Majalah Kiblat edisi Rajab 1437/ April 2016

Edisi Rajab 1437 / Apri 2016

KIBLAT RAJAB 1437H

1

Bismillah...
Suriah telah melewati lima
tahun dalam konlik. Sebagai
rangkaian dari Arab Spring,
Suriah mencatat waktu paling
panjang tanpa penyelesaian
yang jelas.
Sebagai akibat logis dari
perang adalah korban jiwa
dan harta. Jutaan orang
telah mengungsi dan hidup
dalam penderitaan. Namun
perhatian dunia belumlah
masih sebelah mata. Banyak
kekuatan lebih sibuh dengan

kepentingan politiknya
daripada masyarakat sipil
yang tidak berdaya.

Redaktur Ahli : Abu Zahrah, Abu
Abdurrahman Pimpinan Redaksi :
Tony Syarqi Redaksi : Agus Abdullah,
Fahruddin, Dhani el-Ashimi, Bashirudin
R, Miftahul Ihsan
MAJALAH DIGITAL KIBLAT adalah
salah satu konten dari situs berita Islam
www.kiblat.net. Dapat diunduh dan
sebarluaskan secara cuma-cuma.

Kiblat edisi ini menyajikan
secara khusus bagaimana
krisis Suriah selama lima tahun
ini. Peta politik di lapangan,
pertarungan kepentingan
dari luar, dan peran mereka

untuk Suriah menjadi bahasan
utama.
Selamat membaca!

Email : kiblatmedia@gmail.com
Donasi: BCA 7735072587
BNI 0425795674 a.n. Muh Bashirudin
Rosyed.

KIBLAT RAJAB 1437H

2

ISI
Benturan Ideologi

Peta Wilayah
Kontrol Suriah

9


Sejarah Kebencian Syiah
terhadap Ahli Sunnah

Geopolitik
Negara-Negara
Barat dalam Konflik
Suriah

16

22

34
Peran Indonesia
dalam Krisis
Suriah

4


Lima Tahun
Dalam Luka

41

KIBLAT RAJAB 1437H

3

BENTURAN
IDEOLOGI

*Peta: Al-Jazeera

Komunitas Syiah Nushairiyah atau seperti mereka sebut Alawiyyah hanya
10% saja dari seluruh penduduk Suriah. Sekitar 70%
adalah muslim Sunni, sisanya adalah minoritas
Kristen, Druz dan lainnya.
Namun kekuasaan telah
didominasi oleh keluarga Assad yang dibesarkan

dari basis Nusyairiyyah di
Lattakia. KIBLAT RAJAB 1437H 4

enyebut konlik Suriah sebagai
pertempuran ideologi (Baca: Sunni
vs Syiah) mungkin akan dipandang
lugu. Namun, ketika seorang benarbenar mengikuti perkembangan situasi di Suriah
sejak awal kemunculan, akan didapati kenyataankenyataan terkait hal itu. Bagaimana tidak, telah
jamak diketahui bahwa mayoritas (sekitar 60%)
penduduk Suriah adalah Sunni, yang dipimpin oleh
pemerintahan Alawiyah atau Nushairiyah yang
bertindak kejam terhadap rakyatnya.

M

fakta dukungan dari berbagai kelompok dan negara
yang berpihak, secara tidak langsung menunjukkan
hal itu.

Saat Perancis berada di Suriah tahun 1963,

mereka menjadikan orang-orang minoritas
Kristen, Druze dan Alawi memegang tampuk
pemerintahan. Di tahun 1966, kelompok Alawi-lah
yang akhirnya mengambil alih kekuasaan. Mereka
pun mengobarkan semangat sektarian secara
totalitas di Suriah, terutama dalam jajaran tentara
hingga pejabat.

Syaikh Musthafa Ahmad Hamid.

Maka, muncullah Haidz Assad kala itu pada
tahun 1970 memegang pucuk pimpinan di Suriah.
Dengan pengaruh tangan besinya, ia mampu
menekan lawan politik dan menyingkirkan para
pembangkang. Rezim Haidz Assad hingga turun
kepada anaknya, Bashar Assad seolah tidak
mau dinilai memiliki pemerintahan
berdasarkan sektarian.
Namun,


Rakyat yang mayoritas Sunni pun merasakan
pengaruh sektarian tersebut. Kekejaman Rezim
Nushairiyah di bawah pimpinan Assad tampak jelas.
Mereka menyembelih anak-anak, memperkosa
wanita, membakar rumah-rumah pengikut
Ahlus Sunnah, serta membombardir masjid dan
perkampungan kaum Muslimin dan lain sebagainya.
Demikian kesaksian Wakil Rabithah Ulama Suriah,

Telah lama mendapat tekanan, rakyat pun
memberontak. Pemberontakan itu bukan sebatas
berdasar penuntutan hak kemanusiaan semata,
namun untuk menuntut kebebasan dalam
menjalankan ibadah agama yang sebelumnya
berada di bawah hegemoni paham Alawi. Rakyat
tidak menghendaki jika harus bersujud kepada
Bashar Assad untuk memperoleh keamanan. Karena
hal itu menyalahi keyakinan dalam agama
mereka.


KIBLAT RAJAB 1437H

5

Usaha yang dilakukan oleh sebagian kecil
rakyat terhadap penguasanya membuahkan hasil,
di tengah kebengisan Rezim yang terus “mencabut”
nyawa rakyatnya dan menghancurkan wilayah
mereka. Maka, sorot mata dunia internasional
mengarah ke Suriah. Kaum muslimin yang peduli
dengan saudaranya tidak tinggal diam, berlombalomba untuk membantu dengan materi ataupun
non-materi. Bantuan pangan dan obat-obatan
mengalir ke Suriah. Tak hanya itu, aliran pejuang
pun terus terjadi untuk membantu saudara-saudara
Muslim yang terzalimi.

Pihak lain yang sedikit berbeda kepentingan
dengan Barat akhirnya juga ikut bermain. Rusia
mengklaim bahwa dirinya diminta rezim Bashar
Assad untuk membantu pertempuran di lapangan

melawan oposisi—walau kemungkinan ada alasan
lain terkait ideologi sosialis Partai Ba’ath yang dianut
rezim Suriah—sehingga Rusia pun membantu
dengan suka rela. Dari sinilah terjadi peningkatan
serangan, bersama sekutu Rezim yang lainnya, Rusia
terus membombardir wilayah-wilayah di Suriah
dengan dalih memerangi teroris, meski faktanya
korban terbanyak justru dari kalangan sipil.

Tak ketinggalan, mereka yang membela rezim
Suriah juga ikut memberikan sokongan. Justru, dari
sinilah kenyataan tentang konlik Suriah semakin
tampak. Negeri Iran yang menganut dasar negara
Syiah Itsna Asy’ariyah muncul tak hanya sebagai
supporter, begitu juga negara atau kelompok
lain yang berailiasi dengannya semisal Hizbullah
Lebanon. Ribuan pasukan dan relawan diterjunkan
untuk menguatkan barisan Rezim yang mendapat
perlawanan rakyatnya.


Dalih Rezim Bashar di Tengah Blokade dan
Serangan Tak Berujung

Bagi Khamenei dan para pendukungnya di Iraq
dan Iran, Suriah adalah bagian penting dari “Bulan
Sabit Syiah” yang berlaku dari Teheran ke Beirut,
melalui Baghdad dan Damaskus. Ayatollah Al-Kazim
Ha’eri, seorang ulama Syiah di Teheran menyatakan
pertempuran di Suriah adalah kewajiban untuk
membela agama.
Hakekat pertempuran sektarian antara Sunni
Syiah di Suriah menjadi tampak jelas, meskipun
dinaungi pihak-pihak lain dengan beragam
kepentingan. Barat dan sekutunya tidak ingin
penguasa Suriah saat ini, Bashar Assad terus
memimpin Suriah. Konlik ini menjadi momen
untuk mengganti pimpinan di Suriah sesuai dengan
kehendak Barat. Sehingga segala sumber daya yang
ada di Suriah dapat dikuasai dengan baik. Caranya
pun bermacam-macam, dari mempersenjatai

oposisi hingga terus mengupayakan perundingan
damai.

