Jenis-jenis plesetan serta hubungan makna antara leksem terucap dan leksem termaksud dalam humor plesetan dalam buku plesetan Republik Indonesia karya Kelik Pelipur Lara.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
Nugroho, Wendy. 2015. "Jenis-Jenis Plesetan Serta Hubungan Makna Antara
Leksem Terucap dan Leksem Termaksud dalam Humor Plesetan dalam
". Skripsi
Lara".
Buku Plesetan Republik Indonesia karya Kelik Pelipur Lara
Strata 1 (S1). Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas
Sastra, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji hubungan makna antara leksem yang dimaksud
dengan leksem terucap yang terdapat dalam wacana humor plesetan. Ada dua
masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Permasalahan yang pertama adalah
jenis-jenis plesetan apa saja yang memiliki hubungan makna antara leksem
terucap dan leksem termaksud. Permasalahan yang kedua adalah apa saja jenis
hubungan makna antara leksem terucap dan leksem termaksud. Tujuan Penelitian

ini adalah mendeskripsikan jenis-jenis plesetan yang memiliki hubungan makna
antara leksem terucap dengan leksem yang dimaksud dan mendeskripsikan
jenis-jenis hubungan makna yang terdapat dalam plesetan.
Objek dalam penelitian ini adalah hubungan makna antara leksem terucap
dengan leksem termaksud. Sumber data dalam penelitian ini adalah plesetan
bahasa. Data diperoleh dari sumber pustaka berupa buku karya Kelik Pelipur Lara
yang berjudul Plesetan Republik Indonesia. Data diperoleh menggunakan metode
simak. Teknik catat diterapkan dengan mencatat satuan-satuan lingual yang
memuat unsur plesetan. Tidak seluruh data dimasukkan ke dalam penelitian ini,
penulis hanya menggunakan beberapa data yang representatif sebagai sampel.
Data-data kemudian dikelompokkan berdasarkan jenisnya masing-masing.
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini penulis menerapkan
metode padan. Ada beberapa sub-jenis metode padan yang digunakan, yaitu
metode padan referensial, metode padan fonetis artikulatoris, metode padan
ortografis, dan metode padan translasional. Metode padan referensial, alat
penentunya adalah kenyataan atau referen bahasa. Metode padan fonetis
artikulatoris, alat penentunya adalah organ wicara. Metode padan ortografis, alat
penentunya adalah tulisan. Metode padan translasional, alat penentunya adalah
bahasa lain.
Berdasarkan penelitian ini, tidak semua jenis plesetan memiliki hubungan

makna antara leksem terucap dan leksem termaksud. Hubungan makna tersebut
hanya ditemui dalam jenis plesetan fonologis, plesetan grafis, plesetan ideologi,
plesetan diskursi. Hubungan makna tidak ditemui dalam jenis plesetan morfemis,
plesetan frasal, plesetan ekspresi. Berdasarkan hubungan makna antara leksem
terucap dan leksem termaksud, plesetan dapat digolongkan menjadi (1) plesetan
antonimi, (2) plesetan homonimi, (3) plesetan polisemi, (4) plesetan hiponimi, (5)
plesetan metonimi, dan (6) plesetan asosiatif.
Kata kunci: plesetan, relasi makna, leksem

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
Nugroho, Wendy. 2015. “Types of Plesetan and Meaning Relation between

Spoken and Meant Lexemes in Plesetan Humor in Book Plesetan
Republik Indonesia by Kelik Pelipur Lara
Lara””. Strata 1 (S1) Thesis.
Yogyakarta: Indonesian Literature Study Program, Faculty of
Literature, Sanata Dharma University.
This research investigated the meaning relation between meant lexemes and
spoken lexemes in plesetan humor discourse. There were two problems discussed
in this research. The first was what kinds of plesetan which had meaning relation
between spoken and meant lexeme were. The second was what kinds of meaning
relation between spoken and meant lexemes. This research aimed to describe the
types of plesetan which had meaning relation between spoken and meant lexemes
and types of meaning relation in plesetan.
The object in this research was meaning relation between meant lexemes and
spoken lexemes. The data in this research was language plesetan. The data was
obtained from literary resource in form of book written by Kelik Pelipur Lara
entitled Plesetan Republik Indonesia. The data achieved by intensive reading.
Notation technique was applied by noting lexicons which contains plesetan’s
elements. The researcher did not put the whole data; only the representative ones
were chosen as samples. Then, the data was classified into groups based on their
types.

To answer the formulated problems in this research, the researcher applied
matching method. There were several sub-types of matching method used in this
research. They were referential, phonetic-articulatory, orthographic, and
translational matching method. The determining instrument of referential
matching method was reality or language referent. The determining instrument of
phonetic-articulatory matching method was phonetic articulation devices. The
determining instrument of orthographic matching method was script or writing.
The determining instrument of translational matching method was other
languages.
Based on this research, not all plesetan had meaning relation between spoken
and meant lexemes. The meaning relation was only found in phonological
plesetan, graphic plesetan, ideological plesetan, and discourse plesetan. The
meaning relation was not found in morphemic plesetan, phrasal plesetan, and
expressional plesetan. Based on the meaning relation between spoken and meant
lexeme, plesetan could have been classified into (1) antonymic plesetan, (2)
homonymic plesetan, (3) polysemous plesetan, (4) hyponymy plesetan, (5)
metonymic plesetan, and (6) associative plesetan.
Keywords: plesetan, meaning relation, lexeme

x


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

JENIS-JENIS PLESETAN SERTA HUBUNGAN
MAKNA ANTARA LEKSEM TERUCAP
DAN LEKSEM TERMAKSUD
DALAM HUMOR PLESETAN
DALAM BUKU PLESETAN REPUBLIK INDONESIA
KARYA KELIK PELIPUR LARA
Tugas Akhir
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Wendy Nugroho
NIM: 114114002

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
JULI 2015

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

JENIS-JENIS PLESETAN SERTA HUBUNGAN
MAKNA ANTARA LEKSEM TERUCAP
DAN LEKSEM TERMAKSUD
DALAM HUMOR PLESETAN

DALAM BUKU PLESETAN REPUBLIK INDONESIA
KARYA KELIK PELIPUR LARA
Tugas Akhir
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia

Oleh
Wendy Nugroho
NIM: 114114002

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
JULI 2015

i

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

JENIS-JEMS PI.ESi'NIil SERTtr. HUBT]NGAI\I
MAKNA ANTARA LEKSEM TERUCAP
DA]\I LEI(SEM TERIIIAI(,SUD
DALAM HUMOR PLESETAN
DALAM B{IKU PLESEUN NEPADTIK TNDONESIA
KARYA KELIKPELIPUR LARA

Oleh:
Wendy Nugroho

Nllvt ll4ll4002

.


telah disetujui oleh:
,,

a':

Prof. I. Prapta$o Baryadi, M. Hum.

