atau justru menghibur individu lain tetap dengan menggunakan bahasa.

Sementara Lasswell mengatakan bahwa bahasa dalam komunikasi tidak akan berjalan efektif jika tidak memenuhi lima unsur, yaitu komunikator (orang yang aktif mengirim pesan), komunikan (orang yang menerima pesan), pesan, media dan efek.6

4 Mulyana, D, Komunikasi Populer, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2000), h. 5 5 Chaer Abdul, Psikolinguistik, Kajian Teoritik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 33 6 Ibid


(8)

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Penggunaan Bahasa dalam SMS

Didasarkan pada penggunaannya bahasa digolongkan menjadi bahasa baku dan bahasa tak baku sedangkan jika didasarkan pada media yang digunakan bahasa dibedakan atas bahasa lisan dan bahasa tulis.7 Ciri bahasa tulis dapat dilihat dari beberapa hal berikut; (1) tidak memerlukan kehadiran orang lain, (2) unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap, (3) tidak terikat ruang dan waktu serta (4) dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.8

Bahasa tulis yang digunakan mahasiswa memiliki ciri-ciri seperti di atas kecuali pada poin ke dua. Bahasa yang dibuat tidak memenuhi unsur gramatikal yang lengkap. Sebagai contoh “ibu, posisi dimana?” yang semestinya “ibu sedang berada dimana saat ini?”. Kalimat yang tertera kebanyakan menggunakan bahasa yang tak baku. Hal ini dapat difahami, sebab jika mahasiswa harus menulis SMS dengan bahasa yang sesuai dengan tata aturan struktur bahasa, maka mengirimkan pesan melalui sms menjadi sangat panjang dan tidak lagi efektif. Sesuai dengan nama dan fungsinya, bahwa SMS (Short Message Service) yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti layanan pesan singkat. Artinya SMS memang diperuntukkan mengirim pesan dengan singkat tetapi dapat menyampaikan makna secara utuh.

Menurut Sapir, Struktur bahasa menentukan struktur pemikiran individu9. Leonard Bloomfiled, bahasa merupakan penjelmaan adanya tekanan emosi yang sangat kuat, maka muncullah ungkapan (ekslamasi). Jika pengalaman ini lahir oleh keinginan berkomunikasi maka lahirlah ucapan (kalimat) deklarasi. Jika keinginan berkomunikasi ini bertukar menjadi keinginan untuk mengetahui maka muncullah ucapan (kalimat) Introgasi.10

7 Sugono, Dendy, Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar, (Jakarta: Gramedia, 2009), h. 10 8 Chaer Abdul, Psikolinguistik… h. 33

9 Ibid,. h 12 10Ibid., h. 13


(9)

Penggunaan tanda baca dalam bahasa tulis juga sering menjadi kendala dalam berkomunikasi. Kesalahan dalam peletakkan tanda baca tersebut akan memberikan makna yang salah pula. Selain tak baku, seperti “gimana buk?”, “aku letakin”, “saya lagi di jalan”11 kalimat yang ditulis mahasiswapun tidak memenuhi unsur etika dalam berkomunikasi. Bahkan seringkali SMS yang diterima dosen terlihat tidak sopan. Hal ini diketahui melalui kalimat yang memiliki siratan makna sebagai perintah, seperti “sekedar mengingatkan, ibu bsk menjadi penguji di munaqosyah an. x jam 13.00, terimakasih”12 atau “ibu di mana? Jangan biarkan kami menunggu”13 atau “trimakasih bu!”. Kondisi ini mengusik afeksi dosen yang sangat mungkin sedang sibuk mengerjakan suatu pekerjaan di tempat berbeda.

Bahasa tak baku yang digunakan mahasiswa dalam menulis, tidak hanya secara struktur, tetapi juga penggunaan kata yang tak lazim seperti, menyingkat kata seperti “siapa” menjadi “syp” tanda baca seperti tanda seru (!) dan gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi tertentu (☺) terkadang tercantum dalam sms tersebut.

Jika ditilik dari fungsi persuasi, bahasa komunikasi yang dilakukan mahasiswa melalui SMS tidak berjalan dengan baik. Terbukti dengan adanya respon afektif yang negatif dari dosen setelah membaca isi SMS mahasiswa. Selain gagal dalam mempersuasi dosen untuk melakukan apa yang diinginkan, mahasiswa juga mendapatkan reaksi yang tidak diinginkan dari dosen yang bersangkutan seperti dimarahi atau SMS yang dikirim tidak dibalas.

2. Faktor penyebab komunikasi tidak efektif a. Mahasiswa

Komunikasi yang tidak berjalan efektif antara dosen dan mahasiswa lebih banyak disebabkan karena terganggunya 11 SMS yang diterima Dosen dari Mahasiswa tanggal 5 Februari 2015.

12 SMS dari mahasiswa yang diterima dosen tanggal 09 Februari 2015. Pk. 20.19. 13 SMS dari mahasiswa yang diterima dosen tanggal 23 Januari 2015. Pk. 20.19.


(10)

afeksi positif dosen. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, didapati kenyataan bahwa mahasiswa tidak memahami batasan tata etika dalam berkomunikasi. Hal ini dapat dilihat dari permintaan maaf mahasiswa setelah diberikan teguran. Dengan tidak bermaksud bersikap tidak sopan, bahasa yang ditulis tidak mempertimbangkan kondisi afeksi dosen pada saat itu, apakah sedang sibuk, sedang tidak dapat diganggu atau hal lainnya sehingga SMS yang diterima dapat menjadi pemicu munculnya emosi negatif.

Mahasiswa tidak mengerti bahwa penggunaan bahasa tak baku yang cenderung santai atau lebih dikenal dengan bahasa gaul tidak tepat jika disampaikan kepada dosen sebagai orang yang dihormati dalam dunia akademis. Bahasa gaul tersebut hanya dapat digunakan dalam relasi pertemanan yang terbuka. Ketidakbijakan memilih bahasa untuk disampaikanpun diakui mahasiswa sebagai hal yang menjadi alasan komunikasi kepada dosen sering terhambat.

