KETAHANAN BEBERAPA GENOTIP PADI LOKAL BANGGAI TERHADAP SERANGAN WERENG COKLAT (Nilaparvata lugensSTALL) (HEMIPTERA: DELPHACIDAE) | Purnama Sari,Mohammad Yunus, Hasriyanty | AGROTEKBIS 5165 16886 1 PB
e-J. Agrotekbis 3 (4) : 455-462 , Agustus 2015
ISSN : 2338 -3011
KETAHANAN BEBERAPA GENOTIP PADI LOKAL BANGGAI
TERHADAP SERANGAN WERENG COKLAT
(Nilaparvata lugensSTALL) (HEMIPTERA: DELPHACIDAE)
Resistance of Several Genotypeof Local Banggai Rice Toward Brown Plant hopper
(Nilaparvata Lugens Stall) (Hemiptera: Delphacidae)
Intan Purnama Sari 1), Mohammad Yunus2), Hasriyanty2)
1)
2)
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
Staf Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
e-mail: [email protected]
e-mail: [email protected]
e-mail: [email protected]
ABSTRACT
The objective of this research was to study the resistance of several genotype of local Banggai rice
crop to brown planthopper (Nilaparvata lugens Stall). This research was carried out at the screen
house of pest and diseases plant Laboratory Agriculture Faculty Tadulako University, Palu,on
September 2014 to January 2015. Four genotypes of local Banggai rice plant (Njengi, Habo, Ranta
and Sampara), were tested that performed, there are three genotypes (Njengi, Ranta, and Sampara)
moderately resistantto brown planthopper,and one genotype (Habo),was categories of moderately
susceptibleto brown planthopper.The highest damage level was shown by genotype Habo ( 65 % ),
and the lowest were Njengi and Sampara genotype ( 59 % ).
Key Words : Resilience varieties, brown planthopper, attack intensity, local rice Banggai.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan beberapa genotip padi lokal Banggai terhadap
wereng coklat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium hama dan penyakit tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Tadulako Palu. Penelitian ini berlangsung pada bulan September
2014 sampai dengan Januari 2015. Pada penelitian ini digunakan empat genotip padi lokal Banggai
yaitu Njengi, Habo, Ranta dan Sampara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan Standar
Evaluation System For Rice, dari empat genotip padi lokal Banggai yang diuji, tiga genotip padi
lokal banggai (Njengi, Ranta, dan Sampara) termasuk kategori agak tahan terhadap wereng coklat
dan satu genotip (Habo), termasuk kategori agak rentan terhadap wereng coklat. Tingkat kerusakan
tertinggi ditunjukkan oleh genotip habo (65%), dan terendah pada genotip njengi dan sampara
(59%).
Kata Kunci: Ketahanan varietas, wereng coklat, intensitas serangan, padi lokal Banggai.
PENDAHULUAN
Padi (Oryza sativa L.) merupakan
komoditas pangan yang mendapat prioritas
utama dalam pembangunan pertanian.
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk,
maka kebutuhan beras di negara kita
semakin meningkat. Untuk mengimbangi
dan mengatasi kebutuhan yang terus
meningkat maka diperlukan upaya keras
dalam meningkatkan produksi beras baik
secara kualitas maupun kuantitas (BBPTP,
2009). Pada kenyataan di lapangan,
pembudidayaan tanaman padi tidak pernah
455
terhindar dari adanya serangan hama
yang menimbulkan pengurangan hasil.
Salah satu jenis hama padi yang paling
sering ditemukan pada lahan pertanaman
padi dan menimbulkan kerugian yang
cukup besar adalah wereng (Hermawan,
2007).
Wereng merupakan hama padi yang
paling banyak menimbulkan keresahan
petani ketika musim tanam padi. Adapun
Jenis wereng yang paling sering dijumpai di
Lapangan, dan menimbulkan kerusakan yang
cukup tinggi adalah wereng batang cokelat
(Nilaparvata lugens Stall). Wereng coklat
mampu menimbulkan kerusakan yang cepat
dan cukup parah pada pertanaman padi
(Harahap dan Tjahjono, 2003).
Sejak tahun 1970 berbagai teknik
pengendalian telah digunakan untuk
menurunkan populasi N. lugens, salah
satunya adalah penggunaan varietas tahan
(Baehaki 2007; Balitbangtan, 2005).
Menurut Fox dalam Irawan dan
Purbayanti (2008), di Indonesia tercatat
lebih dari 8.000 varietas padi lokal
yang bisa ditanam petani. Sulawesi Tengah
juga memiliki beragam jenis padi lokal,
utamanya
padi
ladang
dan
telah
dibudidayakan secara turun temurun. Padi
Lokal Banggai merupakan salah satu jenis
padi yang memiliki aroma wangi dan
pulen sehingga tetap dibudidayakan oleh
masyarakat, namun ketahanannya terhadap
serangan wereng coklat belum diteliti
lebih lanjut (BPTPH, 2012).
Oleh karena itu peneliti menggunakan
varietas - varietas padi lokal Banggai
untuk mengetahui ketahanannya terhadap
N. lugens.
Penelitian
bertujuan
untuk
mengetahui tingkat ketahanan beberapa
genotipe padi lokal Banggai terhadap
serangan wereng coklat (N. lugens Stall),
Hasil
penelitian
diharapkan
dapat
melengkapi deskripsi genotipe padi lokal
Banggai yang menyangkut ketahanan
varietas sesuai Standard Evaluation System
For Rice.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di
Rumah Kasa dan Laboratorium Hama dan
Penyakit Tumbuhan Universitas Tadulako,
Palu. Yang dilaksanakan pada bulan
September 2014 sampai Januari 2015.
Alat yang digunakan yaitu kain
kasa, kotak perbanyakan wereng coklat,
kamera digital (alat dokumentasi), alat tulis
menulis, pot, plastik, toples, meteran,
ember, kayu, plastik milar, sekop, cangkul,
pinset, benang, dan paranet. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah tanah serta
bahan organik (pupuk kandang), air, wereng
coklat, dan benih padi dari beberapa
genotipe padi lokal Banggai yaitu genotip
Njengi, Habo, Ranta, Sampara. Genotipe
padi lokal Banggai diperoleh dari
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih
Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako
Pada penelitian ini digunakan empat
genotip padi lokal Banggai yaitu genotip
Njengi, Habo, Ranta, Sampara, Setiap jenis
padi di uji sebanyak 15 tanaman sehingga
diperoleh 60 unit perlakuan. Uji ini
dilakukan dirumah kasa.
Perbanyakan
Wereng
Coklat
(Nilaparvata lugen Stall)
Wereng coklat yang digunakan
dalam penelitian ini diperoleh dari tanaman
padi milik petani di Desa Mpana Kecamatan
Biromaru Kabupaten Sigi kemudian di
perbanyak ditempat penyungkupan yang ada
di Rumah Kasa. Sungkup dibuat dari kain
kasa dengan tiang besi setinggi 1 meter
dengan lebar 60 cm dan sebagai pakan
adalah bibit milik petani yang diambil di
Lapangan tanaman berumur 2 minggu
setelah tanam (MST).
