ProdukHukum BankIndonesia

(1)

P

ERKEMBANGAN

P

EREKONOMIAN

D

AERAH

P

ROVINSI

B

ENGKULU


(2)

PROVINSI BENGKULU

Penerbit :

Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter –

Kelompok Kajian, Statistik dan Survei Jl. A. Yani No.1

BENGKULU


(3)

i|á| UtÇ~ \ÇwÉÇxá|t

Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil.

`|á| UtÇ~ \ÇwÉÇxá|t

Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan.

a|Ät| fàÜtàxz|á bÜztÇ|átá| UtÇ~ \ÇwÉÇxá|t

Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas dan Kebersamaan.

i|á| ^tÇàÉÜ UtÇ~ \ÇwÉÇxá|t UxÇz~âÄâ

Mewujudkan Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya melalui peningkatan

perannya sebagai economic intelligence dan unit penelitian.

`|á| ^tÇàÉÜ UtÇ~ \ÇwÉÇxá|t UxÇz~âÄâ

Berperan aktif dalam pelaksanaan kebijakan Bank Indonesia dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran secara efektif dan efisien dan peningkatan kajian ekonomi regional serta koordinasi dengan pemerintah daerah serta lembaga terkait.


(4)

KATA PENGANTAR

Penerbitan Perkembangan Perekonomian Daerah ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai keadaan ekonomi, moneter dan perbankan bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya Pemerintah Daerah maupun instansi lainnya guna merumuskan suatu kebijakan. Perkembangan Perekonomian Daerah merupakan pengembangan dari Kajian Ekonomi Regional (KER) yang diterbitkan secara triwulanan dan tahunan.

Dalam kajian ini dibahas mengenai perkembangan perekonomian regional Provinsi Bengkulu, yang meliputi perkembangan kegiatan sektor riil dan perkembangan kegiatan sektor moneter perbankan, khususnya selama Triwulan IV tahun 2008 dan membandingkannya dengan periode/kondisi laporan sebelumnya.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan dalam kajian yang kami susun ini, oleh karena itu kritik serta saran dari pengguna/pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan terbitan berikutnya.

Akhirnya kami berharap, semoga terbitan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bengkulu, Februari 2009 BANK INDONESIA BENGKULU

Syarifuddin Bassara Pemimpin


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GRAFIK ... vi

RINGKASAN EKSEKUTIF ... 1

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI BENGKULU ... 4

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ... 6

1.1. PDRB SISI PENGGUNAAN ... 7

1.1.1. Konsumsi Daerah ... 7

1.1.2. Investasi Regional ... 10

1.1.3. Ekspor dan Impor Regional ... 11

1.2. PDRB SISI SEKTORAL ... 14

1.2.1. Sektor Pertanian ... 16

1.2.2. Sektor Listrik, Gas dan Air ... 17

1.2.3. Sektor Jasa-Jasa ... 18

1.2.4. Sektor Bangunan ... 18

1.3. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN... 20

BOKS 1 Perkembangan Dunia Usaha Bengkulu Di Masa Krisis Keuangan Global BOKS 2 Dampak Krisis Global Terhadap Ketenagakerjaan Bengkulu BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ... 22

2.1. PERKEMBANGAN INFLASI ... 22


(6)

2.3. INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG/JASA ... 23

2.4. INFLASI PERIODE JANUARI – DESEMBER 2008 ... 26

2.5. PERBANDINGAN INFLASI ANTAR KOTA DI SUMATERA ... 27

BAB III PERBANKAN ... 29

3.1. GAMBARAN UMUM ... 29

3.2. PERKEMBANGAN BANK UMUM ... 31

3.3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT ... 37

BOKS 3 Dampak Krisis Global Terhadap Kinerja Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/S) Di Provinsi Bengkulu BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ... 39

4.1. GAMBARAN SISI PENERIMAAN ... 39

4.2. GAMBARAN SISI PENGELUARAN ... 41

4.3. GAMBARAN REALISASI APBD 2008 ... 42

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ... 44

5.1. ALIRAN UANG KARTAL (OUTFLOW-INFLOW) ... 44

5.2. PENYEDIAAN UANG KARTAL LAYAK EDAR ... 45

5.3. PENEMUAN UANG PALSU ... 46

5.4. PERKEMBANGAN KLIRING LOKAL ... 47

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH ... 49

6.1. PERKIRAAN EKONOMI ... 49


(7)

BOKS 4 Refleksi Perekonomian 2008 Dan Koordinasi Menghadapi Tantangan 2009

LAMPIRAN DATA PEREKONOMIAN DAN PERBANKAN ... 53


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. PDRB Berdasarkan Jenis Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku

dan Konstan ... 7

Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor dan Impor Regional dalam pembentukan PDRB menurut Harga Berlaku Provinsi Bengkulu ... 11

Tabel 1.3. Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Jenis Barang di Provinsi Bengkulu ... 12

Tabel 1.4. Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Negara Pembeli di Provinsi Bengkulu ... 14

Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Bengkulu (q-t-q) Menurut Sektor ... 15

Tabel 1.6. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan Lapangan Usaha Provinsi Bengkulu... 16

Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang/jasa Kota Bengkulu (Tahunan, y-o-y) ... 23

Tabel 2.2. Sumbangan Beberapa Komoditas terhadap Inflasi Bengkulu ... 24

Tabel 2.3. Perbandingan Inflasi Bengkulu Tahun 2006-2008 ... 27

Tabel 3.1. Jaringan Kantor Pelayanan Bank Provinsi Bengkulu ... 31

Tabel 3.2. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Bengkulu ... 32

Tabel 3.3. Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum Provinsi Bengkulu ... 33

Tabel 3.4. Perkembangan Kredit Perbankan Berdasarkan Jenis Penggunaan, Sektor Ekonomi dan Kelompok Bank di Provinsi Bengkulu ... 35

Tabel 3.5. Perkembangan Kredit Usaha Kecil di Provinsi Bengkulu ... 35

Tabel 3.6. Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan, Sektor Ekonomi di Provinsi Bengkulu ... 36

Tabel 3.7. Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Kredit UMKM di Provinsi Bengkulu ... 37

Tabel 3.8. Perkembangan Kegiatan Usaha BPR di Provinsi Bengkulu ... 38

Tabel 4.1. Potensi Kendaraan Bermotor di Provinsi Bengkulu periode Januari - Desember 2008 ... 40

Tabel 4.2. Realisasi Upah/gaji Pemda Dirinci menurut Kabupaten/Kota... 41

Tabel 4.3. Realisasi APBD Provinsi Bengkulu ... 43

Tabel 5.1. Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu ... 44

Tabel 5.2. Perkembangan Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Provinsi Bengkulu ... 47


(9)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB (LPE, y-o-y)

Provinsi Bengkulu (harga konstan 2000) ... 6

Grafik 1.2. Perkembangan Kredit Konsumsi di Provinsi Bengkulu ... 8

Grafik 1.3. Beberapa Hasil Survei di Provinsi bengkulu ... 9

Grafik 1.4. Perkiraan Pengeluaran Upah/Gaji Pegawai Negeri dan Saldo Giro Pemerintah Provinsi Bengkulu ... 10

Grafik 1.5. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Realisasi Investasi Responden SKDU ... 11

Grafik 1.6. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Ekspor Bengkulu ... 13

Grafik 1.7. Indikator Sektor Pertanian Provinsi Bengkulu ... 16

Grafik 1.8. Indikator Sektor Listrik, Gas dan Air di Provinsi Bengkulu ... 17

Grafik 1.9. Indikator Sektor Jasa-Jasa di Provinsi Bengkulu ... 18

Grafik 1.10. Indikator Sektor Bangunan di Provinsi Bengkulu ... 19

Grafik 1.11. Perubahan Bulanan Nilai Tukar Petani di Provinsi Bengkulu... 20

Grafik 1.12. Tingkat Pengangguran di Provinsi Bengkulu ... 21

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi IHK Kota Bengkulu ... 22

Grafik 2.2. Hasil Pantauan Harga Beberapa Komoditas di Kota Bengkulu ... 25

Grafik 2.3. Sumbangan Inflasi Per Kelompok Barang/Jasa ... 26

Grafik 2.4. Realisasi Inflasi Tahun 2008 ... 27

Grafik 2.5. Inflasi Beberapa Kota di Sumatera ... 28

Grafik 3.1. Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non-Performing Loan (NPL) Perbankan Provinsi Bengkulu... 29

Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit Bank Umum Provinsi Bengkulu ... 30

Grafik 3.3. Distribusi Aktiva Bank Umum di Provinsi Bengkulu ... 32

Grafik 3.4. Perkembangan Net Interest Margin BPR Provinsi Bengkulu ... 38

Grafik 4.1. Rekapitulasi Pendapatan Daerah pada Masing-Masing Wilayah Tahun 2008 ... 39

Grafik 4.2. Dana Milik Pemerintah di Perbankan Daerah ... 41

Grafik 4.3. Dana Milik Pemerintah Provinsi Bengkulu ... 42

Grafik 5.1. Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu ... 45

Grafik 5.2. Perkembangan Rasio PTTB terhadap Inflow Provinsi Bengkulu ... 46

Grafik 5.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan di Bengkulu... 46

Grafik 6.1. Hasil Survei SEK dan SKDU di Provinsi Bengkulu ... 50


(10)

Ringkasan Eksekutif

RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN PERTUMBUHAN EKONOMI

Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu secara tahunan mengalami peningkatan pada triwulan IV 2008, yaitu sebesar 5,27% (y-o-y), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,44%. Meningkatnya laju perekonomian di sisi permintaan terutama disebabkan karena adanya pertumbuhan konsumsi pemerintah dan indikator investasi. Sedangkan konsumsi masyarakat mengalami perlambatan jika dibandingkan laju pertumbuhan triwulan III.

Sementara di sisi penawaran, sebagian besar sektor ekonomi masih mengalami pertumbuhan di triwulan ini. Pertumbuhan yang cukup tinggi terutama dialami oleh sektor jasa-jasa, listrik-gas-air dan pertanian. Sektor-sektor tersebut masing-masing tumbuh sebesar 8,07%, 6,92% dan 6,73%.

RINGKASAN INFLASI

Inflasi Kota Bengkulu secara tahunan menurun dibanding triwulan sebelumnya, yakni dari 14,51% menjadi 13,44% (y-o-y). Menurunnya inflasi di triwulan laporan dipengaruhi oleh adanya keputusan pemerintah untuk menurunkan harga BBM. Pemerintah memutuskan untuk menurunkan harga BBM sebanyak 2 kali di bulan Desember yaitu dari Rp6.000/liter menjadi Rp5.500/liter dan kemudian diturunkan kembali menjadi Rp5.000/liter. Pengaruh penurunan tersebut menyebabkan terjadinya deflasi di bulan Desember sebesar 0,09% yang terutama terjadi di kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.

