Analisis Hukum Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Melalui Pasar Modal: Studi Mengenai Go Public Pt. Krakatau Steel (Persero) Tbk

(1)

ANALISIS HUKUM PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK

NEGARA (BUMN) MELALUI PASAR MODAL:

STUDI MENGENAI

GO PUBLIC

PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK

TESIS

OLEH

TRI MURTI LUBIS 097005045/ ILMU HUKUM

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(2)

ANALISIS HUKUM PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) MELALUI PASAR MODAL: STUDI MENGENAI GO PUBLIC

PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum

dalam Program Studi Ilmu Hukum Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH

TRI MURTI LUBIS 097005045/ ILMU HUKUM

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(3)

ABSTRAK

BUMN sebagai salah satu pelaku bisnis dalam perekonomian Indonesia, di samping sektor swasta dan koperasi, diharapkan dapat melaksanakan perannya secara aktif dalam pengembangan ekonomi nasional guna mewujudkan sebesar-besar kemakmuran bagi rakyat. Namun dalam pelaksanaannya, menunjukkan bahwa sektor BUMN belum menunjukan kinerja yang optimal bagi pengembangan ekonomi nasional, apabila dibandingkan dengan sektor swasta. Bahkan tidak sedikit BUMN yang tidak sehat yang masih terus mendapatkan suntikan dana dari pemerintah sementara hasil keuntungan yang diperoleh tidak sebanding dengan suntikan dana tersebut, atau bahkan merugi. Untuk itu upaya pembenahan BUMN harus segera diwujudkan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam hal pembenahan BUMN yaitu privatisasi BUMN. Privatisasi melalui penawaran umum perdana (IPO) maksudnya yaitu pemerintah menjual kepada publik semua atau sebagian saham yang dimiliki atas BUMN tertentu kepada publik melalui pasar modal, tetapi umumnya pemerintah hanya menjual sebagian dari yang dimiliki atas BUMN tersebut. Permasalahan hukum yang muncul yaitu pada saat publik diramaikan oleh kasus murahnya harga saham perdana PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk, yaitu kisaran harga yang ditetapkan sebesar Rp. 800-Rp. 1.050, Pemerintah memilih menetapkan harga terendah yaitu Rp. 850,. Muncul polemik di tengah masyarakat dengan mengatakan bahwa penetapan harga perdana PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk sebesar Rp.850,-per lembar saham terlalu rendah dan tidak wajar serta alokasi penjatahan saham yang tidak transparan, yang menjadi permasalahan dalam tesis ini yaitu mengapa BUMN perlu diprivatisasi, bagaimana proses privatisasi BUMN melalui initial public offering, serta apakah privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk telah memenuhi ketentuan perundang-undangan

Penulisan tesis ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif yang bersifat kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero),Tbk.

Perlunya BUMN diprivatisasi adalah dalam hal peningkatan efisiensi dan produktivitas BUMN yaitu seperti penyebarluasan kepemilikan saham BUMN kepada masyarakat untuk mempercepat penerapan Good Corporate Governance

(GCG) pada BUMN tersebut dan peningkatan partisipasi kontrol masyarakat. Privatisasi BUMN baiknya dilakukan melalui pasar modal Initial Public Offering

(IPO). IPO ini akan mendatangkan keuntungan yaitu adanya sifat transparansi dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua pihak untuk ikut membeli saham-saham BUMN, termasuk bagi investor asing. Setelah perusahaan-perusahaan BUMN melakukan Initial Public Offering (IPO) maka perusahaan-perusahaan tersebut harus menanggung kewajiban baru yang harus dilaksanakan. Pelaksanaan Privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk telah dilakukan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah. Nomor 33 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Privatisasi Perseroan (Persero).


(4)

Disarankan agar privatisasi menerapkan Good Corporate Governance

sehingga BUMN berdaya saing tinggi dan memberikan kontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, diharapkan agar privatisasi BUMN memprioritaskan metode melalui Initial Public Offering (IPO) dan diharapkan

underwriter bertindak independen dalam hal penetapan harga saham perdana dan alokasi penjatahan saham.

Kata Kunci : Privatisasi BUMN, Privatisasi Melalui Pasar Modal, Go Public PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk


(5)

ABSTRACT

SOEs as one businessman in the Indonesian economy, in addition to private and cooperative sector, is expected to carry out its role more actively in the development of national economy in order to realize the maximum prosperity for the people. But in practice, showing that the SOEs sector has not shown that optimal performance for the development of national economy, when compared with the private sector. Not even a little unhealthy SOEs which still continue to get cash injection from the government while the benefits are not comparable with the injection of funds, or even losing money. For that effort to reform SOE should be immediately implemented to overcome these problems. One of the efforts made by the government in terms of SOEs reform is the privatization of SOEs. Privatization through public offering (IPO), meaning that the government sold to the public all or a portion of shares held for a certain state to the public through the capital markets, but governments generally sell only a portion of the state-owned above. Legal issues that arise during the public that is enlivened by case cheap price IPO of PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, the price range set at Rp. 800-USD. 1050, the Government chose the lowest price of Rp. 850,. Polemics appeared in the community by saying that the initial price determination PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk amounting to Rp.850,-per share was too low and not fair and the allocation of allotment of shares that are not transparent. The problem in this thesis that is why SOEs privatized, how the process of privatization through an initial public offering, and whether privatization of PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk is in compliance with legislation.

Writing this thesis using the methods of normative research that is qualitative in order to illustrate the problems associated with the implementation of the privatization of PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.

Necessity is the privatized SOEs in terms of increased efficiency and productivity of SOEs such as the dissemination of state-owned shares to the public to accelerate the implementation of Good Corporate Governance (GCG) in these SOEs and enhancing the participation of community control.SOEs Privatization best done

through the stock market Initial Public Offering (IPO). This IPO will bring the advantage that the properties of transparancy and provide equal opportunity for all parties to participate in buying shares of SOEs, including for foreign investors. After the state-owned firms initial public offering (IPO), then these companies should bear the new obligations that must be implemented.

Privatization Implementation PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk has been carried out in accordance with PP No. 59 Year 2009 on the Amendment of PP No. 33 Year 2005 on the Procedures for Privatization of the Company (Persero). It is recommended that privatization implement good corporate governance, leaving the companies highly competitive and contribute to improving the welfare of the people, is expected to prioritize the method of privatization through Initial Public Offering


(6)

(IPO) and the underwriters are expected to act independently in terms of IPO pricing and allocation of share distribution.

Keywords: Privatization of BUMN, Privatization Through Capital Market, Go Public PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk mencapai gelar Magister Hukum pada Program Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

Adapun judul penelitian ini adalah: “ANALISIS HUKUM PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) MELALUI PASAR MODAL : STUDI MENGENAI GO PUBLIC PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK”. Di dalam menyelesaikan Tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis “Ayahanda H. Ahmad Hatib Lubis, SH” dan “Ibunda Hj. Yusniar Lintang” serta tak lupa “ Kak Tuty Hanani Lubis, S.Psi dan Yeti Meliany Lubis, SE, Ak, Msi” dan “Adikku Tia Nurbaiti Lubis” yang telah memberikan dukungan baik secara materil maupun secara moril dan tak lupa penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat para komisi pembimbing: Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum, dan Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum. Dimana di tengah-tengah kesibukannya masih tetap meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, petunjuk dan mendorong semangat penulis untuk menyelesaikan penulisan Tesis ini.

Perkenankanlah juga, Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian studi ini, kepada:

1. Rektor Univesitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&h, MSc (CTM), SpA(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan ini.


(8)

2. Dekan Fakultas Hukum Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ketua Program Studi Ilmu Hukum Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH, atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum sebagai komisi penguji yang telah meluangkan waktunya dan dengan penuh perhatian memberikan dorongan, bimbingan, saran kepada Penulis.

5. Kepada rekan-rekan di Program Studi Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara Stambuk 2009 khususnya kelas paralel, beserta seluruh Staf Ilmu Hukum terima kasih atas segala bantuan selama penulis mengikuti perkuliahan, semoga Allah membalas kebaikan yang belipat ganda.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat dan menyampaikan permintaan maaf yang tulus jika seandainya dalam penulisan ini terdapat kekurangan dan kekeliruan, penulis juga menerima kritik dan saran yang bertujuan sera bersifat membangun untuk menyempurnakan penulisan tesis ini.