Hal lain yang juga turut andil dalam mempengaruhi pola penulisan bahasa dalam SMS adalah lingkungan pergaulan antar teman. Mahasiswa mengakui jika SMS yang dibuat hanya karena ikut ikutan teman tanpa berfikir panjang apakah bahasa yang digunakan sudah etis atau belum. Selain itu bahasa cakap sehari hari sering terbawa dalam tulisan. Apa yang dituangkan dalam bentuk tulisan tentunya tidak luput dari pengaruh pengetahuan dan memori yang ada di otak sebelumnya. Dalam kondisi demikian, dosen merasa tidak dihargai sebagai orang tua atau pendidik. Sebagaimana menurut Taufik, bahwa yang menjadi dasar dalam etika komunikasi adalah penghormatan terhadap orang lain.14 Dengan demikian jika tidak ada nilai penghargaan dalam relasi komunikasi, maka komunikasi menjadi tidak bermakna.


(11)

b. Dosen

Jika ditilik dari sisi dosen sebagai komunikan, komunikasi melalui SMS yang dilakukan mahasiswa sering tidak berjalan efektif dapat disebabkan karena beberapa hal. Pertama, perbedaan usia kronologis yang sangat jauh menyebabkan perbedaan dalam mempersepsi etika dalam komunikasi. Menurut dosen, pada saat mereka berada di masa sebagaimana mahasiswa sekarang, berucap kepada dosen atau orang yang lebih tua sangatlah hati-hati. Meskipun berada dalam relasi yang akrab, hangat dan terbuka, namun menjunjung tinggi etika baik bersikap maupun berucap menjadi hal pokok yang wajib dipatuhi. Sementara komunikator atau mahasiswa memiliki persepsi akan batasan etika yang sedikit berbeda. Mahasiswa menyampaikan bahwa hidup di zaman sekarang yang serba modern, bahasa dan sikap juga modern, wajar jika berbeda dengan zaman dahulu yang dianggap kuno. Derasnya arus globalisasi saat ini, tanpa disadari sedikit demi sedikit mengikis pengetahuan tentang pentingnya etika. Perbedaan persepsi inilah yang membuat komunikasi tidak efektif. Selalu terjadi perbedaan pemaknaan tanda tanda kehidupan pada generasi yang berbeda.

Faktor pendidikan sebagai penyebab perbedaan persepsi terhadap aturan berkomunikasi. Usia yang terpaut jauh tentu saja diikuti dengan pendidikan yang juga lebih tinggi. Dapat dikatakan pengalaman yang didapatkan oleh dosen lebih dahulu dan lebih beragam. Maka dari itu, dosen menjadi lebih mengerti bagaimana harus beretika saat berkomunikasi pada berbagai tingkatan kalangan masyarakat.

Tak kalah menentukan dalam efektifitas komunikasi disebabkan karena perbedaan adat budaya yang juga menyebabkan perbedaan persepsi dalam menerima bahasa tulis yang dianggap tepat. Seperti budaya Jawa dan Budaya Sumatra akan berbeda dalam mempersepsi dan menerima. Dosen yang ada di lingkungan STAIN Metro terdiri dari ragam suku budaya,


(12)

yaitu Jawa, Palembang, Padang, Lampung, Nusa Tenggara. Sementara sebagian besar mahasiswanya beradat budaya Lampung. Hal yang dianggap baik pada adat budaya Lampung belum tentu diterima baik pula oleh adat budaya Jawa atau Palembang. Sebaliknyapun seperti itu, apa yang dianggap hal yang biasa pada suku budaya Lampung, belum tentu diterima dengan sikap biasa pula oleh adat budaya Jawa.

c. Analisis psikologis

Interaksi sosial tidak akan terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.15 Salah satu fungsi komunikasi adalah persuasi atau mempengaruhi, maka melalui komunikasi inilah individu dapat saling mempengaruhi. Mahasiswa sebagai komunikator melakukan komunikasi melalui SMS kepada dosen dengan harapan dapat mempengaruhi dosen dalam memenuhi apa yang diinginkannya. SMS yang dikirimkan kepada dosen biasanya berbentuk pertanyaan tentang proses pembelajaran, kelonggaran waktu untuk menjadi penguji ujian skripsi atau pertanyaan-pertanyaan lain yang berkaitan dengan proses belajar mengajar dan akademik lainnya. Pertanyaan yang dilontarkan pastinya membutuhkan jawaban agar mahasiswa dapat menentukan rencana berikutnya. Dalam hal ini mahasiswa harus pandai mempengaruhi dosen.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa dosen, dapat digarisbawahi bahwa dosen akan mudah dipengaruhi jika berada dalam kondisi mood yang positif. Untuk mendapatkan mood positif, selayaknyalah mahasiswa mampu menjaga perasaan dosen saat akan menulis SMS. Sudah menjadi naluri alamiah manusia, jika ia mendapatkan perlakuan baik maka dia juga akan berbuat baik. Sebaliknya jika ia mendapatkan perlakuan buruk, maka kecenderungan reaksi negatif lebih sering muncul.


(13)

Fungsi persuasi atau fungsi Apell dalam komunikasi, yaitu permintaan yang ditujukan kepada orang lain dalam komunikasi dapat berjalan efektif jika sumber (komunikator) jelas, karakteristik pesan baik, dan karakter penerima pesan (komunikan) juga baik.16 Komunikasi yang dilakukan oleh mahasiswa dan dosen tidak berjalan secara efektif karena tidak menimbulkan reaksi positif atau respon yang diinginkan oleh komunikator. Seolah hanya berjalan searah, dosen tidak menjawab apa yang diinginkan mahasiswa. Mahasiswa sebagai komunikator yang mengirimkan tulisan (SMS) kepada dosen dianggap tidak jelas karena tidak menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidak menempatkan diri sebagai individu yang meminta, tidak muncul rasa empati atau simpati terhadap kesibukan dosen yang sedang berlangsung pada saat SMS itu dikirimkan, sehingga pesan yang tertera seolah tidak peduli dengan kondisi dosen saat itu.

Komunikator dalam hal ini mahasiswa seringkali tidak mencantumkan identitas pada SMS yang dikirim. Meskipun dilihat dari bahasa tulisnya, dapat diketahui bahwa pengirim SMS adalah mahasiswa, namun karena tidak ada identitas yang jelas baik nama, jurusan dan apa keperluannya, maka dosen enggan membalas. Sikap mahasiswa yang tidak mencantumkan SMS dianggap tidak bertanggung jawab. Karakter pesan yang tertera juga tidak dapat dikatakan baik jika arti dan maksudnya kurang jelas. Isi SMS yang ada seringkali membuat dosen harus berfikir lebih lama supaya mengerti apa yang dimaksudkan dalam SMS. Bahasa yang digunakan tidak jelas dan lugas. Seringkali juga dibubuhi dengan slogan-slogan diakhir sms seperti “selalu semangat”, atau menggunakan bahasa yang tidak cocok jika digunakan untuk orang yang lebih tua seperti menyebut diri sebagai “aku” bukan “saya”


(14)

Dosen dengan segala kesibukannya terkadang tidak selalu dapat segera merespon SMS yang masuk, atau bahkan tidak mengetahui jika ada SMS yang masuk. Sehingga komunikasi menjadi tertunda, sementara biasanya SMS yang dikirimkan mahasiswa adalah sms yang membutuhkan jawaban segera.

