peran kementrian luar negeri dalam upaya

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul:
PERAN

KEMENTRIAN

PERLINDUNGAN

DAN

LUAR

NEGERI

PENANGANAN

DALAM

UPAYA


TENAGA

KERJA

INDONESIA DI LUAR NEGERI. ( studi di Kementrian Luar Negeri
Republik Indonesia)

1.2 Latar Belakang
Dewasa ini telah terjadi pergeseran konsep mengenai keamanan
terhadap manusia (human security). Pada masa lalu saat perang masih
berkecamuk, ancaman terhadap keamanan manusia selalu diartikan dengan
ancaman dari luar negara, sehingga keamanan manusia difokuskan pada
pengamanan negara seperti pengamanan masalah perbatasan, uji coba senjata
dan peralatan militer dan pencegahan perang. Saat ini keamanan manusia
lebih mengarah kepada warga negera atau individu dibandingkan terhadap
negara. Isu-isu seperti kemiskinan, penghormatan terhadap Hak Asasi
Manusia (HAM) termasuk didalamnya perlindungan terhadap warga negara
mendapatkan perhatian yang lebih besar.
Warga negara merupakan salah satu unsur hakiki dan unsur pokok

suatu negara. Status kewarganegaraan menimbulkan hubungan timbal balik

1

antara warga negara dan negaranya. Setiap warga negara mempunyai hak dan
kewajiban terhadap negaranya. Sebaliknya negara mempunyai kewajiban
memberikan perlindungan terhadap warganya.1 Dalam undang-undang nomor
12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan republik Indonesia terdapat asas
perlindungan maksimum. Asas perlindungan maksimum adalah asas yang
menentukan bahwa pemerintah wajib memberikan perlindungan penuh
terhadap setiap warga Negara Indonesia dalam keadaan apapun baik di dalam
maupun di luar negeri.2
Berdasarkan asas perlindungan maksimum negara wajib memberikan
perlindungan terhadap warga negara. Namun, pada kenyataannya seringkali
terjadi negara tidak mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan
memberikan perlindungan sebagaimana mestinya, bahkan negara yang
bersangkutan justru melakukan tindakan penindasan terhadap warga
negaranya. Ketika negara yang bersangkutan tidak mau (unwilling) atau tidak
mampu (unable) memberikan perlindungan terhadap warga negaranya
seringkali terjadi seseorang mengalami penindasan yang serius atas hak-hak

dasarnya.3
Di lain pihak, negara juga mempunyai kewajiban untuk melindungi
warga negaranya yang tinggal (berada) di luar negeri. Hal tersebut sesuai
dengan prinsip kewarganegaraan pasif yang menetapkan bahwa suatu negara
mempunyai yurisdiksi atas orang yang melakukan pelanggaran hukum di
wilayah negara lain, yang akibat hukumnya menimpa warga negaranya. Oleh
1 Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hlm. 206.
2 Ibid,. Hlm. 207.
3 Wagiman, Hukum Pengungsi Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm 51.

karena itu, jika negara tempat terjadinya pelanggaran tidak mampu dan tidak
mau menghukum pelaku pelanggaran, maka negara yang warga negaranya
dirugikan berwenang untuk menghukum. Tanggung jawab dan kewajiban
suatu negara untuk melindungi warga negaranya yang berada di luar negeri
diemban oleh fungsi diplomatik dan konsuler suatu negara.
Fungsi diplomatik dalam melindungi warga negara suatu negara
terdapat dalam fungsi Perlindungan (protection). Gerhard Von Glahn
memberikan batasan mengenai istilah proteksi “the diplomatic has a duty to
look after the interest person and property of citizens of his own state in the
recieving state. He must be ready to assist them, they get into trouble abroad,

may have to take charge of their bodies and effect if they happen to die on a
trip and in general act as a trouble shooter for his fellow nationals in the
recieving state”. Ternyata, apa yang dikemukakan oleh Von Glahn tersebut
sebenarnya telah ditentukan oleh konvensi wiena 1961. Dalam konvensi
tersebut ditegaskan bahwa perwakilan diplomatik berfungsi melindungi
kepentingan-kepentingan negara pengirim serta warga negaranya di dalam
wilayah di mana ia di diakreditasikan dalam batas-batas yang diperkenankan
oleh hukum internasional.4
Fungsi Konsuler di atur dalam Pasal 5 Konvensi Wina 1963 tentang
Hubungan Konsuler. Dalam salah satu butir Pasal 5 Konvensi Wina 1963
tersebut dinyatakan bahwa, “Consular functioning consit in: protecting in the
receiving State the interests of sending state and of its nationals, both
individuals and bodies corporate, within the limits permitted by international
4 Setyo Widagdo, Hukum Diplomatik Dan Konsuler, Bayumedia, malang, 2008, hlm 57-58.

law”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa sesungguhnya
perwakilan konsuler negara pengirim di negara penerima berkewajiban untuk
melindungi warga negaranya dan kepentingan mereka.
Berbicara mengenai status hukum, status hukum seseorang yang
mendiami suatu negara disebut dengan warga negara. Status warga negara

perlu dipergunakan untuk keperluan serta melindungi setiap individu secara
hukum. Instrument internasional sebatas mengantisipasi relasi warga negara
dengan warga negara lain atau negara dengan warga negara lain. Warga
negara merupakan warga dari suatu negara. Seseorang disebut warga negara
suatu negara bukan ditentukan oleh hukum positif dari masing-masing
negara. Misalnya yang disebut sebagai warga negara Indonesia tentunya akan
diatur berdasarakan hukum positif Indonesia. Pada akhirnya warga negara
menjadi penting dalam suatu negara karena ia merupakan salah satu unsur inti
dari negara. Pada sisi lain, status warga negara menimbulkan hubungan
timbal balik antara negara dengan warga negaranya.5
Warga negara Indonesia di luar negeri pada tahun 2013 diperkirakan
mencapai 5.313.000 (lima juta tiga ratus tiga belas ribu) jiwa dari enam belas
negara yang memiliki kawasan populasi yang signifikan6. Di negara Malaysia
memiliki jimlah terbanyak sekitar 2.500.000 (dua juta lima ratus ribu) jiwa
warga negara Indonesia yang bekerja maupun belajar.7 Apabila seorang warga
negara Indonesia mengalami suatu masalah di negara penerima maka
5 Penjelasan umum undang-undang nomor 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik
Indonesia.
6 Orang Indonesia Perantauan (online),
http://id.wikipedia.org/wiki/Orang_Indonesia_perantauan. (30 april 2014).

