Silvia Ayus Verawati R.0009089

(1)

commit to user i

LAPORAN TUGAS AKHIR

PENGETAHUAN K3, SIKAP, DAN TINDAKAN

PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM

SURAKARTA

Silvia Ayus Verawati R.0009089

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta 2012


(2)

commit to user ii


(3)

commit to user iii


(4)

commit to user iv ABSTRAK

PENGETAHUAN K3, SIKAP, DAN TINDAKAN PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

Silvia Ayus Verawati*), Sumardiyono*), dan Hardjono***)

Tujuan: Manusia merupakan salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Penerapan perilaku aman pada saat bekerja dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan mencegah timbulnya penyakit akibat kerja. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana pengetahuan tentang K3 serta bagaimana sikap dan tindakan perawat di Rumah Sakit Islam Surakarta.

Metode: Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penulis bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas dan tepat sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya terhadap objek penelitian serta menggunakan angket kuesioner sebagai alat pengumpul data.

Hasil: Data yang diperoleh dari hasil kuesioner dianalisis dan dibandingkan dengan hasil observasi langsung di lingkungan Rumah Sakit Islam Surakarta. Hasil tersebut dibandingkan dengan atandar srosedur operasioal dan kebijakan K3 untuk dijadikan rekomendasi perbaikan perilaku perawat di RSIS.

Simpulan: Dari kuesioner diperoleh hasil yang bagus mengenai pengetahuan K3 dan sikap perawat, akan tetapi hasil observasi langsung di lapangan masih banyak ditemukan tindakan perawat yang belum baik.

Kata kunci: Pengetahuan K3, Sikap, Tindakan, Perawat

* Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

** Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret


(5)

commit to user v ABSTRACT

K3 KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND BEHAVIOUR OF NURSES IN SURAKARTA ISLAMIC HOSPITAL

Silvia Verawati Ayus*), Sumardiyono*), and Hardjono***)

Objective : Man is one of the causes of workplace accidents. Application of safe behavior at work can prevent occupational injuries and prevent occupational diseases. The objective of this study was to determine the K3 knowledge and how attitudes and actions of nurses in Surakarta Islamic Hospital.

Methods : The method used by the authors was descriptive study. The author aimed to provide a clear and appropriate description accordingly to the actual condition of the research object and used questionnaire as a data collection tool.

Results : Data obtained from the questionnaires were analyzed and compared with results of direct observation in the Surakarta Islamic Hospital. The results were compared with standard procedures and policies of K3 operational to be

used as recommendations for improvement the nurses’ behavior in Surakarta

Islamic Hospital.

Conclusion : From the questionnaire obtained good results on K3 knowledge and attitudes of nurses, but the results for direct observation in the field there were many nurses who did not show good work behaviour.

Keywords : K3 knowledge, attitude, action, nurses

*) Diploma III Program Hiperkes and Occupational Safety of Medical Faculty, Sebelas Maret University


(6)

commit to user vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Alhamdulillah hirabbil ‘alamin, segala puja dan Puji syukur penulis

panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, karunia, kesehatan, kekuatan dan kemudahan dalam pelaksanaan magang serta penyusunan laporan Khusus dengan judul “Pengetahuan K3, Sikap, dan Tindakan Perawat di Rumah Sakit Islam Surakarta”.

Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Progam Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Diploma III Hiperkes Dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret surakarta, sekaligus selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.

3. Bapak Drs. Hardjono, M.Si, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.

4. Ibu Yeremia Rante Ada’, S.Sos., M.Kes, selaku penguji laporan tugas akhir. 5. Ibu Dr. Diah Roosita Assisten Manager Sub Bagian DIKLAT (Pendidikan

dan Latihan) Rumah Sakit Islam Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan magang.

6. Bapak Gatot Susanto, SPi, selaku pembimbing magang I yang telah membimbing penulis selama berada di rumah Sakit Islam Surakarta.

