PENGUJIAN INSTRUMEN DALAM METODE PENELIT

PENGUJIAN INSTRUMEN DALAM METODE PENELITIAN BISNIS

Disusun Oleh:
Nama Mahasiswa : Joko Waluyo
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA

I. PENDAHULUAN
Salah satu tahapan dalam penelitian ilmiah adalah pengujian instrument penelitian.
Kegiatan pengujian instrument dilakukan setelah dilakukannya operasionalisasi variable atau
pengukuran variable. Dalam beberapa literature menyebutkan bahwa pengukuran variable
merupakan bagian dari proses penelitian setelah kita menentukan subyek penelitian.
Operasionalisasi variable merupakan kegiatan yang berupa pengembangan instrument penelitian
untuk mendapatkan data dari subyek penelitian. Agar operasionalisasi variable dapat digunakan
maka diperlukan adanya atribut variable.
Pengukuran variable perlu menjelaskan tentang instrument (metode atau teknik) yang digunakan
untuk memperoleh data mengenai variable penelitian, yang pada dasarnya terdiri atas observasi,
wawancara, dan angket atau kuisioner. Skala skor/kode tiap variable harus diidentifikasi, apakah
tergolong ke dalam skala nominal, ordinal, interval atau rasio.
Terdapat lima tahapan pengukuran variable (Aritonang, 2016), yaitu: (1) Pendefinisian variable
secara konseptual dan pengidentifikasian atribut variable, (2) Penampakan atribut yang akan
diukur dan penciptaan kondisi untuk memunculkan atribut, (3) Pengembangan instrument, (4)

Pengidentifikasian skala pengukuran dan penentuan kode atau skor, dan (5) Penilaian reliabilitas
dan validitas instrument.
Penilaian reliabilitas dan validitas instrument merupakan tahapan terakhir dalam pengukuran
variable. Tahapan ini bermaksud untuk menguji kualitas instrument dan pada umumnya
mencakup penilaian validitas dan realibilitas. Yang termasuk ke dalam penilaian validitas adalah
apakah instrument yang akan digunakan dapat digunakan untuk mengukur variable yang telah
ditentukan, sedangkan penilaian reliabilitas dilakukan untuk mengentahui apakah instrument
yang ada dapat menghasilkan ukuran yang konsisten.

II. PEMBAHASAN

A. Validitas (Kesahihan)
Validititas, dalam bahasa Indonesia adalah sahih. Menurut Azwar (1986), validitas berasal dari
kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurannya. Sedangkan menurut Cooper xan Schindler dalam Zulganef (2006)
validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan bahwa variabel yang diukur memang benarbenar variabel yang hendak diteliti oleh peneliti.
Instrumen yang dapat mengukur variable yang dimaksudkan untuk diukur disebut valid
(Aritonang, 2016). Validitas suatu instrument banyak dijelaskan dalam konteks penelitian social
yang variabelnya tidak dapat diamati secara langsung, seperti sikap, minat, persepsi, motivasi
dan lain-lain. Validitas instrument juga digunakan untuk mengukur variable yang demikian sulit

untuk mengembangkan instrument yang memiliki validitas yang tinggi karena karakteristik yang
akan diukur dari variable yang demikian tidak dapat diobservasi secara langsung, tetapi hanya
melalui indicator tertentu.
Tipe validitas menurut asosiasi psikologi amerika membedakan validitas menjadi tiga tipe, yaitu
validitas isi, validitas yang dikaitkan dengan kriteria dan validitas konstrak.
1. Validitas isi
Validitas isi atau content validity adalah validitas yang diperhitungkan melalui pengujian
terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Validitas isi yang baik adalah apabila semua
karakteristik variable yang dirumuskan pada definisi konseptualnya dapat diungkapkan melalui
butir-butir suatu instrument. Untuk menganalisis validitas isi dapat dengan cara memperhatikan
penampakan luar dari instrument dan dengan menganalisis kesesuaian butir-butirnya dengan
karakteristik yang dirumuskan pada definisi konseptual variable yang diukur.
Menurut Saefudiin Azwar, validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian
terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgment. Pertanyaan yang
dicari jawabannya dalam validitas isi adalah sejauh mana item-item dalam tes mencakup
keseluruhan kawasan ini (dengan catatan tidak keluar dari batasan tujuan ukur obyek yang
hendak diukur) atau sejauh mana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur.
Aritonang (2016) membagi validitas isi menjadi dua tipe yaitu:



Validitas yang dianalisis dengan memperhatikan penampilan luar instrument disebut
validitas tampang (face validity). Validitas tampang dievaluasi dengan membaca dan
menyelidiki butir-butir instrument serta sekaligus membandingkannya dengan definisi
konseptual mengenai varaibel yang akan diukur.