Medan, Mei 2011

Penulis


(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Tri Murti Lubis

Tempat/ Tanggal Lahir: Medan, 12 Desember 1986 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SD Dharma Wanita (Tamat tahun 2001) SLTP Negeri I Medan (Tamat tahun 2003) SMU Negeri I Medan (Tamat tahun 2005)

Strata 1 (S1) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (Tamat tahun 2009)

Strata 2 (S2) Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ( Tamat tahun 2011)


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR... iv

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR SKEMA ... xi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 15

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Manfaat Penelitian ... 16

E. Keaslian Penulisan ... 16

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 17

1. Kerangka Teori ... 17

2. Landasan Konsepsional ... 24

G. Metode Penelitian ... 26

1. Jenis dan Sifat Penelitian... 27

2. Sumber Data ... 28

3. Teknik Pengumpulan Data ... 28


(11)

BAB II : PERLUNYA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)

DIPRIVATISASI ... 30

A. Sejarah Singkat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ... 30

B. Masalah Umum Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ... 38

C. Pengertian Privatisasi ... 44

D. Dasar Hukum Privatisasi BUMN di Indonesia ... 48

1. Undang-Undang Dasar 1945... 48

2. UU. No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN... 53

3. PP. No. 59 Tahun 2009 Tentang Perubahan Terhadap PP. No. 33 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Privatisasi Perseroan (Persero) ... 58

E. Perlunya BUMN diprivatisasi ... 67

BAB III : PRIVATISASI BUMN MELALUI PENAWARAN UMUM PERDANA INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) ... 76

A. Metode-Metode Privatisasi ... 76

B. Proses Privatisasi Melalui Penawaran Umum Perdana Initial Public Offering (IPO) ... 82

C. Akibat Hukum Perusahaan Yang Go Public ... 93

D. Keuntungan Privatisasi BUMN Melalui Penawaran Umum Perdana Initial Public Offering (IPO) ... 97

BAB IV : ASPEK HUKUM PRIVATISASI PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO), Tbk ... 100

A. Landasan Hukum Privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk ...100


(12)

B. Alasan Privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk ...102

C. Proses Pelaksanaan Privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk Melalui Initial Public Offering (IPO) ...104

E. Permasalahan Yang Muncul Dalam Privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk ... 114

1.Penetapan Harga Saham Perdana PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk ... 114

2.Alokasi Penjatahan Saham PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk ... 131

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ...139

A. Kesimpulan ... 139

B. Saran ... 140


(13)

ABSTRAK

BUMN sebagai salah satu pelaku bisnis dalam perekonomian Indonesia, di samping sektor swasta dan koperasi, diharapkan dapat melaksanakan perannya secara aktif dalam pengembangan ekonomi nasional guna mewujudkan sebesar-besar kemakmuran bagi rakyat. Namun dalam pelaksanaannya, menunjukkan bahwa sektor BUMN belum menunjukan kinerja yang optimal bagi pengembangan ekonomi nasional, apabila dibandingkan dengan sektor swasta. Bahkan tidak sedikit BUMN yang tidak sehat yang masih terus mendapatkan suntikan dana dari pemerintah sementara hasil keuntungan yang diperoleh tidak sebanding dengan suntikan dana tersebut, atau bahkan merugi. Untuk itu upaya pembenahan BUMN harus segera diwujudkan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam hal pembenahan BUMN yaitu privatisasi BUMN. Privatisasi melalui penawaran umum perdana (IPO) maksudnya yaitu pemerintah menjual kepada publik semua atau sebagian saham yang dimiliki atas BUMN tertentu kepada publik melalui pasar modal, tetapi umumnya pemerintah hanya menjual sebagian dari yang dimiliki atas BUMN tersebut. Permasalahan hukum yang muncul yaitu pada saat publik diramaikan oleh kasus murahnya harga saham perdana PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk, yaitu kisaran harga yang ditetapkan sebesar Rp. 800-Rp. 1.050, Pemerintah memilih menetapkan harga terendah yaitu Rp. 850,. Muncul polemik di tengah masyarakat dengan mengatakan bahwa penetapan harga perdana PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk sebesar Rp.850,-per lembar saham terlalu rendah dan tidak wajar serta alokasi penjatahan saham yang tidak transparan, yang menjadi permasalahan dalam tesis ini yaitu mengapa BUMN perlu diprivatisasi, bagaimana proses privatisasi BUMN melalui initial public offering, serta apakah privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk telah memenuhi ketentuan perundang-undangan

Penulisan tesis ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif yang bersifat kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero),Tbk.

Perlunya BUMN diprivatisasi adalah dalam hal peningkatan efisiensi dan produktivitas BUMN yaitu seperti penyebarluasan kepemilikan saham BUMN kepada masyarakat untuk mempercepat penerapan Good Corporate Governance

(GCG) pada BUMN tersebut dan peningkatan partisipasi kontrol masyarakat. Privatisasi BUMN baiknya dilakukan melalui pasar modal Initial Public Offering

(IPO). IPO ini akan mendatangkan keuntungan yaitu adanya sifat transparansi dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua pihak untuk ikut membeli saham-saham BUMN, termasuk bagi investor asing. Setelah perusahaan-perusahaan BUMN melakukan Initial Public Offering (IPO) maka perusahaan-perusahaan tersebut harus menanggung kewajiban baru yang harus dilaksanakan. Pelaksanaan Privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk telah dilakukan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah. Nomor 33 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Privatisasi Perseroan (Persero).


(14)

Disarankan agar privatisasi menerapkan Good Corporate Governance

sehingga BUMN berdaya saing tinggi dan memberikan kontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, diharapkan agar privatisasi BUMN memprioritaskan metode melalui Initial Public Offering (IPO) dan diharapkan

underwriter bertindak independen dalam hal penetapan harga saham perdana dan alokasi penjatahan saham.

Kata Kunci : Privatisasi BUMN, Privatisasi Melalui Pasar Modal, Go Public PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk


(15)

ABSTRACT

SOEs as one businessman in the Indonesian economy, in addition to private and cooperative sector, is expected to carry out its role more actively in the development of national economy in order to realize the maximum prosperity for the people. But in practice, showing that the SOEs sector has not shown that optimal performance for the development of national economy, when compared with the private sector. Not even a little unhealthy SOEs which still continue to get cash injection from the government while the benefits are not comparable with the injection of funds, or even losing money. For that effort to reform SOE should be immediately implemented to overcome these problems. One of the efforts made by the government in terms of SOEs reform is the privatization of SOEs. Privatization through public offering (IPO), meaning that the government sold to the public all or a portion of shares held for a certain state to the public through the capital markets, but governments generally sell only a portion of the state-owned above. Legal issues that arise during the public that is enlivened by case cheap price IPO of PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, the price range set at Rp. 800-USD. 1050, the Government chose the lowest price of Rp. 850,. Polemics appeared in the community by saying that the initial price determination PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk amounting to Rp.850,-per share was too low and not fair and the allocation of allotment of shares that are not transparent. The problem in this thesis that is why SOEs privatized, how the process of privatization through an initial public offering, and whether privatization of PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk is in compliance with legislation.

Writing this thesis using the methods of normative research that is qualitative in order to illustrate the problems associated with the implementation of the privatization of PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.

Necessity is the privatized SOEs in terms of increased efficiency and productivity of SOEs such as the dissemination of state-owned shares to the public to accelerate the implementation of Good Corporate Governance (GCG) in these SOEs and enhancing the participation of community control.SOEs Privatization best done

through the stock market Initial Public Offering (IPO). This IPO will bring the advantage that the properties of transparancy and provide equal opportunity for all parties to participate in buying shares of SOEs, including for foreign investors. After the state-owned firms initial public offering (IPO), then these companies should bear the new obligations that must be implemented.

Privatization Implementation PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk has been carried out in accordance with PP No. 59 Year 2009 on the Amendment of PP No. 33 Year 2005 on the Procedures for Privatization of the Company (Persero). It is recommended that privatization implement good corporate governance, leaving the companies highly competitive and contribute to improving the welfare of the people, is expected to prioritize the method of privatization through Initial Public Offering


(16)

(IPO) and the underwriters are expected to act independently in terms of IPO pricing and allocation of share distribution.

Keywords: Privatization of BUMN, Privatization Through Capital Market, Go Public PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk


(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Krisis keuangan yang melanda Asia pada tahun 1997-1998 yang semakin diperburuk dengan kondisi politik di tanah air sepanjang tahun yang telah membawa bangsa kita ke dalam jurang keterpurukan dan ketidakpastian. Hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 1998 mencapai titik terendah pada saat pemerintahan Soeharto yaitu minus 13 % (tiga belas persen).1

Memasuki era globalisasi di mana krisis ekonomi masuk ke Asia termasuk Indonesia maka dampak negatif dari krisis yang dihadapi saat ini sangat berat dirasakan oleh kalangan bisnis menengah ke atas, dan menggoyahkan sendi-sendi ekonomi Indonesia yang sangat fundamental. Dampaknya sangat terasa seperti meningkatkannya pengangguran, rendahnya daya beli disebabkan karena berkurangnya pendapatan. Pemerintah sebagai pemilik persero saat ini yang bergerak dalam hampir segenap bidang kegiatan ekonomi terutama di sektor-sektor yang sangat strategis, energi, telekomunikasi, pertambangan, penerbangan, industri kimia, agroindustri dan lain-lainnya maka tingkat kesehatan Badan Usaha Milik Negara (Selanjutnya disingkat BUMN) dan efisiensi BUMN mau tidak mau akan ikut mempengaruhi kinerja ekonomi Indonesia, di samping itu BUMN adalah salah satu

1

I Nyoman Tjager, F. Antonius Alijoyo, et.al., Corporate Governance (Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bangsa Indonesia, (Jakarta: Prenhallindo, 2003), hlm. 2.


(18)

pelaku ekonomi yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan ekonomi dan dunia usaha nasional.