7 Jumlah Warga Negara Indonesia Menjelajah Dunia, http://www.bimbingan.org/jumlahwarga-indonesia.htm, (30 april 2014)

perwakilan konsuler negara Indonesia di negara penerima harus memberikan
bantuan dan pertolongan. Bantuan dan pertolongan dapat berupa sosialisasi,
perlindungan hukum dan lain sebagainya.
Warga negara Indonesia di luar negeri memiliki berbagai kepentingan
yang berbeda yang menimbulkan berbagai permasalahan berbeda terutama
disebabkan oleh Kurangnya pengetahuan akan hukum internasional dan
hukum yang berada di berbagai negara di luar negeri. Hal tersebut dapat
menimbulkan berbagai masalah terhadap warga negara indonesia di luar
negeri. Permasalahan yang kerap terjadi bagi warga negara Indonesia yang
berada di luar negeri adalah kasus perdata, atau pidana dan administrasi
negara.
Permasalahan warga negara Indonesia di luar negeri kerap terjadi di
berbagai negara. Dalam kurun waktu Juli 2011 hingga Desember 2012,
sejumlah 328 WNI di luar negeri terancam hukuman mati. Sebanyak 203
orang di antaranya terancam hukuman mati terkait tindak pidana narkoba. 8
Sedikitnya 48 warga negara Indonesia (WNI) yang tengah berada di luar
negeri terancam hukuman mati di Arab Saudi dengan berbagai kasus tindak
pidana. Berdasarkan data dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu), jelasnya,

selain didakwa kasus pembunuhan, banyak WNI yang kebanyakan adalah
(TKI) itu didakwa kasus berzina dan menyalahgunaan obat terlarang.9

8 Umi, 2012, 6 Bulan 203 WNI Diancam Mati di Luar Negeri Akibat Narkoba (online),
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/377655-6-bulan--203-wni-diancam-mati-di-luar-negeriakibat-narkoba, (8 mei 2014).
9 Ashari, 2014, 48 WNI Terancam Hukuman Mati di Arab Saudi, (online),
http://www.solopos.com/2014/04/13/nasib-tki-48-wni-terancam-hukuman-mati-di-arab-saudi502213, (8 mei 2014).

Beberapa tahun terakhir ini masalah perlindungan WNI di Luar negeri
memang mendapat sorotan yang cukup tajam. Betapa tidak, dalam rentang
beberapa tahun tercatat sudah cukup banyak tindakan kesewenang-wenangan
yang menimpa WNI di luar negeri, terutama tenaga kerja Indonesia (TKI).
Pengusiran tenaga kerja asal Indonesia dari Malaysia adalah satu dari
sejumlah kasus lainnya. Tercatat pula sejumlah kasus penganiayaan dan
pelecehan seksual terhadap pekerja Indonesia di negeri orang.10
Pemerintah

Indonesia

pada


tanggal

18 oktober

2004 telah

memberlakukan UU No. 39/2004 tentang penempatan dan perrlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. UU No. 39/2004 menjelaskan bahwa
pekerjaan mempunyai makna yang sangat penting dalam kehidupan manusia
sehingga setiap orang membutuhkan pekerjaan. Pekerjaan dapat juga
dimaknai sebagai sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi
dirinya dan keluarganya. Oleh karena itu hak atas pekerjaan merupakan hak
asasi yang melekat pada diri orang yang wajib dijunjung tinggi dan
dihormati.11
Dari tahun ke tahun jumlah TKI di luar negeri semakin meningkat.
Besarnya animo tenaga kerja yang akan bekerja ke luar negeri dan besarnya
jumlah TKI yang sedang bekerja di luar negeri di satu segi mempunyai sisi
positif, yaitu mengatasi sebagian masalah pengangguran di dalam negeri
namun mempunyai pula sisi negatif berupa risiko kemungkinan terjadinya

perlakuan yang tidak manusiawi terhadap TKI.
10 Hadi Setya, memahami Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Harvindo, jakarta, 2013, hlm
561.
11 Ibid,. Hlm. 266

Risiko tersebut dapat dialami oleh TKI baik selama proses
keberangkatan, selama bekerja di luar negeri maupun setelah pulang ke
Indonesia. Dengan demikian diperlukan pengaturan agar risiko perlakuan
yang tidak manusiawi terhadap TKI dapat dihindari atau minimal dikurangi.
Pada hakikatnya ketentuan hukum yang dibutuhkan dalam masalah ini
adalah ketentuan yang mampu mengatur pemberian pelayanan penempatan
bagi tenaga kerja secara baik. Pemberian pelayanan penempatan secara baik
didalamnya mengandung prinsip murah, cepat, tidak berbelit-belit dan aman.
Pengaturan yang bertentangan dengan prinsip tersebut memicu terjadinya
penempatan tenaga kerja ilegal yang tentunya berdampak kepada minimnya
perlindungan bagi tenaga kerja yang bersangkutan.12
Selama ini, secara yuridis peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri adalah
Ordonansi tentang Pengarahan Orang Indonesia Untuk Melakukan Pekerjaan
Di Luar Indonesia (Staatsblad Tahun 1887 Nomor 8) dan keputusan menteri

serta peraturan pelaksanaannya. Ketentuan dalam ordonansi sangat sederhana
sehingga secara praktis tidak memenuhi kebutuhan yang berkembang.
Kelemahan ordonansi itu dan tidak adannya undang-undang yang mengatur
perlindungan dan penempatan TKI di luar negeri selama ini diatasi melalui
pengaturan dalam Keputusan Menteri serta peraturan pelaksanaannya.13
Dikaitkan dengan praktik penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia
masalah penempatan dan perlindungan TKI ke luar negeri, menyangkut juga
12 Ibid,. Hlm. 267
13 Ibid,. Hlm. 267-268

hubungan antar negara, maka sudah sewajarnya apabila kewenangan
penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri merupakan kewenangan
pemerintah namun pemerintah tidak dapat bertindak sendiri, karena itu perlu
melibatkan pemerintah provinsi maupun kabupaten atau kota serta intitusi
swasta. Di lain pihak karena masalah penempatan dan perlindungan tenaga
kerja Indonesia langsung berhubungan dengan masalah nyawa dan
kehormatan yang sangat azasi bagi manusia, maka institusi swasta yang
terkait tentunya haruslah mereka yang mampu, baik dari aspek komitmen,
profesionalisme maupun secara ekonomis, dapat menjamin hak-hak azasi
warga negara yang bekerja di luar negeri tetap terlindungi.14

Dengan mempertimbangkan kondisi yang ada serta peraturan
perundang-undangan, termasuk didalamnya Undang-undang Nomor 1 Tahun
1982 tentang Pengesahan Konvensi Wina 1961 mengenai Hubungan
Konsuler, Undang-undang Nomor 2 Tahun 1982 tentang Pengesahan
Konvensi mengenai Misi Khusus (Special Missions) Tahun 1969, dan
Undang-undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang hubungan Luar Negeri.
Undang-undang tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia di Luar Negeri dirumuskan dengan semangat untuk menempatkan
TKI pada jabatan yang tepat sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya,
dengan tetap melindungi hak-hak TKI. 15
Selain peran wakil diplomatik dan konsuler

Indonesia yang berada

di luar negeri, Kemeterian Luar Negeri RI sebagai pemerintah merupakan
institusi terdepan dalam menangani berbagai permasalahan tenaga kerja
14 Ibid., hlm. 268-269
15 Ibid., Hlm. 271

Indonesia di luar negeri. Kewajiban kementrian luar negeri dalam menangani
dan melindungi TKI sangat dibutuhkan untuk kesejahteraan dan keamanan
TKI diluar negeri.
1.3 Rumusan Masalah
Dalam pengamatan ini ada beberapa pertanyaan yang akan diajukan oleh
penulis yaitu :
a. Apa saja perlindungan dan penanganan TKI diluar negeri yang telah
dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia ?
b. Bagaimana mekanisme dalam memberikan perlindungan

dan

penanganan TKI di luar negeri ?
c. Apa hambatan yang dialami oleh Kementerian Luar Negeri RI dalam
penanganan tersebut ?

