Portal Kementrian Luar Negeri PP NO 62 TH 1990

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 6 2 TAHUN 1 9 9 0
TENTANG
KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA
PENGHORMATAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ket ent uan Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6
dan Pasal 8 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1987 t ent ang Prot okol,
dipandang perlu mengat ur t at a t empat , t at a upacara dan t at a
penghormat an bagi Pej abat Negara, Pej abat Pemerint ah, dan Tokoh
Masyarakat t ert ent u dalam acara kenegaraan at au acara resmi dengan
Perat uran Pemerint ah;
Mengingat

: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1987 t ent ang Prot okol (Lembaran
Negara Tahun 1987 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3363);
MEMUTUSKAN

:

Menet apkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN
KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA
PENGHORMATAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan:
1. Acara kenegaraan adalah acara yang bersif at kenegaraan yang diat ur

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

2


-

dan dilaksanakan secara t erpusat , dihadiri oleh
Presiden dan/ at au
Wakil Presiden sert a Pej abat Negara dan undangan lainnya dalam
melaksanakan acara t ert ent u.
2. Acara resmi adalah acara yang bersif at resmi yang diat ur dan
dilaksanakan oleh Pemerint ah at au Lembaga Tinggi Negara dalam
melaksanakan t ugas dan f ungsi t ert ent u, dan dihadiri oleh Pej abat
Negara dan/ at au Pej abat Pemerint ah sert a undangan lainnya.
3. Pej abat Negara adalah pej abat sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok
Kepegawaian dan perat uran perundang-undangan lainnya.
4. Pej abat Pemerint ah adalah pej abat yang menduduki j abat an t ert ent u
dalam organic pemerint ahan.
5. Tokoh Masyarakat t ert ent u adalah seseorang yang karena kedudukan
sosialnya
menerima
kehormat an

dari
masyarakat
dan/ at au
pemerint ah.
6. Tat a upacara adalah at uran unt uk melaksanakan upacara dalam acara
kenegaraan at au acara resmi.
7. Tat a t empat adalah at uran mengenai urut an t empat bagi Pej abat
Negara, Pej abat Pemerint ah, dan Tokoh Masyarakat t ert ent u dalam
acara kenegaraan at au acara resmi.
8. Tat a
Penghormat an
adalah
at uran
unt uk
melaksanakan
pemberian hormat bagi Pej abat Negara Pej abat Pemerint ah, dan
Tokoh Masyarakat t ert ent u dalam acara kenegaraan at au acara resmi.
Pasal 2
(1)


Acara kenegaraan merupakan acara yang diselenggarakan oleh

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

3

-

Negara.
(2)

Acara kenegaraan dapat berupa upacara bendera dan bukan
upacara bendera, dapat diselenggarakan di Ibukot a Negara Republik
Indonesia at au di luar Ibukot a Negara Republik Indonesia.
Pasal 3

(1)


Acara kenegaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
dilaksanakan oleh Panit ia Negara yang diket uai oleh Ment eri/
Sekret aris Negara.

(2)

Acara kenegaraan dilaksanakan secara penuh berdasarkan perat uran
t at a t empat , t at a upacara dan t at a penghormat an.
Pasal 4

(1)

Acara resmi dapat diselenggarakan oleh Lembaga Tert inggi/ Tinggi
Negara, Inst ansi Pemerint ah Pusat dan Ist ansi Pemerint ah Daerah.

(2)

Penyelenggaraan acara resmi dapat diadakan di Pusat at au di
Daerah.


(3)

Acara resmi dilaksanakan sesuai dengan ket ent uan t at a t empat ,
t at a upacara, dan t at a penghormat an.
BAB II
TOKOH MASYARAKAT TERTENTU
Pasal 5

(1)

Tokoh Masyarakat t ert ent u t erdiri dari:
a. Tokoh Masyarakat t ert ent u t ingkat Nasional;

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

4


-

b. Tokoh Masyarakat t ert ent u t ingkat Daerah.
(2)

Tokoh Masyarakat t ert ent u t ingkat Nasional meliput i:
a. Mant an Presiden dan mant an Wakil Presiden Republik Indonesia.
b. Perint is Pergerakan Kebangsaan/ Kemerdekaan.
c. Ket ua Umum Part ai Polit ik dan Ket ua Umum Golongan Karya,
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun
1975 t ent ang Part ai Polit ik dan Golongan Karya sebagaimana
t elah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1985.
d. Pemilik Tanda Kehormat an Republik Indonesia berbent uk Bint ang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal XII urut Nomor 1 sampai
dengan 5 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1972 t ent ang Perubahan
dan Tambahan ket ent uan mengenai beberapa Tanda Kehormat an
Republik Indonesia yang berbent uk Bint ang dan t ent ang urut an
deraj at / t ingkat j enis Tanda Kehormat an Republik Indonesia yang
berbent uk Bint ang yait u:

1) Bint ang Republik Indonesia Adipura (1).
2) Bint ang Republik Indonesia Adipradana (II).
3) Bint ang Republik Indonesia Ut ama (III).
4) Bint ang Republik Indonesia Prat ama (IV).
5) Bint ang Republik Indonesia Nararya (V).
e. Ket ua Umum Maj elis Ulama Indonesia, Ket ua Presidium
Konperensi Wali-wali Gerej a Indonesia, Ket ua Persekut uan
Gerej a-gerej a Indonesia, Ket ua Parisada Hindu Dharma
Indonesia, Ket ua Perwalian Umat Budha Indonesia.
f . Tokoh lain yang dit ent ukan oleh Pemerint ah.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