Tanggal:Z5funi 2015
.

'.:
'

a---/

Antonq M. Hum.

Tanggal:25 Juni 2015

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

JEIVIS-JENIS PI.ESE' TAN SERTA HTJBUNGAN
MAKNA AI\TTARA LEKSEM TERUCAP
DAII LEKSEIVI TERMAKSUD
DALAM HT}MOR PLESETAN
DALAM BUKU PLESETAN REPUBTIX INDONESIA

KARYA KELIK PELIPUR LARA
Dipersiapkan dan ditrlis oleh
Wendy Nugroho

NIM: I14114002
Tetah dipertahanl€n di depan Panitia Penguji

Pada?l Juli 2015

Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap

Ketua

Drs. HeryAntono, M.Hum.

Sekretaris

S.E. PeniAdjio S.S., M.Hum.

Anggota

Dr. P.Ari Subagyo, M.Hum.

"--:

Dm. HeryAntono, M.Hum.

nof, pr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum.

31 Juli 2015
Sastra
Sanata Dharma

F.X. Siswadi, M.A.

ru

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO

"Eyes can see, and a mind can think.
Insanity is just one step away."
~Simon Deimel~

">help"
~Interactive Fiction~

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAI\I KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 2l Juli 2015
Penulis

'//'

Z1

Wendy Nugroho

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
v
)

PERNYATAAN PERSETUJUAII PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

KEPENTINGAII AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah

ini, safr,olhurir*u Universitas

Sanata Dharma:

Nama : Wendy Nugroho

NIM

:114114002

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul "Jenis-Jenis Plesetan
Serta Hubungan Makna Antara Leksem Terucap dan Leksem Tennaksud dalam

Hulnor Plesetan dalam Buku Plesetan Republik Indonesia karya Kelik Pelipur
Lara" beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian,

saya

memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma h'ak menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di intemet atau media

yang lain untuk kepentingan akademis tanpa meminta

ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

,

penulis.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta

Pada

-

tanggal2I IuLi 2014

Yang menyatakan

,a

Wendy Nugroho I

vt

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang selalu membimbing dan
-'-

I

\

menuntun penulis dalam perjalanan pengerjaan skripsi ini, Sebagai salah satu syarat

yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan gelar sarjana

di

Fakultas Sastra,

Program Studi Sastra Indonesia" Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, skripsi

ini telah berhasil

diselesaikan. Peneliti menyadari bahwa skripsi

ini tidak akan

selesai tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik yang terlibat secara

langsung, maupun yang tidak terlibat secara langsung. Oleh sebab itu, penulis
hendak rnengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut memberikan
bantuan dan dukungan, yaitu:

L

Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. selaku dosen pernbimbing

i

yang

telah membimbing dengan penuh kesabaran dan memberikan memberi
dukungan, semangat, masukan sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan.

2.

Drs. Hery Antono, M.Hum. selaku dosen pembimbing

II

yang telah

membimbing ,"rtu memberikan saran, masukan, perhatian, dan dorongan
mental.
a

Seluruh dosen Program Studi Sastra Indonesia: Drs.

B.

Rahmanto,

M.Hum., Drs. F.X. Santoso, M.S., Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum., Dra. Fr.
Tjandrasih, M.Hum., S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum., Dr. Yosepiapi Taum,

M.Hum., Prof Dr. I Dewa Putu Wijana, SU, MA., yang telah memberikan
bekal ilmupengeahrun4.

Seluruh staf

sfuid

telah diberilcm-

Fakultas sastra atas segala bentuk bantuan yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5.

Staf UPT Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma

_

yang

telah

memberikan pelayanan untuk memperoleh sumber-sumber dan referensi.
6.

Orangtua penulis,

Oei Hok An yang tulus hati membiayai

dan

mendoakan penulis dalam mqreqluh pendidikan hingga menyelesaikan

skripsi ini.
7.

Gabriela Melati Putri sebagai orang spesial yang mendukung dan
mengingatkan penulis untuk menyel esaikan skrips i

8.

Rafael Marion Galley yang telah membantu menerjemahkan abstrak
penelitian ini ke dalam bahasa Inggris.

=9.

Teman-teman sedarah-seperjuangan angkatan 20 1 1 Sastra Indonesia uSD
yang telah membagi waktu dan pengalamannya.
I

10.

Seluruh Awak

notos dan pemukim

di

Rumah

nolqs,

seluruh

teman-teman Sastra, teman-teman Jaksa, teman-teman Media Sastra.

