Modul 01 Dokumen Lingkungan Hidup Energi Bersih

Rangkuman Peraturan Mengenai
Dokumen Lingkungan Hidup & Energi Bersih

PAKET PELATIHAN
Keuangan Berkelanjutan dalam Pembiayaan Energi Bersih
i

ii

Rangkuman Peraturan Mengenai
Dokumen Lingkungan Hidup &
Energi Bersih
PAKET PELATIHAN
Keuangan Berkelanjutan dalam Pembiayaan Energi Bersih

1

DISCLAIMER:
PEMBUATAN NASKAH INI DIKOORDINASIKAN DENGAN OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK).
SERANGKAIAN DISKUSI TELAH DILAKUKAN MELIBATKAN INSTITUSI TERKAIT, DAN PARA
AHLI YANG TELAH MEMBANTU MEMPERSIAPKAN NASKAH INI. MENJADI SUATU KEBANGGAAN BAGI KAMI UNTUK DAPAT MENYAMPAIKAN RASA TERIMAKASIH KEPADA SEMUA

PIHAK YANG TELAH TERLIBAT DALAM PENYUSUNAN NASKAH INI DARI AWAL HINGGA SELESAI.
PEDOMAN INI TIDAK BERSIFAT MENGIKAT BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN (LJK) NAMUN
DAPAT DIJADIKAN SEBAGAI SALAH SATU ACUAN BAGI LJK DALAM HAL BERINVESTASI DI SEKTOR ENERGI BARU TERBARUKAN.
PENYUSUNAN NASKAH INI MEMPEROLEH DUKUNGAN KONSULTASI DAN MASUKAN DARI
THE UNITED STATES AGENCY FOR INTERNATIONAL DEVELOPMENT – INDONESIA CLEAN
ENERGY DEVELOPMENT (ICED) ROJECT BEKERJA SAMA DENGAN LEMBAGA PENDIDIKAN
EKONOMI DAN MASYARAKAT FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA
(LPEM UI)

2

AKRONIM
ESG

A
AMDAL
ANDAL
ANDALALIN
APBN
APBD

ATPA
ARLH
ASRI

Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup
Analisa Dampak Lingkungan
Analisa Dampak Lalu Lintas
Anggaran
Pembangunan
Belanja Nasional
Anggaran
Pembangunan
Belanja Daerah
Anggota
Tim
Penyusun
AMDAL
Analisa Risiko Lingkungan
Hidup

Aspek-Aspek Risiko Sosial dan
Lingkungan Hidup

BI
BLHD
BML
BNSP
BUMN
BUMD

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Bank Indonesia
Badan Lingkungan Hidup
Daerah
Baku Mutu Lingkungan
Badan Nasional Sertiikasi
Profesi
Badan Usaha Milik Negara
Badan Usaha Milik Daerah


D
DADU

Dokumen Amdal dan UKL UPL

E
EBTKE
ESDM

F
FGD
FIT
FS

Ditjen Energi Baru Terbarukan
dan Konservasi Energi
Energy and Mineral
Resources/ Energi dan Sumber
Daya Mineral


Focus group discussion
Feed-in tarif
Feasibility study

G
GHG
GIZ

GOI

B
BAPPENAS

ESRA

Environmental
Social
Risk Governance
Environmental Risk Assessment Training


Greenhouse gas
Gesellschat für Internationale
Z u s a m m e n a r b e i t
(Germany’s
international
donor agency)
Government of Indonesia

I
ICED
IFC
IL
IMB
IPPKH
IPA
IPEA
IPPKH
IPKH
IUPA
IUPEA

IUP
IUPTL

I n don es ia Cl e an E nerg y
Development Project
International
Finance
Corporation
Izin Lingkungan
Izin Mendirikan Bangunan
Izin Pinjam Pakai Kawasan
Hutan
Izin Pemakaian Air
Izin Pemakaian Energi Air
Izin Pinjam Pakai Kawasan
Hutan
Izin Pelepasan Kawasan Hutan
Izin Usaha Pemakaian Air
Izin Usaha Pemakaian Energi
Air

Izin Usaha Panas Bumi
Izin Usaha Pembangkitan
Tenaga Listrik

Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

3

AKRONIM
K

N

KA
KBKL

Kerangka Acuan
Kriteria Baku Kerusakan
Lingkungan
Kajian Dampak Lingkungan

Kawasan Pelestarian Alam
Komisi Penilai AMDAL
Kawasan Suaka Alam
Ketua Tim Penyusun AMDAL
Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan
Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
Komisi Penilai AMDAL
Kementrian / Lembaga

KDL
KPA
KPA
KSA
KTPA
KLHK
KLHS
KPA
K/L


NPWP
NSPK

O
OJK

LB3

Limbah Bahan Beracun
Berbahaya
Lingkungan Hidup
Lembaga Pelatihan
Kompetensi
Lembaga Sertiikasi
Kompetensi
Lembaga Swadaya Masyarakat
Lembaga Jasa Keuangan
Lembaga Penyedia Jasa
Penyusunan

Lembaga Sertiikasi Profesi

LH
LPK
LSK
LSM
LJK
LPJP
LSP

M
MEBPSDMLHK

MENLH
MER
MoU
MPSJKI
MRV
MW

4

Monitoring dan Evaluasi
Bidang
Pengembangan
Sumber
Daya
Manusia
Lingkungan Hidup dan
Kehutanan
Menteri Lingkungan Hidup
Monitoring, evaluation and
reporting
Memorandum of understanding
Master Plan Sektor Jasa
Keuangan Indonesia
Monitoring, Reporting, and
Veriication
Megawatt

Otoritas Jasa Keuangan

P
PIPIB
PLB3
PLN
PLTA
PLTBm

L

Nomor Pokok Wajib Pajak
Norma Standar Prosedur dan
Kriteria

PLTBg
PLTM
PLTMH
PLTP
PLTSa
PBI
Permen
PROPER

PP
PPA
PPLH

PPLHD

PRI
PSI

Peta Indikatif Penundaan
Pemberian Izin Baru
Pengelolaan Limbah Bahan
Beracun Berbahaya
State electricity company/
Perusahaan Listrik Negara
Pembangkit Listrik Tenaga Air
Pembangkit Listrik Tenaga
Biomassa
Pembangkit Listrik Tenaga
Biogas
Pembangkit Listrik Tenaga
Minihidro
Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro
Pembangkit Listrik Tenaga
Panas Bumi
Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah
Peraturan Bank Indonesia
Peraturan Menteri
Program Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan dalam
Mengelola Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah
Power Purchase Agreement
Peraturan dan Perundangundangan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Peraturan dan Perundangundangan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah
Principles of Responsible
Investment
P rincip les of S us ta inable
I n su ra nce

Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

AKRONIM
PROPER

PUU

Program Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan dalam
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
Peraturan
Perundangundangan

R
RAD GRK
RAN GRK
RDTR
RE
RKL-RPL

RPPLH

RPJP
RPJM
RTRW

Rencana Aksi Daerah Gas
Rumah Kaca
Rencana Aksi Nasional Gas
Rumah Kaca
Rencana Detail Tata Ruang
Renewable Energy
Rencana
Pengelolaan
Lingkungan – Rencana Pemantauan Lingkungan
Rencana Perlindungan dan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
Rencana
Pembangunan
Jangka Panjang
Rencana
Pembangunan
Jangka Menengah
Rencana Tata Ruang Wilayah

U
UU
UKL-UPL

UMKM
UN
UNDP
UNEP FI
USAID
USG

Undang Undang
Upaya Pengelolaan
Lingkungan – Upaya Peman
tauan Lingkungan
Usaha Mikro Kecil dan
Menengah
United Nation
United Nations Development
Programme
United Nation Environtment
Programe Finance Inisiative
United States Agency for
International Development
United States Government

S
SBU
SDA
SDG
SDM
SKKL
SPPLH

SPT

Standar Biaya Umum
Sumber Daya Alam
Sustainable
Development
Goals
Sumber Daya Manusia
Surat Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup
Surat Kesanggupan melakukan Pengelolaan Pemantauan Lingkungan Hidup
Saran
dan
Tanggapan
Masyarakat

Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

5

DAFTAR ISI
Akronim .............................................................................................................................3
Datar Isi ..............................................................................................................................6
Kata Pengantar ...................................................................................................................7
Latar Belakang dan Ruang Lingkup Buku Pedoman ..........................................................8
BAB 1
Peraturan dan Perundang-undangan Terkait Dokumen Lingkungan Hidup dan Pembiayaan
Energi Bersih .......................................................................................................................11
1.1 Kerangka Dasar Peraturan-peraturan Terkait ...............................................................12
1.2 Peraturan Gas Rumah Kaca / Pembangunan Berkelanjutan ........................................14
1.3 Peraturan Perijinan dan Dokumen Lingkungan Hidup.................................................17
1.4 Peraturan Keuangan Berkelanjutan..............................................................................32
1.5 Peraturan Energi Bersih.................................................................................................37
BAB 2
Tata Kelola Izin Lingkungan Hidup di Indonesia ................................................................43
2.1 Pengertian AMDAL, UKL/UPL dan Izin Lingkungan ....................................................44
2.2 AMDAL, UKL/UPL dan Izin Lingkungan dalam Tata Laksana Perizinan ......................45
2.3 Proses Penyusunan AMDAL, UKL/UPL dan Izin Lingkungan .......................................50
2.4 Kategori Jenis-Jenis Usaha AMDAL, UKL/UPL ..............................................................58
2.5 Implementasi Izin Lingkungan......................................................................................62
2.6 Pengawasan & Penegakan Hukum ..............................................................................67
BAB 3
Kupas AMDAL dan UKL/UPL Penerapan
pada Analisa Pembiayaan Proyek Energi Bersih .................................................................70
3.1 Ikhtisar Dokumen AMDAL dan UKL/UPL .....................................................................71
3.2 Aspek-Aspek Kunci yang Perlu Diperhatikan dalam AMDAL dan UKL/UPL ................75
Datar Pustaka ....................................................................................................................78

6

Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

KATA PENGANTAR
Kata Pengantar Otoritas Jasa Keuangan
Mulya E. Siregar – Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK

Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

7

LATAR BELAKANG DAN
RUANG LINGKUP MODULE
erkembangan pesat energi bersih
merupakan kunci untuk mencapai
target mitigasi perubahan iklim dan
memenuhi kebutuhan energi di Indonesia.
Dalam lima tahun terakhir, sektor energi
Indonesia telah mengalami banyak perubahan
dan menghasilkan lingkungan yang lebih
mendorong percepatan pengembangan energi
bersih. Berbagai perubahan tersebut antara
lain terbitnya berbagai peraturan pemerintah
yang mendukung pengembangan energi
bersih, komitmen pemerintah untuk mengurasi
emisi gas-gas rumah kaca, pengembangan
proyek-proyek bertenaga energi terbarukan.

P

USAID mendukung upaya Indonesia
dalam proses transisi menuju energi rendah
emisi melalui pengembangan energi bersih
dengan meluncurkan proyek Indonesia Clean
Energy Development II (ICED II) pada bulan
Mei 2015, yang akan berlangsung hingga 2020
dan merupakan kelanjutan dari USAID ICED I
yang berakhir pada Februari 2015. Kegiatan
pelatihan merupakan perwujudan komitmen
USAID ICED II untuk meningkatkan kemampuan
berbagai lembaga lokal di Indonesia agar
mereka dapat memberikan layanan yang lebih
baik di bidang energi bersih, khususnya dalam
sektor keuangan.
Sepanjang 2012-2014, bekerja sama
dengan Bank Indonesia dan Kementerian
Lingkungan Hidup, USAID ICED I berhasil
melaksanakan tujuh pelatihan bertajuk
Pelatihan Analis Lingkungan Hidup yang
bertujuan untuk memberikan pelatihan
8

bagi staf bank dan lembaga keuangan
tentang energi bersih, dengan fokus pada
cara menilai kelayakan proyek energi bersih
yang membutuhkan pembiayaan. Kegiatan
pelatihan tersebut merupakan dukungan
USAID ICED I terhadap Program Perbankan
Ramah Lingkungan dari Bank Indonesia.
Program
tersebut
menyiapkan
analis
lingkungan agar dapat mendorong program
pembiayaan bank untuk proyek infrastruktur
ramah lingkungan. Selama dua tahun,
setidaknya 300 peserta (192 laki-laki dan
103 perempuan) mengikuti tujuh pelatihan
tersebut. Kegiatan ini juga menghasilkan Buku
Rujukan Energi Bersih bagi Bank dan Lembaga
Keuangan yang menyajikan informasi dasar
tentang proyek energi terbarukan dari sudut
pandang pembuat kebijakan, teknis dan
keuangan. Buku ini turut melengkapi Manual
Pembiayaan Ramah Lingkungan (Green
Lending Manual) yang disusun oleh Bank
Indonesia dan USAID ICED I.
Saat USAID ICED II mulai pada 2015,
Pelatihan Analis Lingkungan berganti nama
menjadi Pelatihan Kajian Risiko Lingkungan
atau Environmental Risk Assessment Training
(ESRA). Pada 2015, ESRA melatih 65 staf
bank dan lembaga keuangan (42 laki-laki
dan 23 perempuan). Arah pelatihan mulai
fokus pada pelatihan yang lebih terstandar
dan melembaga. USAID ICED II mengadakan
kajian kebutuhan pelatihan (training needs
assessment) dan mengembangkan modul
khusus untuk Pelatihan ESRA. Selain itu,
untuk memastikan agar pelatihan tersebut

Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

LATAR BELAKANG DAN
RUANG LINGKUP MODULE
melembaga, USAID ICED II mulai mencari mitra yang dapat melanjutkan
dan mengembangkan pelatihan demi kemajuan bidang keuangan
berkelanjutan (sustainable inance) di Indonesia. Lembaga Penyelidikan
Ekonomi dan Masyrakat Universitas Indonesia (LPEM UI) terpilih secara
kompetitif untuk menjadi penyelenggara Pelatihan ESRA sebanyak tiga
kali pada 2016 bagi 111 peserta (74 laki-laki dan 37 perempuan).
Pada 2016, USAID ICED II bekerja sama dengan International
Finance Corporation (IFC) berhasil menyusun dua modul untuk
lembaga pembiayaan, yaitu Pengantar Tata Kelola Risiko Sosial dan
Lingkungan untuk Lembaga Jasa Pembiayaan dan Analisa (Introduction
to Environmental Social Risk Governance atau ESG), Pemantauan untuk
Pembiayaan Ramah Lingkungan bagi Proyek Mini Hidro (Analysis
and Monitoring Green Lending for Mini Hydro Power Project) dan
Pemantauan untuk Pembiayaan Ramah Lingkungan bagi Proyek Tenaga
Surya (Analysis and Monitoring Green Lending for Solar PV Projects).
USAID ICED II mengemas Pelatihan ESRA menjadi Pelatihan Keuangan
Berkelanjutan dan Pembiayaan Energi Bersih. Kelak pelatihan ini akan
lebih fokus pada tingkat proyek energi bersih, terutama pembiayaan
proyek, namun tetap menggunakan pembiayaan berkelanjutan
sebagai platform utama dari pembiayaan energi bersih.
Sebagai rujukan untuk Pelatihan Pembiayaan Keuangan Berkelanjutan
dan Pembiayaan Energi Bersih, USAID ICED II menerbitkan modul
dengan judul yang sama dan terdiri dari beberapa seri berikut:
1.
Environmental and Social Governance pada Lembaga Jasa
Keuangan.
2.
Pedoman Peraturan-Peraturan Terkait Pembiayaan Energi
Bersih dan Dokumen Lingkungan Hidup.
3.
Pembiayaan Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro.
4.
Pembiayaan Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya.
5.
Pembiayaan Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Biogas.

Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

9

10

BAB 1
Peraturan dan Perundang-undangan
Terkait Dokumen Lingkungan Hidup
dan Pembiayaan Energi Bersih

11

POINT 1.1

Kerangka Dasar
Peraturan Terkait

S

alah satu pilar Sustainable Development Goal adalah meningkatkan proporsi energi
terbarukan pada global energy mix pada tahun 2030. Dalam implementasinya,
kebijakan pemerintah suatu negara dibutuhkan sebagai bentuk komitmen
terhadap pencapaian target tersebut. Pemerintah Indonesia menunjukkan keseriusan
dengan mencantumkan framework pembangungan berkelanjutan ke dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM). Salah satu tantangan dari RPJM adalah valuasi dan internalisasi aspek lingkungan
ke dalam aspek ekonomi dan sosial.
Sebagai anggota negara G20, tantangan tersebut juga merupakan sebuah peluang
untuk mengurangi emisi karbon. Komitmen Pemerintah Indonesia untuk mencapai target
pengurangan emisi karbon pada tahun 2020 dituangkan dalam Rencana Aksi Nasional
Gerakan Rumah Kaca (RAN GRK). Dalam RAN GRK, kontribusi pembiayaan kegiatan mitigasi
dan adaptasi tidak hanya dialokasikan dari sektor publik, tetapi juga mengikutsertakan
sektor swasta. Oleh karena itu, sektor perbankan dan investor yang menyokong pendanaan
memiliki peran yang besar dalam mendukung program pemerintah dalam pencegahan
dan penurunan emisi karbon. Dalam mengelola risiko lingkungan dan sosial, sektor swasta
dilibatkan sesuai dengan UU 32 Tahun 2009 yang mengatur tentang kewajiban industri
untuk melindungi alam dan lingkungan.
Melihat keterkaitan dari aspek-aspek di atas, maka peningkatan investasi Energi
Terbarukan merupakan solusi yang strategis, namun beririsan dengan berbagai pemangku
kepentingan. Oleh karena itu, dalam mengevaluasi suatu proposal pembiayaan, penting
untuk melihat suatu proyek secara holistik.

12

Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

13

POINT 1.2

Peraturan Gas Rumah Kaca/
Pembangunan Berkelanjutan
1. Peraturan Presiden No 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca (RAN-GRK)
• RAN-GRK adalah dokumen rencana kerja pelaksanaan kegiatan-kegiatan penurunan emisi gas
rumah kaca (GRK) baik secara langsung dan tidak langsung sesuai target pembangunan nasional
• RAN GRK meliputi bidang:
o Pertanian
o Kehutanan dan lahan gambut
o Energi dan transportasi
o Industri
o Pengolahan Limbah
o Kegiatan pendukung lain
• RAN-GRK merupakan pedoman bagi
o kementerian/lembaga untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi rencana aksi penurunan emisi GRK,
o pemerintah daerah dalam penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah
Kaca (RAD-GRK)
o masyarakat dan pelaku usaha dalam perencanaan dan pelaksanaan penurunan emisi GRK
• Pemerintah Daerah wajib menyusun RAD-GRK setahun setelah ditetapkannya RAN-GRK
• Pendanaan RAN-GRK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bersumber dari APBN, APBD, dan
sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai peraturan perundang-undangan.

2. Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2011 tentang Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional
• Inventarisasi GRK memberikan informasi secara berkala tentang tingkat, status dan kecenderungan perubahan emisi dan serapan GRK termasuk serapan karbon di tingkat nasional, provinsi
dan kabupaten/kota
• Inventarisasi GRK dilakukan di pada sumber emisi:
o Pertanian, kehutanan, Lahan gambut, dan penggunaan Lahan lainnya
o Pengadaan dan penggunaan energi, mencakup: pembangkitan energi, industri, transportasi, rumah tangga, komersial, pertanian, konstruksi dan pertambangan,

14

Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

POINT 1.2

Peraturan Gas Rumah Kaca/
Pembangunan Berkelanjutan
o proses industri dan penggunaan produk
o pengelolaan Limbah
• Veriikasi dilakukan terhadap hasil inventarisasi GRK, termasuk penurunan emisi dari kegiatan
mitigasi perubahan iklim
• Inventarisasi dilakukan di tingkat nasional, provinsi dan daerah dengan Menteri, Gubernur dan
Bupati/Walikota sebagai pengemban tugas inventarisasi di wilayah masing-masing.
• Pelaku usaha dari kegiatan yang secara potensial menimbulkan emisi dan/atau menyerap GRK
wajib melaporkan data data terkait inventarisasi kepada Gubernur dan Bupati/Walikota
• Pembiayaan kegiatan inventarisasi dibebankan kepada APBN, APBD dan/atau sumber pendanaan lainnya yang sah sesuai peraturan perundang-undangan.