Sedangkan kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi-minuman-rokok-tembakau terlihat mengalami inflasi di triwulan ini. Masing-masing kelompok mengalami inflasi tahunan sebesar 19,19% dan 17,54%


(11)

Ringkasan Eksekutif

RINGKASAN PERKEMBANGAN PERBANKAN

Perkembangan perbankan khususnya bank umum di Provinsi Bengkulu menunjukkan adanya penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini terlihat pada indikator seperti total aset dan DPK yang mengalami penurunan masing-masing sebesar 2,43% dan 4,82%. Sementara kredit masih tumbuh sebesar 3,48%, serta LDR dan NPL membaik masing-masing menjadi sebesar 102,53% dan 1,52%.

RINGKASAN PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Dari hasil rekapitulasi pendapatan daerah, total pendapatan daerah pada tahun 2008 mencapai Rp4.933,37 miliar. Dari sepuluh pemerintah daerah, Provinsi Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Utara memperoleh pendapatan terbesar. Realisasi upah atau gaji pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah daerah di Provinsi Bengkulu pada triwulan IV tahun 2008 diperkirakan mencapai Rp302,38 miliar. Pengeluaran gaji tersebut meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Realisasi APBD Provinsi Bengkulu hingga akhir 2008 mencapai 82,84% dari dana yang dianggarkan.

RINGKASAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Aliran uang kartal di Bank Indonesia Bengkulu masih mengalami net cash outflow,

namun menurun dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya peningkatan

jumlah uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia dari setoran perbankan daerah (cash

inflow) yang sangat signifikan, sementara jumlah uang kartal yang keluar dari Bank

Indonesia (cash outflow) juga meningkat namun relatif lebih kecil. Sedangkan transaksi

non-kas dengan menggunakan kliring juga menurun dibanding triwulan sebelumnya. Dimana rata-rata perputaran nominal kliring harian menurun 0,77% dari Rp7.931 juta menjadi Rp7.870 juta.

PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI

Perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan I tahun 2009 diperkirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut ditengarai dipicu oleh meningkatnya sektor pertanian dan perdagangan sejalan dengan


(12)

Ringkasan Eksekutif

musim panen di sisi penawaran. Sementara di sisi permintaan didorong oleh perbaikan konsumsi masyarakat dan pemerintah. Bank Indonesia Bengkulu memperkirakan perekonomian daerah akan tumbuh di kisaran 5,05% (y-o-y).

Sedangkan tekanan inflasi daerah di triwulan I tahun 2009 diperkirakan akan mengalami penurunan. Hal ini sejalan dengan keputusan pemerintah untuk menurunkan harga BBM. Keputusan ini diikuti dengan menurunnya tarif transportasi baik untuk dalam kota maupun antar kota. Meski demikian, beberapa harga komoditas seperti beras dan minyak goreng terindikasi meningkat di awal tahun. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan

untuk menaikkan harga pembelian gabah oleh pemerintah serta adanya shock di

komoditas minyak goreng. Namun besarnya pengaruh kenaikan harga di komoditas tersebut diperkirakan tidak berdampak signifikan terhadap inflasi daerah.


(13)

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

PROVINSI BENGKULU

a. Inflasi dan PDRB

2008 INDIKATOR 2007

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV

MAKRO

IHK Kota Bengkulu 158,64 165,13 112,18 116,24 116.64

Laju Inflasi (y-o-y) 5,00 7,84 13,81 14,51 13,44

PDRB-Harga Konstan (miliar Rp) 7.009 1.811 1.836 1.864 1.845

- Pertanian 2.772 735 734 743 729

- Pertambangan & Penggalian 224 57 59 59 59

- Industri Pengolahan 286 73 73 76 74

- Listrik, Gas dan Air Bersih 31 8 8 8 9

- Bangunan 206 52 55 56 56

- Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.433 354 358 369 363

- Pengangkutan & Komunikasi 594 149 151 155 154

- Keuangan, Persewaan dan Jasa 325 83 83 85 85

- Jasa 1.138 300 315 314 316

Pertumbuhan PDRB (y-o-y, %) 6,16 6,92 4,24 3,44 5,27

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 1) 49 49 56 56 36

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 340 338 315 245 258

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 1)

-Volume Impor Nonmigas (ribu ton)

-b. Perbankan

2008 INDIKATOR 2007

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV

PERBANKAN Bank Umum

Total Aset (Triliun Rp) 4,56 4,79 5,31 5,97 5,82

DPK (Triliun Rp) 3,49 3,72 4,01 4,35 4,14

- Tabungan (Triliun Rp) 1,96 1,75 2,01 2,05 2,40

- Giro (Triliun Rp) 1,01 1,42 1,42 1,67 1,05

- Deposito (Triliun Rp) 0,52 0,55 0,58 0,63 0,69

Kredit (Triliun Rp) – Lokasi Proyek 1) 3,41 3,50 4,30 4,70 4,76

- Modal Kerja 1,30 1,41 1,66 1,74 1,73

- Konsumsi 1,73 1,90 2,16 2,42 2,49

- Investasi 0,38 0,35 0,48 0,54 0,54

- LDR (%) 93,70 94,09 107,23 108,05 114,97

Kredit (triliun Rp) – Lokasi Kantor 2,97 3,18 3,71 4,10 4,25

- Modal Kerja 1,04 1,13 1,36 1,48 1,50

- Konsumsi 1,59 1,75 2,01 2,22 2,36

- Investasi 0,34 0,30 0,35 0,40 0,39

- LDR (%) 85,14 85,34 92,67 94,30 102,53


(14)

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

2008 INDIKATOR 2007

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV

PERBANKAN

Kredit UMKM Bank Umum Menurut Lokasi Proyek 1)

Kredit UMKM (Triliun Rp) 2,94 3,22 3,74 4,17 4,27

Kredit Mikro (Triliun Rp) 1,44 1,48 1,47 1,55 1,51

- Kredit Modal Kerja 0,23 0,26 0,30 0,34 0,36

- Kredit Investasi 0,03 0,03 0,03 0,04 0,04

- Kredit Konsumsi 1,18 1,19 1,14 1,17 1,11

Kredit Kecil (Triliun Rp) 0,99 1,20 1,61 1,94 2,08

- Kredit Modal Kerja 0,42 0,47 0,56 0,63 0,64

- Kredit Investasi 0,08 0,07 0,10 0,13 0,13

- Kredit Konsumsi 0,49 0,66 0,95 1,18 1,31

Kredit Menengah (Triliun Rp) 0,51 0,54 0,66 0,68 0,68

- Kredit Modal Kerja 0,36 0,37 0,44 0,43 0,43

- Kredit Investasi 0,11 0,12 0,17 0,20 0,20

- Kredit Konsumsi 0,04 0,05 0,05 0,05 0,05

NPL MKM gross (%) Na na na na Na

BPR

Total Aset (Miliar Rp) 32 40 44 46 46

DPK (Miliar Rp) 19 21 23 27 27

- Tabungan (Miliar Rp) 10 11 12 13 13

- Deposito (Miliar Rp) 9 10 11 14 14

Kredit (Miliar Rp) – Lokasi Proyek1) 87 52 84 18 17

- Modal Kerja 40 27 36 9 10

- Konsumsi 4 4 5 6 6

- Investasi 43 21 43 3 1

Kredit UMKM (Miliar Rp) 87 52 85 18 17

Rasio NPL Gross (%) na na na na na

Rasio NPL Net (%) na na na na na

LDR 129,69 136,63 159,24 145,66 141,02

1) data sampai dengan November 2008


(15)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

BAB

1

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

REGIONAL

Perekonomian Provinsi Bengkulu di triwulan IV tahun 2008 mengalami peningkatan. Secara tahunan (y-o-y), laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,27%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,44%.

Meningkatnya laju perekonomian di sisi permintaan terutama disebabkan karena adanya pertumbuhan konsumsi pemerintah dan indikator investasi. Sementara konsumsi masyarakat mengalami perlambatan jika dibandingkan laju pertumbuhan triwulan III. Di sisi penawaran, sebagian besar sektor ekonomi masih mengalami pertumbuhan di triwulan ini. Pertumbuhan yang cukup tinggi terutama dialami oleh sektor jasa-jasa, listrik-gas-air dan pertanian.

Grafik 1.1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Laju Pertumbuhan PDRB (LPE, y-o-y) Provinsi Bengkulu (harga konstan 2000) 5.27% 3.44% 4.24% 6.92% 6.51% 6.73% 7.13% 3.69% 6.30% 0.07% 2.93% 4.03% 2.30% -2.76% 3.33% 1.42% 1.51% -1.04% 1,500,000 1,530,000 1,560,000 1,590,000 1,620,000 1,650,000 1,680,000 1,710,000 1,740,000 1,770,000 1,800,000 1,830,000 1,860,000 1,890,000

Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4

2006 2007 2008

-4% -2% 0% 2% 4% 6% 8% 10% PDRB (skala kiri) LPE (y-o-y; skala kanan) LPE (q-t-q; skala kanan)


(16)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sisi Penggunaan

Perekonomian Provinsi Bengkulu dari sisi penggunaan masih bertumpu pada sektor konsumsi. Proporsi konsumsi terhadap PDRB mencapai 81,63%, diikuti ekspor-impor dan investasi. Proporsi konsumsi tersebut meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 79,97%.

1.1.1. Konsumsi Daerah

Pertumbuhan secara tahunan (y-o-y) di sisi konsumsi tertinggi dialami oleh konsumsi pemerintah dan lembaga nirlaba. Pertumbuhan untuk masing-masing konsumsi tersebut sebesar 7,62% dan 5,90%. Namun demikian konsumsi rumah tangga masih memiliki proporsi terbesar.

