HABITAT DAN TINGKAH LAKU PENYU

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 2:42:34 2017 / +0000 GMT

HABITAT DAN TINGKAH LAKU PENYU
Penyu merupakan kura-kura laut. Menurut data para ilmuwan, penyu sudah ada sejak akhir zaman Jura (145 - 208 juta tahun yang
lalu) atau seusia dengan dinosaurus. Pada masa itu Archelon, yang berukuran panjang badan enam meter, dan Cimochelys telah
berenang di laut purba seperti penyu masa kini. Penyu memiliki sepasang tungkai depan yang berupa kaki pendayung yang
memberinya ketangkasan berenang di dalam air. Walaupun seumur hidupnya berkelana di dalam air, sesekali hewan kelompok
vertebrata, kelas reptilia itu tetap harus sesekali naik ke permukaan air untuk mengambil napas. Itu karena penyu bernapas dengan
paru-paru.Morfologi PenyuTubuh penyu terbungkus oleh tempurung keras yang berbentuk pipih serta dilapisi oleh zat tanduk.
Tempurung tersebut mempunyai fungsi yang sebagai pelindung alami dari predator. Sedangkan penutup pada bagian dada dan perut
disebut dengan plastron. Terdapat sisik infra marginal, yakni sisik yang menghubungkan antara karapas, plastron dan terdapat alat
gerak berupa flipper. Flipper pada bagian depan berfungsi sebagai alat dayung dan flipper pada bagian belakang befungsi sebagai
alat kemudi. Pada penyu-penyu yang ada di Indonesia mempunyai ciri-ciri khusus yang dapat dilihat dari warna tubuh, bentuk
karapas, serta jumlah dan posisi sisik pada badan dan kepala penyu. Penyu mempunyai alat pecernaan luar yang keras, untuk
mempermudah menghancurkan, memotong dan mengunyah makanan.Jenis-jenis dan Habitat PenyuSampai dengan saat ini bertahan
hidup 7 jenis penyu (Tabel 1) dimana 6 diantaranya hidup di perairan Indonesia. Keenam jenis penyu tersebut adalah penyu
belimbing (Dermochelys coriacea), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang
(Lepidochelys olivacea), penyu tempayan (Caretta caretta), penyu pipih (Natator depressus). Sedangkan jenis penyu yang tidak ada
diperairan Indonesia adalah penyu kempi (Lepidochelys kempii) penyu ini banyak ditemukan di Laut Atlantik. Dari keenam jenis
penyu di Indonesia ada 2 (dua) jenis penyu yang minim informasi pendaratannya di Indonesia atau dengan kata lain dianggap hanya

