penelit PROFIL kpa diyss
PROFIL KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DIY
TIM PENELITI KPA PROVINSI DIY
Distribusi Penduduk
• Menurut Susenas 2001, penduduk propinsi DIY
diperkirakan sebesar 3.128,7 ribu jiwa
• Jumlah penduduk berturut-turut Kabupaten
Bantul, Gunungkidul, Kota Yogyakarta, dan
Kabupaten Kulonprogo yang masing-masing
penduduknya adalah 25,00 persen, 21,32
persen 12,65 persen, dan 11,83 persen dari
total jumlah penduduk provinsi DIY.
Persentase Penduduk Berumur 7 Tahun ke Atas
Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin- Propinsi DI.Y
Tahun 2001
Jenis Kelamin
Kelompok Umur
(1)
Laki-laki
Perempuan
(2)
(3)
Laki-laki dan
Perempuan
(4)
7 – 12
9,52
8,45
8,98
13 – 15
6,08
5,54
5,80
16 – 18
6,51
6,41
6,46
19 – 24
13,52
11,68
12,59
25 +
61,56
65,13
63,39
Komposisi umur
• Komposisi penduduk Daerah Istimewa
Yogyakarta dalam kategori anak-anak
(sampai dengan umur 18 tahun)
berjumlah sekitar 25 persen dari seluruh
jumlah penduduk.
SITUASI KESEJAHTERAAN
KHUSUS ANAK
1. HAK HAK SIPIL DAN KEBEBASAN
Nama dan Identitas
• Kab.Sleman : 17.481 akta (27,2%)
• Kab.Bantul : 15.077 akta (23,91%)
• Kab.Gun. Kidul : 11.576 akta (18,35%)
• Kab. Kulon Progo : 10.403 akta (16,49%)
• Kota Yogyakarta : 8.531 akta (13,53%)
Penyelenggaraan Catatan Sipil
• Kab/Kota telah melaksanakan Pencatatan dan
Penerbitan Kutipan Akta Kelahiran.
• Program sosialisasi telah dilakukan, namun ada
hambatan-hambatan
• Program jemput bola, hasil cukup signifikan
• Pemberian bantuan Akta secara Cuma-Cuma
• Pelayanan Prima dengan sistem UPTSA
Hak untuk tidak Disiksa/diperlakukan
Kejam/Hukuman yang tidak
Manusiawi/Menurunkan Martabat
• Kab.Sleman 19 kasus (73,08%), kasus kekerasan dan penyiksaan
• Kab.Gn.Kidul 5 kasus (19,23%)
• Kab. Kln. Progo & Bantul 1 kasus (3,85%)
• Kota Yogyakarta tidak ada kasus (0%)
Kasus di Sleman :
Penganiayaan 11 kasus (42,31%)
Pencabulan 5 kasus (19,23%)
Jenis Kelamin :
Anak Perempuan : kasus Pencabulan 7 kasus (26,92%), di tiga Kab
(Sleman, Gn.Kidul dan Bantul)
Anak Laki-laki : kasus penganiayaan/pengeroyokan, baik sebagai
korban/pelaku.
Dalam penanganan hal ini, ada model kerjasama tri-partit antara
Kepolisian DIY (RPK) dengan UPP Rumah Sakit Panti Rapih dan
LSM Rifka Annisa
LINGKUNGAN KELUARGA
DAN PERAWATAN
ALTERNATIF
Anak yang tidak mendapat dukungan dari
lingkungan keluarga :
• Kab. Gn.Kidul : 7559 anak (33,22%)
• Kab. Sleman : 5992 anak (26,34%)
• Kab. Bantul : 4429 anak (19,47%)
• Kab.Kln.Progo : 3563 anak (15,66%)
• Kota Yogya : 1208 anak (5,31%)
LINGKUNGAN KELUARGA
DAN PERAWATAN
ALTERNATIF
Dilihat dari jenis masalah, menunjukkan bahwa
pada tahun 2002 di Prov. DIY terdapat :
19.179 anak terlantar (84,3%)
1595 anak balita terlantar (7,01%)
1074 anak jalanan (4,72%)
850 anak nakal (3,74%)
53 anak yang menjadi korban tindak kekerasan
(0,23%)
LINGKUNGAN KELUARGA DAN
PERAWATAN ALTERNATIF
Anak terlantar yang ada di Prov. DIY, bila ditinjau
asal Kabupaten/kotanya menunjukkan hasil :
Kab. Gn. Kidul 6932 anak (36,14%)
Kab. Sleman 5002 anak (26,1%)
Kab. Bantul 3683 anak (19,2%)
Kab Kln. Progo 2978 anak (15,53%)
Kota Yogyakarta 584 anak terlantar (3,04%).