7. Bapak Zody Hasan Saputro, AMKL, selaku pembimbing lapangan yang telah membantu penulis selama proses magang.

8. Semua karyawan Rumah Sakit Islam Surakarta, yang telah membantu terlaksananya penulisan laporan ini.

9. Untuk Ayah, Ibu, kedua adikku dan teman-temanku yang telah memberikan doa serta dukungan penuh kepada penulis dalam menyelesaikan laporan ini. 10. Segenap keluarga besar Diploma III Hiperkes dan KK Fakultas Kedokteran

UNS angkatan 2009, bangga menjadi bagian dari kalian.

11. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam penyusunan dan penulisan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, demi perbaikan dan sempurnanya laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak, serta


(7)

commit to user vii

dapat menambah wawasan kita, khususnya dibidang Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

Wassalamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Surakarta, 2012 Penulis,


(8)

commit to user viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

B. Kerangka Pemikiran ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

A. Metode Penelitian ... 19

B. Lokasi Penelitian ... 19

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ... 19

D. Instrumen Penelitian ... 20

E. Sumber Data ... 20

F. Teknik Pengumpulan data ... 20

G. Pelaksanaan ... 21

H. Analisis Data ... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

A. Hasil Penelitian ... 22

B. Pembahasan ... 25

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 36

A. Simpulan ... 36

B. Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 38 LAMPIRAN


(9)

commit to user ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Usia Responden ... 23

Tabel 2. Data Tingkat Pendidikan Responden ... 24

Tabel 3. Data Masa Kerja Responden ... 24

Tabel 4. Data Pengetahuan K3 Responden ... 24

Tabel 5. Data Sikap Responden ... 25

Tabel 6. Data Tindakan Responden ... 25

Tabel 7. Data Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 26

Tabel 8. Data Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 26

Tabel 9. Data Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 27

Tabel 10. Data Distribusi Pengetahuan Responden Tentang K3 ... 27

Tabel 11. Data Distribusi Sikap Responden ... 28


(10)

commit to user x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Teori Domino Heinrich ... 8

Gambar 2. Teori Gunung Es ... 12

Gambar 3. Teori Segitiga Kecelakaan ... 13

Gambar 4. Bagan Kerangka Pemikiran ... 18

Gambar 5. Perawat yang tidak menggunakan APD saat perbed ... 31

Gambar 6. Jarum suntik dan spuit bekas ditinggal di kamar pasien ... 31

Gambar 7. Jarum suntik bekas tergeletak di lantai ... 32

Gambar 8. Perawat meletakkan linen kotor di lantai dan di sembarang tempat 33 Gambar 9. Tempat sampah flacon di troli untuk peralatan makan kotor ... 33

Gambar 10. Sampah tidak dipilah dengan baik oleh perawat ... 34 Gambar 11. Jarum suntik dan spuit bekas tidak dimasukan kedalam box safe 35


(11)

commit to user xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Diterima Magang Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Magang

Lampiran 3. Data angket Kuesioner dan Metode Penilaian Angket Kuesioner Lampiran 4. Data Hasil Skoring Pengetahuan K3 Responden

Lampiran 5. Data Hasil Skoring Sikap Responden Lampiran 6. Kebijakan APD

Lampiran 7. SPO Pemisahan Sampah Medis Benda Tajam Lampiran 8. Alur Kerja Pengelolaan Linen


(12)

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rumah Sakit (RS) adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undang-undang No 44 tahun 2009).

Dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 164 dan 165 dinyatakan bahwa “upaya kesehatan kerja ditunjukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Pengelola perusahaan wajib mentaati standar kesehatan kerja dan menjamin lingkungan kerja yang sehat melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja apabila terjadi kecelakaan kerja”. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa RS sebagai tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung RS, sehingga sudah seharusnya pihak pengelola Rumah Sakit menerapkan upaya-upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) (Menkes, 2007).

Dalam Undang-undang No. 44 tahun 2009 menjelaskan bahwa RS sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari


(13)

commit to user

sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaran pelayanan kesehatan di RS mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu, membuat semakin kompleksnya permasalahan dalam RS.