Sebagaimana dibahas dalam kajian teori di atas bahwa inti komunikasi adalah penyampaian makna. Artinya bahasa apapun yang digunakan baik menggunakan struktur atau tidak, yang terpenting makna tersampaikan. Meskipun begitu, penyampaian makna saja tidak berarti dapat diterima jika komunikasi tidak mempertimbangkan sisi etis dalam berkomunikasi.

D. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah, komunikasi antara mahasiswa dengan dosen melalui media SMS tidak efektif. Secara psikologis baik dari mahasiswa sebagai pengirim pesan maupun dosen sebagai penerima pesan memiliki kesenjangan persepsi terhadap isi SMS. SMS mahasiswa dinilai sering mengabaikan etika berkomunikasi, seperti penggunaan bahasa yang tidak tepat, penggunaan tanda baca yang salah. Sementara dalam persepsi mahasiswa, penggunaan bahasa dalam SMS sudah etis.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer Abdul, Psikolinguistik, Kajian Teoritik, Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Effendy, O. U, Komunikasi, Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosda Karya,

2009.

http://tekno.kompas.com/, diakses tanggal 3 Maret 2015

Hudaniah dan Dayakisni, T, Psikologi Sosial, Malang: UMM Press, 2006. Mulyana, D, Komunikasi Populer, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2000. Rakhmat Jaluddin, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya,

1999.

Sugono, Dendy, Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar, Jakarta: Gramedia, 2009.


(15)

DALAM MENINGKATKAN PRESTASI

BELAJAR MAHASISWA

(Suatu Analisis Kelayakan)

Khoirurrijal

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro

Email: khoirurrijal@yahoo.com

Abstract

Balaghah is regarded as a difficult subject matter by the students of Arabic Departement of STAIN Jurai Siwo Metro. The difficulty is due to a lot of various factors, one of them is the using of Arabic books published be Middle East schools. The title of the research: Teaching Balaghah on Arabic Language Education Program of STAIN Jurai Siwo Metro in Improving Student Achievement (A Feasibility Analysis)”. This research is aimed at understanding and analyzing: (a) The balaghoh subject on Arabic Departement of STAIN Jurai Siwo Metro; (b). The learning achievement of Balaghoh Subject of students of Arabic Departement of STAIN Jurai Siwo Metro; (c). The effect Instructional Materials Balaghoh feasibility study on student achievement of Arabic Departement of STAIN Jurai Siwo Metro. Before distributing the data, validity and reliability tests were carried out; the data obtained were processed with the computer program SPSS (Statistical Program for Social Science) version 16.0 with a 95 % significance level (α= 5 %). As for testing the researchers' hypothesis using Simple Linear Regression Test. The results showed: (a). Balaghoh Subject of the Arabic Departement of STAIN Jurai Siwo Metro was feasible for use. This was indicated by a score of an average value of 47.2; (b). Student Achievement of Balaghoh of Arabic Departement of STAIN Jurai Metro Siwo was average height with an average score of 43.5, and (c). There was a significant relationship between Instructional Materials Balaghoh Feasibility study on student achievement of


(16)

Arabic Departement of STAIN Jurai Siwo Metro. It was shown in the results of the correlation between variables X and Y, the value obtained was 0.892 means a significant difference between the feasibility Balaghoh teaching materials with improved student achievement of Arabic Departement of STAIN Jurai Siwo Metro.

Keywords: Balaghah teaching materials, and learning achievement.

A. PENDAHULUAN

Mata kuliah Balaghah dianggap sebagai mata kuliah sulit di kalangan mahasiswa pada Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa Arab (PBA) STAIN Jurai Siwo Metro. Kesulitan tersebut muncul karena berbagai faktor, seperti sebagian besar referansi ilmu ini menggunakan buku-buku berbahasa Arab yang dipakai di sekolah-sekolah Timur Tengah. Atas dasar tersebut dilakukan penelitian untuk menganalisa kelayakan bahan ajar Balaghah saat ini pada Prodi PBA supaya prestasi belajarnya lebih meningkat.

Buku-buku ajar Balaghah yang berkembang dan banyak digunakan di Indonesia pada umumnya buku-buku Balaghah yang biasa digunakan di madrasah-madrasah di pulau Jawa, seperti kitab Jawâhir al-Balaghah karya al-Jurjani, Jauhar Maknûn karya al-Akhdari, dan Balaghah al-Wâdhihah karya Ali al-Jarim dan Mustafa Amin. Buku-buku tersebut berbahasa Arab dan merupakan buku Balaghah yang biasa digunakan untuk mahasiswa Madrasah Tsanawiyah di Mesir. Kitab-kitab tersebut merupakan rujukan bagi para guru dan dosen yang mengajarkan Balaghah sampai sekarang.

Sementara itu, tuntutan masyarakat akademik mengenai perlunya inovasi bahan ajar Balaghah dewasa ini terus bergulir, seiring dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karenanya, penulis ingin meneliti dengan menganalisa pengaruh kelayakan Bahan Ajar Balaghoh yang ada saat ini pada Prodi PBA terhadap peningkatan prestasi belajar mahasiswa. Dengan analisa kelayakan terhadap bahan ajar Balaghah, maka akan diketahui kelebihan


(17)

dan kekurangan bahan ajar itu sebagai masukan untuk penyempurnaan Buku Ajar tersebut.

Berdasarkan konteks di atas, kami memandang penting dilakukan penelitian mengenai: ”Bahan ajar Balaghah Pada Prodi PBA STAIN Jurai Siwo Metro dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa (Suatu Analisis Kelayakan)”.