1.4 Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup dari kegiatan KKL ini berfungsi untuk membatasi
kegiatan dalam Kuliah Kerja Lapangan yang akan dilaksanakan agar tujuan
dari penulisan ini dapat tercapai dengan maksimal. Dalam kegiatan
pengamatan ini penulis akan mengidentifikasi beberapa hal, antara lain:
a. Nama kantor lembaga tempat KKL yaitu Kementerian Luar Negeri RI .
b. Fungsi dan tugas Kementerian Luar Negeri RI.
c. Mekanisme bekerjanya Kementerian Luar Negeri RI pada saat ini.
d. Kendala yang dihadapi dalam bekerjanya Kementerian Luar Negeri RI.
e. Upaya yang sudah dilaksanakan oleh Kementerian Luar Negeri RI.
f. Rekomendasi yang diberikan oleh mahasiswa peserta KKL untuk
perbaikan dan/atau alternatif pemecahan problematik yang dihadapi
oleh Kementerian Luar Negeri RI.

1.5 Tujuan Kegiatan
a. Untuk mengidentifikasi fungsi dan tugas Kementerian Luar Negeri RI
dalam hal yang berkaitan dengan perlindungan dan penanganan tenaga
kerja Indonesia yang berada di luar negeri.
b. Untuk mengetahui kordinasi Indonesia dengan negara penerima TKI
dalam penanganan dan perlindungan TKI di luar negeri dan peran
Kementerian Luar Negeri RI dalam hal tersebut.
c. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Kementerian Luar
Negeri RI dalam melaksanakan kinerjanya, terutama yang berkaitan
dengan proses perlindungan dan penangan tenaga kerja Indonesia di luar
hegeri.
d. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Kementerian Luar Negeri RI
dalam meningkatkan perlindungan dan penanganan tenaga kerja Indonesia
di luar negeri mengingat sering terjadinya kasus terhadap tenaga kerja
Indonesia di luar negeri.

1.6 Manfaat Kegiatan
a. Manfaat Teoritis
Pengamatan ini diharapkan berguna untuk pengembangan teoritis
di bidang Hukum terutama Hukum Internasional yang berkaitan dengan
perlindungan dan penanganan tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Selain
itu, pengamatan ini juga diharapkan dapat memberikan solusi untuk
mengatasi permasalahan yang kerap terjadi pada pada TKI di luar negeri

sehingga dapat mengurangi permasalahan tersebut. Dari segi hukum,
pengamatan ini juga diharapkan membawa manfaat terutama dalam hal
diplomatik dan konsuler serta perjanjian internasional yang berkaitan erat
dengan perjanjian antar negara dalam hal mengatasi masalah warga
negaranya di luar negeri.
b. Kegunaan Praktis
a) Bagi Pemerintah
Pengamatan ini diharapkan dapat berguna untuk dijadikan
masukan bagi Pemerintah terutama para stake holder yang menagani
masalah TKI yang berada di luar negeri, untuk dijadikan bahan
dalam merumuskan prosedur perlindungan dan penanganan tenaga
kerja Indonesia yang ada di luar negeri dan menemukan sistem
penanganan yang lebih jelas, tertulis, dan juga mempunyai kekuatan
hukum.
b) Bagi masyarakat
Pengamatan ini diharapkan dapat berguna untuk masyarakat
dalam hal perlindungan dan penanganan TKI yang berada di luar
negeri

terutama

dalam

hal

memahami

prosedur-prosedur,

penanganan, undang-undang yang mengatur, dan para stake holder
yang berwenang dalam mengatasi masalah TKI di luar negeri.

1.7 Metode Kegiatan
a. Metode partisipatif

Mahasiswa peserta KKL terlibat langsung dalam proses kegiatan
yang dilakukan oleh lembaga tempat KKL.
b. Metode wawancara
Mahasiswa peserta KKL mencari informasi yang terkait dengan
materi KKL melalui wawancara terhadap informan kunci (sumber
informasi) yang terdapat dalam lembaga tempat KKL.
c. Studi dokumentasi
Mahasiswa peserta KKL menelusuri pustaka dan peraturan
perundag-undangan terkait
d. Metode observasi
Mahasiswa peserta KKL melakukan pengamatan terhadap kegiatan
dan/atau objek yang dituju.

1.8 Tahapan Kegiatan
a. Tahap persiapan
b. Tahap pelaksanaan
c. Tahap evaluasi

BAB II
KERANGKA KONSEPTIONAL

2.1 Pengertian Tenaga Kerja Indonesia
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian Tenaga Kerja Indonesia
(TKI), Menurut Pasal 1 bagian (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004
tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar
Negeri, TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu
tertentu dengan menerima upah.16
Sedangkan menurut buku pedoman pengawasam perusahaan jasa
tenaga kerja Indonesia adalah warga negara Indonesia baik laki-laki maupun
perempuan yang melakukan kegiatan di bidang perekonomian, sosial,
keilmuan, kesenian, dan olahraga profesional serta mengikuti pelatihan kerja
di luar negeri baik di darat, laut maupun udara dalam jangka waktu
tertentuberdasarkan perjanjian kerja yaitu suatu perjanjian antara pekerja dan
pengusaha secara lisan dan atau tertulis baik untuk waktu tertentu maupun
untuk waktu tidak tertentu yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan
kewajiban para pihak.
Dengan adanya perjanjian kerja ini TKI akan lebih terlindungi apabila
nantinya dikemudian hari pihak majikan atau pihak perusahaan tmpat TKI
bekerja “wanprestasi”maka TKI dapat menentukan sesuai perjanjian kerja
yang telah dibuat sebelumnya.

16 Undang-undang nomor 39 tahun 2004 tentang penempatan dan perlindungan tenaga kerja
indonesia di luar negeri (Tambahan lembaran negara indonesia nomor 4445 Tahun 2004)

Sementara

itu

dalam

Pasal

1

Kep.

