REHABILITASI HUTAN MANGROVE

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 2:30:44 2017 / +0000 GMT

REHABILITASI HUTAN MANGROVE
Oleh : Aidia MJJURUSAN ILMU KELAUTANSYIAH KUALA UNIVERSITYPENJELASAN UMUM EKOSISTEM
MANGROVEHutan mangrove adalah sebutan untuk sekelompok tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut pantai. Hutan
mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, atau juga hutan payau. Kita sering menyebut
hutan di pinggir pantai tersebut sebagai hutan bakau. Sebenarnya, hutan tersebut lebih tepat dinamakan hutan mangrove. Istilah
'mangrove' digunakan sebagai pengganti istilah bakau untuk menghindarkan kemungkinan salah pengertian dengan hutan yang
terdiri atas pohon bakau Rhizophora spp (A Nontji 2005). Karena bukan hanya pohon bakau yang tumbuh di sana. Selain bakau,
terdapat banyak jenis tumbuhan lain yang hidup di dalamnya.Secara biologis Mangrove tumbuh dipantai yang landai dan tidak bisa
tumbuh di daerah yang berombak besar, berarus deras atau pasang surut tinggi .magrove akan tumbuh lebat didaerah pantai yang
dekat dengan muara sungai atau delta sungai yang membawa aliran sungai dengan lumpur dan pasir ,yang enjadi media utama
pertumbuhannya (Team DKP Jawa Timur 2007).PENYEBAB KERUSAKAN EKOSISTEM MANGROVEPada sisis lain, sifat
biologis mangrove ynag hidup pada pada kawasan peralihan antara daratan dan lautan tersebut menyebabkan sangat rentan terhadap
gangguan atau kerusakan. Ganguan dapat bersifat alami maupun human error , Ganguan alami dapat berupa tsunami, abrasi pantai
oleh arus gelombang atau angin topan, gangguan alami biasanya jarang terjadi, sedangkan akibat manusia dapat berupa reklamasi
pantai untuk bisnis, industry, pemukiman, pembukaan lahan baru tambak, penebangan yang tidak terkontrol.Ekosistem mangrove
merupkana salah satu ekosistem pesisir yang mempunyai peranan penting bagi kehidupan biota lainya secara langsung maupun tidak
langsung diwilyah pesisir (Team DKP Jawa Timur 2007).Kerusakan atau kehilangan ekosistem hutan mangrove selanjutnya dapat
menghilangkan semua mamfaat ekologis, biologis serta ekonomisnya, karena keberadaan dan keutuhan hutan mangrove sangat

mempengaruhi kelestariaan kawasan pantai beserta system kehidupan biota dikawasan tersebut.CIRI-CIRI EKOSISTEM
MANGROVECiri-ciri terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang unik, adalah :memiliki jenis
pohon
yang relatif sedikit; memiliki akar tidak
beraturan (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung dan menjulang
pada bakau Rhizophora spp., serta akar yang mencuat vertikal seperti
pensil pada pidada Sonneratia spp. dan pada api-api
Avicennia spp.; memiliki biji
(propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya,
khususnya pada
Rhizophora; memiliki banyak
lentisel pada bagian kulit pohon.Sedangkan tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat yang
unik dan memiliki ciri-ciri khusus, diantaranya adalah :tanahnya tergenang air
laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya
tergenang pada saat
pasang pertama; tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat; daerahnya terlindung
dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat; airnya berkadar garam
(bersalinitas) payau (2 - 22 o/oo) hingga
asinMANFAAT DAN FUNGSI MANGROVE Secara Fisik Penahan abrasi pantai.
Penahan intrusi

(peresapan) air laut.
Penahan angin. Menurunkan kandungan
gas karbon dioksida (CO2) di udara, dan bahan-bahan pencemar di perairan rawa
pantai. Secara Biologi Tempat hidup
(berlindung, mencari makan, pemijahan dan asuhan) biota laut seperti ikan
dan udang).
Sumber bahan organik
sebagai sumber pakan konsumen pertama (pakan cacing, kepiting dan golongan
kerang/keong), yang
selanjutnya menjadi sumber makanan bagi konsumen di
atasnya dalam siklus rantai makanan dalam suatu ekosistem. Tempat
hidup berbagai
satwa liar, seperti monyet, buaya muara, biawak dan burung. Secara Sosial EkonomiTempat kegiatan wisata
alam (rekreasi, pendidikan dan penelitian). Penghasil kayu untuk
kayu bangunan, kayu bakar, arang dan bahan baku kertas, serta
daun nipah
untuk pembuatan atap rumah. Penghasil tannin untuk
pembuatan tinta, plastik, lem, pengawet net dan penyamakan
kulit. Penghasil bahan pangan
(ikan/udang/kepiting, dan gula nira nipah), dan obat-obatan (daun Bruguiera