Frekuensi kontak dengan pasien yang berbeda setiap saat mengharuskan seluruh karyawan memiliki pengetahuan, sikap dan tindakan yang baik karena hal tersebut merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan mutu dan kualitas dari RS.

Unsur manusia adalah sumber daya yang paling menentukan dan penting dibandingkan dengan unsur-unsur sumber daya yang lain. Salah satu yang menyebabkan pentingnya Sumber Daya Manusia (SDM) adalah tingginya suatu teknologi, cepatnya informasi yang beredar, tersedianya modal yang cukup, namun manusia tetap merupakan unsur penting untuk mencapai tujuan perusahaan. Karena semuanya tetap memerlukan campur tangan manusia dalam mengendalikannya. Betapa pun bagusnya perumusan tujuan dan rencana-rencana perusahaan, hanya akan sia-sia jika tidak di dukung dengan SDM yang ada. Masalah mengenai SDM tidak dapat diabaikan begitu saja. Manusia sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja sering mengabaikan hal yang dianggap sepele yaitu perilaku aman.


(14)

commit to user

Kecelakaan kerja dapat terjadi karena faktor yaitu unsafe action dan unsafe condition. Kecelakaan merupakan hasil akhir dari urutan sebab-akibat yang biasanya dipicu oleh perilaku yang tidak aman. Walaupun sulit untuk di kontrol secara tepat, 80% - 95% dari seluruh kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh unsafe behavior (Dominic Cooper, 1999). Kecelakaan kerja banyak dikaitkan dengan kecerobohan tenaga kerja atau sikap keselamatan yang buruk, yang sebagian besar dipicu oleh perilaku tidak aman yang tertanam.

Orang sering berperilaku tidak aman karena mereka tidak pernah terluka sebelumnya saat melakukan pekerjaan mereka dengan cara yang tidak aman. Hal ini juga mungkin benar, namun potensi kecelakaan tidak pernah jauh seperti yang digambarkan oleh Heinrich pada segitiga kecelakaan yang menjelaskan bahwa untuk setiap 330 tindakan yang tidak aman, 29 akan mengakibatkan luka ringan dan 1 dalam insiden waktu utama atau hilang. Selama jangka waktu, tidak adanya luka bagi mereka yang secara konsisten tidak aman sebenarnya memperkuat perilaku yang kemungkinan besar pada akhirnya akan menuntun mereka untuk menjadi terluka parah.

Rumah Sakit Islam Surakarta telah memberikan sosialisasi mengenai kebijakan-kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang telah dibuat dan memberikan pelatihan tentang K3, mengadakan supervisi di setiap counter perawat akan tetapi masih ditemukan tindakan-tindakan perawat yang belum baik seperti dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan mematuhi Standar Prosedur Operasional (SPO), selain itu juga masih


(15)

commit to user ditemukan pemilahan sampah yang belum baik.

Dari beberapa penjelasan diatas maka penulis ingin mengetahui dan mempelajari tentang pengetahuan K3, sikap dan tindakan perawat di RS Islam Surakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dengan penerapan safety

behaviour (perilaku aman) dalam bekerja diharapkan bisa mencegah

terjadinya kecelakaan kerja, sehingga dapat dibuat sebuah rumusan masalah

yaitu “ Bagaimana Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang K3, Sikap, dan Tindakan Perawat di Rumah Sakit Islam Surakarta?”.

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Tingkat pengetahuan perawat tentang K3.

2. Sikap perawat mengenai kebijakan K3 dan program-program K3.

3. Tindakan perawat dalam mematuhi dan melaksanakan SPO serta kebijakan K3 di RS Islam Surakarta.

D. Manfaat

1. Bagi Rumah Sakit

Sebagai masukan untuk meningkatkan Pengetahuan tentang K3 pada seluruh karyawan RS, serta dapat memperbaiki sikap dan tindakan


(16)

commit to user

seluruh karyawan sehingga dapat tercipta suatu budaya K3 dalam berperilaku aman saat bekerja.