Manakertran

RI

No:

Kep104A/Men/2002 tentang penempatan TKI keluar negeri disebutkan
bahwa TKI adalah baik laki-laki maupun perempuan yang bekerja di luar
negeri dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kerja melalui
prosedur penempatan TKI. Prosedur penempatan TKI ini harus benar-benar
diperhatikan oleh calon TKI yang ingin bekerja ke luar negeri tetapi tidak
melalui prosedur yang benar dan sah maka TKI tersebut nantinya akan
menghadapi masalah di negara tempat ia bekerja karena TKI tersebut
dikatakan TKI ilegal karena datang ke negara tujuan tidak melalui prosedur
penempatan TKI yang benar.17
2.2 Pengertian Tenaga Kerja Migran
Dalam ranah hukum internasional ada beberapa definisi tentang
Tenaga Kerja Migran. Menurut Konvensi ILO No.97 tentang Migrasi Demi
Pekerjaan ialah “a person who migrates from one country to another with a
view to being employed otherwise than his own account and includes any
person regularly admitted as a migrant for employment”.
Departemen Perburuhan Amerika Serikat mendefinisikan Pekerja
Migran sebagai “workers who occasionally or habitually move, with or
without their families, to seek or engage in seasonal or temporary
employment, and who do not have the status of residents in the localities of
expected job opportunity or employment”.

17 Hadi subhan. 2012. Laporan pengkajian hukum. Perlindungan TKI pada masa pra
penempatan, selama penempatan dan purna penempatan. Hlm 35

Konvensi internasional tentang perlindungan pekerja migran dan
anggota keluarganya mengarikan pekerja migran (migrant worker) adalah
orang yang akan, sedang, atau sudah pernah terlibat dalam suatu kegiatan
yang menghasilkan upah bagi dirinya di suatu negara, dalam keadaan dimana
ia tidak menjadi warga negara di negara tersebut.18
Dalam konvensi internasional, istilah migrant worker dikenal juga
dengan istilah migrant for employment yang artinya orang yang bermigrasi
dari suatu negara ke negara lain untuk mendapatkan pekerjaan mencakup juga
orang-orang yang secara utuh diterima sebagai orang yang bermigrasi untuk
mendapatkan pekerjaan.19
Berdasarkan

beberapa

pengertian TKI

tersebut,

maka

dapat

dikemukakan bahwa TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam jangka waktu tertentu
berdasarkan perjanjian kerja melalui prosedur penempatan TKI dengan
menerima upah.
2.3 Pengertian calon TKI
Menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004
tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar
Negeri, Calon Tenaga Kerja Indonesia adalah setiap warga negara Indonesia
yang memenuhi syarat sebagi pencari kerja yang akan bekerja di luar negeri

18 Article 2 The International Convention on The Protection of All Migrant Workers
and Members of Their Families 1990
19 Article 11 ILO Convention No. 97 Concerning Migration for Employment 1949

dan terdaftar di instansi pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab
di bidang ketenagakerjaan.
2.4 Pengertian perlindungan TKI
Berdasarkan pasal 1 ayat (4) Undang-undang nomor 39 tahun2004
tentang penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia adalah segala
upaya untuk melindungi kepentingan calon TKI/TKI dalam undangan, baik
sebelum selama maupun sesudah bekerja. Dalam pasal 77 ayat (2)
perlindungan TKI dilaksanakan mulai dari pra penempatan, masa
penempatan, sampai dengan purna penempatan20
2.5 Pengertian Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI)
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dan Perutusan Tetap
Republik Indonesia merupakan perwakilan diplomatik adalah yang
melakukan kegiatan diplomatik di seluruh wilayah Negara Penerima dan/atau
pada Organisasi Internasional untuk mewakili dan memperjuangkan
kepentingan Bangsa, Negara dan Pemerintah Republik Indonesia. Dipimpin
oleh seorang Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh, dan Wakil Tetap
Republik

Indonesia,

diangkat

oleh

Presiden

untuk

mewakili

dan

memperjuangkan kepentingan Bangsa, Negara, dan Pemerintah Republik
Indonesia serta menjadi wakil pribadi Presiden Republik Indonesia di satu
Negara Penerima atau lebih atau pada Organisasi Internasional, bertanggung
jawab kepada Presiden melalui Menteri Luar Negeri.

20 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia Di Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 133)

2.6 Pengertian Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI)
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) dan Konsulat Republik
Indonesia adalah Perwakilan Konsuler adalah yang melakukan kegiatan
konsuler di wilayah kerja di dalam wilayah Negara Penerima untuk mewakili
dan memperjuangkan kepentingan Bangsa, Negara, dan Pemerintah Republik
Indonesia, dipimpin oleh Konsul Jenderal dan Konsul yang memimpin
Perwakilan Konsuler adalah Jabatan Negeri yang diisi oleh Pejabat Dinas
Luar Negeri dan/atau Pegawai Negeri lain yang memenuhi syarat, diangkat
oleh Presiden atas usul Menteri Luar Negeri, bertanggung jawab secara
operasional kepada Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh yang
membawahkannya.

BAB III
HASIL KEGIATAN

3.1 Nama dan Kedudukan Lembaga
Nama lembaga tempat dilaksanakannya kegiatan Kuliah Kerja
Lapangan (KKL), yaitu di direktorat jendral protokol dan konsuler
kementrian luar negeri tepatnya di sub direktorat perlindungan WNI dan BHI.
Berdasarkan Peraturan presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010
TentangKedudukan, Tugas, Dan Fungsi Kementrian Negara Serta Susunan
Organisasi, Tugas, Dan Fungsi Eselon I Kementrian Negara, Direktorat
Jendral

Protokol

dan

Konsuler

memiliki

tugas

merumuskan

serta

melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang protokol dan
konsuler.21 Direktorat Jendral Protokol dan Konsuler sendiri terdiri dari
beberapa bagian, yaitu terdiri dari:
a. Direktorat Protokol
b. Direktorat konsuler
c. Direktorat fasilitas diplomatik
d. Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Badan
Hukum Indonesia (BHI)
Tempat dilaksanakannya Kuliah Kerja Lapangan (KKL) oleh penulis
ini bertempat di Direktorat perlindungan WNI dan BHI, pada saat

21 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Kedudukan, Tugas, Dan
Fungsi Kementrian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, Dan Fungsi Esselon I Kementrian
Negara

berlangsungnya KKL penulis ditempatkan pada sub direktorat II atau subdit 2
(dua) bagian menangani permasalahan WNI di luar negeri.

3.2 Sejarah dan Latar Belakang Lembaga
Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini dewasa ini telah
memacu semakin intensifnya ineraksi antar negara dan antar negara dan antar
bangsa

di

dunia.

Meningkatnya

intensitas

interaksi

tersebut

telah

mempengaruhi pula potensi kegiatan ekonomi, politik, sosial dan budaya
Indonesia dengan pihak luar, baik itu dilalkukan oleh Pemerintah, organisasi,
organisasi non-pemerintah, swasta dan perseorangan. Kenyataan ini menuntut
tersedianya suatu perangkat ketentuan untuk mengatur interaksi tersebut
selain ditujukan untuk melindungi kepentingan warga negara dan negara serta
pada gilirannya memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia.22
Bangsa Indonesia Menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17
Agustus 1945 dan sejarah menunjukkan adanya reaksi yang begitu hebat
terhadap kemerdekaan yang dinyatakan tersebut. Agar dunia internasional
segera mengakui kemerdekaan Republik Indonesia, maka dari itu dibentuklah
suatu lembaga khusus yaitu Kementerian Luar Negeri RI pada tanggal 19
Agustus 1945 sebagai organisasi kementerian pertama di Indonesia dan
Ahmad Subarjo ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri yang pertama. Kantor
pertama Kementerian Luar Negeri berlokasi di Jl Cikini Raya No. 80-82
Jakarta yang merupakan rumah pribadi dari Ahmad Subarjo.