(3)

5


-

Tokoh-t okoh Masyarakat t ert ent u t ingkat Daerah, meliput i:
a. Ket ua Dewan Pimpinan Daerah Part ai Polit ik dan Ket ua Dewan
Pimpinan Daerah Golongan Karya.
b. Pemuka Agama dan Pemuka Adat set empat .
c. Tokoh lain yang dit ent ukan oleh Pemerint ah Daerah.
BAB III
TATA TEMPAT
Pasal 6

Pej abat Negara, Pej abat Pemerint ah dan Tokoh Masyarakat t ert ent u
dalam acara kenegaraan dan acara resmi menadapat urut an t at a t empat .
Pasal 7
Tat a t empat bagi Pej abat Negara dan Pej abat Pemerint ah dalam acara
kenegaraan baik yang diadakan di Ibukot a Negara at au di luar Ibukot a
Negara, urut annya dit ent ukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1987 t ent ang Prot okol, yait u:
a. Presiden;
b.


Wakil Presiden;

c.

Ket ua Lembaga Tert inggi/ Tinggi Negara;

d.

Ment eri Negara, Pej abat yang diberi kedudukan set ingkat dengan
Ment eri Negara, Wakil Ket ua Lembaga Tert inggi/ Tinggi Negara,
Panglima Angkat an Bersenj at a, Kepala St af Angkat an dan Kepala
Kepolisian Republik Indonesia;

e.

Ket ua Muda Mahkamah Agung, Anggot a Lembaga Tert inggi/ Tinggi
Negara, t ermasuk Hakim Agung pada Mahkamah Agung;

PRESIDEN

REPUBLIK INDO NESIA

-

6

-

f . Pimpinan Lembaga Pemerint ah Non Depart emen dan Pej abat
Pemerint ah t ert ent u.
Pasal 8
Tat a t empat bagi Tokoh Masyarakat t ert ent u t ingkat Nasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2), dalam acara kenegaraan
at au acara resmi dit ent ukan sebagai berikut :
1. Mant an Presiden dan mant an Wakil Presiden Republik Indonesia, pada
urut an t at a t empat set elah Wakil Presiden sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 huruf b.
2. Perint is Kebangsaan/ Kemerdekaan, pada urut an t at a t empat set elah
kelompok Ket ua Lembaga Tert inggi/ Tinggi Negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf c.
3. Ket ua Umum Part ai Polit ik dan Golongan Karya, pada urut an t at a
t empat set elah kelompok Ment eri Negara, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 huruf d.
4. Pemilik Tanda Kehormat an Republik Indonesia berbent uk Bint ang,
pada urut an t at a t empat set elah kelompok Ket ua Muda Mahkamah
Agung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf e.
5. Ket ua Umum Maj elis Ulama Indonesia, Ket ua Presidium Konf erensi
Wali-wali Gerej a Indonesia, Ket ua Persekut uan Gerej a-gerej a
Indonesia, Ket ua Parisada Hindu Dharma Indonesia, Ket ua Perwalian
Umat Buddha Indonesia pada urut an t at a t empat set elah kelompok
Pimpinan Lembaga Pemerint ah Non Depart emen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf f .

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

7

-

Pasal 9
Tat a t empat bagi Pej abat yang menj adi t uan rumah dalam pelaksanaan
acara resmi baik yang diadakan di Pusat at au di Daerah dit ent ukan
sebagai berikut :
a. Apabila acara resmi t ersebut dihadiri Presiden dan/ at au Wakil
Presiden, Pej abat t ersebut mendampingi Presiden dan/ at au Wakil
Presiden.
b. Apabila t idak dihadiri Presiden dan/ at au Wakil Presiden, pej abat
t ersebut mendampingi Pej abat Negara dan/ at au Pej abat Pemerint ah
yang t ert inggi kedudukannya.
Pasal 10
(1)

Ist eri yang mendampingi suami sebagai Pej abat Negara at au
Pej abat Pemerint ah at au Tokoh Masyarakat t ert ent u dalam acara
kenegaraan at au acara resmi mendapat t empat sesuai dengan
urut an t at a t empat suami.

(2)

Apabila ist eri yang menj abat sebagai Pej abat Negara at au Pej abat
Pemerint ah, dalam acara kenegaraan at au acara resmi, suami
mendapat t empat sesuai dengan urut an t at a t empat ist eri.
Pasal 11

(1)

Dalam hal Pej abat Negara, Pej abat Pemerint ah at au Tokoh
Masyarakat t ert ent u berhalangan hadir pada acara kenegaraan at au
acara resmi, maka t empat nya t idak diisi oleh Pej abat yang
mewakili.

(2)

Pej abat yang mewakili sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
mendapat t empat sesuai dengan kedudukan sosial dan kehormat an

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

8

-

yang dit erimanya at au j abat an yang dipangkunya.
Pasal 12
Dalam hal Pej abat Negara dan Pej abat Pemerint ah memangku j abat an
lebih dari sat u yang t idak sama t ingkat nya, maka baginya berlaku t at a
t empat yang urut annya lebih dahulu.
Pasal 13
(1)

Tat a t empat dalam acara kenegaraan at au acara resmi yang
diselenggarakan oleh Lembaga Tert inggi dan Tinggi Negara, diat ur
oleh Lembaga masing-masing dengan berpedoman kepada
ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8 dan Pasal
9.