2. Bagi Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Menambah studi kepustakaan untuk meningkatkan kualitas mahasiswa dalam menerapkan K3RS, terutama mengenai perilaku aman dalam bekerja.

3. Bagi Penulis

Setelah melakukan observasi, pengamatan, serta penilaian tentang perilaku aman perawat diharapkan dapat mengetahui sejauh mana penerapan dan pelaksanaan K3RS di RS Islam Surakarta, sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang K3RS, serta pemahaman tentang ilmu-ilmu yang telah didapatkan dari perkuliahan dengan mengkaji melalui program-program yang telah diterapkan oleh RS.


(17)

commit to user 6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Kecelakaan Kerja

Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya, pernyataan ini tercantum dalam Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Depnaker RI, 1996).

Kebijakan K3 adalah suatu pernyataan tertulis yang memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan K3, kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan atau operasional (Silaen, 2005).

Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di

perusahaan yang bersangkutan (Suma’mur P.K, 2001).

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau property maupun korban jiwa yang terjadi didalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).


(18)

commit to user

Kerugian-kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan dapat berupa banyak hal seperti :

a. Kerusakan,

b. Kekacauan organisasi,

c. Keluhan, kesakitan dan kesedihan, d. Kelainan dan cacat; dan

e. Kematian

Dalam budaya aman (safety culture) tidak ada kata meremehkan untuk kegiatan pelaporan near miss dan unsafe condition, tidak ada hal yang dianggap remeh atau kecil dalam safety based behavior untuk melakukan hal-hal yang sederhana ini.

Dalam Teori Domino yang dikemukakan oleh Heinrich dan disempurnakan oleh Bird dan Germain menjelaskan bahwa upaya pencegahan kecelakaan kerja akan berhasil dan efektif bila dimulai dengan memperbaiki managemen keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja. Setelah dilakukan perbaikan managemen K3, selanjutnya dapat dilakukan identifikasi dan evaluasi sumber-sumber penyebab, memprediksi gejala yang timbul dan mencegah kontak dengan/kepada objek kerja. Pada akhirnya kerugian kecelakaan dapat dihindarkan seminimal mungkin (Tarwaka, 2008).


(19)

commit to user Kurangnya Kontrol Penyebab Dasar Penyebab

Langsung Kejadian Kerugian Tidak memadai :  Standar program  Pemenuhan pada standar Faktor pribadi Faktor pekerjaan Tindakan dan Kondisi tidak aman Kontak dengan energi atau bahan  Manusia  Harta benda  Proses

1 2 3 4 5

Gambar 1 : Teori Domino Heinrich Sumber : Puspita, 2011

Prinsip pencegahan kecelakaan menurut Teori Domino, yaitu : a. Kurangnya Kontrol

Kurangnya kontrol merupakan urutan pertama menuju terjadinya kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerugian. Kontrol

merupakan salah satu fungsi utama dari manajemen yaitu “Planning, Organizing, Action, dan Controlling (POAC)”.

Menurut Tarwaka (2008) penyebab kurangnya kontrol adalah : 1) Ketidaktersedianya program,

2) Ketidaktersedianya standar program, dan 3) Tidak terpenuhinya standar.

Domino pertama akan jatuh kepada pihak manajemen yang tidak mampu mengorganisasi, memimpin dan mengontrol pekerja dalam memenuhi standart yang telah direncanakan.

b. Penyebab Dasar


(20)

commit to user

munculnya penyebab dasar dari kecelakaan kerja yang mengakibatkan kerugian. Penyebab dasar dapat timbul dari :

1) Faktor personel/pribadi, dan 2) Faktor pekerjaan.

c. Penyebab Langsung

Dengan adanya penyebab dasar akan membuka peluang munculnya penyebab langsung dari kecelakaan.