Penanganan dalam hal ini telah dilaksanakan
Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial bagi
Anak terlantar oleh Dinkeskessos Prov. DIY
Prosentase Talak Cerai terhadap
Nikah Rujuk
Kab. Gn. Kidul (6,24%)
Kota Yogyakarta (5,55%)
Kab. Sleman (5,25%)
Kab. Bantul (3,24%)
Kab. Kulon Progo tidak terdata
Kab. Gn Kidul tercatat sebagai daerah yang terbanyak
memiliki pasangan perkawinan dengan usia 16 tahun ke
bawah (Putri); kemudian Bantul
Usia saat cerai yang terjadi pada 15-20 tahun, Gn. Kidul
terbanyak baik pada putra/putri (61,36%), kemudian
Bantul (35,23%)
ANAK JALANAN
Jumlah anak jalanan :
Kota Yogyakarta 623 anak (41,12%)
Kab. Sleman 358 anak (23,63%)
Kab. Bantul 312 anak (20,59%)
Kab. Kln. Progo 118 anak (7,79%)
Gn. Kidul 104 anak (6,86%)
RUMAH SINGGAH ANAK MANDIRI,
RUMAH SINGGAH DIPONEGORO,
LENTERA SAHAJA
Anak-anak jalanan yang terdata paling banyak :
berusia di bawah 18 tahun
Rumah Singgah Anak Mandiri ada 76% anakanak di bawah usia 18 tahun
Lentera Sahaja PKBI, kelompok Dampingan
pada kategori usia B (15-24 tahun), 81,03%
Rumah Singgah Diponegoro, anak-anak
dengan usia 6-18 tahun, berjumlah 233
(67,53%) lebih besar jumlahnya dibanding
mereka yang berusia lebih dari 18 tahun, 112
anak (32,47%)
Berdasar Jenis Kelamin
Anak-anak jalanan memperlihatkan
perbandingan yang cukup menyolok, yaitu
anak-anak laki-laki lebih banyak yang berada di
jalanan (Lentera Sahaja : 74%, Diponegoro :
80%) dibandingkan anak perempuan (LS :
26%); Diponegoro : 20%)
Anak Mandiri menitikberatkan pendampingan
dan mengkhususkan rumah singgah hanya
untuk anak jalanan laki-laki, pertimbangan
jumlah anak jalanan laki-laki di DIY lebih
banyak daripada anak jalanan perempuan
ANAK-ANAK ADOPSI
Cara-cara penyelesaian untuk merawat anak dalam
lingkungan keluarga yaitu dengan
adopsi/pengangkatan anak
Kota Yogyakarta, adopsi anak 31 anak (75,6%)
Sleman & Gn. Kidul masing-masing 5 anak (12,2%).
Anak-anak Adopsi pencatatannya dilakukan oleh
Catatan Sipil dengan menerbitkan Akta Kelahiran
Anak berdasar data asli (anak kandung dari …..),
kemudian dilakukan koreksi dengan dibuat Catatan
Pinggir di Akta Kelahiran dengan menambah
keterangan di angkat oleh ………
KESEHATAN DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
Kesehatan Anak mengenai imunisasi (BCG, DPT I,II,III; Polio,
Campak, TT) diperoleh hasil Kab. Sleman
Kab. Bantul
Kab. Gunung Kidul
Kota Yogyakarta
Kab. Kulon Progo
Kesehatan Anak dengan status gizi :
Kab. Kulon Progo banyak terdapat anak dengan status gizi kurang
dan buruk,
Kota Yogyakarta banyak terdapat anak dengan status gizi lebih
Kab. Sleman banyak terdapat anak dengan status gizi baik.