Rezim Suriah yang dipimpin oleh Bashar Assad
tidak sebatas melakukan bombardir terhadap
rakyatnya. Penyiksaan di penjara hingga tekanan
berupa embargo pangan pun kerap dilakukan.
Ratusan ribu rakyat Suriah di sejumlah daerah harus
merasakan kelaparan dan kekurangan obat-obatan
akibat blokade yang dilakukan Rezim.
Sebut saja di Madaya yang terletak di barat laut
Damaskus, sekitar 40.000 warga Suriah harus hidup
dalam kepungan tanpa makanan dan obat-obatan.
Belum lagi di kota-kota lainnya, termasuk di Homs,
Aleppo dan Lattakia. Ini merupakan cara baru Rezim
dalam melemahkan rakyatnya.
Apa yang dilakukan Rezim Bashar Assad
terhadap rakyatnya seolah bertolakbelakang
dengan pernyataan yang kerap dikeluarkan
pejabatnya dalam setiap perundingan. Janji manis
yang keluar tampaknya telah terbantahkan oleh
sikap yang selama ini diambil Rezim.
Dalam sebuah kesempatan di saat
perundingan Jenewa, Menlu Suriah Walid AlMuallem menghendaki solusi politik bagi Suriah.
Solusi ia pandang dapat berguna untuk mengayomi
rakyat. Namun, di sisi lain blokade dan serangan
masih terus terjadi di sejumlah wilayah, korban dari
sipil Suriah pun terus bertambah.

KIBLAT RAJAB 1437H

6

Opsi gencatan senjata yang terus digaungkan
oleh Rezim dan sekutunya pun terlihat percuma.
Gempuran jet-jet Rezim dibantu sekutunya masih
saja terjadi. Hal ini mengingatkan dahulu kala saat
beberapa ulama Suriah menasihati Bashar Assad
untuk menghentikan siksaan terhadap rakyatnya.
Namun tetap saja, ideologi yang dimiliki Bashar
mengharuskan hal itu tetap dilakukan.
Maka, benarlah apa yang dikatakan seorang
ulama yang intens meneliti Syiah, Dr. Majdi AlRab’i. Dia berkesimpulan bahwa perwujudan sekte
Syiah Qaramithah saat ini tampak dalam Rezim
Suriah yang dipimpin Bashar Assad. Diketahui, Syiah
Qaramithah dikenal kebrutalannya saat membunuh
lebih dari 30 ribu jamaah haji pada tahun 317 Hijriah.
Tak hanya itu, mereka juga menghancurkan kubah
Zam Zam, mencopot pintu Ka’bah dan membongkar
kiswahnya. Mereka tetap menyembelih jamaah haji
meski berlindung di balik tirai Ka’bah.

masih terus berlangsung di berbagai tempat,
meskipun di tengah gencatan senjata. Setiap
kali Rezim Suriah mengklaim menyerang oposisi,
rakyat Suriah lah yang menjadi korbannya. Selain
itu, politik dan kepentingan di dalamnya pun terus
bermunculan. Baik dari pihak internasional maupun
lokal setempat.
Dari semua hal itu, yang patut menjadi
perhatian adalah nasib rakyat Suriah itu sendiri.
Tampaknya tidak ada tempat ataupun pihak yang
dapat dijadikan sandaran kecuali para pejuang
Suriah dan pendukungnya yang ikhlas berkorban
untuk membela kepentingan rakyat Suriah, di
samping tempat bergantung yang abadi, yaitu Allah
‘azza wa jalla. Mereka senantiasa berharap, agar
Rezim Nushairiyah Bashar Assad segera tumbang
dari pemerintahannya. [Basyer]

Kini setelah lima tahun berjalan sejak 2011,
konlik di Suriah masih belum usai. Pertempuran

KIBLAT RAJAB 1437H

7

The Mr. Barrel Bombs
Selama perang Suriah, bom barel bom barel rezim Suriah telah menjadi ancaman paling
besar bagi warga sipil. Bahkan lebih merusak daripada kelompok ISIS sekali pun, kata
Kenneth Roth, direktur eksekutif Human Rights Watch. Senjata mematikan ini telah
digunakan oleh pasukan Assad terhadap lingkungan sipil yang dikendalikan oleh pasukan oposisi terutama di Aleppo, Idlib dan Daraa. Bom barel digunakan dengan tidak
lagi menghargai kehidupan manusia. Bom Barel digunakan untuk memaksa warga sipil
keluar dari kampungnya. Banyak warga menjadi pengungsi dan terpaksa meninggalkan
negara itu karena bom barel.
Penggunaan bom barel dinyatakan sebagai strategi “perang total” yang melanggar
Konvensi dan hukum perang Jenewa. Menghentikan bom barel Mr Assad menjadi tugas
tunggal yang paling mendesak untuk mengurangi warga sipil yang menderita sekarang.

KIBLAT RAJAB 1437H

Between 22 Feb 2014 - 22 Feb 2016

8

KIBLAT RAJAB 1437H

9

Sejak revolusi Suriah pecah 2011 sampai hari ini, wilayah
Suriah telah terpecah-pecah dalam kontrol beberapa
kekuatan. Sebagian wilayah masih diperebutkan dan tidak
tetap akibat perubahan di lapangan yang sangat cepat.
Secara garis besar wilayah Suriah dikontrol oleh empat
kekuatan: rezim dan milisi sekutunya, oposisi Suriah moderat dan Islamis, Kurdi, dan Daulah Islamiyah (ISIS).

B

erikut ini peta wilayah kontrol Suriah berdasarkan
laporan-laporan dari berbagai media:
1. Damaskus dan Pedesaannya
Rezim Suriah masih mengontrol mayoritas pusat pemerintahan di ibukota Damaskus.
Pejuang oposisi hanya mengontrol sebagian di bagian Damaskus
Selatan, Lingkungan Jobar. Praktis, daerah ini pun dalam kondisi terkepung. Awal tahun, rezim
meluncurkan kampanye militer
besar-besaran dari darat dan udara, dengan dibantu jet tempur, untuk merebut kota yang kini hanya
ditinggali puluhan keluarga itu.
Menurut Al-Jazeera Januari lalu,
kekuatan oposisi masih berhasil
mempertahankan kota tersebut.
Sementara di pedesaan
Damaskus, wilayah kontrol masih
terbagi antara rezim dan oposisi.
Oposisi memiliki kekuatan besar
di bagian timur dan timur laut
(Ghautah Timur) dan berulang
kali berhasil menggagalkan serbuan rezim yang mencoba mengamankan ibukota. Daerah ini
membentang dari kota Duma
(termasuk kota Adh-Dhamir), Harasta, Irbin hingga Al-Malihah.
Kekuatan pejuang terbesar di wilayah ini dimiliki oleh
faksi Jaisyul Islam. Namun, gerakan mujahidin lainnya, seperti
Ahrar Syam, Ittihad Al-Islamy Lie
Ajnadi Al-Syam, Faliq Ar-Rahman,

dan Jabhah Nusrah juga ambil bagian dalam pertempuran dengan
rezim.
Militan ISIS juga berada di daerah
ini, tepatnya di kota Adh-Dhamir
yang menuju langsung ke perbatasan dengan Irak. Selain itu,
mereka juga bercokol di kamp
Yarmuk yang dihuni pengungsi
Palestina dan kota kecil Al-Hajar
Al-Aswad.
Di Ghautah Barat, pejuang mengontrol kota Daraya
dan Al-Mukdzamiyah serta kota-kota kecil lainnya. Wilayah ini
dianggap sebagai “sabuk hjau”
bagi Damaskus, karena kekuatan rezim dan pejuang imbang di
daerah tersebut. Sejumlah barak
dan sebuah bandara militer berada di daerah ini, sehingga hal itu
menyulitkan mujahidin meraih
kemajuan. Di antara faksi pejuang
yang aktif di daerah ini, Ahrar AlSyam, faksi di bawah naungan
Al-Jabhah Al-Janubiyah dan tidak
banyak pejuang Jabhah Nusrah.
Perlu dicatat, mayoritas
wilayah ini berada dalam blokade
rezim. Rezim sengaja memutus
jalur utama ke wilayah Ghautah
Timur dan Barat sebagai strategi
untuk melemahkan mujahidin.
Sehingga mujahidin terpaksa memakai jalur-jalur yang sulit dilewati untuk memasok logistik.
Mujahidin juga mengontrol sebagian wilayah di pegunungan Qalamun yang berbatasan
dengan Lebanon. Daerah ini san-