3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No 15 Tahun 2013 tentang
Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi Aksi Mitigasi Perubahan Iklim
• Aksi mitigasi perubahan iklim baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun non-pemerintah
dilakukan melalui tahapan pengukuran, pelaporan dan veriikasi.
• Pengukuran perencanaan aksi mitigasi dilakukan untuk mendapatkan emisi baseline dan besaran target penurunan emisi GRK dan peningkatan serapan GRK
• Laporan capaian aksi mitigasi perubahan iklim memuat:
o Penghitungan besaran emisi GRK tanpa adanya aksi mitigasi
o Penetapan baseline dan asumsinya
o Metodologi penghitungan (data aktivitas, ukura, lokasi dan periode kegiatan)
o Uraian kegiatan
o Pernyataan capaian penurunan emisi dan/atau penyerapan emisi GRK
o Uraian sistem manajerial yang diterapkan
o Kendala dan hambatan
• Laporan aksi mitigasi perubahan iklim diveriikasi oleh veriikator yang ditunjuk oleh Penanggung Jawab aksi.
• Veriikator tidak terlibat langsung dalam pelaksanaan aksi mitigasi serta memiliki sertiikat kompetensi sebagai veriikator
• Menteri membentuk Komisi MRV Nasional untuk melakukan penilaian (pengecekan kualitas dan
akurasi data) capaian aksi mitigasi perubahan iklim serta menyelenggarakan Sistem Registrasi
Nasional
• Sistem Registrasi Nasional berfungsi untuk memberikan informasi mengenai aksi mitigasi perubahan iklim yang telah tersertiikasi serta informasi hasil pengukuran, pelaporan dan veriikasi
aksi mitigasi perubahan iklim

Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

15

POINT 1.2

Peraturan Gas Rumah Kaca/
Pembangunan Berkelanjutan
4. Minister of Environment and Forestry No. P.33/ Menlhk/ Setjen/ Kum.1/3/2016
on the Guidelines of Climate Change Adaptation Action Plan Development
• Memberikan pedoman bagi pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyusun aksi adaptasi
perubahan iklim dan mengintegrasikan adaptasi dalam pembangunan suatu wilayah/sektor.
• Adaptasi mencakup ketahanan pangan, kemandirian energi, kesehatan, pemukiman, infrastruktur, serta kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.
• Penyusunan rencana adaptasi meliputi:
o Identiikasi target cakupan wilayah dan/atau sektor spesiik
o Kajian kerentanan dan risiko alam
o Pilihan adaptasi perubahan iklim
o Penetapan prioritas adaptasi perubahan iklim
o Integrasi aksi adaptasi perubahan iklim ke dalam kebijakam, rencana dan/atau program
pembangunan
• Hasil penyusunan aksi adaptasi perubahan iklim merupakan bagian dari:
o Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup nasional, provinsi, dan kabupaten/
kota
o Kajian Lingkungan Hidup Strategis
• Pemerintah dan pemerintah daerah melibatkan instansi pemerintah terkait, perguruan tinggi
dan perwakilan komunitas lokal salam penyusunan aksi adaptasi. Selain itu, keterlibatan pakar
perubahan iklim teregistrasi juga dapat dilakukan dalam penyusunan rencana aksi adaptasi.
• Menteri menyelenggarakan sistem informasi adaptasi perubahan iklim dan pembinaan
pemerintah daerah dalam penyusunan rencana aksi adaptasi.
• Biaya pelaksanaan kegiatan penyusunan adaptasi perubahan iklim dibebankan pada APBN,
APBD dan sumber lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

16

Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

POINT 1.3

Peraturan Dokumen
Lingkungan Hidup
1. Undang-Undang Nomor 32 / 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
• Aspek Perencanaan yang dilakukan melalui inventarisasi lingkungan hidup, penetapan wilayah
ekoregion dan penyusunan RPPLH (Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup).
• Aspek Pemanfaatan Sumber daya Alam yang dilakukan berdasarkan RPPLH. Yang juga mengatur jika suatu daerah belum menyusun RPPLH maka pemanfaatan sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
• Aspek pengendalian terhadap pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup yang meliputi pencegahan, penanggulangan dan pemulihan.
• Pengaturan beberapa instrumen pengendalian baru, antara lain: KLHS, tata ruang, kriteria
baku kerusakan lingkungan hidup, AMDAL, UKL-UPL, perizinan, instrumen ekonomi lingkungan
hidup, peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup, anggaran berbasis lingkungan hidup, analisis resiko lingkungan hidup, audit lingkungan hidup, dan instrumen lain sesuai
dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan.
• Pemeliharaan lingkungan hidup yang dilakukan melalui upaya konservasi sumber daya alam,
pencadangan sumber daya alam, dan/atau pelestarian fungsi atmosfer.
• Aspek pengawasan dan penegakan hukum, meliputi :
o Pengaturan sanksi yang tegas (pidana dan perdata) bagi pelanggaran terhadap baku mutu,
pelanggar AMDAL (termasuk pejabat yang menebitkan izin tanpa AMDAL atau UKL-UPL),
pelanggaran dan penyebaran produk rekayasa genetikan tanpa hak, pengelola limbah
B3 tanpa izin, melakukan dumping tanpa izin, memasukkan limbah ke NKRI tanpa izin,
melakukan pembakaran hutan.
o Pengaturan tentang pajabat pengawas lingkungan hidup (PPLH) dan penyidik pengawai
negeri sipil (PPNS), dan menjadikannya sebagai jabatan fungsional.
• Pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana dan perdata yang mengancam setiap pelanggaran
peraturan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik kepada perseorangan, korporasi, maupun pejabat.

Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

17

POINT 1.3

Peraturan Dokumen Lingkungan Hidup
2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 / 2012
tentang Izin Lingkungan
• Menjelaskan deinisi Izin Lingkungan dan sertiikasi yang terkait proses untuk memperoleh Izin
Lingkungan seperti AMDAL, UKL-UPL, dll.
• Menjelaskan integrasi Izin Lingkungan ke dalam proses AMDAL dan UKL-UPL melalui tahapantahapan sebagai berikut:
o Penyusunan AMDAL dan UKL-UPL.
o Penilaian AMDAL dan pemeriksaan UKL-UPL.
o Permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan.
• Regulasi ini juga menjelaskan secara detail mulai dari instansi terkait, dokumen-dokumen yang
diperlukan, kewajiban pihak terkait, mekanisme kerja, jenis kegiatan dan batasan waktu dari
tiap-tiap tahapan.
• Penjelasan mengenai proses penerbitan Izin Lingkungan serta kewajiban pemegang Izin Lingkungan. Juga dijelaskan mengenai sanksi administratif untuk pemegang Izin Lingkungan yang
melanggar ketentuan.
• Pembentukan Komisi Penilai AMDAL (KPA) pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Juga dijelaskan
persyaratan menjadi ketua, sekertaris dan anggota KPA serta persyaratan dan tugas dari tim
teknis yang dibentuk untuk membantu KPA.
• Pembinaan, evaluasi kinerja dan pendanaan penilaian AMDAL dan UKL-UPL

3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 8 / 2013
tentang Tata Laksana Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup serta
Penerbitan Izin Lingkungan
• Menjelaskan tentang tugas, pembagian kewenangan dan lingkup kerja KPA dan tugas-tugas Tim
Teknis serta Sekertariat KPA.
• Mekanisme tata laksana penilaian AMDAL dan penerbitan Izin Lingkungan yang termasuk
didalamnya:
o Tahapan penilaian dokumen AMDAL dan IL.
o Jangka waktu penilaian dokumen AMDAL dan IL.
o Kriteria-kriteria penilaian AMDAL.
o Cakupan minimum hasil penilaian kelayakan lingkungan dan IL.
o Tata cara pengajuan dan penilaian dokumen.
• Mekanisme tata laksana pemeriksaan UKL-UPL dan Izin Lingkungan yang termasuk didalamnya:
o Tahapan penilaian dokumen UKL-UPL dan IL.
o Jangka waktu penilaian dokumen UKL-UPL dan IL.

18

Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

POINT 1.3

Peraturan Dokumen Lingkungan Hidup
o Pertimbangan-pertimbangan dalam pemeriksaan formulir UKL-UPL.
o Keterlibatan instansi-instansi terkait pemeriksaan formulir UKL-UPL.
o Cakupan minimum rekomendasi persetujuan dan penolakan UKL-UPL dan penilaian IL.
• Tata laksana pemeriksaan formulir SPPLH.
• Hal-hal yang terkait pendanaan kegiatan penilaian AMDAL dan UKL-UPL, yang termasuk
didalamnya:
o Alokasi sumber dana.
o Alokasi biaya-biaya kegiatan terkait.
• Cakupan komponen biaya untuk penilaian AMDAL dan penerbitan IL.

4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 / 2013
tentang Audit Lingkungan Hidup
• Menjelaskan mengenai kualiikasi, sertiikasi dan lembaga sertiikasi kompetensi auditor
lingkungan hidup. Lembaga yang dimaksud termasuk lembaga pelatihan dan lembaga penyedia
jasa audit.
• Tata laksana audit lingkungan hidup yang diwajibkan
o Audit lingkungan hidup dilakukan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang memiliki dokumen lingkungan hidup.
o Usulan usaha dan/atau kegiatan berisiko tinggi dengan kriterianya berdasarkan hasil Analisa
Risiko Lingkungan Hidup (ARLH).
• Dokumen Audit Lingkungan Hidup yang termasuk didalamnya:
o Rencana Audit Lingkungan Hidup.
o Laporan hasi audit Lingkungan Hidup.
• Penilaian Audit Lingkungan Hidup yang dilakukan oleh Tim evaluasi yang dibentuk oleh Menteri.
• Proses dan ketentuan audit lingkungan yang diwajibkan untuk usaha dan/atau kegiatan tertentu yang berisiko tinggi terhadap lingkungan hidup dan usaha dan/atau kegiatan yang menunjukan ketidaktaatan.
• Mekanisme, ketentuang dan kewenangan Menteri dalam pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksana audit lingkungan hidup, LPK Auditor Lingkungan Hidup dan LSK Auditor Lingkungan Hidup.
• Pembiayaan terhadap hal-hal yang terkait dalam palaksanaan Audit Lingkungan Hidup.
Kriteria dalam penetapan Audit Lingkungan Hidup yang diwajibkan.

Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

19

POINT 1.3

Peraturan Dokumen Lingkungan Hidup

5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 / 2012
tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat dalam Proses AMDAL dan Izin Lingkungan


• Latar belakang tujuan dari keterlibatan masyarakat dalam proses AMDAL dan Izin Lingkungan.
• Tata cara pengikutsertaan masyarakat dalam proses AMDAL dan permohonan dan penerbitan
Izin Lingkungan yang termasuk:
o Masyarakat yang diikutsertakan.
o Pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan.
o Muatan, media dan durasi pengumuman.
o Penyampaian, penerimaan dan dokumentasi Saran, Pendapat dan Tanggapan (SPT)
masyarakat.
o Rencana usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL.
o Pelaksanaan konsultasi publik.
o Penetapan wakil masyarakat terkena dampak dalam KPA.
• Pengumuman Izin Lingkungan.

6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 / 2012
tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup
• Pedoman penyusunan dokumen AMDAL yang terdiri dari:
o Kerangka Acuan.
o AMDAL.
o RKL-RPL.
• Pedoman pengisian formulir UKL-UPL yang memuat:
o Identitas pemrakarsa.
o Rencana usaha dan/atau kegiatan.
o Dampak lingkungan yang akan terjadi dan program pengelolaan secar pemantauan lingkungan.
o Jumlah dan jenis perlindungan dan pengelolaan LH.
o Pernyataan pemrakarsa untuk melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam formulir
UKL-UPL.
• Format dokumen SPPLH yang berisi:
o Identitas pemrakarsa.
o Informasi singkat terkait dengan usaha dan/atau kegiatan.
o Keterangan singkat mengenai dampak lingkungan.
o Pernyataan kesanggupan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan LH.
• Tandatangan pemrakarsa

20

Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

POINT 1.3

Peraturan Dokumen Lingkungan Hidup

7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 / 2012
tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Amdal
• Penjelasan mengenai jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang bersinggungan dengan kawasan lindung dan kewajiban memiliki AMDAL.
• Menjelaskan jenis rencana usaha dan atau kegiatan yang wajib memiliki Amdal.
• Penjelasan bagan alir tata cara penapisan untuk menentukan wajib tidaknya suatu rencana usaha dan/atau kegiatan memiliki AMDAL.