Jumlah balita dengan status gizi buruk semakin sedikit jumlahnya,
baik di perkotaan maupun perdesaan. Persentase balita perempuan
dengan gizi baik lebih tinggi dibandingkan dengan balita laki-laki
(80,81% : 74,54%).
KESEHATAN DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
Kehidupan penuh dan layak untuk anak cacat :
Di DIY, belum ada data terinci tentang anak cacat; namun orang
penyandang cacat:
Cacat fisik, 14.424 orang
Cacat mental retardasi, 4.185 orang
Cacat mental Psikotik, 3.183 orang
Cacat Ganda, 1.435 orang
Cacat karena penyakit kronis, 242 orang
Anak penyandang cacat diprediksikan sekitar 25% dari jumlah
keseluruhan penyandang cacat di DIY.
Penduduk penyandang cacat diperkirakan sekitar 0,007% dari
jumlah penduduk keseluruhan.
KESEHATAN DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
•
Anak Balita Terlantar
Kab. Sleman 629 anak (39,4%)
Kab. Kulon Progo 507 anak (31,7%)
Kab. Bantul 264 anak (16,8%)
Kab. Gunung Kidul 172 anak (10,7%)
Kota Yogyakarta 23 anak (1,5%)
Sudah terbentuk penanganan, dengan Model
“Pola Pelayanan Balita Terlantar di DIY”
kerjasama Dinkesos dan YSI
PENDIDIKAN, KEGIATAN BUDAYA
DAN WAKTU LUANG
Prov. DIY
Pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk 10 tahun ke atas :
Tamat SD (23,95%)
Tamat SLTA (29,94%)
Program Pemberantasan Buta Huruf
Ada 13,37% penduduk 10 tahun ke atas yang Buta Huruf.
Jenis Kelamin : Penduduk perempuan lebih banyak yang buta huruf
(20,09%) dibanding penduduk laki-laki buta huruf (6,4%).
Ada Program Kejar Paket A atau Kejar Paket B sebagai
penanganan, namun perempuan khususnya di perdesaan masih
kurang kesempatan dibanding laki-laki
PENDIDIKAN, KEGIATAN BUDAYA
DAN WAKTU LUANG
Angka Partisipasi Sekolah (APS) :
Anak usia sampai dengan 18 tahun sebagian besar
berstatus masih sekolah (78,42%).
Jenis Kelamin Perempuan pada kelompok usia 16-18
tahun, tidak ada yang belum sekolah. Jadi tingkkat
partisipasi sekolah di Prov. DIY cukup tinggi.
Pada Profil Angka Lulusan, Mengulang dan Putus
Sekolah (DO), menunjukkan tingkatan yang cukup tinggi
dalam hal Lulusan, namun angka Mengulang dan DO
relatif lebih rendah bila dibandingkan Indikator
Kesejahteraan Anak. Sehingga dimaknai tingkat
kesejahteraan anak di bidang pendidikan di DIY cukup
baik.
PENDIDIKAN, KEGIATAN BUDAYA
DAN WAKTU LUANG
Selain pendidikan dasar dan menengah, juga
dikembangkan PADU (Pendidikan Anak Dini
Usia) yang dikembangkan dalam Kelompok
Bermain, Taman Penitipan Anak serta satuan
PADU sejenis.
Selain itu ada Satuan PADU sejenis yang
terintegrasi Posyandu dan PIADU
PERLINDUNGAN KHUSUS
Pengungsi Anak :
Di Kab. Gunung Kidul ada pengungsi anak dari Timor Timur, sejumlah 46
anak yang ditampung oleh Yayasan Kasih Bangsa.