gat penting bagi rezim, karena
dilintasi jalur lintas provinsi yang
menghubungkan Damaskus dan
Homs. Mujahidin sempat memutus jalur tersebut, namun rezim
yang dibantu milisi Syiah Hizbullah berhasil mematahkannya. Aktif di wilayah pejuang Jabhah Nusrah, FSA dan tak banyak dari ISIS.
2. Daraa dan pedesaannya
Yayasan Media Naba’, Juni
2015 lalu, merilis peta kontrol
mujahidin dan rezim Suriah di
provinsi Daraa. Rezim masih mengontrol pusat kota Daraa hingga wilayah utara dan timur laut
pedesaan Daraa. Kota terpenting
di wilayah itu, Daraa Al-Mahaththah da sebagian besar di lingkungan Al-Mansyiah di pusat Daraa,
Ash-Shanmin, Izrak, dan sejumlah desa di pinggiran. Rezim juga
mengontrol jalur penting yang
menghubungkan Damaskus-Daraa hingga ke perbatasan Yordania dan pedesaan Damaskus.
Di sisi lain, menurut
kantor berita yang memantau
perkembangan di Suriah Selatan
itu, mujahidin mengontrol penuh
daerah-daerah yang berada di
pinggiran Daraa yang berbatasan
dengan provinsi tetangga, seperti
Suwaida di timur, Qunaithirah di
barat dan dua pintu perlintasan
dengan Yordania. Dari peta yang
ditunjukkan, wilayah kontrol mujahidil lebih luas daripada rezim.
Aktivis Media Daraa, MuhamKIBLAT RAJAB 1437H 10

mad Al-Husain, di
bulan yang sama
menyebutkan bahwa sebanyak 85%
wilayah Daraa dikendalikan oleh pejuang
oposisi.
Pejuang
masih
berupaya
keras membebaskan
seluruh Daraa namun
operasi itu kini terhenti seiring intervensi Rusia.
Di kota ini
banyak faksi pejuang
dari berbagai corak.
Mereka saling bekerja sama melakukan
operasi
bersama.
Jabhah Nusrah dan
faksi-faksi
Islamis
lainnya,
seperti
Harakah Al-Mutsanna dan Brigade Mujahidin wa Anshar
serta Ahrar Syam,
kerap terlibat operasi bersama dengan
faksi-faksi
lainnya.
Namun belakangan,
faksi Liwa Syuhada
Yarmuk yang berbasis di barat laut Daraa membaiat ISIS.
Sejumlah faksi yang
dekat dengan mereka, seperti Harakah
Al-Mutsanna, mengikuti jejak berbaiat ISIS.
Sejumlah faksi mengumumkan perang terhadap mereka. Perkembangan terakhir, Liwa
Syuhada Yarmuk membubarkan diri dan sebagian besar menyatakan bergabung Jabhah
Nusrah.
3. Provinsi Qunaithirah
Lembaga pengawas HAM Suriah
melaporkan, akhir September 2014 lalu, pejuang Suriah mengontrol 70% wilayah yang
bersebelahan dengan Provinsi Daraa, di sebelah tenggara, dan Damaskus di sebelah
timur laut. Bahkan mujahidin bisa menggabungkan wilayah kontrol antara Daraa dan
Qunaithirah.

Peta wilayah Daraa
Wilayah yang dikuasai oleh Oposisi
Wilayah yang dikuasai oleh Rezim

Tidak cukup sampai di situ, mujahidin juga berhasil merebut perlintasan
dengan Golan yang djajah Israel. Dataran
Tinggi Golan masuk dalam wilayah administrasi Qunaithirah sebelum diserahkan kepada penjajah Zionis.
Kemenangan besar ini diraih setelah
pejuang Suriah menggelar operasi bersama.
Dengan cepat, pejuang mengontrol wilayah
luas di Qunaithirah.
Langkah mujahidin untuk memperluas wilayah kontrol di Qunaithirah hingga
menembus Ghautah Barat sedikit terhambat setelah Rusia mengumumkan membantu Suriah. Mujahidin telah mencoba beberapa kali operasi untuk menembus Ghautah
KIBLAT RAJAB 1437H

11

Peta wilayah
Qunaithiroh
Pos Rezim
Arah Serangan Oposisi
Wilayah Oposisi

Barat namun belum berhasil.
4. Provinsi Suwaida
Wilayah Suriah yang juga berbatasan
dengan Yordania ini sepenuhnya masih
dikontrol rezim Bashar Assad. Mayoritas
penduduk di provinsi itu pendukung Bashar
Assad. Bahkan, mereka membentuk milisi
bersenjata untuk membela presidennya. Tak
jarang, terjadi benturan antara mereka karena kepentingan kelompok masing-masing.
Menurut laporan Al-Araby Al-Jadid
akhir 2015 lalu, sekelompok faksi anti rezim
bernama Katibah Sulthan Al-Athrusy pernah
aktif di Suwaida. Mereka bekerjasama dan
meminta bantuan logistik dari faksi-faksi di
bawah naungan FSA di Daraa. Keberadaan
mereka di front Suwaida tak berlangsung
lama. Mereka mengkhianati FSA dan juga
faksi pejuang lainnya, termasuk Jabhah Nusrah, sehingga pejuang sepakat memutus
logistik kepada mereka. Akhirnya mereka
membubarkan diri dan lari ke Yordania.

di wilayah gurun Homs dan kota bersejarah
Palmyra. Namun kini, rezim dan Rusia tengah membombardir Palmyra dan dikabarkan
ISIS mundur dari kota tersebut.
Sementara itu, posisi pejuang Suriah berada wilayah di pedesaan Homs
Utara, yang meliputi kota Izzudin, Dier Foul,
Az-Zakfaranah Timur, Rustun, Talbisah, Kisin, Thalaf dan Teldzahab. Hingga akhir 2015
lalu, pertempuran masih memanas di banyak titik, khususnya front yang menuju ke
pusat kota Homs.
Belum lama ini, mujahidin pejuang terpaksa
mengevakuasi diri dan warga dari lingkungan Al-Wa’ar, yang termasuk dalam administrasi Homs kota. Rezim memblokade kota
tersebut selama berbulan-bulan sehingga
banyak warga meninggal kelaparan.
Peta Wilayah Homs
wilayah Rezim
wilayah Oposisi
Front Pertempuran

5. Provinsi Homs
Setidaknya
ada dua kekuatan utama yang mengontrol
provinsi Homs. Militer
Suriah dan sekutunya
mengontrol pusat kota
Homs dan kota-kota
besar lainnya, seperti Al-Qushair, Talklak,
Al-Mukharrim dan Taldu.
Kekuatan kedua adalah
Daulah Islamiyah atau
lebih dikenal ISIS, yang
mengontrol wilayah luas
KIBLAT RAJAB 1437H