Yogyakarta, 25 Juni 2015

,h
Penulis

vllt

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
Nugroho, Wendy. 2015. "Jenis-Jenis Plesetan Serta Hubungan Makna Antara
Leksem Terucap dan Leksem Termaksud dalam Humor Plesetan dalam
". Skripsi
Lara".
Buku Plesetan Republik Indonesia karya Kelik Pelipur Lara
Strata 1 (S1). Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas
Sastra, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji hubungan makna antara leksem yang dimaksud
dengan leksem terucap yang terdapat dalam wacana humor plesetan. Ada dua
masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Permasalahan yang pertama adalah
jenis-jenis plesetan apa saja yang memiliki hubungan makna antara leksem
terucap dan leksem termaksud. Permasalahan yang kedua adalah apa saja jenis
hubungan makna antara leksem terucap dan leksem termaksud. Tujuan Penelitian
ini adalah mendeskripsikan jenis-jenis plesetan yang memiliki hubungan makna
antara leksem terucap dengan leksem yang dimaksud dan mendeskripsikan
jenis-jenis hubungan makna yang terdapat dalam plesetan.
Objek dalam penelitian ini adalah hubungan makna antara leksem terucap
dengan leksem termaksud. Sumber data dalam penelitian ini adalah plesetan
bahasa. Data diperoleh dari sumber pustaka berupa buku karya Kelik Pelipur Lara
yang berjudul Plesetan Republik Indonesia. Data diperoleh menggunakan metode
simak. Teknik catat diterapkan dengan mencatat satuan-satuan lingual yang
memuat unsur plesetan. Tidak seluruh data dimasukkan ke dalam penelitian ini,
penulis hanya menggunakan beberapa data yang representatif sebagai sampel.
Data-data kemudian dikelompokkan berdasarkan jenisnya masing-masing.
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini penulis menerapkan
metode padan. Ada beberapa sub-jenis metode padan yang digunakan, yaitu
metode padan referensial, metode padan fonetis artikulatoris, metode padan
ortografis, dan metode padan translasional. Metode padan referensial, alat
penentunya adalah kenyataan atau referen bahasa. Metode padan fonetis
artikulatoris, alat penentunya adalah organ wicara. Metode padan ortografis, alat
penentunya adalah tulisan. Metode padan translasional, alat penentunya adalah
bahasa lain.
Berdasarkan penelitian ini, tidak semua jenis plesetan memiliki hubungan
makna antara leksem terucap dan leksem termaksud. Hubungan makna tersebut
hanya ditemui dalam jenis plesetan fonologis, plesetan grafis, plesetan ideologi,
plesetan diskursi. Hubungan makna tidak ditemui dalam jenis plesetan morfemis,
plesetan frasal, plesetan ekspresi. Berdasarkan hubungan makna antara leksem
terucap dan leksem termaksud, plesetan dapat digolongkan menjadi (1) plesetan
antonimi, (2) plesetan homonimi, (3) plesetan polisemi, (4) plesetan hiponimi, (5)
plesetan metonimi, dan (6) plesetan asosiatif.
Kata kunci: plesetan, relasi makna, leksem

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
Nugroho, Wendy. 2015. “Types of Plesetan and Meaning Relation between
Spoken and Meant Lexemes in Plesetan Humor in Book Plesetan
Republik Indonesia by Kelik Pelipur Lara
Lara””. Strata 1 (S1) Thesis.
Yogyakarta: Indonesian Literature Study Program, Faculty of
Literature, Sanata Dharma University.
This research investigated the meaning relation between meant lexemes and
spoken lexemes in plesetan humor discourse. There were two problems discussed
in this research. The first was what kinds of plesetan which had meaning relation
between spoken and meant lexeme were. The second was what kinds of meaning
relation between spoken and meant lexemes. This research aimed to describe the
types of plesetan which had meaning relation between spoken and meant lexemes
and types of meaning relation in plesetan.
The object in this research was meaning relation between meant lexemes and
spoken lexemes. The data in this research was language plesetan. The data was
obtained from literary resource in form of book written by Kelik Pelipur Lara
entitled Plesetan Republik Indonesia. The data achieved by intensive reading.
Notation technique was applied by noting lexicons which contains plesetan’s
elements. The researcher did not put the whole data; only the representative ones
were chosen as samples. Then, the data was classified into groups based on their
types.
To answer the formulated problems in this research, the researcher applied
matching method. There were several sub-types of matching method used in this
research. They were referential, phonetic-articulatory, orthographic, and
translational matching method. The determining instrument of referential
matching method was reality or language referent. The determining instrument of
phonetic-articulatory matching method was phonetic articulation devices. The
determining instrument of orthographic matching method was script or writing.
The determining instrument of translational matching method was other
languages.
Based on this research, not all plesetan had meaning relation between spoken
and meant lexemes. The meaning relation was only found in phonological
plesetan, graphic plesetan, ideological plesetan, and discourse plesetan. The
meaning relation was not found in morphemic plesetan, phrasal plesetan, and
expressional plesetan. Based on the meaning relation between spoken and meant
lexeme, plesetan could have been classified into (1) antonymic plesetan, (2)
homonymic plesetan, (3) polysemous plesetan, (4) hyponymy plesetan, (5)
metonymic plesetan, and (6) associative plesetan.
Keywords: plesetan, meaning relation, lexeme

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR BAGAN
Bagan 1: Ranah yang Dibahas dalam Pembahasan........................................... 5

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL
Tabel 1: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud
dalam Plesetan Fonologis.............................................................................. 23
Tabel 2: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud
dalam Plesetan Grafis.................................................................................... 25
Tabel 3: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud
dalam Plesetan Morfemis.............................................................................. 27
Tabel 4: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud
dalam Plesetan Frasal.................................................................................... 29
Tabel 5: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud
dalam Plesetan Ekspresi................................................................................ 31
Tabel 6: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud
dalam Plesetan Ideologi.................................................................................34
Tabel 7: Hubungan Makna antara Leksem Terucap dan Leksem Termaksud
dalam Plesetan Diskursi................................................................................ 37

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................ ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI
PENGUJI......................................... iii
MOTTO
MOTTO.............................................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
KARYA.............................................. v
PUBLIKASI....................................... vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI
KATA PENGANTAR ....................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................ ix

ABSTRACT ....................................................................................... x
DAFTAR BAGAN ............................................................................ xi
TABEL............................................................................... xii
DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI
ISI....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 7
1.5 Tinjauan Pustaka ........................................................................ 7
1.6 Landasan Teori ........................................................................... 8
1.7 Sumber Data ............................................................................... 16
1.8 Metode Penelitian ....................................................................... 16
1.9 Sistematika Penyajian ................................................................ 19
BAB II JENIS-JENIS PLESETAN YANG MEMILIKI HUBUNGAN
MAKNA ANTARA LEKSEM TERUCAP DENGAN LEKSEM YANG
DIMAKSUD
2.1 Pengantar .................................................................................... 20
2.2 Plesetan Fonologis ..................................................................... 20