Tabel 1.1. PDRB Berdasarkan Jenis Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan

juta rupiah kecuali dinyatakan lain

Q-IV 2007 Q-IV 2008 Jenis Penggunaan

Nilai Proporsi Nilai Proporsi

Pertum-buhan I. Atas Dasar Harga Berlaku

1. Konsumsi Rumah Tangga

2. Konsumsi Lembaga Nirlaba

3. Konsumsi Pemerintah

4. Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto

5. Perubahan stok

6. Ekspor 7. Impor 2.032.380 29.720 504.010 259.667 (122.436) 1.070.892 (473.558) 61,58% 0,90% 15,27% 7,87% (3,71%) 32,44% (14,35%) 2.313.107 32.028 552.547 297.518 (119.685) 870.720 (448.456) 66,13% 0,92% 15,80% 8,51% (3,42%) 24,89% (12,83%) 13,81% 7,77% 9,63% 14,58% (2,25%) (18,69%) (5,30%)

PDRB 3.300.674 100% 3.497.779 100% 5,97% II. Atas Dasar Harga Konstan

1. Konsumsi Rumah Tangga

2. Konsumsi Lembaga Nirlaba

3. Konsumsi Pemerintah

4. Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto

5. Perubahan stok

6. Ekspor 7. Impor 1.142.080 17.515 268.964 146.282 (43.205) 557.040 (336.482) 65,18% 1,00% 15,35% 8,35% (2,47%) 31,79% (19,20%) 1.197.595 18.549 289.468 168.814 (40.434) 499.229 (288.648) 64,93% 1,01% 15,69% 9,15% (2,19%) 27,06% (15,65%) 4,86% 5,90% 7,62% 15,40% (6,41%) (10,38%) (14,22%)

PDRB 1.752.192 100% 1.844.571 100% 5,27%

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka sementara

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga di triwulan ini terlihat mulai melambat dan tidak setinggi triwulan sebelumnya. Jika di triwulan sebelumnya pertumbuhan mencapai 5,59% maka di triwulan ini melambat menjadi sebesar 4,86%. Perlambatan konsumsi telah terjadi sejak triwulan III


(17)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

hingga triwulan ini yang diduga terjadi karena adanya krisis keuangan global dan diikuti dengan menurunnya harga komoditas perkebunan yang menjadi unggulan daerah seperti karet dan kelapa sawit.

Hasil liaison (lihat Boks 1. Perkembangan Dunia Usaha Bengkulu di

Masa Krisis Keuangan Global) yang dilakukan Bank Indonesia Bengkulu

kepada beberapa perusahaan multifinance pada triwulan IV menunjukkan

adanya penurunan penjualan secara signifikan di triwulan ini. Menurut perusahaan tersebut hal ini terjadi sejak adanya penurunan harga kelapa sawit dan karet. Bahkan beberapa pelanggan yang melakukan kredit sepeda motor ke perusahaan tersebut diantaranya mengalami gagal bayar.

Grafik 1.2. Perkembangan Kredit Konsumsi di Provinsi Bengkulu (juta Rp) 500,000 700,000 900,000 1,100,000 1,300,000 1,500,000 1,700,000 1,900,000 2,100,000 2,300,000 2,500,000 Ja n Feb Ma r Ap r Me i

Jun Jul Aug Sep Oct No

v De c Ja n Feb Ma r Ap r Me i

Jun Jul Aug Sep Oct No

v De c Ja n Feb Ma r Ap r Me i Jun Jul A

ug Sep Oct No

v

De

c

2006 2007 2008

20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% gYOY

Sumber : Lap Bulanan Bank Umum – KBI Bengkulu

Di sisi lain, kredit yang disalurkan perbankan daerah untuk kegiatan konsumsi terlihat mulai mengalami penurunan pertumbuhan di triwulan ini. Hal ini terlihat dari grafik 1.2 di atas dimana pertumbuhan kredit secara tahunan menurun dari 54% di triwulan III menjadi 48% di triwulan ini. Perbankan daerah diketahui mulai selektif dalam menyetujui pemberian kredit dimana kredit diberikan hanya untuk bidang usaha yang sangat selektif, kredit mikro dan perpanjangan kepada nasabah prima.


(18)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Grafik 1.3. Beberapa Hasil Survei di Provinsi Bengkulu

35.00 45.00 55.00 65.00 75.00 85.00 95.00 105.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2006 2007 2008

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Sumber : Survei Ekspektasi Konsumen, BI Bengkulu

Sebaliknya hasil survei yang dilakukan Bank Indonesia Bengkulu menunjukkan mulai adanya peningkatan kepercayaan masyarakat. Hal ini terlihat dari meningkatnya indeks keyakinan konsumen (IKK). Peningkatan ini dipicu oleh naiknya indeks ekspektasi konsumen dimana responden memiliki ekspektasi adanya perbaikan penghasilan dan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang. Hal ini kemungkinan dipicu oleh rencana pemerintah untuk menaikkan gaji PNS dan kebijakan penurunan harga BBM yang mereka yakini akan membawa dampak membaiknya kondisi ekonomi secara umum.

Konsumsi pemerintah secara tahunan di triwulan laporan terlihat mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Pertumbuhan konsumsi pemerintah di triwulan laporan mencapai 7,62% sementara triwulan sebelumnya 5,74%. Dilihat dari pengeluaran pemerintah daerah terkait dengan belanja pegawai, yang memiliki porsi 27% terhadap total belanja daerah Pemerintah Provinsi Bengkulu, juga terlihat meningkat. Kenaikan konsumsi pemerintah diduga karena adanya realisasi anggaran pemerintah di


(19)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

akhir tahun 2008. Hal ini terlihat dari menurunnya giro milik pemerintah yang tersimpan di perbankan daerah (grafik 1.4. di bawah).

Grafik 1.4. Perkiraan Pengeluaran Upah/Gaji Pegawai Negeri dan Saldo Giro Pemerintah Provinsi Bengkulu

juta rupiah

210,000 230,000 250,000 270,000 290,000 310,000 330,000 350,000 370,000 390,000

1 2 3 4 1 2 3 4

2007 2008

600,000 700,000 800,000 900,000 1,000,000 1,100,000 1,200,000 1,300,000 1,400,000 1,500,000 Perkiraan Belanja Pegawai APBD (axis kiri)

Giro Pemerintah di Perbankan Daerah (axis kanan)

Sumber : BPS Prov. Bengkulu dan Lap. Bulanan Bank Umum – KBI Bengkulu

1.1.2. Investasi Regional

Data investasi regional yang tercatat di BPS sebagaimana terlihat dari Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) dan ditunjukkan pada tabel 1.1. di triwulan laporan mengalami kenaikan yang signifikan, yaitu sebesar 15,40%. Sementara pada triwulan sebelumnya pertumbuhannya hanya sebesar 6,0%. Pencatatan BPS ini merupakan investasi yang bersifat tambahan dan dilakukan oleh pelaku ekonomi daerah setempat yang dapat berupa tambahan bangunan atau peralatan untuk kegiatan usaha yang telah dijalaninya.

Sebaliknya, Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia Bengkulu di triwulan IV 2008 menunjukkan hasil yang

berbeda. Saldo bersih tertimbang (SBT)1

atas realisasi investasi yang dilakukan responden menunjukkan penurunan dimana triwulan sebelumnya SBT

1

Saldo Bersih Tertimbang merupakan selisih antara jawaban positif (meningkat) dengan jawaban negatif (menurun) dikali dengan bobot masing-masing sektor/subsektor


(20)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

sebesar 0,11 menjadi -0,47. Hal ini menunjukkan lebih sedikitnya responden yang menambah jumlah realisasi investasinya.

Grafik 1.5. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Realisasi Investasi Responden SKDU

-0.47 0.11 (5.00)

-5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2006 2007 2008

Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), BI Bengkulu

1.1.3. Ekspor dan Impor Regional

Menurut data BPS Provinsi Bengkulu, pada triwulan laporan terjadi penurunan net-ekspor secara tahunan (y-o-y) sebesar 22,07%. Tren perkembangan ekspor dan impor antar daerah/negara di triwulan laporan dapat dilihat dari tabel 1.2. di bawah ini. Ekspor turun dari Rp557.040 juta pada triwulan IV tahun 2007 menjadi Rp499.229 juta, sedangkan impor juga menurun dari Rp336.482 juta menjadi Rp288.648 juta.

Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor dan Impor Regional dalam pembentukan PDRB menurut Harga Konstan Provinsi Bengkulu

juta rupiah

2007 2008

Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Ekspor 557.040 570.840 571.479 578.051 499.229

Impor 336.482 313.014 309.866 307.834 288.648

Net Ekspor (Impor) 220.558 257.826 261.613 270.217 210.581


(21)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Sementara perkembangan ekspor daerah ke mancanegara berdasarkan

pemberitahuan ekspor barang diperkirakan akan menurun secara tahunan.

Tabel 1.3 di bawah menggambarkan kegiatan perdagangan lintas negara dari dan ke Provinsi Bengkulu yang dicatat berdasarkan data Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB). Dari tabel tersebut terlihat adanya penurunan ekspor

daerah ini pada triwulan laporan secara tahunan2

. Penurunan nilai ekspor yang cukup besar terjadi pada komoditas lemak/minyak hewan nabati dengan komoditas utama minyak sawit/CPO.

Tabel 1.3. Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Jenis Barang di Provinsi Bengkulu

nilai dalam ribu dollar, volume dalam ton

2007 2008 Mata Dagangan Ket.

Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4*

Pro-porsi

Nilai 14.403 10.263 15.321 10.778 8.305 17,13%

Lemak/minyak

hewan/nabati Volume 18.250 11.000 13.500 12.000 17.525

Nilai 220 290 475 704 113 0,23%

Kakao dan produk

kakao Volume 122 150 250 300 50

Nilai 9.562 9.896 10.097 9.007 14.615 30,15%

Bahan bakar

mineral Volume 305.677 311.403 276.801 200.589 287.033

Nilai 24.874 28.517 29.539 34.011 25.239 52,07%

Karet dan barang

dari karet Volume 11.864 11.882 11.055 11.404 10.185

Nilai 95 73 275 1.262 197 0,42%

Lainnya

Volume 4.459 3.013 12.842 20.925 10.262

Nilai 49.154 49.039 55.707 55.762 48.469 100%

Total

Volume 340.372 337.448 314.448 245.218 325.055

Sumber : SEKDA Provinsi Bengkulu, BI Bengkulu; *) angka perkiraan

Penurunan nilai ekspor di triwulan laporan secara tahunan diperkirakan sebesar 1,39%, dimana terutama didorong oleh menurunnya ekspor CPO yang mencapai 42%. Sedangkan ekspor batubara dan karet diperkirakan akan meningkat. Dimana ekspor karet diperkirakan meningkat 1,47% sementara batubara meningkat hingga 53%.