22 Aldila Avezine, 2010, Laporan KKL, Fungsi Konsultasi dan Koordinasi Kemenlu dalam
Penyusunan Perjanjian Sister City, Hlm 33

Saat Soetan Sjahrir ditunjuk menjadi Menteri Luar Negeri kedua
maka kantor Kementerian Luar Negeri untuk pertama kali secara resmi
menempati Jl Cilacap No. 4 yang merupakan bekas gedung Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan di zaman penjajahan Belanda dan semasa
pendudukan Jepang. Setelah mengalami perpindahan beberapa kali pada
akhirnya setelah Konferensi Meja Bundar usai dan kedaulatan diserahkan
kepada Republik Indonesia Serikat akhir tahun 1949, pada awal tahun 1950
Kementerian Luar Negeri memperoleh gedung di Jl Taman Pejambon No. 6
yang hingga sekarang menjadi kantor Kementerian Luar Negeri RI yang
besar dan modern.
Dalam sejarah perkembangan Kementerian luar negeri dapat
dijelaskan bahwa:23
a. Tahun 1945-1950
Tugas utama Kemlu melalui diplomasi:
a) Mengusahakan simpati dan dukungan masyarakat internasional,
menggalang solidaritas teman-teman disegala bidang dan dengan
berbagai macam upaya memperoleh dukungan dan pengakuan atas
kemerdekaan Indonesia
b) Melakukan perundingan dan membuat persetujuan :
1) Persetujuan Linggarjati – pengakuan atas RI meliputi Jawa dan
Madura
23 Situs resmi Kementerian Luar Negeri, http://www.kemlu.go.id/, diakses pada tanggal 06-072014, 11.33 WIB.

2) 1948 Perjanjian Renville – pengakuan atas RI meliputi Jawa
dan Sumatera
3) 1949 Perjanjian KMB – Indonesia dalam bentuk negara
Federal
4) 1950 Diplomasi Indonesia berhasil mengembalikan keutuhan
wilayah RI dengan membatalkan Perjanjian Konferensi Meja
Bundar (KMB)
Masa 5 tahun pertama kemerdekaan Indonesia merupakan masa yang
menentukan dalam perjuangan penegakan kemerdekaan yang merupakan
bagian sejarah yang menentukan Karakter atau Watak politik luar negeri
Indonesia. Semangat Diplomasi Perjuangan yang memungkinkan Indonesia
pada akhirnya meraih dukungan luas masyarakat internasional di PBB pada
tahun 1950.

b. Tahun 1966-1998
Tugas diplomasi Kemlu yang menonjol antara lain :
a) Pengakuan Irian Barat
b) Pengakuan terhadap Indonesia sebagai negara kepulauan dalam
perjuangan hukum laut - UNCLOS (United Nation Convention on
Law of the Sea)
c) Meningkatkan Kerjasama ASEAN
d) Mencari Pengakuan internasional thd Timtim
e) Ketua Gerakan Non Blok untuk memperjuangkan kepentingan
negara-negara berkembang

f) Ketua APEC dan G-15
g) Meningkatkan kerjasama pembangunan

c. Tahun 1998 – Sekarang
Tugas utama Kemlu diarahkan untuk :
a) Memagari potensi disintegrasi bangsa
b) Upaya membantu pemulihan ekonomi
c) Upaya peningkatan citra Indonesia
d) Meningkatkan kualitas pelayanan dan perlindungan WNI

3.3 Visi dan Misi Lembaga
a. Visi
Visi Kementerian Luar Negeri republik Indonesia adalah Visi
Pembangunan Nasional. Melalui Peraturan Presiden (Perpres) RI Nomor 5
Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2010-2014, Pemerintah telah menetapkan “Visi Indonesia 2014”,
yaitu:24

“Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan
Berkeadilan”

dengan penjelasan sebagai berikut:

24 Situs resmi Kementerian Luar Negeri, http://www.kemlu.go.id/, diakses pada tanggal 06-072014, 12.20 WIB.

a) Kesejahteraan Rakyat : Terwujudnya peningkatan kesejahteraan
rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada
keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya
manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting ini dikelola melalui
kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b) Demokrasi

: Terwujudnya masyarakat, bangsa dan

negara yang demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung
tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi manusia.
c) Keadilan

: Terwujudnya pembangunan yang

adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara
aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia.
Dimana selanjutnya, RPJMN 2010-2014 ini selanjutnya menjadi
pedoman bagi kementerian/lembaga dalam menyusun Rencana Strategis
kementerian/lembaga (Renstra-KL) dan menjadi bahan pertimbangan bagi
pemerintah daerah dalam menyusun/menyesuaikan rencana pembangunan
daerahnya masing-masing dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan
nasional.
Setelah mengadaptasi dari Peraturan Presiden (Perpres) RI Nomor
5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2010-2014, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
mempunyai Visi sebagai berikut:25
“Memajukan Kepentingan Nasional Melalui Diplomasi Total”

25 Ibid, diakses pada tanggal 06-07-2014, 12.30 WIB.

a) Memajukan

: adalah mencapai atau membawa

kepada suatu keadaan yang lebih baik.
b) Kepentingan Nasional

: merupakan amanat yang telah

tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan pada periode
2010-2014 difokuskan pada pencapaian Indonesia yang sejahtera,
demokratis dan berkeadilan.
c) Diplomasi Total
digunakan

: adalah instrumen dan cara yang

dalam

diplomasi

dengan

melibatkan

seluruh

komponen stakeholder dan memanfaatkan seluruh lini kekuatan
(multi-track diplomacy).
Pernyataan visi di atas menggambarkan komitmen yang akan
diperjuangkan dan diwujudkan oleh Kementerian Luar Negeri, terutama
melalui pelaksanaan tugas dan fungsinya (core competency), sebagai
institusi penyelenggara hubungan dan pelaksana politik luar negeri.
Pernyataan visi Kementerian Luar Negeri tersebut sejalan dengan visi
nasional seperti tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional

(RPJMN)