(2)

Tat a t empat dalam acara resmi yang diselenggarakan oleh Inst ansi
Pemerint ah di Pusat diat ur oleh Inst ansi masing-masing dengan
berpedoman kepada ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7, Pasal 8 dan Pasal 9.
Pasal 14

(1)

Pej abat Negara, Pej abat Pemerint ah dan Tokoh Masyarakat
t ert ent u t ingkat Daerah dalam acara resmi yang diselenggarakan di
daerah, mendapat t empat sesuai dengan ket ent uan t at a t empat .

(2)

Tat a t empat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dit ent ukan
dengan urut an sebagai berikut :
1. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, Ket ua Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Tingkat I;
2. Panglima Daerah Milit er/ Komandan Komando Resort

Milit er,

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

9

-

Komandan Tert inggi Kesat uan Angkat an dan
Pengadilan Tinggi, Kepala Kej aksaan Tinggi;

POLRI,

Ket ua

3. Wakil Gubernur, Sekret aris Wilayah Daerah Tingkat I, Wakil
Ket ua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I;
4. Kepala Kant or Wilayah Depart emen/ Lembaga Pemerint ah Non
Depart emen, Walikot amadya, Ket ua Pengadilan Negeri, Kepala
Kej aksaan Negeri, Komandan Resort Milit er/ set ingkat , Tokoh
Masyarakat t ert ent u Tingkat Daerah;
5. Pej abat Pemerint ah Daerah lainnya set ingkat Asist en.
(3)

Dalam hal acara resmi yang diselenggarakan oleh Pemerint ah
Daerah dan dihadiri oleh Pej abat Negara di Pusat , Pej abat
Pemerint ah Pusat dan Tokoh Masyarakat t ert ent u Tingkat Nasional
t at a t empat nya disesuaikan dengan memperhat ikan urut an t at a
t empat sebagaimana dimaksud dalam ket ent uan Pasal 7, Pasal 8
dan Pasal 9.
BAB IV
TATA UPACARA
Pasal 15

(1)

Upacara dalam acara kenegaraan dan acara resmi dapat berupa
upacara bendera at au bukan upacara bendera.

(2)

Unt uk keseragaman, kelancaran, ket ert iban dan kekhidmat an
j alannya upacara dalam acara kenegaraan dan acara resmi,
diselenggarakan berdasarkan t at a upacara yang ant ara lain meliput i
pedoman umum t at a upacara dan pelaksanaan upacara.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

10

-

Pasal 16
(1)

Unt uk melaksanakan upacara bendera dalam acara kenegaraan at au
acara resmi diperlukan:
a. Kelengkapan upacara;
b. Perlengkapan upacara;
c. Urut an acara dalam upacara.

(2)

Khusus unt uk upacara bendera dalam acara kenegaraan dalam
rangka peringat an Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia, urut an acara dit ent ukan sebagai berikut :
a. Pengibaran Bendera Pusaka Merah Put ih diiringi dengan Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya;
b. Mengheningkan cipt a;
c. Det ik-det ik Proklamasi diiringi dengan t embakan meriam, sirine,
bedug, lonceng gerej a dan lain-lain sat u menit .
d. Pembacaan Teks Proklamasi;
e. Pembacaan doa.

(3)

Upacara penurunan Bendera Pusaka Merah Put ih dalam acara
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dilakukan pada wakt u
t erbenamnya mat ahari dengan diiringi Lagu Kebangsaan Indonesia
Raya.
Pasal 17

Upacara penurunan bendera dalam acara resmi lainnya dilaksanakan
berpedoman ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3).

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

11

-

Pasal 18
(1)

Pelaksanaan upacara dalam acara kenegaraan at au acara resmi
yang diselenggarakan t idak dengan upacara bendera disesuaikan
dengan ket ent uan Pasal 16.

(2)

Urut an acara dalam acara kenegaraan berupa kunj ungan
kenegaraan Kepala Negara at au. Kepala Pemerint ahan asing,
dikelompokkan dalam:
a. Acara penyambut an kedat angan t amu negara;
b. Acara pokok kunj ungan;
c. Pelepasan t amu negara.

(3)

Urut an acara dalam acara resmi lainnya t erdiri dari:
a. Pembukaan/ Sambut an;
b. Acara pokok;
c. Penut up.
Pasal 19

Pelaksanaan upacara bendera dalam acara kenegaraan at au resmi
meliput i pula t at a bendera kebangsaan, lagu kebangsaan dan pakaian
upacara.
Pasal 20
(1)

Tat a bendera dalam upacara bendera:
a. Bendera dikibarkan sampai saat mat ahari t erbenam;
b. Tiang bendera didirikan di at as t anah di halaman depan gedung;
c. Penghormat an pada saat pengibaran at au penurunan bendera;

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

(2)

12

-

Dalam acara kenegaraan at au acara resmi bukan upacara bendera,
Bendera Kebangsaan Merah Put ih dipasang pada sebuah t iang
bendera dan dilet akkan di sebelah kanan mimbar.
Pasal 21

Tat a Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dalam upacara kenegaraan at au
upacara resmi:
a. Apabila diperdengarkan dengan musik, maka
Indonesia Raya dibunyikan lengkap sat u kali;

Lagu

Kebangsaan

b. Apabila dinyanyikan, maka dinyanyikan lengkap sat u bait , yait u bait
pert ama dengan dua kali ulangan;
c. Padi saat Lagu Kebangsaan Indonesia Raya diperdengarkan, seluruh
pesert a upacara mengambil sikap sempurna dan memberikan
penghormat an menurut keadaan set empat ;
d. Pada wakt u mengiringi pengibaran/ penurunan bendera t idak
dibenarkan dengan menggunakan musik dari t ape recorder at au
piringan;
e. Jika t idak ada korp musik/ genderang dan at au sangkala, maka
pengibaran/ penurunan Bendera diringi dengan nyanyian bersama Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya.
Pasal 22
(1)

Pemakaian pakaian upacara dalam acara kenegaraan at au acara
resmi disesuaikan menurut j enis acara t ersebut .