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah
media tanah yang di ambil dari daerah
sekitar Laboratorium. Tanah diambil dan
digemburkan dengan menggunakan cangkul
dan sekop. Selanjutnya tanah dibersihkan
dari kotoran, dan dicampurkan 1 kg pupuk
kandang dan 2 kg tanah. Campuran tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam talang
plastik persegi empat, untuk kemudian
digunakan sebagai persemaian.
456
Persemaian
Persemaian dibuat di dalam talang
plastik persegi empat (ukuran) yang telah
disiapkan sebelumnya. Masing - masing
varietas disemai secara terpisah. Sebelum
disemai benih dari empat genotip padi
lokal Banggai terlebih dahulu direndam
selama 24 jam, untuk merangsang
perkecambahan. Selanjutnya ditanam secara
langsung pada media tanam yang sudah
disiapkan dan dipelihara sampai tanaman
padi berumur 14 hari dan siap untuk
dipindahkan kedalam pot berdiameter 7,5
cm dan selanjutnya di Infestasikan wereng
coklat.
Perawatan Tanaman
Padi yang telah siap kemudian
dipindahkan kedalam pot berdiameter 7,5
cm dan diberi sungkupan yang telah terbuat
dari kertas milar dengan ukuran 22 cm x 33
cm. Gulma-gulma yang tumbuh dibersihkan
agar tidak terjadi persaingan gulma dengan
tanaman padi.
Infeksi Wereng Coklat pada Tanaman
Padi
Wereng
coklat
yang
sudah
diperbanyak diinfeksikan pada tanaman
padi yang telah dipelihara sebelumnya.
Setiap batang diinfeksi dengan dua ekor
wereng coklat stadia imago secara merata.
Lamanya waktu penyimpanan wereng coklat
didalam tanaman yang telah disungkup
adalah selama tujuh hari. Hal ini dilakukan
karena diharapkan dalam waktu tujuh hari
wereng coklat telah mampu memberikan
dampak kerusakan pada tanaman padi yang
diuji.
Kerusakan yang terjadi pada tanaman
padi biasanya terlihat pada 7 - 10 hari
setelah infeksi, sebab pada saat ini 90%
varietas rentan mati atau mati seluruhnya
(IRRI, 2002).
Wereng coklat yang berada pada
tanaman uji selama 7 hari selanjutnya akan
dikeluarkan dan dimusnahkan hal ini
dilakukan agar wereng coklat tidak akan
merusak tanaman padi yang lain (IRRI,
2002).
Parameter Pengamatan
Gejala pada Tanaman. Pengamatan gejala
serangan pada tanaman dengan melihat
secara langsung gejala awal pada bagian
tanaman, sampai munculnya gejala setelah
masa infeksi pada bagian tanaman padi
yang terserang.
Masa Infeksi. Masa infeksi dihitung sejak
periode inkubasi sampai waktu munculnya
gejala pada semua jenis genotip padi (Habo,
Ranta, Sampara dan Njengi).
Intensitas Serangan
Pengamatan intensitas serangan
dihitung dengan menggunakan dua rumus
yang berbeda.
a. Intensitas Serangan Mutlak.
Pengamatan terhadap intensitas
serangan hama wereng coklat terhadap
beberapa genotip padi lokal banggai
dilakukan dengan melihat gejala serangan
pada tanaman padi. Pengamatan dilakukan
satu hari setelah proses investasi dan proses
pengamatan ini dilakukan selama delapan
minggu. Untuk menghitung intensitas serangan
mutlak menggunakan rumus Suradji (2003).
�
P = � 100%
N
Keterangan:
P = Intensitas serangan mutlak
n = Banyaknya tanaman padi yang yang
terserang
N = Jumlah tanaman padi yang diamati.
b. Intensitas Serangan Bervariasi.
Pengamatan terhadap intensitas
serangan bervariasi hama wereng coklat
terhadap beberapa genotip padi lokal
Banggai dilakukan dengan melihat gejala
serangan pada tanaman padi. Pengamatan
dilakukan satu hari setelah proses investasi
dilakukan dan proses pengamatan ini
dilakukan selama delapan minggu. Untuk
menghitung intensitas serangan bervariasi
457
mengacu pada Townsend and Hueberger
(1948) dalam Asniah & Khaeruni (2006)
dengan rumus sebagai berikut :
I=
∑ ni. vi
� 100%
N. Z
Keterangan:
I = Intensitas serangan (%)
ni = Banyaknya tanaman yang diamati
dari setiap kategori serangan
vi = Nilai skala dari tiap kategori
Z = Nilai skala dari tiap kategori
serangan tertinggi
N = Jumlah tanaman yang diamati
Tingkat Ketahanan Padi. Penentuan
tingkat ketahanan tanaman padi, dapat
dilihat dengan melakukan perhitungan atau
skoring kerusakan yang dilakukan setiap
hari. Awal pengamatan dimulai satu hari
setelah infestasi wereng coklat. Pengamatan
dilakukan selama 8 minggu. Penentuan skor
ketahanan padi berdasarkan Standard
Evaluation System for Rice (IRRI 2002)
(Tabel 1).
tercepat yaitu pada jenis Habo (3 hari
setelah infeksi) dan terlama pada padi
genotipe Njengi (6 hari setelah infeksi)
(Tabel 2).
Tabel
Skor
Masa Infeksi Wereng Coklat pada
Tanaman Padi. Hasil pengamatan tanaman
padi yang telah diinfeksi dengan wereng
coklat pada genotip Habo, Ranta, Sampara,
dan Njengi terlihat bahwa rata-rata
munculnya gejala pada setiap tanaman
memiliki perbedaan. Kemunculan gejala
Gejala
Ketahanan
Kriteria
Tidak ada kerusakan
Sangat
Tahan
1
Kerusakan sangat sedikit
dengan kerusakan ujung
daun pertama dan kedua
dari tanaman uji kurang
dari 1%.
Daun pertama dan
kedua tanaman uji dari
kebanyakan satu galur
/varietas
menguning
sebagian.
Tanaman menguning
dan kerdil jelas atau
sekitar 10 - 25% tanaman
uji dari satu galur /varietas
layu.
Lebih dari setengah
tanaman uji dari satu
galur/varietas layu atau
mati dan tanaman sisa
sangat
kerdil
atau
mengering
Semua tanaman uji dari
satu galur/varietas mati
Tahan
3
5
Hasil
Gejala pada Tanaman. Hasil pengamatan
yang dilakukan pada genotip padi lokal
Banggai setelah infeksi pada tanaman
menunjukkan adanya gejala tusukan pada
bagian batang. Bekas tusukan tersebut
kemudian berkembang menjadi menguning,
dan lama kelamaan menyebabkan batang
tanaman berwarna coklat, kering dan mati.
(Gambar 1).
Penentuan Kriteria
Tanaman Padi.
0
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
1.
7
9
a
Agak
Tahan
Agak
Rentan
Rentan
Sangat
Rentan
b
Gambar 1. Wereng Coklat pada Batang
Padi (a). Gejala Kerusakan pada Bagian
Batang Tanaman Padi (b).
458
Tabel 2.
Rata-rata Munculnya Gejala pada
Tanaman Padi.
Munculnya
Genotip
Gejala HSI
Habo
3
Ranta
5
Sampara
5
Njengi
6
Intesitas Serangan Mutlak. Intensitas
serangan mutlak pada genotip tanaman padi
lokal Banggai dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.