Dalam suatu penelitian, anak-anak Timor di Gn. Kidul dengan anak Timor di
Kamp Pengungsi, ada perbedaan agresivitas, rasa aman diantara ke
duanya.
Anak dalam Situasi Konflik dengan Hukum :
Balai Pemasyarakatan (BAPAS) :
anak Laki-laki
: 177anak (97,25%)
anak Perempuan : 5 anak (2,275%)
Usia 8-18 tahun : 117 anak (58,79%)
Usia 18-21 tahun : 75 anak (41,21%)
Asal Pengadilan Negeri :
Kab. Sleman : 73 anak (40,11%)
Kota Yogyakarta : 44 anak (24,18%)
Kulon Progo : 29 anak (15,93%)
PERLINDUNGAN KHUSUS
Anak dalam Situasi Ekspolitasi :
Anak yang bekerja ada di Kab/Kota :
Kab. Kulon Progo, 47 anak (40,52%)
Kab. Bantul, 26 anak (22,41%)
Kota Yogyakarta, 19 anak (16,38%)
Konvensi ILO 1973 No. 138 dan UU No. 20 tahun
1999 tanggal 7 Mei 1999 :
Usia Minimum untuk bekerja : 15 tahun
Pekerjaan Berbahaya : 18 tahun
Pekerjaan Ringan : 13-15 tahun
PERLINDUNGAN KHUSUS
Anak dengan Penyalahgunaan Obat/Narkoba :
Polda DIY : ada 9 anak usia 16-18 tahun.
LAPAS : hampir 50% penghuni adalah kasus penyalahgunaan
obat/narkoba
Dinkesos : 278 anak
Penelitian Pratiwi & Anang (2002) :
Membuat Model Strategi Intervensi Preventif Pemahaman Narkoba
pada Siswa SLTP dan SMU dengan pendekatan multi disiplin
(Medis, Psikologis, Hukum)
Pembentukan Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba oleh
BK3S dan Dinas KesSos DIY
PERLINDUNGAN KHUSUS
Anak dengan Eksploitasi Seksual :
Ada fenomena gunung es, sehingga data
menyeluruh tentang hal ini sulit diperoleh.
Yang menghuni salah satu Panti Sosial Karya
Wanita di Provinsi DIY, ada 33% anak
perempuan dari 50 penghuni yang ada.
SARAN
• Untuk kesejahteraan anak dibidang hak-hak sipil
dan kebebasan agar tercapai perolehan jumlah akta
yang sesuai target perlu ditingkatkan sosialisasi
tentang pencatatan akta. Untuk penegakkan hak
anak untuk tidak disiksa maka RPK (polisi) perlun
lebih mensosialisasikan pelayanan terpadu dengan
kerjasama tripartit.
• Untuk kesejahteraan anak di bidang lingkungan
keluarga dan perawatan alternatif khususnya pada
masalah anak-anak terlantar, perlu dilakukan
intervensi dengan pembuatan model pendampingan
bagi anak-anak terlantar.
• Untuk kesejahteraan anak di bidang kesehatan dan
kesejahteraan sosial, perlu peningkatan sosialisasi
model pola pelayanan Balita terlantar di DIY.
• Untuk kesejahteraan anak di bidang pendidikan dan
kegiatan budaya, waktu luang khusus untuk anakanak PADU perlu peningkatan sosialisasi program dan
kurikulum PADU
• Untuk kesejahteraan anak di bidang perlindungan
khusus, terutama dalam hal tenaga kerja anak
perlunya sosialisasi peraturan per Undang-Undangan
Batas Minimum Usia Kerja serta UU Perlindungan
Anak
REKOMENDASI
• Bagi Pemerintah Daerah Kab/Kota dengan
dibantu PSW di PT serta dinas dinas terkait di
daerahnya perlu mengembangkan :
MODEL INTERVENSI BAGI ANAK-ANAK
TERLANTAR DENGAN PENDIDIKAN
KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS) DENGAN
PENDEKATAN BROAD BASE EDUCATION
TIM PENELITI KPA PROVINSI DIY
Distribusi Penduduk
• Menurut Susenas 2001, penduduk propinsi DIY
diperkirakan sebesar 3.128,7 ribu jiwa
• Jumlah penduduk berturut-turut Kabupaten
Bantul, Gunungkidul, Kota Yogyakarta, dan
Kabupaten Kulonprogo yang masing-masing
penduduknya adalah 25,00 persen, 21,32
persen 12,65 persen, dan 11,83 persen dari
total jumlah penduduk provinsi DIY.