B. KAJIAN TEORI

1. Bahan Ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan ajar memiliki posisi amat penting dalam pembelajaran, yakni sebagai representasi (wakil) dari penjelasan guru di depan kelas. Keterangan-keterangan guru, uraian-uraian yang harus disampaikan guru, dan informasi yang harus disajikan guru dihimpun di dalam bahan ajar. Dengan demikian, guru juga akan dapat mengurangi kegiatannya menjelaskan pelajaran, memiliki banyak waktu untuk membimbing siswa dalam belajar atau membelajarkan siswa.1

Bahan ajar juga merupakan wujud pelayanan satuan pendidikan terhadap peserta didik. Pelayanan individual dapat terjadi dengan bahan ajar. Peserta didik berhadapan dengan bahan yang terdokumentasi. Peserta didik berurusan dengan informasi yang konsisten. Peserta yang cepat belajar, akan dapat mengoptimalkan kemampuannya dengan mempelajari bahan ajar. Peserta didik yang lambat belajar, akan dapat mempelajari bahan ajarnya berulang-ulang. Dengan demikian, optimalisasi pelayanan belajar terhadap peserta didik dapat terjadi dengan bahan ajar. Oleh karena itu, keberadaan bahan ajar memiliki posisi penting dalam pencapaian hasil belajar/prestasi belajar siswa.


(18)

2. Pengertian dan Jenis Bahan Ajar

Bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.2 Materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan harus dipelajari oleh siswa untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Ada beberapa jenis materi pelajaran. Jenis-jenis itu adalah fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan sikap atau nilai.

Materi pembelajaran yang termasuk fakta misalnya nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dan sebagainya. Materi pembelajaran yang termasuk konsep misalnya pengertian, definisi, ciri khusus, komponen, dan sebagainya. Materi pembelajaran yang temasuk prinsip umpamanya dalil, rumus, adigium, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep yang menggambarkan ”jika …, maka …”, seperti ”Jika logam dipanasi maka akan memuai”, dan sebagainya. Materi pembelajaran yang berupa prosedur adalah langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan tugas. Termasuk ke dalamnya cara-cara yang digunakan untuk melakukan atau menghasilkan sesuatu. Sikap atau nilai merupakan materi pembelajaran afektif seperti kejujuran, kasih sayang, semangat, minat belajar, dan sebagainya. 3. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan prestasi adalah ”hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan.”3 Sedangkan menurut Muhibbinsyah, prestasi belajar adalah ”perubahan segenap ranah psikologi akibat pengalaman dan proses belajar 2 Belawati, Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka 2003), h. 12


(19)

mahasiswa.”4 Oemar Hamalik mendefinisikan prestasi belajar adalah ”perubahan tingkah laku yang diharapkan pada mahasiswa setelah dilakukan proses belajar mengajar.”5

Berdasarkan beberapa pendapat tentang prestasi belajar tersebut, dapat dipahami bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang didapat seorang subjek belajar setelah mengikuti proses belajar, hasil yang diperoleh itu berupa perubahan tingkah laku yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, jadi setelah proses belajar itu ada perubahan secara menyeluruh dalam sikap dan kebiasaan-kebiasaan, serta keterampilan-keterampilan ke arah yang positif. Dengan demikian dapat dipahami bahwa prestasi belajar timbul karena adanya suatu kegiatan belajar yang menjadikan seseorang dari tidak tahu menjadi tahu dari yang kurang terampil menjadi lebih terampil dan sebagainya. Sebagaimana firman Allah S.w.t. dalam surat al-Ra’d ayat 11 dan al-Anfal ayat 53 yang menjelaskan perubahan seseorang karena usahanya sendiri untuk merubah dirinya sendiri:

ْم���

ِه� ِ

س���ُفه���ْف�

ِٔ

ا�ِف�ا�

ِم�اْوُرُّي��ِف��ُي� ى

ّٰي�ِح�

ٍم�

و

ْ

ِيه���

ِف�ا�

ِم� ُر

ّ

ِ

ي��

ِف��ُي�اِل ِه�ّٰل��ل�ٱا

ِّف

�ِٔا

Artinya: “…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada

diri mereka sendiri…”6

ِّف

ِٔ

اِو

ْۙ

م���ِہ�ِس��

ُفه���ف�

ِٔ

ا�ِف� ا�

ِم� ْاوُر

ّ

ِ

ي��

ِف��ُي� ٰىِّي�ِح� ٍم�ْوِي�� ٰى

ِ

ل��

ع ا�

ِ

ِ

ه�

ِس����ِ��ْف�

ِٔ

ا ٍيه�ِم���

ْ

��ِ

ّف� اٍر

ّ

ي��

ِ

ِف��ُم� ُك�ِي� ْم�ِل� ِه�ِّل��ل�ٱا

ِّف

ِٔ

ا�ِف�

ك�ِل�ا

ِ

ِف

53

۝ ٌم���يم�ِل��

ع

ِ

عي��ِم���

ٌ

ِس�� ِه�ِّل��ل�ٱا

4 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 192 5 Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar, (Bandung: Tarsito, 1980), h. 80

6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: Syaamil Al-Qur’an, 2007), h. 338


(20)

Artinya: ”Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”7

Perubahan yang diperoleh setelah mengikuti proses belajar tersebut adalah hal-hal baru menggantikan dan mengembangkan hal-hal lama, baik aspek pengetahuan (kognitif), aspek penghayatan dan pemahaman (afektif) maupun aspek keterampilan (psikomotorik) yang relatif permanen, walaupun prestasi itu sendiri merupakan hasil belajar yang mengandung ketidaktentuan yang dapat berubah-ubah tergantung faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor yang berasal dari individu itu sendiri maupun faktor dari luar. Jadi prestasi belajar itu akan senantiasa berfluktuasi, kadang naik dan terkadang turun, sesuai dengan situasi dan kondisi yang mempengaruhinya.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar sebagaimana diuraikan dimuka bersifat uncertainly in outcome, yakni sesuatu yang berubah-ubah tergantung faktor yang mempengaruhinya. Karena sejalan dengan makna belajar itu sendiri yang merupakan suatu proses perubahan tingkah laku (the process of change in behaviour). Prestasi belajar bukanlah merupakan produk dari suatu usaha tunggal, atau monopoli dari suatu faktor saja, melainkan hasil dari berbagai upaya secara integral yang saling berhubungan satu sama lain, yang masing-masing memiliki peran penting dalam rangka menciptakan suatu prestasi belajar yang optimal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa itu, berasal dari dalam diri mahasiswa, misalnya intelegensi, motivasi, minat, bakat, dan sikap, dan dari aspek 7 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, h. 248


(21)

fisiologis, misalnya: kondisi alat indera terutama mata dan telinga. Kemudian ada juga faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa, baik bersifat sosial maupun non sosial, seperti; lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Selain itu masih ada faktor lain yaitu yang berhubungan dengan pendekatan dan kebiasaan belajar yang digunakan mahasiswa. Oleh karena itu, untuk memperoleh dan meningkatkan prestasi belajar, maka harus memperhatikan semua faktor yang disebutkan tadi, karena satu sama lain saling berhubungan.