Intensitas
Serangan
Mutlak
Genotip Padi Lokal Banggai.
Intensitas Serangan
Genotip
Mutlak 8 MSI
Habo
80%
Ranta
93%
Sampara
87%
Njengi
73%
Pengamatan intensitas serangan mutlak
wereng coklat pada beberapa genotip padi
lokal Banggai dapat terlihat bahwa tingkat
kerusakan yang terjadi pada empat genotip
padi lokal Banggai memiliki perbedaan
dimana tingkat kerusakan yang tertinggi
dialami oleh genotip Ranta dengan
intensitas serangan sebesar 93%, sementara
tingkat kerusakan terendah dialami oleh
Njengi dengan intensitas serangan sebesar
73%.
Intensitas Serangan Bervariasi. Intensitas
serangan bervariasi pada genotip tanaman
padi lokal Banggai dapat dilihat pada Tabel
4.
Tabel
4.
Intensitas Serangan Bervariasi
Genotip Padi Lokal Banggai
Intensitas Serangan
Genotip
Bervariasi 8 MSI
Habo
65%
Ranta
61%
Sampara
59%
Njengi
59%
Pengamatan intensitas serangan
bervariasi wereng coklat pada beberapa
genotip padi lokal Banggai, dapat terlihat
bahwa tingkat kerusakan yang terjadi pada
empat genotip padi lokal Banggai memiliki
perbedaan dimana tingkat kerusakan tertinggi
dialami oleh genotip Habo dengan intensitas
serangan sebesar 65%, sementara tingkat
kerusakan yang dialami oleh genotip Ranta
berada pada urutan selanjutnya dengan
intensitas serangan sebesar 61%, dan
tingkat kerusakan yang dialami oleh genotip
Njengi dan Sampara adalah sama, dengan
intensitas serangan sebesar 59%.
Ketahanan Beberapa Genotip Padi Lokal
Banggai. Penentuan ketahanan suatu
genotip dapat dilihat berdasarkan hasil rata rata skoring dari pengamatan yang telah
dilakukan, hasil tersebut dapat dilihat pada
tabel 5.
Berdasarkan pengamatan yang telah
diperoleh pada penelitian ini dari empat
genotip padi lokal Banggai yang diuji
(Habo, Ranta, Sampara, dan Njengi).
Genotip Habo termasuk dalam kategori
agak rentan, dan tiga genotip (Ranta,
Sampara, dan Njengi) mempunyai tingkat
ketahanan yang sama yaitu dalam kategori
Agak Tahan.
Rata – rata Skoring Ketahanan
Genotip Padi Lokal Banggai
terhadap Serangan Wereng Coklat
(Nilaparvata lugen Stall).
Skoring
Genotip
Kerusakan
Kriteria
Genotip Padi
Habo
5
Agak
Rentan
Ranta
3
Agak Tahan
Tabel 5.
Sampara
3
Agak Tahan
Njengi
3
Agak Tahan
Pembahasan
Gejala Serangan. Gejala serangan pada
tanaman padi yang diakibatkan oleh wereng
coklat dapat dilihat secara langsung
dimulai pada bagian batang yang
mengalami perubahan warna coklat, yang
lama kelamaan akan menyebabkan batang
menjadi kering dan akhirnya tanaman mati.
459
Hal ini dikarenakan banyaknya cairan pada
tanaman yang dihisap oleh wereng coklat.
Menurut dari Diratmaja dan Permadi
(2005), wereng coklat merusak tanaman
padi dengan cara mengisap cairan sel batang
tanaman padi, sehingga pertumbuhan
tanaman terhambat dan jika populasinya
tinggi dapat menyebabkan tanaman padi mati
kekeringan atau kelihatan seperti terbakar
(hopperburn).
Masa Infeksi. Hasil penelitian menunjukkan
empat jenis genotip padi setelah diinfeksi
wereng coklat menunjukkan munculnya
gejala setiap tanaman berbeda (Tabel 2).
Diantara semua tanaman yang di uji,
genotip Habo merupakan genotip yang
menimbulkan gejala di awal lebih cepat di
bandingan dengan genotip Sampara, Ranta
dan Njengi. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat ketahanan dari masing - masing
genotip padi memiliki perbedaan terhadap
serangan wereng coklat.
Faktor pendukung yang menyebabkan
terjadinya serangan wereng coklat pada
tanaman adalah ketahanan suatu varietas
(Sembiring, dkk., 2010).
Intesitas Serangan
Intesitas Serangan Mutlak. Tingkat
kerusakan yang terjadi pada empat genotip
padi lokal banggai memiliki perbedaan,
dimana tingkat kerusakan yang tinggi
dialami oleh genotip Ranta dengan intensitas
serangan sebesar 93%, dan tingkat
kerusakan terendah dialami oleh genotip
Njengi dengan intensitas serangan sebesar
73%. Sementara tingkat kerusakan yang
dialami oleh genotip Habo adalah 80%, dan
genotip Sampara dengan intensitas serangan
sebesar 87%. Intensitas serangan yang
terjadi pada 4 genotip padi lokal banggai
memiliki perbedaan, hal ini dikarenakan
morfologi pada empat genotip tanaman uji
memiliki perbedaan, perbedaan morfologi
itu dapat terlihat pada bagian bulu daun,
bulu daun yang halus pada genotip Ranta
menyebabkan genotip ini memiliki tingkat
kerusakan tertinggi, jika dibandingkan
dengan genotip lainnya. Faktor biofisik
seperti morfologi, anatomi warna tumbuhan,
tinggi tanaman, panjang dan lebar daun
bendera, besar batang, dan licinnya
permukaan daun berpengaruh terhadap
tingkat kerusakan suatu tanaman (Sodiq,
2009).
Intesitas Serangan bervariasi. Tingkat
kerusakan yang terjadi pada empat genotip
padi lokal banggai memiliki perbedaan
dimana tingkat kerusakan tertinggi dialami
oleh genotip Habo dengan intensitas serangan
sebesar 65%, sementara tingkat kerusakan
yang dialami oleh genotip Ranta berada
pada urutan selanjutnya dengan intensitas
serangan sebesar 61%, dan tingkat kerusakan
yang dialami oleh genotip Njengi dan
Sampara adalah sama, dengan intensitas
serangan sebesar 59%. Perbedaan intensitas
serangan dialami oleh genotip tanaman
kemungkinan dipengaruhi oleh faktor morfologi
tanaman dan sifat sifat yang terkandung
dalam tanaman itu sendiri. Salah satu sifat
yang dimiliki oleh tanaman adalah genetik,
yaitu sifat tahan yang diatur oleh gen - gen
tertentu yang dapat diwariskan.
Tingkat ketahanan tanaman pada
umumnya memiliki perbedaan, hal ini
dipengaruhi oleh faktor biofisik seperti
morfologi, anatomi dan warna tumbuhan
mempengaruhi ketahanan suatu varietas.
Tumbuhan menjadi lebih disenangi atau
sebaliknya oleh serangga, tergantung dari
besarnya peranan setiap faktor atau
kombinasi dari ketiga faktor di atas (Sodik,
2009).
