ARAHAN SEKRETARIS BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN PADA RAKERNIS BADAN

ARAHAN SEKRETARIS BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN PADA RAKERNIS BADAN
PLANOLOGI, OKTOBER 2001
IV.

PENDAHULUAN

Berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan No. 123/Kpts-II/2001 tanggal 4 April 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kehutanan, Badan Planologi Kehutanan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan perencanaan makro
di bidang kehutanan dan pemantapan kawasan hutan. Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut Badan Planologi
Kehutanan menyelenggarakan fungsi :

1. Perumusan kebijakan Departemen Kehutanan di bidang rencana kehutanan, inventarisasi dan statistik
2.
3.
4.
5.

kehutanan, pengukuhan dan penatagunaan kawasan hutan, pembentukan wilayah pengelolaan dan perubahan
kawasan hutan serta perpetaan kehutanan.
Pelaksanaan kebijakan di bidang rencana kehutanan, inventarisasi dan statistik kehutanan, pengukuhan dan
penatagunaan kawasan hutan, pembentukan wilayah pengelolaan dan perubahan kawasan hutan serta

perpetaan kehutanan.
Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang rencana kehutanan, inventarisasi dan
statistik kehutanan, pengukuhan dan penatagunaan kawasan hutan, pembentukan wilayah pengelolaan dan
perubahan kawasan hutan serta perpetaan kehutanan.
Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di
bidang rencana kehutanan, inventarisasi dan statistik kehutanan, pengukuhan dan penatagunaan kawasan
hutan, pembentukan wilayah pengelolaan dan perubahan kawasan hutan serta perpetaan kehutanan.
Pelaksanaan administrasi Badan.

Untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, maka organisasi Badan Planologi Kehutanan terdiri dari :

b.
c.
d.
e.
f.
g.

Sekretariat Badan Planologi Kehutanan
Pusat Rencana Kehutanan

Pusat Inventarisasi dan Statistik Kehutanan
Pusat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan
Pusat Pembentukan Wilayah Pengelolaan dan Perubahan Kawasan Hutan
Pusat perpetaan kehutanan

Di daerah terdapat 10 Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Planologi Kehutanan, yaitu Balai Inventarisasi dan Perpetaan
Hutan (BIPHUT) Wilayah I s/d X yang berkedudukan di Medan, Palembang, Pontianak, Samarinda, Banjarbaru, Manado,
Ujung Pandang (Makasar), Denpasar, Ambon dan Jayapura. Sedangkan Sub Balai Inventarisasi dan Perpetaan Hutan
(Sub Biphut) sebanyak 30 unit telah diserahkan kepada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.
Sekretariat Badan Planologi Kehutanan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pelayanan adminstrasi di
lingkungan Badan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Badan menyelenggarakan fungsi :

a. Pembinaan dan pelayanan administrasi Badan yang meliputi penyusunan program dan anggaran, administrasi

b.

keuangan dan kerja sama, administrasi kepegawaian, penyusunan organisasi dan ketatalaksanaan,
penyusunan peraturan perundang-undangan dan pemberian pertimbangan hukum serta evaluasi dan
pelaporan.
Koordinasi pelaksanaan tugas unit organisasi di lingkungan Badan.


Berkaitan dengan tugas pokok Sekretariat Badan sebagaimana tersebut di atas, maka agar dapat diperoleh hasil yang
optimal diperlukan adanya penyelarasan pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan keplanologian
kehutanan antara Pusat dan Daerah. Oleh karena itu, dengan adanya Rakernis ini diharapkan dapat terjadi komunikasi
timbal balik sehingga dapat diperoleh sinkronisasi/keterpaduan dan upaya pemecahan masalah secara kongkrit dalam
rangka pembangunan kehutanan, khususnya bidang ke-Planologian baik masa sekarang maupun masa yang akan
datang.

I.

KONDISI DAN PERMASALAHAN

A. KONDISI
8. Kelembagaan
Dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah (UU No. 22 Tahun 1999, UU No. 25 Tahun 1999 dan PP No. 25 Tahun
2000), maka telah memberikan kewenangan yang luas kepada daerah untuk mengatur dan mengelola sumber daya

nasional di wilayah. Untuk itu instansi vertikal Departemen Kehutanan seperti Kanwil Departemen Kehutanan, Sub
Biphut, dan BLK Manokwari telah melebur ke dalam Pemerintah Daerah. Sebanyak 30 Unit Sub Biphut telah diserahkan
kepada Pemerintah Daerah setempat, di mana proses serah terima Personil, Perlengkapan, Pembiayaan dan

Dokumentasi (P3-D) telah dilaksanakan pada Bulan Maret 2001. Tindak lanjut terhadap penyerahan dimaksud bervariasi,
antara lain :






Sub Biphut dilebur ke dalam Dinas Kehutanan Propinsi/Kabupaten.
Dibentuk institusi baru sebagai UPT Daerah Propinsi dan Kabupaten.
Sampai saat ini beberapa Sub Biphut masih melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, karena masih dalam
penataan organisasi di Daerah.
Ada yang dikembalikan ke Pusat.