Berbagai program pemulihan telah diupayakan oleh pemerintah yaitu bekerja sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan Pihak Swasta. Upaya tersebut juga dilakukan dengan mempersiapkan Lambaga-lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia (World Bank) dan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund) untuk menolong Indonesia keluar dari krisis ekonomi dengan berbagai langkah yang tertuang dalam Letter of Intens (LOI) yang antara lain mengharuskan pemerintah melakukan restrukturisasi ekonomi dengan privatisasi BUMN termasuk perusahaan-perusahaan yang bernilai strategis.2

BUMN sebagai salah satu pelaku bisnis dalam perekonomian Indonesia, di samping sektor swasta dan koperasi, diharapkan dapat melaksanakan perannya secara aktif dalam pengembangan ekonomi nasional guna mewujudkan sebesar-besar kemakmuran bagi rakyat. Namun dalam pelaksanaannya, menunjukkan bahwa sektor BUMN belum menunjukan kinerja yang optimal bagi pengembangan ekonomi nasional, apabila dibandingkan dengan sektor swasta. Maka pihak swasta lebih menunjukan kinerja dan optimalisasi yang lebih baik dibandingkan dengan BUMN. Bahkan tidak sedikit BUMN yang tidak sehat yang masih terus mendapatkan suntikan dana dari pemerintah sementara hasil keuntungan yang diperoleh tidak sebanding dengan suntikan dana tersebut, atau bahkan merugi. Untuk itu upaya

2


(19)

pembenahan BUMN harus segera diwujudkan untuk mengatasi permasalahan tersebut, baik dari segi aturan hukum, ekonomi dan aspek lain yang terkait.3

Hal yang akan dikemukakan di sini adalah bahwa salah satu masalah krisis finansial yang melanda Indonesia termasuk negara-negara lain di Asia diidentifikasikan dengan buruknya kinerja dan daya saing perusahaan-perusahaan milik pemerintah (BUMN) terhadap perusahaan-perusahaan swasta di negara-negara tersebut.4 Dari 161 BUMN yang ada di Indonesia, Kesehatan seluruh BUMN diklasifikasikan menjadi empat kategori yaitu sangat sehat, sehat, kurang sehat dan tidak sehat. BUMN yang mendapat kategori sangat sehat berjumlah 11 BUMN, Kategori sehat 95 BUMN, kategori kurang sehat 23 BUMN, dan kategori tidak sehat 7 BUMN.5

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan peranan BUMN dalam menyukseskan pembangunan nasional adalah dengan melakukan pembenahan tidak hanya dari sudut ekonomi namun yang tidak kalah penting adalah instrumen hukumnya. Dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 terdapat ketentuan mengenai privatisasi yang merupakan agenda penting dalam Undang-Undang tersebut, yaitu sebagai salah satu upaya untuk melakukan restrukturisasi BUMN, selain dari selain dari Profitisasi BUMN dan Korporasi BUMN.

3

Helza Nova Lita, “Tinjauan Yuridis Privatisasi Badan Usaha Milik Negara”, http:detik.com/2010/12, di akses pada tanggal 26 Desember 2010, hlm. 136.

4

I Nyoman Tjager , F. Antonius Alijoyo, et.al., Op. cit., hlm. 3.

5

“Kondisi BUMN”, http://yosin.wordpress.com/2009/11/18/privatisasi-bumn/diakses pada tanggal 11 Januari 2011.


(20)

Dalam Undang-Undang BUMN dijelaskan bahwa privatisasi merupakan penjualan saham perseroan baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas kepemilikan saham oleh masyarakat. Privatisasi dapat dilakukan dengan cara:6

1. Penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal.

Yang dimaksud dengan penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal antara lain adalah penjualan saham melalui penawaran umum (Initial Public Offering / Go Public), penerbitan obligasi konversi dan efek lain yang bersifat ekuitas.

2. Penjualan saham langsung kepada investor

Yang dimaksud dengan penjualan saham langsung kepada investor adalah penjualan saham kepada mitra strategis (direct placement) atau investor lainnya termasuk financial investor. Cara ini, khusus berlaku bagi penjualan saham BUMN yang belum terdaftar di bursa. Hal ini juga dapat disebut private placement (penjualan langsung ke satu investor secara borongan), strategic sales

atau trade sales.

3. Penjualan saham kepada manajemen dan/ atau karyawan yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan penjualan saham kepada manajemen (Management Buy Out/ MBO) dan/atau karyawan (Employee Buy Out/EBO) adalah penjualan sebagian besar tau seluruh saham suatu perusahaan langsung kepada manajemen dan/atau karyawan perusahaan yang bersangkutan.

Pasar Modal memberikan solusi yang dapat dipertimbangkan dalam hal pendanaan yaitu dengan cara mengubah status perusahaan dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka melalui penawaran saham kepada publik (go public).

Beberapa BUMN telah memasuki proses go public hal ini disebabkan perusahaan

6


(21)

tersebut ingin menghimpun dana dalam rangka ekspansi usahanya7 dan tentunya ingin bersaing dengan perusahaan-perusahaan swasta asing yang ada di Indonesia.

Keuntungan perusahaan melakukan penawaran umum (go public) antara lain:8

a) Emiten yang melakukan penawaran umum saham (go public) akan memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus. Hal ini lebih baik dibandingkan emiten harus menggunakan fasilitas kredit dari bank karena emiten akan dibebankan dengan tingkat bunga yang cukup besar.

b) Meningkat likuiditas perusahaan terhadap kepentingan pemegang saham minoritas.

c) Meningkatkan nilai pasar dari perusahaan karena umumnya perusahaan yang sudah menjadi perusahaan publik likuiditasnya akan lebih meningkat bila dibandingkan dengan perusahan yang masih tertutup.

d) Penawaran umum saham dapat meningkatkan prestise dan publitas perusahaan

e) Biaya penawaran umum saham relatif murah dengan proses yang relatif cepat. f) Pembagian dividen berdasarkan keuntungan, sehingga tidak ada pihak baik emiten, pemegang saham utama emiten ataupun investor public yang akan dirugikan.

g) Penyertaan masyarakat biasanya tidak masuk dalam manajemen emiten. h) Perusahaan dituntut lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu perusahaan

untuk meningkatkan profesionalisme.

i) Dengan adanya penawaran umum saham, perusahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki saham perusahaan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial.

j) Selain memberikan kesempatan kepada masyarakat umum, karyawan dari perusahaan tersebut juga dapat memiliki perusahaan.

Beberapa perusahaan yang merupakan BUMN tersebut, kini sudah masuk ke dalam bursa saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini berarti, perusahaan BUMN tersebut dikatakan telah melakukan penawaran umum perdana yang disebut Initial Public Offering (IPO). Dengan masuknya saham BUMN tersebut ke bursa

7

Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis, Go Public dan Go Private di Indonesia,

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 5.

8


(22)

dimungkinkan perusahaan tersebut maka pihak-pihak di luar pemerintahan dapat memiliki saham dari BUMN tersebut. Hal ini kemudian dikenal dengan Privatisasi BUMN. Pelaksanaan privatisasi ini menyangkut pada aspek ekonomi, sosial budaya dan politik. Besarnya dampak privatisasi perlu dikaji ditahap perencanaan secara menyeluruh sehingga bisa ditentukan apakah privatisasi akan menguntungkan dalam jangka waktu pendek, menengah maupun jangka panjang bagi masyarakat, pemerintah dan lainnya.9 Namun hal yang paling penting untuk melaksanakan kebijakan privatisasi BUMN adalah didasarkan pada pertimbangan jangka menengah dan panjang. Pemerintah tidak hanya mendasarkan keputusannya dengan nilai aset BUMN saja tetapi prospek usaha BUMN tersebut. 10

PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk yang didirikan pada tanggal 31 Agustus 1970 merupakan salah satu BUMN yang bergerak pada industri padat modal yaitu industri besi baja, terletak di kawasan industri Cilegon Kabupaten Serang Jawa Barat bertepatan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1970 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk, Pembangunan industri baja ini dimulai dengan memanfaatkan sisa perlatan proyek baja Trikora pada tahun 1977, Pada tahun 1979 dilangsungkan peresmian penggunaan fasilitas-fasilitas produksi seperti Pabrik besi spons dengan kapasitas 1,5 juta ton/tahun, Pabrik Billet Baja dengan kapasitas 50.000 ton/tahun, Pabrik Batang Kawat dengan kapasitas 500.000

9

Indra Bastian, Privatisasi di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2002), hlm. 3.

10

Marsuki, Analisis Perekonomian Nasional & Internasional, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2005), hlm.268.


(23)

ton/tahun, Pabrik Batang Kawat dengan kapasitas 220.000 ton/tahun. Pada tahun 1983 diresmikan beroperasinya Pabrik Slab baja dan Pabrik Baja Lembaran Panas. Pada tahun 1991 Pabrik Baja Lembaran Dingin yang merupakan pabrik baja perusahaan patungan yang berada di kawasan industri Cilegon bergabung menjadi unit produksi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk.11

Data terakhir menunjukkan kapasitas produksi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk sebesar 2, 4 juta ton (sangat kecil jika dibandingkan dengan Archelor Mital12 dan Posco13 yang masing-masing mampu memproduksi 73, 2 Juta ton dan 30, 5 juta ton pada 2009) dari kapasitas produksi baja nasional sebesar 4 juta ton, sedangkan konsumsi baja nasional adalah 5, 9 juta ton. Dengan demikian sisanya sebesar 1, 9 juta ton harus diimpor dengan kondisi persaingan pasar baja nasional sedemikian ketat dengan adanya ACFTA (ASEAN and China Free Trade Agreement) yang menurunkan tarif bea masuk baja impor yang sekitar 0-5% dari sebelumnya 5-12,5 %.14

Tahap awal proses privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk dihadapkan pada dua opsi yaitu skema privatisasi antara melalui metode Initial Public Offering

(IPO) atau dengan metode strategic sales.15

11

“Prospektus PT. Krakatau Steel”, http://www.krakatausteel.com/index.php, diakses tanggal 1 Desember 2010.