12

6. Hama
Rezim masih mengontrol mayoritas
provinsi yang berdampingan dengan Homs,
di sisi selatan, dan Idlib, di sisi utara, serta
Latakia, di sisi barat, ini. Mujahidin Suriah
hanya mengontrol sebagian wilayah di pinggiran Hama, seperti Morek, dan kota-kota
lainnya yang berbatasan dengan Idlib. Di
antara faksi yang aktif di wilayah ini, koalisi
Jaishun Nasr (FSA), Jabhah Nusrah, Jundul
Aqsha, dan faksi lainnya.
7. Latakia
Kampung halaman Bashar Assad ini
masih sepenuhnya dikontrol rezim. Bahkan,
provinsi yang berada di pesisir itu menjadi
markas utama militer Rusia. Sebagaimana
terungkap, Rusia setidaknya memiliki dua
pangkalan di kota tersebut, pangkalan angkatan laut di kota Turtuz dan pangkalan udara Humaimim. Kota ini juga menyumbang
banyak milisi non pemerintah untuk membela Bashar Assad memerangi mujahidin.
Di sisi lain, mujahidin mengontrol
wilayah pinggiran Latakia yang merupakan
daerah pegunungan. Di antara kota yang
dikontrol mujahidin adalah Salma, Rabi’ah
dan Ghamam. Namun beberapa pekan lalu,
serangan rezim yang didukung jet tempur Rusia dikabarkan membuat mujahidin
meninggalkan pusat kota tersebut. Sampai
saat ini, pertempuran di wilayah ini masih
berlangsung.
8. Idlib
Provinsi Idlib adalah provinsi satu-satunya yang dikontrol penuh oleh mujahidin
Suriah. Kesuksesan mujahidin merebut kota
di tengah Suriah ini hasil dari operasi bersama di bawah sandi Jaisyul Fath. Koalisi ini
menggabungkan seluruh faksi oposisi dari
berbagai latar belakang. Namun, faksi-faksi
Islamis lebih mendominasi kekuatan.
Yang tersisa di Idlib hanya dua kota,
Nubul dan Zahra. Kota yang dihuni mayoritas Syiah ini sempat di bawah blokade dan
pengepungan mujahidin Suriah selama berbulan-bulan. Sehingga situasi itu berhasil
memaksa rezim menurut sejumlah tuntutan
mujahidin dengan syarat dibolehkan memasukkan bantuan ke kota tersebut. Akan tetapi, blokade itu terlepas beberapa pekan lalu
seiring operasi besar-besaran militer Suriah

Peta Wilayah Hama
wilayah Baru Oposisi
wilayah Oposisi
wilayah Rezim

Peta Wilayah Latakia
wilayah Oposisi
wilayah Rezim
front Pertempuran

yang didukung jet tempur Rusia.
9. Aleppo
Provinsi Aleppo termasuk provinsi
penting karena berbatasan langsung dengan
Turki. Banyak kekuatan yang berupaya mengambil bagian wilayah di provinsi ini. Milisi
Kurdi mengontrol wilayah luas di barat laut
Aleppo, tepatnya di perbatasan dengan Turki.
Sementara itu, pejuang oposisi Suriah mengontrol wilayah yang luas pedesaan Aleppo Utara, termasuk kota Azaz yang
menjadi perlintasan ke Turki. Koalisi pejuang
Al-Jabhah Al-Syamiyah menjadi kekuatan
oposisi paling kuat mengontrol wilayah
KIBLAT RAJAB 1437H

13

Peta Wilayah Aleppo
wilayah Oposisi
wilayah Rezim
wilayah ISIS
wilayah Kurdi

tersebut. Ke sebelah barat, Gerakan Nurudin Az-Zanky mengatur roda pemerintahan
di wilayah tersebut. Di pedesaan Aleppo
Utara, ada mujahidin Jaisyul Fath.
Daulah Islamiyah juga mengontrol
sejumlah wilayah luas di pedesaan Aleppo.
Mereka menduduki antara sekitar separoh
kota Marik, mayoritas kota Manbaj, Al-Bab,
Jarabis, Dier Hair, Makmal Al-Ghas, Ummu
Husy dan Dabiq. Saat ini, mereka menghadapi pejuang oposisi Suriah untuk merebut
wilayah-wilayah sekitarnya.
Milisi Kurdi juga tak ketinggalan
merebut banyak wilayah di Aleppo. Mereka
menduduki wilayah yang luas di barat laut
pusat Aleppo, Ifrin, yang berbatasan dengan
Turki. Sementara itu, di sebelah timur laut,
wilayah kontrol mereka lebih luas setelah
berhasil memukul mundur ISIS. Bahkan,
mereka bisa menggabungkan kontrol di
wilayah Aleppo dan provinsi Hasakah.
Di sisi lain, wilayah rezim Suriah diapit oleh pejuang oposisi di sebelah barat
dan ISIS di sebelah timur. Namun jalur logistik mereka dari wilayah Homs masih aman
oleh gangguan pejuang oposisi maupun
ISIS.

10. Hasakah
Wilayah di timur laut Suriah ini
menjadi wilayah kontrol penuh milisi Kurid
YPD. Sebelumnya, mereka hanya bercokol
di pinggiran timur laut Suriah dan beberapa titik lainnya. Kini, Kurdi diperkirakan
hampir mengontrol mayoritas Suriah utara
mulai dari provinsi Hasakah hingga pinggiran Aleppo Timur, ditambah daerah Ifrin di
timur laut Suriah. Beberapa waktu terakhir, mereka merencanakan mendeklarasikan
negara Kurdi Raya di wilayah kontrolnya itu.
11. Raqqah dan Dier Zour
Dua provinsi Suriah yang mayoritas
wilayahnya gurun pasir ini menjadi markas utama ISIS di Suriah. Mereka mengontrol pusat kota Raqqah dan Dier Zour dan
wilayah pedesaannya. Oleh karenanya pada
2014, mereka mendeklarasikan Daulah Islamiyah Iraq dan Syam. Mereka membongkar border yang memisahkan Suriah dan
Irak. Diperkirakan, ISIS mengontrol 40%
wilayah Suriah. Namun, mayoritas wilayah
yang mereka duduki adalah gurun pasir.
Meski demikian, dua kota tersebut menjadi
ladang minyak bagi Suriah.
Data-data di atas memperlihatkan
KIBLAT RAJAB 1437H

14

bahwa oposisi secara keseluruhan telah
menguasai wilayah yang sangat luas dari
total wilayah Suriah. Namun penyebaran
mereka masih berada di wilayah-wilayah
pedesaan dan pinggiran kota. Pusat kota
dan wilayah strategis yang merupakan jalur
penting masih berada dalam kontrol rezim.
Rezim Suriah dibantu oleh sekutu-sekutunya berupaya keras untuk membendung laju
oposisi ke wilayah-wilayah penting tersebut.
Di sisi lain, oposisi memperlihatkan
prestasi yang baik ketika membentuk koalisi
dengan sandi Jaisy Fath. Idlib dapat direbut
secara keseluruhan dalam waktu singkat. Di
wilayah-wilayah lain secara umum oposisi
Peta Wilayah Raqqah

masih terjebak dalam kepentingan kelompok masing-masing sehingga sulit menembus kekuatan musuh. Hal ini diperburuk
oleh perselisihan internal terutama dengan
ISIS. Secara tidak langsung, rezim mendapatkan keuntungan dari perselisihan ini. Selain
itu, Kurdi yang sejak lama memperjuangkan tanah milik juga memiliki kepentingan
sendiri. Semua masalah ini menjadi pekerjaan rumah oposisi secara keseluruhan. Tidak adanya satu pemimpin yang ditaati
oleh semua pihak akan memperlambat upaya penyatuan. Upaya lainnya adalah negoisasi antar kelompok yang memiliki nilai
tawar sama. Ini sudah sering dilakukan dan
dalam beberapa kasus tidak mencapai kesepakatan. [Hanif]

wilayah Oposisi
wilayah Rezim
wilayah ISIS
wilayah Kurdi

KIBLAT RAJAB 1437H

15

Permusuhan Syiah terhadap Suni adalah permusuhan yang sudah
terjadi sejak lama dan mengakar. Sejarah telah mencatatnya.
Kebencian itu dilampiaskan dalam tindakan keji, pembunuhan
dan pengkhianatan. Hal ini dilakukan oleh Syiah terhadap Ahli
Sunnah ketika mereka memiliki negara, menjadi
kelompok separatis, atau merusak dari dalam dengan
memanfaatkan jabatan dalam sebuah sistem pemerintahan.
Syiah dengan Daulah Fathimiyah di Afrika Utara, kelompok
separatis Syiah Qaramithah di Bahrain dan Ibnu Al-Qami yang
menyusup dan mengkhianati khalifah Bani
Abbasiyah menggambarkan kenyataan ini.