Sementara itu faktor biokimia juga
merupakan salah satu faktor yang dapat
menyebabkan perbedaan ketahanan tanaman
terhadap serangga tertentu. Faktor biokimia
yang berperan dalam perbedaan tingkat
ketahanan tanaman yaitu yang menghambat
460
proses fisiologi dan kurangnya salah satu
unsur pakan yang diperlukan oleh serangga
pada tanaman. Penghambat fisiologi antara
lain adalah alkaloida beracun yang banyak
pada tumbuhan (Sodik, 2009).
Ketahanan Beberapa Genotip Padi Lokal
Banggai. Tingkat ketahanan genotip padi
yang diuji menunjukkan respon yang
berbeda. Genotip Habo termasuk dalam
kategori agak rentan,dengan nilai rata – rata
kerusakan adalah 5. dan tiga genotip (Ranta,
Sampara, dan Njengi) mempunyai tingkat
ketahanan yang sama yaitu dalam kategori
Agak Tahan, dengan nilai rata - rata kerusakan
adalah 3. Hal ini didukung dengan kriteria
ketahanan yang menyatakan bila nilai
modus skor berada pada nilai 0, galur
tersebut dikatakan sangat tahan (ST) atau
highly resistant. Bila nilai modus skor
berada pada nilai 1, galur tersebut dikatakan
tahan (T) atau resistant. Bila nilai modus
skor berada pada nilai 3, galur tersebut
dikatakan agak tahan (AT) atau moderately
resistant. Bila nilai modus skor berada pada
nilai 5, galur tersebut dikatakan agak rentan
(AR) (IRRI, 2002).
Selain dari skoring rata - rata kerusakan,
kriteria ketahanan tanaman juga dapat
dilihat dari tampilan morfologi yang
ditunjukkan oleh semua genotip yaitu pada
bagian batang yang agak keras. Hal ini
didukung oleh penelitian sebelumnya.Dari
segi morfologi, varietas tahan dan agak
tahan memiliki batang yang keras dan
permukaan daun yang agak kasar. Hal yang
demikian pada umumnya kurang disukai
oleh wereng batang coklat. Batang yang
keras dan daun yang kasar diduga dapat
menyulitkan wereng batang coklat saat
menusukkan alat pada mulutnya untuk
mengisap cairan tanaman dan dapat pula
menyebabkan kematian pada nimfa karena
tidak dapat makan (Qomaroodin, 2006).
Ketahanan jenis ini termasuk dalam
ketahanan preferensi/non preferensi atau
disukai atau tidak disukainya suatu tanaman
oleh serangga sebagai tempat bertelur,
berlindung, sebagai makanannya atau kombinasi
dari ketiganya. Preferensi serangga terhadap
suatu tanaman inang dapat disebabkan oleh
adanya rangsangan fisis (mekanis) maupun
kimiawi yang ada pada tanaman tersebut.
Preferensi serangga terhadap stimuli
mekanis yang berasal dari struktur fisik
maupun sifat permukaan tanaman. Struktur
dan sifat fisik permukaan tanaman meliputi
antara lain, tebalnya kulit, panjang dan
lebatnya bulu-bulu pada permukaan daun,
besarnya stomata dan tebalnya lapisan
kutikula. Preferensi serangga terhadap
mekanis tersebut erat hubungannya dengan
struktur dari alat-alat dan cara mengambil
pakan maupun peletakkan telur yang
dimilikinya. Kimiawi bisa berupa rangsangan
bau, rasa yang dimiliki tanaman antara lain
zat alkaloid, minyak atheris, lemak dan
lain sebagainya (Sodik, 2009).
Selain dari segi skoring dan
tampilan morfologi, penentuan kriteria
tahan juga didukung oleh respon yang
ditunjukan oleh tanaman selama proses
infestasi, dimana tanaman yang tahan
memiliki sifat untuk menolak serangan dari
wereng coklat, hal ini juga didukung oleh
(Untung, 2001), yang menyatakan bahwa
varietas tahan memungkinkan memiliki
sifat - sifat (menolak) yang mengalahkan
sifat - sifat yang menyebabkan hama
tertarik.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
Empat genotip padi lokal Banggai yang
diuji (Habo, Ranta, Sampara dan Njengi),
termasuk dalam kategori Agak Tahan terhadap
serangan wereng coklat (Nilaparvata lugens
Stall).
Genotip padi lokal Banggai yang
mempunyai intensitas serangan bervariasi
yang tertinggi diperoleh oleh genotip Habo
dengan intensitas serangan sebesar 65%,
dan sebaliknya intensitas serangan bervariasi
461
yang terendah diperoleh oleh genotip Njengi
dan Sampara dengan intensitas serangan
sebesar 59%.
DAFTAR PUSTAKA
Alit D. dan K. Permadi. 2005. Serangan dan
Populasi
Wereng
Batang
Coklat
(Nilaparvata lugens Stal) pada Padi di
Cirebon, Indramayu
dan Karawang.
Jurnal Agrivigor. 5 (1): 13-15.
Asniah dan A. Khaeruni, 2006. Pengaruh Waktu
Aplikasi VA Mikoriza dalam Mengendalikan
Penyakit
Layu
Fusarium
(Fusarium
oxysporum) pada Tanaman Tomat. Agriplus.
16 (1): 2 – 17.
Baehaki SE. 2007. Perkembangan Wereng Coklat
Biotipe
4.
Available
at:
http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/171
/pdf/Perkembangan Wereng Coklat Biotipe
4.pdf. [accessed 12 September 2014].
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBPTP),
2009. Wereng batang cokelat. http://www.
bbpadi.litbang.deptan.go.id.[accessed
12
September 2014].
Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BPTPH), 2012. Serangan Hama di Sulawesi
Tengah.antarasulteng.com [accessed 12
September 2014].
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Pertanian (Balitbangtan), 2005. Serangan
Hama Wereng Batang Coklat (WBC) di
Jawa
Tengah.
Available
at:
http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/
233. varietas padi terhadap biologi wereng
coklat biotipe 2. Penelitian Pertanian.
7(1):4-6.
Harahap I.S. dan B. Tjahjono, 2003. Pengendalian
Hama dan Penyakit Padi. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Hermawan, E. 2007. Waspadai Wereng Coklat
Biotipe
Baru
http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/
432. [accessed12 September 2014].
Irawan dan Purbayanti 2008. Manusia, Budaya, dan
Lingkungan : Kajian Ekologi Manusia.
Humaniora Utama Press. Bandung.
International Rice Research Institute (IRRI). 2002.
Standar Evaluation System for Rice (SES).
Los Banos: International Rice Research
Institute.
Sodiq, M., 2009. Ketahanan Tanaman Terhadap
Hama Materi Perkuliahan Mahasiswa Fakultas
Pertanian
Universitas
Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Saleh. M. S., M. Yunus, dan F. Pasaru. 2009.
Eksplorasi padi gogo lokal di Kabupaten
Banggai. Media Litbang Sulteng, 2 (1): 1520.
Sembiring H., Sudir, dan P. Wardana. 2010. Lima
Langkah Antisipasi Wereng Coklat. Sinar
Tani. Edisi 12-18 Mei 2010 No.3354
Suradji, 2003. Dasar-dasar Ilmu Penyakit
Tumbuhan. Penebar Swadaya. Depok.
Untung, K., 2001. Pengantar Pengelolaan Hama
Terpadu. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.273p.