12

Merupakan salah satu perusahaan baja terbesar di dunia berasal dari India

13

Merupakan perusahaan baja terbesar di dunia berasal dari Korea Selatan

14

Nelson Nikodemus Simamora, Meneliti Privatisasi Krakatau Steel, Harian Analisa edisi


(24)

Pemerintah pertama kali memilih opsi strategic sales dalam proses privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk. Pemerintah saat itu menilai penjualan saham perdana Initial Public Offering (IPO) hanya akan berhasil menambah modal tetapi tidak berdampak besar dalam meningkatkan produksi perusahaan. Pendapat ini juga disampaikan oleh Komisaris Utama PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk Taufiequrahman Ruki yang menyatakan Privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk dilakukan melalui strategic sales.16

PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk hendak menjual sebagian sahamnya kepada Archelor-Mital melalui Strategic sales. Menteri Negara BUMN pada saat itu Sofyan Djalil menyambut baik Archelor-Mital karena Archelor-Mital merupakan produsen baja terbesar di dunia dan hendak berinvestasi di Indonesia.17 Archelor-Mital menawarkan 3 (tiga) ide atau opsi yang menurut Menteri BUMN pada saat itu Sofyan Djalil sangat baik yaitu Mengembangkan sendiri usaha pertambangan yang berkaitan dengan industri baja, menawarkan diri menjadi mitra strategis bagi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk dan akan mendirikan perusahaan patungan bersama PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk.

Berdasarkan data kompas pada tahun 1998, pemerintah Indonesia diwakili Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada saat itu yaitu Tanri Abeng ketika itu menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Mittal untuk memulai

16

Lucky Fransiska,“Penjualan Krakatau Steel Belum Jelas”,

http://www.nasional.kompas.com/read/2008, di akses tanggal 29 Desember 2010.

17

Buyung Wijaya K, “Mittal Mau Investasi, Meneg BUMN Panggil Antam dan KS”, http://www.nasional.kompas.com/read/2008, di akses tanggal 29 Desember 2010.


(25)

proses penjualan saham PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk kepada Mittal hingga 51 persen. Isi MoU ini sempat dirahasiakan dan baru diketahui melaui perdebatan keras di DPR, tetapi sebulan setelah penandatangan, Pemerintah akhirnya membatalkan MoU tersebut yang dituding menyalahi prinsip transparansi dalam privatisasi tersebut.18

Selain Archelor-Mital, Perusahaan baja besar lainnya yaitu PT. Bluescope juga ingin menguasai saham PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk, hal ini didasari dengan adanya surat permohonan pihak Bluescope untuk melakukan pembelian saham PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk pada tanggal 29 April 2008. 19 Archelor-Mital dan PT. Bluescope ingin menguasai saham PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk melalui privatisasi yang dilakukan dengan cara strategic sales.

Seperti yang dikemukakan di atas, bahwa privatisasi BUMN mengandung pro dan kontra. Salah satu pihak yang menolak privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk adalah karyawan PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk yang berunjuk rasa karena menolak rencana privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk dengan cara strategic sales.20 Sebagian besar masyarakat juga meminta kepada Pemrintah untuk tidak melanjutkan rencana privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk yaitu untuk mencegah terulangnya kasus penguasaan asing atas sejumlah BUMN strategis di

18

OSA,“BluescopeMulaimelirikKrakatau Steel”, http://www.nasional.kompas.com/read/2008, di akses tanggal 30 Desember 2010.

19 Ibid. 20

EDJ, “Proposal Mittal Pekan ini”, http://www.nasional.kompas.com/read, di akses tanggal


(26)

Indonesia seperti Indosat oleh Temasek Singapura dan Semen Gresik oleh Cemex Meksiko.21

Sesuai dengan wacana di atas, sejumlah pihak yang tidak menghendaki privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk melalui metode strategic sales

disebabkan karena privatisasi melalui strategic sales mempunyai beberapa kelemahan yaitu :

1. Metode ini menghilangkan peluang masyarakat atau publik untuk turut serta memiliki saham perusahaan-perusahaan BUMN.

2. Metode ini kurang memiliki public transparancy, khususnya dalam proses privatisasi itu sendiri karena hanya melibatkan lembaga-lembaga keuangan dan institusi terkait. Publik akan memperoleh transparansi setelah proses privatisasi selesai.22

Pelaksanaan Privatisasi BUMN telah mengundang pro dan kontra di kalangan masyarakat, sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa BUMN adalah aset negara yang harus dipertahankan kepemilikannya oleh pemerintah, walaupun tidak mendatangkan manfaat karena terus merugi, namun ada pula kalangan yang berpendapat bahwa pemerintah tidak perlu sepenuhnya memiliki BUMN, yang penting BUMN tersebut dapat mendatangkan manfaat yang lebih baik bagi negara dan masyarakat Indonesia.

Pelaksanaan privatisasi seharusnya menitikberatkan penjualannya melalui pasar modal, daripada menjualnya kepada Mitra Strategis (Strategic sale). Hal ini disebabkan melalui pasar modal akan membuat penjualan saham BUMN terdistribusi

21

OSA, “BUMN Watch Minta Pemerintah Tak Jual Krakatau Steel ke Mittal”, http://www.kapan lagi.com, di akses tanggal 30 Desember 2010.

22


(27)

dalam masyarakat dan dengan sendirinya memperluas kepemilikan masyarakat atas BUMN.23 Hal ini bertujuan adanya perluasan kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan.

Akibat dari desakan para karyawan dan masyarakat yang menolak privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk dilakukan dengan cara strategic sales, akhirnya Pihak PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk menolak langkah akuisisi Arcelor Mital dengan alasan manajemen PT Krakatau Steel sedang mendatangkan teknologi canggih dari Jerman dengan nilai investasinya 200 Juta Dolar AS. Selain itu, pihak manajemen PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk menyatakan Initial Public Offering

(IPO) merupakan cara terbaik menjadikan perusahaan lebih transparan. Untuk itu akhirnya pada tanggal 4 Juni 2008 pemerintah memutuskan melakukan Privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk dengan cara melalui penawaran saham perdana

Initial Public Offering (IPO). 24

Berdasarkan persetujuan dari DPR pada tanggal 16 September 2009, privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk disetujui dengan syarat yaitu dilakukan dengan metode Initial Public Offering (IPO) secara bertahap yaitu maksimal 30 persen, menyertakan manajemen/employee stock option sebagai program retensi dan meningkatkan motivasi bagi manajemen dan karyawan PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk. Pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada Pemerintah dengan

23

Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi, (Bandung: Boooks Terrace&Library, 2007), hlm. 215.

24

Danto dan Abdul Wahid Fauzie, “Krakatau Steel Minta Segera Ada Keputusan”, http//:www.kompas.com/read/xml, diakses tanggal 18 november 2010.


(28)

memperhatikan situasi dan kondisi pasar yang tepat, harga dan jumlah lembar saham yang dilepas sesuai dengan tahapan yang dipilih, sehingga diperoleh nilai penjualan saham yang optimal. 25

Akibat penolakan oleh Pemeritah dan Manajemen PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk, Archelor-Mital mengeluarkan opsi kedua yakni melakukan pembentukan usaha patungan baru di industri baja. Namun hal ini kemudian juga ditolak oleh pemerintah dengan alasan pemerintah telah memiliki perencanaan yang kuat untuk melakukan IPO atas PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk. Pemerintah tetap memutuskan untuk melakukan privatisasi dengan cara Initial Public Offering (IPO).26

Privatisasi lebih dipahami sebagai suatu proses sistematis untuk memindahkan status kepemilikan BUMN dari tangan seluruh anggota masyarakat (negara) kepada para pemodal swasta asing maupun domestik. Privatisasi BUMN melalui Initial Public Offering (IPO), akan terjadi kepemilikan yang menyebar (dispersed ownership). Siapapun dapat membeli saham PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk dan kepemilikan akan terdiri dari banyak pihak. Hal ini berbeda dengan pola strategic sales yang terdiri dari satu atau beberapa pihak saja yang menjadi pembeli.

Selain itu, Privatisasi melalui IPO merupakan privatisasi melalui penjualan saham di pasar modal. Menurut Vistada, metode IPO untuk saat ini tampaknya yang paling memungkinkan untuk mempercepat program privatisasi BUMN di Indonesia

25

Anggito Abimanyu, Kewajaran Saham Krakatau Steel, Majalah Tempo edisi Minggu

Kedua November 2010, hlm. 134.

26

EDJ, “KS Tolak Tawaran Mittal Bangun Pabrik Patungan”, http://www.krakatausteel.com, diakses tanggal 19 November 2010.


(29)

dibandingkan dengan metode lainnya seperti private placement, Management Buy Out/Management and/or Employee Buy-Out(MBO/MEBO) .27

PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk sangat menarik minat banyak investor asing seperti perusahaan baja asal Korea Selatan, Pohang Iron and Steel Company

(Posco)28 tetapi karena PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk memilih melakukan privatisasi dengan metode Initial Public Offering (IPO) dianggap akan mengamankan aset milik bangsa Indonesia daripada melakukan privatisasi dengan cara strategic sales karena selain kemungkinan penguasaan asing dapat dihindari karena adanya investor asing, investor asing tidak dapat menjadi pengendali perusahaan dan juga dapat mencegah gejolak internal yang akan terjadi di PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk.

Permasalahan hukum yang muncul yaitu pada saat publik diramaikan oleh kasus murahnya harga saham perdana PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk, yaitu kisaran harga yang ditetapkan sebesar Rp. 800-Rp. 1.050, Pemerintah memilih menetapkan harga terendah yaitu Rp. 850,. Muncul polemik di tengah masyarakat dengan mengatakan bahwa penetapan harga perdana PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk sebesar Rp.850,-per lembar saham terlalu rendah dan tidak wajar.

Banyak pihak yang mempertanyakan alasan saham perdana PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk dijual sangat murah di level Rp. 850,- per saham, sedikit lebih tinggi dari harga terendah Rp. 800,- per saham. Padahal saham IPO PT. Krakatau

27

Indra Bastian, Op. cit., hlm. 305.