KIBLAT RAJAB 1437H

16

Kebencian Syiah kepada Ahli Sunah
pada masa Daulah Fathimiyah

D

aulah Fathimiyah didirikan oleh Ubaidullah Al-Mahdi di Qairawan, Tunisia. Daulah ini menjadi
mudah diterima di kawasan Maghrib Al Islami 1 karena sebelumnya di daerah tersebut berdiri
Daulah Adarisah. Yaitu daulah yang dinisbatkan kepada Idris bin Abdullah bin Hasan bin Husain
bin Ali bin Abi Thalib yang berdiri pada tahun 172 Hjriah.
Dalam menjalankan pemerintahan, daulah Fatimiyyah menampakkan permusuhannya terhadap Sunni secara umum. Syaikh Ali Ash-Shalabi menyebutkan beberapa kejahatan daulah Fathimiyyah
semasa mereka memerintah di Afrika bagian utara:

1. Mereka memaksa masyarakat untuk
memeluk agama mereka. Bahkan disebutkan
oleh Al-Qasibiy dalam kitab Madrasatul Hadits
bil Qairawan bahwa yang meninggal di Darul
Bahr (penjara Fathimiyah) hingga saat ini (saat
Al-Qasibi berkata) adalah sekitar 40 ribu orang,
termasuk di antaranya para alim ulama, ahli ibadah dan orang-orang saleh. Syaikh Ali Ash-Shalabi menambahkan bahwa jumlah tersebut tidak
termasuk orang-orang yang dibunuh dan dicincang di jalan-jalan Qairawan.
2. Bentuk permusuhan daulah Fathimiyah lainnya adalah dengan melarang para ulama berfatwa dengan mazhab Maliki. Syaikh Ali
Ash-Shalabi mengutip dari kitab Riyadun Nufus
bahwa mereka melarang para ahli ikih berfatwa dengan mazhab Imam Malik. Bahkan mereka menganggap fatwa dengan mazhab Maliki
merupakan sebuah tindakan melanggar hukum
yang akan mendapatkan sanksi dipukul, dipenjara bahkan dibunuh. Syiah bahkan berkeliling di pasar Qairawan dengan membawa mayat
korban hukuman mati karena berfatwa dengan
menggunakan mazhab Maliki sembari berkata,
“Inilah balasan bagi orang yang berfatwa dengan
mazhab Maliki”. Mereka hanya memperbolehkan
fatwa dengan mazhab mereka saja.
3. Mengeliminasi praktik sunnah-sunnah
yang mutawatir. Seperti menambahkan kalimat
“Hayya ala khairil amal” (Mari menuju amalan
yang baik- ini adalah azan versi Syiah) pada azan
dan meniadakan shalat tarawih. Diriwayatkan di
kitab Al-Bayan Al-Maghrib 1/182 -183, bahwa
suatu ketika ada seorang muazin melakukan azan

1

tanpa mengucapkan kalimat “Hayya ala khairil
amal”. Hal ini didengar oleh beberapa orang Syiah. Kemudian muazin tadi dipotong lidahnya
kemudian diletakkan di antara kedua matanya
sembari di arak keliling Qairawan hingga akhirnya ia dibunuh.
4. Mereka menghilangkan buku-buku
ulama Sunni dan melarang masyarakat untuk
memilikinya. Seperti yang mereka lakukan terhadap buku-buku Abu Muhammad bin Abi Hasyim At-Tujaibi. Saat meninggal, beliau meninggalkan tujuh tumpukan buku, kemudian perihal
keberadaan buku itu disampaikan kepada Sultan
Bani Fatimiyyah saat itu dan dia memerintahkan
agar buku itu dilarang sebagai bentuk permusuhannya terhadap Islam.
5. Melarang ulama Sunni untuk mengajar, memaksa rakyat untuk melakukan shalat Idul
Fitri padahal hilal belum terbit, memasuki masjid dengan kuda-kuda mereka dan masih banyak
lagi kejahatan mereka terhadap Sunni di Afrika
utara.
Itulah beberapa bentuk kebencian Syiah
Fathimiyyah terhadap Ahli Sunah di Qairawan
yang kemudian membuat para ulama dan tokoh
Ahli Sunah melawan dengan berbagai bentuk
cara yang bisa dilakukan. Ini hanyalah sekelumit
dari perseteruan yang terjadi antara Ahli Sunah
dan Bani Fathimiyyah. Pada Akhirnya Daulah Fathimiyyah runtuh di tangan Shalahuddin
Al-Ayyubi dengan Al-Adhidh sebagai penguasa
Bani Fathimiyyah yang terakhir.

Sebutan untuk wilayah Tunisia, Aljazair, Maroko dan sekitarnya.
KIBLAT RAJAB 1437H

17

Kelompok Separatis Syiah Qaramitah
Mencuri Hajar Aswad

D

r. Muhammad Amhazun
di dalam makalah beliau
yang dimuat di situs Islam
Story yang berjudul “Pengkhianatan Syiah Terhadap Ahli Sunah
Sepanjang Sejarah” menjelaskan
tentang kejahatan dan permusuhan Qaramithah terhadap Ahlu
Sunnah.
Beliau menyebutkan bahwa Qaramitah adalah salah satu
gerakan politik dan militer yang
berailiasi kepada aliran Bathiniyah Ismailiyah (Syiah). Mereka
tidak memiliki negara dalam arti
yang sebenarnya. Mereka hanyalah sebuah entitas yang terstruktur yang hidup di pedalaman. Mereka adalah biang keladi
dari setiap serangan yang terjadi
terhadap negara-negara yang
berada di sekitar mereka, kemudian kembali ke markas mereka
di Ahsa’ dan Bahrain. Qaramitah
merupakan musuh bagi Daulah
Abbasiyah. Hal ini dikarenakan
Daulah Abbasiyah senantiasa

memantau dan mengawasi para
penganut Syiah ekstrim dari kalangan Bathiniyah.
Pergerakan aliran Qaramithah pada awalnya berlangsung secara sembunyi-sembunyi,
hingga
kemudian
datanglah Abu Sa’id Al-Jinabiy
atau Al-Husain bin Bahram dari
Persia. Dia bermukim di Bahrain
sebagai pedagang dan kemudian
mengajak manusia untuk bergabung dengan sektenya yang
sesat. Pergerakannya di Bahrain
berkembang pesat hingga akhirnya dia membuka perwakilan di
Ahsa’ dan ini dikuti oleh banyak
orang.
Tatkala kekuatan Abu
Sa’id sudah membesar, ia mulai
memerangi orang-orang yang
tidak mau mengikuti ajarannya.
Dia kemudian menduduki Ahsa’,
mengepung Qathif dan mengembargo ibu kota Bahrain saat itu
dan memerangi penduduknya.
Hingga akhirnya dia mengua-

sai tempat-tempat tersebut. Dia
membunuh banyak orang Suni,
menghancurkan masjid, membakar mushaf, menyerang dan
membunuh kailah-kailah haji.
Pasca meninggalnya Abu
Sa’id, ia digantikan oleh anaknya yang bernama Sa’id. Kemudian Sa’id menyerahkan kepemimpinan kepada saudaranya Abu
Thahir. Abu Thahir menyerang
Bahrain dan menghancurkan
tempat-tempat singgah jamaah
haji. Dia juga menyerang Mekah,
melakukan pembunuhan, pencurian dan perampokan di sana.
Disebutkan bahwa korban yang
jatuh dari serangan itu melebihi
korban perang Babak Al Khurramiy (disebutkan bahwa jumlahnya melebihi sejuta lima ratus
orang).
Pada Zaman Khalifah
Abbasiyah Al-Muqtadir, salah
seorang penganut Bathiniyah
mengirim surat kepada Abu Thahir dan memberitahukan bahwa raja saat itu sedang lemah.
Dia meminta kepada Abu Thahir
untuk ke Baghdad dan menguasainya. Kemudian berjalanlah
Qaramithah menuju Baghdad
mereka melakukan pembunuhan
dan perampokan. Bahkan ada
di antara mereka yang berkata,
“Tidak ada lagi yang ditunggu,
kami datang ke sini bukan untuk
mendirikan negara akan tetapi
untuk menghilangkan syariat Islam”.
Kekejian lain yang mereka lakukan adalah menyerang para jamaah haji di Masjidil Haram.
Mereka merampok dan mencuri
hajar aswad dan membawanya ke
Ahsa’. Inilah beberapa kejahatan
yang dilakukan Syiah Qaramithah
terhadap Ahli Sunah.
KIBLAT RAJAB 1437H