2010-2014

yang

menyiratkan

pentingnya

penyelenggaraan hubungan dan pelaksanaan politik yang dikelola dan
dilaksanakan melalui diplomasi total sebagai strategi untuk mewujudkan
visi nasional, yaitu ‘Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan
Berkeadilan’.
b. Misi
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia juga
mempunyai misi sebagai berikut; misi dari Kementerian Luar Negeri

adalah misi Pembangunan Nasional. Misi pembangunan 2010-2014 adalah
rumusan dari usaha-usaha yang diperlukan untuk mencapai Visi Indonesia
2014, yaitu terwujudnya Indonesia Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan,
namun tidak dapat terlepas dari kondisi dan tantangan lingkungan global
dan domestik pada kurun waktu 2010-2014 yang mempengaruhinya. Misi
pemerintah dalam periode 2010-2014 diarahkan untuk mewujudkan
Indonesia yang lebih sejahtera, aman dan damai, serta meletakkan fondasi
yang lebih kuat bagi Indonesia yang adil dan demokratis.
Usaha-usaha Perwujudan Visi Indonesia 2014 akan dijabarkan
dalam 3 (tiga) misi pemerintah tahun 2010-2014 sebagai berikut:26
a) Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera
b) Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi
c) Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang

3.4 Tugas dan Fungsi Lembaga
a. Tugas
Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 37 Tahun 1999 tentang
Hubungan Luar Negeri dijelaskan mengenai Hubungan Luar Negeri.
Hubungan Luar Negeri adalah setiap kegiatan yang menyangkut aspek
regional dan internasional yang dilakukan oleh Pemerintah di tingkat pusat
dan daerah, atau lembaga-lembaganya, lembaga negara, badan usaha,
organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat,

26 Ibid, diakses pada tanggal 06-07-2014, 13.11 WIB.

atau warga negara Indonesia, dimana kemudian Kementerian Luar Negeri
mempunyai tugas sebagai berikut:27
a) Penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar
negeri, termasuk sarana dan mekanisme pelaksanaannya, koordinasi
di pusat dan perwakilan, wewenang dan pelimpahan wewenang
dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan
politik luar negeri.
b) Ketentuan-ketentuan yang bersifat pokok mengenai pembuatan dan
pengesahan perjanjian internasional, yang pengaturannya secara
lebih rinci, termasuk kriteria perjanjian internasional

yang

pengesahannya memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat,
ditetapkan dengan undang-undang tersendiri.
c) Perlindungan kepada warga negara Indonesia, termasuk pemberian
bantuan dan penyuluhan hukum, serta pelayanan konsuler.
d) Aparatur hubungan luar negeri.
Hal yang sama juga ditegaskan dalam Pasal 31 Peraturan Presiden
(Perpres) RI Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik
Indonesia, dan Pasal 7 Undang-Undang (UU) RI Nomor 39 Tahun 2008
tentang Kementerian Negara yang menjelaskan bahwa Kementerian Luar
Negeri mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan
sebagian urusan pemerintahan di bidang politik dan hubungan luar negeri..
27 Ibid, diakses pada tanggal 07-07-2014, 09.14 WIB.

Lebih spesifik lagi mengenai Direktorat perlindungan WNI dan BHI
yang merupakan bagian dari Direktorat Jendral Protokol dan Konsuler,
memiliki tugas yang diatur dalam Peraturan Menteri Luar Negeri RI Nomor
01/A/ OT/I/2006/01 Tahun 2006, Direktorat Perlindungan Warga Negara
Indonesia dan Badan Hukum Indonesia (PWNI dan BHI) bertugas
memberikan perlindungan WNI di dalam dan luar negeri, badan hukum
Indonesia di luar negeri, pengawasan kekonsuleran, serta bantuan sosial dan
repatriasi WNI.
Berkaitan dengan tugas tersebut Direktorat PWNI dan BHI
menyelenggarakan fungsi :
a)
b)
c)
d)

penyiapan perumusan kebijakan dan standarisasi ;
koordinasi dan pelaksanaan kebijakan dan standarisasi teknis ;
perundingan dalam kaitan perlindungan ;
penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang

perlindungan ;
e) pemberian bimbingan teknis, informasi, evaluasi dan pelaporan di
bidang perlindungan ; dan pelaksanaan administrasi Direktorat.
f)
Direktorat PWNI dan BHI terdiri dari :
a)
b)
c)
d)
e)

Subdirektorat PWNI dan BHI di luar negeri,
Subdirektorat PWNI di Indonesia,
Subdirektorat Pengawasan Kekonsuleran,
Subdirektorat Bantuan Sosial dan Repatriasi WNI, dan
Subbagian Tata Usaha.
Subdirektorat PWNI dan BHI di luar negeri bertugas antara lain di

bidang perlindungan:

a) bantuan hukum di bidang perdata dan pidana kepada WNI dan BHI di
luar negeri;
b) bantuan hukum di bidang ketatanegaraan pada WNI di luar negeri yang
berkaitan dengan permasalahan job order, perjanjian kerja, hak asuransi,
c)
d)
e)
f)
g)
h)

gaji, syarat dan kondisi kerja ;
keimigrasian dan kewarganegaraan ;
kependudukan;
fasilitasi komunikasi;
penanganan WNI/ TKI bermasalah yang terlantar ;
permasalahan perlindungan nelayan dan pelaut WNI ;
penyampaian dokumen ke luar/ dalam negeri berkaitan dengan
perceraian, hak perwalian anak, wanprestasi, keimigrasian dan

kewarganegaraan ;
i) proses adopsi anak WNI oleh WNA yang ada di Indonesia.
Subdirektorat

Pengawasan

Kekonsuleran

antara

lain

bertugas

menangani pelayanan publik dan akses konsuler terkait dengan data dan
penyampaian informasi, serta pelayanan dan perlindungan hak-hak WNI
terkait masalah keimigrasian, kewarganegaraan, dan kependudukan. Hak-hak
WNI yang bermasalah atau terlantar, perlindungan hak-hak pelaut Indonesia
yang menghadapi masalah di kapal angkut asing dan atau di luar negeri, hakhak pelaut dan nelayan Indonesia yang menghadapi masalah di kapal
penangkap ikan asing dan atau di luar negeri, penyelesaian permasalahan
WNI dan BHI di luar negeri.
Subdirektorat Bantuan Sosial dan Repatriasi WNI bertugas menangani
pelayanan di bidang bantuan kemanusiaan, pemulangan WNI bermasalah dan
atau terlantar di luar negeri, antara lain mengenai pemberian uang santunan,
kompensasi, asuransi dan proses pemulangan ke daerah asal, pemberian
fasilitas kesehatan, penyediaan informasi umum dan dokumen, penjemputan,

melakukan monitoring terhadap WNI/TKI korban human trafficking dan
transnasional crimes lainnya. Subbagian Tata Usaha adalah sebagai unsur
pendukung

yang

bertugas

melaksanakan

ketatausahaan

dan

kerumahtanggaan, seperti perencanaan dan pelaporan kinerja, administrasi
keuangan, administrasi kepegawaian, dan administrasi perlengkapan.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Perlindungan TKI Di Luar Negeri
Untuk dapat menangani perlindungan TKI berdasarkan definisi
perlindungan TKI yang terdapat dalam UU nomor 39 tahun 2004 tentang
penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri, mencakup segala upaya
baik preventif maupun represif/kuratif dilakukan untuk memenuhi segala hak