Validitas yang dianalisis dengan memperhatikan kerepresentativan butir-butir instrument
atau disebut dengan validitas penyampelan (sampling validity) atau disebut juga dengan
validitas kurikulum (curriculum validity).

Baik validitas tampang maupun validitas penyampelan disebut juga sebagai validitas teoritis
karena penganalisannya dilakukan tanpa didasarkan pada data empiris. Selain itu validitasnya
lebih dikaitkan dengan teori (definisi konseptual) variable yang diukur. Alat yang digunakan
untuk menganalisis validitas itu adalah logika dari orang yang menganalisisnya.
Analisis atas validitas isi suatu instrument, misalnya angket paling sedikit harus menjawab
pertanyaan mengenai apakah butir-butir yang dibuat akan dapat mengungkap secara rinci dan
menyeluruh keberadaan atribut-atribut (karakteristik, kualitas, ciri) variable yang dimasukkan
untuk diukur. Jika jawabannya “ya” maka angket itu dinyatakan valid dari segi isinya.
Pertanyaan berikutnya yang perlu diajukan adalah apakah tidak ada butir-butir tsb yang

tujuannya adalah untuk mengungkap hal lain yang tidak termasuk pada definisi variable yang
dimasukkan untuk diukur melalui angket? Jika jawabannya adalah “tidak” maka angket itu
adalah valid. Pertanyaan berikutnya adalah apakah orang-orang yang akan menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu akan memiliki pengertian yang sama dengan pengertian dari pembuat
butir atas butir-butir tersebut. Jika jawabannya “ya”, maka angket itu dinyatakan valid.
2. Validitas yang dikaitkan dengan kriteria
Validitas ini dikaitkan dengan analisis dengan menggunakan instrument lain sebagai patokan
atau kriterianya, dengan kata lain untuk menganalisis validitas ini dibutuhkan setidaknya dua
instrument, yaitu:



Satu instrument yang baru dibuat dan akan dianalisis validitasnya, dan
Satu instrument yang telah teruji validitas dan realibilitasnya serta berfungsi sebagai
kriteria.

Validitas kriteria terpenuhi jika pengukuran membedakan individu menurut suatu kriteria yang
diharapkan diprediksi. Hal tersebut bias dilakukan dengan menghasilkan validitas konkuren
(concurrent validity) maupun validitas prediksi (predictive validity). Validitas konkuren
dihasilkan jika skala membedakan individu yang diketahui berbeda, yaitu mereka menghasilkan

skor yang berbeda pada instrument, sedangkan validitas prediksi menunjukkan kemampuan
instrument pengukuran untuk membedakan orang dengan referensi pada suatu kriteria masa
depan (Sekaran, 2006). Dengan demikian perbedaan antara Validitas konkuren dengan Validitas
prediktif adalah waktu pengujian, dimana Validitas konkuren diambil dalam waktu yang sama
(atau kurang lebih sama), sedangkan Validitas prediktif dilakukan beberapa saat (dalam periode
waktu tertentu) setelah terlebih dahulu skor tes diperoleh.
Hal-hal yang membedakan antara Validitas prediktif dengan concurrent validity antara lain:




Concurrent validity berfungsi untuk mengukur kesesuaian antara hasil ukur instrument
dengan hasil ukur lainnya yang relevan sudah teruji, sedangkan Validitas prediktif
memiliki fungsi prediksi dengan skor yang relevan di masa depan.
Validitas prediktif cocok digunakan untuk untuk seleksi atau klasifikasi personil, seperti
seleksi / rekrutmen pegawai baru, penempatan kerja, memprediksi prestasi akademik
berdasarkan tes potensi akademik, sementara Validitas konkuren tidak ditujukan untuk
memprediksi masa depan