8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 15 / 2010
tentang Persyaratan dan Tata Cara Lisensi Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup
• Penjelasan termasuk bagan alir tata cara lisensi KPA Provinsi, kabupaten/kota.
• Kewenangan dan kriteria pencabutan rekomendasi lisensi.
• Penjelasan pembinaan, pengawasan dan pembiayaan terkait proses pemenuhan syarat dan
penerbitan lisensi KPA.
• Format lisensi, surat rekomendasi lisensi KPA kabupaten/kota, surat keterangan ketidaklengkapan persyaratan administrasi permohonan rekomendasi lisensi dan surat pengantar permohonan penandatanganan tanda bukti lisensi KPA kabupaten/kota.

9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 7 / 2010
tentang Sertifikasi Kompetensi Penyusun Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
dan Persyaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi Penyusun Dokumen Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup
• Persyaratan kompetensi dalam penyusunan dokumen AMDAL beserta penjelasan mengenai
pihak dan proses terkait antara lain:
o Lembaga Penyedia Jasa Penyusunan (LPJP).
o Ketua Tim Penyusun dokumen AMDAL (KTPA) dan Anggota Tim Penyusun dokumen AMDAL (ATPA).
o Proses Sertiikasi dan Lembaga Sertiikasi Kompetensi (LSK).
o Lembaga Pelatihan Kompetensi (LPK).
• Penjelasan mengenai pelatihan kompetensi dan proses registrasi kompetensi bagi LPJP dan LPK.
• Pembinaan dan pengawasan terhadap LPK AMDAL dan LSK AMDAL.

Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

21

POINT 1.3

Peraturan Dokumen Lingkungan Hidup
10. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 25 / 2009
tentang Pembinaan dan Pengawasan Terhadap KPA mengenai Dampak Lingkungan Daerah


• Pedoman,

ruang

lingkup

pembinaan

dan

pengawasan

terhadap

KPA

daerah.

• Mekanisme dan tahapan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan termasuk prosedur operasional standar pengawas KPA daerah.
• Tindak lanjut hasil pembinaan dan pengawasan.
• Format surat dan dokumen terkait pembinaan dan pengawasan yang termasuk:
o Surat penyampaian lembar pertanyaan kinerja KPA daerah.
o Datar isian lembar pertanyaan kinerja KPA daerah.
o Surat pemberitahuan atas penerimaan datar isian lembar pertanyaan kinerja KPA daerah
yang telah diisi.
o Surat penugasan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan kinerja KPA daerah.
o Berita acara pelaksanaan pengawasan kinerja KPA provinsi oleh pusat.
o Lampiran berita acara pengawasan kinerja KPA kabupaten/kota.
o Laporan hasil pembinaan dan pengawasan KPA daerah.
Surat hasil pelaksanaan pengawasan kinerja KPA daerah.

11. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 45 / 2005
tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)


• Latar belakang, ruang lingkup dan tujuan pedoman penyusunan laporan pelaksanaan RKL-RPL.
• Memberikan penjelasan mengenai mekanisme pelaksanaan, frekuensi pelaporan dan sistematika pelaporan RKL-RPL.
• Memberikan pedoman dalam menjelaskan uraian pelaksanaan RKL-RPL.
• Menjelaskan tujuan dari evaluasi RKL-RPL yang memberikan uraian evaluasi meliputi hal-hal:
o Evaluasi Kecendurungan.
o Evaluasi Tingkat Kritis.
o Evaluasi Penaatan.
• Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012, Pedoman ini digunakan untuk
pelaporan pelaksanaan izin lingkungan baik untuk usaha dan/atau kegiatan wajib Amdal dan
UKL-UPL.

22

Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

POINT 1.3

Peraturan Dokumen Lingkungan Hidup
12. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 4 / 2000
tentang Panduan Penyusunan Dokumen Amdal Pemukiman Terpadu


• Konsep pengembangan permukiman terpadu;
• Penyusunan KA-Andal Pemukiman Terpadu;
• Penyusunan Andal Pemukiman Terpadu;
• Penyusunan RKL-RPL Pemukiman Terpadu.

13. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 / 2000
tentang Panduan Penyusunan Dokumen Amdal Kegiatan Pembangunan di Daerah Lahan Basah


• Konsep struktur dan fungsi ekosistem lahan basah yang terbagi menjadi 3 yaitu:
o Tipologi ekosistem yang terbagi menjadi zonasi berdasarkan kekuatan air sungai dan air pasang.
o Tipologi geoisik yang terbagi menjadi zonasi berdasarkan jenis dan karakteristik tanahnya.
o Tipologi agroekosistem yang dikelompokan berdasarkan luapan pasang besar dan pasang
kecil.
o Tipologi sosekbud dan kesehatan masyarakat yang dikelompokan berdasarkan sisi sosialekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat.
• Panduan penyusunan Kerangka Acuan - ANDAL Kegiatan Pembangunan di Daerah Lahan Basah.
• Panduan penyusunan ANDAL Kegiatan Pembangunan di Daerah Lahan Basah.
• Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL) Kegiatan Pembangunan di Daerah Lahan Basah

14. Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep- 124/12/1997
tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan Amdal
Regulasi ini berisi panduan aspek kesehatan masyarakat dalam:
• Panduan penyusunan Kerangka Acuan ANDAL yang memiliki dua pelingkupan yaitu:
o Pelingkupan dampak penting.
o Pelingkupan batas wilayah studi.
• Panduan penyusunan ANDAL yang meliputi metode dan evaluasi yang digunakan dalam penyusunan AMDAL yaitu:
o Metode pengumpulan dan analisis data.
o Metode prakiraan dampak.
o Metode evaluasi dampak.

Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

23

POINT 1.3

Peraturan Dokumen Lingkungan Hidup
Panduan juga membahas mengenai beberapa aspek penting seperti:
o Uraian rencana usaha dan/atau kegiatan.
o Rona lingkungan hidup.
o Prakiraan dampak penting.
o Evaluasi dampak penting.
• Panduan penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKP).
• Panduan penyusunan Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL).

15. Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep- 299/11/1996
tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan Amdal
Pedoman teknis kajian aspek sosial dalam:
• Panduan penyusunan Kerangka Acuan yang memiliki dua pelingkupan yaitu:
o Pelingkupan dampak penting.
o Pelingkupan batas wilayah studi.
• Panduan penyusunan ANDAL yang meliputi metode dan evaluasi yang digunakan dalam penyusunan AMDAL yaitu:
o Metode pengumpulan dan analisis data.
o Metode prakiraan dampak.
o Metode evaluasi dampak.
• Panduan juga membahas mengenai beberapa aspek penting seperti:
o Uraian rencana usaha dan/atau kegiatan.
o Rona lingkungan hidup.
o Prakiraan dampak penting.
o Evaluasi dampak penting.
• Panduan penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKP) - Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL) agar dapat secara jelas mengutarakan upaya-upaya untuk menanggulangi dampak
sosial yang akan timbul.

16. Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-056 Tahun 1994
tentang Pedoman Mengenai Dampak Penting
Pedoman mengenai ukuran dampak penting:
• Menjelaskan mengenai pengertian dari dampak penting yang merupakan perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh suatu usaha atau kegiatan. Juga menjelaskan mengenai konsep dan
faktor penentuan dampak penting dan kawasan lindung.
• Menjelaskan dasar-dasar pertimbangan ukuran dampak penting dan uraian tentang pedoman
mengenai ukuran dampak penting terkait 7 (tujuh) faktor dampak penting;

24

Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

POINT 1.3

Peraturan Dokumen Lingkungan Hidup
1. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990
tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
• Penjelasan tentang konservasi sumber daya alam hayati yang meliputi:
o Perlindungan system penyangga kehidupan.
o Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya.
o Kawasan suaka alam.
o Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa.
o Pemanfaatan secara lestari dan kawasan pelestarian alam hayati dan ekosistemnya.
o Kawasan pelestarian alam.
o Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar.
• Pemanfaatan air dan energi pada kawasan konservasi sumber daya alam diatur secara detail
dalam Peraturan Menteri.

2. Undang-Undang Nomor 41 / 1999
tentang Kehutanan
Menjelaskan tentang penguasaan, status, fungsi dan pengurusan hutan.
• Perencanaan kehutanan dijelaskan untuk memberikan pedoman dan arah yang menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan kehutanan yang termasuk didalamnya:
o Inventarisasi hutan yang dilaksanakan untuk mengetahui dan memperoleh data dan informasi tentang sumber daya, potensi kekayaan alam hutan, serta lingkungannya secara lengkap.
o Pengukuhan kawasan hutan serta proses-prosesnya yang diselenggarakan oleh pemerintah.
o Penatagunaan kawasan hutan yang meliputi kegiatan penetapan fungsi dan penggunaan
kawasan hutan.
o Pembentukan wilayah pengelolaan hutan.
o Penyusunan rencana kehutanan.
• Pengelolaan hutan yang meliputi kegiatan:
o Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan.
o Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan yang apabila ada kepentingan pembangunan diluar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan didalam kawasan hutan
produksi dan hutan lindung. Penggunaan kawasan hutan tersebut dapat dilakukan tanpa
mengubah fungsi pokok kawasan hutan. Mengenai penggunaan kawasan hutan diluar kegiatan kehutanan dijelaskan lebih detail pada Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2012.
o Rehabilitasi dan reklamasi hutan.
o Perlindungan hutan dan konservasi alam.
• Memberikan penjelasan tentang penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan serta
penyuluhan kehutanan.
• Penjelasan mengenai gugatan perwakilan oleh masyarakat dan tata cara penyelesaian sengketa
kehutanan dan kewenangan penyidikan oleh pejabat penyidik pegawai negeri sipil.
Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

25

POINT 1.3

Peraturan Dokumen Lingkungan Hidup
• Penjelasan mengenai ketentuan pidana, ganti rugi dan sanksin administrative akibat pelanggaran hukum kepada undang-undang ini.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2012
tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2010 tentang Penggunaan
Kawasan Hutan.
• Menjelaskan tentang penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan diluar
kegiatan kehutanan yang hanya dapat dilakukan didalam kawasan hutan produksi dan hutan
lindung.
• Penggunaan kawasan hutan tersebut dapat dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan
hutan dengan mempertimbangkan batasan las dan jangka waktu tertentu serta kelestarian
lingkungan.
• Menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan yang termasuk diluar kegiatan kehutanan yang hanya
dapat dilakukan untuk kegiatan yang mempunayi tujuan strategis dan tidak dapat dielakan,
antara lain:instalasi pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik, serta teknologi energi baru dan
terbarukan.
• Menjelaskan tentang izin penggunaan kawasan hutan serta persyaratan, kompensasinya dan
pelimpahan kewenangan pemberian izin (Diatur dalam peraturan Menteri).
• Penjelasan mengenai tata cara dan persyaratan permohonan penggunaan kawasan hutan serta
kewajiban pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan (Dijelaskan lebih detail dalam Peraturan
Menteri).
• Pemberian jangka waktu izin pinjam pakai kawasan hutan yang diberikan sama dengan
jangka waktu perizinan sesuai bidangnya dan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku
(Dijelaskan lebih detail dalam Peraturan Menteri).
• Penjelasan mengenai ketentuan monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Menteri yang juga
dapat dilimpahkan kewenangannya (Dijelaskan lebih detail dalam Peraturan Menteri).
• Menjelaskan tentang ketentuan-ketentuan penghapusan persetujuan prinsip penggunaan atau
izin pinjam pakai kawasan hutan. Juga dijelaskan kewajiban dan sanksi pemegang izin apabila
izinnya dihapus. Adapun tata cara pengenaan sanksi diatur dengan Peraturan Menteri.

4. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
• Pengelolaan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) bertujuan untuk
mengawetkan keanekaragaman tumbuhan dan satwa untuk mencegah kepunahan spesies,
melindungi sistem penyangga kehidupan dan pemanfaatan keanekaragaman jayati secara
lestari.
26

Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

POINT 1.3

Peraturan Dokumen Lingkungan Hidup
• KSA terdiri atas cagar alam dan suaka margasatwa, sedangkan KPA terdiri atas taman nasional,
taman hutan raya dan taman wisata alam.
• Penyelenggara KSA dan KPA (selain taman hutan raya) dilakukan oleh pemerintah, sedangkan
penyelenggaraan taman hutan raya dilakukan oleh pemerintah daerah.
• Pengelolaan KSA dan KPA (selain taman nasional) dibagi menjadi tiga blok: blok perlindungan,
blok pemanfaatan dan blok lainnya. Penetapan blok dilakukan dengan peraturan menteri.
• Perlindungan KSA dan KPA dilakukan melalui pencegahan, penanggulangan, pembatasan kerusakan yang disebabkan oleh manusia, ternak, alam, spesies invasif, hama dan penyakit, serta
penjagaan kawasan secara efektif.
• Pemulihan ekosistem dilakukan untuk memulihkan struktur, fungsi dinamika populasi, serta
keanekaragaman hayati dan ekosistemnya melalui: mekanisme alam, rehabilitasi dan restorasi.
• Jika terdapat kerusakan yang berpotensi mengancam kelestarian KSA dan KPA atau mengancam
keselamatan pengunjung atau kehidupan tumbuhan dan satwa, maka unit pengelola KSA atau
KPA dapat melakukan penghentian kegiatan dan/atau menutup kawasan untuk jangka waktu
tertentu.
• Pemerintah dan pemerintah daerah harus menetapkan wilayah yang berbatasan dengan KPA
atau KSA sebagai daerah penyangga berupa: kawasan hutan linsung, hutan produksi, hutan
hak, tanah negara besas atau tanah yang dibebani hak.
• Pemberdayaan masyarakat dilakukan dalam bentuk pengembangan kapasitas dan akses pemanfaatan KSA dan KPA.