Karena pengaruh dari faktor-faktor tersebut, lalu muncul mahasiswa yang berprestasi tinggi (high-achiever) dan berprestasi rendah (under- achiever) atau bahkan ada yang gagal sama sekali dalam studinya.

c. Tipe-tipe Prestasi Belajar

Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan ke dalam tiga bidang, yakni: bidang kognitif, bidang afektif, dan bidang psikomotor. Ketiga-tiganya bukan berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan bahkan membentuk hubungan yang hirarkis. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiga-tiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah. Oleh sebab itu, ketiga aspek tersebut harus dipandang sebagai hasil belajar siswa dari proses pengajaran. Tipe-tipe hasil belajar tersebut menurut Tohirin meliputi: ”Tipe prestasi/hasil belajar meliputi: bidang kognitif, bidang afektif dan bidang psikomotor.”8

Dari pendapat tersebut dapat diambil pengertian bahwa belajar dilihat dari segi hasilnya memiliki tipe-tipe, yang menunjukkan bakat, minat dan kemampuan masing-masing siswa. Adapun tipe-tipe tersebut meliputi:


(22)

1) Tipe prestasi belajar kognitif,

Tipe prestasi belajar ini meliputi beberapa aspek sebagai berikut:

a) Tipe prestasi belajar pengetahuan hafalan (knowledge)

Pengetahuan hafalan sebagai terjemahan dari knowledge. Cakupan pengetahuan hafalan termasuk pula pengetahuan yang sifatnya faktual, di samping pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu diangkat kembali. Seperti: batasan, peristilahan, pasal, hukum, bab, ayat, rumus dan sebagainya. Dari sudut respon belajar siswa pengetahuan itu hafal, diingat agar dapat dikuasai dengan baik. Ada beberapa cara untuk menguasai atau menghafal misalnya bicara berulang-ulang, menggunakan teknik mengingat. Hal ini dapat dilakukan dengan pembuatan ringkasan dan sebagainya.

b) Tipe prestasi belajar pemahaman (Comprehention)

Menurut Nana Sudjana: ”Tipe prestasi belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe prestasi belajar pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep”.9 Untuk itu, maka dalam proses pembelajaran diperlukan adanya kemampuan guru dalam menciptakan hubungan atau pertautan antara konsep yang dihadapi dengan makna yang ada dalam konsep yang dipelajari, sehingga akan terbentuk pemahaman. Ada tiga macam pemahaman yang berlaku umum: pertama, pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami sesuatu makna yang terkandung di dalamnya. Misalnya memahami kalimat dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain, mengartikan lambang negara dan sebagainya. Kedua, pemahaman penafsiran, misalnya memahami grafik, menghubungkan dua konsep yang berbeda, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Sedangkan yang ketiga


(23)

adalah pemahaman ekstrapolasi yakni kesanggupan melihat di balik yang tertulis, tersirat dan tersurat, atau memahami sesuatu tujuan untuk memperluas wawasan.

c) Tipe prestasi belajar penerapan (Aplikasi)

Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstraksi sesuatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru. Misalnya memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus tertentu, menerapkan suatu dalil atau hukum dalam suatu persoalan.

d) Tipe prestasi belajar analis

Analis adalah kesanggupan memecah, mengurai sesuatu integritas (kesatuan yang utuh), menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti. Analis merupakan tipe prestasi belajar sebelumnya, yakni pengetahuan dan pemahaman aplikasi. Kemampuan menalar pada hakikatnya merupakan unsur analis yang dapat memberikan kemampuan pada siswa untuk mengkreasi sesuatu yang baru, seperti: memecahkan, menguraikan, membuat diagram, memisahkan dan membuat garis.

e) Tipe prestasi belajar sintesis

Sintesis adalah tipe belajar yang menekankan pada unsur kesanggupan menguraikan sesuatu integritas menjadi bagian yang bermakna, pada sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas. Beberapa bentuk tingkah laku yang operasional biasanya tercermin dalam kata-kata: mengkategorikan, menggabungkan, menghimpun, menyusun, mencipta, merancang, mengkonstruksi, mengorganisasi kembali, merevisi dan menyimpulkan.

f) Tipe prestasi belajar evaluasi

Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan ten-tang nilai sesuatu berdasarkan judment yang dimilikinya. Tipe prestasi belajar ini dikategorikan paling tinggi dan ter-kandung semua tipe prestasi belajar yang telah dijelaskan


(24)

sebelumnya. Dalam tipe prestasi hasil belajar evaluasi, teka-nannya pada pertimbangan mengenai nilai, mengenai baik tidaknya, tepat tidaknya menggunakan kriteria tertentu. Dalam proses ini diperlukan kemampuan yang mendahu-luinya, yakni pengetahuan, pemahaman aplikasi, analisis dan sintesis. Tingkah laku yang operasional dilukiskan pada kata-kata menilai, membandingkan, mengkritik, menyim-pulkan, mendukung, memberikan pendapat dan lain-lain. 2) Tipe prestasi belajar afektif

Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila orang yang bersangkutan telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi. Hasil belajar bidang kurang mendapat perhatian dari guru, dan biasanya dititikberatkan pada bidang kognitif semata-mata. Tipe hasil belajar yang afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti: atensi, perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan lain-lain. Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan hasil belajar, antara lain adalah sebagai berikut:

a) Receiving/attending, yakni semacam kepekatan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang di dalam diri siswa, baik dalam bentuk masalah situasi gejala dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan yang ada dari luar.

b) Responding atau jawaban,yakni reaksi yang diberikan kepada seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk: ketetapan reaksi, perasaan, kepuasan dapat menjawab stimulasi yang berasal dari luar.

c) Evaluing (penilaian),yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulasi tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima


(25)

nilai, latar belakang atau pengambilan pengamalan un-tuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai yang diterimanya.

d) Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai yang lain, kemantapan serta prioritas nilai yang dimilikinya. Termasuk dalam konsep ini ada-lah tentang nilai, organisasi dari pada sistem nilai. e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, hal ini

meru-pakan keterpaduan semua sistem nilai yang mempenga-ruhi pola kepribadian dan tingkah laku.