dan kewajiban serta yang berkaitan dengan pekerjaannya agar dapat hidup,
tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat
dan martabakemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan,
diskriminasi dan ekploitasi.
a. Perlindungan Secara Preventif/Educatif
Perlindungan seperti ini dapat diwujudkan dengan membuat
perangkat hukum yang melindungi tenaga kerja Indonesia, seperti :
a) Membuat Undang-Undang yang mengatur penempatan tenaga kerja
Indonesia (Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar
Negeri) yang perlu dilengkapi dengan peraturan pelaksanaannya.
b) Kesepakatan bilateral atau multilateral dengan pengguna tenaga
kerja Indonesia yang juga membuat mekanisme penempatan TKI dan
perlindungannya.
c) Mengupayakan lembaga organisasi tenaga kerja Indonesia melalui
organisasi pekerja Negara penempatan.
b. Perlindungan Represif atau Kuratif
a) Mendirikan krisis centre (terutama di Negara penempatan tenaga
kerja Indonesia dan di dalam negeri untuk tenaga kerja Indonesia
yang menghadapi masalah hukum, ketenagakerjaan, sosial budaya
dan sebagainya.
b) Mengikutsertakan tenaga kerja Indonesia dalam program asuransi
yang dapat meng-cover seluruh resiko (all risk) kerja sesuai dengan
jenis pekerjaannya.

c) Moratorium.
Dengan perlindungan secara preventif dan represif maka, mekanisme
Perlindungan TKI di Luar Negeri yang dilakukan pemerintah Republik
Indonesia secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut:

Instansi dalam dan
Luar Negeri

Peraturan
internasional

persiapan

penempatan

Peraturan uu

Calon
TKI

Peraturan uu
negara

Dalam negeri

Implikasi
perlindungan
TKI

Purna
Pelaksana
penempatan dan
perlindungan TKI

Luar negeri

Dalam negeri

penempatan

Optimalisasi
perlindungan hak dan
kewajiban TKI

Proses tersebut diatas menggambarkan bahwa perlindungan TKI di
luar negeri berawal dari adanya peraturan di Indonesia maupun di luar negeri
yang mengatur mengenai perlindungan TKI di luar negeri. Peraturan tersebut
di implikasikan oleh instansi-instansi terkait yang menangani calon TKI
dalam menangani perlindungan TKI di luar negeri.
Perlindungan TKI tersebut dimulai sejak calon TKI memulai
persiapan, penempatan hingga purna penempatan. Perlindungan TKI terus
diawasi oleh instansi-instansi terkait yang bertanggung jawab dari dalam

maupun luar negeri berdasarkan peraturan yang telah ada. Dari peraturan
yang telah ada di dalam maupun luar negeri mengenai perlindungan TKI
menjadi rujukan atau acuan untuk meningkatkan dan mengoptimalkan
perlindungan hak dan kewajiban TKI di luar negeri.
Pada instansi tempat KKL yaitu kementrian luar negeri, menangani
TKI yang bermasalah dan memiliki kepentingan di negara tempat pengiriman
TKI tersebut. Permasalahan yang ditangani kementrian luar negeri dan
KBRI/atau KJRI antara lain kasus pidana, overstayers ( melampaui masa
tinggal) dan Human trafficking (perdagangan manusia).
a. Perlindungan dan penanganan TKI terpidana
Dalam masalah TKI yang melakukan tindak pidana diluar negeri
ialah pemerintah indonesia tidak dapat menangkap dan mengadili TKI
tersebut karena pemerintah Indonesia tidak memiliki yurisdiksi atau
wilayah hukum di luar negeri. Oleh karena itu Untuk mewujudkan negera
yang bertanggung jawab atas hak dan keselamatan warga negeranya
maka, Indonesia melalui kementrian luar negeri khususnya direktorat
WNI dan BHI melakukan berbagai upaya untuk melindungi WNI/TKI di
luar negeri. Mekanisme yang dilakukan kementrian luar negeri dan
KBRI/atau KJRI untuk melindungi TKI di luar negeri secara umum
antara lain:

KBRI/atau KJRI mencarikan dan memberikan pengacara pada TKI yang
terpidana

KBRI/atau KJRI melaporkan ke kementrian luar negeri

presiden memberikan surat kepada kepala negara atau pemerintahan negara
penerima TKI untuk meminta ampunan
kementrian luar negeri mengutus staffnya untuk menemui dan mengabarkan
keluarga TKI bersangkutan
kementrian luar negeri bekerjasama dengan pemerintah daerah dan keluarga
TKI untuk mendukung pembelaan TKI bersangkutan
kementrian luar negeri mengutus utusannya dan keluarga TKI tersebut untuk
menemui TKI di penjara negara bersangkutan dan ke negara tempat TKI
terpidana
KBRI/atau KJRI mengunjungi keluarga korban meminta untuk memberikan
maaf
kementrian luar negeri dan KBRI/KJRI menghadirkan saksi-saksi dalam
persidangan untuk meringankan hukuman bagi TKI bersangkutan

KBRI/atau KJRI mendampingi dalam Persidangan

kementrian luar negeri melakukan segala perlindungan hukum sesuai dengan
hukum negara setempat
utusan kementrian luar negeri mengantarkan TKI pulang ke Republik
Indonesia
Dari proses diatas digambarkan sejak KBRI atau KJRI mengetahui
ada TKI yang melakukan tindak pidana di luar negeri, maka KBRI/atau
KJRI di negara setempat langsung melaporkan hal tersebut kepada

kementrian luar negeri dan mencarikan advokat atau pengacara untuk TKI
terpidana tersebut.
Disini letak peran kementrian luar negeri yaitu sejak mendapatkan
laporan dari KBRI/atau KJRI bahwa adanya TKI yang bermasalah di luar
negeri. Kementrian luar negeri segera mengabari keluarga TKI tersebut
dan mengutus utusannya untuk datang ke negara tempat TKI tersebut
terpidana. Utusan kementrian luar negeri mengajak anggota keluarga untuk
menjenguk TKI yang terpidana. Setelah itu kementrian luar negeri
meminta dukungan dari pemerintah daerah dan keluarga TKI terpidana
untuk pembebasan TKI tersebut.
Dalam persidangan kementrian luar negeri akan menghadirkan
saksi-saksi pendukung yang dapat meringankan hukuman atas tindak
pidana TKI tersebut. Dalam semua proses tersebut kementrian luar negeri
melakukan perlindungan penuh sesuai dengan hukum negara setempat
termasuk melakukan banding dan kasasi apabila TKI terpidana tidak
diringankan bebannya. Kementrian luar negeri akan mengantar pulang TKI
terpidana ke Indonesia apabila TKI tersebut diputuskan bebas Semua
proses tersebut dapat berhenti disalah satu tahap apabila permintaan
ampunan presiden Republik Indonesia di terima oleh negara penerima TKI
tersebut.