28

Ant, Investor asing bakal borong IPO Krakatau, Harian Analisa edisi Kamis 28 Oktober 2010, hlm. 22.


(30)

Steel (Persero), Tbk mengalami kelebihan permintaan (Oversubscribe) sebanyak 9 (sembilan) kali alias tertinggi sepanjang IPO Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Sejumlah pihak yang menyatakan proses penentuan harga saham PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk di duga memenuhi unsur tindak pidana korupsi sehingga menyebabkan kerugian negara karena tidak memperoleh pemasukan lebih besar. Menurut Dradjat, proses IPO justru mengakibatkan penurunan pemasukan negara dengan harga sebesar Rp. 850 per lembar. Padahal, jika harga perlembar saham mencapai Rp. 1.000 saja maka negara mendapatkan tambahan uang tunai Rp. 459 Miliar.29

Harga saham PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk sempat melonjak hampir mencapai 50% yaitu Rp. 1.250 pada hari pertama dan Rp. 1.340 di hari berikutnya. Sejumlah pihak menilai dengan harga demikian rendah, pemasukan negara pada pasar perdana tidak maksimal.30

Berbagai isu politik, ekonomi dan budaya muncul, yang mana isu-isu tersebut umumnya mengganggu pelaksanaan privatisasi BUMN-BUMN di Indonesia, seperti yang terjadi pada pelaksanaan privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk.

Permasalahan yang berkaitan dengan privatisasi BUMN menjadi isu penting akhir-akhir ini. Permasalahan hukum yang muncul yaitu ketika adanya gugatan masyarakat terhadap pemerintah yang dinilai menjual kekayaan negara dengan harga yang sangat murah dan dinilai kurang transparan.

29

“Penentuan Harga IPO KS penuhi unsur korupsi”, http://okanila.brinkster.net/wordpress,

diakses tanggal 24 Februari 2011.

30


(31)

Bertitik tolak dari uraian-uraian dan berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, penulis merasa tertarik untuk membahas dan menelitinya dengan mengambil judul Analisis Hukum Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Melalui Pasar Modal: Studi Mengenai Go Public PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini, penulis merumuskan 3 (tiga) permasalahan yang diteliti sebagai berikut :

1. Mengapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perlu diprivatisasi?

2. Bagaimana proses privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui penawaran umum perdana/Initial Public Offering (IPO)?

3. Apakah privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk telah memenuhi ketentuan perundang-undangan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian yang terdapat pada perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian mengenai judul di atas, adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dan mendalami tentang perlunya Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) diprivatisasi.

2. Untuk mengetahui dan mendalami tentang proses privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui penawaran umum Initial Public Offering (IPO).


(32)

3. Untuk mengetahui dan mendalami privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk telah memenuhi ketentuan perundang-undangan.

D. Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini, dapat memberikan sejumlah manfaat bagi semua pihak. Manfaat tersebut, penulis kelompokkan menjadi 2 (dua) bagian yakni sisi teoritis dan sisi praktis sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini memberikan sejumlah manfaat yakni sebagai bahan kajian penelitian lebih lanjut bagi para akademisi maupun masyarakat umum serta dapat memberi manfaat menambah khasanah ilmu hukum perusahaan dan hukum pasar modal khususnya mengenai privatisasi melalui pasar modal.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini memberikan informasi kepada praktisi hukum, perusahaan BUMN, maupun masyarakat tentang proses privatisasi yang dilakukan melalui pasar modal untuk kemajuan ekonomi nasional.

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh peneliti di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa penelitian tentang “Analisis Hukum Privatisasi BUMN Melalui Pasar Modal: Studi Mengenai Go Public PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk” belum pernah dilakukan dalam pendekatan dan perumusan


(33)

masalah yang sama, walaupun sudah ada beberapa judul penelitian tentang Privatisasi, tetapi jika dilihat dari rumusan masalah yang dibahas jelas nampak perbedaannya. Misalnya Tesis T. Keizerina Devi (992105120) dengan judul “Privatisasi Perusahaan Perseroan (PT Perseroan) Persepektif HAN (Studi Kasus PT Perkebunan Nusantara II (Persero) Medan’, Tesis Irwan Juned (027005062) dengan judul Penerapan Transparansi Dalam Privatisasi BUMN’, Tesis Zulkifli Taufik (037005083) dengan judul “Pengaturan Privatisasi Dikaitkan Dengan Parameter Kepentingan Umum Dan Menguasai Hidup Orang Banyak”. Jadi, penelitian ini adalah asli dan menjunjung tinggi asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, obyektif, dan terbuka. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka atas masukan serta saran-saran yang membangun sehubungan dengan pendekatan dan perumusan masalah.

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional 1. Kerangka Teori

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi.31 Kerangka teori merupakan teori yang dibuat untuk memberikan gambaran yang sistematis mengenai masalah yang akan diteliti. Teori ini masih bersifat sementara yang akan dibuktikan kebenarannya dengan cara meneliti secara realitas. Kerangka teoritis lazimnya dipergunakan dalam penelitian ilmu-ilmu

31

J.J.J M. Wuisman, dalam M. Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, (Jakarta: FE UI, 1996), hlm. 203.


(34)

sosial dan juga dapat dipergunakan dalam penelitian hukum, yaitu pada penelitian hukum sosiologis dan empiris.32

Privatisasi merupakan pengalihan kepemilikan dari sektor pemerintah kepada sektor swasta. Privatisasi tidak berarti sebagai penjualan aset pemerintah, tetapi lebih sebagai akomodasi manajemen swasta ke dalam manajemen BUMN dan pemerintah.

Pada umumnya perhatian mengenai privatisasi bermuara pada pilihan mana yang diutamakan dalam Perusahaan Negara atau BUMN, apakah mempertahankan kepemilikan pemerintah atau melakukan privatisasi atau mengalihkannya kepada kepemilikan swasta.33

Secara teoritis terdapat dua pertanyaan mendasar berkenaan dengan masalah kepemilikan perusahaan. Pertama, bentuk kepemilikan yang bagaimana yang secara efektif dapat meningkatkan kesejahteraan sosial (welfare state) dan efisiensi. Kedua, mengapa pemerintah berkenaan melepaskan kepemilikaannya, padahal dengan mempertahankan kepemilikannya pada perusahaan mereka akan mendapatkan dukungan politik.34

Rumusan Pasal 33 UUD 1945 menetapkan, bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Dengan demikian ketentuan dalam ayat-ayat pada Pasal 33 tersebut memberi kesan, bahwa sistem ekonomi Indonesia menganut sistem ekonomi terpusat, yaitu suatu sistem ekonomi

32

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 127.

33

Bismar Nasution, Mengkaji Ulang Hukum Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi,

Pidato Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Hukum Ekonomi Pada Fakultas Hukum USU, Gelanggang Mahasiswa Medan, Sabtu 17 April 2004, hlm. 28.

34


(35)

yang sosialistis. Akan tetapi di dalam Pasal 33 Ayat 4 UUD 1945 ditetapkan, bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Demokrasi ekonomi di artikan bahwa semua produksi (kegiatan ekonomi) dikerjakan oleh semua, untuk semua, di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Oleh karena itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan (Pasal 33 ayat 1 UUD 1945), bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara (Pasal 33 ayat 2 UUD 1945), tetapi pengertian dikuasai oleh negara di sini tidak berarti negara sendiri yang menjadi penguasa, atau usahawan. Lebih tepat apabila dikatakan, bahwa dalam kekuasaan negara mengenai hal itu dapat pula membuat peraturan guna kelancaran jalannya ekonomi. 35

Penganut paradigma hukum alam berpendapat bahwa tujuan hukum adalah untuk mewujudkan “keadilan”.36 Dalam perkembangan dan kenyataannya, keadilan bukan satu-satunya istilah yang digunakan untuk menunjukkan tujuan hukum. Dalam

35

Junius T.L Sianturi, “Analisis Hukum Privatisasi BUMN Terhadap Dampak Perekonomian Nasional”, http://www.blogspot.com, diakses pada tanggal 24 Desember 2010, hlm. 28.

36

Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, (Jakarta: Ikhtiar Baru, 1975), hlm. 20,

Menurut teori etis (etische theory), hukum hanya semata-mata bertujuan mewujudkan keadilan. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Filsuf Yunani, Aristoteles dalam karya “Ethica Nicomachea”.


(36)

suatu negara hukum modern, tujuan hukum adalah untuk mewujudkan kesejahteraan.37

Pemerintah Indonesia mendirikan BUMN dengan dua tujuan utama, yaitu tujuan yang bersifat ekonomi dan tujuan yang bersifat sosial. Dalam tujuan yang bersifat ekonomi, BUMN dimaksudkan untuk mengelola sektor-sektor bisnis strategis agar tidak dikuasai pihak-pihak tertentu. Bidang-bidang usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak, seperti perusahaan listrik, minyak dan gas bumi, sebagaimana diamanatkan dalam pasal 33 UUD Republik Indonesia Tahun 1945, dikuasai oleh BUMN. Dengan adanya BUMN diharapkan dapat terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat yang berada di sekitar lokasi BUMN. Tujuan BUMN yang bersifat sosial antara lain dapat dicapai melalui penciptaan lapangan kerja serta upaya untuk membangkitkan perekonomian lokal.38

Menurut teori negara kesejahteraan, tujuan negara tidak lain untuk mewujudkan kesejahteraan bagi setiap warga negara. Konsep keterlibatan negara dalam bidang ekonomi untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Beveridge, seorang anggota parlemen Inggris dalam laporannya yang mengandung suatu program sosial, dan menyatakan bahwa pemerataan pendapatan masyarakat, kesejahteraan

37

Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum Dalam Pembangunan

Nasional, (Bandung, Bina Cipta, Tidak ada Tahun), hlm. 2-3.