(2)

Dalam acara kenegaraan digunakan Pakaian Sipil Lengkap, Pakaian

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

13

-

Dinas Upacara Kebesaran at au pakaian nasional yang berlaku sesuai
dengan j abat annya at au kedudukannya dalam masyarakat .
(3)

Dalam acara resmi digunakan Pakaian Sipil Harian at au seragam
KORPRI at au seragam resmi lainnya yang t elah dit ent ukan.
Pasal 23

(1)

Tat a upacara dalam acara resmi lainnya yang diselenggarakan oleh
Lembaga Tert inggi/ Tinggi Negara at au Lembaga Pemerint ah baik di
t ingkat Pusat maupun Daerah dilaksanakan dengan berpedoman
kepada ket ent uan Bab IV Perat uran Pemerint ah ini.

(2)

Tat a upacara di lingkungan Angkat an Bersenj at a Republik Indonesia
diat ur t ersendiri oleh Panglima Angkat an Bersenj at a Republik
Indonesia dengan berpedoman kepada ket ent uan Bab IV Perat uran
Pemerint ah ini.
BAB V
TATA PENGHORMATAN
Pasal 24

(1)

Dalam acara kenegaraan at au acara resmi, Pej abat Negara, Pej abat
Pemerint ah
dan
Tokoh
Masyarakat
t ert ent u
mendapat
penghormat an sesuai dengan kedudukannya dalam negara,
pemerint ahan at au dalam masyarakat .

(2)

Penghormat an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) selain berupa
pemberian t at a t empat , j uga berupa penghormat an bendera
kebangsaan, lagu kebangsaan dan penghormat an j enazah apabila
meninggal dunia sert a pemberian bant uan sarana yang diperlukan
unt uk melaksanakan acara.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

14

-

Pasal 25
(1)

Pemberian penghormat an menggunakan Bendera Kebangsaan Merah
Put ih dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dalam acara kenegaraan
at au dalam acara resmi dilaksanakan sesuai dengan kedudukan
pej abat yang bersangkut an dan sesuai dengan ket ent uan
penggunaan Bendera Kebangsaan Merah Put ih dan Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya yang berlaku.

(2)

Selain penghormat an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila
Pej abat Negara, Pej abat Pemerint ah dan Tokoh Masyarakat
t ert ent u meninggal dunia, penghormat an diberikan dalam bent uk
pengibaran set engah t iang Bendera Kebangsaan Merah Put ih sebagai
t anda berkabung selama wakt u t ert ent u.

(3)

Pengibaran set engah t iang Bendera Kebangsaan
dit et apkan sebagai berikut :

Merah

Put ih

a. Selama t uj uh hari bagi Presiden dan Wakil Presiden;
b. Selama lima hari bagi Ket ua Lembaga Tert inggi/ Tinggi Negara;
c. Selama t iga hari bagi Ment eri Negara, Pej abat yang diberi
kedudukan set ingkat dengan Ment eri Negara, Wakil Ket ua
Lembaga Tert inggi/ Tinggi Negara, Panglima ABRI, Kepala St af
Angkat an dan Kepala Kepolisian RI.
(4)

Dalam hal mant an Presiden dan mant an Wakil Presiden meninggal
dunia berlaku ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
huruf a.

(5)

Hari-hari selama pengibaran set engah t iang Bendera Kebangsaan
Merah Put ih t ersebut dinyat akan sebagai hari berkabung nasional
dan dikibarkan di seluruh pelosok t anah air.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

15

-

Pasal 26
Dalam hal Pej abat Negara lainnya, Ket ua/ Kepala/ Direkt ur Jenderal dari
Lembaga Pemerint ah Non Depart emen, at au Tokoh Masyarakat t ert ent u
lainnya meninggal dunia, Bendera Kebangsaan Merah Put ih dikibarkan
set engah t iang sebagai t anda berkabung di lingkungan inst ansi
masing-masing selama dua hari.
Pasal 27
Dalam hal j enazah Pej abat Negara, Pej abat Pemerint ah dan Tokoh
Masyarakat
t ert ent u sebagaimana dit et apkan dalam Perat uran
Pemerint ah ini meninggal dunia di luar negeri, pengibaran set engah t iang
Bendera Kebangsaan Merah Put ih dilaksanakan sej ak t anggal kedat angan
j enazah t ersebut di Indonesia.
Pasal 28
Pelaksanaan pengibaran set engah t iang Bendera Kebangsaan Merah Put ih
dilakukan sesuai dengan ket ent uan dan t at a cara yang berlaku.
Pasal 29
Apabila pengibaran set engah t iang Bendera Kebangsaan Merah Put ih
t ersebut berlangsung bersamaan dengan penyelenggaraan peringat an
hari nasional, maka Bendera Kebangsaan Merah Put ih dikibarkan secara
penuh.
Pasal 30
Penghormat an berupa pengant aran at au penyambut an j enazah,
persemayaman dan pemakaman j enazah bagi Pej abat Negara, Pej abat
Pemerint ah dan Tokoh Masyarakat t ert ent u dilakukan sesuai dengan
ket ent uan yang berlaku baginya.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