1) Tindakan Tidak Aman (unsafe act)

Tindakan tidak aman yaitu tindakan berbahaya dari para tenaga kerja yang mungkin dilatarbelakangi oleh berbagai sebab, antara lain :

(a) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan, (b) Ketidakmampuan untuk bekerja secara normal,

(c) Ketidakfungsian tubuh karena cacat yang tidak nampak, (d) Tidak menggunakan alat-alat keselamatan kerja,

(e) Kelelahan dan kejenuhan,

(f) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman, dan (g) Sikap masa bodoh dari tenaga kerja.

2) Kondisi Tidak Aman (unsafe condition)

Kondisi tidak aman yaitu kondisi tidak aman dari mesin, peralatan, pesawat, bahan, lingkungan dan tempat kerja, proses kerja, sifat pekerjaan, dan sistem kerja.


(21)

commit to user

Jika tindakan atau kondisi yang berbahaya terjadi hal tersebut dapat menimbulkan incident. Incident yaitu kejadian yang dapat atau mungkin mengakibatkan kecelakaan. Incident terjadi apabila terjadi kontak dengan energi atau bahan-bahan berbahaya yang dapat menyebabkan kerusakan atau cidera.

Macam-macam kecelakaan kerja antara lain : 1) Terbentur pada atau oleh sesuatu,

2) Terjepit, 3) Terpeleset,

4) Beban berlebih, dan

5) Terkena akan : aliran listrik, panas, dingin, radiasi, bahan kimia, kebisingan, bahan beracun, dan lain-lain.

e. Kerugian

Pada akhir rangkaian-rangkaian tersebut akan mengakibatkan kerugian, baik pada manusia, harta benda/properti dan proses produksi. Kerugian dari kecelakaan menurut Suma'mur (1996) berupa :

a. Kerusakan,

b. Kekacauan organisasi, c. Keluhan dan kesedihan, d. Kelainan dan cacat, dan e. Kematian.


(22)

commit to user

Birds (1967) menyatakan bahwa kesalahan manajemen merupakan penyebab utama terjadinya kecelakaan, sementara tindakan tidak aman (unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe condition) merupakan penyebab langsung suatu kecelakaan. Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Birds dinyatakan bahwa setiap satu kecelakaan berat disertai oleh 10 kejadian kecelakaan ringan, 30 kejadian kecelakaan yang menimbulkan kerusakan harta benda dan 600 kejadian-kejadian hampir celaka.

Biaya yang dikeluarkan perusahaan akibat kecelakaan kerja dengan membandingkan biaya langsung dan biaya tak langsung adalah 1:5 s.d. 50 dan dapat digambarkan ibarat puncak gunung es di permukaan laut, yang sering terlihat dan diperhatikan dari suatu kejadian adalah kerugian akibat biaya pengobatan dan biaya kompensasi, sementara biaya lain yang jauh lebih besar seperti waktu investigasi, kehilangan waktu produksi, cacat produksi, menurunya tingkat kepercayaan pelanggan dan sebagainya jarang sekali menjadi perhatian manajemen perusahaan.

Kecelakaan dapat pula menimbulkan kerugian yang dapat digambarkan seperti gunung es. Biaya yang timbul sebagai akibat

kecelakaan biasanya disebut “Biaya Gunung Es” artinya, biaya

langsung yaitu digambarkan sebagai bongkahan es yang terlihat diatas permukaan laut, sedangkan biaya tak langsung digambarkan


(23)

commit to user

sebagai bongkahan gunung es yang berada dibawah permukaan laut yang lebih besar, seperti pada gambar 2 dibawah ini.

Gambar 2. Teori Gunung Es Sumber : Data Sekunder

Menurut Tarwaka (2008) Kerugian kecelakaan kerja dapat dikelompokkan menjadi :

a. Kerugian/biaya langsung (direct cost)

Yaitu suatu kerugian yang dapat dihitung secara langsung dari mulai terjadi peristiwa sampai tahap rehabilitasi, seperti : 1) Penderitaan tenaga kerja yang mengalami kecelakaan dan

keluarganya, 2) Biaya P3K,

3) Biaya pengobatan dan perawatan, 4) Biaya angkut dan biaya RS,

5) Biaya kompensasi pembayaran asuransi kecelakaan, 6) Upah selama tidak mampu bekerja, dan lain-lain.