b. Perlindungan dan penanganan TKI Overstayers
WNI/TKI Overstayers merupakan WNI/TKI yang berada di luar
negeri dengan visa bebas yang izin tinggalnya sudah habis masa

berlakunya atau tidak mempunyai dokumen perjalanan resmi baik berupa
paspor maupun dokumen perjalanan lainnya. Penyebab terjadinya TKI
overstayers di luar negeri dapat disebabkan karena faktor-faktor sebagai
berikut:
a) TKI yang lari dari majikan disebabkan oleh berbagai faktor seperti;
tidak betah bekerja karena alasan tidak cocok dengan majikan,
beban kerja dan lain sebagainya.
b) TKI yang mengalami tindakan-tindakan dari majikan seperti gaji
tidak dibayar atau mendapat perlakuan yang tidak baik seperti
pelecehan, penganiayaan dan lain sebagainya. Namun larinya
mereka dari majikan karena ketidakpahaman, dimanfaatkan oleh
pihak-pihak tertentu.
c) ulah sindikat yang mempengaruhi para TKI yang bekerja secara
prosedural dengan mengiming-imingi gaji lebih besar, sehingga
para TKI berpindah majikan tanpa menyadari resiko status
keimigrasian yang sangat merugikan TKI tersebut.
d) WNI yang masuk dengan visa kunjungan dan bekerja secara ilegal
e) WNI yang masuk dengan calling visa langsung dari majikan (tanpa
melewati PJTKI/PJTKA) dan kemudian kabur dari majikannya.
Oleh sebab faktor-faktor diatas banyak WNI/TKI yang ditangkap
dan dikarantina di tempat karantina imigrasi di negara setempat. Maka dari
itu untuk menanganai TKI overstayers, pemerintah melakukan berbagai
langkah-langkah sebagai berikut:

Perundingan dengan Pemerintah negara setempat untuk mencari penyelesaian
yang menyeluruh masalah WNI/TKI overstayers.

Mendorong pihak imigrasi negara setempat untuk memulangkan sebanyak
mungkin WNI/TKI Overstayers sesuai dengan kesepakatan hasil perundingan
Mempercepat proses pemberian surat perjalanan laksana paspor (SPLP) dengan
menugaskan staf KJRI/KBRI

memulangkan TKI yang telah mendapatkan SPLP

Memperketat pengiriman TKI sektor rumah tangga dengan hanya mengirimkan
TKI yang sesuai dengan kriteria dan telah memiliki ketrampilan yang memadai
untuk bekerja di luar negeri

Melakukan law enforcement di dalam negeri kepada oknum-oknum yang
melakukan penyimpangan dalam proses perekrutan, pelatihan dan
penempatan TKI ke luar negeri sehingga tidak menimbulkan efek jera.

Memperketat pengiriman TKI sektor rumah tangga dengan hanya
mengirimkan TKI yang sesuai dengan kriteria dan telah memiliki ketrampilan
yang memadai untuk bekerja di luar negeri

c. Penanganan TKI yang menjadi korban human trafficking
Dengan adanya undang-undang nomor 21 tahun 2007 tentang
pemberantasan tindak pidana perdagangan orang yang dengan jelas
menyebutkan bahwa human trafficking tindak pidana. Karena hal tersebut
hukum acara yang berlaku adalah hukum acara pidana dimana perangkat
hukum yang bertindak menangani pelaku kejahatan human trafficking
adalah kepolisian Republik Indonesia. Tetapi mengenai masalah

penanganan korban human trafficking yang telah berada di luar negeri
khususnya dalam hal ini adalah TKI yang menjadi korban, maka hal
tersebut ditangani oleh beberapa instansi pemerintah Indonesia yaitu
KBRI/KJRI, kementrian luar negeri, kepolisian, dan dinas sosial.
Kordinasi antara lembaga-lembaga tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:

KBRI menerima Laporan adanya human
traficking

Kementrian luar negeri menerima laporan

kepolisian

Dinas sosial

Dari bagan diatas dapat dijelaskan bahwa penangan human
trafficking diawali dengan adanya laporan dari KBRI/KJRI RI di negara
setempat dan melaporan ke kementrian luar negeri untuk di data dan

mengurus pengantaran TKI korban human trafficking bersama dengan
KBRI. setelah sampainya di tanah air, kementrian luar negeri melaporkan
kepada dinas sosial dan kepolisian untuk membina dan menangani kasus
TKI yang menjadi korban human trafficking.

4.2 Prosedur penanganan dan bantuan perlindungan WNI/TKI
Kementrian luar negeri khususnya Direktorat perlindungan WNI dan
BHI yang menangani WNI atau TKI di luar negeri memberikan pelayanan
untuk WNI bermasalah atau memiliki kepentingan. Jenis jenis pelayanan
yang diberikan antara lain:
a.
b.
c.
d.

Pemberian perlindungan WNI di luar negeri
Pemberian perlindungan WNI yang bekerja di entitas asing
Pemberian bantuan sosial dan repatriasi WNI
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi perlindungan WNI

Dari berbagai perlindungan diatas, perlu melakukan tahap-tahap untuk
mendapatkan bantuan perlindungan dari kementrian luar negeri yang
digambar dalam bagan sebagai berikut:

Formulir
pengaduan
pelaporan
kasus

Registrasi

DIREKTUR
PWK
(KBRI/KJRI)
Staf Dit.
PWNI dan
BHI

LSM/
SWASTA
Pelapor/
Pemohon
Surat
permohonan

Instansi
terkait

Hasil penanganan

Digambarkan bahwa untuk mendapatkan penanganan dan bantuan
perlindungan dari kementrian luar negeri diawali dengan pemohon
melakukan registrasi pengaduan atau laporan serta surat permohonan. Untuk
melakukan registrasi pemohon diharapkan untuk membawa berbagai
dokumen sebagai syarat-syarat pemohon. Dokumen tersebut adalah sebagai
begrikut:
a. Identitas diri pemohon/korban (paspor, KTP, dll)
b. Dokumen pendukung (perjanjian kerja, surat pengesahan instansi, surat
terjemahan, surat pengantar desa, dll)
c. Kronologis kasus
d. Permohonan/tuntutan
setelah pemohon melengkapi dokumen-dokumen tersebut, pemohon
dapat melakukan registrasi dan mendapatkan formulir pengaduan serta surat
permohonan yang akan disampaikan kepada Direktorat Perlindungan WNI
dan BHI. Setelah itu Direktorat Perlindungan WNI dan BHI akan memproses
permohonan atau tuntutan yang diberikan oleh pemohon dan melaporkan
kepada perwakilan Republik Indonesia di negara setempat serta kepada

instansi-instansi terkait. Hasil dari penanganan akan disampaikan kepada
pemohon.
4.3 Masalah yang dihadapi lembaga
Hambatan dan permasalahan yang dihadapi oleh kementrian luar
negeri Khususnya direktorat perlindungan WNI dan BHI dalam menangani
dan memberikan bantuan perlindungan adalah tidak adanya data yang
dimiliki oleh kementrian luar negeri. Data WNI/TKI yang berada di luar
negeri ada pada kantor imigrasi I