16

-

Pasal 31
Penghormat an berupa bant uan sarana, pemberian perlindungan
ket ert iban dan keamanan yang diperlukan dalam melaksanakan
acara/ t ugas diberikan sesuai dengan ket ent uan yang berlaku baginya
dengan t idak menimbulkan sif at berlebihan.
Pasal 32
(1)

Pelaksanaan t at a penghormat an dalam acara resmi yang
diselenggarakan oleh Pemerint ah Daerah berpedoman ket ent uan
Bab V Perat uran Pemerint ah ini.

(2)

Tat a penghormat an di lingkungan Angkat an Bersenj at a Republik
Indonesia diat ur lebih lanj ut oleh Panglima Angkat an Bersenj at a
dengan berpedoman kepada ket ent uan Bab V Perat uran Pemerint ah
ini.

BAB VI
KETENTUAN LAIN
Pasal 33
Tat a t empat , t at a upacara dan t at a penghormat an dalam acara resmi
yang diselenggarakan oleh Perwakilan Republik Indonesia berpedoman
pada ket ent uan yang diat ur dalam Perat uran Pemerint ah ini.
Pasal 34

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

17

-

(1)

Pelaksanaan pengat uran t at a t empat , t at a upacara, dan t at a
penghormat an dalam acara kenegaraan at au acara resmi yang
diselenggarakan oleh Lembaga Tert inggi/ Tinggi Negara diat ur oleh
masing-masing Lembaga t ersebut dengan berpedoman kepada
Perat uran Pemerint ah ini.

(2)

Pelaksanaan t at a t empat , t at a upacara dan t at a penghormat an di
lingkungan Angkat an Bersenj at a Republik Indonesia diat ur lebih
lanj ut oleh Panglima Angkat an Bersenj at a dengan berpedoman
kepada Perat uran Pemerint ah ini.

(3)

Ket ent uan pelaksanaan acara kenegaraan sebagaimana diat ur dalam
Perat uran Pemerint ah ini diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri/ Sekret aris
Negara selaku Ket ua Panit ia Negara dengan memperhat ikan sert a
kebiasaan yang berlaku di kalangan int ernasional, dan pelaksanaan
ket ent uan
acara
resmi
yang
diselenggarakan
oleh
Depart emen/ Inst ansi/ Lembaga diat ur oleh Ment eri at au Pimpinan
Lembaga/ Pemerint ah Daerah yang bersangkut an.

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 35
Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Perat uran Pemerint ah ini dengan penempat annya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Dit et apkan di Jakart a

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

18

-

pada t anggal 26 Desember 1990
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 26 Desember 1990
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
MOERDIONO

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

19

-

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 6 2 TAHUN 1 9 9 0
TENTANG
KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA
TEMPAT,
TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN

UMUM
Ket ent uan Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6 dan Pasal 8 Undang-undang Nomor 8
Tahun 1987 t ent ang Prot okol menent ukan t at a t empat dan urut an bagi
Tokoh Masyarakat t ert ent u, t at a upacara dan t at a penghormat an bagi
Pej abat Negara, Pej abat Pemerint ah, Tokoh Masyarakat t ert ent u di Pusat
dan di Daerah dalam acara kenegaraan at au acara resmi, perlu diat ur
dengan Perat uran Pemerint ah. Meskipun t erdapat empat pasal dari
Undang-undang t ersebut di at as yang memerlukan pengat urannya lebih
lanj ut dengan Perat uran Pemerint ah, namun karena adanya ket erkait an
yang erat ant ara mat eri yang sat u dengan lainnya, maka pengat urannya
dirangkum dalam sat u Perat uran Pemerint ah.
Tokoh Masyarakat t ert ent u dalam Perat uran Pemerint ah dirinci dalam
Tokoh Masyarakat t ert ent u Tingkat Nasional dan Tokoh Masyarakat
t ert ent u Tingkat Daerah sej alan dengan adanya Pej abat Negara, Pej abat
Pemerint ah di Tingkat Pusat dan Daerah sert a adanya acara kenegaraan
at au acara resmi yang diselenggarakan di Ibukot a Negara at au di luar
Ibukot a Negara. Berdasarkan Undang-undang t ent ang Prot okol t ersebut
di at as diat ur lebih lanj ut mengenai t at a t empat dan urut an bagi Tokoh
Masyarakat t ert ent u t erut ama Tokoh Masyarakat t ert ent u Tingkat
Nasional dalam acara kenegaraan at au acara resmi dengan
memperhat ikan t at a t empat bagi.
Pej abat Negara dan Pej abat Pemerint ah, sehingga t erdapat keserasian
dalam pengat urannya. Mengenai t at a t empat bagi Tokoh Masyarakat

