PENGAMEN JALANAN DAN KEKASARAN : STUDI TENTANG PERILAKU PENGAMEN JALANAN DALAM BERINTERAKSI DI NGAGEL SURABAYA.

(1)

ABSTRAK

Jamilah, 2015, Pengamen Jalanan dan Kekerasan ( Studi Tentang Perilaku Pengamen Jalanan dalam Berinteraksi di Daerah Ngagel, Surabaya ), Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Pengamen jalanan, kekasaran, interaksi.

Permasalahan yang dikaji di dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan perilaku kekasaran pengamen jalanan yang berada di Ngagel, Surabaya, fokus kajian yang diambil dari perilaku kekerasan pengamen jalanan tersebut adalah tentang proses atau tahapan didalam berinteraksi hingga munculnya suatu kekasaran yang di lakukan pengamen jalanan di Ngagel, Surabaya serta pola kehidupan yang dimiliki oleh pengamen jalanan.

Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dengan tehnik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Guna untuk melengkapi data yang dibutuhkan peneliti menggunakan subyek primer dan subyek skunder. Teori yang digunakan untuk melihat fenomena sosial tentang Perilaku Kekasaran Pengamen Jalanan dalam Berinteraksi tersebut adalah teori George Herbert Mead tentang Interaksionalisme Simbolik

Dari hasil penelitian di temukan bahwa di Ngagel terdapat; (1)Perilaku pengamen dalam berinteraksi yang berada di Ngagel Surabaya di awali dengan interaksi hingga terjadinya kekerasan dalam ucapan maupun kata-kata terhadap sesama pengamen, serta akan terjadinya pertengkaran yang saling menjatuhkan dengan ucapan yang kasar. (2) Latar belakang kekasaran dalam kehidupan pengamen jalanan adalah adanya tuntutan hidup yang memaksa mereka untuk mengamen dan bersaing dengan pengamen jalanan lainnya, sehingga sering kali terjanya kekasaran untuk merebutkan tempat untuk mengais rezeki.


(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Konseptual ... 6

F. Telaah Pustaka... 8

G. Metode Penelitian ... 11

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 13

3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 15

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 17

5. Teknik Pengumpulan Data ... 21

6. Teknik Analisis Data ... 26

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 28

H. Sistematika Pembahasan ... 29

BAB II :INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD ... 33

BAB III :PENGAMEN JALANAN DAN KEKASARAN DI NGAGEL SURABAYA ... 42


(3)

1. Kondisi Bangunan ... 42

2. Kepadatan Bangunan ... 43

3. Kepadatan Penduduk ... 44

4. Penyediaan Prasarana... 46

B. Perilaku Pengamen Jalanan dalam Berinteraksi di Ngagel, Surabaya 1. Perilaku Pengamen Jalanan ... 49

2. Interaksi Pengamen Jalanan ... 56

a. Interaksi Pengamen Jalanan - Masyarakat ... 56

b. Interaksi Antar Sesama Pengamen Jalanan ... 58

C. Latar Belakang Perilaku Kekasaran Pengamen Jalanan di Ngagel, Surabaya ... 65

BAB IV : PENUTUP ... 82

A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara

2. Jadwal Penelitian

3. Surat Keterangan (Bukti melakukan penelitian)

4. Dokumentasi Penelitian dan Dokumen yang relevan


(4)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keberadaan pengamen jalanan telah menjadi fenomena global, khususnya di kota-kota besar. Pemandangan tidak menyenangkan di trotoar jalan sudah menjadi sarapan sehari-hari. Potret kehidupan ini hanya hal kecil dari kondisi kehidupan masyarakat yang mengais rezeki di jalanan, di jalanan sana ternyata masih terhampar luas terpandang lusuh dan kumuh kehidupan jalanan yang dijalani berbagai jenis manusia, mulai

anak-anak Punk yang dalam teori sosiologi dikatakan sebagai law less

croud yakni kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma dan termasuk dalam golongan anti sosial karena hanya berinteraksi dengan kelompoknya, pengamen, topeng monyet jalanan, begitupun juga halnya

pengemis dan anak jalanan1. Semua berprofesi berbeda dari mulai yang

kreatif memainkan gitar, menampilkan atraksi monyet, mengelap kaca hingga yang hanya meminta-minta uang saja, oleh sebab itu mereka bisa dikatakan berbeda profesi namun berpenghasilan dari sumber yang sama yaitu jalan raya.

Kekasaran merupakan tindakan agresi dan pelanggaran

(penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan, dan lain-lain) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang

1


(5)

2

lain, dan hingga batas tertentu tindakan menyakiti binatang dapat dianggap sebagai kekasaran, tergantung pada situasi dan nilai-nilai sosial yang

terkait dengan kekejaman terhadap binatang. Istilah “kekasaran” juga

mengandung kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang merusak. Perilaku kekasaran semakin hari semakin nampak, dan sungguh sangat mengganggu ketentraman hidup kita. Jika hal ini dibiarkan, tidak ada upaya sistematik untuk mencegahnya, tidak mustahil kita sebagai bangsa akan menderita rugi oleh karena kekasaran tersebut.

Kita akan menuai akibat buruk dari maraknya perilaku kekasaran di masyarakat baik dilihat dari kacamata nasional maupun internasional. Secara umum, kekasaran dapat didefinisikan sebagai perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau hilangnya nyawa seseorang atau dapat menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Sementara itu, secara sosiologis, kekerasan dapat terjadi di saat individu atau kelompok yang melakukan interaksi social mengabaikan norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat dalam mencapai tujuan masing-masing. Dengan diabaikannya norma dan nilai sosial ini akan terjadi tindakan- tindakan tidak rasional yang akan menimbulkan kerugian di pihak lain, namun dapat menguntungkan diri sendiri.

Menurut Soerjono Soekanto, kekerasan (violence) diartikan sebagai penggunaan kekuatan fisik secara paksa terhadap orang atau

benda.2 Sedangkan kekasaran social adalah kekasaran yang dilakukan

2


(6)

3

terhadap orang dan barang, oleh karena orang dan barang tersebut termasuk dalam kategori social tertentu. Kekasaran langsung (direct violent) adalah suatu bentuk kekasaran yang dilakukan secara langsung terhadap pihak-pihak yang ingin dicederai atau dilukai. Bentuk kekasaran ini cenderung ada pada tindakan-tindakan, seperti melukai orang lain dengan sengaja, membunuh orang lain, menganiaya, dan memperkosa. Sedangkan kekasaran tidak langsung (indirect violent) adalah suatu bentuk kekasaran yang dilakukan seseorang terhadap orang lain melalui sarana. Bentuk kekasaran ini cenderung ada pada tindakan-tindakan, seperti

mengekang, meniadakan atau mengurangi hak-hak seseorang,

mengintimidasi, memfitnah, dan perbuatan-perbuatan lainnya. Misalnya seniman jalanan yang ingin mengais rizeki di jalan dengan mengamen tertangkap oleh polisi dan diseret ke dari jalan. Entah yang salah polisi atau pengamen jalanan tersebut. Ini merupakan tindak kekasaran ringan, akan tetapi menyakiti orang. Sehubungan dengan tindak kekasaran yang telah dilakukan oleh polisi terhadap pengamen jalanan atau seniman jalan dengan seniman jalanan yang lain, pada dasarnya di dalam diri manusia terdapat dua jenis agresi (upaya bertahan), yaitu sebagai berikut.

Desakan untuk melawan yang telah terprogram secara filogenetik sewaktu kepentingan hayatinya terancam. Hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan hidup individu yang bersifat adaptif biologis dan hanya muncul apabila ada niat jahat. Misalnya pengamen jalanan mengamen di jalan raya karena adanya desakan kebutuhan ekonomi, seperti makan.


(7)

4

Agresi jahat melawan kekejaman, kekasaran, dan kedestruktifan ini merupakan ciri manusia, di mana agresi tidak terprogram secara filogenetik dan tidak bersifat adaptif biologis, tidak memiliki tujuan, serta muncul begitu saja karena dorongan nafsu belaka. Misalnya saling mengumpat sesama pengamen jalanan yang terjadi di daerah wonokromo.

Dari berbagai fenomena dari latar belakang tersebut, maka penulis

tertarik membahas permasalahan yaitu yang berjudul „‟PENGAMEN

JALANAN DAN KEKASARAN Studi tentang perilaku pengamen jalanan

dalam berinteraksi di Ngagel Surabaya‟‟

B. Rumusan Masalah

Peneliti mengambil fokus penelitian dengan mengajukan rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana perilaku pengamen jalanan dalam berinteraksi di Ngagel,

Wonokromo, Surabaya?

2. Apa saja yang melatarbelakangi kekasaran dalam kehidupan pengamen

jalanan di Ngagel, Wonokromo, Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan tujuan penelitian ini yang terkait dengan “PENGAMEN JALANAN DAN KEKASARAN Studi tentang perilaku pengamen jalanan dalam berinteraksi di Ngagel Surabaya” peneliti mempunyai beberapa tujuan yang berhubungan dengan diadakannya penelitian ini diantaranya.


(8)

5

1. Peneliti ingin mengetahui perilaku pengamen jalanan dalam

berinteraksi di Ngagel Surabaya.

2. Peneliti ingin mengetahui latar belakang kekasaran dalam kehidupan

pengamen jalanan di Ngagel Surabaya D. Manfaat penelitian

Sebagaimana umumnya karya ilmiyah yang memiliki nilai guna dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sekurang-kurangnya:

1. Bagi peneliti

Penelitian ini disamping sebagai salah satu upaya untuk memenuhi tugas akhir dalam program strata 1 (S1) Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, juga diharapkan mampu menambah keilmuan penelitian dalam bidang ilmu social secara mendalam.

2. Bagi program studi sosiologi

Sebagai konstribusi ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang sosiologi mengenai pengamen jalanan dan kekasaran yang terjadi di Ngagel Surabaya.

3. Bagi Universitas

Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya dan sebagai perbendaharaan perpustakaan untuk keperluan ilmiyah selanjutnya.


(9)

6

Dapat memberikan kontribusi kepada pengamen jalanan untuk belajar menghargai dan saling menyayangi kepada sesama pengamen jalanan yang lain.

5. Bagi peneliti lain

Dapat memberikan informasi atau gambaran bagi peneliti lainya mengenai pengamen jalanan dan kekasaran yang ada di Ngagel Surabaya.