Berdasarkan surat Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian dan Kehutanan No. 124/Mentanhut-II/2000 tanggal 10
Oktober 2000 dan surat Menteri Kehutanan No. 101/Menhut-II/2000 tanggal 12 Desember 2000, bahwa UPT BKSDH,
Unit KSDH, BRLKT/URLKT, Balai Taman Nasional/Loka Taman Nasional, UPT Litbang serta UPT Ditjen PHP dan
BIPHUT untuk sementara waktu (sampai Tahun 2000) tetap menjadi UPT Pusat sampai dengan dilakukan penataan
kembali oleh Departemen bersama Kantor Men-PAN.
Keputusan Menteri Kehutanan No. 58/Kpts-II/2001 tanggal 12 Maret 2001 menyebutkan bahwa penghapusan barang

milik/kekayaan negara Departemen Kehutanan dengan tindak lanjut dialihkan kepada Pemerintah Daerah/Instansi lain
kecuali peralatan dan sistem komunikasi terpadu Departemen Kehutanan dan eks Gedung Kanwil Departemen
Kehutanan, selain gedung Kanwil Departemen Kehutanan Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

10. Realisasi Pelaksanaan Anggaran Tahun 2001
Badan Planologi Kehutanan Tahun 2001 memperoleh anggaran sebesar Rp. 101.487.581.000,- dengan perincian :

2.
3.
4.
5.

APBN Rutin : Rp. 10.305.274.000,APBN PNBP-PSDH : Rp. 2.712.488.000,APBN Sektoral/Pembangunan : Rp. 5.007.946.000,APBN PNBP-DR : Rp. 37.390.075.000,-

Selain itu, juga memperoleh anggaran DR dalam bentuk SKO sebesar Rp. 50.441.992.764,- yang terdiri :




SKO DR perpanjangan tahun 2000 untuk kegiatan perbatasan Malaysia – RI (untuk pusat, Kalimantan Barat,

dan Kalimantan Timur) sebesar Rp. 5.256.743.214,- (telah disampaikan ke daerah akhir September 2001).
SKO DR tahun 2001 untuk eks Sub BIPHUT dan kegiatan perbatasan Malaysia – RI sebesar Rp.
45.185.249.550,- yang saat ini telah disahkan Menteri Keuangan dan dalam waktu dekat akan disampaikan ke
daerah.

Berdasarkan monitoring pelaksanaan anggaran lingkup Badan Planologi Kehutanan, realisasi anggaran sampai dengan
Agustus 2001 adalah sebagai berikut :

1. APBN Rutin
a. Pusat : 110,66% (+ Rapel Gaji)
b. Daerah : 86,44% (- BIPHUT IX)
3. APBN Sektoral/Pembangunan
a. Pusat : 71,02%
b. Daerah : 66,31%
1. APBN PNBP-DR
b. Pusat : 3,33%
c. Daerah : 11,02% (- BIPHUT VIII)
1. APBN PNBP-PSDH
a. Pusat : 14,23%


b. Daerah : 10,50% (- BIPHUT IX, X)
A. PERMASALAHAN DAN UPAYA TINDAK LANJUT
4. Kelembagaan dan Kepegawaian
Dengan pelaksanaan otonomi daerah mengakibatkan :

a. Kedudukan pegawai Departemen Kehutanan/Aparatur Kehutanan di Daerah tidak ada kepastian.
b. Timbul keraguan terhadap keberadaan UPT Departemen Kehutanan di Daerah.
c. Banyak PNS UPT Pusat seperti BIPHUT, BRLKT, BEHH telah diterbitkan Keputusan BKN dan dilimpahkan

d.
e.
f.

g.