3) Tipe prestasi belajar psikomotor

Prestasi belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu (seseorang). Ada 6 tingkatan keterampilan, di antaranya adalah:

a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).

b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

c) Kemampuan konseptual, termasuk di dalamnya mem-bedakan visual, memmem-bedakan auditif motorik dan lain-lain.

d) Kemampuan fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan.

e) Gerakan-gerakan skill, hal ini mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang sangat kom-pleks.

f) Kemampuan yang berkenaan dengan non decursivo komunikasi, seperti gerakan interpretatif dan sebagai-nya.


(26)

C.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Dalam penelitian ini terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner yang telah disusun kepada responden untuk mengetahui apakah kuesioner tersebut layak untuk dijadikan instrumen penelitian atau tidak. Setelah dilakukan uji coba kuesioner, data yang diperoleh diolah dengan program komputer SPSS (Statistical Program for Social Science) versi 16.0 dengan tingkat signifikansi 95 % (α= 5 %).

Dasar keputusan pengukuran valid tidaknya kuesioner adalah dengan melihat nilai dari Corrected Butir-Total Correlation (rhitung) dan nilai dari Correlation (rtabel). Jika nilai dari rhitung lebih rendah dari nilai kritisnya (rtabel) maka kuesioner dikatakan tidak valid, sedangkan sebaliknya jika nilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel maka kuesioner tersebut dikatakan valid. Adapun nilai (rtabel) untuk n = 24 dan level of significance (α) sebesar 5 % adalah 0,404. Apabila nilai dari korelasi tidak signifikan maka nilai kuesioner dikatakan tidak valid sedangkan sebaliknya, jika nilai korelasi signifikan maka kuesioner tersebut dikatakan valid. Atau menurut Masrun, “Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3”.10

Hasil pengujian validitas menunjukkan seluruh butir pertanyaan yang dipergunakan dalam penelitian ternyata valid dengan rhitung lebih besar dari syarat minimum untuk memenuhi syarat yaitu lebih dari 0,3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. Koefisien Validitas di bawah ini.


(27)

Tabel 1.

Koefisien Validitas

No. Butir r hitung Kesimpulan

1 X1.1 0,453 Valid

2 X1.2 0,517 Valid

3 X1.3 0,533 Valid

4 X1.4 0,558 Valid

5 X1.5 0,407 Valid

6 X2.1 0,547 Valid

7 X2.2 0,450 Valid

8 X2.3 0,094 Tidak valid

9 X2.4 0,478 Valid

10 X2.5 0,635 Valid

11 X3.1 0,486 Valid

12 X3.2 0,478 Valid

13 X3.3 0,623 Valid

14 X3.4 0,466 Valid

15 X3.5 0,416 Valid

16 Y1.1 0,455 Valid

17 Y1.2 0,584 Valid

18 Y1.3 0,483 Valid

19 Y1.4 0,429 Valid

20 Y1.5 0,454 Valid

21 Y1.6 0,504 Valid

22 Y2.1 0,464 Valid

23 Y2.2 0,412 Valid

24 Y3.1 0,483 Valid

25 Y3.2 0,676 Valid

26 Y3.3 0,429 Valid

27 Y3.4 0,484 Valid

28 Y3.5 0,414 Valid

29 Y3.6 0,516 Valid

Sumber: data Primer (diolah)

Selain uji validitas, uji reliabelitas sangat diperlukan untuk mengetahui apakah alat ukur, dalam hal ini butir pertanyaan yang digunakan konsisten atau tidak. Pendekatan yang digunakan adalah menggunakan koefisien stabilitas (Coefficient of Stability) yaitu untuk menguji konsistensi jawaban responden dengan cara mencobakan


(28)

instrumen beberapa kali pada responden.11 Proses pengujian ini dikenal dengan nama test-retest. Setelah dilakukan test–retest diperoleh kesimpulan bahwa kuesioner yang digunakan adalah reliabel, sehingga kuesioner dapat digunakan dalam penelitian ini. 2. Analisa Data dan Pengujian Hipotesis

Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis dengan menggunakan program SPSS. Versi 16.0 dan tabulasi, sedangkan untuk pengujian hipotesis karena data yang diperoleh dalam penelitian menggunakan satu variabel bebas dan satu variabel terikat, maka peneliti menggunakan Uji Regresi Linier sederhana.

Diketahui:

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kelayakan bahan ajar balaghoh dengan peningkatan prestasi belajar mahasiswa pada Prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) STAIN Jurai Siwo Metro.

H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara kelayakan bahan ajar balaghoh dengan peningkatan prestasi belajar mahasiswa pada Prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) STAIN Jurai Siwo Metro.

Pengambilan keputusan pada taraf nyata 95 %, yaitu α = 5 %, n = 24.

Kriteria keputusan:

Ho diterima apabila F hitung ≤ Ftabel atau Ho diterima apabila nilai probabilitas 0,05 ≤ sig, yang berarti tidak signifikan.

Regression

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Tot.prestasi Belajar Mahasiswa (Y) 43.5000 5.78604 24 Tot. Bahan.Ajar Balaghoh (X) 47.2083 6.85235 24


(29)

Tabel Descriptive Statistics menyajikan variabel Bahan Ajar Balaghoh (X) dan variabel prestasi belajar mahasiswa (Y). Hasil deskriptif variabel (X) dalam tabel di atas dijelaskan bahwa terdapat jumlah kasus (n) = 24 responden, rata rata (mean) sebesar 47.2083 dan standar deviasi 6.85235 dan variable (Y) rata rata (mean) sebesar 43.5000 dan standar deviasi 5.78604 dengan jumlah kasus (n) = 24. Sementara itu, untuk mengetahui hasil dari uji signifikansi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Correlations

Tot.pres

Totb.

ajar

Pearson Correlation

Tot.prestasi

belajar 1.000 .892 Tot. Bahan Ajar

Balaghoh .892 1.000

Sig. (1-tailed) Tot.prestasi

belajar . .000 Tot. Bahan.Ajar

Balaghoh .000 .

N Tot.prestasi

belajar 24 24 Tot.Bahan Ajar

Balaghoh 24 24

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil korelasi variable X dan Y, nilai yang diperoleh adalah 0,892 berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara kelayakan bahan ajar Balaghoh dengan peningkatan prestasi belajar mahasiswa PBA STAIN Jurai Siwo Metro.

Nilai yang diperoleh antara variabel X dan Y nilai Sig (1-tailed) sebesar 0,000 jika dibandingkan dengan nilai probabilitas 0,05, ternyata nilai probabilitas Sig lebih kecil, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terbukti ada pengaruh yang signifikan antara


(30)

kelayakan bahan ajar Balaghoh dengan peningkatan prestasi belajar mahasiswa PBA STAIN Jurai Siwo Metro.

