Penangkapan dan Penahan MV Maersk Tigris oleh Pemerintah Iran di Selat Hormuz berdasarkan Konvensi Hukum Laut 1982.
ABSTRAK
PENANGKAPAN DAN PENAHANAN MV MAERSK TIGRIS OLEH
PEMERINTAH IRAN DI SELAT HORMUZ BERDASARKAN KONVENSI
HUKUM LAUT 1982
Priandono Saptorenggo
110110110110
Selat Hormuz merupakan salah satu selat di dunia yang digunakan
sebagai jalur pelayaran internasional. Setiap kapal yang melintas Selat
Hormuz akan menikmati hak lintas damai dan ketentuan ini telah diatur dalam
Konvensi Hukum Laut 1982. Pada tanggal 28 April 2015, Iran menangkap
dan menahan MV Maersk Tigris ketika sedang melintasi Selat Hormuz. Iran
menyatakan bahwa tindakan tersebut dilakukan karena adanya putusan
pengadilan di wilayahnya untuk menangkap dan menahan MV Maersk Tigris.
Tindakan negara Iran menangkap dan menahan MV Maersk Tigris ketika
melintas di Selat Hormuz meskipun dengan putusan pengadilan, tentu telah
melanggar prinsip hak lintas damai yang kini telah menjadi hukum kebiasaan
internasional, dan juga melanggar Konvensi Hukum Laut 1982. Masalah lain
yang timbul adalah mengenai bentuk pertanggungjawaban Iran atas
tindakannya terhadap MV Maersk Tigris dan terhadap pihak-pihak yang
dirugikan berdasarkan hukum internasional.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yang
menganalisis dan mengkaji data sekunder berkenaan dengan prinsip hak
lintas damai di selat yang digunakan untuk pelayaran internasional.
Sedangkan spesifikasi penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis
yaitu menggambarkan dan menganalisis bahan hukum primer, sekunder, dan
tersier yang dikaitkan dengan tindakan negara Iran terhadap MV Maersk
Tigris.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa, tindakan Iran
menangkap dan menahan MV Maersk Tigris ketika melewati Selat Hormuz
telah melanggar hukum internasional, karena Iran sebagai negara pantai dari
Selat Hormuz tidak dapat menangkap dan menahan kapal-kapal asing yang
melintas selain yang dijelaskan dalam Konvensi Hukum Laut 1982. Akibat
dari tindakan Iran tersebut, akan menimbulkan suatu tanggung jawab yang
harus dipenuhi oleh Iran terhadap negara Kepulauan Marshall sebagai
negara bendera kapal dari MV Maersk Tigris, dan juga perusahaan Maersk.
iv
ABSTRACT
THE ARREST AND DETENTION OF MV MAERSK TIGRIS BY IRANIAN
GOVERNMENT IN STRAIT OF HORMUZ ACCORDING TO THE UNITED
NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA 1982
Priandono Saptorenggo
110110110110
Strait Hormuz is one of the straits in the world used for international
navigation. Every ship passing through Strait Hormuz will enjoy the right of
innocent passage, and this provision has been regulated in the United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982. On April 28th 2015, MV
Maersk Tigris was arrested and detained by Iran when it navigated through
the Strait of Hormuz. Iran stated that these actions were taken because there
was a verdict from the Iranian District Court to arrest and detain MV Maersk
Tigris. By arresting and detaining MV Maersk Tigris, Iran has violated the right
of innocent passage principle that now has become customary international
law, and also violated the United Nations Convention on the Law of the Sea
1982. The problem raises a question whether Iran should be held
accountable and responsible for her actions under international law.
This thesis is using juridical normative approach, by analyzing and
researching secondary data related to the right of innocent passage in straits
used for international navigation. It applies descriptive analytical research by
describing and analyzing primary, secondary, and tertiary legal materials
related to Iran’s actions to MV Maersk Tigris.