menjadi PNS Daerah. Untuk PNS BIPHUT Wilayah III Pontianak dan BIPHUt Wilayah VI Menado telah
disampaikan kepada Kepala BKN Banjarmasin (surat No. 449/VII/Set-2/2001 tanggal 8 juni 2001) dan Kepala
BKN Ujung Pandang (surat No. 512/VII/Set-2/2001 tanggal 21 Juni 2001) yang pada pokoknya berisi
permohonan untuk mengembalikan PNS BIPHUT tersebut menjadi PNS Pusat.
Seluruh UPT Kehutanan Pusat yang berada di Propinsi Jawa Barat akan dilebur dan dimasukkan ke dalam

jajaran Pemerintah Daerah, sehingga tidak ada lagi UPT Pusat di Propinsi Jawa Barat.
Sebagian besar daerah tidak dapat melaksanakan kegiatan sebagaimana tugas pokok Sub BIPHUT, misalnya
inventarisasi hutan dan pengukuran batas kawasan hutan, karena kegiatan tersebut dianggap cost, padahal
kegiatan ini sebenarnya merupakan aset dalam rangka pengelolaan hutan.
Berdasarkan PP 25 Tahun 2000, Keppres No. 165 tahun 2000, PP No. 39 Tahun 2001 tentang
Penyelenggaraan Dekonsentrasi, masih memberikan peluang Departemen Kehutanan untuk membentuk UPT di
daerah. Berdasarkan hal tersebut Sekjen Departemen Kehutanan dengan surat No. 977/MNHUT-II/2001 tanggal
5 Juli 2001 kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengusulkan Daftar UPT di
lingkungan Departemen Kehutanan karena masih diperlukan guna menunjang pelaksanaan tugas pokok
Departemen Kehutanan. UPT yang dipertahankan adalah : 22 Balai TN, 12 Unit TN, 15 Balai KSDA, 16 Unit
KSDA, 26 BRLKT, 5 Unit RLKT, 5 Balai Perbenihan,1 Balai Persuteraan Alam, 15 BEHPH, 4 LEHPH, 10
BIPHUT, 5 Balai Litbang, 2 BT DAS, 3 BTR, 1 Loka Litbang, 6 BLK, dan 4 SKMA. Dari UPT-UPT tersebut akan
diupayakan untuk ditingkatkan eselonisasinya.
Dalam upaya meningkatkan eselonisasi UPT didasarkan kepada pendekatan 10 penilaian yaitu :

1. Unit kerja yang tugas dan fungsinya secara langsung mendapat dukungan dari UPT yang bersangkutan
(kegiatan UPT yang akan dibentuk merupakan fungsi pada eselon II pada Ditjen/Badan yang ada di pusat.

2. Obyek pelauanan yang diberikan terhadap masyarakat dan instansi pemerintah .
3. Jangkauan manfaat pelaksanaan Nasional dan Internasional, Regional atau Lokal.

4. Jaringan UPT bersangkutan Internasional, Nasional atau Regional.
5. Tingkat permasalahan yang dihadapi baik terhadap sumber daya hutan maupun kawasan hutan.
6. Nilai obyek Sumber Daya Hutan dan Kawasan Hutan.
7. Jumlah tenaga fungsional.
8. Jumlah tenaga administrasi.
9. Sarana untuk pelaksanaan kegiatan.
10. Prasarana untuk pelaksanaan kegiatan.
a. Penataan organisasi di daerah dalam rangka otonomi daerah yang sampai saat ini belum tuntas, berpengaruh

b.

terhadap kelancaran pelaksanaan pembangunan kehutanan khususnya di bidang keplanologian dan juga
mempengaruhi arus data dan informasi. Untuk itu perlu ditingkatkan arus informasi dan komunikasi antara pusat
dan daerah termasuk tentang perkembangan penataan organisasi tersebut.
UPT BIPHUT akan ditingkatkan menjadi eselon II b dengan nama Balai Besar Planologi Kehutanan sebayak 11
Unit dengan lokasi BIPHUT saat ini (10 Unit) ditambah 1 Unit di Pulau Jawa.

Adapun tugas-tugas Balai Besar Planologi Kehutanan tersebut adalah :









Pelayanan perencanaan makro kehutanan daerah.
Penyusunan data informasi kehutanan/Neraca Sumber Daya Hutan di daerah melalui penginderaan jauh dan
inventarisasi hutan, penggunaan dan pemanfaatan kawasan hutan termasuk perubahan status dan perubahan
fungsi kawasan hutan.
Pelayanan informasi kehutanan/Neraca Sumber Daya Hutan di daerah melalui warung informasi kehutanan di
daerah (Neraca Sumber Daya Kehutanan, hasil penginderaan jauh, informasi geografis, inventarisasi hutan,
penggunaan dan pemanfaatan kawasan hutan termasuk perubahan status dan perubahan fungsi kawasan
hutan).
Pembinaan penyusunan pedoman (inventarisasi hutan, pengukuhan kawasan hutan, penatagunaan kawasan
hutan dan pembentukan wilayah pengelolaan hutan produksi dan hutan lindung).
Penyusunan pembentukan wilayah pengelolaan, penatagunaan, penataan batas kawasan hutan konservasi.