18

Ibnu Alqami Biang Kerok Keruntuhan
Daulah Abbasiyah

N

amanya adalah Abu Thalib Muhammad bin Ahmad
bin Ali Muayyaduddin
Al-Asadi. Dia adalah seorang Syiah Raidhah. Dia lahir tahun 593
Hjriah. Sebelum menjabat sebagai menteri pada masa Khalifah
Al-Musta’shim, ia adalah seorang
Ustadzud Dar (sebuah jabatan
untuk seseorang yang bertanggung jawab atas urusan internal
istana).
Setelah wafatnya khalifah
Al-Mustanshir, Musta’shim menjadi khalifah sebagai pengganti.
Al-Musta’shim adalah seorang
yang kurang tegas, mudah terpengaruh, tidak pandai memimpin. Imam Adz Dzahabi berkata, “Al-Musta’shim memiliki sifat
pelit, sedikit pengetahuannya,

tidak piawai dalam mengurus
negara, cinta harta, meremehkan
banyak perkara, dia sering bergantung kepada orang lain dan
melakukan hal-hal yang dipandang kurang baik, suka bermain
merpati dan meremehkan urusan-urusan keislaman”. (Tarikhul
Islam Adz Dzahabi 11/177)
Khalifah Al-Musta’shim
mengangkat Ibnul Alqami sebagai menteri dan itu terjadi
pada tahun 642 H. Posisinya
sebagai menteri betul-betul dimanfaat oleh Ibnul Alqami untuk
mempengaruhi Al-Musta’shim
yang lemah. Terkait hal ini Ibnu
Katsir berkata, “Khalifah Al-Musta’shim mengangkat Muayyadud
din Abu Thalib Muhammad bin
Ahmad Al-Alqami sebagai men-

1. Melemahkan pasukan Islam
Dia melemahkan militer umat Islam dengan cara memangkas anggaran yang dibelanjakan untuk pasukan umat Islam. Dia berusaha
semaksimal mungkin untuk mengurangi jatah
belanja negara untuk keperluan jihad. Ibnu Katsir menegaskan hal ini, “Menteri Ibnul Alqami
berusaha semaksimal mungkin untuk memalingkan para tentara dan menghapus nama
mereka dari daftar tentara (yang wajib disantuni negara). Di masa khalifah Al-Mustanshir
(khalifah sebelumnya) jumlah pasukan Daulah
Abbasiyah sekitar 100 ribu pasukan, sementara Ibnul Alqami terus berusaha memperkecil
jumlah tersebut hingga jumlah pasukan kaum
muslimin hanya 10 ribu orang”. (Al Bidayah wan
Nihayah 13/235).
2. Berkirim surat kepada Tartar
Inilah langkah kedua yang dilakukan oleh
Ibnul Alqami dari rangkaian pengkhianatan. Dia
menulis surat kepada Tartar menawarkan bantuannya dalam rangka menyerang Baghdad dan
meruntuhkan Daulah Abbasiyah. Ibnu Katsir
berkata, “Kemudian dia berkirim surat dengan

teri. Kehadirannya mendatangkan keburukan kepada khalifah
dan penduduk Baghdad. Jabatan
menteri yang dipegangnya tidak
digunakan untuk menjaga khalifah. Dia bukanlah seorang menteri yang jujur dan disukai. Dialah
yang ikut membantu Hulago
Khan dalam mengalahkan kaum
muslimin.” (Al Bidayah wan Nihayah 13/235).
Ibnul Alqami mencurahkan hidupnya untuk memberangus Daulah Abbasiyah dan untuk memerangi Ahli Sunah.
Memanfaatkan posisinya sebagai
menteri pada masa Khalifah
Al-Musta’shim, ia melakukan tiga
langkah dalam upaya melemahkan dan meruntuhkan Daulah
Abbasiyah, Yaitu:

Tartar dan memberikan harapan kepada Tartar untuk merebut Baghdad, dia memudahkan
langkah Tartar, menceritakan kondisi di dalam
kerajaan dan menyampaikan tentang kondisi
lemah yang ada pada para pejabatnya”. ((Al Bidayah wan Nihayah 13/235).
3. Melarang dan menghalang-halangi khalifah dan kaum muslimin untuk memerangi
Tartar.
Setelah berbalas surat dengan Tartar,
maka Tartar dengan yakin akan menyerang
Baghdad. Hal ini terdengar ke telinga khalifah
dan kaum muslimin. Mengetahui hal tersebut
Ibnul Alqami berusaha menghalang-halangi
khalifah untuk memerangi Tartar. Ibnu Taimiyyah berkata, “Menteri khalifah yang berada di
Baghdad namanya adalah Ibnul Alqami dan dia
adalah seorang Raidhah. Dia terus bermakar
terhadap khalifah dan kaum muslimin, berusaha memotong anggaran militer dan melemahkan militer. Dia juga yang melarang rakyat untuk memerangi Tartar dengan berbagai tipu
daya”. (Minhajus Sunnah An Nabawiyah 5/155).

KIBLAT RAJAB 1437H

19

Di antara tipu daya yang dia lakukan adalah
sebagaimana yang diceritakan Ibnu Katsir, “Dan dia
(Ibnul Alqami) mengelabui khalifah dan para pejabatnya bahwa raja Tartar hanya ingin berdamai. Dia
menyarankan kepada khalifah untuk menemui raja
Tartar agar tercapainya kesepakatan damai dengan
memberikan setengah penghasilan Irak kepada Tar-

tar, sementara yang setengahnya lagi untuk khalifah. Maka kemudian khalifah pergi menemui Tartar
dengan diikuti 700 orang yang terdiri dari para qadhi, ahli ikih, gubernur, dan tokoh”. Hal inilah yang
menjadi sebab terbunuhnya khalifah dan kemudian
Tartar leluasa menguasai Baghdad dan menghancurkan pusat peradaban kaum muslimin.

KIBLAT RAJAB 1437H

20

Perlawanan Ahli Sunah terhadap
Kezaliman Syiah
Kejahatan demi kejahatan yang dilakukan oleh Bani Fathimiyah terhadap Sunni bukannya tanpa perlawanan. Sebagai contoh, Syaikh Ali Ash-Shalabi menyebutkan ada tiga bentuk perlawanan yang dilakukan
oleh Ahli Sunah di Afrika Utara (Maroko dan sekitarnya).

1. Perlawanan Negatif (Al-Muqawamah
As-Salbiyah)
Muqawamah Salbiyah adalah dengan
melakukan pemboikotan terhadap siapa saja
yang memiliki hubungan dengan Syiah dan
rezim yang berkuasa (Fathimiyyah), memutus
hubungan dengan para hakim dan antek Bani
Fathimiyyah dan menolak membayar pajak
semampu mereka.
Di antara bentuk pemboikotan yang
mereka lakukan adalah dengan memboikot
pelaksanaan shalat Jumat yang menjadi ajang
penghinaan terhadap para sahabat yang
dilakukan oleh orang-orang Syiah. Bahkan disebutkan bahwa selama satu tahun di Qairawan
tidak ada shalat Jumat. (Al-Bayan Al-Maghrib
1/277).
Di antara bentuk Muqawamah Salbiyah
lainnya adalah dengan mendoakan keburukan
terhadap Bani Fathimiyyah. Diceritakan dalam
kitab Ma’alimul Iman 3/71 bahwa Abu Ishaq
As-Siba’i apabila beliau merukyah seseorang,
setelah membaca Al-Fatihah dan Al-Muawwidzatain (surat An-Nas dan Al-Falaq) beliau
membaca doa “Ya Allah dengan kebencianku
terhadap Ubaidillah (pendiri Bani Fathimiyyah)
dan anak cucu mereka, dan dengan kecintaanku terhadap Nabi-Mu, para sahabat dan keluarga beliau sembuhkanlah setiap orang yang
saya ruqyah”.
2. Perlawanan Debat dan Diskusi (Muqawamah Jadaliyah).
Ada kisah menarik yang diceritakan di
dalam kitab Juhud ulama Maghrib id Difa’ ‘an
Ahlis Sunnah, hal 327. Diceritakan bahwa penguasa Qairawan saat itu sangat gencar men-