5. Peraturan Menteri Kehutanan P.16/Menhut-II/2014
tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan.
• Pengecualian kepada kegiatan pembangunan nasional yang bersifat vital yaitu: panas bumi,
minyak dan gas bumi, serta ketenagalistrikan, dapat diberikan izin pinjam pakai pada:
o Kawasan hutan produksi yang telah dibebani Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Restorasi Ekosistem dalam hutan alam.
o Kawasan hutan produksi yang:
• Diperuntukkan sebagai daerah penyangga yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan
lindung dan/atau kawasan hutan konservasi.
• Areal izin pemanfaatannya telah ditetapkan sebagai kawasan lindung, areal Sistem Silvikultur
Intensif, atau areal izin pemanfaatan yang telah memperoleh sertiikat pengusahaan/pemanfaatan hutan secara lestari (PHPL) dengan nilai “baik”.
Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

27

POINT 1.3

Peraturan Dokumen Lingkungan Hidup
• Penjelasan tata cara persyaratan permohonan penggunaan kawasan hutan yang termasuk
didalamnya: persyaratan administrasi, rekomendasi, pertimbangan, persyaratan dan
kelengkapan persyaratan teknis,.
• Penjelasan mengenai penyelesaian permohonan perizinan dan kewajiban pemegang persetujuan
prinsip penggunaan kawasan hutan.
• Penjelasan mengenai pengajuan permohonan dispensasi untuk melakukan kegiatan. Dispensasi
dapat diberikan untuk kegiatan yang mempunyai tujuan strategis meliputi panas bumi, minyak
dan gas bumi, atau ketenagalistrikan.
• Penjelasan mengenai proses pengajuan permohonan izin pinjam pakai kawasan hutan dan
kewajiban pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan.
• Penjelasan dalam hal calon lahan kompensasi yang merupakan kewajiban dari pemegang
persetujuan prinsip.
• Penjelasan tata cara pemberian jangka waktu dan perpanjangan persetujuan prinsip penggunaan
kawasan hutan dan izin pinjam pakai kawasan hutan. Termasuk didalamnya Instalasi pembangkit,
transmisi, dan distribusi listrik serta teknologi energi baru dan terbarukan yang dimohon selain
oleh Pemerintah/BUMN/BUMD.
• Penjelasan mengenai tata cara monitoring dan evaluasi dan penghapusan persetujuan prinsip
atau izin.

6. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No: P.64/Menhut-II/2013
tentang Pemanfaatan Air dan Energi Air di Suaka Margasatwa, Taman Nasional,
Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.
• Pemanfaatan air dan energi air meliputi: pemanfaatan air sebagai massa dan pemanfaatan air
sebagai jasa aliran air.
• Pemanfaatan air dan energi air dapat dilakukan pada blok atau zona di suaka margasatwa,
taman nasional, taman hutan raya, atau taman wisata alam, kecuali blok perlindungan, zona inti
atau zona rimba.
• Pemanfaatan air sebagai massa air untuk kegiatan non komersial meliputi pemenuhan keperluan
rumah tangga dan kepentingan sosial, sedangkan pemanfaatan massa air komersial meliputi:
air minum dalam kemasan, perusahaan daerah air minum dan pemanfaatan untuk krgiatan
industri, pertanian, kehutanan, perkebunan, pariwisata dan industri lainnya.
• Pemanfaatan energi air merujuk pada pemanfaatan energi air untuk PLTM dan PLTMH.
Pemanfaatan energi air non komersial meliputi pemenuhan kebutuhan listrik untuk kehidupan
sehari-hari masyarakat dan sarana umum di sekitar lokasi pemanfaatan. Pemanfaatan energi
air komersial meliputi pemanfaatan untuk pemenuhan listrik yang sifatnya memperoleh
keuntungan.
28

Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

POINT 1.3

Peraturan Dokumen Lingkungan Hidup
• Untuk memanfaatkan air non komersial, dibutuhkan izin pemanfaatan air (IPA) dan izin
pemanfaatan energi air (IPEA), sedangkan untuk kegiatan komersial dibutuhkan izin usaha
pemanfaatan air (IUPA) dan izin usaha pemanfaatan energi air (IUPEA).
• Persyaratan administrasi untuk mendapatkan IUPA dan IUPEA adalah (Pasal 21 ayat (4) dan
Pasal 27 ayat (4)):
o Proposal usaha pemanfaatan air atau energi air
o Peta lokasi sumber air dan sarana prasarana
o Proil perusahaan yang meliputi: akte pendirian perusahaan, surat izin usaha perdagangan,
jenis dan skala usaha pemanfaatan air atau energi air, NPWP, surat keterangan kepemilikan
modal dan referensi bank
• Jangka waktu IUPA dan IUPEA adalah 10 tahun, dan perpanjangan dapat dilakukan dengan
melampirkan:
o Laporan akhir kegiatan usaha pemanfaatan air atau energi air
o Rencana pemanfaatan air atau energi air lanjutan
o Bukti pembayaran pungutan hasil usaha pemanfaatan air atau energi air
o Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan public pada 1 (satu) tahun sebelum
berakhirnya izin.

7. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.85/Menhut-II/2014
tentang Tata Cara Kerjasama Penyelenggaraan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam
• Kerjasama penyelenggaraan KSA dan KPA mencakup: penguatan fungsi KSA dan KPA, konservasi
keanekaragaman hayati dan pembangunan strategis yang tidak dapat dielakkan.
• Mitra kerjasama penyelenggaraan KSA dan KPA adalah: badan usaha, lembaga internasional,
pihak lainnya (pemerintah daerah, kelompok masyarakat, LSM, perorangan, lembaga pendidikan,
atau yayasan).
• Kerjasama dalam rangka pembangunan strategis yang tidak dapat dielakkan meliputi:
o Kegiatan yang mempunyai pengaruh terhadap kedaulatan negara dan pertahanan
keamanan negara
o Pemanfaatan dan pengembangan sarana komunikasi
o Pemanfaatan dan pengembangan transportasi terbatas
o Pemanfaatan dan pengembangan energi baru terbarukan serta jaringan listrik untuk
kepentingan nasional.
• Kerjasama pemanfaatan energi baru terbarukan serta jaringan listrik untuk kepentingan
nasional, mencakup:
o Pemanfaatan energi panas bumi yang sudah ada
o Pembangunan dan atau pemeliharaan menara jaringan listrik

Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih

29

POINT 1.3

Peraturan Dokumen Lingkungan Hidup
o Pemasangan kabel dan saraa penduk