Konspirasi Usaha Dalam Pengadaan Barang.

Pikiran Rakyat
o Sen;n
4

123
17

18

OJan

. Sabtu
o M;nggu

o Selasa o Rabu o Kam;s 0 Jumat
5
20

19

.Mar


OPeb

6
21
OApr

7
22

8
23

9

10
24

OJun


OMei

12

11
25

OJul

26

27

0 Ags OSep

13

G

14


15
29

16
30

ONov

OOkt

ODes

I(onspirasi Usaha.
_
Dalam Pengadaan- Bara-ng
_

-


--

--

,._a. _

_._~.

'

_

.

__'0.

'_.,.,

._,_


".-

-"

M

menyeret

petinggi

-petinggi

KPU ke jeruji besi, karena terlibat korupsi. Tidak hanya itu,
masyarakat juga dikagetkan dengan kualitas tinta pemilu pada
pemilu legislatif sebelumnya
yang begitu rendah dan berbeda kualitasnya dengan tinta
yang digunakan dalam pemilu
presiden dan wakil presiden.
Rasanya Indonesia sudah penuh sesak dengan kolusi, korupsi, dan nepotisme, meski
para pelaku telah ditangkap

dan dijatuhi hukuman pidana.
Mudah-mudahan dalam pemilu sekarang kejadian tersebut
tidak terulang lagi.
Sebetulnya dalarn pengadaan
barang dan jasa untuk intansi
pemerintah dan badan usaha
milik negara ada mekanisme
yangjelas, yaitu melalui meka~
nisme tender atau melalui mekanisme penunjukan langsung.
Mekanisme tersebut juga diatur dalarn Keputusan Presiden
tentang Pengadaan Barang dan
Jasa. Korupsi berpeluang teIjadi pada kedua mekanisme tersebut. Pada mekanisme penunjukan langsung peluang teIjadi-

nya korupsi cukup besar. Namun, dalam mekanisme tender
pun korupsi berpeluang teIjadi
bahkan peluang pelanggaran
terhadap persaingan usaha pun
ada, yaitu persekongkolan atau
konspirasi usaha.
Persekongkolan atau konspirasi usaha diartikan dengan

bentuk keIja sarna yang dilakukan pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud
untuk menguasai pasar yang
bersangkutaiibilgi kepentingan
pelaku usaha yang bersekongkol (Pasal r Angka 8 UndangUndang No. 5 Tahun 1999).
Menurut Pasal22, pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk meng atur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat
mengakibatkan teIjadinya persaingan usaha tidak sehat.
Sanksi pidana yang dijatuhkan terhadap pelaku usaha
yang secara sah dan meyakinkan melakukan persekongkolan
mendapat ancaman pidana
denda serendah-rendahnya Rp
5 miliar dan setinggi-tingginya
Rp 25 miliar atau pidana kurungan pengganti denda selama-Iarnanya lima bulan (Pasal
48 Ayat 2).
Secara teoritis, persekongkoIan dapat dibedakan antara persekongkolan intraperusahaan

.

~

--Kliping


Hum as

Unpod

-

dan persekongkolan
paralel
yang disengaja. Persekongkolan
intraperusahaan teIjadi bila dua
atau lebih pihak dari satu perusahaan yang sarna mengada-

Oleh SUDARYAT
ASIH segar dalam
ingatan kita pada pemilu sebelumnya, di
mana pengadaan kertas, tinta
dan perlengkapan pemilu lainnya menyisakan masalah dan

~-


2009

kan persetujuan untuk melakukan tindakan yang dapat mengharnbat persaingan. Sedangkan
persekongkolan paralel disengaja teIjadi bila beberapa perusahaan mengikuti tindakan yang
dilakukan perusahaan besar
yang sebenarnya bagi mereka
merupakan pesaing. Tindakan
yang mengarah pada persekongkolaIi yang dilarang sebagaima~
na dalam PaSal22 yaitu perse~
kongkolan paralel disengaja.
Telah menjadirahasia umum
bahwa dalarn pengadaan barang
danjasa baik di istitusi pemerintah ataupun BUMN sering teIjadi persaingan

curAng yang dila-

kukan peserta tender dengan
penyelenggara tender dengan
card penyuapan sehingga pemenang tender sebetulnya direkayasa. Akibatnya, kualitas pengadaan barang kurang memuaskan meskipun harganya maksimal. Pasal 209 KUHP mengatur sanksi untuk pelaku penyuapan dengan ancaman hukuman maksimal dua tahun dan Pasal419 untuk pejabat yang menerima suap dengan ancaman

pidana maksimallima tahun.
Tindakan penyuapan mengakibatkan kerugian bagi negara
dan masyarakat sehingga baik
pelaku maupun
penerima
suap
-,
-

~:..!

---

31

akan dikenai sanksi pidana karena melakukan korupsi, sedangkan pelaku usaba yang terbukti me\akukan persekongkoIan dikenakan ancaman pidana
1 dalam UU Persaingan Usaha.
Dalam pengadaan barang atau
jasa, praktik penyuapan berlanjut pada praktik persekongkoIan. Kedua-duanya merupakan
tindak pidana, yang satu tergolong korupsi sedangkan yang

satu lagitermasuk persaingan
usaha. Kedua-duanya menjadi
kewenangan lembaga peradilan
umum untuk memeriksa dan
lfiemutus perkara teI'sebut.
Menjelang pemilu, KPU berkewajiban menyiapkan berbagai
perlengkapan pemilu di antaranya surat suara, kotak suara, tinta suara, dan lain-Iainnya. Dalam pengadaan perlengkapan
pemilu, KPU melakukan tender.
Tender yang dilakukan KPU harns diawasi supaya terhindar dari tindakan penyriapan dan persekongkolan. Pengawasan Il1erupakantindakan preventif guna mencegah terjadinya tindak
pidana. Hal ini dilakukan supaya potensi kerugian negara dan
masyarakat dapat diminimalisasi.
Apabila proses pengadaan telab dilakukan maka langkah
kuratif dapat dilakukan. Langkab ini ada pada Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai auditor
pemerintah untuk melakukan

audit investigatif sehingga secara cepat adanya kerugian negara dapat terungkap. Hasil audit
investigatif ini akan menjadi
bekal bagi kejaksaan atau Komisi Pemberantasan Korupsi
untuk memproses tindak pidana korupsi. Khusus peluang
tindak pidana persekongkolan
di antara pelaku usaha yang
mengikuti tender pengadaan
perlengkapan pemilu, kewajiban Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) untuk mengungkapnya. Hasil pemeriksaannya dapat menjadi bekal bagi
kejaksaan untuk memproses
pelanggaran lebih Ianjut.
Pemerintal1 telah membuat
keputusan presiden tentang
pengadaanbarang sebagai suatu norma, namun kepres ini
akan efektif apabila diikuti kepatuhan masyara~at pelaku
usaha serta menjadi lengkap
apabila aparat penegak hukum
tanggap dalam memproses. pelanggaran hukum. Sebagai suatu sistem hukum, maka hukum
yang baik belum menjamin terjadinya penegakan hukum jika
tidak diikuti dengan kepatuhan
dari masyarakat yang akan melaksanakan hukum serta aparat
penegak hukum yang mengawal proses pelaksanaan hukum.***

Penulis, staf pengajar Fakultas Hukum Universitas
Padjadjaran.