cari para ulama Suni. Para ulama saat itu berkumpul di rumah Ibnu Abi Zaid Al-Qairawani,
kemudian Ibnu Tabban berkata, “Biar saya
mendatanginya, saya korbankan diri untuk melindungi kalian”. Kemudian beliau pergi menghadap penguasa Qairawan dan mendebatnya,
sehingga mereka (Bani Fathimiyyah) kalah debat. Walaupun mereka kalah dalam berdebat
mereka tidak malu untuk menawarkan kepada Ibnu Tabban untuk masuk ke dalam agama
mereka. Mendengar hal itu Ibnu Tabban berkata, “Orang tua berumur 60 tahun, mengetahui
yang halal dan haram, dan mendebat 72 golongan, dan kalian tawarkan dia untuk berpindah
agama (menjadi Syiah)? Demi Allah, Walaupun
kalian menggergajiku sampai badanku terbelah dua, saya tidak akan meninggalkan jalan
ini.”
3. Perlawanan Senjata (Muqawamah Musallahah)
Kaum Suni Maghrib tidak hanya mencukupkan perlawanan terhadap Bani Fathimiyyah dengan muqawamah salbiyah dan
muqawamah musallahah saja. Seorang tokoh
bernama Jabalah bin Hamud Ash-Shadai sengaja meninggalkan perbatasan tempat dia berjaga dan mendatangi Qairawan dan berkata,
“Kami berjaga-jaga dari musuh yang tempat
kami dan mereka dibatasi oleh laut. Sementara saat ini musuh (Fathimiyyah) telah datang
ke tanah kami dan musuh yang ini lebih besar
permusuhannya terhadap kami daripada musuh yang itu…memerangi mereka (Bani fathmiyyah) lebih utama daripada memerangi pelaku
kesyirikan.” [Miftah]

KIBLAT RAJAB 1437H

21

Konflik Suriah telah mencapai usia lima tahun dan belum bisa diprediksi kapan berakhir. Sebagai rangkaian dari Arab Spring di negara-negara
Arab lainnya, konflik yang tidak kunjung usai ini menyisakan banyak
pertanyaan. Tak seperti konflik di Mesir, Libya, dan Tunisia, kasus Suriah
hampir mirip dengan Yaman yang terus berlanjut. Dilihat dari faktor ideologi, keduanya memiliki ciri yang mirip. Ya, konflik Sunni-Syiah. Seperti
efek bola salju, yang terjadi di lapangan merupakan proksi dari kepentingan yang lebih besar antara Saudi dan Iran. Keduanya tidak lepas dari
kepentingan politik negara-negara kuat. Di Barat diwakili oleh Amerika
Serikat dan di Timur diwakili oleh Rusia. Tulisan ini akan menganalisis
kepentingan Rusia dan Amerika dalam konflik Suriah, termasuk peran
Iran dan Arab Saudi, serta implikasinya terhadap konflik di lapangan.
KIBLAT RAJAB 1437H

22

KECEMBURUAN RUSIA
TERHADAP AMERIKA

Obama saat bertemu Putin.
Gedung Putih menyatakan
Rusia tak lagi negara adidaya.
| (Reuters)

utin
memulai
serangan
udara terhadap ISIS dan
kelompok
oposisi
lainnya pada September 2015.
Visinya adalah membantu Assad mengusir ancaman dan memperlambat
keruntuhan Damaskus. Rusia juga takut
jatuhnya Assad akan menyebabkan
jihadis Chechnya di Suriah leluasa
membangun kekuatan untuk kembali ke
Rusia. Kremlin memiliki Pangkalan Militer
di Tharthus, Provinsi Lattakia. Inilah
satu-satunya pangkalan militer Rusia di
kawasan Timur Tengah. Bantuan Rusia
untuk Suriah menunjukkan keinginannya
untuk melestarikan tumpuannya di
Mediterania.

P

Suriah adalah nyata, meskipun terbatas.
Damaskus terus membeli berbagai senjata
Rusia, dari tangki ke pesawat udara dan
pertahanan. Dalam rangka untuk menjual
persenjataannya, Rusia telah menyalurkan
kredit ke Suriah dan mengampuni utang
Damaskus bernilai miliaran dolar untuk
Uni Soviet. Ketika Presiden Rusia Dmitry
Medvedev mengunjungi Damaskus
pada tahun 2010, ia menawarkan untuk
membangun reaktor nuklir di Suriah,
namun pekerjaan ini belum dimulai.
Kepentingan-kepentingan
bilateral
berlangsung didukung oleh hubungan
pribadi antara petugas militer Rusia,
pedagang senjata, diplomat dan anggota
senior rezim Assad.

Rusia memiliki hubungan aliansi
dengan Suriah sejak lama. Hubungan
dengan Rusia pasca-Soviet terjalin karena
fakta bahwa Suriah diperlukan Rusia dan
Assad tidak percaya Amerika Serikat.
Hari ini, kepentingan material Rusia di

Sebenarnya,
Rusia
bukan
mengkhawatirkan perubahan rezim
tetapi ingin mengembalikan pengaruh.
Rusia yang muncul dari runtuhnya Soviet
hampir tidak ada ambisi geopolitik
di Timur Tengah. Pada tahun 1972,
Sadat memulangkan 20.000
penasihat
militer
Soviet
dan tanggungan mereka.
Empat dekade kemudian,
pada bulan Februari 2011,
sebagai penggantinya Sadat,
Husni Mubarak, digulingkan.
Sepanjang itu, sekitar 40.000
pelancong Rusia terdampar di
kota-kota Mesir Hurghada dan
Sharm el-Sheikh. Ini, secara
singkat,
mengungkapkan
perbedaan antara keterlibatan
KIBLAT RAJAB 1437H

23

Soviet dan Rusia di Timur Tengah. Bila sebelumnya
memamerkan otot, setelahnya Rusia lebih suka
memamerkan uang untuk berlibur dan berjemur.
Suriah mampu mengubah sikap Rusia itu,
meskipun sejatinya sikap Rusia terhadap konlik
Suriah sudah ditentukan di tahun pertama revolusi.
Yakni selama perdebatan Dewan Keamanan antara
blok Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat di satu
sisi, dan China serta Rusia di sisi lain. Perdebatan
muncul karena satu pihak menginginkan tekanan
pada pemerintah Suriah yang pada akhirnya dapat
mengakibatkan perubahan rezim. Namun Rusia tidak
menghendaki solusi yang akan membuat Assad
tetap berkuasa atau setidaknya tidak memberikan
kontribusi untuk menggulingkan langsung.
Intervensi militer langsung tidak pernah diusulkan
dalam tiga draft resolusi Dewan Keamanan PBB
yang akhirnya gagal. Rusia dan Cina menggunakan
hak vetonya. China, kemudian, menekankan prinsip
non-interferensi.
Akhir Arab Spring Libya juga mempengaruhi
Rusia untuk mengambil sikap itu. Rusia tidak
ingin Suriah menjadi milik Amerika seperti Libya.
Federasi Rusia dan China berulang kali menyuarakan
keprihatinan bahwa Suriah akhirnya bisa mengarah
pada hasil yang sama. Dalam Rapat Dewan
Keamanan 4 Oktober 2011, misalnya, delegasi Rusia
menyatakan bahwa Rusia dan Cina tetap akan
mengandalkan logika menghormati kedaulatan
nasional dan integritas wilayah Suriah, serta prinsip
non-intervensi, termasuk militer. Rusia berbicara
dalam konteks mengkritik rancangan yang diajukan
oleh Perancis, Jerman, Portugal, dan Inggris terhadap
Damaskus.
Rusia, di sisi lain, tidak akan mendapatkan apaapa bila melompat di antara negara-negara Sunni
atau masuk ke kereta irama yang telah diduduki oleh
AS selama beberapa dekade. Oleh karena itu, berdiri
dengan “tidak dicintai” sisi Syiah, termasuk Alawi
Suriah, masih merupakan satu-satunya pilihan yang
layak untuk mempertahankan setidaknya beberapa