Variables Entered/Removed(b)

Model Variables Entered Variables

Removed Method

1 Tot.Bahan Ajar Balaghoh (a) . Enter

a All requested variables entered.

b Dependent Variable: Tot.prestasi belajar

Bagian ini menjelaskan tentang variabel yang dimasukkan (enter), dimana semua variabel dimasukkan adalah bahan ajar Balaghoh, dan tidak ada variable yang dikeluarkan (removed). Hal ini disebabkan metode yang dipakai adalah single step (enter) dan bukannya stepwise.

Model Summary(b)

Model R SquareR Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

Change Statistics R

Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .892 (a) .796 .787 2.67323 .796 85.751 1 22 .000

a Predictors: (Constant), Totb.ajar

b Dependent Variable: Tot.pres

Dari hasil tabel di atas, pada bagian ini ditampilkan nilai R = 0,892 dan koefisien determinasi (R square) sebesar 0,796. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar (Y) dipengaruhi sebesar 79,6 % oleh bahan ajar Balaghoh, sedangkan sisanya (100 % - 79,6 % = 20,4 %) disebabkan oleh sebab-sebab yang lain.


(31)

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 612.785 1 612.785 85.751 .000(a)

Residual 157.215 22 7.146

Total 770.000 23

a Predictors: (Constant), Totb.ajar b Dependent Variable: Tot.pres

Hasil dari uji Anova di atas, dapat diketahui bahwa nilai F = 85.751 dengan tingkat probabilitas Sig 0,000. Oleh karena nilai probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05, maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi prestasi belajar mahasiswa.

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 7.939 3.879 2.047 .053

Totb.ajar .753 .081 .892 9.260 .000

a Dependent Variable: Tot.pres

Dari table di atas diketahui nilai konstanta (a) = 7,939 dan beta = 0,892 serta harga t hitung dan tingkat signifikansi 0,000. Sehingga diperoleh persamaan perhitungan adalah: Ŷ = 7,939 + 0,892 X. Hal ini berarti bahwa: Konstanta sebesar 7,939 menyatakan bahwa jika tidak ada bahan ajar Balaghoh, maka prestasi belajar mahasiswa sebesar 7,939.

Residuals Statistics(a)

Minimum Maximum Mean Std.

Deviation N

Predicted Value 28.2777 50.8758 43.5000 5.16167 24

Std. Predicted Value


(32)

Standard Error of Predicted Value

.565 1.732 .733 .245 24

Adjusted Predicted Value

27.7550 51.0071 43.4771 5.22845 24

Residual -4.83653 4.64385 .00000 2.61447 24

Std. Residual -1.809 1.737 .000 .978 24

Stud. Residual -1.878 1.787 .004 1.008 24

Deleted Residual -5.22786 4.91402 .02287 2.78170 24

Stud. Deleted Residual

-2.003 1.888 -.009 1.048 24

Mahal. Distance .068 8.697 .958 1.749 24

Cook's Distance .000 .148 .032 .038 24

Centered Leverage Value

.003 .378 .042 .076 24

a Dependent Variable: Tot.pres

Hasil dari uji residual statistic di atas, mengemukakan ringkasan hasil-hasil dari predicted value, yang berupa nilai minimal, maksimum, mean, standar deviasi, dan n.

Charts

-2 -1 0 1 2

Regression Standardized Residual

0 1 2 3 4 5 6 7

F

re

q

u

e

n

c

y

Mean = 6.52E-16 Std. Dev. = 0.978 N = 24 Dependent Variable: Tot.pres


(33)

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

E

xp

ec

te

d

C

u

m

P

ro

b

Dependent Variable: Tot.pres

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

D. KESIMPULAN

Dari berbagai uraian latar belakang masalah, kajian teori serta paparan temuan hasil penelitian terkait dengan Bahan Ajar Balaghoh pada Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) STAIN Jurai Siwo Metro dalam meningkatkan prestasi belajar Mahasiswa, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Bahan Ajar Balaghoh pada Prodi PBA STAIN Jurai Siwo Metro layak untuk digunakan. Hal itu ditunjukkan dengan skor nilai rata-rata bahan ajar Balaghoh 47,2.

2. Prestasi belajar Mata Kuliah Balaghoh Mahasiswa Prodi PBA STAIN Jurai Siwo Metro rata-rata tinggi dengan skor rata-rata 43,5.

3. Ada pengaruh yang signifikan antara Kelayakan Bahan Ajar Ba-laghoh terhadap prestasi belajar Mahasiswa Prodi PBA STAIN Jurai Siwo Metro. Hal itu ditunjukkan pada hasil korelasi va-riable X dan Y, nilai yang diperoleh adalah 0,892 berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara kelayakan bahan ajar balaghoh dengan peningkatan prestasi belajar mahasiswa PBA STAIN Ju-rai Siwo Metro, Lampung.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Belawati, Pengembangan Bahan Ajar, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka 2003.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, Bandung: Syaamil Al-Qur’an, 2007.

Hamalik, Oemar, Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar, Bandung: Tarsito, 1980.

Hamied, Fuad Abdul, Proses Belajar Mengajar Bahasa, Jakarta: Depdikbud, 1989.

Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta : Gajahmada University Press, 1983.

Porwadaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997. Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011. Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Sudjana, Nana, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta, Cet. 12,

2005.

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, Cet. Ke-3, 2005.

Suratno dan Lincolin Arsyad, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 1999.

Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003. Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistika,

Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Zamlaky, Abd al-Karim, al-Burhan al-Kâsyif ‘an I’zaz al-Qurân, Baghdad: Mathba’ah al-’Any, 1984.


(1)

Tabel Descriptive Statistics menyajikan variabel Bahan Ajar Balaghoh (X) dan variabel prestasi belajar mahasiswa (Y). Hasil deskriptif variabel (X) dalam tabel di atas dijelaskan bahwa terdapat jumlah kasus (n) = 24 responden, rata rata (mean) sebesar 47.2083 dan standar deviasi 6.85235 dan variable (Y) rata rata (mean) sebesar 43.5000 dan standar deviasi 5.78604 dengan jumlah kasus (n) = 24. Sementara itu, untuk mengetahui hasil dari uji signifikansi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Correlations

Tot.pres

Totb. ajar Pearson

Correlation

Tot.prestasi

belajar 1.000 .892

Tot. Bahan Ajar

Balaghoh .892 1.000

Sig. (1-tailed) Tot.prestasi

belajar . .000

Tot. Bahan.Ajar

Balaghoh .000 .