E. Definisi Konsep Pengamen Jalanan

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia pengamen atau sering disebut pula sebagai penyanyi jalanan (Inggris: street singers), sementara musik-musik yang dimainkan umumnya disebut sebagai Musik Jalanan. Pengertian antara musik jalanan dengan penyanyi jalanan secara terminologi tidaklah sederhana, karena musik jalanan dan penyanyi jalanan masing-masing mempunyai disiplin dan pengertian yang spesifik bahkan dapat dikatakan suatu bentuk dari sebuah warna musik yang

berkembang di dunia kesenian.3

Perkembangan pengamen telah ada sejak abad pertengahan terutama di Eropa bahkan di kota lama London terdapat jalan bersejarah bagi pengamen yang berada di Islington, London, pada saat itu musik di Eropa berkembang sejalan dengan penyebaran musik keagamaan yang kemudian

3


(10)

7

dalam perkembangannya beberapa pengamen merupakan sebagai salah-satu landasan kebudayaan yang berpengaruh dalam kehidupan umat manusia.

Kekasaran

Kekasaran atau (bahasa Inggris: Violence berasal dari (bahasa Latin:

violentus yang berasal dari kata vī atau vīs berarti kekuasaan atau berkuasa) adalah dalam prinsip dasar dalam hukum publik dan privat Romawi yang merupakan sebuah ekspresi baik yang dilakukan secara fisik ataupun secara verbal yang mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang umumnya berkaitan dengan kewenangannya yakni bila diterjemahkan secara bebas dapat diartinya bahwa semua kewenangan tanpa mengindahkan keabsahan penggunaan atau tindakan kesewenang-wenangan itu dapat pula

dimasukan dalam rumusan kekasaran ini.4

Perilaku

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku dapat diartikan sebagai reaksi atau tanggapan individu yang terwujud dalam gerakan (sikap). Perilaku adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Semuanya akan berperilaku berbeda dan perilakunya ditentukan oleh masing-masing lingkungan yang berbeda pula (Miftah Thoha, 2004 : 33).

4


(11)

8

Interaksi

Secara harfiah interaksi berarti tindakan (action) yang berbalasan antarindividu atau antarkelompok. Tindakan saling mempengaruhi ini seringkali dinyatakan dalam bentuk simbol-simbol atau konsep-konsep.

F. Telaah Pustaka 1. Kajian Pustaka

Berdasarkan pada gambaran umum tema penelitian yang berhubungan dengan judul yang diangkat oleh peneliti yaitu “PENGAMEN JALANAN DAN KEKASARAN Studi tentang Perilaku

Pengamen Jalanan dalam Berinteraksi di Ngagel Surabaya” sebagaimana

gambaran umum didalam tema penelitian tersebut adalah yang berhubungan dengan pengamen jalanan dan kekerasan. Suatu bentuk dari setiap kekasaran sangat sering dijumpai. Kekasaran yang dikaji oleh peneliti tentang perilaku kekasaran yang telah terjadi dan dirasakan oleh masyarakat maupun sesama pengamen jalanan di Ngagel Surabaya. Kekasaran itu sendiri akan terlihat ketika terjadi perbedaan dan cara menanggapi sesuatu hal. Yang dimaksud kekerasan disini bukan hanya kekerasan fikik saja, melainkan kekerasan secara ucapan atau menggunakan symbol-simbol tertentu.

Kajian yang berhubungan dengan pengamen jalanan itu sendiri sangatlah luas, hal tersebut tergantung dari sisi mana peneliti akan


(12)

9

mengambil kajian dalam setiap permasalahan yang berhubungan dengan pengamen jalanan khusunya yang berada di Ngagel tersebut.

Kekasaran yang peneliti kaji tentang perilaku pengamen jalanan dalam berinteraksi sehingga menciptakan suatu kekasaran. Untuk lebih memahami akan terjadinya kondisi pengamen jalanan dan masyarakat yang sudah mengalami kekasaran, peneliti juga perlu melihat akan kondisi dan pola perilaku pengamen jalanan yang ada di Ngagel. Kekasaran yang dapat dilihat dari pengamen jalanan di Ngagel tersebut di antaranya perilaku, kebiasaan, dan kondisi lingkungan.

2. Penilitian Terdahulu

Sebagaimana pengamen jalanan yang dikaji oleh peneliti, peneliti juga mengkaji akan pola interaksi yang terjadi diantara satu dengan yang lainnya. Dapat dilihat didalam penelitian terdahulu yang mana bisa dijadikan sebagai acuan untuk menunjukkan orisinalitas penelitian dan dianggap cukup relevan.

1. Skripsi yang telah ditulis oleh Susia Firmawati dengan judul

Kenakalan Remaja (tinjauan sosiologis tentang faktor penyalahgunaan Narkotika di kalangan remaja)” dengan lokasi

penelitian di Ngagel Rejo Surabaya.5 Pada tahun 2004 yang berasal

dari jurusan Sosiologi Fakultas Dakwah dengan mengunakan metode penelitian kualitatif. Berdasarkan pada hasil skripsi yang telah di buat oleh Susia Firmawati tersebut yang mana mengkaji tentang

5

Susia Firmawati,“Kenakalan Remaja (tinjauan sosiologis tentang faktor penyalahgunaan

Narkotika di kalangan remaja di Ngagel Rejo Surabaya)”(Skripsi,IAIN Sunan Ampel Surabaya,2004)


(13)

10

penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja. Peneliti memdapatkan faktor yang lebih dominan mempengaruhi penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja kelurahan Ngagel Rejo adalah faktor lingkungan. Berdasarkan masalah tersebut peneliti belum menjawab lebih jauh mengapa lingkungan sosial kelurahan Ngagel Rejo yang tampaknya kondusif untuk mengembangkan sikap-sikap positif seorang remaja ternyata memberikan peluang bagi penyalahgunaan narkotika.

2. Skripsi yang telah ditulis oleh Lefie Yuifa I.U dengan judul

Solidaritas dan Konflik antara Pengamen Jalanan” dengan lokasi

penelitian di Desa Gelam Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.6 Pada

tahun 2012 yang berasal dari jurusan Sosiologi Fakultas Dakwah dengan mengunakan metode penelitian kualitatif. Berdasarkan pada hasil skripsi yang telah di buat oleh Lefie Yuifa I.U tersebut yang mana mengkaji tentang solidaritas dan konflik antara pengamen

jalanan. Penelitian ini lebih meneliti apa faktor yang melatarbekangi

seorang memilih menjadi pengamen dan konflik apa saja yang ada di sekelompok pengamen. Dengan metode kualitatif dan data yang

disajikan berbentuk deskriptif, peneliti mengalisis hasilnya

menggunakan teori fungsional struktural, dan teori konflik.

3. Skripsi yang telah ditulis oleh Siti Nurqotimah dengan judul “Perilaku Keagamaan Kelompok Pengamen Jalanan Bus Kota” dengan lokasi

6

Lefie Yuifa I.U, “Solidaritas dan Konflik antara Pengamen Jalanan di Desa Gelam Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo” (Skripsi, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2012)


(14)

11

penelitian di Terminal Tambak Osowilangun Surabaya.7 Pada tahun

2003 yang berasal dari jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dengan mengunakan metode penelitian kualitatif. Berdasarkan pada hasil skripsi yang telah di buat oleh Siti Nurqotimah tersebut yang mana mengkaji tentang perilaku keagamaan kelompok pengamen jalanan bus kota. Peneliti mendapatkan hasil yaitu perilaku keagamaan kelompok pengamen jalanan dalam hal sholat dan perilaku menunjukkan sikap yang cukup baik, mengingat pandangan masyarakat selama ini terhadap mereka dan faktor penyebab yaitu pembawaan dari masing-masing pribadi yang dipengaruhi oleh latar belakang, pendidikan, daerah asal, maupun kedewasaan serta faktor lingkungan, diantaranya teman-teman atau orang lain.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang digunakan didalam melakukan penelitian. Sebagaimana metode penelitian dibutuhkan oleh peneliti untuk tahapan didalam melakukan penelitian. Menurut Dedy Mulyanna metode adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan kata lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk

mengkaji topik penelitian.8

7

Siti Nurqotimah, “Perilaku Keagamaan Kelompok Pengamen Jalanan Bus Kota di Terminal

Tambak Osowilangun Surabaya” (Skripsi, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2003)

8

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma baru Ilmu Komunikasi dan Sosial lainnya (Bandung: PT remaja Rosdakarya,2008) ,145.


(15)

12

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

a. Pendekatan

Sehubungan dengan pendekatan yang telah digunakan peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Metodologi Kualititatif sering disebut dengan metode penelitian naturalistik yang mana

penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah.9 Menurut Bogdan

dan Taylor metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamatinya.10 Sebagaimana

didalam metode penelitian kualitatatif itu sendiri hasil analisis datanya tidak menggunakan prosedur analisis statistik.

b. Jenis Penellitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti merupakan penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif (descriftive research) itu sendiri

dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan akurat. Penelitian deskriptif itu sendiri diartikan sebagai penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan fenomena atau karakteristik individual, situasi, atau kelompok tertentu secara akurat dan bertujuan uantuk mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi populasi saat ini.

Metode penelitian kualitatif deskriptif bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena atau permasalahan serta kejadian yang berada didalam

9

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta,2010), 13-14.

10

Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif : dalam Presfektif Rancangan Penelitian


(16)

13

masyarakat dengan bertumpu kepada prosedur penulisan untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang atau pelaku sebagai obyek dalam sebuah penelitian. Dan tujuan dari metode penelitian kualitatif deskriptif ini tidak lain untuk meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun kelas peristiwa dalam masa sekarang.