Qomaroodin. 2006. Teknik Uji Ketahanan
Varietas/Galur Harapan Padi Pasang Surut
Terhadap
Wereng
Batang
Coklat
(Nilaparvata lugens Stall). Buletin Teknik
Pertanian 11 (2): 23-25.
462
ISSN : 2338 -3011
KETAHANAN BEBERAPA GENOTIP PADI LOKAL BANGGAI
TERHADAP SERANGAN WERENG COKLAT
(Nilaparvata lugensSTALL) (HEMIPTERA: DELPHACIDAE)
Resistance of Several Genotypeof Local Banggai Rice Toward Brown Plant hopper
(Nilaparvata Lugens Stall) (Hemiptera: Delphacidae)
Intan Purnama Sari 1), Mohammad Yunus2), Hasriyanty2)
1)
2)
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
Staf Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
e-mail: [email protected]
e-mail: [email protected]
e-mail: [email protected]
ABSTRACT
The objective of this research was to study the resistance of several genotype of local Banggai rice
crop to brown planthopper (Nilaparvata lugens Stall). This research was carried out at the screen
house of pest and diseases plant Laboratory Agriculture Faculty Tadulako University, Palu,on
September 2014 to January 2015. Four genotypes of local Banggai rice plant (Njengi, Habo, Ranta
and Sampara), were tested that performed, there are three genotypes (Njengi, Ranta, and Sampara)
moderately resistantto brown planthopper,and one genotype (Habo),was categories of moderately
susceptibleto brown planthopper.The highest damage level was shown by genotype Habo ( 65 % ),
and the lowest were Njengi and Sampara genotype ( 59 % ).
Key Words : Resilience varieties, brown planthopper, attack intensity, local rice Banggai.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan beberapa genotip padi lokal Banggai terhadap
wereng coklat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium hama dan penyakit tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Tadulako Palu. Penelitian ini berlangsung pada bulan September
2014 sampai dengan Januari 2015. Pada penelitian ini digunakan empat genotip padi lokal Banggai
yaitu Njengi, Habo, Ranta dan Sampara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan Standar
Evaluation System For Rice, dari empat genotip padi lokal Banggai yang diuji, tiga genotip padi
lokal banggai (Njengi, Ranta, dan Sampara) termasuk kategori agak tahan terhadap wereng coklat
dan satu genotip (Habo), termasuk kategori agak rentan terhadap wereng coklat. Tingkat kerusakan
tertinggi ditunjukkan oleh genotip habo (65%), dan terendah pada genotip njengi dan sampara
(59%).
Kata Kunci: Ketahanan varietas, wereng coklat, intensitas serangan, padi lokal Banggai.
PENDAHULUAN
Padi (Oryza sativa L.) merupakan
komoditas pangan yang mendapat prioritas
utama dalam pembangunan pertanian.
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk,
maka kebutuhan beras di negara kita
semakin meningkat. Untuk mengimbangi
dan mengatasi kebutuhan yang terus
meningkat maka diperlukan upaya keras
dalam meningkatkan produksi beras baik
secara kualitas maupun kuantitas (BBPTP,
2009). Pada kenyataan di lapangan,
pembudidayaan tanaman padi tidak pernah
455
terhindar dari adanya serangan hama
yang menimbulkan pengurangan hasil.
Salah satu jenis hama padi yang paling
sering ditemukan pada lahan pertanaman
padi dan menimbulkan kerugian yang
cukup besar adalah wereng (Hermawan,
2007).
Wereng merupakan hama padi yang
paling banyak menimbulkan keresahan
petani ketika musim tanam padi. Adapun
Jenis wereng yang paling sering dijumpai di
Lapangan, dan menimbulkan kerusakan yang
cukup tinggi adalah wereng batang cokelat
(Nilaparvata lugens Stall). Wereng coklat
mampu menimbulkan kerusakan yang cepat
dan cukup parah pada pertanaman padi
(Harahap dan Tjahjono, 2003).
Sejak tahun 1970 berbagai teknik
pengendalian telah digunakan untuk
menurunkan populasi N. lugens, salah
satunya adalah penggunaan varietas tahan
(Baehaki 2007; Balitbangtan, 2005).
Menurut Fox dalam Irawan dan
Purbayanti (2008), di Indonesia tercatat
lebih dari 8.000 varietas padi lokal
yang bisa ditanam petani. Sulawesi Tengah
juga memiliki beragam jenis padi lokal,
utamanya
padi
ladang
dan
telah
dibudidayakan secara turun temurun. Padi
Lokal Banggai merupakan salah satu jenis
padi yang memiliki aroma wangi dan
pulen sehingga tetap dibudidayakan oleh
masyarakat, namun ketahanannya terhadap
serangan wereng coklat belum diteliti
lebih lanjut (BPTPH, 2012).
Oleh karena itu peneliti menggunakan
varietas - varietas padi lokal Banggai
untuk mengetahui ketahanannya terhadap
N. lugens.
Penelitian
bertujuan
untuk
mengetahui tingkat ketahanan beberapa
genotipe padi lokal Banggai terhadap
serangan wereng coklat (N. lugens Stall),
Hasil
penelitian
diharapkan
dapat
melengkapi deskripsi genotipe padi lokal
Banggai yang menyangkut ketahanan
varietas sesuai Standard Evaluation System
For Rice.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di
Rumah Kasa dan Laboratorium Hama dan
Penyakit Tumbuhan Universitas Tadulako,
Palu. Yang dilaksanakan pada bulan
September 2014 sampai Januari 2015.
Alat yang digunakan yaitu kain
kasa, kotak perbanyakan wereng coklat,
kamera digital (alat dokumentasi), alat tulis
menulis, pot, plastik, toples, meteran,
ember, kayu, plastik milar, sekop, cangkul,
pinset, benang, dan paranet. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah tanah serta
bahan organik (pupuk kandang), air, wereng
coklat, dan benih padi dari beberapa
genotipe padi lokal Banggai yaitu genotip
Njengi, Habo, Ranta, Sampara. Genotipe
padi lokal Banggai diperoleh dari
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih
Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako
Pada penelitian ini digunakan empat
genotip padi lokal Banggai yaitu genotip
Njengi, Habo, Ranta, Sampara, Setiap jenis
padi di uji sebanyak 15 tanaman sehingga
diperoleh 60 unit perlakuan. Uji ini
dilakukan dirumah kasa.
Perbanyakan
Wereng
Coklat
(Nilaparvata lugen Stall)
Wereng coklat yang digunakan
dalam penelitian ini diperoleh dari tanaman
padi milik petani di Desa Mpana Kecamatan
Biromaru Kabupaten Sigi kemudian di
perbanyak ditempat penyungkupan yang ada
di Rumah Kasa. Sungkup dibuat dari kain
kasa dengan tiang besi setinggi 1 meter
dengan lebar 60 cm dan sebagai pakan
adalah bibit milik petani yang diambil di
Lapangan tanaman berumur 2 minggu
setelah tanam (MST).
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah
media tanah yang di ambil dari daerah
sekitar Laboratorium. Tanah diambil dan
digemburkan dengan menggunakan cangkul
dan sekop. Selanjutnya tanah dibersihkan
dari kotoran, dan dicampurkan 1 kg pupuk
kandang dan 2 kg tanah. Campuran tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam talang
plastik persegi empat, untuk kemudian
digunakan sebagai persemaian.