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

20

-

t ert ent u t ingkat Daerah disesuaikan dengan berpedoman kepada
pengat uran di at as. Dalam Perat uran Pemerint ah ini, selain t at a t empat ,
j uga diat ur lebih lanj ut mengenai t at a upacara dalam acara kenegaraan
at au acara resmi unt uk keseragaman, kelancaran, ket ert iban dan
kekhidmat an j alannya upacara, ant ara lain meliput i susunan dan urut an
upacara, penyelenggaraan upacara, kelengkapan dan perlengkapan
upacara, perlakuan t erhadap Bendera Kebangsaan, Lagu Kebangsaan,
pakaian upacara, dengan memperhat ikan perat uran perundang-undangan
yang t elah ada.
Unt uk melaksanakan pemberian hormat bagi Pej abat Negara, Pej abat
Pemerint ah dan Tokoh Masyarakat t ert ent u dalam acara kenegaraan at au
acara resmi, dalam Perat uran Pemerint ah ini diat ur lebih lanj ut
mengenai t at a penghormat an, yang meliput i ant ara lain t at a penyediaan
kelengkapan sarana yang diperlukan unt uk t ercapainya kelancaran
upacara, dengan memperhat ikan perat uran perundang-undangan at au
perat uran lain yang t elah dit et apkan. Pengat uran t at a t empat , t at a
upacara dan t at a penghormat an di Daerah, diselenggarakan sesuai
dengan keadaan di daerah masing-masing dengan berpedoman kepada
Perat uran Pemerint ah ini.
Tat a t empat pada hakekat nya mengandung unsur-unsur siapa yang
berhak lebih didahulukan, siapa yang mendapat hak menerima priorit as
dalam urut an t empat . Orang yang mendapat kan t empat unt uk
didahulukan adalah seseorang karena j abat an, pangkat dan deraj at nya di
dalam pemerint ahan at au masyarakat . Pengat uran t at a t empat dalam
Perat uran Pemerint ah ini diat ur urut an t at a t empat berdasarkan
kelompok. At uran dasar t at a t empat pada umumnya adalah sebagai
berikut :
1. Orang yang berhak mendapat t at a urut an yang pert ama adalah mereka
yang mempunyai urut an paling depan at au paling mendahului.
2. Jika mereka belaj ar, maka yang berada di sebelah kanan dari orang

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

21

-

yang mendapat urut an t at a t empat paling ut ama dan yang paling
t inggi/ mendahului orang yang duduk disebelah kirinya.
Sebagai cont oh dapat dikemukakan misalnya:
1. Jika a mmenghadap mej a, maka t empat ut ama adalah yang
menghadap kepint u keluar dan t empat t erakhir adalah t empat yang
paling dekat dengan pint u keluar.
2. Jika berj aj ar pada garis yang sama, maka t empat yang paling ut ama
adalah t empat sebelah kanan luar, t empat paling t engah.
3. Apabila naik kendaraan, bagi seseorang yang mendapat t at a urut an
paling ut amaka di kapal t erbang naik paling akhir, t urun paling
dahulu, di kapal laut naik dan t urun paling dahulu; di mobil at au
keret a api, naik dan t urun paling dahulu duduk paling kanan, dan
orang ket iga duduk di t engah, let ak kendaraan/ mobil, pint u kanan
mobil berada di arah pint u keluar gedung.
4. Pada kedat angan dan pulang orang yang paling dihormat i selalu dat ang
paling akhir dan pulang paling dahulu.
5. Jaj ar kehormat an orang yang paling dihormat i harus dat ang dari arah
sebelah kanan dari pej abat yang menyambut .
Bila orang yang paling dihormat i yang menyambut t amu, maka t amu
akan dat ang dari arah sebelah kirinya. Cont oh-cont oh t ersebut di at as
merupakan kebiasaan-kebiasaan yang sampai sekarang berlaku dalam
prakt ek, dan masih akan berkembang sesuai kebut uhan dan kondisi yang
dihadapi. Karena it ulah maka perat uran mengenai prot okol t idak
mungkin diat ur keseluruhannya secara t erperinci dan secara t ert ulis,
namun harus disesuaikan t erus dengan kebiasaan-kebiasaan yang
berkembang
dan
memperhat ikan
pula
norma-norma
dan
kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam memperhat ikan hubungan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

22

-

int ernasional.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup j elas
Pasal 2
Ayat (1)
Acara kenegaraan pada dasarnya j uga merupakan acara
resmi. Tet api karena sif at nya kenegaraan, acara ini hanya
diselenggarakan oleh Negara. Hal ini yang membedakan dengan
acara resmi lainnya yang diselenggarakan oleh Depart emen/ inst ansi
baik di pusat at aupun di daerah.
Ayat (2)
Acara kenegaraan t idak harus selalu berupa upacara bendera,
melainkan ada kalanya diselenggarakan t idak berupa upacara
bendera, misalnya j amuan kenegaraan menghormat i Kunj ungan
Kepala Negara at au Kepala Pemerint ahan Asing.
Pasal 3
Ayat (1)
Unt uk kelancaran pelaksanaan t ugas Ment eri/ Sekret aris Negara
selaku Ket ua Panit ia Negara dibant u oleh Kepala Prot okol Negara.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan diselenggarakan secara penuh dalam ayat ini
bahwa dalam acara kenegaraan, t at a t empat , t at a upacara dan t at a
penghormat an harus dilaksanakan dengan mengikut i at uran-at uran
yang t elah dit et apkan dalam acara, misalnya urut an t empat Ment eri
sesuai dengan urut annya, demikian pula urut an t empat dut a besar,
kehadiran pej abat yang diundang t idak boleh diwakili dan
sebagainya.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