38

Endang Zakaria, “Privatisasi Perusahaan Publik Dintinjau Dari Teori Tentang Peran Negara Dalam Pembangunan Ekonomi”, http://www.umj.ac.id/main/artikel/index.php?detai, diakses tanggal 12 Januari 2011.


(37)

masyarakat, kesejahteraan sosial sejak manusia lahir sampai meninggal, lapangan kerja, pengawasan atas upah oleh pemerintah, dan usaha dalam bidang pendidikan. 39

Privatisasi melalui pasar modal menyebabkan perluasan kepemilikan masyarakat atas BUMN yang juga akan memperluas kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Masalah privatisasi BUMN terkait erat dengan pembahasan-pembahasan teoritis tentang peran campur tangan negara dalam kegiatan ekonomi. Privatisasi merupakan salah satu topik bahasan dalam wacana ekonomi neo conservatisme, yang biasa disebut dengan pengalihan fungsi-fungsi negara kepada swasta. Paham ini meyakini bahwa perluasan ruang lingkup fungsi negara dalam kegiatan ekonomi membawa akibat buruk. Peran negara melalui aparatur pemerintah dalam pengelolaan BUMN pada gilirannya akan mengakibatkan ketergantungan badan usaha terhadap negara. Akibatnya adalah hilangnya rasa profesionalitas dan kemandirian dari BUMN karena mendapat perlindungan terus dari negara. Pola seperti ini menurut neo-konservatif akan menghasilkan kelompok individu yang berkualitas rendah dan terus menggantungkan hidupnya pada program bantuan pemerintah, tanpa hasrat atau kemampuan untuk memikul tanggungjawab atas kesejahteraannya sendiri sebagai warga yang mandiri. 40 Dengan demikian bahwa pilar utama ideologi neo-konservatif adalah bahwa aparatur negara seharusnya tidak ikut berperan dalam kegiatan-kegiatan

39

Muchsan, Peradilan Administrasi Negara, (Yogyakarta: Liberty, 1981) hlm. 1.

40

William Ebenstein dan Edwin Fogelman,et.al., Isme-Isme Dewasa ini, Edisi Kesembilan (Terjemahan), (Jakarta: PT. Erlangga, 1994), hlm. 174.


(38)

pokok dari ekonomi nasional maupun internasional.41 Oleh karena itu menurut paham ini perlu dilakukan pengalihan fungsi-fungsi negara kepada swasta.

Kesejahteraan masyarakat tersebut berhubungan dengan teori manfaat yang dipelopori oleh Jeremy Bentham dan selanjutnya dikembangkan oleh John Stuart Mill. Bagi Jeremy Bentham, hukum barulah dapat diakui sebagai hukum, jika ia memberikan kemanfaatan yang sebesar-besarnya terhadap sebanyak-banyaknya orang. 42

Utilitarisme disebut lagi suatu teleologis (dari kata Yunani, telos artinya tujuan), sebab menurut teori ini kualitas etis suatu perbuatan diperoleh dengan dicapainya tujuan perbuatan. Perbuatan yang memang bermaksud baik tetapi tidak menghasilkan apa-apa, menurut utilitarisme tidak pantas disebut baik.43 Teori utilitas tersebut mengedapankan kemanfaatan hukum bagi masyarakat, Hukum harus menciptakan kesenangan dan kemanfaatan bagi setiap orang.

Dalam hal privatisasi perubahan kepemilikan, perubahan tersebut harus dibarengi dengan deregulasi dan reformasi kebijakan, keuntungan investasi dan manajemen sektor swasta. Penyebaran privatisasi akan bergantung pada kemampuan

41

Chris Harman, Anti Kapatalisme, (Yogyakarta: Teplok Press, 2003), hlm. 3. Buku ini

diterjemahkan dari artikel aslinya yang berjudul Anti Capatalism; Teori and Practise, London:

International Socialism, No.88, 2000).

42

Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan

(Judicialprudence) Vol. I, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 76.

43


(39)

kepemimpinan politik sebuah negara untuk mendemonstrasikan keuntungan konkrit dari privatisasi untuk publik sebagian besar. 44

Kebijakan privatisasi seharusnya tidak berdasarkan kepentingan politik jangka pendek pemerintah pusat dalam rangka menutupi anggaran belanja yang defisit, dengan adanya teori utilitas ini tentunya pemerintah harus lebih mementingkan manfaat dari kebijakan privatisasi tersebut untuk masyarakatnya.

Hakikat dari privatisasi adalah upaya membawa BUMN kepada posisi yang lebih profesional, mandiri, efisiensi dengan mengurangi pemerintah dalam pengelolaan BUMN. Privatisasi juga adalah usaha merubah budaya perusahaan sebagai akibat dari masuknya pemegang saham baru. Budaya yang dianggap tepat untuk menggerakkan BUMN kearah dimaksud adalah budaya Good Corporate Governance (GCG), karena dengan GCG akan tercipta kepastian hak dan kewajiban dalam hubungan-hubungan antara manajemen perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham dan kelompok-kelompok kepentingan (stakeholders) yang lain. 45

Untuk mengkaji pandangan mana yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teori Utilitas oleh Jeremy Bentham yaitu hukum baru dapat dikatakan hukum jika ia memberikan kemanfaatan yang sebesar-besarnya terhadap orang banyak. Hal ini berkenaan dengan apakah seberapa besar kebijakan privatisasi tersebut bermanfaat bagi masyarakat.

44

Hessel Nogi S Tangkilisan, Distorsi Pengelolaan Privatisasi Jalan Tol, (Yogyakarta:

Lukman Offset, 2003), hlm. 34.

45

Irwan Juned, Pengaturan Prinsip Transparansi Dalam Kaidah-Kaidah Hukum Tentang


(40)

2. Landasan Konsepsional

Selanjutnya untuk tidak menciptakan kesalahan persepsi atau penafsiran dalam memahami konsep-konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini, perlu ditetapkan definisi operasional atau konsep-konsep yang dipergunakan sebagai berikut:

1. Privatisasi adalah penjualan saham persero, baik sebagian maupun seluruhnya kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat.46 Yang dimaksud privatisasi dalam tesis ini adalah privatisasi PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk.

2. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.47

3. Perusahaan Perseroan yang selanjutnya disebut (Persero), adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.48

46

Pasal 1 angka12 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN), LN No. 70 Tahun 2003, TLN No. 4297.

47

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, LN No. 70 Tahun 2003, TLN No. 4297.

48

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, LN No. 70 Tahun 2003, TLN No. 4297.


(41)

4. Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.49

5. Go Public/ Initial Public Offering (IPO) adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam Undang-Undang ini dan peraturan pelaksananya.50

6. Tata Kelola Perusahaan Yang Baik atau Good Corporate Governance (GCG) adalah sistem atau seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham dan dewan komisaris serta dewan direksi demi tercapainya tujuan korporasi.51

7. Prinsip Keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan emiten, perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk pada Undang-Undang Pasar Modal untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi fakta material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan atau harga dan efek tersebut.52

49

Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, LN No. 64 Tahun 1995, TLN No. 3608.

50

Pasal 1 ayat 15 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, LN No. 64 Tahun 1995, TLN No. 3608

51

Nilawaty, Perbandingan Pengaturan Tentang Corporate Social Responsibility Antara

Indonesia Dengan Cina Dalam Upaya Perwujudan Prinsip Good Corporate Governance Di Indonesia

, Tesis, (Medan: Program Magister Ilmu Hukum USU, 2010), hlm. 38.

52

Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, LN No. 64 Tahun 1995, TLN No. 3608.


(42)

8. Strategic Sales adalah salah satu metode dalam privatisasi dengan cara mengajukan penawaran sebagian besar saham (dapat mencapai 100%) BUMN kepada pihak-pihak lain dengan cara negoisasi. Strategic sales juga dikenal dengan nama penempatan langsung (direct placement), private placement atau

trade sale.53

9. Investor Publik/Masyarakat adalah Sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.54

G. Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja atau tata kerja untuk dapat dapat memahami obyek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan,55sedangkan penelitian merupakan suatu kerja ilmiah yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten.56 Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisisnya.57

53

Indra Bastian, Op. cit.,hlm. 172.

54

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm. 635.

55

Soerjono Soekanto, Ringkasan Metode Penelitian Hukum Empiris, (Jakarta: Indonesia Hilco, 1990), hlm. 106.

56

Soerjono Soekanto dan Sri Mumadji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm.1.

57

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hlm. 6.


(43)

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan di dalam penelitian tesis ini adalah penelitian hukum normatif. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Marzuki, “Di dalam penelitian hukum, yang diteliti adalah kondisi hukum secara instrinsik, yaitu hukum sebagai sistem nilai dan hukum sebagai norma sosial yang hasilnya bukan mencari jawaban atas efektivitas suatu ketentuan, pengaruh faktor-faktor non hukum terhadap peraturan hukum, peranan suatu institusi tertentu dalam penegakan hukum.”58 Ronald Dworkin yang diterjemahkan Bismar Nasution, yang menyebut metode penelitian tersebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research), yaitu suatu penelitian yang menganalisis baik hukum sebagai law as it written in the book, maupun hukum sebagai law as it is decided by the judge through judicial process.59

Menurut Sunaryati Hartono, dalam Penelitian hukum normatif dapat mencari asas hukum, teori hukum dan pembentukan asas hukum baru.60 Pendekatan yang bersifat normatif tersebut akan dilakukan dengan mempergunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.61 Penelitian hukum normatif dikenal sebagai penelitian hukum normatif yang bersifat kualitatif.