Mengkoordinasikan pelaksanaan ketentuan dan konvensi internasional.
Mengkoordinasikan dan pemantauan pelaksanaan perencanaan kehutanan dan pemantapan kawasan hutan
(termasuk perubahan status dan perubahan fungsi kawasan hutan) di daerah.

a. Usulan penataan organisasi UPT tersebut dalam waktu dekat akan dibahas bersama Kantor MENPAN dan
b.

dilanjutkan dengan peninjauan ke daerah oleh Tim (Kantor MENPAN, Biro Hukum dan Organisasi, dan Eselon I
terkait).
Bekaitan dengan itu maka sarana prasarana (seperti peralatan teknis, mobil dll) agar tetap dipertahankan.

1. Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2001
Permasalahannya adalah keterlambatan penerbitan DIK-S DR dan DIK-S PSDH (sekitar bulan Juli/Agustus 2001).
Akibatnya kegiatan belum banyak yang dapat dilaksanakan (realisasi keuangan maupun fisik masih kecil). Keterlambatan
ini terjadi antara lain karena mekanisme proses pembahasan sampai dengan pengesahan DIK-S oleh Direktorat Jenderal
Anggaran yang memerlukan waktu cukup lama.
Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan upaya pemecahan, antara lain : 1) percepatan pelaksanaan kegiatan
dengan sumber dana APBN Sektoral dan Rutin TA 2001, 2) menetapkan prioritas kegiatan yang dapat
dilaksanakan sampai dengan bulan Desember 2001, dan 3) mendorong peningkatan kinerja dan etos kerja seluruh
jajaran, baik di Pusat maupun Daerah.

1. Pelaporan
Berdasarkan hasil pemantauan terhadap pelaporan proyek maupun kegiatan rutin, ternyata masih terkesan hanya
sekedar formalitas dan kurang menyadari akan pentingnya suatu laporan. Hal ini ditandai dari laporan yang diterima di
pusat, yaitu :

a. Penyampaian laporan yang seringkali terlambat dikirimkan;
b. Ketidak lengkapan pengisian format laporan seperti pada laporan Proyek/DIK-S yang tidak menjelaskan
permasalahan yang dihadapi dan upaya-upaya tindak lanjut yang telah dilakukan.
Kondisi ini mengakibatkan evaluasi dan pengendalian kebijakan dan pelaksanaan terhadap kegiatan pembangunan
kurang dapat dilakukan secara optimal.
Berkaitan dengan hal tersebut maka upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan pembinaan dan pengendalian baik oleh atasan langsungPemimpin Proyek/Kegiatan maupun oleh
Kepala Satuan Kerja.

b. Mengembangkan laporan akuntabilitas instansi dan akuntabilitas proyek/kegiatan.
c. Untuk Proyek/Bagian Proyek APBN yang berada di eks Sub Biphut meskipun telah otonomi daerah tetap
berkewajiban menyampaikan laporan kepada Badan Planologi Kehutanan.

I.

KEBIJAKSANAAN PERENCANAAN KEGIATAN TAHUN 2002

A. UMUM
Rencana Pembangunan Tahunan (REPETA) Badan Planologi Kehutanan tahun 2002 merupakan bagian integral dari
Repeta Departemen Kehutanan dan Repeta Nasional Tahun 2002. Kegiatan pembangunan kehutanan dalam Repeta
Nasional ditampung dalam bidang ekonomi dan bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Di bidang ekonomi, kebijakan dan langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada tahun 2002 adalah melanjutkan
berbagai kebijakan dan langkah yang telah dilaksanakan pada tahun 2001 untuk mengatasi masalah dan tantangan yang
dihadapi dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan pembangunan ekonomi
berkelanjutan.
Di bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup, kebijakan dan langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada tahun
2002 antara lain untuk mengatasi masalah dan tantangan yang dihadapi dalam rangka penyempurnaan dan peningkatan
kwalitas data, sehingga tersedia data/informasi yang lengkap, handal, dan dapat diakses yang meliputi kawasan, potensi
sumber daya alam, aspek sosial dan ekologi, dapat tersedia merata di daerah, dan meningkatkan kesadaran untuk
melaksanakan konsultasi publik dalam perumusan kebijakan dan penyusunan rencana terutama yang mempunyai
dampak terhadap masyarakat luas.

