DEKOLORISASI PEWARNA REMAZOL BLUE DENGAN LUMPUR AKTIF.

DEKOLORISASI PEWARNA REMAZOL BLUE DENGAN
LUMPUR AKTIF
DECOLORIZATION OF REMAZOL BLUE DYE BY
ACTIVATED SLUDGE

Dewi Cahyaningsih, Dewi Yuanita Lestari*
Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta
e-mail: [email protected]*
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh massa lumpur, waktu kontak, dan
konsentrasi pewarna terhadap efisiensi biosorpsi lumpur aktif terhadap remazol blue teknis
sehingga dapat ditentukan kondisi optimum untuk pengolahan pewarna remazol blue, serta untuk
mengetahui efisiensi penurunan kadar COD.
Sebelum digunakan, lumpur aktif yang berbentuk suspensi dipisahan secara sentrifugasi,
sehingga padatan lumpur akan terpisah dengan cairan lumpur. Lumpur aktif yang digunakan
adalah berupa cairan lumpur. Larutan remazol blue teknis 100 ml dicampurkan ke dalam 1 gram
lumpur aktif, kemudian diaerasi selama 15 menit. Proses biosorpsi dilakukan pada variasi massa,
waktu, serta konsentrasi larutan remazol blue. Larutan remazol blue sebelum dan sesudah
dibiosorpsi oleh lumpur aktif dianalisis dengan spektrofotometer UV-Visible. Pengukuran COD
dilakukan pada sampel hasil optimasi massa, waktu, dan konsentrasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi terbesar diperoleh pada lumpur aktif 5

gram dengan efisiensi biosorpsi 6,83%. Waktu kontak optimum adalah 15 menit dengan efisiensi
biosorpsi 7,89%. Konsentrasi optimum diperoleh pada 200 ppm dengan efisiensi 6,19%.
Biosorpsi dengan lumpur aktif pada remazol blue menurunkan COD sebesar 22,22%.
Kata kunci: dekolorisasi, pewarna remazol blue teknis, lumpur aktif

Abstract
This research aimed to know the optimum condition of decolorization remazol blue dye
especially mass, time, and concentration of remazol blue, and also to investigate the reduction
efficiency COD level on decolorization remazol blue by activated sludge.
Suspense activated sludge was separated by centrifugation, so that the solid sludge
separated by liquid. Activated sludge was used in form of liquid. A hundred mL technical
remazol blue was mixed into 1 gram activated sludge, then was aerated about 15 minutes.
Biosorption was carried the variation of mass, time, and concentration remazol blue. Remazol
blue solution before and after biosorption was analyzed using spectrophotometer UV-Visible.
COD value measurement was done toward sample which had optimum result.
The result of this research showed that the highest mass efficiency was 5 gram sludge
with biosorption efficiency 6.83%. Optimum contact time was 15 minutes with biosorption
efficiency 7.89%. Optimum concentration was 200 ppm with biosorption efficiency 6.19%.
Biosorption of remazol blue by activated sludge decreased COD levels 22.22%.
Key word: decolorization, remazol blue dye, activated sludge

 

DAFTAR PUSTAKA
1.

T. Kusumaningsih, D. S. Handayani & Y. Lestari. (2012). Pembuatan Mikrokapsul Kitosan
Gel Tersambung Silang Etilen Glikol Diglisidil Eter sebagai Adsorben Warna Procion Red
Mx 8b. ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia. 8(1): 47-56.

2.

S. Muslimah & N. D. Kuswytasari. (2013). Potensi Basidiomycetes Koleksi Biologi ITS
sebagai Agen Biodekolorisasi Zat Warna RBBR. Jurnal sains dan Seni Pomits. 2(I): 234239.

3.

Wisnu Arya Wardhana. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi, hlm.
95.

4.


H. Christian, E. Suwito, T. A. Ferdian, T. Setiadi & S. H. Suhardi.  (2007).  Kemampuan
Pengolahan Warna Limbah Tekstil oleh Berbagai Jenis Fungi dalam Suatu Bioreaktor.
Prosiding Seminar Nasional Fundamental dan Aplikasi Teknik Kimia. Surabaya: FTI, ITS.
Hal. 1-6.

5.

I. D. K. Sastrawidana,  B. W. Lay, A. M. Fauzi, & D. A. Santosa. (2008).   Pengolahan
Limbah Tekstil Sistem Kombinasi Anaerobik-Aerobik Menggunakan Biofilm Bakteri
Konsorsium dari Lumpur Limbah Tekstil. ECOTROPHIC. 3(2): 55-60.

6.

Sukardjo. (2004). Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta, hal. 190.

7.

C. Heald & A. C. K Smith. (1982). Applied Physical Chemistry. London: Macmillan Press,
p. 341.


8.

M. Kusmaya & M. B. Halim. (2004). Adsorpsi Kadmium (II) dan Kromium (III) dalam Air
oleh Lumpur Aktif. Diakses dari digilib.ac.id pada tanggal 20 Juni 2014.

9.

N. L. G. Sudaryati, I. W. Kasa & I. W. B. Suyasa. (2008). Pemanfaatan Sedimen Perairan
Tercemar sebagai Bahan Lumpur Aktif dalam Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu.
ECOTROPIC. 3(1): 21-29.

10. A. Herlambang & H. D. Wahjono. (1999). Teknologi Pengolahan Limbah Tekstil dengan
System Lumpur Aktif. Jakarta: Direktorat Teknologi Lingkungan, hal. 5.
11. Nao Tanaka. (2008). Manual Teknologi Tepat Guna Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta:
Pusteklim, hal. 138.
12. H. C. Flemming. (1995). Sorption sites in Biofilms. Water Science and Technology.
32(VIII): 27-33.
13. Haryono dan Tjandra Setiadi. (2006). Pengambilan Senyawa Polisakarida Ekstraseluler dari
Mikroorganisme dalam Lumpur Aktif sebagai Adsorben Logam Berat. Jurnal Teknik Kimia

Indonesia. 5(II): 453-460.
14. Irelan Enviromental Protection Agency. (1997). Wastewater Teatment Manuals Primary,
Secondary and Tertiary. ISBN 1 899965 46 7.

15. R. Manurung, R. Hasibuan & Irvan. (2004). Perombakan Zat Warna Azo Reaktif Secara
Anaerob – Aerob. Universitas Sumatra Utara. Diakses dari e-USU Repository pada tanggal
1 September 2014.
16. Khotib Sarbini. (2012). Biodegradasi Pyrena menggunakan Bacillus Subtilis C19. Skripsi.
Universitas Indonesia: Departemen Teknik Kimia FT.