Latar belakang kenapa peneliti telah memilih metode penelitian kualitatif deskriptif karena peneliti melihat bahwa metode penelitian kualitatif deskriptif ini sangatlah sesuai untuk dijadikan metode penelitian serta sesuai dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti dan sesuai dengan tema yang diambil oleh peneliti karena metode penelitian kualitatif deskriptif itu sendiri dalam prosedur penulisannya berbentuk kata-kata, gambar, dan datanya meliputi transkip wawancara, catatan data lapangan, foto-foto, dokumentasi pribadi serta deskripsi mengenai data situasi. Peneliti beranggapan bahwa jenis penelitian deskriptif ini dapat digunakan untuk menjawab permasalah yang diangkat oleh peneliti. Sebagaimana dalam hasilnya nanti berbentuk deskripsi atau narasi tertulis yang mana sangat penting didalam pendekatan kualitatif, baik dalam pencatatan data maupun untuk penyebaran hasil penelitiannya.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian


(17)

14

Sehubungan dengan lokasi penelitian yang telah dipilih oleh peneliti maka peneliti memilih obyek penelitian pengamen jalanan di Ngagel Surabaya. Peneliti mengambil lokasi di daerah tersebut karena peneliti melihat bahwa di daerah tersebut sangat menarik untuk dikaji. Yang membuat menarik adalah pengamen jalanan di Ngagel merupakan umur remaja hingga masih anak-anak.

Dalam melakukan proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti, ketika awal memasuki lokasi penelitian yang bertujuan untuk melakukan riset di Ngagel Surabaya. Tahapan yang dilakukan oleh peneliti pertama kali memasuki lokasi penelitian adalah mengadakan observasi atau pengamatan terlebih dahulu untuk mengetahui situasi dan kondisi yang berada di Ngagel Surabaya. Dan ketika peneliti akan melakukan proses penelitian cara yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan perijinan terlebih dahulu.

Setelah mendapatkan perijinan, peneliti akan memasuki lokasi penelitian dengan cara berinteraksi dengan masyarakat Ngagel dan sekitarnya, kemudian peneliti akan mendatangi pengamen-pengamen yang ada di Ngagel dan lokasi yang dibuat beroperasi ngamen.

Dengan cara peneliti berkunjung ke masyarakat dan mengikuti kegiatan pengamen, dapat mempermudah di dalam proses penelitian. Sebagaimana penelitian kali ini juga berperan sebagai partisipan yang mana untuk mempermudah interaksi dengan masyarakat dan pengamen jalanan dalam penggalian data. Dengan begitu permulaan


(18)

15

peneliti dalam memasuki lokasi penelitian dapat terarah, sebagaimana peneliti dapat mengetahui kondisi lingkungan yang berada di Ngagel tersebut. Berhubungan dengan diketahui atau tidaknya kehadiran peneliti dilapangan dalam melakukan penelitian.

b. Waktu Penelitian

Peneliti telah menentukan waktu yang digunakan di dalam melakukan proses penelitian. Waktu didalam proses penelitian tersebut adalah ketika pertama kali peneliti melakukan observasi atau pengamatan di lokasi penelitian, pra studi lapangan, studi lapangan atau proses penelitian, dan pembuatan laporan penelitian. Sebagaimana waktu penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini :

Tabel 1.1

Waktu Penelitian

No. Tahap penelitian Waktu penelitian

1. Pra studi lapangan 18 september – 25 september 2014

2. Studi lapangan 25 februari – 7 april 2015

3. Pembuatan laporan 1 maret – 15 april 2015

3. Pemilihan Subyek Penelitian

Dalam penelitian seorang peneliti tentunya akan berhadapan langsung dengan seorang informan yang akan dijadikan sebagai subyek penelitiannya. Informan adalah seorang yang telah dimanfaatkan untuk


(19)

16

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar (lokasi atau

tempat) penelitian (Moleong,2006: 132) Apalagi peneliti telah

menggunakan metode kualitatif yang mana bersifat wawancara secara langsung dalam proses penggalian datanya. Berkaitan dengan judul peneliti yaitu “PENGAMEN JALANAN DAN KEKASARAN studi tentang perilaku pengamen jalanan dalam berinteraksi di Ngagel Surabaya”.

Dalam penelitian ini subyek yang diambil oleh peneliti dan

dijadikan sebagai key informan adalah Kepala Desa, masyarakat, dan

pengamen jalanan. Alasan peneliti untuk mengambil subyek informan tersebut karena peneliti beranggapan bahwa para informan tersebut dapat memberikan informasi yang berhubungan dengan data yang dibutuhkan

oleh peneliti. Dengan menggunakan key informan tersebut informasi yang

diharapkan oleh peneliti dapat terkumpul sesuai dengan obyek penelitian yang dilakukan peneliti di Ngagel.

Table informan

No Nama Profesi

1 Intan Pengamen

2 Andini Pengamen

3 Aksan Pengamen

4 Ruli Pengamen

5 Wanda Pengamen

6 Agung Pengamen

7 Fandi Pengamen

8 Raihan Pengamen

9 Pak Aksan Ketua RT


(20)

17

Tehnik pengambilan sampel yang peneliti ambil adalah tehnik Snowball Sampling yang mana dalam tehnik snowball sampling itu sendiri pengambilan sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit,

lama-lama menjadi besar.11 Maksud dari tehnik snowball sampling itu sendiri,

yang mana ketika peneliti melakukan penelitian dengan subyek informan sebagaimana data yang diberikan oleh informan satu kurang mendapatkan hasil yang lengkap, maka mencari orang lain lagi yang bertujuan untuk mendapatkan kelengkapan didalam penggalian data guna memperoleh data secara lengkap dan akurat. Menurut sumber data dalam penelitian ini dapat

dibedakan menjadi dua yaitu, Data primer dan data skunder.12

a. Data Primer

Data primer adalah merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung di dapatkan dari informan dan memberikan datanya kepada peneliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer diantaranya adalah masyarakat dan pengamen jalanan sekitar Ngagel.

b. Data Skunder

Data skunder merupakan data yang didapatkan oleh peneliti secara tidak langsung dari informan. Data ini adalah data-data yang dapat di ambil dari opini, koran, artikel, gambar-gambar dan lain sebagainya yang dapat mendukung data yang dibutuhkan oleh peneliti di lokasi

11

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D(Bandung: Alfa Beta, 2010), 300.

12

Suyanto, Metode Penelitian Sosial:berbagai alternatif dan Pendekatan Sosial (Yogyakarta: Kencana Prenada Media Group.,2007), 55.


(21)

18

penelitian dan diperoleh peneliti dari hasil dokumentasi gambar-gambar, profil desa, beserta profil lembaga-lembaga.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam penelitian yang mana juga menggunakan beberapa tahapan atau tingkatan yang sesuai dengan prosedur atau cara penelitian yang benar. Tahapan dalam penelitian itu sendiri meliputi.

a. Tahap Pra Lapangan

Dalam tahapan pra lapangan ini yang mana tahap yang digunakan oleh

peneliti sebelum masuk ke lapangan obyek studi.13 Sebagaimana tahap

pra lapangan itu sendiri dapat dilihat sebagai berikut.

1) Menyusun Rancangan Penelitian

Di dalam menyusun rancangan penelitian itu sendiri yang mana peneliti berangkat dari permasalahan yang akan diangkat didalam penelitian.

2) Memilih lapangan penelitian

Sebagaimana memilih lapangan penelitian yang mana sesuai dengan rumusan masalah yang sudah diangkat oleh peneliti, karena dengan berpijak pada rumusan masalah tersebut peneliti dapat memilih lokasi penelitian yang sesuai dan memberikan kelengkapan data yang dibutuhkan oleh peneliti.

3) Mengurus Perijinan

13


(22)

19

Perijinan merupakan salah satu hal yang penting didalam melakukan proses penelitian. Dengan adanya perijinan tersebut dapat mempermudahkan peneliti didalam melakukan proses penelitian. Dan peneliti juga telah melakukan prosedur yang benar sebelum memasuki lokasi penelitian dengan ijin terlebih dahulu.

4) Penilain Lokasi Penelitian

Di dalam penilaian lokasi penelitian merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh peneliti dalam melihat lokasi penelitian yang berhubungan dengan situasi, kondisi, latar, beserta konteksnya. Yang mana peneliti melihat terdapat kesesuain atau tidak dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti.

5) Memilih Informan

Sehubungan dengan informan yang akan digunakan didalam pengumpulan data dalam penelitian, maka informan yang dipilih oleh peneliti harus benar-benar mengetahui dan memahami akan kondisi yang berada di lokasi penelitian. Di dalam pemilihan informan tidak hanya satu sumber saja yang diambil melainkan harus ada sumber lain guna mencapai kevaliditasan data.

6) Etika di dalam penelitian

Etika didalam penelitian merupakan cara yang dilakukan oleh peneliti yang mana tetap berpegang pada nilai dan norma yang berada di masyarakat pada umumnya. Sebelum melakukan penelitian di lapangan peneliti harus bersikap sopan, dan


(23)

20

pura tidak mengetahui keadaan yang berada dilapangan, peneliti harus menjadi pendengar yang baik, dan tidak bersikap menggurui serta menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Dengan etika seperti ini dapat terjalin pola interaksi yang sangat baik antara peneliti dengan informan sehingga tidak merasa canggung.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap pekerjaan lapangan merupakan suatu proses awal yang berkelanjutan dalam sebuah penelitian. Pada tahap ini peneliti akan melakukan penelitian baik kepada setiap informan maupun lokasi penelitian yang bersangkutan. Sebagaimana tahap pekerjaan lapangan ini peneliti telah masuk di dalam proses penelitian. Ketika peneliti masuk di dalam proses penelitian yang perlu diperhatikan oleh peneliti adalah menjalin hubungan atau interaksi terlebih dahulu dengan subyek atau informan, dengan begitu akan mempermudah peneliti didalam penggalian data.

Kemudian setelah peneliti memahami latar penelitian, dilanjutkan pada proses pegumpulan data. Dengan tahap memperoleh data baik dengan cara primer ataupun sekunder. Tahap pekerjaan lapangan ini dilakukan oleh peneliti dalam proses penggalian data dan digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti.


(24)

21

Di dalam tahap analisis data itu sendiri peneliti akan mengadakan suatu analisis data yang sudah diperoleh oleh peneliti dilapangan. Yang mana data yang didapatkan oleh peneliti benar-benar valid dan akurat serta dapat menjawab permasalahan yang sedang dikaji oleh peneliti. Sebagaimana data yang diperoleh oleh peneliti yang berasal dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi diolah dan dikelompokkan sehingga dapat di deskripsikan untuk dianalisis hasil perolehan data di lapangan. Dan tujuan dari analisis data itu sendiri digunakan untuk mengetahui kevalitan data yang diperoleh oleh peneliti dari setiap informan yang berada di Ngagel Wonokromo Surabaya

d. Tahap Penulisan Laporan

Tahap penulisan laporan merupakan tahap terakhir dari berbagai tahap-tahapan di dalam penelitian. Apabila segala bentuk kebutuhan didalam proses penggalian data sudah terkumpul maka dapat ditarik kesimpulan berdasarkan pada permasalahan yang diangkat oleh peneliti.