Penurunan ekspor diperkirakan masih terjadi pada triwulan mendatang, ini terkait dengan adanya krisis keuangan global. Selain itu adanya

2

Berhubung data Desember 2008 belum tersedia, data triwulan IV dihitung dengan asumsi realisasi ekspor Bulan Desember sama dengan Bulan November. Hal ini dengan perkiraan realisasi ekspor


(22)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

permasalahan hukum terkait dengan kegiatan penambangan batubara yang dialami dua perusahaan tambang batubara di Bengkulu diperkirakan dapat mempengaruhi ekspor batubara daerah. Permasalahan hukum yang dialami oleh perusahaan tersebut adalah dugaan tidak adanya izin penambangan (illegal mining). Sehingga perusahaan tersebut tidak dapat melakukan

penambangan kembali sebagaimana biasanya. Adapun dari hasil liaison (lihat

boks 1) yang dilakukan Bank Indonesia kepada perusahaan pengolahan karet di Bengkulu terungkap bahwa ekspor yang dilakukan di triwulan ini relatif stabil karena kontrak ekspor telah dilakukan sebelum krisis dilakukan. Sementara untuk triwulan selanjutnya perusahaan masih ragu akan kelanjutan ekspor karena kontrak ekspor yang diterima mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Grafik 1.6. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Ekspor Bengkulu dalam US$ -200 400 600 800 1,000 1,200 Ja n

Feb Mar Ap

r

May Jun Jul Au

g Sep Oc t No v Dec Ja n

Feb Mar Ap

r

May Jun Jul Au

g Sep Oc t No v Dec 2007 2008 Karet CPO Batubara

Sumber : DSM Bank Indonesia dan Bloomberg, diolah

Penurunan ekspor karena adanya gejala krisis keuangan global yang berdampak pada menurunnya harga komoditas perkebunan dan

pertambangan. Sebagaimana terlihat pada grafik 1.6 di atas trend

penurunan harga dialami oleh komoditas utama daerah seperti CPO, karet dan batubara. Secara triwulanan, harga batubara menurun 34% dari US$104 menjadi US$69/metrik ton. Komoditas karet turun 45% dari US$315/kg


(23)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

menjadi US$174/kg. Dan untuk komoditas CPO harga turun 38% dari US$681 menjadi US$440/metrik ton.

Bila dilihat dari negara pembeli (tabel 1.4 di bawah), Singapura merupakan negara dengan nilai pembelian terbesar diikuti oleh Belgia dan Amerika Serikat. Nilai ekspor Provinsi Bengkulu ke tiga negara ini mencapai US$24.845 ribu atau sekitar 68% dari nilai ekspor secara keseluruhan.

Tabel 1.4. Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Negara Pembeli di Provinsi Bengkulu

nilai dalam ribu dollar, volume dalam ton

2007 2008 Negara Pembeli Ket.

Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4*

Nilai 9.841 10.202 7.840 8.977 7.210

Amerika Serikat

Volume 4.782 4.409 3.037 3.205 2.633

Nilai 2.668 2.732 1.035 465 218

Thailand

Volume 93.628 92.070 31.219 200 5.527

Nilai 13.458 14.990 18.338 19.227 12.264

Singapura

Volume 62.439 39.233 57.886 22.527 14.513

Nilai - - -

Philipina

Volume - - -

Nilai 1.337 3.146 5.341 1.730 2.532

Malaysia

Volume 43.481 83.250 120.583 34.741 45.553

Nilai - 230 - 406 -

Hongkong

Volume - 101 - 18.035 -

Nilai - - 113 - -

Jerman

Volume - - 40 - -

Nilai 16.387 11.516 17.101 12.136 5.371

Belgia

Volume 19.198 11.524 14.163 12.463 9.227

Nilai 5.463 6.223 5.939 12.821 8.805

Lainnya

Volume 116.844 106.861 87.520 154.047 180.912

Nilai 49.154 49.039 55.707 55.762 36.400 Total

Volume 340.372 337.448 314.448 245.218 258.365

Sumber : SEKDA Provinsi Bengkulu, BI Bengkulu; *) data hingga bulan November

1.2. PDRB Sisi Sektoral

Secara sektoral, peningkatan pertumbuhan ekonomi secara tahunan (y-o-y) terjadi pada sebagian besar sektor ekonomi. Dimana laju pertumbuhan ekonomi yang tertinggi dibanding sektor lain di triwulan ini terjadi di sektor jasa-jasa, listrik-gas-air dan pertanian. Sektor-sektor tersebut masing-masing tumbuh sebesar 8,07%, 6,92% dan 6,73%.


(24)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Bengkulu (y-o-y) Menurut Sektor

persen

Lapangan Usaha Trw-I

2008 Trw-II 2008 Trw-III 2008 Trw-IV 2008 1. Pertanian

2. Pertambangan dan Penggalian

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Air dan Gas

5. Bangunan

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

7. Angkutan dan Komunikasi

8. Keuangan dan Persewaan

9. Jasa-jasa 9,82 5,18 6,68 8,01 6,99 2,31 2,39 4,57 9,11 3,49 5,22 3,19 7,01 8,39 (0,20) 3,15 3,96 11,65 4,48 4,79 0,74 6,72 6,09 (2,04) 2,70 2,10 8,65 6,73 4,35 2,17 6,92 2,60 3,09 2,05 3,39 8,07

P D R B 6,92 4,24 3,44 5,27

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; angka sementara

Sedangkan struktur perekonomian Provinsi Bengkulu sebagaimana terlihat dari tabel 1.6 di bawah terlihat masih didominasi oleh sektor pertanian diikuti sektor perdagangan-hotel-restoran dan sektor jasa-jasa. Kontribusi ketiga sektor ini terhadap perekonomian Provinsi Bengkulu mencapai 76,31% di triwulan laporan. Dengan demikian naik turunnya ketiga sektor tersebut akan sangat mempengaruhi kinerja perekonomian Provinsi Bengkulu secara keseluruhan.

Tabel 1.6. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan Lapangan Usaha Provinsi Bengkulu

juta rupiah kecuali dinyatakan lain

Q2-2008 Q3-2008 Q4-2008 Lapangan Usaha

Nilai Porsi Nilai Porsi Nilai Porsi

1. Pertanian 734.209 39,99 742.802 39,85 728.565 39,50

2. Pertambangan dan Penggalian 58.737 3,20 59.190 3,18 59.438 3,22

3. Industri Pengolahan 72.846 3,97 75.518 4,05 73.707 4,00

4. Listrik, Gas dan Air 8.264 0,45 8.379 0,45 8.551 0,46

5. Bangunan 54.681 2,98 55.469 2,98 56.094 3,04

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 357.590 19,47 369.055 19,80 362.871 19,67

7. Pengangkutan dan Komunikasi 151.268 8,24 155.023 8,32 154.016 8,35

8. Keuangan dan Persewaan 83.694 4,56 84.868 4,55 85.204 4,62

9. Jasa – jasa 314.864 17,14 313.655 16,82 316.126 17,14

PDRB 1.836.154 100,00 1.863.958 100,00 1.844.571 100,00


(25)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

1.2.1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi di triwulan ini, yakni sebesar 6,73%, tumbuh cukup tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,48%. Pertumbuhan di triwulan ini kemungkinan didorong oleh adanya musim panen serta harga jual yang mulai membaik untuk komoditas perkebunan.

Sementara persepsi pelaku usaha hasil SKDU menunjukkan kondisi yang berbeda, dimana umumnya responden menyatakan bahwa realisasi usahanya di triwulan ini menunjukkan adanya penurunan. Sebanyak 34% responden menyatakan bahwa realisasi usaha mereka mengalami penurunan. Penurunan ini terutama dialami responden dari subsektor perternakan dan tanaman pangan.

Hal tersebut juga terjadi di sektor perbankan dimana laju pertumbuhan tahunan kredit pertanian terlihat menurun cukup signifikan. Laju pertumbuhan menurun dari 18% di triwulan sebelumnya menjadi 5% di triwulan ini. Hal ini diduga karena adanya kebijakan perbankan daerah untuk lebih selektif dalam melakukan persetujuan pemberian kredit.

Grafik 1.7. Indikator Sektor Pertanian Provinsi Bengkulu

Kredit Pertanian (Rp Juta)

100,000 120,000 140,000 160,000 180,000 200,000 220,000 240,000 260,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2006 2007 2008

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% gYOY

Realisasi Ekspor Perkebunan (Ton)

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2006 2007 2008

-200% 0% 200% 400% 600% 800% 1000% 1200% 1400% 1600% 1800% 2000% gYOY


(26)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

1.2.2. Sektor Listrik, Gas dan Air

Sektor listrik, gas dan air tercatat masih mengalami pertumbuhan tahunan yang cukup tinggi di triwulan ini dibanding triwulan sebelumnya yaitu sebesar 6,92%. Namun porsi sektor ini terhadap ekonomi daerah masih cukup kecil yaitu hanya sebesar 0,46%.

Dilihat dari data konsumsi listrik, terlihat bahwa konsumsi listrik di triwulan ini mengalami sedikit peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Begitu juga dengan jumlah pelanggan yang terdaftar di PLN. Pada bulan November jumlah pelanggan sebanyak 221.010 sedangkan di bulan September sebesar 219.455 atau meningkat 0,7%. Sementara konsumsi di periode yang sama meningkat 1,13% dari 26.617 ribu Kwh menjadi 26.920 ribu Kwh. Peningkatan tertinggi terutama terjadi untuk konsumen rumah tangga dimana terjadi peningkatan konsumsi listrik hingga 7%. Sementara data kredit yang disalurkan perbankan ke sektor ini di Provinsi Bengkulu mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya dari Rp324 juta menjadi Rp302 juta.

Grafik 1.8. Indikator Sektor Listrik, Gas dan Air di Provinsi Bengkulu

Konsumsi Listrik 200 205 210 215 220 225 230

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2006 2007 2008

22 23 24 25 26 27 28 29 30

Jml. Pelanggan (ribu orang, axis kiri) Konsumsi (juta KWh, axis kanan)

Kredit Sektor Listrik, Gas, Air (juta Rp)

250 350 450 550 650 750 850 950 1,050 1,150

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2006 2007 2008

-100% -50% 0% 50% 100% 150% gYOY


(27)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

1.2.3. Sektor Jasa - Jasa

Sektor jasa-jasa secara tahunan mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 8,07%, sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 8,65%. Porsi sektor ini terhadap ekonomi daerah juga cukup besar yaitu mencapai 17,14%, sehingga sektor ini tetap menjadi pendukung tumbuhnya ekonomi daerah.

Dilihat dari pembiayaan perbankan, maka terlihat adanya penurunan kredit di triwulan ini untuk sektor jasa-jasa. Kredit yang disalurkan perbankan daerah ke sektor ini pada bulan Desember 2008 mencapai Rp331 miliar, turun sebesar 4% dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan terutama

dialami untuk kredit kepada jasa sosial yaitusebesar 4%.