Untuk menentukan suatu instrument memiliki validitas prediktif dan konkuren yang

memadai,kita dapat melakukan uji signifikansi, atau dapat dengan menggunakan koefisien
validitas minimal tertentu. Cronbach (1990) menyatakan bahwa validitas prediktif (r) suatu
instrument sebesar -0.75 tergolong sangat memprihatinkan, -0.05 tergolong jelek, 0.45 tergolong
moderat dan 0.60 tergolong baik. Lebih lanjut Cronbach mengemukakan bahwa tidak biasa
menemukan validitas lebih besar daripada 0.6 (>0.6) karena situasi social berubah terus dan
karena perubahan itu menyebabkan prediksi yang sempurna merupakan sebuah kenistaan.
3. Validitas konstrak
Konstruk adalah sesuatu yang berkaitan dengan fenomena dan obyek yang abstrak, tetapi
gejalanya dapat diamati dan diukur. Validitas konstruk mengandung arti bahwa suatu alat ukur
dikatakan valid apabila telah cocok dengan konstruksi teoritik dimana tes itu dibuat . Sebagai
misal: sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila soal-soalnya mengukur setiap
aspek berfikir seperti yang diuraikan dalam standar kompetensi.
Konstruksi yang dimaksud dalam uji validitas ini adalah rekaan psikologis yang berkaitan
dengan aspek-aspek ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis dan evaluasi. Konstruk
adalah peringai yang tidak dapat diamati, yang menjelaskan perilaku. Menguji validitas konstruk
mencakup uji hipotesis yang dideduksi dari suatu teori yang mengajukan konstruk tersebut.
Pengujian validitas konstruk merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan
perkembangan konsep mengenai aspek yang diukur.
B. Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu keajegan, dapat dipercaya ataupun pengukuran yang tanpa ada

kesalahan (Walizer, 1987; John M Echols dan Hasan Shadily, 2003; Popham; 1995). Reliabilitas
merupakan konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Reliabilitas
berbeda dengan validitas, artinya bahwa pengukuran yang dapat diandalkan akan mengukur
secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa uang seharusnya diukur. Di dalam penelitian,
reliabilitas adalah penilaian sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah
dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Penelitian akan
dianggap dapat diandalkan apabila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang
sama.

Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode statistik. Cara
menghitung reliabilitas sebuah instrument dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kesalahan baku
pengukuran dan koefisien reliabilitas (Feltd dan Brennan, 1989). Kesalahan pengukuran
merupakan merupakan rangkuman inkonsistensi peserta tes dalam unit-unit skala skor,
sedangkan koefisien realibilitas merupakan kuantifikasi realibilitas dengan merangkum
konsistensi (atau inkonsistensi) diantara beberapa kesalahan pengukuran.
Koefisien reliabilitas suatu instrument dapat diestimasi dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan
eksternal dan pendekatan intenal. Pendekatan eksternal atas koefisien reliabilitas dapat
dilakukan dengan metode pengukuran ulang dan metode bentuk paralle (Aritonang, 2016).
1. Metode pengukuran ulang
Pendekatan pengukuran ulang merupakan pemberian perangkat tes yang sama terhadap