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2.3 Plesetan Grafis ........................................................................... 23
2.4 Plesetan Morfemis ..................................................................... 26
2.5 Plesetan Frasal ........................................................................... 27
2.6 Plesetan Ekspresi ....................................................................... 29
2.7 Plesetan Ideologi ........................................................................ 32
2.8 Plesetan Diskursi ....................................................................... 34
BAB III HUBUNGAN MAKNA ANTARA LEKSEM TERUCAP DENGAN
LEKSEM YANG DIMAKSUD DALAM PLESETAN
3.1 Pengantar .................................................................................... 38
3.2 Plesetan Antonimi ...................................................................... 39
3.3 Plesetan Homonimi .................................................................... 44
3.4 Plesetan Polisemi ....................................................................... 50
3.5 Plesetan Hiponimi ...................................................................... 53
3.6 Plesetan Metonimi ..................................................................... 58
3.7 Plesetan Asosiatif ....................................................................... 61
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................ 65
4.2 Saran ........................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 67
LAMPIRAN
LAMPIRAN........................................................................................ 71

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Plesetan cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Pada tahun 1970-an,
plesetan mulai banyak dipraktikkan oleh pelawak-pelawak Indonesia. Salah satu
pelawak tahun 1970-an yang sering menggunakan plesetan dalam lawakannya
adalah Basiyo, seorang pelawak dari Yogyakarta yang terkenal karena

plesetan-nya.
Namun, pada kenyataannya plesetan tidak hanya digunakan oleh para
pelawak saja. Plesetan sering muncul dalam perbincangan masyarakat pada
umumnya. Plesetan biasanya muncul pada situasi informal atau keseharian, tetapi

plesetan bisa juga muncul pada situasi yang formal. Karena sifatnya yang
menimbulkan gelak tawa, plesetan biasanya menjadi pelumas dalam komunikasi
dan sering dimanfaatkan untuk mencairkan suasana.
Mengutip tuturan Wijana (2004: 2) dalam bukunya yang berjudul Kartun:

Studi tentang Permainan Bahasa, humor adalah salah satu bentuk permainan.
Sebagai homo ludens1 manusia gemar bermain. Plesetan merupakan fenomena
yang tidak hanya dialami oleh masyarakat Indonesia. Sebagai homo ludens,
manusia di manapun mereka berada gemar bermain. Istilah swerving words
merupakan bukti bahwa plesetan juga ada dalam bentuk bahasa Inggris. Hal ini
dipengaruhi oleh adanya sifat dasar suatu bahasa, yaitu arbitrer. Jadi, bahasa
memiliki fleksibilitas tergantung siapa yang menggunakannya.
1

Homo ludens berarti manusia adalah makhluk yang bermain

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

Karena plesetan telah menjadi semacam kebiasaan atau permainan dalam
kehidupan masyarakat Indonesia, plesetan dimanfaatkan pula dalam bidang
ekonomi. Di dunia hiburan, dijumpai Ketoprak Plesetan pada tahun 1990-an. Di
dunia perkausan, plesetan menjadi daya tarik tersendiri bagi pecinta kaus dan
pecinta plesetan. Dagadu adalah merk salah satu kaus plesetan yang berasal dari
kota Yogyakarta.
Menurut Baryadi (2003: 37), plesetan dapat dimengerti sebagai tindak tutur
yang menggelincirkan satuan lingual yang secara konvensional telah memiliki
bentuk-makna tertentu ke satuan lingual yang memiliki bentuk-makna lain.
Berikut adalah salah satu contoh plesetan:

(1) Swedia payung sebelum hujan

Pada contoh tersebut dapat dimengerti bahwa plesetan tersebut merupakan
penggelinciran dari sebuah peribahasa yang sudah memiliki bentuk dan makna
tertentu, yaitu Sedia payung sebelum hujan. Contoh plesetan tersebut menjadi hal
yang lucu jika didengar oleh orang berbahasa Indonesia yang, tentu saja, mengerti
wujud konvensional peribahasa aslinya, yaitu yang seharusnya sedia digelincirkan
menjadi swedia.
Dalam dunia plesetan, nama Raden Kelik Sumaryoto sudah tidak asing lagi.
Pelawak yang lebih akrab dikenal dengan nama Kelik Pelipur Lara ini
menciptakan plesetan-plesetan yang bersifat mengkritik dan menyindir. Pria yang
memiliki julukan King of Plesetan ini telah membukukan lawakan plesetannya,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

meliputi: Please Edan, Plesetan dengan Kau, Plesetan Relublik Indonesia.
Ada faktor yang mempengaruhi kelucuan suatu plesetan. Faktor eksternal
berasal dari konteks yang dialami para pendengar atau pembaca. Faktor internal
berasal dari plesetan itu sendiri. Oleh sebab itu, perlu dilakukan sebuah tinjauan
mengenai kelucuan tersebut.
Pada kasus ini, penulis tidak akan membahas mengenai konteks pendengar
atau pembaca suatu plesetan karena penelitian mengenai konteks penggunaan
telah banyak dilakukan.
Penulis lebih tertarik meneliti faktor struktural plesetan. Berdasarkan konsep
hubungan in absentia Saussure, dalam plesetan ditemui hubungan asosiatif antara
satuan lingual yang diucapkan dalam tuturan dengan satuan lingual lain yang tidak
hadir dalam tuturan. Hubungan tersebut dimungkinkan sebagai hubungan makna.
Hubungan makna yang dimaksud adalah hubungan semantis baik bentuk maupun
makna suatu satuan lingual dengan satuan lingual lain. Berikut adalah contoh
hubungan absensia pada plesetan:

(2) +
-

Binatang apa yang paling kaya?
Beruang

Dalam tuturan hadir leksem beruang yang bermakna 'binatang'. Leksem
tersebut mengasosiasikan satuan lingual lain yang tidak hadir dalam tuturan, yaitu

beruang yang bermakna 'memiliki uang'. Dari kedua leksem tersebut,
dimungkinkan adanya hubungan makna.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