456
Persemaian
Persemaian dibuat di dalam talang
plastik persegi empat (ukuran) yang telah
disiapkan sebelumnya. Masing - masing
varietas disemai secara terpisah. Sebelum
disemai benih dari empat genotip padi
lokal Banggai terlebih dahulu direndam
selama 24 jam, untuk merangsang
perkecambahan. Selanjutnya ditanam secara
langsung pada media tanam yang sudah
disiapkan dan dipelihara sampai tanaman
padi berumur 14 hari dan siap untuk
dipindahkan kedalam pot berdiameter 7,5
cm dan selanjutnya di Infestasikan wereng
coklat.
Perawatan Tanaman
Padi yang telah siap kemudian
dipindahkan kedalam pot berdiameter 7,5
cm dan diberi sungkupan yang telah terbuat
dari kertas milar dengan ukuran 22 cm x 33
cm. Gulma-gulma yang tumbuh dibersihkan
agar tidak terjadi persaingan gulma dengan
tanaman padi.
Infeksi Wereng Coklat pada Tanaman
Padi
Wereng
coklat
yang
sudah
diperbanyak diinfeksikan pada tanaman
padi yang telah dipelihara sebelumnya.
Setiap batang diinfeksi dengan dua ekor
wereng coklat stadia imago secara merata.
Lamanya waktu penyimpanan wereng coklat
didalam tanaman yang telah disungkup
adalah selama tujuh hari. Hal ini dilakukan
karena diharapkan dalam waktu tujuh hari
wereng coklat telah mampu memberikan
dampak kerusakan pada tanaman padi yang
diuji.
Kerusakan yang terjadi pada tanaman
padi biasanya terlihat pada 7 - 10 hari
setelah infeksi, sebab pada saat ini 90%
varietas rentan mati atau mati seluruhnya
(IRRI, 2002).
Wereng coklat yang berada pada
tanaman uji selama 7 hari selanjutnya akan
dikeluarkan dan dimusnahkan hal ini
dilakukan agar wereng coklat tidak akan
merusak tanaman padi yang lain (IRRI,
2002).
Parameter Pengamatan
Gejala pada Tanaman. Pengamatan gejala
serangan pada tanaman dengan melihat
secara langsung gejala awal pada bagian
tanaman, sampai munculnya gejala setelah
masa infeksi pada bagian tanaman padi
yang terserang.
Masa Infeksi. Masa infeksi dihitung sejak
periode inkubasi sampai waktu munculnya
gejala pada semua jenis genotip padi (Habo,
Ranta, Sampara dan Njengi).
Intensitas Serangan
Pengamatan intensitas serangan
dihitung dengan menggunakan dua rumus
yang berbeda.
a. Intensitas Serangan Mutlak.
Pengamatan terhadap intensitas
serangan hama wereng coklat terhadap
beberapa genotip padi lokal banggai
dilakukan dengan melihat gejala serangan
pada tanaman padi. Pengamatan dilakukan
satu hari setelah proses investasi dan proses
pengamatan ini dilakukan selama delapan
minggu. Untuk menghitung intensitas serangan
mutlak menggunakan rumus Suradji (2003).
�
P = � 100%
N
Keterangan:
P = Intensitas serangan mutlak
n = Banyaknya tanaman padi yang yang
terserang
N = Jumlah tanaman padi yang diamati.
b. Intensitas Serangan Bervariasi.
Pengamatan terhadap intensitas
serangan bervariasi hama wereng coklat
terhadap beberapa genotip padi lokal
Banggai dilakukan dengan melihat gejala
serangan pada tanaman padi. Pengamatan
dilakukan satu hari setelah proses investasi
dilakukan dan proses pengamatan ini
dilakukan selama delapan minggu. Untuk
menghitung intensitas serangan bervariasi
457
mengacu pada Townsend and Hueberger
(1948) dalam Asniah & Khaeruni (2006)
dengan rumus sebagai berikut :
I=
∑ ni. vi
� 100%
N. Z
Keterangan:
I = Intensitas serangan (%)
ni = Banyaknya tanaman yang diamati
dari setiap kategori serangan
vi = Nilai skala dari tiap kategori
Z = Nilai skala dari tiap kategori
serangan tertinggi
N = Jumlah tanaman yang diamati
Tingkat Ketahanan Padi. Penentuan
tingkat ketahanan tanaman padi, dapat
dilihat dengan melakukan perhitungan atau
skoring kerusakan yang dilakukan setiap
hari. Awal pengamatan dimulai satu hari
setelah infestasi wereng coklat. Pengamatan
dilakukan selama 8 minggu. Penentuan skor
ketahanan padi berdasarkan Standard
Evaluation System for Rice (IRRI 2002)
(Tabel 1).
tercepat yaitu pada jenis Habo (3 hari
setelah infeksi) dan terlama pada padi
genotipe Njengi (6 hari setelah infeksi)
(Tabel 2).
Tabel
Skor
Masa Infeksi Wereng Coklat pada
Tanaman Padi. Hasil pengamatan tanaman
padi yang telah diinfeksi dengan wereng
coklat pada genotip Habo, Ranta, Sampara,
dan Njengi terlihat bahwa rata-rata
munculnya gejala pada setiap tanaman
memiliki perbedaan. Kemunculan gejala
Gejala
Ketahanan
Kriteria
Tidak ada kerusakan
Sangat
Tahan
1
Kerusakan sangat sedikit
dengan kerusakan ujung
daun pertama dan kedua
dari tanaman uji kurang
dari 1%.
Daun pertama dan
kedua tanaman uji dari
kebanyakan satu galur
/varietas
menguning
sebagian.
Tanaman menguning
dan kerdil jelas atau
sekitar 10 - 25% tanaman
uji dari satu galur /varietas
layu.
Lebih dari setengah
tanaman uji dari satu
galur/varietas layu atau
mati dan tanaman sisa
sangat
kerdil
atau
mengering
Semua tanaman uji dari
satu galur/varietas mati
Tahan
3
5
Hasil
Gejala pada Tanaman. Hasil pengamatan
yang dilakukan pada genotip padi lokal
Banggai setelah infeksi pada tanaman
menunjukkan adanya gejala tusukan pada
bagian batang. Bekas tusukan tersebut
kemudian berkembang menjadi menguning,
dan lama kelamaan menyebabkan batang
tanaman berwarna coklat, kering dan mati.
(Gambar 1).
Penentuan Kriteria
Tanaman Padi.
0
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
1.
7
9
a
Agak
Tahan
Agak
Rentan
Rentan
Sangat
Rentan
b
Gambar 1. Wereng Coklat pada Batang
Padi (a). Gejala Kerusakan pada Bagian
Batang Tanaman Padi (b).
458
Tabel 2.
Rata-rata Munculnya Gejala pada
Tanaman Padi.
Munculnya
Genotip
Gejala HSI
Habo
3
Ranta
5
Sampara
5
Njengi
6
Intesitas Serangan Mutlak. Intensitas
serangan mutlak pada genotip tanaman padi
lokal Banggai dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.
Intensitas
Serangan
Mutlak
Genotip Padi Lokal Banggai.