N Tot.prestasi

belajar 24 24

Tot.Bahan Ajar

Balaghoh 24 24

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil korelasi variable X dan Y, nilai yang diperoleh adalah 0,892 berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara kelayakan bahan ajar Balaghoh dengan peningkatan prestasi belajar mahasiswa PBA STAIN Jurai Siwo Metro.

Nilai yang diperoleh antara variabel X dan Y nilai Sig (1-tailed) sebesar 0,000 jika dibandingkan dengan nilai probabilitas 0,05, ternyata nilai probabilitas Sig lebih kecil, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terbukti ada pengaruh yang signifikan antara


(2)

kelayakan bahan ajar Balaghoh dengan peningkatan prestasi belajar mahasiswa PBA STAIN Jurai Siwo Metro.

Variables Entered/Removed(b)

Model Variables Entered Variables

Removed Method

1 Tot.Bahan Ajar Balaghoh (a) . Enter

a All requested variables entered.

b Dependent Variable: Tot.prestasi belajar

Bagian ini menjelaskan tentang variabel yang dimasukkan (enter), dimana semua variabel dimasukkan adalah bahan ajar Balaghoh, dan tidak ada variable yang dikeluarkan (removed). Hal ini disebabkan metode yang dipakai adalah single step (enter) dan bukannya stepwise.

Model Summary(b)

Model R SquareR Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

Change Statistics R

Square Change

F

Change df1 df2 Sig. F Change

1 .892 (a) .796 .787 2.67323 .796 85.751 1 22 .000

a Predictors: (Constant), Totb.ajar b Dependent Variable: Tot.pres

Dari hasil tabel di atas, pada bagian ini ditampilkan nilai R = 0,892 dan koefisien determinasi (R square) sebesar 0,796. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar (Y) dipengaruhi sebesar 79,6 % oleh bahan ajar Balaghoh, sedangkan sisanya (100 % - 79,6 % = 20,4 %) disebabkan oleh sebab-sebab yang lain.


(3)

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 612.785 1 612.785 85.751 .000(a)

Residual 157.215 22 7.146

Total 770.000 23

a Predictors: (Constant), Totb.ajar

b Dependent Variable: Tot.pres

Hasil dari uji Anova di atas, dapat diketahui bahwa nilai F = 85.751 dengan tingkat probabilitas Sig 0,000. Oleh karena nilai probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05, maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi prestasi belajar mahasiswa.

Coefficients(a)

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 7.939 3.879 2.047 .053

Totb.ajar .753 .081 .892 9.260 .000

a Dependent Variable: Tot.pres

Dari table di atas diketahui nilai konstanta (a) = 7,939 dan beta = 0,892 serta harga t hitung dan tingkat signifikansi 0,000. Sehingga diperoleh persamaan perhitungan adalah: Ŷ = 7,939 + 0,892 X. Hal ini berarti bahwa: Konstanta sebesar 7,939 menyatakan bahwa jika tidak ada bahan ajar Balaghoh, maka prestasi belajar mahasiswa sebesar 7,939.

Residuals Statistics(a)

Minimum Maximum Mean Std.

Deviation N

Predicted Value 28.2777 50.8758 43.5000 5.16167 24

Std. Predicted Value


(4)

Standard Error of Predicted Value

.565 1.732 .733 .245 24

Adjusted

Predicted Value

27.7550 51.0071 43.4771 5.22845 24

Residual -4.83653 4.64385 .00000 2.61447 24

Std. Residual -1.809 1.737 .000 .978 24

Stud. Residual -1.878 1.787 .004 1.008 24

Deleted Residual -5.22786 4.91402 .02287 2.78170 24

Stud. Deleted Residual

-2.003 1.888 -.009 1.048 24

Mahal. Distance .068 8.697 .958 1.749 24

Cook's Distance .000 .148 .032 .038 24

Centered

Leverage Value

.003 .378 .042 .076 24

a Dependent Variable: Tot.pres

Hasil dari uji residual statistic di atas, mengemukakan ringkasan hasil-hasil dari predicted value, yang berupa nilai minimal, maksimum, mean, standar deviasi, dan n.

Charts

-2 -1 0 1 2

Regression Standardized Residual

0 1 2 3 4 5 6 7

F

re

q

u

e

n

c

y

Mean = 6.52E-16 Std. Dev. = 0.978 N = 24 Dependent Variable: Tot.pres


(5)

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

E

xp

ec

te

d

C

u

m

P

ro

b

Dependent Variable: Tot.pres

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

D. KESIMPULAN

Dari berbagai uraian latar belakang masalah, kajian teori serta paparan temuan hasil penelitian terkait dengan Bahan Ajar Balaghoh pada Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) STAIN Jurai Siwo Metro dalam meningkatkan prestasi belajar Mahasiswa, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Bahan Ajar Balaghoh pada Prodi PBA STAIN Jurai Siwo Metro layak untuk digunakan. Hal itu ditunjukkan dengan skor nilai rata-rata bahan ajar Balaghoh 47,2.

2. Prestasi belajar Mata Kuliah Balaghoh Mahasiswa Prodi PBA STAIN Jurai Siwo Metro rata-rata tinggi dengan skor rata-rata 43,5.

3. Ada pengaruh yang signifikan antara Kelayakan Bahan Ajar Ba-laghoh terhadap prestasi belajar Mahasiswa Prodi PBA STAIN Jurai Siwo Metro. Hal itu ditunjukkan pada hasil korelasi va-riable X dan Y, nilai yang diperoleh adalah 0,892 berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara kelayakan bahan ajar balaghoh dengan peningkatan prestasi belajar mahasiswa PBA STAIN Ju-rai Siwo Metro, Lampung.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Belawati, Pengembangan Bahan Ajar, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka 2003.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, Bandung: Syaamil Al-Qur’an, 2007.

Hamalik, Oemar, Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar, Bandung: Tarsito, 1980.

Hamied, Fuad Abdul, Proses Belajar Mengajar Bahasa, Jakarta: Depdikbud, 1989.

Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta : Gajahmada University Press, 1983.

Porwadaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997. Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011. Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Sudjana, Nana, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta, Cet. 12,

2005.

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, Cet. Ke-3, 2005.

Suratno dan Lincolin Arsyad, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 1999.

Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003. Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistika,

Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Zamlaky, Abd al-Karim, al-Burhan al-Kâsyif ‘an I’zaz al-Qurân, Baghdad: Mathba’ah al-’Any, 1984.