sexangula untuk
obat penghambat tumor, Ceriops tagal dan Xylocarpus mollucensis untuk obat sakit gigi, dan lain-lain). Tempat sumber mata
pencaharian masyarakat nelayan tangkap dan petambak., dan pengrajin atap
dan gula nipah.REHABILITASI EKOSISTEM
MAGROVEPENANAMAN1.
Benih tanamanBenih yang dapat dipakai sebagai calon bibit adalah yang sudah tua dan berkualitas
baik. Buah/benih dikumpulkan dari pohon induk atau pohon yang sudah tua, berumur minimal 8 tahun. Pengumpulan benih dapat
dilakukan dengan memetik buah yang sudah tua atau mengumpulkan buah yang jatuh di sekitar pohon. Kemudian, buah diseleksi
untuk mendapatkan benih yang berkualitas baik. Benih yang telah dikumpulkan dan diseleksi harus cepat disemaikan atau direndam
dalam air, supaya tidak cepat kering.2.
Sistem Pembibitan Cabutan·
Bibit tanpa polibekBenih disemaikan dahulu di tepi
pantai yang berlumpur tanpa menggunakan polibek. Setelah berumur 5 - 6 bulan, bibit dipindahkan ke lapangan. Untuk daerah
genangan air, bibit minimal berumur 1 tahun.·
Bibit dengan polibekSistem bibit dalam polibek sangat efisien karena (a) Tidak
perlu menyiram setiap hari. Pada saat air pasang, bisa tergenang sendiri. Diusahakan, bibit berada di bawah pohon mangrove. (b)
Tidak perlu naungan buatan. (c) Lokasi pembibitan diusahakan yang bebas dari ombak.Adapun benih yang belum bisa disemai di
pembibitan sebaiknya diikat untuk selanjutnya direndam/dibenamkan di tepi pantai yang berlumpur. Penanaman diutamakan di tepi
pantai yang belum tertanami. Untuk menambah kerapatan tanaman, sebaiknya bibit mangrove ditanam dengan jarak tanam 2 m 3


Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/2 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 2:30:44 2017 / +0000 GMT

bibit, masing-masing berjarak 1 x 1 m atau ½ x ½ m. Hal ini dilakukan agar apabila ada bibit yang mati, jarak tanam tetap
ideal.Penanaman bibit mangrove menggunakan tiga cara·
Memakai benih yang langsung ditanam/ditancapkan di pantai.Cara
menanam benih adalah miring, menurut arus ombak supaya tidak roboh·
Memakai bibit cabutanDiusahakan bibit yang masih
muda, berdaun 3 - 4 pasang. Jarak antara pencabutan sampai dengan penanaman adalah 2 - 4 hari·
Memakai bibit dalam
polibekPenanaman pada saat surut di siang hari (September s/d Januari).Berdasarkan pengalaman dilapangan, bibit mangrove yang
berasal dari polibek tingkat keberhasilannya akan lebih besar. Sebagai tambahan, lokasi penanaman yang tergenang air lebih baik
dibuatkan parit dengan arah membujur ke arah ombak di waktu surut, supaya air tidak menggenangi lokasi penanaman yang bisa
mengakibatkan kematian bibit-bibit mangrovePROGRAM KOSERVASI
Untuk program pemeliharaan mangrove, meliputi
penyulaman yang dilakukan di lokasi persemaian/pembibitan dan lapangan. Penyulaman dimaksudkan untuk mendapatkan jarak

yang ideal. Selanjutnya, hama yang ditemukan di sepanjang kawasan mangrove terdiri dari ganggang laut dan hewan pengganggu
seperti runti/trisipan (teritip), wideng/kepiting/ketam, tikus, kambing, dan manusia.1.
Ganggang LautGanggang laut banyak
ditemukan di Desa Pasar Banggi, Rembang. Program pemeliharaan dilakukan sebagai langkah pemberantasan ganggang
laut/sampah plastik, yang sering menempel pada tanaman muda, yang mengakibatkan tanaman patah dan rusak2.
TeritipTeritip
menyerang pangkal batang dan menempel/makan kulit bawah daun mangrove muda sehingga berlubang dan akhirnya mati3.
WidengWideng biasanya menyerang tanaman muda berumur 1 tahun. Pada saat air pasang, Wideng naik ke atas dan memangsa
daun-daun dan batang bakau yang masih muda4.
TikusTikus pada saat air surut memangsa batang tanaman dan buah mangrove
muda, yang mengakibatkan kematian5.
KambingKambing memangsa bibit mangrove di sepanjang tepi tanggul dan pantai yang
dilaluinya.6.
ManusiaKegiatan manusia seperti menjala ikan bisa menyebabkan tersangkut dan tercabutnya bibit mangrove.
Selain itu, penjala ikan bisa menginjak biji/benih mangrove. Pengumpulan udang nener juga berpotensi untuk mencabut benih.
Apalagi, apabila pencari ikan menarik jaringnya. Selain itu, perahu nelayan yang mendarat di sekitar tanaman mangrove, bisa
merusak bibit mangrove karena menimbulkan ombak yang besar.PENUTUPKesimpulanBerdasarkan pengalaman dilapangan, bibit
mangrove yang berasal dari polibek tingkat keberhasilannya akan lebih besar. Selain program rehabilitasi, mangrove juga harus
dijaga dengan program- program konservasi


Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/2 |