Intensitas Serangan
Genotip
Mutlak 8 MSI
Habo
80%
Ranta
93%
Sampara
87%
Njengi
73%
Pengamatan intensitas serangan mutlak
wereng coklat pada beberapa genotip padi
lokal Banggai dapat terlihat bahwa tingkat
kerusakan yang terjadi pada empat genotip
padi lokal Banggai memiliki perbedaan
dimana tingkat kerusakan yang tertinggi
dialami oleh genotip Ranta dengan
intensitas serangan sebesar 93%, sementara
tingkat kerusakan terendah dialami oleh
Njengi dengan intensitas serangan sebesar
73%.
Intensitas Serangan Bervariasi. Intensitas
serangan bervariasi pada genotip tanaman
padi lokal Banggai dapat dilihat pada Tabel
4.
Tabel
4.
Intensitas Serangan Bervariasi
Genotip Padi Lokal Banggai
Intensitas Serangan
Genotip
Bervariasi 8 MSI
Habo
65%
Ranta
61%
Sampara
59%
Njengi
59%
Pengamatan intensitas serangan
bervariasi wereng coklat pada beberapa
genotip padi lokal Banggai, dapat terlihat
bahwa tingkat kerusakan yang terjadi pada
empat genotip padi lokal Banggai memiliki
perbedaan dimana tingkat kerusakan tertinggi
dialami oleh genotip Habo dengan intensitas
serangan sebesar 65%, sementara tingkat
kerusakan yang dialami oleh genotip Ranta
berada pada urutan selanjutnya dengan
intensitas serangan sebesar 61%, dan
tingkat kerusakan yang dialami oleh genotip
Njengi dan Sampara adalah sama, dengan
intensitas serangan sebesar 59%.
Ketahanan Beberapa Genotip Padi Lokal
Banggai. Penentuan ketahanan suatu
genotip dapat dilihat berdasarkan hasil rata rata skoring dari pengamatan yang telah
dilakukan, hasil tersebut dapat dilihat pada
tabel 5.
Berdasarkan pengamatan yang telah
diperoleh pada penelitian ini dari empat
genotip padi lokal Banggai yang diuji
(Habo, Ranta, Sampara, dan Njengi).
Genotip Habo termasuk dalam kategori
agak rentan, dan tiga genotip (Ranta,
Sampara, dan Njengi) mempunyai tingkat
ketahanan yang sama yaitu dalam kategori
Agak Tahan.
Rata – rata Skoring Ketahanan
Genotip Padi Lokal Banggai
terhadap Serangan Wereng Coklat
(Nilaparvata lugen Stall).
Skoring
Genotip
Kerusakan
Kriteria
Genotip Padi
Habo
5
Agak
Rentan
Ranta
3
Agak Tahan
Tabel 5.
Sampara
3
Agak Tahan
Njengi
3
Agak Tahan
Pembahasan
Gejala Serangan. Gejala serangan pada
tanaman padi yang diakibatkan oleh wereng
coklat dapat dilihat secara langsung
dimulai pada bagian batang yang
mengalami perubahan warna coklat, yang
lama kelamaan akan menyebabkan batang
menjadi kering dan akhirnya tanaman mati.
459
Hal ini dikarenakan banyaknya cairan pada
tanaman yang dihisap oleh wereng coklat.
Menurut dari Diratmaja dan Permadi
(2005), wereng coklat merusak tanaman
padi dengan cara mengisap cairan sel batang
tanaman padi, sehingga pertumbuhan
tanaman terhambat dan jika populasinya
tinggi dapat menyebabkan tanaman padi mati
kekeringan atau kelihatan seperti terbakar
(hopperburn).
Masa Infeksi. Hasil penelitian menunjukkan
empat jenis genotip padi setelah diinfeksi
wereng coklat menunjukkan munculnya
gejala setiap tanaman berbeda (Tabel 2).
Diantara semua tanaman yang di uji,
genotip Habo merupakan genotip yang
menimbulkan gejala di awal lebih cepat di
bandingan dengan genotip Sampara, Ranta
dan Njengi. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat ketahanan dari masing - masing
genotip padi memiliki perbedaan terhadap
serangan wereng coklat.
Faktor pendukung yang menyebabkan
terjadinya serangan wereng coklat pada
tanaman adalah ketahanan suatu varietas
(Sembiring, dkk., 2010).
Intesitas Serangan
Intesitas Serangan Mutlak. Tingkat
kerusakan yang terjadi pada empat genotip
padi lokal banggai memiliki perbedaan,
dimana tingkat kerusakan yang tinggi
dialami oleh genotip Ranta dengan intensitas
serangan sebesar 93%, dan tingkat
kerusakan terendah dialami oleh genotip
Njengi dengan intensitas serangan sebesar
73%. Sementara tingkat kerusakan yang
dialami oleh genotip Habo adalah 80%, dan
genotip Sampara dengan intensitas serangan
sebesar 87%. Intensitas serangan yang
terjadi pada 4 genotip padi lokal banggai
memiliki perbedaan, hal ini dikarenakan
morfologi pada empat genotip tanaman uji
memiliki perbedaan, perbedaan morfologi
itu dapat terlihat pada bagian bulu daun,
bulu daun yang halus pada genotip Ranta
menyebabkan genotip ini memiliki tingkat
kerusakan tertinggi, jika dibandingkan
dengan genotip lainnya. Faktor biofisik
seperti morfologi, anatomi warna tumbuhan,
tinggi tanaman, panjang dan lebar daun
bendera, besar batang, dan licinnya
permukaan daun berpengaruh terhadap
tingkat kerusakan suatu tanaman (Sodiq,
2009).
Intesitas Serangan bervariasi. Tingkat
kerusakan yang terjadi pada empat genotip
padi lokal banggai memiliki perbedaan
dimana tingkat kerusakan tertinggi dialami
oleh genotip Habo dengan intensitas serangan
sebesar 65%, sementara tingkat kerusakan
yang dialami oleh genotip Ranta berada
pada urutan selanjutnya dengan intensitas
serangan sebesar 61%, dan tingkat kerusakan
yang dialami oleh genotip Njengi dan
Sampara adalah sama, dengan intensitas
serangan sebesar 59%. Perbedaan intensitas
serangan dialami oleh genotip tanaman
kemungkinan dipengaruhi oleh faktor morfologi
tanaman dan sifat sifat yang terkandung
dalam tanaman itu sendiri. Salah satu sifat
yang dimiliki oleh tanaman adalah genetik,
yaitu sifat tahan yang diatur oleh gen - gen
tertentu yang dapat diwariskan.
Tingkat ketahanan tanaman pada
umumnya memiliki perbedaan, hal ini
dipengaruhi oleh faktor biofisik seperti
morfologi, anatomi dan warna tumbuhan
mempengaruhi ketahanan suatu varietas.
Tumbuhan menjadi lebih disenangi atau
sebaliknya oleh serangga, tergantung dari
besarnya peranan setiap faktor atau
kombinasi dari ketiga faktor di atas (Sodik,
2009).
Sementara itu faktor biokimia juga
merupakan salah satu faktor yang dapat
menyebabkan perbedaan ketahanan tanaman
terhadap serangga tertentu. Faktor biokimia
yang berperan dalam perbedaan tingkat
ketahanan tanaman yaitu yang menghambat
460
proses fisiologi dan kurangnya salah satu
unsur pakan yang diperlukan oleh serangga
pada tanaman. Penghambat fisiologi antara
lain adalah alkaloida beracun yang banyak
pada tumbuhan (Sodik, 2009).