Persentase Penduduk Berumur 7 Tahun ke Atas
Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin- Propinsi DI.Y
Tahun 2001
Jenis Kelamin
Kelompok Umur
(1)
Laki-laki
Perempuan
(2)
(3)
Laki-laki dan
Perempuan
(4)
7 – 12
9,52
8,45
8,98
13 – 15
6,08
5,54
5,80
16 – 18
6,51
6,41
6,46
19 – 24
13,52
11,68
12,59
25 +
61,56
65,13
63,39
Komposisi umur
• Komposisi penduduk Daerah Istimewa
Yogyakarta dalam kategori anak-anak
(sampai dengan umur 18 tahun)
berjumlah sekitar 25 persen dari seluruh
jumlah penduduk.
SITUASI KESEJAHTERAAN
KHUSUS ANAK
1. HAK HAK SIPIL DAN KEBEBASAN
Nama dan Identitas
• Kab.Sleman : 17.481 akta (27,2%)
• Kab.Bantul : 15.077 akta (23,91%)
• Kab.Gun. Kidul : 11.576 akta (18,35%)
• Kab. Kulon Progo : 10.403 akta (16,49%)
• Kota Yogyakarta : 8.531 akta (13,53%)
Penyelenggaraan Catatan Sipil
• Kab/Kota telah melaksanakan Pencatatan dan
Penerbitan Kutipan Akta Kelahiran.
• Program sosialisasi telah dilakukan, namun ada
hambatan-hambatan
• Program jemput bola, hasil cukup signifikan
• Pemberian bantuan Akta secara Cuma-Cuma
• Pelayanan Prima dengan sistem UPTSA
Hak untuk tidak Disiksa/diperlakukan
Kejam/Hukuman yang tidak
Manusiawi/Menurunkan Martabat
• Kab.Sleman 19 kasus (73,08%), kasus kekerasan dan penyiksaan
• Kab.Gn.Kidul 5 kasus (19,23%)
• Kab. Kln. Progo & Bantul 1 kasus (3,85%)
• Kota Yogyakarta tidak ada kasus (0%)
Kasus di Sleman :
Penganiayaan 11 kasus (42,31%)
Pencabulan 5 kasus (19,23%)
Jenis Kelamin :
Anak Perempuan : kasus Pencabulan 7 kasus (26,92%), di tiga Kab
(Sleman, Gn.Kidul dan Bantul)
Anak Laki-laki : kasus penganiayaan/pengeroyokan, baik sebagai
korban/pelaku.
Dalam penanganan hal ini, ada model kerjasama tri-partit antara
Kepolisian DIY (RPK) dengan UPP Rumah Sakit Panti Rapih dan
LSM Rifka Annisa
LINGKUNGAN KELUARGA
DAN PERAWATAN
ALTERNATIF
Anak yang tidak mendapat dukungan dari
lingkungan keluarga :
• Kab. Gn.Kidul : 7559 anak (33,22%)
• Kab. Sleman : 5992 anak (26,34%)
• Kab. Bantul : 4429 anak (19,47%)
• Kab.Kln.Progo : 3563 anak (15,66%)
• Kota Yogya : 1208 anak (5,31%)
LINGKUNGAN KELUARGA
DAN PERAWATAN
ALTERNATIF
Dilihat dari jenis masalah, menunjukkan bahwa
pada tahun 2002 di Prov. DIY terdapat :
19.179 anak terlantar (84,3%)
1595 anak balita terlantar (7,01%)
1074 anak jalanan (4,72%)
850 anak nakal (3,74%)
53 anak yang menjadi korban tindak kekerasan
(0,23%)
LINGKUNGAN KELUARGA DAN
PERAWATAN ALTERNATIF
Anak terlantar yang ada di Prov. DIY, bila ditinjau
asal Kabupaten/kotanya menunjukkan hasil :
Kab. Gn. Kidul 6932 anak (36,14%)
Kab. Sleman 5002 anak (26,1%)
Kab. Bantul 3683 anak (19,2%)
Kab Kln. Progo 2978 anak (15,53%)
Kota Yogyakarta 584 anak terlantar (3,04%).