Secara semantis, sebenarnya kedua kata beruang tersebut memiliki makna
yang sangat berbeda. Beruang1 merupakan suatu bentuk dasar yang bermakna
'binatang', sedangkan beruang2 berasal dari kata uang yang mendapat awalan bersehingga menjadi kata beruang yang secara tidak disengaja memiliki bentuk yang
sama dengan kata beruang yang bermakna 'binatang' tersebut. Karena kedua kata
tersebut memiliki susunan bunyi dan susunan ortografis yang sama, plesetan
tersebut merupakan plesetan homonimi.
Seperti pada contoh tersebut, suatu plesetan selalu berdasarkan bentuk satuan
lingual yang telah diakui secara konvensional. Keseluruhan atau sebagian dari
bentuk konvensional tersebut diganti dengan satuan lingual lain yang memiliki
kemiripan. Hal ini didukung dengan adanya asosiasi satuan lingual dengan satuan
lingual lain yang memiliki kemiripan bentuk atau makna. Atas dasar kemiripan
tersebut, dilakukanlah substitusi atas kedua satuan lingual tersebut untuk
memunculkan kelucuan. Penerapan prinsip ini dilakukan secara beragam sehingga
memunculkan jenis-jenis plesetan yang beragam pula.
Untuk memudahkan pembahasan mengenai konsep ini, penulis memilih
istilah leksem terucap sebagai sebutan untuk satuan kebahasaan yang
digelincirkan dan leksem yang dimaksud sebagai sebutan untuk bentuk
konvensional suatu plesetan.
Selain leksem terucap dan leksem yang dimaksud, sebenarnya ada maksud
atau tujuan plesetan. Namun, hal tersebut dibahas dalam ranah pragmatik,
misalnya adanya pelanggaran maksim pada leksem terucap sehingga menyindir
seseorang.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5

Berikut adalah gambar mengenai hubungan antara tiga unsur plesetan:
Leksem yang
Dimaksud

Maksud/Tujuan

A

B
Leksem
Terucap

Bagan 1. Ranah yang Dibahas dalam Pembahasan

Dalam penelitian ini penulis hanya akan membahas mengenai hubungan yang
ditunjukkan oleh huruf A pada gambar 1.1. Penulis tidak akan membahas
hubungan yang ditunjukkan oleh huruf B agar pembahasan lebih fokus dan sesuai
dengan topik yang diangkat dalam penelitian ini.
Pada praktiknya tidak semua plesetan memiliki hubungan makna seperti yang
telah dibahas sebelumnya. Berikut adalah contoh plesetan yang tidak memiliki
hubungan makna:

(3) +
-

Makanan apa yang disukai anak-anak?
Donat. Donat Bebek

Kata Donat pada contoh tersebut merupakan substitusi dari kata Donal. Hal
ini disebabkan oleh adanya kata Bebek yang secara konvensional diakui oleh
masyarakat sebagai Donal Bebek. Hubungan asosiatif pada kata Donat dengan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

Donal memang terbukti ada, tetapi kedua kata tersebut tidak memiliki hubungan
makna sama sekali. Kedua kata tersebut hanya memiliki susunan bunyi dan
ortografis yang mirip.
Karena tidak semua plesetan memiliki hubungan makna, perlu dilakukan
tinjauan mengenai jenis plesetan yang memiliki hubungan makna.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis akan menggali keberadaan
hubungan makna yang terdapat dalam plesetan dan merumuskan jenis-jenis

plesetan berdasarkan hubungan makna yang teredapat di dalamnya. Hubungan
makna menjadi hal yang sangat penting untuk dibahas karena hubungan makna
itulah yang secara tidak disadari membuat konkret kata "lucu" yang masih bersifat
relatif.

1.2 Rumusan Masalah
Dari batasan masalah yang telah dijelaskan di Latar Belakang Masalah,
permasalahan bisa dirumuskan sebagai berikut:
1.

Apa saja jenis-jenis plesetan yang memiliki hubungan makna antara
leksem terucap dengan leksem yang dimaksud dalam buku Plesetan

Republik Indonesia karya Kelik Pelipur Lara?
2.

Apa saja hubungan makna antara leksem terucap dengan leksem yang
dimaksud yang terdapat pada wacana humor plesetan dalam buku

Plesetan Republik Indonesia karya Kelik Pelipur Lara?

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, penelitian ini bertujuan:
Mendeskripsikan jenis-jenis plesetan yang memiliki hubungan makna

1.3.1

antara leksem terucap dengan leksem yang dimaksud dalam buku

Plesetan Republik Indonesia karya Kelik Pelipur Lara.
1.3.2

Mendeskripsikan berbagai jenis hubungan makna antara leksem terucap
dengan leksem yang dimaksud dalam beberapa wacana humor plesetan
dalam buku Plesetan Republik Indonesia karya Kelik Pelipur Lara.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini memberikan sumbangan teori dalam semantik berupa
hubungan makna yang terdapat dalam humor plesetan. Secara tidak langsung,
penelitian ini juga memberikan teori mengenai bagaimana hubungan makna
terbentuk dalam plesetan.
Secara praktis penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi dalam bidang
humor dan plesetan. Dengan melihat adanya hubungan makna dalam plesetan,
teori yang terdapat dalam penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi untuk
menciptakan plesetan-plesetan baru yang memiliki hubungan makna antara
leksem terucap dengan leksem yang dimaksud.

1.5 Tinjauan Pustaka
Penulis menemukan sebuah penelitian dengan judul topik "Proses
Pembentukan dan Jenis-jenis Plesetan Satuan Lingual" oleh Rachmat Widodo.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

8

Dalam tulisannya, dia meneliti bagaimana plesetan dalam satuan lingual itu
tertentuk dan apa saja jenisnya.
Purwanti, juga meneliti plesetan. Dalam tulisannya yang berjudul Analisis

Wacana Plesetan pada Kaos Dagadu Djokdja (Kajian Pragmatik), Purwanti tidak
menggunakan pendekatan semantik, tetapi pragmatik. Dia lebih mengerucutkan
objeknya khusus plesetan yang ada pada kaus Dagadu Djokdja. Dia lebih melihat
fenomena pragmatik apa saja yang terjadi dalam plesetan pada kaus Dagadu,
teknik penciptaan, dan bagaimana bentuk tindak tuturnya.
Semantik saat ini belum banyak digunakan untuk dijadikan sebagai
persepktif dalam mengkaji plesetan. Rachmat Widodo memang pernah
mengangkat soal humor plesetan. Namun topik yang penulis angkat ini memiliki
kebaruan, yaitu tentang hubungan makna.
1.6 Landasan Teori
Berikut akan dijelaskan beberapa teori yang menjadi landasan dalam
penelitian ini, yaitu (a) plesetan, (b) jenis-jenis plesetan, dan (c) relasi makna.
1.6.1

Plesetan

Plesetan dapat digambarkan sebagai kegiatan berbahasa yang mengutamakan
atau memanfaatkan secara maksimal pembentukan berbagai pernyataan dan aneka
makna

yang

dimungkinkan

oleh

sifat

sewenang-wenang

pada

kaitan

penanda-makna-realitas empirik (Heryanto 1996: 110).