This research concludes that Iran’s actions by arresting and detaining
MV Maersk Tigris has violated international law. As a coastal state bordering
the Strait of Hormuz, Iran could not arrest or detain any foreign ships other
than those regulated under the United Nations Convention on the Law of the
Sea 1982. The result of Iran’s actions will create a responsibility that must be
fulfilled to Marshall Island as flag state of MV Maersk Tigris, and also Maersk
Company.
v
PENANGKAPAN DAN PENAHANAN MV MAERSK TIGRIS OLEH
PEMERINTAH IRAN DI SELAT HORMUZ BERDASARKAN KONVENSI
HUKUM LAUT 1982
Priandono Saptorenggo
110110110110
Selat Hormuz merupakan salah satu selat di dunia yang digunakan
sebagai jalur pelayaran internasional. Setiap kapal yang melintas Selat
Hormuz akan menikmati hak lintas damai dan ketentuan ini telah diatur dalam
Konvensi Hukum Laut 1982. Pada tanggal 28 April 2015, Iran menangkap
dan menahan MV Maersk Tigris ketika sedang melintasi Selat Hormuz. Iran
menyatakan bahwa tindakan tersebut dilakukan karena adanya putusan
pengadilan di wilayahnya untuk menangkap dan menahan MV Maersk Tigris.
Tindakan negara Iran menangkap dan menahan MV Maersk Tigris ketika
melintas di Selat Hormuz meskipun dengan putusan pengadilan, tentu telah
melanggar prinsip hak lintas damai yang kini telah menjadi hukum kebiasaan
internasional, dan juga melanggar Konvensi Hukum Laut 1982. Masalah lain
yang timbul adalah mengenai bentuk pertanggungjawaban Iran atas
tindakannya terhadap MV Maersk Tigris dan terhadap pihak-pihak yang
dirugikan berdasarkan hukum internasional.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yang
menganalisis dan mengkaji data sekunder berkenaan dengan prinsip hak
lintas damai di selat yang digunakan untuk pelayaran internasional.
Sedangkan spesifikasi penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis
yaitu menggambarkan dan menganalisis bahan hukum primer, sekunder, dan
tersier yang dikaitkan dengan tindakan negara Iran terhadap MV Maersk
Tigris.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa, tindakan Iran
menangkap dan menahan MV Maersk Tigris ketika melewati Selat Hormuz
telah melanggar hukum internasional, karena Iran sebagai negara pantai dari
Selat Hormuz tidak dapat menangkap dan menahan kapal-kapal asing yang
melintas selain yang dijelaskan dalam Konvensi Hukum Laut 1982. Akibat
dari tindakan Iran tersebut, akan menimbulkan suatu tanggung jawab yang
harus dipenuhi oleh Iran terhadap negara Kepulauan Marshall sebagai
negara bendera kapal dari MV Maersk Tigris, dan juga perusahaan Maersk.
iv
ABSTRACT
THE ARREST AND DETENTION OF MV MAERSK TIGRIS BY IRANIAN
GOVERNMENT IN STRAIT OF HORMUZ ACCORDING TO THE UNITED
NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA 1982
Priandono Saptorenggo
110110110110
Strait Hormuz is one of the straits in the world used for international
navigation. Every ship passing through Strait Hormuz will enjoy the right of
innocent passage, and this provision has been regulated in the United
Nations Convention on the Law of the Sea 1982. On April 28th 2015, MV
Maersk Tigris was arrested and detained by Iran when it navigated through
the Strait of Hormuz. Iran stated that these actions were taken because there
was a verdict from the Iranian District Court to arrest and detain MV Maersk
Tigris. By arresting and detaining MV Maersk Tigris, Iran has violated the right
of innocent passage principle that now has become customary international
law, and also violated the United Nations Convention on the Law of the Sea
1982. The problem raises a question whether Iran should be held
accountable and responsible for her actions under international law.
This thesis is using juridical normative approach, by analyzing and
researching secondary data related to the right of innocent passage in straits
used for international navigation. It applies descriptive analytical research by
describing and analyzing primary, secondary, and tertiary legal materials
related to Iran’s actions to MV Maersk Tigris.
This research concludes that Iran’s actions by arresting and detaining
MV Maersk Tigris has violated international law. As a coastal state bordering
the Strait of Hormuz, Iran could not arrest or detain any foreign ships other
than those regulated under the United Nations Convention on the Law of the
Sea 1982. The result of Iran’s actions will create a responsibility that must be
fulfilled to Marshall Island as flag state of MV Maersk Tigris, and also Maersk
Company.
v