Penanganan dalam hal ini telah dilaksanakan
Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial bagi
Anak terlantar oleh Dinkeskessos Prov. DIY
Prosentase Talak Cerai terhadap
Nikah Rujuk
Kab. Gn. Kidul (6,24%)
Kota Yogyakarta (5,55%)
Kab. Sleman (5,25%)
Kab. Bantul (3,24%)
Kab. Kulon Progo tidak terdata
Kab. Gn Kidul tercatat sebagai daerah yang terbanyak
memiliki pasangan perkawinan dengan usia 16 tahun ke
bawah (Putri); kemudian Bantul
Usia saat cerai yang terjadi pada 15-20 tahun, Gn. Kidul
terbanyak baik pada putra/putri (61,36%), kemudian
Bantul (35,23%)
ANAK JALANAN
Jumlah anak jalanan :
Kota Yogyakarta 623 anak (41,12%)
Kab. Sleman 358 anak (23,63%)
Kab. Bantul 312 anak (20,59%)
Kab. Kln. Progo 118 anak (7,79%)
Gn. Kidul 104 anak (6,86%)
RUMAH SINGGAH ANAK MANDIRI,
RUMAH SINGGAH DIPONEGORO,
LENTERA SAHAJA
Anak-anak jalanan yang terdata paling banyak :
berusia di bawah 18 tahun
Rumah Singgah Anak Mandiri ada 76% anakanak di bawah usia 18 tahun
Lentera Sahaja PKBI, kelompok Dampingan
pada kategori usia B (15-24 tahun), 81,03%
Rumah Singgah Diponegoro, anak-anak
dengan usia 6-18 tahun, berjumlah 233
(67,53%) lebih besar jumlahnya dibanding
mereka yang berusia lebih dari 18 tahun, 112
anak (32,47%)
Berdasar Jenis Kelamin
Anak-anak jalanan memperlihatkan
perbandingan yang cukup menyolok, yaitu
anak-anak laki-laki lebih banyak yang berada di
jalanan (Lentera Sahaja : 74%, Diponegoro :
80%) dibandingkan anak perempuan (LS :
26%); Diponegoro : 20%)
Anak Mandiri menitikberatkan pendampingan
dan mengkhususkan rumah singgah hanya
untuk anak jalanan laki-laki, pertimbangan
jumlah anak jalanan laki-laki di DIY lebih
banyak daripada anak jalanan perempuan
ANAK-ANAK ADOPSI
Cara-cara penyelesaian untuk merawat anak dalam
lingkungan keluarga yaitu dengan
adopsi/pengangkatan anak
Kota Yogyakarta, adopsi anak 31 anak (75,6%)
Sleman & Gn. Kidul masing-masing 5 anak (12,2%).
Anak-anak Adopsi pencatatannya dilakukan oleh
Catatan Sipil dengan menerbitkan Akta Kelahiran
Anak berdasar data asli (anak kandung dari …..),
kemudian dilakukan koreksi dengan dibuat Catatan
Pinggir di Akta Kelahiran dengan menambah
keterangan di angkat oleh ………
KESEHATAN DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
Kesehatan Anak mengenai imunisasi (BCG, DPT I,II,III; Polio,
Campak, TT) diperoleh hasil Kab. Sleman
Kab. Bantul
Kab. Gunung Kidul
Kota Yogyakarta
Kab. Kulon Progo
Kesehatan Anak dengan status gizi :
Kab. Kulon Progo banyak terdapat anak dengan status gizi kurang
dan buruk,
Kota Yogyakarta banyak terdapat anak dengan status gizi lebih
Kab. Sleman banyak terdapat anak dengan status gizi baik.