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha di triwulan IV tahun 2008 juga menunjukkan kondisi yang sama dimana terjadi penurunan realisasi usaha. Hal ini terlihat dari menurunnya hasil saldo bersih tertimbang (SBT) dimana SBT triwulan ini sebesar -0,40.

Grafik 1.9. Indikator Sektor Jasa-jasa di Provinsi Bengkulu

-50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000

I II III IV I II III IV I II III IV

2006 2007 2008

Kredit Sektor Jasa (juta Rp) PDRB Sektor Jasa (juta Rp)

Realisasi Sektor Jasa (Hasil SKDU)

(0.40) (0.20) -0.20 0.40 0.60 0.80 1.00

I II III IV I II III IV I II III IV

2006 2007 2008

Sumber : Bank Indonesia dan BPS Prov. Bengkulu, diolah

1.2.4. Sektor Bangunan

Laju pertumbuhan sektor bangunan secara tahunan mengalami perlambatan yaitu hanya tumbuh sebesar 2,60% dengan porsi terhadap


(28)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

ekonomi daerah sebesar 3,04%. Dengan porsi yang relatif kecil tersebut belum memberikan kontribusi signifikan bagi ekonomi Bengkulu.

Grafik 1.10. Indikator Sektor Bangunan di Provinsi Bengkulu

Konsumsi Semen (ton)

15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000 50,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2007 2008

-30% -10% 10% 30% 50% 70% 90% 110% 130% 150%

gMTM

Penyaluran Kredit (miliar Rp)

-50 100 150 200 250 300 350

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2006 2007 2008

Konstruksi Perumahan

Sumber : Bank Indonesia dan Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Adanya perlambatan di sektor bangunan ini tergambar pula pada penyaluran kredit konstruksi. Meski kredit perumahan yang disalurkan perbankan naik namun kredit untuk konstruksi yang dapat menggambarkan

sisi supply terlihat menurun. Di triwulan laporan kredit perbankan yang

disalurkan untuk sektor konstruksi sebesar Rp137.868 juta, sementara di triwulan sebelumnya sebesar Rp175.406 juta atau menurun 21%.

Namun secara tahunan, data konsumsi semen daerah sepanjang tahun ini menunjukkan kondisi sebaliknya dimana konsumsi sudah melampaui jumlah di tahun 2007. Pada periode Januari hingga Desember 2007 konsumsi semen daerah sebanyak 371 ribu ton sementara tahun ini sudah mencapai 428 ribu ton atau meningkat hingga 15%.


(29)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

1.3. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Indikator kesejahteraan petani sebagaimana tergambar melalui indikator nilai tukar petani (NTP) di triwulan IV sampai dengan bulan November 2008 terlihat terus menurun. Penurunan NTP ini dapat menggambarkan bahwa secara relatif tingkat kesejahteraan hidup petani semakin rendah. Dibanding triwulan sebelumnya, terlihat adanya perubahan NTP 110,04 menjadi 99,06 atau turun 10%. Hal ini dikarenakan adanya penurunan indeks harga yang diterima petani terkait dengan hasil produksinya, sementara indeks harga yang dibayar petani semakin meningkat. Penurunan ini kemungkinan disebabkan oleh masih relatif rendahnya harga komoditas perkebunan utama seperti karet dan kelapa sawit.

Grafik 1.11. Perubahan Bulanan Nilai Tukar Petani di Provinsi Bengkulu

110.04

99.06 109.06

119.03

113.53

95 105 115 125

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

2008 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; diolah

Sedangkan data jumlah pengangguran di bulan Agustus 2008 terlihat mengalami peningkatan dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya. Jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja di bulan tersebut meningkat dari 38 ribu orang menjadi 40 ribu orang. Sehingga tingkat pengangguran terbuka meningkat menjadi 4,90% (grafik 1.12). Hal ini juga disebabkan karena meningkatnya jumlah angkatan kerja di bulan tersebut. Selain itu, untuk periode berikutnya jumlah pengangguran


(30)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

diperkirakan dapat meningkat. Hal ini karena timbulnya krisis keuangan global yang juga akan berpengaruh terhadap kondisi usaha dan tenaga kerja di Bengkulu. Menurut informasi yang diperoleh indikasi peningkatan pemutusan hubungan kerja di tahun mendatang akan meningkat dan berujung pada peningkatan jumlah pengangguran. (lihat Boks 2. Dampak Krisis Global Terhadap Ketenagakerjaan Bengkulu)

Grafik 1.12. Tingkat Pengangguran di Provinsi Bengkulu

30.00 32.00 34.00 36.00 38.00 40.00 42.00 44.00 46.00 48.00 50.00

Agus-2006 Agus-2007 Agus-2008

3.00% 3.50% 4.00% 4.50% 5.00% 5.50% 6.00% 6.50%

Jumlah pengangguran (ribu org, kiri) % (kanan)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; diolah

Adapun sektor yang menjadi lapangan kerja utama di daerah ini masih di sektor pertanian kemudian perdagangan dan jasa kemasyarakatan. Dimana persentase angkatan kerja yang bekerja di sektor tersebut masing-masing sebesar 60%, 14% dan 13%. Sebagian besar angkatan kerja juga bekerja di kegiatan formal seperti berusaha sendiri maupun menjadi buruh/karyawan dengan persentase mencapai 67% sementara tahun sebelumnya 66%.


(31)

BOKS 1 DIMASA KRISIS KEUANGAN GLOBAL

Seiring dengan semakin berlarutnya krisis keuangan global yang dipicu oleh kejatuhan ekonomi Amerika Serikat, tekanan-tekanan terhadap perekonomian berbagai negara di dunia terus menguat. Tekanan ini tak luput terjadi juga pada Indonesia, meskipun secara umum Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang cukup kuat. Lesunya perekonomian dunia mengakibatkan menurunnya permintaan berbagai komoditas pasar sehingga mengakibatkan harga berbagai komoditas pun ikut terseret turun. Jatuhnya harga beberapa komoditas yang menjadi unggulan Indonesia telah mengakibatkan tekanan yang kuat pada perekonomian daerah, terutama pada daerah yang memiliki basis utama komoditas alam. Berikut ini tren harga beberapa komoditas dunia.

Sumber : Bloomberg

Sumber : Bloomberg

Komoditas karet, kelapa sawit dan batubara merupakan andalan ekspor Propinsi Bengkulu. Oleh karena itu, jatuhnya komoditas tersebut dikhawatirkan

1

Merupakan rangkuman hasil Liaison yang dilakukan KBI Bengkulu pada triwulan IV 2008 pada


(32)

terhadap industri pengolahan dan perilaku konsumsi masyarakat Bengkulu.

Hasil liaison yang dilakukan oleh Bank Indonesia Bengkulu terhadap pelaku

leasing dan retail menunjukkan adanya penurunan penjualan domestik pada triwulan IV dibandingkan tahun lalu. Omset penjualan pada tahun 2008, terutama perusahaan pembiayaan, mengalami penurunan. Penurunan ini terkait dengan turunnya harga komoditas sawit dan karet yang berdampak pada pendapatan masyarakat sehingga membuat permintaan masyarakat terhadap barang-barang yang ditawarkan oleh perusahaan pembiayaan juga mengalami penurunan.

Sementara hasil liaison yang dilakukan pada industri pengolahan karet

menunjukkan penjualan industri pengolahan yang menghasilkan produk berupa karet SIR-20 secara kumulatif masih menunjukkan keadaan yang lebih baik dibandingkan dengan tahun 2007. Hal ini terjadi akibat pencapaian penjualan kumulatif selama Januari – September 2008 yang rata-rata mencapai 2.000 ton/bulan, sementara tahun 2007 lalu hanya tercatat 1.600 ton/bulan. Namun, dalam bulan Oktober-November rata-rata penjualan turun menjadi hanya 1.400

ton/bulan. Itupun terbantu dengan adanya sistem kontrak penjualan short term

(1-6 bulan) atau long term (1 tahun). Turunnya penjualan ekspor ini merupakan

dampak dari krisis ekonomi global dan terjadinya kesulitan dalam memperoleh bahan baku di Bengkulu. Mengenai kesulitan bahan baku, sebenarnya masalah ini terkait dengan rendahnya harga karet sehingga petani enggan untuk mengambil getah karet.

Kapasitas usaha baik pada industri pengolahan maupun usaha retail dan

leasing mengalami penurunan. Rendahnya kapasitas usaha ini menyebabkan

terjadinya penutupan dua unit showroom perusahaan leasing Bengkulu. Pada

industri pengolahan, utilisasi pabrik pengolahan hanya berkisar antara 55% dimana kapasitas produksi yang biasanya beroperasi pada kisaran 2.000 – 2.500 ton/bulan kini hanya dapat berproduksi 1.100 ton/bulan. Hal ini disebabkan rendahnya produksi karena perusahaan kesulitan bahan baku dari petani.

Sebagai antisipasi rendahnya permintaan, tingkat persediaan pada industri pengolahan karet menjadi tergolong rendah. Disamping itu, kelangkaan bahan baku juga mempengaruhi tingkat persediaan. Hal yang serupa juga terjadi pada

industri leasing, namun di sisi lain ditemukan pelaku industri leasing yang secara

individual melaporkan adanya kenaikan jumlah persediaan dikarenakan banyaknya kendaraan yang ditarik oleh perusahaan akibat pembayarannya yang tergolong macet.


(33)

liaison melaporkan adanya kenaikan biaya dibandingkan dengan kondisi tahun lalu yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM dan listrik pada tahun 2008. Namun, untuk perusahaan yang menggunakan BBM industri, pada triwulan IV 2008 biaya BBM cenderung turun seiring dengan turunnya harga minyak dunia. Peningkatan biaya tenaga kerja juga terjadi tahun 2008 sebagai konsekuensi dari peningkatan upah minimum maupun adanya beberapa penambahan jumlah tenaga kerja.

Harga jual pada perusahaan leasing pada tahun 2008 rata-rata mengalami

kenaikan. Oleh karena itu, meskipun kondisi kurang menggembirakan namun

margin usaha 2008 pada perusahaan leasing, secara rata-rata tidak mengalami

perubahan. Untuk tahun depan diprediksikan harga jual masih akan mengalami kenaikan, akibat kondisi ekonomi yang belum menentu. Sedangkan pada industri pengolahan karet, harga jual karet olahan pada awal tahun 2008 sampai dengan triwulan III mengalami kenaikan sebesar 35% yaitu U$D 2,7/kg. Namun, pada triwulan IV, harga mengalami penurunan yang cukup signifikan sekitar 45 % yaitu U$D 1,5/kg yang mengakibatkan margin usaha industri pengolahan karet pada triwulan terakhir 2008 ini cenderung menurun dibandingkan dengan kondisi normal. Untuk tahun 2009, diperkirakan harga akan cenderung tetap, bila melihat kondisi ekonomi saat ini.