Setelah peneliti mendapatkan data atau temuan dari lokasi penelitian dan dianalisis untuk mengetahui kebenarannya, maka peneliti bisa menuliskan serta menyusunya dalam laporan penelitian. Penulisan laporan penelitian itu sendiri berhubungan dengan hasil dari


(25)

22

temuan data yang berada dilapangan yang mana menjawab permasalahan yang diangkat oleh peneliti.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data merupakan suatu upaya sistematik untuk memperoleh informasi tentang obyek penelitian (Manusia, obyek, gejala dan sebagainya) dan setting terjadinya. Pengumpulan data yang tidak sistematis sering menimbulkan kekeliruan dan tidak dapat menjawab

masalah penelitian dengan saksama.14 Tahap pengumpulan data itu sendiri

merupakan salah satu bagian didalam proses pengumpulan dan penggalian data. Dalam hal ini tehnik pengumpulan data bisa dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi.

a. Observasi

Observasi merupakan suatu tehnik yang telah dilakukan oleh peneliti dalam pencarian data pada penulisan kualitatif. Pengamatan yang akan dilakukan yaitu dengan melihat kondisi

yang berada di kawasan obyek penelitian.15 Menurut Notoatmojo

mendefisinisikan observasi sebagai perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Rangsangan

14

Sandjaja dan albertus heriyanto, Panduan Penelitian (Jakarta: Prestasi Pustaka,2006),47.

15

Agus salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial: Buku sumber untuk Penelitian Kualitatif


(26)

23

tadi setelah mengenai indra menimbulkan kesadaran untuk

melakukan pengamatan. 16Di dalam tahapan observasi ini tidak

hanya langsung melihat saja melainkan juga perlu keaktifan untuk meresapi, mencermati, mengamati, memaknai dan akhirnya mencatat. Catatan yang berisi akan hal-hal yang harus diobservasi dinamakan panduan observasi. Alat yang digunakan dalam metode observasi berupa pedoman observasi, catatan, check list, dan tape recorder. Sebagaimana dengan bantuan alat tersebut dapat membantu peneliti didalam mempermudah pengamatan.

Pada tahapan observasi peneliti terlibat langsung selama penelitian yang telah dilakukan di Ngagel Wonokromo Surabaya. Serta peneliti harus mampu memberikan gambaran awal yang berhubungan dengan analisis masalah yang dikaji oleh peneliti. Dan peneliti juga perlu mengadakan pengamatan yang mendalam guna mendapatkan hasil data yang valid diantaranya peneliti bisa mengadakan wawancara mendalam dengan tokoh masyarakat serta orang yang diangap penting di wilayah tersebut guna untuk memperoleh informasi yang jelas mengenai perubahan sosial yang berada di Ngagel.

Observasi atau pengamatan yang perlu dilakukan oleh peneliti diantaranya adalah mengamati keadaan sekitar yang berada di Ngagel Wonokromo Surabaya. Misalnya peneliti mengadakan

16


(27)

24

pengamatan dalam bidang perekonomian, maka peneliti mengamati tentang berbagai mata pencahariaan atau profesi yang dilakukan oleh warga sekitar Ngagel (Berjualan makanan atau minuman, cinderamata, penyewaan sepeda, cafe, warnet, warkop, toko baju, jasa kos), dalam bidang budaya peneliti melakukan observasi tentang budaya yang ada di sekitar Ngagel.

Dalam bidang pendidikan, peneliti mengamati tentang kecakapan atau kemampuan masyarakat sekitar dalam memperoleh pelajaran rumah belajar yang ada di Ngagel. Dalam bidang pembangunan peneliti melakukan observasi yang berkaitan dengan pembangunan apa saja yang berada di masyarakat Ngagel dalam hal ini peneliti mengamati tentang fasilitas umum untuk menunjang kegiatan yang ada di sekitar Ngagel.

b.Wawancara

Wawancara merupakan sebuah percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang mana pertanyaannya telah diajukan oleh peneliti kepada subyek atau sekelompok subyek penelitian untuk dijawab serta pertukaran ide atau informasi melalui tanya jawab. Dan tahap pengumpulan data dengan observasi perlu dikuatkan dengan wawancara bertujuan untuk memperoleh kevaliditasan didalam penelitian. Dalam wawancara itu sendiri juga dapat diartikan sebagai salah satu tehnik dalam proses pengumpulan data dengan cara bercakap-cakap, bertatap muka


(28)

25

dengan informan (face to face). Tehnik wawancara itu sendiri juga

memudahkan peneliti dalam proses penggalian data. Karena tehnik wawancara ini, dilakukan oleh peneliti secara langsung kepada informan. Dengan adanya tehnik wawancara itu sendiri peneliti bisa mencari serta mendapatkan data secara valid yang berhubungan dengan perilaku pengamen jalanan dalam berinteraksi di Ngagel. Sebagaimana sering terjadinya kekerasan.

Peneliti menggunakan jenis wawancara semi terstruktur. Sebagaimana para ahli menamakan wawancara seperti ini dengan istilah “wawancara bebas terpimpin”. Dalam wawancara semiterstruktur itu sendiri dilakukan dengan cara bebas tetapi tetap terkait dengan pokok-pokok wawancara yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Dan data yang akan didapatkan oleh peneliti merupakan data yang bersifat verbal dan non verbal. Tetapi wawancara semiterstruktur itu sendiri data yang diutamakan adalah data yang diperoleh berdasarkan pada percakapan dan tanya jawab.

Dalam hal ini antara peneliti dan informal mengadakan tanya jawab dan pengembangan pertanyaan. Untuk memberikan kenyamanan antara peneliti dengan informan alangkah baiknya peneliti mengadakan wawancara yang sifatnya santai dan diselinggi dengan canda agar informan juga merasa nyaman ketika memberikan informasi. Peneliti harus mendengarkan apa yang


(29)

26

sedang di jelaskan oleh informan karena penjelasan yang diberikan oleh informan sangat berguna dalam pelengkapan data penelitian. Peneliti tidak diperbolehkan untuk bersifat menggurui dan yang lebih baik peneliti sebagai pendengar informan.

c. Dokumentasi

Dalam upaya pengumpulan data dengan cara dokumentasi peneliti menelusuri berbagai macam dokumen antara lain buku, majalah, koran, profil ataupun sumber informasi lain. Untuk melakukan penelusuran ini digunakan pedoman tentang apa yang hendak ditelusuri baik itu subyek, gejala maupun tanda-tanda. Tekhnik dokumentasi yaitu tehnik yang digunakan mencari data menggenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,

buku, surat kabar, agenda dan sebagainya.17 Tahap dokumentasi

bisa dilakukan oleh peneliti dengan mengambil gambar-gambar yang berhubungan dengan keperluan dalam penelitian.

Dengan adanya tehnik dokumentasi dapat menjadikan hasil penelitian dari pengamatan dan wawancara lebih dapat dipercaya. Karena di dalam tehnik dokumentasi telah menyertakan bukti-bukti baik secara tertulis ataupun bentuk gambar sehingga dapat memberikan kepercayaan yang akurat karena benar-benar melakukan penelitian dan hasil data yang diperoleh benar-benar

17

Suharismi arikunto, Prosedur Suatu Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: grafindo persada,2002), 202.


(30)

27

valid. Dalam tehnik dokumentasi peneliti melakukan pengambilan foto yang berada di Ngagel Wonokromo Surabaya yang meliputi dokumentasi yang berhubungan dengan proses penelitian. Seperti dokumentasi ketika wawancara, tempat-tempat mengamen, dan infrastruktur desa. Sebagaimana dokumentasi yang resmi ataupun yang tidak resmi.

6. Teknik Analisis Data

Didalam tehnik analisis data merupakan sutau proses untuk mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh diri sendiri ataupun orang lain.18Analisis data

merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 19

Dijelaskan oleh Pohan data kualitatif adalah semua bahan, keterangan, dan fakta-fakta yang tidak dapat diukur dan dihitung dengan sistematis karena berwujud keterangan verbal (kalimat dan kata-kata), dan data kualitatif lebih bersifat pada suatu proses. Analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen

18

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010), 244.

19


(31)

28

1982) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskan nya, mencari dan menemukan pola.

Tehnik analisis data yang digunakan oleh peneliti tehnik analisa deskriptif. Yang mana tehnik analisa deskriptif digunakan dalam metode penelitian kualitatif. Dan pola penyajiannya berupa bentuk kata-kata atau narasi serta penggalian datanya menggunakan tehnik wawancara secara langsung dan bukan dalam bentuk angka. Setelah semua data yang diperlukan oleh peneliti sudah lengkap dan berhasil menjawab permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Selanjutnya data yang sudah lengkap diolah dan disajikan dengan menggunakan analisa deskriptif kualitatif dengan cara mendeskripsikan dan berbentuk narasi. Analisis data yang dilakukan oleh peneliti bersumber dari proses pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dukumentasi. Kemudian, peneliti bisa memilah dan merelavansikan serta meringkas data mana yang akan digunakan sesuai dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Tehnik pemeriksaan keabsahan data merupakan salah satu tujuan untuk memeriksa data agar kevaliditasan didalam data tersebut benar-benar valid dan menjadi akurat. Tehnik pemeriksaan keabsahan data dapat melalui beberapa tahapan, diantaranya perpanjangan keikutsertaan, ketekunan didalam penamatan dan triangulasi.