Plesetan dapat dimengerti sebagai tindak tutur yang menggelincirkan satuan
lingual yang secara konvensional telah memiliki bentuk-makna tertentu ke satuan
lingual yang memiliki bentuk-makna lain (Baryadi 2003: 37).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

Biasanya, dalam eksekusinya, plesetan menggelincirkan suatu makna dengan
mengubah bahasa dalam berbagai taraf. Ada plesetan yang hanya mengubah bunyi
suatu kata, tetapi ada juga plesetan yang mengubah atau menggelincirkan struktur
kebahasaan yang lebih rumit, seperti fungsi gramatik, kata atau frasa secara
keseluruhan, hingga satu wacana secara utuh.
Verhaar (1996: 385-386) menyebutkan bahwa fonem tidaklah membawa arti,
tetapi berperan sebagai pembeda makna. Jadi, jika alur logikanya ditarik ke dalam
konteks plesetan, perubahan fonem atau bunyi yang terjadi dalam plesetan sangat
berpotensi menyebabkan penggelinciran makna karena satupun bunyi berubah,
menimbulkan perubahan makna. Begitu pula dengan penggelinciran struktur
kebahasaan yang lebih rumit, potensi lahirnya plesetan pun semakin besar. Fonem,
sebagai satuan tingkat kebahasaan paling sederhana, adalah sarana paling mudah
untuk menciptakan plesetan. Itu sebabnya, plesetan dengan melibatkan perubahan
fonem sangat sering kita jumpai.

Plesetan jenis homonim—hal ini akan dijelaskan dalam pembahasan tentang
jenis-jenis plesetan berdasarkan relasi makna—terkadang akan disalahartikan
sebagai metafora. Namun, Ratna (2009: 181) dalam bukunya yang berjudul

Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya menyatakan bahwa
metafora, secara luas atau umum, dapat dimengerti sebagai penggunaan bahasa
yang dianggap 'menyimpang' dari bahasa baku. Konsep penyimpangan dalam
metafora tersebut memiliki konsep yang sama dengan konsep penyimpangan
dalam plesetan. Jadi, pada konteks tertentu, metafora juga dapat dianggap sebagai

plesetan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1.6.2

10

Jenis-Jenis Plesetan

Berdasarkan tingkat kebahasaannya, Sibarani (2004 dalam Ni Made Dhianari,
2011: 15-16) mengelompokkan plesetan berdasarkan tingkat kebahasaannya
menjadi 7 jenis, yaitu plesetan fonologis (bunyi), plesetan grafis (huruf), plesetan
morfemis (leksikon), plesetan frasal (kelompok kata), plesetan kalimat (ekspresi),

plesetan ideologis (semantis), plesetan diskursi (wacana).
1.6.2.1 Plesetan Fonologis

Plesetan fonologis (bunyi) yaitu plesetan yang menggelincirkan fonem suatu
satuan lingual. Dhianari (2011: 15) menyebutkan bahwa plesetan fonologis pada
umumnya digunakan untuk memperolok-olok atau mengejek orang lain. Contoh:

Robert diplesetkan menjadi Robek.
1.6.2.2 Plesetan Grafis
Perlu dipahami bahwa kata grafis di sini bukan bermakna gambar, melainkan
huruf. Plesetan jenis ini menggelincirkan setiap huruf pada suatu satuan lingual
dengan menganggapnya memiliki kepanjangannya masing-masing sehingga
satuan lingual tersebut menjadi sebuah singkatan.
Plesetan Grafis (huruf) yaitu plesetan gabungan huruf dengan
menjadikannya sebagai singkatan. Contoh: ABCD diplesetkan menjadi
ABRI Bukan Cepak Doang. Hasil akhir plesetan ini hampir sama dengan
singkatan atau akronim. Namun, perbedaannya terletak pada proses
pembentukannya. Singkatan pada umumnya dibentuk setelah ada bentuk
yang panjangnya sehingga dibentuk menjadi singkatan atau akronim,
contohnya: Sekolah Menengah Atas disingkat menjadi SMA. Namun,
plesetan pada umumnya gabungan hurufnya telah lebih dahulu ada atau
diciptakan kemudian diberi kepanjangan. Misalnya MBA menjadi
Married By Accident. (Dhianari. 2011: 15-16)
1.6.2.3 Plesetan Morfemis
Hampir sama dengan plesetan grafis, plesetan morfemis juga memperlakukan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11

kata dengan menjadikan atau menganggapnya sebagai akronim. Berbeda dengan

plesetan grafis, plesetan morfemis menggelincirkan setiap morfem dari satuan
lingual dengan menganggapnya memiliki kepanjangan. Misalnya, nama Agus
diplesetkan menjadi Agak GUndul Sedikit.
1.6.2.4 Plesetan Frasal

Plesetan frasal (kelompok kata) yaitu, seperti plesetan morfemis, plesetan
yang menggunakan frasa dan menganggapnya sebagai akronim. Bedanya, jika

plesetan frasal melibatkan frasa atau kelompok kata, plesetan morfemis
melibatkan morfem saja. Misalnya, frase Botol Lampu diplesetkan menjadi

BOdoh TOLol LAMbat PUla.
1.6.2.5 Plesetan Ekspresi

Plesetan kalimat (ekspresi) yaitu plesetan sebuah kalimat dengan cara
mengubah kata-katanya sehingga mengubah baik secara parsial atau keseluruhan
makna sebuah kalimat tanpa mengubah struktur dan intonasi kalimat tersebut.
Misalnya, teks lagu “Ayo Maju Maju” diplesetkan menjadi “Tidak Maju Maju.”
1.6.2.6 Plesetan Ideologis