sekelompok subyek sebanyak dua kali dengan selang waktu yang berbeda. Asumsinya adalah
bahwa skor yang dihasilkan oleh tes yang sama akan menghasilkan skor tampak yang relative
sama. Estimasi dengan pendekatan tes ulang akan menghasilkan koefisien stabilitas. Untuk
memperoleh koefisien reliabilitas melalui pendekatan tes ulang dapat dilakukan dengna
menghitung koefisien korelasi linear antara distribusi skor subyek pada pemberian tes pertama
dengan skor subyke pada tes kedua.
Kelemahan pengukuran ulang untuk mendapatkan koefisien reliabiltas antara lain:
a. Subyek penelitian mungkin tidak dapat mengikuti kedua pengukuran yang dilakukan.
b. Apabila jumlah butri instrumennya tergolong banyak, para subyek dapat mengalami
kelelahan dan bosan sehingga mempengaruhi hasil yang diperolehnya.
c. Kemungkinan ada efek belajar karena subyek dapat mempelajari butir-butir instrument
pada waktu pengukuran pertama.
d. Variable yang diukur kemungkinan peka terhadap waktu. Jika variable yang diukur
sangat berkaitan dengan perkembangan subyek dan subyeknya adalah anak-anak yang
masih dalam masa perkembangan, dan jarak waktu pengukuran antara pertama dan kedua
tergolong cukup lama, maka hasil pengukuran yang diperoleh sangat mungkin untuk
berbeda.
2. Metode Bentuk Paralel
Metode bentuk parallel, menggunakan pendekatan dua instrument yang sejenis (parallel) pada
subyek yang sama. Koefisien reliabilitas melalui pendekatan metode ini merupakan koefisien

korelasi antara kedua skor yang diperoleh melalui kedua instrument. Jika koefisien korelasinya
tegolong positif dan besar atau signifikan, maka kedua instrument dinyatakan reliabel, dan juga
sebaliknya.
Kelemahan metode parallel ini untuk mendapatkan koefisien reliabilitas adalah:

a. Kesulitan membuat atau memperoleh dua instrument yang parallel yang sejenis.
b. Dengan menggunakan dua instrument maka butir-butir kedua instrument akan menjadi
banyak sehingga menyebabkan subyek lelah dan bosan dan berdampak pada hasil
pengukuran yang diperoleh menjadi tidak reliabel.
Pendekatan Internal
Yang membedakan pendkatan internal dengan pendekatan eksternal, adalah dalam pendekatan
internal,hanya menggunakan satu instrument yakni instrument yang akan diuji reliabilitas dan
validitasnya. Pendekatan internal atas reliabilitas dapat diukur dengan empat metode, yaitu: (1)
Metode Bagi Dua, (2) Metode Kuder-Richardson (KR), (3) Metode Alpha Cronbach, dan (4)
Metode Pemodelan Persamaan Structural.
C. Hubungan antara Validitas dengan Reliabilitas
Berikut ini hal-hal yang menggambarkan hubungan antara validitas dengan reliabilitas.
1. Nilai koefisien realibitas yang rendah kemungkinan akan dapat diterima apabila memiliki
validitas yang tinggi.
2. Konsistensi internal yang tinggi meupakan prasyarat atas validitas yang tinggi, namun

nilai konsistensi internal yang sangat tinggi secara actual menjadi antithesis atas validitas.
3. Secara statistic, reliabilitas merupakan bagian dari validitas
4. Dapat dimungkinkan memiliki reliabilitas tanpa validitas, namun tidak berlaku
sebaliknya.
5. Makin rendah reliabilitas predictor dan kriteria, makin rendah validitasnya. Makin tinggi
saling korelasi butir-butir instrumennya, maka makin valid instrumennya.
6. Validitas dan reliabilitas suatu instrument berkaitan dengan jumlah butir instrumennya.

III. PENUTUP
Validitas dan reliabilitas merupakan bagian penting dalam proses penelitian. Validitas dan
reliabilitas menentukan kehandalan data yang akan digunakan dalam tahapan analisa data. Data
yang dianalisis untuk menjawab rumusan masalah atau untuk menguji kebenaran empiris
hipotesis penelitian harus memenuhi syarat minimal tertentu, yakni reliabel dan valid. Jika tidak
demikian, maka kesimpulan yang dihasilkan dari analisis itu menjadi tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Reliabilitas dan validitas data diuji melalui instrumen yang digunakan
untuk memperoleh data itu

REFERENSI:
https://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.co.id/2013/03/validitas-pengertian-dan-macammacamnya.html (didownload tanggal 22 April 2018)
Aritonang, Lerbin. R. 2016. Buku Materi Pokok: Metode Penelitian Bisnis. Universitas Terbuka

http://merlitafutriana0.blogspot.co.id/p/validitas-dan-reliabilitas.html (didownload tanggal 22
April 2018)
https://idtesis.com/menguji-kualitas-instrumen-penelitian/ (didownload tanggal 23 April 2018)