(32)

29

a) Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data yang berada di lokasi penelitian secara akurat, dalam hal ini yang dilakukan oleh peneliti adalah lebih lama untuk tinggal dilokasi penelitian, agar mengetahui akan kebiasaan dan pola kegiatan masyarakat setempat.

b) Ketekunan dalam Pengamatan

Ketekunan dalam pengamatan dapat dilakukan oleh peneliti dengan lebih mengamati akan lokasi penelitian dan peneliti dapat menguraikan secara lebih terperinci akan hasil proses temuan data yang dibutuhkan

oleh peneliti. Sebagaimana pada judul “ Pengamen Jalanan dan

Kekerasan” peneliti harus lebih teliti dan konsisten pada proses

penggalian data, dalam hal ini peneliti lebih memfokuskan pada kajian yang diangkat oleh peneliti.

c) Triangulasi

Pemeriksaan keabsahan data dengan tehnik triangulasi merupakan tehnik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Dalam teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang sudah ada.20 Dengan tehnik

pemeriksaan keabsahan data triangulasi peneliti dapat megumpulkan

20


(33)

30

data sekaligus menguji kredibilitas data dengan mengejek kreadibilitas data dengan berbagai sumber data. Triangulasi dapat dilakukan dengan cara membuktikan kembali keabsahan data yang sudah diperoleh oleh peneliti di lapangan yang dilakukan dengan menggali informasi lagi kepada informan yang bersangkutan. Agar data yang diperoleh dilapangan benar-benar valid dan sesuai dengan tujuan peneliti.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan urutan didalam pembahasan yang berada dilaporan penelitian. Dengan adanya sistematika pembahasan tersebut segala bentuk laporan didalam penelitian dapat tersusun dengan terarah dan mempermudah didalam penulisan laporan penelitian.

1. BAB I

Pada Bab I ini merupakan gambaran yang berhubungan dengan penelitian yang mana menjelaskan tentang obyek yang diteliti. Memuat gambaran tentang latar belakang yang menjelaskan tentang alasan atau sebab dan akibat peneliti menggangkat permasalahan tersebut, menentukan rumusan masalah yang mana memuat permasalahan yang akan dijawab didalam penelitian. Telaah pustaka sebagaimana berhubungan dengan gambaran secara umum tema penelitian yang diangkat oleh peneliti dan penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai pedoman akan perbedaan kajian penelitian yang diangkat oleh peneliti. Tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, metode penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai tahapan didalam melakukan penelitian, yang mana


(34)

31

meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan waktu didalam penelitian, tahap penelitian, tahap pengumpulan data, tahap analisis data serta pemeriksaan keabsahan data.

2. BAB II

Pada Bab II kali ini peneliti mengkaji tentang teori yang digunakan didalam penelitian tersebut. Sebagaimana teori yang sesuai dengan tema yang diangkat oleh peneliti. Teori yang sudah ada direlavansikan dengan permasalahan yang sudah diangkat oleh peneliti.

3. BAB III

Didalam Bab III ini peneliti mengkaji tentang penyajian dan Analisis Data. Sebagaimana didalam analisis data tersebut peneliti menjelaskan tentang data yang telah diperoleh dilapangan sebagaimana dapat menjawab permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Hasil data yang sudah ditemukan oleh peneliti dibentuk dengan analisis deskriptif, dengan

mendeskripsikan hasil penelitian. Kemudian setelah dianalisis

dikorelasikan dengan teori yang relavan atau sesuai. Penyajian data tersebut meliputi data yang diperoleh dilapangan baik berhubungan dengan profil lokasi penelitian, gambaran peristiwa yang mana mendukung konteks penelitian.


(35)

32

Pada Bab IV ini berisi penutup, yang mana berisi kesimpulan dari hasil penelitian. Kesimpulan pada Bab ini menjadi sangat penting karena berisi intisari dari hasil akhir penelitian di dalam penelitian. Saran bisa ditujukan kepada subyek penelitian atau pihak terkait dan berisikan informasi dari peneliti tentang penelitian yang sudah dilakukan.


(36)

33

BAB II

INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD

Kehidupan social itu sendiri tidak pernah terlepas dari adanya sebuah interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan (action) yang berbalasan antar individu atau antar kelompok dalam suatu masyarakat. Tindakan saling mempengaruhi ini seringkali dinyatakan dalam bentuk simbol-simbol atau konsep-konsep. Interaksi yang terjadi pada suatu tempat tentunya tidak telepas dari kemampuan berpikir,tindakan serta keinginan untuk berinteraksi melalui symbol antar individu atau kelompok. Sama halnya dengan interaksi pengamen jalanan di daerah Lumumba Wonokromo.

Untuk mengkaji tentang “Perilaku pengamen jalanan dalam berinteraksi” peneliti melihat bahwa interaksi tersebut dilatar belakangi oleh salah satu faktor yaitu munculnya suatu tindakan, yang mana tindakan untuk memberikan suatu respon melalui symbol-simbol terhadap individu lainnya. Sebagaimana untuk menganalisis fenomena sosial yang berhubungan dengan perilaku pengamen jalanan dalam berinteraksi, peneliti menggunakan teori interaksionalisme simbolik. Dalam ranah pemahaman interaksionalisme simbolik itu sendiri merupakan kemampuan berpikir yang dibentuk oleh interaksi dan dalam interaksi itu sendiri mempelajari makna dan symbol untuk menciptakan tindakan dan interaksi yang khas.


(37)

34

Realitas social adalah rangkain peristiwa yang terjadi pada beberapa individu dalam masyarakat individu pada dasarnya merupakan sifat dari produk sosial, walaupun mereka banyak merefleksikan penilaian dalam interaksi antar subjek yang merespon dirinya sebagai objek. Pikiran-pikiran yang dituangkan dalam percakapan internal menggunakan symbol yang berkembang dalam proses social.

Manusia mempunyai kemampuan untuk menciptakan dan

memanipulasi symbol- symbol. Kemampuan itu diperlukan untuk komunikasi antar pribadi dan pikiran subjektif. George Herbert mead menyatakan bahwa

pikiran atau kesadaran manusia sejalan dengan kerangka evolusi darwinis.1

Berpikir menurut Mead sama artinya setara dengan melakukan perjalanan panjang yang berlangsung dalam masa antar generasi manusia yang bersifat subhuman. Dalam perjalanan itu ia terus-menerus terlibat dalam usaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga sangat memungkinkan terjadinya bentuk atau karakteristiknya.

Bagian penting dari pembahasan mead adalah hubungan timbale balik antara diri sebgai objek dan diri sebagai subjek. Diri adalah suatu proses sosial yang mempunyai kemampuan:

1. Memberikan jawaban atau tanggapan kepada diri sendiri seperti orang

lain memberi tanggapan atau jawaban

1


(38)

35

2. Memberikan jawaban atau tanggapan seperti norma umum

memberikan jawaban kepadanya (Generalized Others),

3. Mengambil bagian dalam percakapannya sendiri dengan orang lain,

4. Menyadari apa yang sedang dilakukannya sekarang dan kesadaran

untuk melakukan tindakan pada tahap selanjutnya.

Diri sebagai objek ditunjukkan oleh mead melalui konsep me,

sementara ketika sebagai subjek ditunjukkan dengan konsep “I”. analisi Mead

mengenai Konsep “I” membuka peluang besar bagi kebebasan dan spontanitas. Ketika I mempengaruhi me maka timbullah modifikasi konsep diri secara bertahap. Cirri utama pembeda antara manusia dan hewan adalah bahasa atau symbol.

Unit analisis yang dipakai dalam pemikiran George Herbert Mead adalah interaksi yang terjadi dalam individu. Di setiap individu menurut Mead di dalamnya memiliki konsep diri dan kemampuan melakukan self interaction. Yaitu interaksi di dalam diri yang berperan mengidentifikiasi diri mereka sendiri, sekaligus untuk melakukan evaluasi dan analisis terhadap hal-hal yang telah direncanakan ke depan, termasuk kepada orang lain Dengan adanya self interactionperilaku individu dipahami tidak sekadar respon terhadap lingkungan (masyarakat), melainkan juga hasil dari kebutuhan, sikap, motif yang tidak disadari, dan juga nilai-nilai sosial. Melalui interaksi dengan diri mereka sendiri, orang dapat mengantisipasi berbagai efek yang mungkin muncul dikarenakan perilaku ataupun pilihan-pilihan di antara mereka.


(39)

36

Interaksi yang terjadi pada setiap individu inilah yang menjadi unit analisis dari teori interasionisme simbolik. Namun karena interaksi itu sendiri prosesnya kompleks atau tidak sederhana, melibatkan penggunaan bahasa atau isyarat, juga berkait dengan proses sosial yang ada di masyarakat, maka teori ini juga menganalisa realitas makro, yaitu masyarakat. Tapi masyarakat atau orang lain selalu ada di dalam diri individu. Walau Mead kurang memperhatikan kehidupan masyarakat secara makro. Masyarakat hanya dipandang secara umum sebagai proses sosial tanpa henti yang mendahului pikiran dan diri. Pranata Sosial (social institutions) didefinisikan tak lebih dari sekadar sebagai kebiasaan-kebiasaan (habits) kolektif. Tetapi bagi Mead yang terpenting bahwa di setiap diri individu di dalamnya juga terdapat orang lain, dan terjadi interaksi.

Jadi unit analisis untuk penelitian yang menggunakan teori interaksionisme simbolik adalah individu aktor yang diteliti, yaitu meneliti apa yang berlangsung dalam dunia subyektif sang aktor, merasakan pengalaman aktor, dan menangkap dunia makna sang aktor.

Manusia mempunyai kemampuan untuk menciptakan dan memanipulasi symbol-simbol. Kemampuannya itu diperlukan untukn komunikasi antarpribadi dan pikiran subjektif. Guna memandang proses dan relativitas bentuk-bentuk yang ada, maka Mead selanjutnya menggunakan tiga perspektif yang berbeda; evolusionisme Darwin,


(40)

37

idealism dialektis Jerman, dan pragmatism Amerika, meskipun Mead “menolak” dikatakan hanya mensintesis ketiga perspektif itu.2

1) Sikap-isyarat (Gestur)

Gertur adalah gerakan organisme pertama yang bertindak sebagai rangsangan khusus yang menimbulkan tanggapan (secara social) yang tepat dari organisme kedua. Isyarat suara sangat penting perannya dalam pengembangan isyarat yang signifikan. Namun, tak semua isyarat suara signifikan, kekhususan manusia dibidang isyarat (bahasa) ini pada hakikatnya yang bertanggung jawab pada asal-muasal pertumbuhan masyarakat dan pengetahuan manusia sekarang dengan seluruh control terhadap alam dan lingkungan dimungkinkan berkat pengtahuan.