Plesetan ideologis (semantis) yaitu plesetan sebuah ide menjadi ide lain
dengan bentuk linguistik yang sama. Misalnya, hidup tak hidup, pandangan hidup,

pegangan hidup digelincirkan menjadi dipandang saja sudah hidup atau dipegang
baru hidup.
1.6.2.7 Plesetan Diskursi

Plesetan diskursi (wacana) yaitu plesetan dengan tingkat kerumitan paling
tinggi yang biasanya melibatkan sebuah cerita atau narasi, lalu memutarbalikkan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12

fakta, kenyataan, atau alur logika wacana yang sebenarnya. Misalnya: Andaikata

celana Anda terkena noda, so pasti akan mengurangi penampilan Anda. Nah,
untuk menghilangkan noda pada celana Anda sangatlah mudah untuk
mengantisipasinya. Pertama-tama, rendamlah celana Anda pada air hangat
selama 15 menit. Kedua peras dan jemurlah di depan pagar rumah Anda selama
24 jam. Dijamin sebelum 24 jam, noda yang menempel pada celana Anda akan
hilang seketika, berikut celananya. Contoh tersebut menggelincirkan sebuah
wacana menghilangkan noda pada celana menjadi menghilangkan noda beserta

celana.
1.6.3

Relasi Makna

Dalam semantik, satuan-satuan kebahasaan memiliki hubungan bentuk dan
makna dengan satuan kebahasaan yang lain. Selain itu, satuan-satuan kebahasaan
dimungkinkan memiliki berbagai makna (Wijana dan Rohmadi 2011: 19). Wijana
memberikan contoh kata putih. Kata putih memiliki beberapa hubungan. Kata

putih memiliki hubungan dengan kata suci. Kata putih memiliki hubungan dengan
hitam. Kata putih juga memiliki hubungan dengan kata kuning, biru, cokelat,
merah dan warna-warna lainnya.
Namun, ada juga satuan-satuan bahasa yang tidak memiliki hubungan makna,
tetapi secara kebetulan memiliki hubungan bentuk. Wijana memberikan contoh
binatang beruang memiliki hubungan bentuk secara tidak sengaja dengan kata
beruang 'memiliki uang' dan beruang 'memiliki ruang'.
Dari beberapa hubungan itu, Wijana menyimpulkan bahwa sinonimi,
antonimi, polisemi, homonimi, hiponimi, dan metonimi menjadi sentral di dalam

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

13

semantik (Wijana dan Rohmadi 2011: 20).
1.6.3.1

Sinonimi

Sinonimi adalah hubungan atau relasi persamaan makna. Jadi, bentuk
kebahasaan yang satu memiliki kesamaan makna dengan bentuk kebahasaan lain
(Wijana dan Rohmadi 2011: 20). Wijana mengatakan bahwa meskipun kata-kata
yang bersinonim memiliki kesamaan makna, itu pun tidak menyuruh. Kesamaan
menyeluruh (complete synonym) tidak pernah dijumpai (Wijana dan Rohmadi
2011: 20).
Setiap bentuk kebahasaan yang memiliki struktur fonemis yang berbeda dapat
dipastikan memiliki makna yang berbeda, betapa pun kecilnya (Bloomfield
1993: 145 dalam Wijana dan Rohmadi 2011: 20).
1.6.3.2

Antonimi

Antonimi oleh Wijana disebut sebagai perlawanan kata. Antonimi bisa
dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung pada jumlah pasangan dan sifat
perlawanannya, yaitu antonimi biner dan antonimi nonbiner, antonimi bergradasi
dan antonimi tak bergradasi, antonimi ortogonal dan antipodal, antonimi
direksional dan antonimi relasional (Wijana 2011: 25).
Antonimi biner adalah perlawanan yang hanya beranggotakan dua buah
leksem. Dalam antonimi biner tidak bisa ditemui anggota lain selain kedua
anggota tersebut, contohnya antonimi biner antara kata hidup dan mati tidak
memiliki anggota selain kedua itu.
Antonimi nonbiner adalah antonimi, yang anggotanya lebih dati dua. Wijana
mencontohkan bahwa selain dingin dan panas ada anggota-anggota lain seperti

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

14

hangat dan sejuk. Menurut Wijana dan Rohmadi, nama-nama bulan dianggap
sebaai pasangan antonimi nonbiner karena selain Januari dan Desember ada
anggota-anggota yang lain, seperti Februari, Maret, Juli, dan lain-lain.
Antonimi bergradasi adalah perlawanan yang berjenjang atau bertingkat
(gradable opposite) sehubungan dengan sifat-sifat relatif makna kata-kata yang
berlawanan itu (Wijana dan Rohmadi 2011: 28). Dalam antonimi bergradasi,
sangat dimungkinkan anggotanya dilekati oleh kata-kata seperti lebih, kurang,
agak, dan lainnya.
Menurut Wijana dan Rohmadi (2011: 29) antonimi yang tak bergradasi adalah
perlawanan tak bertingkat atau tak berjenjang (ungradable opposite). Biasanya
anggotanya berupa kata-kata yang tidak bersifat relatif, jadi tidak dijumpai
kata-kata seperti lebih, kurang, agak, dan lainnya.
Antonomi ortogonal adalah perlawanan yang oposisinya tidak bersifat
diametrik. Utara secara ortogonal bisa berantonim dengan semua arah mata angin
kecuali Selatan. Utara secara antipodal hanya berlawanan dengan Selatan saja.
Antonimi direksional adalah perlawanan makna yang oposisinya ditentukan
berdasarkan gerak menjauhi dam mendekati suatu tempat. Wijana mencontohkan
kata pulang dan pergi, ke sana dan ke mari, datang dan pergi merupakan pasangan
antonimi yang bersifat direksional. Sedangkan antonimi relasional menurut
Wijana dan Rohmadi adalah perlawanan yang oposisinya bersifat kebalikan.
1.6.3.3

Polisemi

Polisemi adalah sebuah bentuk kebahasaan yang memiliki berbagai macam
makna. Perbedaan antara makna yang satu dengan makna yang lain dapat

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

15

ditelururi atau dirunut hingga sampai pada suatu kesimpulan bahwa makna-makna
itu berasal dari sumber yang sama (Wijana dan Rohmadi 2011: 31). Suatu kata
bisa memiliki lebih dari satu makna dan kesamaan-kesamaan itu selalu memiliki
garis merah berupa kesamaan konsep kata-kata yang berpolisemi tersebut.
1.6.3.4