berada di perairan Indonesia yaitu penyu tempayan dan pipih. Penyu pipih sampai dengan saat ini hanya ditemukan bertelur di benua
Australia sehingga sering disebut endemik Australia dan penyebaran dan ruaya hidupnya lebih sempit dibandingkan jenis
penyu-penyu lainnya. Tabel 1. Jenis-jenis penyu NO JENIS KETERANGAN 1 Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea) Penyu yang paling besarCiri fisik : Cangkang gelap dan bintik2 putih, sirip depan panjang, ukurkaan tubuhnya mencapai
180cm, berat 500kgHabitat : Perairan tropis hingga kawasan sub kutubMakanan : ubur-ubur dan cumi-cumiPopulasi : Dari wilayah utara Alaska hingga kawasan selatan Tanjung Harapan Afrika 2 Penyu Hijau (Chelonia Mydas) Ciri fisik : Kuning kehijauanHabitat : Perairan beriklim sedang dan wilayah tropisMakanan : Lamun atau AlgaePopulasi : Pesisir Afrika, India, Asia Tenggara, Australia dan Kep.Pasif SelDewasa panjang 80-120cm berat 300kgBereproduksi setiap 2-4 tahun Diburu untuk dikonsumsi dagingnya 3 Penyu kempi (Lepidochelys kempii) - Masih satu
saudara dengan penyu Lekang namun penyu ini hanya ditemukan dikawasan Atlantik. Memang sulit membahasakan jenis penyu
ini karena memang di Indonesia tidak ada. 4 Penyu lekang (Lepidochelys olivacea) Ciri fisik : ukuran tubuh 55-80cm,
berat 40-60kg, warna kehijauanHabitat : Laut Tropik dalam dan akan kembali ke pantai asal ia menetas untuk betelurMakanan : Ketam, udang, crustacea, mollusca, ikan dan rumput lautMerupakan penyu terkecil 5 Penyu pipih (Natator
depressus) Ciri fisik : Ukuran tubuh 1000mm, pipih, tepi perisainya agak melengkung ke atas, kaki depan ditutupi sisik besar,
keping perisai tipis berlemakWarna abu-abu kehijauanHabitat : Laut Jawa, Nusa Tenggara, Maluku Selatan, Irian
bagian di kepala burungMakanan : Jenis teripang, udang dan invertebrata 6 Penyu sisik (Eretmochelys imbricata) Ciri fisik : Ukuran tubuh 70-90 cm, berat 40-90 kg, paruhnya bengkok, karapaks coklat gelap bertotol-totol.- Habitat : Laut
tropik dekat terumbu karang- Makanan : Sponge dan batu karang lembut- Banyak diambil kerapasnya untuk kerajinan 7
Penyu tempayan (Caretta caretta) - Ciri fisik : Warna pirang dan kemerah2an - Karapaks bagian atas luas dan licin- Kepala
agak besar- Habitat : Hampir di seluruh lautan ada- Akan kembali ke pantai asal di kawasan beriklim sedang untuk bertelur
Tingkah Laku PenyuPenyu dalam perkembangbiakannya termasuk binatang ovipar, pembuahan telur berlangsung dalam tubuh
induk. Janin yang terkandung di dalam telur yang dikeluarkan induk penyu sepenuhnya berkembang di luar tubuh. Habitat penyu di
dasar laut sesuai dengan kemampuannya berjalan jauh. Umumnya penyu mencari makan di daerah dingin dan bertelur di daerah
hangat (Nuitja, 1992). Pada saat kawin penyu jantan berada di atas penyu betina dengan cara mencengkeram bahu penyu betina dan
dibantu oleh kuku kepas depan. Penyu yang mempunyai bekas cengkeraman di bahunya dipastikan mempunyai telur.Setelah masa
perkawinan penyu jantan kembali di laut sedang penyu betina menuju pantai untuk bertelur. Penyu betina menggali pasir di pantai
dengan sepasang tungkai belakangnya untuk membuat lubang sarang telur. Telur disimpan dalam lubang dan ditutup dengan rapi

hingga menetas dengan sendirinya. Setelah menyimpan telurnya, penyu betina kembali ke laut. Kurang lebih 7 minggu masa
inkubasi telur kemudian menetas dan menjadi tukik (anak penyu). Tukik-tukik ini menuju habitatnya di laut mengikuti alunan
ombak hingga menjadi penyu dewasa. Penyu dewasa ini (penyu betina) akan menuju pantai lagi setelah berpijah dengan penyu
jantan, begitu seterusnya. Dari ratusan butir telur yang dikeluarkan oleh seekor penyu betina, paling banyak hanya belasan tukik

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/2 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 2:42:34 2017 / +0000 GMT

