POLITIK HUKUM PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DALAM KERANGKA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA (NKRI) DIKAITKAN DENGAN SISTEM KEPARTAIAN DI INDONESIA.

POLITIK HUKUM PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DALAM
KERANGKA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
(NKRI) DIKAITKAN DENGAN SISTEM KEPARTAIAN
DI INDONESIA
ABSTRAK
Pasca penandatangan MoU Helsinksi, Indonesia mengeluarkan UU
Pemerintahan Aceh yang memberlakukan partai politik lokal bagi Aceh.
Kelahiran partai politik lokal di tengah isu separatisme menelurkan
penolakan mengingat bahwa Indonesia dalam penyelenggaraan
pemerintahan akan optimal bila sistem kepartaian yang dianut sederhana.
Belum lagi pemberian partai politik lokal di Aceh mengundang
kecemburuan daerah lain untuk memiliki partai politik lokal. Oleh karena
itu, penelitian ini dilakukan guna mengkaji partai politik lokal secara
komprehensif dari sudut pandang pemerintahan daerah untuk
menemukan
kesesuaian
lahirnya
partai
politik
lokal
dalam

penyelenggaraan sistem kepartaian di Indonesia sebagai negara
kesatuan. Selain itu penelitian ini juga bertujuan menemukan implikasi
yang terjadi dari politik hukum partai politik lokal dalam penyelenggaraan
sistem kepartaian.
Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan
spesifikasi penelitian deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data yang
digunakan berupa studi kepustakaan yang dianalisis secara kualitatif.
Penelitian ini juga menggunakan data hukum primer dengan cara
melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa politik hukum pembentukan
partai politik lokal dalam penyelenggaraan sistem kepartaian sejalan
dengan prinsip negara kesatuan berdasarkan UUD 1945. Tidak hanya
sejalan bahkan dibentuknya partai politik lokal di Aceh merupakan suatu
bentuk penguatan otonomi daerah. Implikasi yang dapat timbul dari politik
hukum partai politik lokal adalah sistem kepartaian yang berlaku dalam
lingkup lokal menganut sistem multipartai. Sistem yang berlaku dalam
lingkup lokal ini tidak mempengaruhi sistem kepartaian secara nasional
karena lingkup kewenangan partai politik lokal ialah untuk mengisi jabatan
dalam lingkup lokal melalui pemilu lokal dan pemilihan kepala daerah
secara langsung di Aceh. Hal ini menandakan bahwa partai politik lokal

tidak bertentangan dalam upaya penyederhanaan partai politik
sebagaimana dimaksudkan dalam UU Partai Politik. Daerah lain
dimungkinkan untuk memiliki partai politik lokal selama diwadahi dalam
undang-undang. Atas hal tersebut penulis menyarankan perlunya
diberikan batasan yang jelas untuk memberikan suatu kekhususan bagi
daerah.

iv

THE LEGAL POLICY OF LOCAL POLITICAL PARTY IN ACEH AS
PART OF A UNITARY STATE OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
RELATED TO POLITICAL PARTY SYSTEM IN INDONESIA

ABSTRACT
Since the signing Helsinki MoU, Indonesia goverment has some
obligation to implement. One of them regarding to the local political parties
in Aceh. The existance of local political party in the issue of separatism
made big rejection, especially that the Republic of Indonesia in
implementing governance will be optimal when the party embraced the
simple system. A local political party in Aceh was invited jealousy of other

areas to have a local party too. Therefore, this study was conducted to
examine the local political party in a comprehensive manner from the
viewpoint of local governance to find suitability of local political parties in
the conduct of the party system in Indonesia as a unitary state. In addition,
this research also aims to find implications which occurred legal policy of
local political party in the party system.
This research used the juridical normative research method with
descriptive research analytical specifications. Data collection techniques
used library research to obtain materials or secondary data in the form of
primary law materials nor secondary law materials were analyzed
qualitatively. This research also used primary law data by conducting
interviews with the parties concerned.
The results of this research showed that the establishment legal
policy of local political party in the conduct of the party system in line with
the principle of unitary state based on a Constitution (UUD 1945). Not only
in accordance with Constitution, the establishment of local political party in
Aceh is a form of strengthening the autonomy of the region. The
implications that can arise from a legal policy of local political party are
political party system is applicable in the local sphere has a multi party, the
system in force in the local scope do not affect the party system nationally

in an effort to simplify the political parties. Other areas makes it possible to
have a local political party for undertakes in the legislation. Author
suggests that need to clear limit given for giving a specificity for the region.

v