Seluruh contact liaison yang bergerak pada usaha pembiayaan memberikan

kesan pesimisme untuk permintaan atau penjualan tahun depan. Ketidakpastian kondisi ekonomi tahun depan akibat krisis global diperkirakan akan menekan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa yang ditawarkan. Industri pengolahan karet pun memperkirakan penjualan tahun depan cenderung akan mengalami penurunan karena pada 2009 kontrak-kontrak penjualan baru penuh dengan ketidakpastian. Apabila kondisi ekonomi dunia pada tahun depan masih belum membaik, maka hal tersebut dapat menekan jumlah permintaan ekspor secara nyata dan puluhan karyawan terancam akan dirumahkan.

Berbagai kondisi yang kurang menggembirakan ini ditanggapi oleh para pelaku usaha dengan tidak merencanakan penambahan investasi di tahun 2009.


(34)

BOKS 2

DAMPAK KRISIS GLOBAL

TERHADAP KETENAGAKERJAAN BENGKULU

Propinsi Bengkulu mulai merasakan dampak nyata dari krisis keuangan global yang melanda dunia. Propinsi Bengkulu yang mengandalkan komoditas pertanian dan pertambangan sebagai komoditas ekspornya, cukup terpukul dengan anjloknya harga komoditas pertanian dan pertambangan dunia akibat lemahnya permintaan pasar.

Hasil dari beberapa survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap dunia usaha menunjukkan penurunan kinerja perusahaan akibat rendahnya permintaan komoditas tersebut. Penurunan ini berimbas pada sektor ketenagakerjaan di Bengkulu. Hingga akhir tahun 2008 setidaknya terdapat tiga perusahaan yang terpaksa menutup usahanya, ketiga perusahaan ini bergerak di industri pengolahan karet dan perdagangan pertanian. Berdasarkan survei, perusahaan tertentu juga mulai mengindikasikan kemungkinan pengambilan keputusan untuk merumahkan karyawannya bila kondisi ekonomi dunia pada tahun 2009 masih juga belum membaik.

Informasi dari Dinas Ketenagakerjaan Propinsi Bengkulu memperkuat perkiraan adanya dampak nyata krisis keuangan global terhadap ketenagakerjaan di Propinsi Bengkulu. Sepanjang tahun 2008, jumlah kasus PHK mengalami peningkatan yaitu terjadi 79 kasus PHK dimana 9 kasus terjadi hanya di bulan Desember 2008. Sementara itu pada tahun 2007 hanya terjadi 25 kasus PHK. Kasus PHK ini sebagian besar melibatkan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dan pertambangan. Selain itu, terdapat indikasi adanya sejumlah karyawan yang akan dirumahkan oleh perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan pada awal tahun 2009.

Dengan demikian, dampak krisis ekonomi global semakin nyata merambah ke tingkat masyarakat. Oleh karena itu diperlukan segera langkah strategis dari pihak terkait untuk mengurangi efek negatif terhadap ketenagakerjaan Bengkulu.


(35)

Inflasi Daerah

BAB

2

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

2.1. Perkembangan Inflasi

Perkembangan inflasi Kota Bengkulu1

pada triwulan IV tahun 2008 dipengaruhi oleh adanya keputusan pemerintah untuk menurunkan harga BBM. Pemerintah memutuskan untuk menurunkan harga BBM sebanyak 2 kali di bulan Desember yaitu dari Rp6.000/liter menjadi Rp5.500/liter dan kemudian diturunkan kembali menjadi Rp5.000/liter. Pengaruh penurunan tersebut menyebabkan terjadinya deflasi di bulan Desember sebesar 0,09% yang terutama terjadi di kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Kondisi ini menyebabkan inflasi tahunan menurun dibanding triwulan sebelumnya, yakni dari 14,51% menjadi 13,44%.

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi IHK Kota Bengkulu

14.51% 13.81%

7.84%

13.44%

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Bengkulu (y-o-y) Nasional (y-o-y)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

1


(36)

Inflasi Daerah

2.2. Faktor Pendorong Inflasi

Laju inflasi di triwulan ini dapat diredam oleh keputusan pemerintah untuk menurunkan harga BBM sebanyak dua kali di bulan Desember. Faktor-faktor tersebut mendorong Kota Bengkulu mengalami deflasi pada bulan tersebut yaitu sebesar 0,09%.

Sedangkan, sebagai pendorong inflasi di triwulan ini adalah adanya inflasi

dari kelompok bahan makanan. Hal ini terutama disebabkan adanya seasonal factor

yaitu untuk komoditas cabe merah serta pengaruh cuaca yang kurang baik di bulan Desember dan menyebabkan kenaikan harga untuk komoditas ikan segar.

2.3. Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa

Pada tabel 2.1 di bawah terlihat seluruh kelompok barang/jasa mengalami inflasi. Kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi-minuman-rokok-tembakau terlihat mengalami inflasi tertinggi dibanding kelompok lainnya.

Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa Kota Bengkulu (Tahunan, y-o-y)

persen

Trw III-2008 Trw IV-2008 Kelompok Barang/Jasa

IHK Inflasi IHK Inflasi

Bahan makanan

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang

Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

Pengangkutan, Komunikasi dan Jasa Keuangan

124,95 120,52 117,53 110,77 108,20 106,03 108,20 20,25 18,55 17,37 10,27 7,90 5,71 7,26 125,45 122,86 118,22 112,98 109,60 106,28 105,89 19,19 17,54 14,69 8,44 10,42 6,58 6,26

Inflasi Umum 116,24 14,51 116,64 13,44

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Kelompok bahan makanan mengalami inflasi tahunan (y-o-y) sebesar 19,19%. Inflasi atas kelompok ini terutama terjadi untuk subkelompok kacang-kacangan, ikan yang diawetkan dan ikan segar. Dimana subkelompok tersebut


(37)

Inflasi Daerah

masing-masing mengalami inflasi sebesar 48,18%, 47,12% dan 39,41%. Sementara inflasi tahunan (y-o-y) yang terjadi di kelompok makanan jadi-minuman-rokok-tembakau sebesar 17,54% didorong oleh subkelompok makanan jadi yang mengalami inflasi sebesar 25,70%.

Tabel 2.2. Sumbangan Beberapa Komoditas terhadap Inflasi Bengkulu

persen

No. Komoditas Inflasi Sumb. Komoditas Deflasi Sumb.

1. Cabe Merah 23,61 0,39 Bensin -12,90 -0,55

2. Kentang 21,59 0,07 Daging Ayam Ras -9,36 -0,18

3. Bayam 22,70 0,06 Telur Ayam Ras -8,72 -0,10

4. Emas Perhiasan 4,02 0,06 Tomat Buah -15,43 -0,05

5. Beras 0,96 0,05 Daging Sapi -6,23 -0,05

6. Ikan Dencis 13,76 0,05 Minyak Goreng -2,39 -0,04

7. Jeruk 15,54 0,05 Udang Basah -4,48 -0,02

8. Ikan Tongkol 7,28 0,05 Seng -4,48 -0,02

9. Kangkung 11,11 0,03 Angkutan Udara -2,11 -0,01

10. Ikan Mas 8,06 0,03 Batu Bata -1,58 -0,01

Total sumbangan 0,84 Total sumbangan (1,03) Komoditas lain (0,93) Komoditas lain 0,94

Inflasi Umum (0,09) Inflasi Umum (0,09)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; diolah

Dilihat sumbangan inflasi pada akhir bulan Desember menurut komoditas sebagaimana terlihat di tabel 2.2 di atas, terlihat 10 komoditas penyumbang inflasi terbesar seperti cabe merah, kentang dan bayam. Beberapa komoditas lain yang juga mengalami kenaikan harga diantaranya cabe rawit, tempoyak, bumbu penyedap rasa, susu bubuk, susu bayi, susu balita, beberapa jenis kerupuk dan komoditas ikan segar seperti mujair, kakap merah, selar dan bawal. Meningkatnya inflasi untuk beberapa komoditas ikan segar tersebut karena kondisi cuaca yang kurang baik di akhir triwulan ini berupa hujan dan gelombang tinggi di perairan Bengkulu sehingga menghalangi nelayan untuk melaut. Naiknya harga ikan laut selanjutnya juga berdampak pada kenaikan harga ikan tawar (substitusi).


(38)

Inflasi Daerah

Sedangkan dilihat dari hasil pantauan harga komoditas beras, minyak goreng, tepung terigu dan kacang kedelai yang dilakukan secara mingguan oleh Bulog Divisi Regional Bengkulu terlihat adanya trend kenaikan harga beras dan minyak goreng di triwulan ini. Harga beras meningkat dari sekitar Rp5.500/kg di triwulan III menjadi di kisaran harga Rp5.600/kg di triwulan ini. Sedangkan minyak goreng yang sempat turun menjadi Rp6.500/kg kembali naik di harga Rp7.000/kg.

Grafik 2.2. Hasil Pantauan Harga Beberapa Komoditas di Kota Bengkulu

5,000 5,500 6,000 6,500 7,000 7,500 8,000

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

6,000 7,000 8,000 9,000 10,000 11,000 12,000 13,000 14,000

Beras (kiri)

Tepung Terigu (kiri)

Minyak Goreng Curah (kanan) Kacang Kedelai (kanan)

Sumber : Bulog Divre Bengkulu

Sementara dilihat dari sumbangan inflasi per kelompok secara bulanan (m-t-m), sumbangan terbesar berasal dari kelompok transpor-komunikasi-jasa keuangan dan kelompok bahan makanan. Kelompok transpor menyumbang deflasi yang cukup besar di bulan Desember yaitu 0,55% dengan tingkat deflasi bulanan 2,82%. Sebaliknya kelompok bahan makanan menyumbang inflasi cukup besar di bulan ini sebesar 0.42% dengan tingkat inflasi bulanan mencapai 1,64%.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya faktor penyesuaian harga BBM oleh pemerintah sebanyak dua kali di bulan tersebut menyebabkan deflasi yang cukup signifikan di bulan Desember. Pada subkelompok tersebut deflasi disumbangkan oleh komoditas bensin, solar dan tarif angkutan udara.