(24)

commit to user

Yaitu merupakan kerugian berupa biaya yang dikeluarkan dan meliputi suatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah terjadinya kecelakaan, biaya tidak langsung ini antara lain mencakup :

1) Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja yang mendapat kecelakaan,

2) Hilangnya waktu kerja tenaga kerja yang lain, 3) Terhentinya proses produksi sementara,

4) Kerugian akibat kerusakan mesin, perkakas atau peralatan kerja lainnya, dan

5) Biaya penyelidikan dan sosial lainnya.

Teori segitiga Heinrich mengatakan setiap 330 tindakan tidak aman, dapat terjadi 29 kecelakaan minor dan 1 kecelakaan serius (kecelakaan hilang hari kerja), atau teori segitiga kecelakaan lainnya. Prinsip yang diilustrasikan disini adalah bahwa konsekuensi dari tindakan tidak aman hampir selalu mengandung unsafe behavior, hanya karena perilaku tersebut terulang terus menerus.


(25)

commit to user

Gambar 3 : Teori Segitiga Kecelakaan Sumber : Siswanto, 2009

Dari piramida diatas diketahui bahwa dalam perilaku tidak aman 300.000 (66.666 dalam teori lain) akan menyebabkan 1 incident fatality (Siswanto, 2009). Kecelakaan kerja merupakan hasil akhir dari serentetan unsafe act dan unsafe condition. Salah satu faktor penting untuk menciptakan kondisi aman di tempat kerja adalah perilaku.

2. Perilaku Aman

Perilaku merupakan tindakan yang bisa diobservasi yang saling mempengaruhi terhadap sikap. Dalam lingkungan perusahaan, budaya perusahaan akan mengendalikan sikap dan perilaku semua pekerjanya. Perilaku aman adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan tenaga kerja dalam menciptakan keadaan aman atau yang menyebabkan tenaga kerja menggunakan APD dan mematuhi prosedur kerja sebagai pencegahan kecelakaan kerja di tempat kerja (Silaen, 2005).


(26)

commit to user

Perilaku aman adalah perilaku pekerja yang bekerja sesuai dengan persyaratan dan peraturan K3 Perusahaan seperti menggunakan APD dan mematuhi SPO dan kebijakan-keebijakan K3. Perilaku keselamatan (safety behaviour) merupakan tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan faktor keselamatan kerja. Perilaku manusia yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja antara lain :

a. Rasa tidak nyaman,

b. Kurangnya pengetahuan dan pelatihan, serta c. Fokus keselamatan yang salah.

Terbentuknya suatu perilaku dimulai dengan pengetahuan, dalam artian tenaga kerja tahu terlebih dahulu terhadap stimulus berupa materi sehingga menimbulkan pengetahuan baru, selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap yang akhirnya akan menimbulkan respon yang lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan (Silaen, 2005).

3. Pengetahuan K3

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna (Wikipedia, 2012).


(27)

commit to user

Pengetahuan K3 dalam hal ini adalah pengetahuan tenaga kerja mengenai kebijakan-kebijakan K3, program K3 yang ada diperusahaan, dan segala hal yang berhubungan dengan K3 baik melalui buku pedoman kerja, sosialisasi dari perusahaan, maupun media massa.

4. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 1997). Sedangkan menurut Purwanto (1998) sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek. 5. Tindakan

Tindakan adalah segala tindakan tenaga kerja dalam menciptakan K3. Tindakan tersebut dapat berupa tenaga kerja menggunakan APD, bekerja sesuai dengan SPO, menata tempat kerja sebelum dan sesudah bekerja, segera melakukan tindakan apabila menemukan suatu potensi bahaya, melaporkan near miss, dan lain-lain.