Berdasarkan hal tersebut Menteri Kehutanan telah menetapkan kebijakan utama pelaksanaan pembangunan kehutanan
dalam tahun 2002 dengan 5 (lima) prioritas kebijakan, yaitu :

1.
2.
3.
4.
5.

Pemberantasan Penebangan Liar (Illegal Logging).
Penanggulangan Kebakaran.
Pengembangan Hutan Tanaman.
Restrukturisasi HPH, HPHTI dan Industri.
Otonomi Daerah.

A. PERENCANAAN TAHUN 2002
Sesuai dengan REPETA Badan Planologi Kehutanan Tahun 2001 dan kebijakan prioritas Departemen Kehutanan
tersebut di atas, maka kegiatan pokok tahun 2002 di bidang planologi kehutanan antara lain sebagai berikut :

1. Pemetaan kawasan hutan yang rawan terhadap perambahan hutan dan illegal logging.
2. Melakukan re-assesment sumber daya hutan dan Inventarisasi Potensi Sumber Daya Hutan.
3. Mempercepat proses pengukuhan kawasan hutan melalui penetapan kawasan hutan, penataan batas kawasan
Taman Nasional, kawasan hutan konservasi dan perairan, kawasan hutan lindung, dan kawasan hutan lainnya.

4. Pemantapan kawasan hutan di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia.
5. Mendeteksi titik api melalui analisa citra satelit NOAA.
6. Mempercepat proses pemantapan kawasan pada kawasan hutan tanaman.
7. Identifikasi kawasan hutan yang sesuai untuk pengembangan hutan tanaman.
8. Melakukan Re-Enumerasi PSP dalam rangka pengamatan pertumbuhan riap hutan alam.
9. Pengembangan Sistem Informasi Geografis (SIG), penginderaan jauh, data dan informasi kehutanan.
10. Penyusunan peta sumber daya hutan.
11. Pembentukan unit-unit pengelolaan hutan.
12. Re- Indentifiaksi pelepasan kawasan hutan dalam rangka Moratorium konversi hutan alam.
13. Mempercepat proses perumusan Program Kehutanan Nasional (NFP).
14. Penyusunan pedoman umum, kriteria dan standar dalam rangka otonomi daerah.
15. Meningkatkan koordinasi lintas sektoral untuk terciptanya persamaan persepsi tentang desentralisasi di bidang
kehutanan dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam penyusunan rencana kegiatan tahun 2002 adalah sebagai berikut :

a. Rencana kegiatan yang disusun agar realistis sesuai dengan kebutuhan, kemampuan sumber daya manusia
dan peralatan teknis yang tersedia.

b. Dalam rangka otonomi daerah, sebagian kewenangan bidang planologi kehutanan telah diserahkan ke daerah,

d.

maka menjadi konsekwensi daerah untuk menyiapkan anggaran bagi kegiatan keplanologian tersebut,
sedangkan dari anggaran Pusat pada prinsipnya hanya membantu bila daerah belum/kurang mampu untuk
menyelenggarakannya. Untuk itu sangat diperlukan informasi dari daerah
Rencana anggaran tahun 2002, akan memperhatikan kemampuan daya serap anggaran dan fisik
proyek/kegiatan tahun 2001.
Dalam usulan rencana kegiatan tahun 2002, agar dilengkapi antara lain :

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sasaran dan tujuan yang jelas;
Rencana dan realisasi tahun 2001 – 2004;
Lokasi kegiatan secara jelas (Kabupaten/Kota, Kelompok Hutan, Fungsi Hutan);
Standar Biaya;
Rencana kegiatan yang akan dibiayai dari Daerah;
Untuk kegiatan baru agar dilampiri TOR.

c.

I.

PENUTUP

Pembangunan bidang Planologi Kehutanan adalah merupakan kegiatan pemantapan prakondisi pengelolaan hutan yang
mempunyai posisi yang strategis dan menentukan terhadap keberhasilan pembangunan kehutanan secara menyeluruh.
Untuk itu, apa yang telah kami uraikan diatas, kiranya dapat digunakan sebagai bahan diskusi dan pembahasan lebih
lanjut, agar dalam Rakernis ini dapat diperoleh rumusan dan rencana pembangunan keplanologian tahun 2002 yang
konkrit, efisien dan efektif sesuai dengan tuntutan pembangunan kehutanan.

Selain itu dalam Rakernis ini diharapkan dapat dipecahkan berbagai permasalahan dan hambatan yang selama ini di
alami baik di Pusat maupun di Daerah.
Demikian harapan kami, mudah-mudahan menjadi perhatian kita semua.

Sekretaris Badan Planologi Kehutanan
ttd.
Ir. Soetino Wibowo