(39)

Inflasi Daerah

Adapun kelompok lainnya yang juga mengalami deflasi cukup besar adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Kelompok ini menyumbang deflasi sebesar 0,05%. Deflasi di kelompok ini disumbangkan oleh subkelompok biaya tempat tinggal yang didorong oleh menurunnya harga bahan bangunan seperti batu bata, semen, seng, besi beton, paku dan kayu lapis.

Grafik 2.3. Sumbangan Inflasi Per Kelompok Barang/Jasa

persen

Perumahan, Air, Listrik, Gas, Bahan

Bakar 5% Sandang

5% Kesehatan

0% Pendidikan, Rekreasi,

Olahraga 0%

Transpor, Komunikasi, Jasa

Keuangan 49%

Makanan Jadi, Minuman, Rokok,

Tembakau 3%

Bahan Makanan 38%

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

2.4. Inflasi Periode Januari – Desember 2008

Terjadinya deflasi di Bengkulu diakhir triwulan ini mendorong turunnya pencapaian inflasi selama tahun 2008. Inflasi Bengkulu secara tahunan di triwulan ini adalah sebesar 13,44% menurun dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 14,51%. Pencapaian inflasi ini masih lebih rendah dibanding proyeksi Bank Indonesia Bengkulu sebelumnya yang memperkirakan pencapaian inflasi sebesar 15%. Namun demikian, pencapaian inflasi tersebut melebihi inflasi nasional yang sebesar 11,06%.


(40)

Inflasi Daerah

Grafik 2.4. Realisasi Inflasi Tahun 2008

14.51%

7.84%

13.81%

4.09%

9.11%

13.05%

13.44%

8.17%

12.14%

11.06% 11.03%

3.41%

7.37%

10.47%

0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16%

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

2008

Bengkulu y-o-y Bengkulu y-t-d

Nasional y-o-y Nasional y-t-d

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; diolah

Pencapaian inflasi tahun 2008 ini merupakan inflasi tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2007 inflasi Bengkulu cukup rendah yaitu sebesar 5%, sedangkan inflasi di tahun 2006 sebesar 6,52%.

Tabel 2.3. Perbandingan Inflasi Bengkulu Tahun 2006-2008

persen

Tahun No. Inflasi

2006 2007 2008

1. Bulanan (Desember) 1,59 1,04 -0,09

2. Tahun Kalender (year-to-date) 6,52 5,00 13,44

3. Tahun (year-on-year) 6,52 5,00 13,44

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; diolah

2.5. Perbandingan Inflasi Antar Kota di Sumatera

Inflasi di Bengkulu dibanding beberapa kota besar lainnya di Pulau Sumatera di bulan Desember ini relatif cukup rendah. Inflasi bulanan tertinggi terjadi di kota Banda Aceh dengan inflasi sebesar 1,06% dan terendah di kota Batam yang mengalami deflasi 0,14%. Dari 11 kota besar tersebut (grafik 2.4.), 6 kota mengalami inflasi dan 5 kota lainnya mengalami deflasi.


(41)

Inflasi Daerah

Grafik 2.5. Inflasi Beberapa Kota di Sumatera

-0.20% 0.00% 0.20% 0.40% 0.60% 0.80% 1.00% 1.20%

Banda Aceh

Pangk

al Pi

nang

Meda

n

Pada

ng Pale

mba

ng

Bandar Lam

pung

Pekanba

ru Bengku

lu Jam

bi

Tanj

ung

Pinang Batam


(42)

Perbankan Daerah

BAB

3

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

3.1. Gambaran Umum

Kondisi bank umum di Provinsi Bengkulu pada triwulan IV tahun 2008 menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan. Hal ini terlihat dari beberapa indikator perbankan yang mengalami penurunan kinerja dibanding triwulan sebelumnya seperti total aset bank umum dan total Dana

Pihak Ketiga (DPK). Namun demikian Non-performing Loan (NPL) dan Loan to

Deposit Ratio (LDR), masih mengalami perbaikan dan kredit masih tumbuh walau jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Grafik 3.1. Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non Performing Loan (NPL) Perbankan Provinsi Bengkulu

S

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum – Bank Indonesia Bengkulu

Penyaluran kredit mengalami perlambatan dengan hanya tumbuh sebesar 3,48%, sementara pada triwulan III yang mencapai 10,4%. Hal ini disebabkan oleh tingginya suku bunga pinjaman perbankan tiga bulan terakhir. Selain itu,

85.34% 92.67%

94.30% 102.53%

2.08%

1.84%

1.72% 1.52%

55% 65% 75% 85% 95% 105%

Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4

2006 2007 2008

0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8%

LDR (skala kiri) NPL (skala kanan)


(43)

Perbankan Daerah

pihak perbankan juga masih bersikap sangat hati-hati dalam memberikan kredit, sebagai imbas dari keringnya likuiditas dan krisis global.

Sementara itu, penghimpunan DPK mengalami penurunan 4,82% dibanding triwulan sebelumnya. Kondisi ini ditambah dengan masih tumbuhnya kredit perbankan menyebabkan terjadinya kenaikan LDR menjadi sebesar 102.53% dari sebelumnya 94,30%. Peningkatan LDR ini juga disertai dengan membaiknya kualitas kredit yang ditandai dengan terjadinya penurunan NPL dari 1,72% menjadi 1,52%.

Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit Bank

Umum Provinsi Bengkulu

juta rupiah

S

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum – Bank Indonesia Bengkulu

Dilihat dari sisi penggunaan kredit, kredit yang dikucurkan perbankan 55,49% masih dalam bentuk kredit konsumsi. Sedangkan, sektor yang memiliki porsi terbesar dalam penyaluran kredit perbankan di Propinsi Bengkulu adalah sektor lain-lain, yaitu sebesar 55,90% dari total kredit.

Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di wilayah Provinsi Bengkulu menunjukkan kondisi yang tidak berbeda dengan bank umum. Penurunan DPK dan penyaluran kredit BPR menurunkan tingkat LDR menjadi 141,02% dari sebelumnya 145,67%.

400,000 900,000 1,400,000 1,900,000 2,400,000 2,900,000 3,400,000 3,900,000 4,400,000 4,900,000

Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4

2006 2007 2008


(44)

Perbankan Daerah

3.2. Perkembangan Bank Umum

a. Kelembagaan

Secara kelembagaan, pada triwulan laporan terdapat penambahan jaringan kantor perbankan di Provinsi Bengkulu yaitu 2 Kantor Cabang Pembantu, 1 kantor Kas, 1 Payment Point, dan 11 ATM. Jumlah bank umum yang beroperasi di wilayah kerja Bank Indonesia Bengkulu sebanyak 14 bank yang terdiri dari 1 Bank Pembangunan Daerah (BPD), 4 Bank Pemerintah dan 9 Bank Swasta dengan 2 diantaranya merupakan bank syariah. Jaringan kantor pelayanan bank di Provinsi Bengkulu tertera pada tabel 3.1 dibawah.

Tabel 3.1. Jaringan Kantor Pelayanan Bank Provinsi Bengkulu

KP KC KCP KK Unit PP ATM

Kota Bengkulu 1 14 11 11 10 3 47

Bengkulu Selatan - 2 4 1 7 1 3

Bengkulu Utara - 2 7 3 8 1 3

Rejang Lebong - 2 8 4 5 1 10

Lebong - - 2 1 2 - 1

Kepahiang - - 2 1 2 - 3

Kaur - - 1 1 4 - 1

Seluma - - 2 2 3 - 2

Muko-Muko - 1 5 2 4 - 2

Jumlah 1 21 42 26 45 6 72

Sumber : Bank Indonesia Bengkulu; Data hingga Desember 2008

b. Perkembangan Aset

Aset perbankan di Provinsi Bengkulu pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar 2,43% atau sebesar Rp 144.677 juta, dari Rp 5.965.144 juta menjadi Rp 5.820.467 juta. Penurunan aset perbankan tersebut terutama didorong oleh penurunan aset salah satu bank pemerintah hingga mencapai 16,24% dan diikuti oleh penurunan tipis aset bank swasta sebesar 2,07%. Namun, bank pemerintah lainnya masih dapat menunjukkan peningkatan asset sebesar 10,78% atau Rp 260.832 juta. Jumlah aset perbankan di propinsi Bengkulu sebagian besar masih dikuasai oleh bank-bank pemerintah dengan porsi mencapai 79.77% dari total aset perbankan.


(45)

Perbankan Daerah

Tabel 3.2. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Bengkulu

juta rupiah kecuali disebutkan lain

2007 2008

Kelompok

Bank Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Pangsa

Pert. Tw. Lalu

Bank

Pemerintah 3.628.798 4.015.556 4.223.522 4.762.512 4.642.736 79,84% -2,51% Bank Swasta 928.467 776.477 1.095.404 1.202.632 1.177.731 20,16% -2,07% Bank Umum

(Total) 4.557.265 4.792.033 5.318.926 5.965.144 5.820.467 100% -2.43%

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum – Bank Indonesia Bengkulu

Grafik 3.3. Distribusi Aktiva Bank Umum di Provinsi Bengkulu

Bengkulu Selat an, Selum a,

dan Kaur 12 %

Ben gkulu Ut ar a dan M u ko-m uko

9 % Rejang Le bong, Kep ahiang

dan Lebo ng 10% Kodya Bengkulu

69 %

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum – Bank Indonesia Bengkulu

Dari grafik 3.3. terlihat bahwa wilayah penyebaran aktiva bank umum masih terpusat di wilayah Kota Bengkulu yang pada triwulan ini memiliki porsi sebesar (69%), diikuti Kabupaten Bengkulu Selatan, Seluma dan Kaur (12%), Kabupaten Rejang Lebong, Kepahiang dan Lebong (10%), dan Kabupaten Bengkulu Utara dan Muko-Muko (9%).

Sementara dari kualitas aset terutama kredit yang diberikan,

mengalami perbaikan di triwulan ini. Pangsa kredit bermasalah (Non

Performing Loan/NPL) mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya dari 1,72% menjadi 1,52% dari total kredit atau sebesar Rp6.084 juta. Besaran NPL di atas tergolong cukup baik, karena risiko tidak tertagihnya kredit yang disalurkan oleh perbankan semakin menurun dan telah memenuhi ketentuan Bank Indonesia yang mensyaratkan besaran NPL maksimal 5% dari total kredit.