(bayi penyu) yang berhasil sampai ke laut kembali dan tumbuh dewasa. Itu pun tidak memperhitungkan faktor perburuan oleh
manusia dan pemangsa alaminya seperti kepiting, burung dan tikus di pantai, serta ikan-ikan besar begitu tukik tersebut menyentuh
perairan dalam.Tukik mempunyai kemampuan terhadap sinar dan reaksi Bumi untuk keluar. Sebelum keluar, tukik berada 3-7 hari
di dalam sarang dgn mengkonsumsi kuning telur yg tersisa. Tukik keluar dengan menggaruk-garuk langit-langit sarang hingga
ambles dan keluar dgn saling menindih. Setelah di pantai, tukik menuju laut dengan bantuan hempasan gelombang. Selanjutnya
tukik berkembang jadi penyu muda hingga penyu dewasa.Dampak Pemanasan GlobalDampak pemanasan global (Global Warming)
yang terbesar adalah perubahan iklim dunia. Menurut Davenpot (1997) penyu sangat sensitif terhadap perubahan iklim mengingat
karakteristik siklus hidupnya dipengaruhi oleh temperatur, seperti penentuan jenis kelamin pada embrio penyu, keberadaan sumber

makanan dan terlebih lagi penyu mempunyai pertumbuhan rata-rata yang lambat sehinga sangat rentan terhadap ancaman dari
lingkungan sekitarnya.Faktor-faktor perubahan iklim yang berpengaruh terhadap penyu sehingga dapat mengancam keberadaannya,
antara lain :TemperaturTemperatur merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap semua siklus hidup penyu. Salah satunya
adalah dalam hal penentuan jenis kelamin pada fase embrio. Semua jenis kelamin penyu ditentukan oleh ambient dari temperature
sarangnya. Dengan suhu rata-rata ~29°C rasio kelamin jantan dan betina berbanding 50:50 tetapi jika temperatur tersebut meningkat
maka rasio jenis kelamin betina justru akan meningkat (Yntema & Mrosovsky 1982, Godfrey et al. 1999, Booth & Astill 2001b).
Hal ini berpotensi dalam mengurangi produktivitas jantan kedepannya.b. Tinggi Permukaan LautMengingat tempat bertelur penyu
berada di pantai dan tidak jauh dari batas permukaan laut, memungkinkan rentan terhadap kenaikan tinggi permukaan laut. Kenaikan
permukaan air laut akan berdampak semakin terbatasnya tempat bertelur penyu.c. BadaiFaktor ini berpengaruh langsung terhadap
keamanan sarang dari telur penyu karena gelombang tinggi dan hujan besar dapat menghancurkan keberadaaan sarang tersebut. Hal
ini dapat menyebabkan sarang menjadi tengelam atau sarang akan terekspos karena pasir terangkat sehingga menguntungkan
predator (Milton et al. 1994).d. Radiasi Ultaviolet (UV)Hal ini walaupun tidak berpengaruh langsung terhadap penyu tetapi justru
akan berpengaruh terhadap sumber pangannya yaitu seperti lamun, alga dan plankton. Peningkatan intensitas radiasi UV bagi
komunitas plankton akan berpengaruh terhadap keanekaragaman dan komposisinya (El-Sayed et al.1996),yang dampak jangka
panjangnya berpengaruh pada jaring makanan hingga ke penyu. Perubahan pada sumber makanan penyu tersebut tentunya juga akan
berpengaruh terhadap populasi dan penyebaran dari penyu.Daftar PustakaAnonim, 1994. Bioekologi Penyu Laut. Jurusan
Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB, BogorAnonim, 2003. Pedoman Pengelolaan Konservasi Penyu dan
Habitatnya. Dirjen Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Departemen Kelautan dan Perikanan, JakartaMirino, Manuel, 1996. Pengaruh
Kedalaman Sarang dan Susunan Telur Terhadap Persentase Tetas Telur Penyu Belimbing di Kawasan Suaka Margasatwa Pantai
Jamursba Medi Sorong. UNCEN, ManokwariNuitja, I Nyoman, 1992. Biologi dan Ekologi Pelestarian Penyu Laut. IPB Press,

Bogorwww.duniapenyu.com/ spesies penyu/ dikunjungi pada tanggal 25 Januari 2010

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/2 |