Jumlah balita dengan status gizi buruk semakin sedikit jumlahnya,
baik di perkotaan maupun perdesaan. Persentase balita perempuan
dengan gizi baik lebih tinggi dibandingkan dengan balita laki-laki
(80,81% : 74,54%).
KESEHATAN DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
Kehidupan penuh dan layak untuk anak cacat :
Di DIY, belum ada data terinci tentang anak cacat; namun orang
penyandang cacat:
Cacat fisik, 14.424 orang
Cacat mental retardasi, 4.185 orang
Cacat mental Psikotik, 3.183 orang
Cacat Ganda, 1.435 orang
Cacat karena penyakit kronis, 242 orang
Anak penyandang cacat diprediksikan sekitar 25% dari jumlah
keseluruhan penyandang cacat di DIY.
Penduduk penyandang cacat diperkirakan sekitar 0,007% dari
jumlah penduduk keseluruhan.
KESEHATAN DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
•
Anak Balita Terlantar
Kab. Sleman 629 anak (39,4%)
Kab. Kulon Progo 507 anak (31,7%)
Kab. Bantul 264 anak (16,8%)
Kab. Gunung Kidul 172 anak (10,7%)
Kota Yogyakarta 23 anak (1,5%)
Sudah terbentuk penanganan, dengan Model
“Pola Pelayanan Balita Terlantar di DIY”
kerjasama Dinkesos dan YSI
PENDIDIKAN, KEGIATAN BUDAYA
DAN WAKTU LUANG
Prov. DIY
Pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk 10 tahun ke atas :
Tamat SD (23,95%)
Tamat SLTA (29,94%)
Program Pemberantasan Buta Huruf
Ada 13,37% penduduk 10 tahun ke atas yang Buta Huruf.
Jenis Kelamin : Penduduk perempuan lebih banyak yang buta huruf
(20,09%) dibanding penduduk laki-laki buta huruf (6,4%).
Ada Program Kejar Paket A atau Kejar Paket B sebagai
penanganan, namun perempuan khususnya di perdesaan masih
kurang kesempatan dibanding laki-laki
PENDIDIKAN, KEGIATAN BUDAYA
DAN WAKTU LUANG
Angka Partisipasi Sekolah (APS) :
Anak usia sampai dengan 18 tahun sebagian besar
berstatus masih sekolah (78,42%).
Jenis Kelamin Perempuan pada kelompok usia 16-18
tahun, tidak ada yang belum sekolah. Jadi tingkkat
partisipasi sekolah di Prov. DIY cukup tinggi.
Pada Profil Angka Lulusan, Mengulang dan Putus
Sekolah (DO), menunjukkan tingkatan yang cukup tinggi
dalam hal Lulusan, namun angka Mengulang dan DO
relatif lebih rendah bila dibandingkan Indikator
Kesejahteraan Anak. Sehingga dimaknai tingkat
kesejahteraan anak di bidang pendidikan di DIY cukup
baik.
PENDIDIKAN, KEGIATAN BUDAYA
DAN WAKTU LUANG
Selain pendidikan dasar dan menengah, juga
dikembangkan PADU (Pendidikan Anak Dini
Usia) yang dikembangkan dalam Kelompok
Bermain, Taman Penitipan Anak serta satuan
PADU sejenis.
Selain itu ada Satuan PADU sejenis yang
terintegrasi Posyandu dan PIADU
PERLINDUNGAN KHUSUS
Pengungsi Anak :
Di Kab. Gunung Kidul ada pengungsi anak dari Timor Timur, sejumlah 46
anak yang ditampung oleh Yayasan Kasih Bangsa.