2) Simbol-simbol Signifikan

Symbol Signifikan adalah sejenis gerak isyarat yang hanya dapat diciptakan oleh manusia. Isyarat menjadi symbol signifikan bila muncul dari individu yang membuat symbol-simbol itu sama dengan dengan sejenis tanggapan (tetapi tidak perlu sama) yang diperoleh dari orang yang menjadi sasaran isyarat. Jadi disini dapat disimpulkan symbol-simbol signifikan ada 2, yaitu: symbol Bahasa dan Simbol Isyarat Fisik: -Fungsi bahasa ataw symbol yang signifikan pada umumnya adalah menggerakan tindakan yang sama dipikhak individu yang berbicara dan juga pihak yang lainnya. Pengaruh lain dari bahasa

2


(41)

38

merangsang orang yang berbicara dan orang yang mendengarkannya.

–Simbol Isyarat Fisik, menciptakan peluang diantara individu yang

terlibat dalam tindakan social tertntu untuk mengacu pada objek ataw objek-objek yang menjadi sasaaran tindakan itu,

3) Pikiran (mind)

Didefinisikan mead sebagai proses percakapan seseorang dengan sendirinya, tidak ditemukan dalam diri individu; pikiran adalah fenomena social. Pikiran muncul dan berkembang dalam proses social dan merupakan bagian integral dari proses social. Dan karakteristik

istimewa dari pikiran adalah kemampuan individu untuk

“memunculkan dalam dirinya sendiri tidak hanya satu respon saja, tetapi juga respon komunitas secara keseluruhan, itulah yang dinamakan pikiran”.

4) Diri (self)

Pada dasarnya diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai objek. Diri adalah kemampuan khusus untuk menjadi subjek maupun objek, untuk mempunyai diri, individu harus mencapai keadaan “diluar dirinya sendiri” sehingga mampu mengevaluasi diri sendiri, mampu menjadi objek bagi dirinya sendiri. Dalam bertindak rasional ini mereka mencoba memeriksa diri sendiri secara inpersonal, objektif dan tanpa emosi, Mead mengidentifikasi dua aspek atau fase diri, yang ia namakan “I” dan “Me”. Mead menyatakan, diri pada dasarnya diri adalah proses social yang berlangsung dalam dua fase


(42)

39

yang dapat dibedakan, perlu diingat “I” dan “ME” adalah proses yang terjadi didalam proses diri yang lebih luas. Bagian terpenting dari pembahasan Mead adalah hubungan timbal balik antara diri sebagai objek dan diri sebagai subjek. Diri sebagai objek ditujukan oleh Mead melalui konsep “Me”, sementara ketika sebagai subjek yang bertindak ditunjukan dengan konsep “I”.

Analisis Mead mengenai “I” membuka peluang bagi kebebasan dan spontanitas. Ketika “I” mempengaruhi “Me”, maka timbulah modifikasi konsep diri secara bertahap . ciri pembeda manusia dan hewan adalah bahasa dan “symbol signifikan”. Symbol signifikan haruslah merupakan suatu makna yang dimengerti bersama. Ia terdiri dari dua fase, “Me” dan “I”. dalam kontek ini “Me” adalah sosok saya sendiri sebagai mana yang dilihat oleh orang lain, sedangkan “I” adalah bagian yang memperhatiakan diri saya sendiri. Dua hal yang itu menurut Mead menjadi sumber orisinallitas, kreativitas, dan spontanitas. Percakapan internal memberikan saluran melalui semua percakapan eksternal. Andai diri itu hanya mengandung “Me”, hanya akan menjadi agen masyarakat. Fungsi kita hanyalah memenuhi perkiraan dan harapan orang lain. Menurut Mead, diri juga mengadung “I” yang merujuk pada aspek diri yang aktif dan mengikuti gerak hati. Mead menyebutkan, bahwa seseorang itu dalam membentuk konsep dirinya dengan jalan mengambil perspektif orang lain dan melihat dirinya sendiri sebagai objek. Untuk itu, ia melllewati tiga tahap yaitu:


(43)

40

1. Fase Bermain

Dimana si individu “memainkan” peran social orang lain. Tahap ini menymbang perkembangan kemampuan untuk meransang perilaku individu itu sendiri menurut perspektif orang lain dalam suatu peran yang berhubungan dengan itu.

2. Fase Pertandingan

Fase pertandingan yang terjadi stelah pengalaman social individu berkembang. Tahap pertandingan ini dapat dapat dibedakan dari tahap bermain dengan adanya suatu tingkat organisasi yang lebih tinggi. Konsep diri individu terdiri dari kesadaran subjektif individu terhadap perannya yang khusus dalam kegiatan bersama itu, termasuk persepsi-persepsi tentang harapan dan respons dari yang lain.

3. Fase Mengambil Peran

Fase mengambil peran (generalized other), yaitu ketika individu mengontrol perilakunya sendiri menurut peran-peran umum bersifat impersonal. Menurut Mead, generalized other itu bisa mengatasi kelompok atau komunitas tertentu secara transeden atau juga mengatasi bata-batas kemasyarakatan.

5) Masyarakat

Pada tingkatan paling umum, Mead menggunkan istilah masyarakat (society) yang berarti proses social diri tanpa henti yang mendahului pikiran dan diri. Masyarat penting peranannya dalam membentuk


(44)

41

pikiran dan diri, ditingkat lain, menurut Mead, Masyarakat mencerminkan sekumpulan tanggapan terorganisir yang diambil oleh individu dalam bentuk “aku” (me).Konsep Mead tentang masyarakat juga menekankan pada kekhususan model praksis manusia,di mana tanganlah yang menjembatani interaksi manusia dengan dania interaksi antara manusia dengan manusia lain,ia menekankan adanya keterkaitan antara pengalaman praktis yang dijembatani oleh tangan.Pembicaraan dan tanganj secara bersama-sama berperan dalam pengembangan manusia social.Maksudnya,beberapa jenis aktivitas kerjsama telah menyebabkan adanya kedirian.


(45)

42

BAB III

PENGAMEN JALANAN DAN KEKERASAN DI NGAGEL, SURABAYA A. Potret dan Situasi Ngagel, Surabaya

Secara geografis Kelurahan Ngagel teletak di wilayah Surabaya Selatan. Kelurahan Ngagel termasuk dalam Kecamatan Wonokromo yang memiliki luas wilayah sebesar 86 Ha. Untuk batas administrasi Kelurahan Ngagel dapat

dipaparkan dalam Tabel 3.1 di bawah ini:

Tabel 3.1 Batas Wilayah Kelurahan Ngagel

Sumber : Data Monografi Kelurahan Ngagel

1. Kondisi Bangunan

Kondisi bangunan merupakan salah satu aspek penting dalam menentukan apakah suatu kawasan termasuk dalam kategori permukiman kumuh atau tidak. Kondisi bangunan dilihat dari sifat bangunan seperti permanen/semi-permanen/tidak layak huni. Mayoritas wilayah permukiman kumuh yang ilegal mempunyai kondisi bangunan yang tidak layak huni.

Letak Kelurahan Kecamatan

Sebelah Utara Gubeng Gubeng

Sebelah Selatan Jagir Wonokromo

Sebelah Barat Keputran Tegalsari


(46)

43

Kondisi bangunan yang terdapat di Jalan Mustika Baru, Kelurahan Ngagel mempunyai sifat hunian yang beragam. Sebagian wilayah bersifat permanen, sedangkan yang lain masih bersifat semi-permanen dan bahkan tidak layak huni. Rumah tidak layak huni berbahankan bambu dan tripleks yang keberadaannya meresahkan. Sementara itu rumah semi-permanen berdinding tembok namun beratapkan seng. Namun, rumah-rumah permanen pun belum mempunyai sertifikat tanah dan bangunan. Warga hanya berpegang pada surat hijau. Hal ini dikarenakan rumah warga setempat berdiri di tanah yang dianggap ilegal, akibat tanah tersebut merupakan tanah milik PT. Kereta Api Indonesia.

2. Kepadatan Bangunan

Aspek lain yang menentukan kategori suatu wilayah termasuk permukiman kumuh adalah kepadatan bangunan. Jika diperhitungkan dari jumlah penduduk dan jarak yang sempit serta tidak adanya pekarangan atau halaman rumah di Kelurahan Ngagel, maka dapat dikatakan bahwa wilayah ini merupakan permukiman kumuh.

Bangunan rumah antara satu warga dengan warga lainnya hampir tidak mempunyai jarak. Tidak jarang kami menemukan tembok rumah sebagai pemisah antara satu rumah dengan rumah lainnya. Selain itu akses jalan sangat sempit, hanya dapat dilewati oleh dua kendaraan bermotor. Salah satu yang meresahkan adalah kedekatan jarak antar bangunan rumah dengan rel kereta api yang melintas tepat di belakang rumah warga, bahkan jaraknya tidak lebih dari 5 meter, sehingga perlu kewaspadaan tinggi dari warga setempat. Setelah diperkirakan menurut SNI,


(47)

44

jarak kepadatan bangunan di daerah ini mencapai 98 rumah/Ha. Jarak kepadatan bangunan ini terhitung tinggi, sehingga aspek aksesibilitas dan mobilitas dianggap rendah.

3. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk dapat menjadi salah satu aspek yang memengaruhi kekumuhan suatu daerah. Jika kepadatan bangunan dan luas wilayah dibandingkan maka kita dapat menyimpulkan wilayah tersebut kumuh atau tidak. Kelurahan Ngagel Kecamatan Wonokromo tepatnya pada RT 1 hingga 3 serta RT 9 dan 10 sebagai sampel, dihuni oleh 367 Kepala Keluarga (KK) atau 1835 jiwa. Seperti yang kita tahu melalui survei lapangan, lingkungan kumuh di Kelurahan Ngagel sebagian besar penduduknya bertambah karena adanya urbanisasi. Terhitung 50% penduduknya merupakan penduduk urbanisasi dan sisanya merupakan penduduk asli. Karena kepadatan penduduk, jumlah kepala keluarga melebihi jumlah rumah yang tersedia. Bahkan menurut wawancara dengan Ketua RT, satu rumah dapat ditempati 5 Kepala Keluarga (KK) sekaligus. Untuk lebih jelasnya, berikut jumlah penduduk Kelurahan Ngagel yang dipaparkan dalam Tabel 3.2 dan Tabel 3.3:

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Ngagel Tahun 2009-2013

No Tahun

Jumlah Penduduk (Jiwa)


(48)

45

2 2010 11.329

3 2011 11.503

4 2012 11.532

5 2013 11.614

Sumber : Data sekunder dari BPS dan Kecamatan Wonokromo dalam angka

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Kelurahan Ngagel berdasarkan Usia tahun 2013

No Usia Jumlah (orang)

Berdasarkan Kelompok Pendidikan

1 0-3 tahun 1.903

2 4-6 tahun 1.580

3 7-12 tahun 1.935

4 13-15 tahun 620

5 16-18 tahun 787

6 ≥19 tahun 4.789

Jumlah 11.614

Berdasarkan Kelompok Tenaga Kerja

7 10-14 tahun 41

8 15-19 tahun 1.542

9 20-26 tahun 1.593


(49)

46

11 41-56 tahun 1.399

12 ≥57 tahun 195

Jumlah 6.431

Jumlah Total 18.045

Sumber : Laporan data monografi Kelurahan Ngagel tahun 2013

Tabel 3.4 Profesi Masyarakat di Ngagel Lumumba

No. Profesi Jumlah

1 Pengamen 45

2 Pemulung 9

3 Topeng monyet 6

4 Tukang Becak 11

5 Wirausaha 23

Sumber: Laporan data RT Lumumba Ngagel

4. Penyediaan Prasarana

Peran dan fungsi prasarana dalam pengembangan wilayah sangat dominan dalam mewujudkan pola dan struktur ruang wilayah sesuai dengan tata ruangnya. Berikut beberapa prasarana yang tersedia di Kelurahan Ngagel, Kecamatan Wonokromo :

a. Jaringan Air Bersih

Penyediaan air bersih perkotaan sebagai bagian prasarana dan sarana perkotaan harus diselaraskan dengan strategi pengembangan perkotaan masa mendatang. Di hampir setiap aktivitas masyarakat pasti memerlukan air bersih, seperti dalam kegiatan mencuci, memasak, dan lain sebagainya. Lebih dari 85% pasokan air di Kelurahan Ngagel sudah tidak komunal dan


(50)

47

sudah menggunakan air PDAM sendiri. Namun, di Kelurahan Ngagel, Kecamatan Wonokromo, jaringan air bersih yang telah tersedia masih kurang baik. Sebagian masyarakat di wilayah ini memang telah menggunakan air PDAM. Namun, air yang keluar berwarna kuning, kotor dan muncul bau kaporit. Sehingga, masih ada masyarakat yang menggunakan sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

b.Jaringan Listrik

Meskipun pemukiman pada Kelurahan Ngagel merupakan pemukiman kumuh, jaringan listrik di daerah ini telah tersebar dengan baik. Disetiap 7 meter di sepanjang jalan, terpancang tiang listrik yang masih dalam kondisi baik. Kabel-kabel listriknya pun tertata rapi, tidak berantakan ataupun tumpang tindih. Meski berada tepat disisi jalan yang sempit, tiang-tiang listrik tidak mengganggu pengguna jalan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Kelurahan Ngagel Kecamatan Wonokromo memiliki jaringan listrik yang baik.

5. Prasarana Sanitasi

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Jadi, jaringan sanitasi adalah jaringan air kotor (limbah cair) yang dibuat untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.


(51)

48

Salah satu prasarana dasar yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan permukiman dan manusia yang sehat adalah prasarana sanitasi. Tapi, prasarana sanitasi justru sebagian besar disediakan oleh masyarakat sendiri, baik secara kelompok maupun individu rumah tangga. Seperti yang kita lihat di Kelurahan Ngagel, Kecamatan Wonokromo ini, belum sepenuhnya masyarakat di wilayah ini memiliki WC atau toilet. Sehingga, masih kita temukan beberapa WC umum di wilayah ini. Menurut masyarakat sekitar, sanitasi di wilayah ini cukup lancar dan tidak pernah banjir jika musim hujan tiba meski penyediaan toilet belum merata.

6. Penyediaan Sarana a. Sarana Pendidikan

Ditinjau dari aspek pendidikan, Kelurahan Ngagel (Kecamatan Wonokromo, Surabaya) mempunyai beberapa sarana pendidikan, baik formal maupun informal. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya fasilitas pendidikan formal tingkat TK hingga SMA. Namun lokasi sekolah tingkat SD hingga SMA tersebut berada di luar permukiman dengan jarak sekitar 1-2 km yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki maupun kendaraan bermotor. Sedangkan fasilitas pendidikan informal di area permukiman ini adalah TPA/TPQ yang ada di musholla warga setempat.

b.Sarana Kesehatan

Untuk sarana kesehatan, di Kelurahan Ngagel hanya terdapat Puskesmas yang bertempat di dekat Kantor Kelurahan. Karena di area


(52)

49

permukiman warga tidak terdapat sarana kesehatan yang memadai, masyarakat setempat hanya mengandalkan obat-obatan pribadi yang tersedia di setiap rumah.

c. Sarana Sosial dan Ekonomi

Sedangkan untuk aspek sosial dan ekonomi, Kelurahan Ngagel dilengkapi balai RT di setiap RT, mulai RT 01 hingga RT 10. Balai-balai RT tersebut sering dimanfaatkan juga sebagai tempat berkumpulnya warga dan berbagai acara warga. Dan untuk aspek ekonomi, mayoritas masyarakat Kelurahan Ngagel bekerja sebagai buruh. Di area permukimannya sendiri terdapat lebih dari 10 toko kelontong atau kios milik warga setempat yang berada di pelataran rumahnya. Sebagian warga menjadikannya sebagai pekerjaan sehari-hari dan sebagian pula hanya sebagai pekerjaan sampingan.

B. Perilaku Pengamen Jalanan dalam Berinteraksi di Ngagel, Surabaya 1. Perilaku Pengamen Jalanan

Manusia pada umumnya bercita-cita agar ada perbedaan kedudukan dan peranan dalam masyarakat. Akan tetapi, cita-cita tersebut selalu akan tertumbuk pada kenyataan yang berlainan. Setiap masyarakat harus menempatkan individu-individu pada tempat-tempat tertentu dalam struktur sosial dan mendorong mereka untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai akibat penempatan


(53)

50

menempatkan individu-individu tersebut dan kedua mendorong agar mereka

melaksanakan kewajibannya.1

Saya sekolah klo pagi mbk, habis iku ngamen di jalan-jalan… terkadang

ikut bus-bus yang menuju ke Bungur mbk…

Para ahli sosiologi saling berpendapat mengenai apakah stratifikasi sosial merupakan sarana yang efesien bagi alokasi peran. Para penganut teori fungsional mengemukakan bahwa masyarakat membutuhkan berbagai macam jenis pekerjaan. Disamping itu, diperlukan imbalan yang lebih besar bagi orang-orang kelas sosial atas guna merangsang mereka agar mau menerima tanggung jawab dan mengikuti latihan pendidikan yang dibutuhkan bagi kedudukan penting. Dengan demikian, kelas sosial dapat berfungsi bagi seluruh lapisan masyarakat.

Gaya hidup (life Style) yang ditampilkan antara kelas sosial satu dengan kelas sosial yang lain dalam banyak hal tidak sama, bahkan ada kecenderungan masing-masing kelas mencoba mengembangkan gaya hidup yang eksklusif untuk membedakan dirinya dengan kelas yang lain. Berbeda dengan kelas sosial rendah yang umumnya bersikap konservatif di bidang agama, moralitas, selera pakaian, selera makanan, cara baru perawatan kesehatan, cara mendidik anak, dan hal-hal lainnya, gaya hidup dan penampilan kelas sosial menengah dan atas umumnya lebih atraktif dan eksklusif( Dikson, 1968). Mulai dari tutur kata, cara berpakaian, pilihan hiburan, pemanfaatan waktu luang, pola berlibur, dan sebagainya, antara kelas satu dengan kelas yang lain umumnya tidak sama.

1


(54)

51

Biasanya saya sering ngedumel dan misuh mbak klo gk di kasih uang.. kan

saya udah nyanyi, ngehibur masak gak di kasih uang… ada temen saya klo

gak di kasih uang maksa terus sampek di kasih uang sama pendengar, lha

Cuma 500 rupiah aja susah ngasihnya… kita pengamen gak pernah minta

uang banyak kok mbak, di kasih seikhlasnya aja udah makasih banget…2

Gaya hidup lain yang tidak sama antara kelas sosial satu dengan yang lain adalah dalam hal berpakaian. Atribut-atribut yang sifatnya massal dan dianggap berselera rendahan pakaian kodian, misalnya biasanya selalu dihindari oleh orang-orang yang secara ekonomi mapan atau berada. Bagi mereka, atribut yang dikenakan adalah simbol status yang mencerminkan dan membedakan statusnya

dari kelas sosial lain yang lebih rendah.3

Gaya hidup merupakan suatu pola pengembangan kehidupan manusia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri. Bersama penghasilan dan kekuasaan gaya hidup merupakan salah satu unsur pembeda antara satu lapisan social tertentu dengan lapisan sosial yang lain. Pola banguna rumah, tata ruang, barang-barang, struktur internal keluarga dan eksternal kekerabatan, kegiatan, sehari-hari pola interaksi dan pola komunikasi, serta orientasi dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya mencerminkan gaya hidup masyrakat. Kebudayaan kemiskinan sebagai bagian dari kebudayaan dari masyarakat yang ditandai dengan rendahnya integrasi mereka dalam kehidupan masyarakat luas. Munculnya keadaan ini adalah sebagai reaksi terhadap kurangnya sumber-sumber ekonomi, ketakutan dan kepercayaan pada orang lain, upah yang rendah, dan pengangguran. Kondisi ini akan mengurangi kemungkinan

2

Wawancara dengan Adini. Pada tanggal 10 Agustus 2015. Di jalan Ngagel

3

J.Dwi Narwoko & Bagong Suyanto.Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.Jakarta:Prenada Media Group. Hal 183


(55)

52

individu/kelompok untuk berpartisipasi secara efektif dalam situasi ekonomi yang lebih besar. Akibatnya adalah masyarakat yang terpinggirkan, merasa tidak punya peran sosial dan kehilangan kepekaan solidaritas sosial, yang mengakibatkan sikap eksklusif individualis. Fenomena kemiskinan yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia memaksa sebagian masyarakat menjalankan profesi yang dianggap sebelah mata oleh masyarakat. Hal ini juga dialami pengamen-pengamen yang ada di Ngagel. Seperti pernyataan bapak Sugeng berikut:

Tidak semua orang menganggap pengamen mempunyai reputasi baik, hal ini disebabkan tata cara berpenampilan mereka yang dianggap kurang

wajar dimata masyarakat umum mbak… Pengamen yang ada di

masyarakat, merasa bahwa keberadaan mereka kurang mendapat perhatian

dari masyarakat secara umum dan pemerintah khususnya4

Berbagai kajian yang dilakukan ahli sosilogi dan kependudukan telah banyak menemukan kaitan antara stratifikasi sosial dengan peluang hidup dan derajat kesehatan keluarga. Studi yang dilakukan Robert Chambers (1987), misalnya, menemukan bahwa di lingkungan keluarga yang miskin, tidak berpendidikan, dan rentan, mereka umumnya lemah jasmani dan mudah terserang penyakit.