Ketahanan Beberapa Genotip Padi Lokal
Banggai. Tingkat ketahanan genotip padi
yang diuji menunjukkan respon yang
berbeda. Genotip Habo termasuk dalam
kategori agak rentan,dengan nilai rata – rata
kerusakan adalah 5. dan tiga genotip (Ranta,
Sampara, dan Njengi) mempunyai tingkat
ketahanan yang sama yaitu dalam kategori
Agak Tahan, dengan nilai rata - rata kerusakan
adalah 3. Hal ini didukung dengan kriteria
ketahanan yang menyatakan bila nilai
modus skor berada pada nilai 0, galur
tersebut dikatakan sangat tahan (ST) atau
highly resistant. Bila nilai modus skor
berada pada nilai 1, galur tersebut dikatakan
tahan (T) atau resistant. Bila nilai modus
skor berada pada nilai 3, galur tersebut
dikatakan agak tahan (AT) atau moderately
resistant. Bila nilai modus skor berada pada
nilai 5, galur tersebut dikatakan agak rentan
(AR) (IRRI, 2002).
Selain dari skoring rata - rata kerusakan,
kriteria ketahanan tanaman juga dapat
dilihat dari tampilan morfologi yang
ditunjukkan oleh semua genotip yaitu pada
bagian batang yang agak keras. Hal ini
didukung oleh penelitian sebelumnya.Dari
segi morfologi, varietas tahan dan agak
tahan memiliki batang yang keras dan
permukaan daun yang agak kasar. Hal yang
demikian pada umumnya kurang disukai
oleh wereng batang coklat. Batang yang
keras dan daun yang kasar diduga dapat
menyulitkan wereng batang coklat saat
menusukkan alat pada mulutnya untuk
mengisap cairan tanaman dan dapat pula
menyebabkan kematian pada nimfa karena
tidak dapat makan (Qomaroodin, 2006).
Ketahanan jenis ini termasuk dalam
ketahanan preferensi/non preferensi atau
disukai atau tidak disukainya suatu tanaman
oleh serangga sebagai tempat bertelur,
berlindung, sebagai makanannya atau kombinasi
dari ketiganya. Preferensi serangga terhadap
suatu tanaman inang dapat disebabkan oleh
adanya rangsangan fisis (mekanis) maupun
kimiawi yang ada pada tanaman tersebut.
Preferensi serangga terhadap stimuli
mekanis yang berasal dari struktur fisik
maupun sifat permukaan tanaman. Struktur
dan sifat fisik permukaan tanaman meliputi
antara lain, tebalnya kulit, panjang dan
lebatnya bulu-bulu pada permukaan daun,
besarnya stomata dan tebalnya lapisan
kutikula. Preferensi serangga terhadap
mekanis tersebut erat hubungannya dengan
struktur dari alat-alat dan cara mengambil
pakan maupun peletakkan telur yang
dimilikinya. Kimiawi bisa berupa rangsangan
bau, rasa yang dimiliki tanaman antara lain
zat alkaloid, minyak atheris, lemak dan
lain sebagainya (Sodik, 2009).
Selain dari segi skoring dan
tampilan morfologi, penentuan kriteria
tahan juga didukung oleh respon yang
ditunjukan oleh tanaman selama proses
infestasi, dimana tanaman yang tahan
memiliki sifat untuk menolak serangan dari
wereng coklat, hal ini juga didukung oleh
(Untung, 2001), yang menyatakan bahwa
varietas tahan memungkinkan memiliki
sifat - sifat (menolak) yang mengalahkan
sifat - sifat yang menyebabkan hama
tertarik.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
Empat genotip padi lokal Banggai yang
diuji (Habo, Ranta, Sampara dan Njengi),
termasuk dalam kategori Agak Tahan terhadap
serangan wereng coklat (Nilaparvata lugens
Stall).
Genotip padi lokal Banggai yang
mempunyai intensitas serangan bervariasi
yang tertinggi diperoleh oleh genotip Habo
dengan intensitas serangan sebesar 65%,
dan sebaliknya intensitas serangan bervariasi
461
yang terendah diperoleh oleh genotip Njengi
dan Sampara dengan intensitas serangan
sebesar 59%.
DAFTAR PUSTAKA
Alit D. dan K. Permadi. 2005. Serangan dan
Populasi
Wereng
Batang
Coklat
(Nilaparvata lugens Stal) pada Padi di
Cirebon, Indramayu
dan Karawang.
Jurnal Agrivigor. 5 (1): 13-15.
Asniah dan A. Khaeruni, 2006. Pengaruh Waktu
Aplikasi VA Mikoriza dalam Mengendalikan
Penyakit
Layu
Fusarium
(Fusarium
oxysporum) pada Tanaman Tomat. Agriplus.
16 (1): 2 – 17.
Baehaki SE. 2007. Perkembangan Wereng Coklat
Biotipe
4.
Available
at:
http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/171
/pdf/Perkembangan Wereng Coklat Biotipe
4.pdf. [accessed 12 September 2014].
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBPTP),
2009. Wereng batang cokelat. http://www.
bbpadi.litbang.deptan.go.id.[accessed
12
September 2014].
Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BPTPH), 2012. Serangan Hama di Sulawesi
Tengah.antarasulteng.com [accessed 12
September 2014].
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Pertanian (Balitbangtan), 2005. Serangan
Hama Wereng Batang Coklat (WBC) di
Jawa
Tengah.
Available
at:
http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/
233. varietas padi terhadap biologi wereng
coklat biotipe 2. Penelitian Pertanian.
7(1):4-6.
Harahap I.S. dan B. Tjahjono, 2003. Pengendalian
Hama dan Penyakit Padi. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Hermawan, E. 2007. Waspadai Wereng Coklat
Biotipe
Baru
http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/
432. [accessed12 September 2014].
Irawan dan Purbayanti 2008. Manusia, Budaya, dan
Lingkungan : Kajian Ekologi Manusia.
Humaniora Utama Press. Bandung.
International Rice Research Institute (IRRI). 2002.
Standar Evaluation System for Rice (SES).
Los Banos: International Rice Research
Institute.
Sodiq, M., 2009. Ketahanan Tanaman Terhadap
Hama Materi Perkuliahan Mahasiswa Fakultas
Pertanian
Universitas
Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Saleh. M. S., M. Yunus, dan F. Pasaru. 2009.
Eksplorasi padi gogo lokal di Kabupaten
Banggai. Media Litbang Sulteng, 2 (1): 1520.
Sembiring H., Sudir, dan P. Wardana. 2010. Lima
Langkah Antisipasi Wereng Coklat. Sinar
Tani. Edisi 12-18 Mei 2010 No.3354
Suradji, 2003. Dasar-dasar Ilmu Penyakit
Tumbuhan. Penebar Swadaya. Depok.
Untung, K., 2001. Pengantar Pengelolaan Hama
Terpadu. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.273p.
Qomaroodin. 2006. Teknik Uji Ketahanan
Varietas/Galur Harapan Padi Pasang Surut
Terhadap
Wereng
Batang
Coklat
(Nilaparvata lugens Stall). Buletin Teknik
Pertanian 11 (2): 23-25.
462