Dalam suatu penelitian, anak-anak Timor di Gn. Kidul dengan anak Timor di
Kamp Pengungsi, ada perbedaan agresivitas, rasa aman diantara ke
duanya.
Anak dalam Situasi Konflik dengan Hukum :
Balai Pemasyarakatan (BAPAS) :
anak Laki-laki
: 177anak (97,25%)
anak Perempuan : 5 anak (2,275%)
Usia 8-18 tahun : 117 anak (58,79%)
Usia 18-21 tahun : 75 anak (41,21%)
Asal Pengadilan Negeri :
Kab. Sleman : 73 anak (40,11%)
Kota Yogyakarta : 44 anak (24,18%)
Kulon Progo : 29 anak (15,93%)
PERLINDUNGAN KHUSUS
Anak dalam Situasi Ekspolitasi :
Anak yang bekerja ada di Kab/Kota :
Kab. Kulon Progo, 47 anak (40,52%)
Kab. Bantul, 26 anak (22,41%)
Kota Yogyakarta, 19 anak (16,38%)
Konvensi ILO 1973 No. 138 dan UU No. 20 tahun
1999 tanggal 7 Mei 1999 :
Usia Minimum untuk bekerja : 15 tahun
Pekerjaan Berbahaya : 18 tahun
Pekerjaan Ringan : 13-15 tahun
PERLINDUNGAN KHUSUS
Anak dengan Penyalahgunaan Obat/Narkoba :
Polda DIY : ada 9 anak usia 16-18 tahun.
LAPAS : hampir 50% penghuni adalah kasus penyalahgunaan
obat/narkoba
Dinkesos : 278 anak
Penelitian Pratiwi & Anang (2002) :
Membuat Model Strategi Intervensi Preventif Pemahaman Narkoba
pada Siswa SLTP dan SMU dengan pendekatan multi disiplin
(Medis, Psikologis, Hukum)
Pembentukan Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba oleh
BK3S dan Dinas KesSos DIY
PERLINDUNGAN KHUSUS
Anak dengan Eksploitasi Seksual :
Ada fenomena gunung es, sehingga data
menyeluruh tentang hal ini sulit diperoleh.
Yang menghuni salah satu Panti Sosial Karya
Wanita di Provinsi DIY, ada 33% anak
perempuan dari 50 penghuni yang ada.
SARAN
• Untuk kesejahteraan anak dibidang hak-hak sipil
dan kebebasan agar tercapai perolehan jumlah akta
yang sesuai target perlu ditingkatkan sosialisasi
tentang pencatatan akta. Untuk penegakkan hak
anak untuk tidak disiksa maka RPK (polisi) perlun
lebih mensosialisasikan pelayanan terpadu dengan
kerjasama tripartit.
• Untuk kesejahteraan anak di bidang lingkungan
keluarga dan perawatan alternatif khususnya pada
masalah anak-anak terlantar, perlu dilakukan
intervensi dengan pembuatan model pendampingan
bagi anak-anak terlantar.
• Untuk kesejahteraan anak di bidang kesehatan dan
kesejahteraan sosial, perlu peningkatan sosialisasi
model pola pelayanan Balita terlantar di DIY.
• Untuk kesejahteraan anak di bidang pendidikan dan
kegiatan budaya, waktu luang khusus untuk anakanak PADU perlu peningkatan sosialisasi program dan
kurikulum PADU
• Untuk kesejahteraan anak di bidang perlindungan
khusus, terutama dalam hal tenaga kerja anak
perlunya sosialisasi peraturan per Undang-Undangan
Batas Minimum Usia Kerja serta UU Perlindungan
Anak
REKOMENDASI
• Bagi Pemerintah Daerah Kab/Kota dengan
dibantu PSW di PT serta dinas dinas terkait di
daerahnya perlu mengembangkan :
MODEL INTERVENSI BAGI ANAK-ANAK
TERLANTAR DENGAN PENDIDIKAN
KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS) DENGAN
PENDEKATAN BROAD BASE EDUCATION