Homonimi

Berbeda dengan polisemi, meskipun merupakan hubungan dua kata atau lebih
yang memiliki bentuk yang sama, homonimi ada atas dasar ketidaksengajaan.
Wijana mencontohkan kata beruang 'binatang' secara kebetulan memiliki bentuk
yang sama dengan beruang 'memiliki ruang' dan beruang 'memiliki uang'.
Homonimi secara umum adalah hubungan bentuk dua kata atau lebih yang
tulisan dan bunyinya sama persis. Hubungan bentuk yang hanya tulisannya saja
yang sama disebut homografi, sedangakan hubungan bentuk yang hanya bunyinya
saja yang sama disebut homofoni.
1.6.3.5

Hiponimi

Hiponimi adalah hubungan semantik antara makna spesifik dan makna
generik, atau anggota taksonomi dengan nama taksonomi (Kridalaksana, 1993: 74
dalam Wijana 2011: 53).
1.6.3.6

Metonimi

Metonimi adalah kata atau leksem yang memiliki hubungan asosiatif dengan
kata atau leksem lain. Suatu kata terkadang dapat mengasosiasikan pendengarnya
kepada hal lain.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

16

1.7 Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber telah ditentukan pada satu buku saja karena buku
tersebut merupakan buku yang penuh dengan plesetan. Berikut adalah informasi
mengenai sumber data yang digunakan dalam penelitian ini:

Judul buku

: Plesetan Republik Indonesia 2004 - 2009 gerr sama
Kelik Pelipur Lara

Pengarang

: Kelik Kelipur Lara

Penerbit

: Pink Books

Kota terbit

: Yogyakarta

Tahun terbit

: 2005 (cetakan kedua)

Tebal buku

: 169 halaman

1.8 Metode Penelitian
Berikut akan dijelaskan metode dalam pengerjaan penelitian ini mulai dari
metode pengumpulan data, metode analisis data, hingga metode penyajian hasil
analisis data.
1.8.1 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak. Objek data dari
penelitian ini adalah plesetan yang bersumber dari sumber pustaka berupa buku

Plesetan Republik Indonesia karya Kelik Pelipur Lara yang akan dibahas lebih
detail pada poin selanjutnya. Penulis terlebih dahulu membaca buku Plesetan

Republik Indonesia, lalu mencatat contoh-contoh yang representatif dan unik.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

17

Karena penelitian ini bukan merupakan penelitian kuantitatif, melainkan
penelitian kualitatif, penulis mengambil beberapa data sebagai sampel yang
representatif untuk masuk ke tahap klasifikasi.
1.8.2 Metode Analisis Data
Data-data yang telah diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan rumusan
masalah. Masalah yang pertama adalah "Apa saja jenis-jenis plesetan yang
memiliki hubungan makna antara leksem terucap dan leksem termaksud dalam
buku Plesetan Republik Indonesia karya Kelik Pelipur Lara?". Untuk menjawab
masalah tersebut, diterapkan metode padan refensial. Menurut Sudaryanto (1993:
12) metode padan refernsial adalah sub-jenis pertama metode padan yang alat
penentunya adalah kenyataan yang ditunjuk oleh bahasa atau referent bahasa.
Masalah kedua adalah "Apa saja hubungan makna antara leksem terucap
dengan leksem yang dimaksud yang terdapat pada wacana humor plesetan?".
Untuk menjawab masalah tersebut, diterapkan pula metode padan refensial.
Misalnya, untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan makna antara leksem
terucap dengan leksem termaksud dalam sebuah plesetan yang berbunyi kamu

bakal ketemu sama teman lama, tentunya yang sudah meninggal dunia, status
teman yang sudah meninggal dunia tetap bisa dianggap sebagai teman. Kata lama
berhubungan dengan waktu, begitu pula dengan frasa meninggal dunia. Jadi
terdapat hubungan makna anatara teman lama dan (teman yang) sudah meninggal.
Selain penerapan metode padan referensial, diterapkan pula metode padan
fonetis artikulatoris, metode padan translasional, dan metode padan ortografis.
Metode padan fonetis artikulatoris digunakan untuk menentukan identitas suatu

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

satuan

lingual

dengan

membandingkan

bunyinya.

Misalnya,

18

dengan

mengidentifikasi bunyi kata Meriam pada Meriam Belina, dapat diketahui bahwa
terdapat dua leksem yang memiliki tulisan yang sama, tetapi memiliki bunyi yang
berbeda.
Metode padan translasional digunakan untuk mengidentifikasi satuan
kebahasaan dalam bahasa tertentu berdasarkan satuan kebahasaan dalam bahasa
lain, hal ini terkait dengan sangat dimungkinkannya terjadinya relasi makna yang
terbentuk karena adanya pengaruh bahasa asing dalam proses pembentukan

plesetan. Berikut adalah contoh penggunaan metode padan translational yang
digunakan dalam penelitan ini. Pada contoh yang membahas mengenai nama artis
yang membawa senjata, muncul nama Broery Peso Lima. Kata peso dalam bahasa
Indonesia tidak memiliki makna, tetapi dalam bahasa Jawa kata peso bermakna
senjata tajam untuk memotong benda lain. Jika diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia, kata peso bermakna pisau yang bermakna senjata tajam.
Metode padan ortografis digunakan untuk mengidentifikasi identitas kata
homofon, hal ini terkait dengan banyaknya kasus homofon dalam humor plesetan.
Berikut adalah contoh penggunaan metode padan ortografis dalam penelitian ini.
Pada contoh yang membahas mengenai nama artis (tunggal) yang jumlahnya lebih
dari satu, muncul nama Nia Daniati. Nama tersebut dianggap sebagai plesetan
mengenai nama orang tunggal yang jumlahnya lebih dari satu karena jika ditinjau
dari segi ortografis, terdapat susunan huruf d, a, dan n pada bagian nama Daniati.
Ketiga huruf tersebut jika disusun akan menjadi kata dan yang bermakna kata
hubung yang menghubungkan antara dua hal atau lebih.

PLAGIAT
PLAGIATME