kekuatan di Mediterania.
Upaya Amerika untuk menggulingkan rezim
Assad jelas akan membuat marah Moskow, yang
melihat AS telah membuat plot di mana-mana untuk
melemahkan Rusia. Kremlin harus menemukan cara
untuk menjawab tantangan AS atau kehilangan
muka. Maka pilihan Rusia adalah intervensi militer,
kemudian membuat kecemburuan bagi Amerika
seperti yang akan dijelaskan lebih lanjut.
Pendorong lainnya untuk intervensi militer,
bagi Putin, Suriah terlalu mengingatkan pada
Chechnya. Konlik terjadi antara negara dan kekuatan
oposisi yang berbeda dan tanpa pemimpin. Situasi
ini berpeluang untuk memasukkan kelompokkelompok jihadis Sunni Islam dari waktu ke
waktu. Dalam pandangan Putin, salah satu yang ia
tekankan berulang kali dalam pertemuan dengan
US dan negara-negara Eropa, Suriah adalah medan
pertempuran terbaru dalam skala global, sejak
multi-dekade pertempuran antara negara-negara
sekuler dan Islamis Sunni. Yang pertama dimulai
di Afghanistan dengan Taliban, lalu pindah ke
Chechnya. Sejak dia menjabat (pertama sebagai
perdana menteri pada tahun 1999 dan kemudian
sebagai presiden pada tahun 2000) dan dihadapkan
pada perang Chechnya, Putin telah menyatakan
rasa takutnya terhadap Islam Sunni dan kelompok
jihad yang kemungkinan masuk ke Rusia. Sebab
penduduk Muslim Sunni terkonsentrasi di Kaukasus
Utara, wilayah Volga, dan di kota-kota besar seperti
Moskow.
Kita tidak lupa bahwa Putin menawarkan
bantuan ke Amerika Serikat dalam memerangi
Taliban di Afghanistan setelah 9/11. Ini semakin
menguatkan ketakutan Putin bila dalam setiap
konlik Islamis Sunni itu dengan negara mengandung
jihadis di dalamnya. Bagaimana tidak, Rusia jelas
tersakiti oleh Amerika dalam perang AfghanistanUni Soviet. Tetapi keduanya sama-sama tidak ingin
Islamis memegang kekuasaan politik.

KIBLAT RAJAB 1437H

24

POSISI PENTING
SURIAH BAGI IRAN

D

Tentara pemerintah Suriah yang
dibantu oleh tentara Iran dan
Hizbullah [sindonews.com]

ibandingkan dengan lainnya, Iran telah menunjukkan
intervensi paling lama di
lapangan Suriah. Suriah memang sangat penting untuk kepentingan strategis Iran di Timur Tengah. Suriah sendiri telah lama menjadi sekutu terdekat
Iran. Rezim Assad telah memberikan
akses penting untuk proxy Iran, terutama Hizbullah Lebanon, yang memungkinkan Iran untuk memindahkan
orang, senjata, dan uang untuk kelompok-kelompok yang menjadi proksinya melalui wilayah Suriah.

level militer Iran, memimpin upaya ini.

Iran memberikan pelatihan
militer dan dukungan kepada aparat
keamanan negara Suriah. Tujuannya
untuk memperpanjang cengkeraman
Assad pada kekuasaan. Upaya ini
terdiri dari sebuah misi penasihat
dan bantuan untuk mendukung
pasukan keamanan rezim Assad. Iran
melakukan misi ini menggunakan
pasukan Garda Revolusi Islam bersama
Pasukan Quds dan milisi klandestin
lainnya. Dukungan bahkan pada top

Iran juga melengkapi dukungan
untuk membangun milisi propemerintah untuk mengembangkan
proxy yang akan tetap bertahan bila
Assad jatuh. Aspek pendekatan Iran
ini kongruen dengan upaya lama
Teheran di Lebanon dan Irak, yang
juga membangun milisi Syiah untuk
memastikan bahwa kepentingannya
dilindungi, bahkan tanpa adanya
negara tuan diharapkan mereka tetap
efektif. Pasukan paramiliter telah
menjadi semakin penting untuk Iran
dan rezim Assad. Saat kemampuan
militer negara Suriah terus memburuk,
milisi ini dapat membentuk kerangka
kerja untuk pengaruh lanjutan Iran
dan aktivitas di Suriah.

Keterlibatan elit militer Iran
secara langsung itu menandai jenis
baru strategi ekspedisi militer Iran. Misi
ini berusaha untuk mengembalikan
kontrol negara di seluruh Suriah. Ketika
Assad mulai kehilangan kendali atas
timur dan utara Suriah pada musim
panas 2012, misi nasihat dan bantuan
Iran terus memperkuat cengkeraman
geograis konsolidasi Assad di Suriah
tengah dan selatan.

Iran menggunakan bagian
dari Suriah sebagai basis. Suriah akan
menjadi milik Iran selama oposisi
Suriah gagal untuk menetapkan
kontrol penuh atas semua wilayah
Suriah. Strategi ini dimaksudkan
untuk menjamin bahwa sisa-sisa
sebagian besar Syiah Alawi di Suriah
terus memberikan dukungan untuk
KIBLAT RAJAB 1437H

25

kegiatan Iran di sana, bahkan jika
pemerintah oposisi mengambil
kekuasaan di Damaskus. Dengan
mendorong konvergensi antara
milisi pro-rezim dan sisa-sisa loyalis
rezim Assad, Iran telah bekerja
untuk melestarikan kepentingan
jangka pendek sembari membangun
pondasi untuk pengaruh dan akses
jangka panjang di Suriah.
Organisasi-organisasi militan
Syiah di Suriah memiliki kekuatan
operasional yang berbeda namun
saling melengkapi dalam mendukung
Assad. Komandan Pasukan Quds
Mayor Jenderal Qasim Sulaimani serta
Komandan Operasi dan Pelatihan
Muhsin Chizari pada Mei 2011 telah
memulai peran mereka di Suriah.
Pasukan Quds bertanggung jawab
untuk operasi eksternal Iran, dan
Komandan Sulaimani memainkan
peran penting mengelola aktivitas
Iran di Irak, sehingga tidak
mengherankan bahwa ia telah
mengambil peran kepemimpinan
dalam kebijakan militer Iran di Suriah.
Mantan Perdana Menteri Suriah Riad
Hijab mengatakan dalam sebuah
konferensi pers setelah membelot,
“Suriah ditempati oleh rezim Iran.
Orang yang menjalankan negara ini
bukan Basyar Assad, melainkan Qasim
Sulaimani,
kepala rezim
Iran Pasukan
Quds”.

Hassan Shateri dibunuh di pedesaan
Damaskus saat bepergian ke Beirut,
setelah perjalanan ke Aleppo.
Shateri
adalah
seorang
komandan senior Pasukan Quds
yang telah beroperasi diam-diam di
Lebanon sejak tahun 2006 sebagai
kepala Komite Iran untuk Rekonstruksi
Lebanon Selatan di bawah alias
Hessam
Khoshnevis.
Sebelum
memimpin misi di Lebanon, Shateri
telah beroperasi di Afghanistan dan
Irak. Kehadiran seorang komandan
berpangkat tinggi di dalam wilayah
Suriah ini menunjukkan komitmen
Teheran untuk mencapai tujuan
dalam negerinya, serta kerentanan
potensinya bila Assad jatuh.
Strategi
Iran
untuk
mempertahankan Assad adalah
mencegah oposisi dari mendapatkan
wilayah di pusat-pusat perkotaan
Suriah. Memang, Assad telah
memusatkan pasukannya di kota,
sedangkan oposisi telah berkembang
di daerah pedesaan. Meskipun
pasukan Assad telah kehilangan
kontrol dari banyak lingkungan
bahkan di kota-kota utama, Assad
telah mencegah oposisi dari
mengambil kendali dari setiap
ibukota provinsi sampai pemberontak
merebut Raqqah, Maret 2013. Raqqah

“Suriah ditempati oleh
rezim Iran. Orang yang
menjalankan negara ini
bukan Basyar Assad, melainkan Qasim Sulaimani,