58

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 89.

59

Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, makalah disampaikan pada dialog interaktif tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU,Tanggal 18 Februari 2003, hlm. 1.

60

C.F.G. Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20,

(Bandung: Alumni, 1994), hlm. 12.

61


(44)

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan (Library research) untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan objek telaah penelitian ini yang dapat berupa peraturan perundang-undangan buku, tulisan ilmiah, dan karya-karya ilmiah lainnya.

Data pokok dalam penelitian ini adalah data-data sekunder yang meliputi: 1. Bahan hukum primer, yaitu Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero) jo Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero)

2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan kajian dan analisis para ahli hukum yang bersumber dari berbagai jurnal, buku-buku, hasil-hasil penelitian dan dokumen-dokumen terkait lainnya.

3. Bahan hukum tertier, berupa bahan-bahan yang berfungsi memberikan kejelasan pemahaman terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus-kamus Hukum, Ekonomi, dan Ensiklopedia.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumen-dokumen yang relevan dengan penelitian ini di perpustakaan dan melakukan identifikasi data. Data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan tersebut selanjutnya akan dipilah-pilah guna memperoleh pasal-pasal (di dalam UU BUMN dan UUPM) yang berisi


(45)

kaedah-kaedah hukum yang kemudian dihubungkan dengan permasalahan yang sedang dihadapi dan disistematisasikan sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan dalam penelitian ini. Selanjutnya data yang diperoleh tersebut akan dianalisis secara induktif-kualitatif untuk sampai pada kesimpulan, sehingga pokok permasalahan yang ditelaah dalam penelitian ini akan dijawab.62

4. Analisis Data

Analisis data di dalam penelitian ini, dilakukan secara kualitatif yakni pemilihan teori-teori, asas-asas, norma-norma, doktrin, dan pasal-pasal di dalam undang-undang terpenting yang relevan terhadap permasalahan, kemudian membuat sistematika dari data-data tersebut sehingga akan menghasilkan klarifikasi tertentu sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Data yang dianalisis secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian secara sistematis pula dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis data, selanjutnya semua data diseleksi dan diolah kemudian dinyatakan secara deskriptif sehingga selain menggambarkan dan mengungkapkan dasar hukumnya, juga dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang dimaksud.

62

Bambang Sungono, Metode Penelitian Hukum (Suatu Pengantar), (Jakarta:PT Raja


(46)

BAB II

PERLUNYA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) DIPRIVATISASI

A. Sejarah Singkat Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Secara politik-ekonomi, pendirian BUMN di Indonesia mempunyai tiga alasan pokok. Pertama, sebagai wadah bisnis aset yang dinasionalisasi. Alasan ini terjadi di tahun 1950-an ketika pemerintah menasionalisasi perusahaan-perusahaan asing. Peristiwanya dimulai pada tahun 1957, ketika kabinet Ali Satroamidjojo II jatuh disertai krisis ekonomi yang parah. Kejatuhan kabinet ini seakan memperkuat sinyal bahwa pemerintahan parlementer akan membawa Indonesia ke dalam keterpurukan.63

Pada November 1957 Presiden Soekarno mengumumkan penyatuan Irian Barat dengan Indonesia karena PBB gagal mengeluarkan resolusi yang mengimbau agar Belanda mau berunding dengan Indonesia untuk masalah Irian Barat. Gerakan Ini menjadi titik awal nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda yang beroperasi di Indonesia.

Kedua, membangun industri yang diperlukan masyarakat, namun masyarakat sendiri (atau swasta) tidak mampu memasukinya, baik karena alasan investasi yang sangat besar maupun risiko usaha yang sangat besar. Pada pertengahan tahun 1960-an pemerintah mulai mendirikan pabrik-pabrik pupuk urea, mulai di Sumatera Selatan,

63

Riant Nugroho dan Randy R. Wrihatnolo, Manajemen Privatisasi BUMN, (Jakarta: PT


(47)

Jawa Barat, Kalimantan Timur, Jawa Timur, dan Aceh. Pemerintah mengambil alih Indosat sebagai home-base pemilikan dan pengelolaan Satelit Palapa. Pemerintah juga mendirikan industri-industri kelistrikan sebagai bahan bakar energi nasional. Pemerintah juga mendirikan industri-industri kelistrikan sebagai bahan bakar energi nasional. Pemerintah mendirikan industri pesawat terbang, IPTN, dengan tujuan menjadi pelaku bisnis regional di bidang pesawat angkut jenis menengah dan kecil.64

Ketiga, membangun industri yang sangat strategis karena berkenaan dengan keamanan negara. Oleh karena itu pemerintah membangun industri persenjataan Pindad, bahan peledak, Dahana, pencetakan uang, Peruri, hingga pengelolaan stok pangan, Bulog.65

Seiring dengan konfrontasi politik di Indonesia pada tahun 1959, Pemerintah telah mengambilalih perusahaan-perusahaan asing termasuk perusahaan Belanda. Ketika itu pemerintah menginginkan dan berharap agar perusahaan-perusahaan Belanda yang telah diambil-alih dapat dikelola dan dikembangkan oleh para pengusaha swasta pribumi, akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa para pengusaha swasta pribumi saat itu belum memiliki kemampuan untuk menanganinya karena keterbatasan modal usaha dan sumber daya manusia. Sejumlah pengusaha etnis Tionghoa yang bersedia membeli dan mengelola bekas perusahaan-perusahaan Belanda tersebut ditolak Pemerintah dengan alasan pengusaha etnis Tionghoa tidak boleh lagi mendominasi dunia usaha di bidang perdagangan, industri dan pertanian seperti pada jaman pemerintahan kolonial Belanda.

64

Ibid.

65


(48)

Karena itu Pemerintah akhirnya mengambil keputusan mendirikan sejumlah perusahaan negara untuk mengelola eks perusahaan-perusahaan Belanda dimaksud.66

Kebijakan yang diambil Pemerintah pada awal tahun 1960-an hampir mengalami kebuntuan karena Indonesia pada masa itu belum memiliki sumber daya manusia yang cukup memadai untuk menjalankan perusahaan-perusahaan berskala besar secara efisien dan produktif. Pada saat itu, pengusaha pribumi sendiri belum memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak untuk memimpin unit usaha yang besar. Untuk mengatasi masalah sumber daya manusia ini Pemerintah mengerahkan sumber daya manusia dari kalangan militer yang ketika itu relatif cukup baik. Di Indonesia, kalangan militer telah berpengalaman dalam mengelola kegiatan-kegiatan berskala besar seperti pengadaan personil (rekruitmen, pendidikan dan pelatihan) dan logistik (pengadaan, pengangkutan dan logistik), sehingga boleh dikatakan bahwa kebijakan Pemerintah inilah yang menumbuhkan embrio dwifungsi militer di Indonesia.67

66

Parluhutan Sagala, Penyebaran Kepemilikan Saham Pemerintah Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menciptakan Perusahaan yang efektif dan efisien, Disertasi, (Medan: Sekolah Pascasarjana, 2009), hlm. 44

67

Indra Bastian, Op.cit,.hlm. 94. Dapat ditambahkan bahwa posisi dan peranan negara dalam

perekonomian nasional pasca kemerdekaan sangat dominan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan

sebagai berikut: (1) Situasi negara yang baru lepas dari penjajahan tidak memiliki social overhead

capital (SOC) sebagai modal pembangunan; (2) Besarnya kerugian dan kerusakan public utilities sebagai akibat perang; dan (3) Terpinggirkannya pengusaha pribumi (sebagai kelas ketiga setelah pengusaha Eropa dan Keturunan Arab dan China). Berbagai permasalahan tersebut mendorong pemerintah untuk berperan lebih besar dan melakukan beberapa intervensi untuk mendorong tumbuhnya perekonomian nasional. Upaya menggerakkan perekonomian dalam masa demokrasi parlementer diimplementasikan melalui Rencana Urgensi Perekonomian (RUP) dan Program Benteng yang ditujukan untuk membantu pengusaha pribumi. Beberapa kebijakan ekonomi pemerintah juga diarahkan untuk mendorong perekonomian nasional dengan mendirikan perusahaan negara melalui


(1)

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Ali, Achmad, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence) Vol. I, Jakarta: Kencana, 2009.

Anoraga, Pandji & Pakarti, Piji, Pengantar Pasar Modal, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006.

Ary Suta, I Putu Gede, Menuju Pasar Modal Modern, cet II Jakarta: Yayasan SAD Satria Bakti, 2000.

Bastian, Indra, Privatisasi di Indonesia, Jakarta: Salemba Empat, 2002. Bastian, Indra, Model Pengelolaan Privatisasi, Yogyakarta: BPFE, 2000. Bertens, K, Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta: Kanisius, 2000.

Choirie, A. Efendy, Privatisasi Versus Neo-Sosialisme Indonesia, Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2003.

Ebenstein, William dan Fogelman, Edwin dkk Isme-Isme Dewasa ini, Edisi Kesembilan (Terjemahan), Penerbit Erlangga, Jakarta, 1994.

Friedman, M. Lawrence, American Law :An introduction, New York-London: W.W. Norton & Company, 1984.

Hariyani, Iswi dan Serfianto, R, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal, Jakarta: Visimedia, 2010.

Harman, Chris, Anti Kapatalisme, Yogyakarta: Teplok Press, 2000.

Hartono, Sunaryati ,C.F.G , Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20, Bandung: Alumni, 1994.

Kusumaatmadja,Mochtar, Fungsi dan Perkembangan Hukum Dalam Pembangunan Nasional,(Bandung, Bina Cipta, Tidak ada Tahun.