(46)

Perbankan Daerah

c. Perkembangan Dana Masyarakat

Dana pihak ketiga (DPK) yang berada di perbankan Provinsi Bengkulu pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar 4,82% menjadi Rp4.143.308 juta. Giro memberi sumbangan terbesar pada penurunan tersebut dengan penurunan yang cukup tinggi yaitu 37,09%. Sedangkan deposito dan tabungan tetap mengalami peningkatan masing-masing sebesar 8,60% dan 17,34%. Dilihat dari data historis, pada setiap triwulan IV jumlah giro di bank selalu mengalami penurunan. Penurunan jumlah giro ini ditengarai karena banyaknya realisasi proyek pemerintah diakhir tahun yang membutuhkan penarikan dana.

DPK perbankan di Provinsi Bengkulu masih terkonsentrasi di bank-bank pemerintah yaitu mencapai 81,13%. Sedangkan bila dilihat dari komposisi DPK, tabungan dan giro masing-masing memiliki porsi sebesar 58,03% dan 25,37%, sehingga keduanya memiliki porsi 83,40% dari total DPK. Sisanya, yaitu sebesar 16,60% berupa deposito.

Tabel 3.3. Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum

Provinsi Bengkulu

juta rupiah

2007 2008 Pert.

Keterangan

Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 q-t-q

Bank Umum

(Total) 3.491.443 3.721.883 4.007.111 4.353.340 4.143.308 -4,82%

Giro 1.006.404 1.422.055 1.417.687 1.671.002 1.051.260 -37,09%

Tabungan 1.963.901 1.753.320 2.004.808 2.049.485 2.404.310 17,31%

Deposito 521.138 546.508 584.616 633.253 687.738 8,6%

Bank

Pemerintah 2.827.739 3.031.210 3.309.676 3.597.583 3.361.500 -6.56%

Giro 913.302 1.298.936 1.314.825 1.566.739 969.407 -38,13%

Tabungan 1.526.630 1.339.380 1.580.491 1.589.430 1.930.745 21,47%

Deposito 387.807 392.894 414.36 441.414 461.348 4,52%

Bank Swasta 663.704 690.673 697.435 755.757 781.808 3,45%

Giro 93.102 123.119 102.682 104.263 81.853 21,49%

Tabungan 437.271 413.94 424.317 459.655 473.565 3,03%

Deposito 133.331 153.614 170.256 191.839 226.390 18,01%


(47)

Perbankan Daerah

Terkait dengan struktur kepemilikan dana, dana perorangan masih mendominasi DPK perbankan. Porsi kepemilikannya mencapai 67,77% dari keseluruhan DPK, diikuti dana milik Pemerintah baik Pusat maupun Daerah yang mencapai 18,73%. Sisanya dimiliki oleh BUMN, BUMD, Perusahaan Swasta, dan pemilik lainnya.

Berdasarkan komposisi DPK terlihat bahwa sebagian besar dana yang tersimpan di perbankan merupakan dana-dana jangka pendek. Dana jangka pendek tergolong murah, namun mengandung potensi risiko likuiditas sehingga perbankan perlu memiliki pengelolaan likuiditas yang baik agar dapat menjamin kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo.

Melihat kedua fakta struktur dan komposisi DPK di atas, maka perbankan cenderung menyalurkan kreditnya dalam kredit berjangka waktu pendek seperti kredit konsumsi maupun kredit modal kerja dibandingkan kredit investasi yang berjangka waktu panjang.

d. Perkembangan Penyaluran Kredit

Penyaluran kredit pada triwulan IV meningkat sebesar 3,48% atau sebesar Rp 143.049 juta dibanding triwulan sebelumnya. Kredit konsumsi masih mendominasi penyaluran kredit perbankan dengan porsi mencapai 55,9% dari keseluruhan kredit. Kredit jenis konsumsi tumbuh paling pesat di triwulan ini yaitu mencapai 6,14% diikuti kredit modal kerja yang tumbuh 0.71%. Sementara, kredit investasi mengalami penurunan sebesar 0,98%. Namun secara umum, perkembangan kredit di triwulan IV tidak sebaik triwulan sebelumnya yang mencapai 5,41%.

Secara sektoral, kredit sektor pertanian tercatat mengalami pertumbuhan paling tinggi di triwulan laporan, yaitu 8,96% diikuti dengan kredit sektor lainnya dan sektor perdagangan, masing-masing sebesar 6,10% dan 5,89%. Setelah sektor lain-lain (konsumsi), penyaluran kredit berikutnya didominasi oleh sektor perdagangan.


(1)

Lampiran Data

TABEL DATA PERKREDITAN BANK UMUM

Trw I Trw II Trw III Trw IV

1. Kredit yang diberikan per kolektibilitas 3,176,154 3,713,536 4,104,992 4,248,041

- Lancar 3,027,736 3,545,630 3,906,034 4,034,978

- Dalam Perhatian Khusus 82,278 99,584 128,194 148,383

- Kurang Lancar 7,635 7,579 11,264 18,062

- Diragukan 8,050 8,725 9,892 8,784

- M a c e t 50,455 52,018 49,608 37,834

NPL - nominal 66,140 68,322 70,764 64,680

NPL - % 2.08% 1.84% 1.72% 1.52%

Loan to Deposit Ratio (LDR) 85.34% 92.67% 94.30% 102.53%

2. Kredit berdasarkan sektor ekonomi 3,176,154 3,713,536 4,104,992 4,248,041

- Pertanian 187,791 212,920 218,511 238,083

- Pertambangan 11,114 11,501 36,128 33,077

- Industri 97,481 141,280 168,708 158,019

- Listrik, gas dan air 308 300 324 302

- Konstruksi 116,491 150,782 175,406 137,868

- Perdagangan 689,565 809,643 895,887 948,610

- Pengangkutan 27,211 29,715 29,175 27,207

- Jasa dunia usaha 105,356 145,434 173,048 167,613

- Jasa sosial 182,204 182,983 169,740 162,764

- Lainnya 1,758,633 2,028,978 2,238,065 2,374,498

3. Kredit berdasarkan jenis penggunaan 3,176,154 3,713,536 4,104,992 4,248,041

- Modal kerja 1,126,643 1,358,269 1,484,838 1,495,381

- Investasi 303,483 348,787 399,329 395,396

- Konsumsi 1,746,028 2,006,480 2,220,825 2,357,264

4. Spreading kredit berdasarkan baki debet 3,176,154 3,713,536 4,104,992 4,248,041

- S.d Rp25 juta 55,152 56,082 59,115 59,637

- > Rp25 juta s.d. Rp50 juta 89,008 97,462 100,268 99,890

- > Rp50 juta s.d. Rp100 juta 167,618 185,518 198,307 202,276

- > Rp100 juta s.d. Rp250 juta 293,493 331,008 367,868 356,175

- > Rp250 juta s.d. Rp500 juta 332,312 381,724 405,145 386,361

- > Rp500 juta s.d. Rp1.000 juta 383,813 416,062 469,209 439,219

- > Rp1.000 juta s.d. Rp5.000 juta 1,000,291 1,093,124 1,142,865 1,165,711

- > Rp5.000 juta 854,467 1,152,556 1,362,215 1,538,772

5. Kredit Usaha Kecil 780,559 880,290 989,301 944,392

- Lancar 649,383 751,165 848,898 802,138

- Dalam Perhatian Khusus 34,074 32,027 43,974 51,926

- Kurang Lancar 3,158 3,029 3,593 5,698

- Diragukan 5,257 5,143 5,991 4,390

- M a c e t 88,687 88,926 86,845 80,240


(2)

Lampiran Daftar Istilah

LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH

Administered price

Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik.

Aktiva Produktif

Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan dana antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.

Andil inflasi

Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.

APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Bank Pemerintah

Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI. Dalam buku ini bank pemerintah daerah (Bank Bengkulu) juga dikelompokkan dalam bank pemerintah.

BI Rate

Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur setiap bulannya.

BI-RTGS

Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian kewajiban bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk setiap instruksi transfer dana.

Bobot inflasi

Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut.

Cash inflows


(3)

Lampiran Daftar Istilah

Cash Outflows

Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dan penukaran uang masyarakat dalam periode tertentu.

Clean Money Policy

merupakan kebijakan untuk menyediakan uang layak edar.

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.

Ekspor

Keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.

Financing to deposit ratio (FDR) atau loan to deposit ratio (LDR)

Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam rupiah dan valas. Terminologi FDR untuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank konvensional.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100.

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunujukkan level keyakinan kensumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.

Indeks Pembangunan Manusia

Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli.

Inflasi


(4)

Lampiran Daftar Istilah

Inflasi IHK

Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat luas.

Inflasi Inti

Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered price.

Impor

Keseluruhan barang yang masuk dari suatu wilayah /daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.

Investasi

Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.

Kliring

Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah.

Kredit

Adalah penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk :

(1) Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase

agreement (NPA)

(2) Pengembalian tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.

Kualitas Kredit

Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), kurang lancar, diragukan dan macet.

Liaison Bank Indonesia

Salah satu kegiatan rutin untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi aktual sektor riil/usaha beserta prospeknya melalui wawancara langsung antara Bank Indonesia dengan pelaku usaha/sumber data.

M-t-m

Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Net Cashflows

Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outlows lebih tinggi dibandingkan cash


(5)

Lampiran Daftar Istilah

Non Performing Loans (NPL)

Kredit/pembiayaan yang bermasalah atau non-lancar yang terdiri dari kredit dengan klasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif.

PDRB atas dasar harga berlaku

Merupakan perhitungan PDRB dengan menggunakan harga di periode tersebut sebagai dasar perhitungan.

PDRB atas dasar harga konstan

Merupakan perhitungan PDRB dengan menggunakan harga pada satu waktu tertentu sebagai dasar perhitungan.

Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)

Kegiatan pemusnahan uang bagi uang yang sudah tidak layak edar.

Pertumbuhan ekonomi

Perubahan nilai PDRB atas harga konstan dalam suatu periode tertentu (triwulanan atau tahunan).

Porsi Ekonomi

Konstribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu wilayah.

Qtq

Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya.

Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)

Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ybs. Terminologi NPL untuk bank konvensional, sedangkan NPF untuk bank syariah.

Rasio Non Performing Loans (NPLs) – NET

Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit.

Sektor Ekonomi Dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.


(6)

Lampiran Daftar Istilah

Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Surat berharga atas unjuk yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang.

Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS)

Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.

Sistem Kliring Nasional Bank Inddnesia (SKN-BI)

Sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.

Uang giral

Uang terdiri atas rekening giro, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh waktu, yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam rupiah dan sistem moneter.

Uang kartal

Uang yang terdiri atas uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada KPKN dan bank umum.

Volatile foods

Komponen inflasi IHK yang mencakup beberapa bahan makanan yang harganya sangat fluktuatif.

Yoy