23

-

Pasal 4
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Acara resmi yang diselenggarakan oleh Lembaga Tert inggi/ Tinggi
Negara, Inst ansi Pemerint ah Pusat pada prinsipnya t idak hanya
dapat dilaksanakan di pusat , t et api j uga dapat diselenggarakan di
daerah.
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 6
Cukup j elas
Pasal 7
Urut an t at a t empat
dalam ayat
ini disusun berdasarkan
pengelompokan, dan t eknis pelaksanaan urut an t at a t empat dalam
acara kenegaraan at au acara resmi disesuaikan menurut t empat
upacara.
Urut an t empat Ment eri diat ur menurut urut an Ment eri yang dit et apkan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

24

-

dalam Keput usan Presiden t ent ang Pembent ukan Kabinet . Dalam
hubungan yang berkenaan dengan Perwakilan Asing, Ment eri Luar
Negeri RI diberi t at a urut an mendahului Kabinet lainnya.
Urut an t at a t empat ant ar Pegawai Negeri diat ur menurut seniorit as
dengan memberikan t at a urut an sesuai j abat an. Mant an Pej abat
Negara/ Pej abat Pemerint ah mendapat t empat set ingkat lebih rendah
dari pada yang masih berdinas akt if , t et api mendapat t empat pert ama
dalam golongan yang set ingkat lebih rendah it u.
Ist eri Pej abat Negara dan Pej abat Asing mendapat t empat set ingkat
suaminya. Para Dut a Besar/ Kepala Perwakilan Negara Asing mendapat
t empat kehormat an yang ut ama diant ara Pej abat Negara. Tat a urut an
para Dut a Besar, Kepala Perwakilan Negara Asing, dit et apkan
berdasarkan t anggal penyerahan surat -surat kepercayaannya kepada
Presiden. Para Dut a Besar R. I. diberi t at a urut an set ingkat Ment eri,
t et api diat ur set elah Ment eri-ment eri Negara dan Wakil-wakil Ket ua
Lembaga Tert inggi/ Tinggi Negara. Pengat uran t empat ant ara
Pej abat -pej abat R. I. bersama-sama dengan para Pej abat perwakilan
Negara Asing adalah sebagai berikut :
- Apabila yang menj adi t uan rumah pihak Pemerint ah asing maka
Pej abat Negara/ Pej abat Pemerint ah R. I. mendapat t empat sat u
t ingkat lebih t inggi daripada Pej abat -pej abat Perwakilan Negara
Asing dan t amu asing lainnya yang set ingkat at au dianggap
sederaj at . Ment eri Luar Negeri R. I. mengalahkan urut an t empat
para Dut a Besar, baik Indonesia maupun asing.
- Apabila yang menj adi t uan rumah pihak Pemerint ah R. I. maka
Pej abat Negara/ Pej abat Pemerint ah R. I. diberi t empat sat u t ingkat
lebih rendah daripada Pej abat Perwakilan Negara Asing dan t amu
asing lainnya yang set ingkat at au dianggap sederaj at .
- Pengat uran t empat dalam hal acara kenegaraan/ acara resmi di at as

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

25

-

dilaksanakan secara berselang, yait u dalam hal t uan rumah
Pemerint ah R. I. maka penempat an dimulai dengan pej abat asing
dan dalam hal Pemerint ah Asing yang menj adi t uan rumah, maka
dimulai dengan penempat an pej abat Indonesia.
Pasal 8
Cukup j elas
Pasal 9
Acara resmi yang diselenggarakan oleh Pemerint ah Pusat misalnya
Depart emen/ Lembaga Pemerint ah Non Depart emen dan diadakan di
Daerah dan dihadiri oleh Presiden dan/ at au Wakil Presiden maka yang
mendampingi sebagai t uan rumah adalah Ment eri/ Pimpinan Lembaga
Pemerint ah Non Depart emen. Tet api kalau acara resmi t ersebut
diselenggarakan oleh Daerah it u sendiri dan dihadiri oleh Presiden
dan/ at au Wakil Presiden maka yang mendampingi sebagai t uan rumah
adalah Gubernur at au Bupat i yang bersangkut an.
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Pada dasarnya kehadiran pada acara kenegaraan t idak dapat
diwakilkan. Apabila undangan diwakilkan maka yang mewakili

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

26

-

mendapat t at a t empat sesuai dengan j abat an yang mewakili.
Oleh karena it u yang bersangkut an t idak dapat menduduki t at a
t empat yang t elah disediakan unt uk pej abat yang diundang resmi.
Pasal 12
Dalam hal Pej abat Negara/ Pej abat Pemerint ah memangku j abat an
lebih dari sat u yang t idak sama t ingginya, maka baginya berlaku
t at a t empat yang urut annya lebih dahulu. Hal ini j uga berlaku bagi
Pej abat Negara/ Pej abat Pemerint ah yang sekaligus menj abat Tokoh
Masyarakat t ert ent u, baginya mendapat t at a t empat yang
urut annya lebih dahulu. Pemangkuan j abat an sepert i di at as
misalnya Wakil Ket ua Dewan Perwakilan Rakyat merangkap sebagai
Ket ua Part ai Polit ik/ Golongan Karya yang dalam Perat uran
Pemerint ah ini dit ent ukan sebagai Tokoh Masyarakat t ert ent u.
Pasal 13
Ayat (1)
Lembaga Tert inggi dan Tinggi Negara pada wakt u-wakt u t ert ent u
lainnya sepert i Sidang Umum MPR, Rapat Paripurna Terbuka DPR-RI
dengan Amanat Presiden sebagai Pengant ar Not a Keuangan dan
RAPBN. Dalam hal demikian maka Lembaga Tert inggi dan Tinggi
Negara t ersebut dapat mengat ur pengat uran t at a t empat nya sendiri
t et api t et ap dengan berpedoman pada ket ent uan Pasal 7, Pasal 8,
dan Pasal 9 Perat uran Pemerint ah ini.
Ayat (2)
Demikian pula Inst ansi Pemerint ah Tingkat Pusat mungkin
mengadakan suat u acara resmi. Dalam hal demikian maka Inst ansi
yang bersangkut an mengat ur t at a t empat nya dengan berpedoman
kepada Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9 Perat uran Pemerint ah ini.
Namun demikian sebagai pedoman umum perlu diperhat ikan bahwa
yang mendapat t empat langsung lebih t inggi dari t uan rumah
adalah:

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

27

-

a. Mereka yang dalam at uran t at a t empat mempunyai kedudukan
lebih t inggi daripada t uan rumah.
b. Mereka yang menj adi kepala t ert inggi (at asan) dari t uan rumah.
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Sebagai pedoman umum pada acara resmi dimana Kepala Daerah
bert indak sebagai t uan rumah perlu diperhat ikan bahwa t empat
ut ama dit empat i oleh Ket ua Muspida/ Kepala Daerah. Bila pada
acara t ersebut dihadiri oleh Presiden/ Wakil Presiden at au Pej abat
Negara/ Pej abat Pemerint ah t ingkat pusat at au pej abat daerah
lainnya yang lebih t inggi kedudukannya, t at a t empat nya disesuaikan
dengan memperhat ikan ket ent uan dalam Pasal 7, Pasal 8 dan Pasal
9 Perat uran Pemerint ah ini.
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 16
Ayat (1)

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

28

-

Unt uk pelaksanaan suat u upacara dengan t ert ib, khidmat dan lancar,
baik upacara kenegaraan at au acara resmi diperhat ikan adanya pedoman
t at a upacara yang memuat perencanaan dan pelaksanaan upacara, unt uk
dapat menj awab apa, siapa yang harus berbuat apa, dimana (t empat ),
bilamana (wakt u), dan bagaimana t at a caranya karena it u perlu disusun
pedoman umum upacara dan pelaksanaan upacara. Pedoman umum
upacara meliput i kelengkapan upacara dan perlengkapan upacara,
langkah-langkah persiapan, pet unj uk pelaksanaanupacara dan susunan
acara. Kelengkapan upacara ant ara lain: inspekt ur upacara, komandan
upacara, penanggung j awab upacara, pesert a upacara, pembawa naskah,
pembaca naskah, pembawa acara. Perlengkapan upacara ant ara lain:
t iang bendera dengan t ali, Bendera, mimbar upacara, naskah yang akan
dibacakan, pengeras suara dan sebagainya. Langkah-langkah persiapan
ant ara lain: menyusun acara, t at a ruang, pengat uran t empat , membuat
pet unj uk pelaksanaan upacara dan menet apkan j enis at au macam
pakaian yang harus dipakai. Dalam pet unj uk pelaksanaan adara harus
t ercermin siapa harus berbuat apa dan kapan ia harus berbuat .
Kolom-kolom yang perlu t erdapat dalam pet unj uk pelaksanaan upacara
adalah: nomor, j am, acara, uraian pembawa acara, kegiat an, ket erangan
pelaksanaan.
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 17
Cukup j elas
Pasal 18
Ayat (1)
Pada acara kenegaraan dan acara resmi bukan acara bendera
diperlukan pula persiapan mengenai kelengkapan dan perlengkapan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

29

-

upacara sert a urut an acara. Kelengkapan upacara meliput i:
pembawa acara, pesert a upacara dan penanggung j awabnya.
Sedangkan perlengkapan upacara meliput i t empat upacara dan
perlengkapan f isik lainnya.
Ayat (2)
Acara penyambut an meliput i persiapan sampai dengan pelaksanaan
kedat angan t amu t ermasuk memperkenalkan para pej abat t inggi.
Acara pokok kunj ungan dapat berupa, misal kunj ungan kehormat an,
ziarah ke makam pahlawan, pembicaraan resmi, j amuan makan,
penyampaian komunike/ konf erensi pers, yang pelaksanaannya
disesuaikan dengan wakt u, sif at at au j enis kunj ungannya. Acara
penyambut an t ersebut selain dimaksudkan unt uk menyat akan rasa
hormat , j uga unt uk memberikan kesan yang mendalam akan
mart abat dan kebesaran negara dan bangsa Indonesia.
Ayat (3)
Acara
pokok
misalnya
penandat anganan prasast i.
Pasal 19
Cukup j elas
Pasal 20
Ayat ( 1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 21
Cukup j elas

dapat

berupa

peresmian

dan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

Pasal 22
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 23
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas

30

-

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas
Ayat (5)
Cukup j elas
Pasal 26
Cukup j elas
Pasal 27
Cukup j elas
Pasal 28
Cukup j elas
Pasal 29
Cukup j elas
Pasal 30
Cukup j elas
Pasal 31
Cukup j elas
Pasal 32
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas

31

-

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

Pasal 33
Cukup j elas
Pasal 34
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 35
Cukup j elas

32

-