Marzuki, Mahmud, Peter, Penetlitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2007.

Marsuki, Analisis Perekonomian Nasional & Internasional, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2005.

Muchsan, Peradilan Administrasi Negara, Yogyakarta: Liberty, 1981.

Nasaruddin, M. Irsan dkk, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.


(2)

Nasution, Bismar, Hukum Kegiatan Ekonomi , Bandung: Boooks Terrace&Library, 2007.

Nugroho, Riant dan Wrihatnolo, Randy. R, Manajemen Privatisasi BUMN, Jakarta: PT Gramedia, 2008.

Sitompul, Asril, Penawaran Umum dan Permasalahannya, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000.

Situmorang, M. Paulus Pengantar Pasar Modal, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2008. Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986.

________, Soerjono Ringkasan Metode Penelitian Hukum Empiris, Jakarta: Indonesia Hilco, 1990.

________, Soerjono dan Mumadji, Sri Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001.

Soemantri, Priambodo, Dibyo, Refleksi BUMN 1993-2003, Yogyakarta: Penerbit Media Pressindo, 2004.

Sungono, Bambang , Metode Penelitian Hukum (Suatu Pengantar), Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2001.

Sutedi, Adrian, Segi-Segi Hukum Pasar Modal, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009.

Tangkilisan, Nogi S, Hessel, Distorsi Pengelolaan Privatisasi Jalan Tol, Yogyakarta: Lukman Offset, 2003.

Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Jakarta: Ikhtiar Baru, 1975.

Waluyo, Bambang, P enelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika, 2004. Wibisono, Christianto dalam Ibrahim, Prospek BUMN dan Kepentingan Umum,

Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997.

Widiatmodjo, Sawidji, Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009. ---, Jurus Jitu Go Public, (Jakarta: PT Elex Gramedia Komputindo,

2004), Hlm. 86.

Widjaja, Gunawan dan Risnamanitis, Wulandari, Go Public dan Go Private di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009.

Wuisman, M, J.J.J dalam M. Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, Jakarta: FE UI, 1996.


(3)

B. Makalah, Karya Ilmiah, Tesis

Djajanto, Pandu, Deputi Bidang Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis Kementrian BUMN, Ceramah Umum Tentang Privatisasi acara Rakerda Ikatan Sarjana Hukum Indonesia (ISHI) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Sumatera Utara pada tanggal 18 Desember 2010

Juned, Irwan, Pengaturan Prinsip Transparansi Dlam Kaidah-Kaidah Hukum Tentang BUMN, Tesis, (Medan: Program Magister Ilmu Hukum, 2005

Nasution, Bismar, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, makalah disampaikan pada dialog interaktif tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Hukum pada Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU,Tanggal 18 Februari 2003

Nasution, Bismar, Mengkaji Ulang Hukum Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi,

Pidato Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Hukum Ekonomi Pada Fakultas Hukum USU, Gelanggang Mahasiswa Sabtu, 17 April 2004.

Nilawaty, Perbandingan Pengaturan Tentang Corporate Social Responsibility Antara Indonesia Dengan Cina Dalam Upaya Perwujudan Prinsip Good Corporate Governance Di Indonesia , Tesis, Medan: Program Magister Ilmu Hukum USU, 2010.

Perangin-angin, Lolandia, Sevia, Maria Analisis Hukum Terhadap Kepemilikan Saham Pemerintah di BUMN Setelah Privatisasi di Indonesia, Skripsi, (Medan: Fakultas Hukum USU, 2009),

Purwoko, Model Privatisasi BUMN yang mendatangkan Manfaat Bagi Pemerintah dan Masyarakat Indonesia, (Jakarta: Kajian Ekonomi dan Keuangan Vol .6 No. 1, 2002).

Sagala, Parluhutan, Penyebaran Kepemilikan Saham Pemerintah Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menciptakan Perusahaan yang efektif dan efisien, Disertasi, (Medan: Sekolah Pascasarjana, 2009).

Taufik, Zulkifli Pengaturan Privasi Dikaitkan Dengan Parameter Kepentingan Umum Dan Menguasai Hajat Hidup Orang Banyak (Pasal 33 UUD 1945), Tesis, ( Medan: Program Pascasarjana USU, 2005).

C. Majalah, Surat Kabar

Abimanyu, Anggito, Kewajaran Saham Krakatau Steel, dikutip dari Majalah Tempo edisi Minggu Kedua November 2010, Hlm. 134.


(4)

Saham Perdana KS Kelebihan Permintaan 9 Kali, dikutip dari Harian Analisa edisi Rabu 27 Oktober 2010.

Ant, Investor asing bakal borong IPO Krakatau, dikutip dari Harian Analisa edisi Kamis 28 Oktober 2010, Hlm. 22.

Pasca IPO Saham KS Melejit 49 %, Negara Dirampok Rp. 1,2 Triliun Dalam Sehari, dikutip dari Harian Analisa Kamis 11 November 2010.

Prospektus Penawaran Umum PT. Krakatau Steel (Persero), Tbk, diterbitkan pada tanggal 2 November 2011 di Jakarta.

Simamora, Nikodemus, Nelson, Meneliti Privatisasi Krakatau Steel, dikutip dari Harian Analisa edisi Jumat, 12 Nopember 2010

Hotma di Hita L Tobing, Riak Kecil Harga Saham Krakatau Steel, Analisa, Jumat 12 November 2010.

BUMN Watch: Wapadai IPO Jadi Modus Korupsi, Senin 22 November 2010.

D. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan (Persero) jo Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2009.

Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2010 Tentang Perubahan Struktur Kepemilikan Saham Negara Melalui Penerbitan dan Penjualan Saham Baru Pada Perusahan Perseroan (Persero) PT. Krakatau Steel.

E. Internet

Nugrahany Widhi K, Menteri BUMN Akui Sempat Usul Naikkan Harga IPO KS Jadi Rp. 950, http://www.detikfinance.com, di akses tanggal 8 November 2010. Indro Bagus, Menelisik Penetapan Harga Initial Public Offering (IPO),

http://www.okanila.brinkster.net/wordpress/?, diakses tanggal 10 November 2010.

Harga IPO Krakatau Steel Terlalu Murah, http://www.pasarmodal.inilah.com, diakses terakhir tanggal 11 November 2010.


(5)

Penentuan Harga IPO KS penuhi unsur korupsi, http://www.republika.co.id, diakses terakhir tanggal 11 november 2010.

Anggito Abimanyu, Penentuan Harga IPO Krakatau Steel tak Bermasalah, http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/ekonomi, , diakses tanggal 12 November 2010.

Danto dan Abdul Wahid Fauzie, Krakatau Steel Minta Segera Ada Keputusan, http//:www.kompas.com/read/xml, diakses tanggal 18 november 2010.

EDJ, KS Tolak Tawaran Mittal Bangun Pabrik Patungan, http://www.krakatausteel.com, diakses tanggal 19 November 2010.

Underwriter Nilai Harga Saham Krakatau Steel Rp. 1000 Terlalu Mahal, http://www.goedang.com/node, diakses terakhir tanggal 30 November 2010. Endang Zakaria, Privatisasi Perusahaan Publik Dintinjau Dari Teori Tentang Peran

Negara Dalam PembangunanEkonomi, http://www.umj.ac.id/main diakses tanggal 12 Januari 2011.

Prospektus awal PT. Krakatau Steel, http://www.google.com, diakses tanggal 1 Desember 2010.

Ade, Krakatau Steel seleksi 8 penunjang IPO, http://www.economy.okezone.com, diakses tanggal 22 Desember 2010.

Junius T.L Sianturi, Analisis Hukum Privatisasi BUMN Terhadap Dampak Perekonomian Nasional,, http://www.blogspot.com, diakses pada tanggal 24 Desember 2010.

Wahyu Daniel, DPR Isyaratkan Tolak Strategic Sales Krakatau Steel, http:www.detikfinance.com, diakses pada tanggal 28 Desember 2011.

Helza Nova Lita, Tinjauan Yuridis Privatisasi Bdan Usaha Milik Negara, http:detik.com/2010/12, di akses tanggal 26 Desember 2010.

Lucky Fransiska, Penjualan Krakatau Steel Belum Jelas, http://www.nasional.kompas.com/read/2008, di akses tanggal 29 Desember 2010.

Buyung Wijaya K, Mittal Mau Investasi, Meneg BUMN Panggil Antam dan KS, http://www.nasional.kompas.com/read/2008, di akses tanggal 29 Desember 2010.

OSA, Bluescope Mulai melirik Krakatau Steel, http://www.nasional.kompas.com, di akses tanggal 30 Desember 2010.

EDJ, Proposal Mittal Pekan ini, http://www.nasional.kompas.com/read, di akses tanggal 30 Desember 2010.


(6)

OSA, BUMN Watch Minta Pemerintah Tak Jual Krakatau Steel ke Mittal, http://www.kapan lagi.com, di akses tanggal 30 Desember 2010.

Setyanto P Santosa, Quo Vadis Privatisasi BUMN?, http://www.pacific.net.id, diakses tanggal 10 Januari 2011.

Http://www.idx.co.id/Portals/KhususPDF/go%20public%20new2.pdf. “Panduan Go Public”. Diakses tanggal 12 Januari 2011.

Dampak Privatisasi BUMN di Indonesia, http://www.zulpiero.wordpress.com, diakses pada tanggal 12 Januari 2011.

Setyanto P Santosa, Implementasi Privatisasi BUMN dan Pengaruhnya Terhadap Nasionalisme, http://kolom.pacific.net.id, diakses pada tanggal 28 Januari 2011.