Sering terjadi pertengkaran mbak sesama pengamen, biasanya adu mulut bahkan biasanya sampek gak saling nyapa mbak.. padahal sahabat karib pun

sering tengkaran mbak, apa lagi musuh… jadi pengamen itu susah mbak

kadang harus berebut tempat untuk ngamen sampek-sampek tengkaran…5

Setiap kali terjadi perubahan, sudah barang tentu membutuhkan proses adaptasi, dan bahkan respons yang tepat dari warga masyarakat yang tengah berubah itu. Orang-orang kelas sosial rendah umumnya ragu-ragu untuk

4

Wawancara dengan Sugeng. Pada tanggal 10 Agustus 2015. Di rumah 5


(56)

53

menerima pemikiran dan cara-cara baru serta curiga terhadap para pencipta hal-hal baru. Terbatasnya pendidikan, kebiasaan membaca, dan pergaulan mengakibatkan kebanyakan orang-orang kelas sosial rendah itu tidak mengetahui latar belakang pemikiran yang mendasari berbagai program perubahan yang ditawarkan. Orang-orang kelas sosial rendah umumnya mencurigai para ahli dari kalangan kelas sosial menengah dan atas yang menunjang perubahan ( Horton dan Hunt, 1987 ).

Peluang bekerja dan berusaha antara kelas sosial rendah dengan kelas sosial di atasnya umumnya jauh berbeda. Dilihat dari koneksi, kekuasaan, tingkat pendidikan yang tinggi, dan uang yang dimiliki, kelas sosial atas relatif lebih mudah membuka usaha atau mencaripekerjaan yang sesuai dengan minatnya. Sementara itu, untuk kelas sosial rendah, akibat belitan atau perangkap kemiskinan dan pendidikannya rendah, mereka umumnya rentan, tidak berdaya dan kecil kemungkinan untuk bisa memperoleh pekerjaan yang memadai atau kemungkinan melakukan deversifikasi okupasi.

Keluarga-keluarga yang dibelit perangkat kemiskina seringkali tidak bisa ikut meramaikan hasil pertumbuhan ekonomi, rapuh, tidak atau sulit mengalami peningkatan kualitas kehidupan, dan bahkan seringkali justru mengalami penurunan kualitas kehidupan.

Ketidakberdayaan dan jauhnya kemungkinan golongan masyarakat miskin untuk memiliki akses terhadap kekuasaan dalam banyak hal telah menyebabkan posisi merekatetap rentan dan sulit untuk berkembang. Berbeda dengan kelompok


(57)

54

kelas menengah ke atas yang relatif lebih banyak dan lebih mudah memperoleh fasilitas, kelompok masyarakat miskin yang hidup marginal baik perkotaan maupun di pedesaan umumnya condong terabaikan, bahkan cenderung dianggap sebagai beban atau pengganggu ketertiban dan acapkali dijadikan sasaran tindakan-tindakan koersif kelas sosial di atasnya entah berdasarkan pada hukum atau tidak.6

Perselisihan dan terjadinya tindakan kekerasan diantara anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya di kalangan keluarga yang berada dalam banyak hal relatif kecil. Memang benar bahwa tindakan kekerasan antara suami dan istri atau sebaliknya, antara anak terhadap orang tuanya, serta antara orang tua terhadap anak-anaknya bisa saja terjadi dilingkungan keluarga dari setiap tingkat kelas sosial entah itu keluarga yang kaya atau miskin maupun keluarga yang

berpendidikan atau tidak. Namun, tidak ingkari bahwa fenomena child abuse atau

tindak kekerasan dalam keluarga yang lain cenderung lebih sering terjadi dan dialami oleh keluarga-keluarga yang secara sosial ekonomi tergolong miskin dan

rentan. Horton dan Hunt (1984)7 menyatakan bahwa tindak kekerasan dalam

keluarga probilitasnya akan cenderung lebih besar dialami oleh “

keluarga-keluarga yang berbaususah”.

Berbagai studi memperlihatkan bahwa kelas sosial memengaruhi perilaku politik orang. Studi yang dilakukan Erbe ( 1964 ), Hansen ( 1975 ), Kim, Petrocik, dan Enokson ( 1975 ) menyimpulkan bahwa semakin tinggi kelas sosial semakin

6

Ibid, hal 187

7


(58)

55

cenderung individu mendaftarkan diri sebagai pemilih, memberikan suara, tertarik pada politik, membahas soal-soal, menjadi anggota organisasi yang mempunyai arti penting secara politis, dan berusaha memengaruhi pandangan politik orang lain.

Di lingkungan orang yang berpendidikan khususnya kalangan kelas menengah ditengarai tinkat partisipasi politiknya tinggi daripada orang yang kurang berpendidikan karena ada kaitannya dengan semakin tumbuhnya sikap kritis mereka. Intensitas keterlibatan orang-orang berpendidikan dalam berbagai perkembangan informasi yang disebarluaskan media massa adalah salah satu faktor yang menyebabkan orang-orang yang berpendidikan bisa mengikuti diskusi masalah politik atau bahkan ikut bermain di dalamnya. Kelas menengah dalam banyak hal juga sering dipandang dan diharapkan berperan sebagai motor penggerak perubahan kendati dalam kenyataan tak jarang kelas menengah justru

mendukung status quo.

Kehidupan sosial berlangsung dalam suatu wadah yang disebut masyarakat. Dalam konteks pemikiran sistem, masyarakat akan dipandang sebagai sebuah sistem (sosial). Pandangan tersebut dapat dilihat dalam dua sisi yaitu: masyarakat sebagai satuan yang besar dan masyarakat sebagai satuan yang kecil. Menurut Talcott Parsons, kehidupan sosial itu harus dipandang sebagai suatu sistem (sosial). Artinya, kehidupan tersebut harus dilihat sebagai suatu keseluruhan atau totalitas dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan satu sama lain, saling tergantung, dan berada dalam suatu kesatuan.


(59)

56

Sebuah sistem sosial dapat didefinisikan sebagai suatu pola interaksi sosial yang terdiri dari komponen-komponen sosial yang teratur dan melembaga (institutionalized).8 Beberapa unsur komponen tersebut dapat kita temukan dalam kehidupan bermasyarakat. Kehidupan tersebut terdiri beberapa peran sosial seperti peran dalam bidang pendidikan, misalnya rektor, dosen, kepala sekolah, guru dan sebagainya. Karakteristik peranan sosial dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, di mana peran-peran sosial sebagai komponen sistem sosial itu saling berhubungan dan saling tergantung.

Dalam bahasa Inggris masyarakat adalah „ society „, yang berasal dari kata

„socius‟, yang artinya kawan. Sedangkan dalam bahasa arab yaitu‟Syirk‟, atinya

bergaul.9 Dalam hal ini bergaul yang dimaksud adalah bukan hanya bentuk-bentuk

aturan hidup melainkan unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan. Manusia mulai lahir sampai mati sebagai masyarakat, mereka saling bergaul dan berinteraksi, karena mempunyai nilai-nilai, norma, cara-cara dan prosedur yang merupakan kebutuhan bersama.

2. Interaksi Sosial Masyarakat

a. Interaksi Sosial Pengamen Jalanan – Masyarakat

Interaksi sosial merupakan suatu hubungan yang terjalin diantara satu dengan yang lainnya sebagaimana terjadinya suatu hubungan yang bersifat timbal balik. Di dalam menuju perubahan sosial yang terjadi

8

J.Dwi Narwoko & Bagong Suyanto. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. (Jakarta: Prenada Media Group,2011) hal 124

9


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma baru Ilmu Komunikasi

dan Sosial lainnya. Bandung: PT remaja Rosdakarya,2008

Narwoko, J.Dwi & Bagong Suyanto. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.

Jakarta:Prenada Media Group.

Nurqotimah, Siti

Perilaku Keagamaan Kelompok Pengamen Jalanan Bus Kota di

Terminal Tambak Osowilangun Surabaya”

Skripsi, IAIN Sunan Ampel

Surabaya, 2003

Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif : dalam Presfektif Rancangan

Penelitian Jogyakarta: Ar-Ruzz Media,2011

Salim, Agus. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial: Buku sumber untuk Penelitian

Kualitatif Yogyakarta: Tiara Wacana,2006

Sandjaja dan albertus heriyanto. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustaka,2006

Soekanto, Soerjono. Sosiologi, Suatu Pengantar. Jakarta: CV Rajawali, 1982

Soelaeman, Munandar. Ilmu budaya Dasar. Jakarta:PT Refika Aditama,1998

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan . Bandung: Alfabeta,2010

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfa Beta, 2010


(2)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Suyanto. Metode Penelitian Sosial:berbagai alternatif dan Pendekatan Sosial.

Yogyakarta: Kencana Prenada Media Group.,2007

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:PT.Rajagrafindo Persada,

2010.


(3)

i

PENGAMEN JALANAN DAN KEKASARAN

Studi tentang Perilaku Pengamen Jalanan dalam Berinteraksi di Ngagel

Surabaya

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk

Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

(S. Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

JAMILAH

NIM. B55211079

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

J U R U S A N I L M U S O S I A L

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(4)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id