Tindakan tidak aman yaitu cara kerja yang tidak sesuai dengan prosedur kerja yang aman antara lain :

a. Tidak menggunakan alat-alat keselamatan kerja, b. Menggunakan alat-alat yang rusak,

c. Menggunakan peralatan dengan cara yang tidak benar, d. Tidak menggunakan APD,

e. Cara mengangkat dan mengangkut yang tidak benar, f. Posisi yang tidak betul, dan lain-lain.


(28)

commit to user

Bird (dalam Muchinsky, 1987) berpendapat bahwa para pekerja sebenarnya ingin mengikuti kebutuhan akan keselamatan (safety needs) namun adanya kebutuhan lain menimbukan konflik dalam dirinya. Hal ini membuat ia menomorduakan safety needs dibandingkan banyak faktor. Faktor-faktor tersebut adalah keinginan untuk menghemat waktu, menghemat usaha, merasa lebih nyaman, menarik perhatian, mendapat kebebasan dan mendapat penerimaan dari lingkungan.

Berbagai macam upaya dilakukan oleh perusahaan demi menciptakan perilaku aman pada tenaga kerja, dengan membuat SPO, penyediaan APD, pengadaan pelatihan-pelatihan K3, sosialisasi mengenai kebijakan-kebijakan baru maupun informasi-informasi baru yang berhubungan dengan pekerjaan mereka serta melakukan pengawasan terhadap perilaku dan kinerja tenaga kerja secara rutin. Akan tetapi tidak semua tenaga kerja tersebut dapat menerapkan perilaku aman pada saat bekerja. Dengan menciptakan safety culture dalam lingkungan kerja diharapkan dapat menjadikan seluruh tenaga kerja menerapkan perilaku aman baik dalam bekerja maupun dalam kegiatan sehari-hari.


(29)

commit to user B. Kerangka Pemikiran

Gambar 4 : Bagan Kerangkan Pemikiran Perilaku Aman (Safety Behaviour)

Tenaga kerja aman, nyaman, dan sehat

Kecelakaan Kerja dan PAK

 Pengetahuan K3  Sikap

 Tindakan

Evaluasi

Kuesioner :  Pengetahuan

K3  Sikap  Tindakan

Observasi Langsung

Penilaian hasil dengan metode skoring :  Baik

 Sedang  Rendah

Kebijakan K3 yang terkait

Saran Perbaikan Tidak Baik


(30)

commit to user 19 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian deskriptif. Penulis bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas dan tepat sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya terhadap objek penelitian serta menggunakan kuesioner sebagai data yang digunakan sebagai bahan dalam penyusunan laporan ini.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Islam Surakarta yang terletak di Jalan Ahmad Yani, Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah.

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Obyek Penelitian

Pada penelitian ini penulis mengambil data tentang : a. Pengetahuan K3,

b. Sikap, dan

c. Tindakan Perawat. 2. Ruang Lingkup Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah perawat shift pagi sebanyak 52 orang dari keseluruhan perawat di RS Islam Surakarta.


(31)

commit to user D. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah kuesioner mengenai pengetahuan K3, sikap, dan tindakan perawat di RS Islam Surakarta.

Penilaian dengan metode skoring menggunakan skala rasio dan diukur dengan jumlah skor yang dikumpulkan dari semua pertanyaan yang kemudian dikelompokkan dalam 3 kategori baik, sedang, dan rendah. Data kuesioner dan metode penilaian kuesioner terlampir pada lampiran 3.

E. Sumber Data

Pada penelitian ini, sumber data diperoleh penulis dari data primer, data sekunder di RS Islam Surakarta serta studi kepustakaan.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer

Sesuai dengan jenis penelitian yang bersifat deskriptif maka penulis mencari dan mengumpulkan data yang didapatkan dari:

a. Observasi

Dalam teknik ini penulis mencoba melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian di lokasi yang telah ditentukan. b. Kuesioner

Sebagai pelengkap dalam pengambilan data untuk objek penelitian, penulis juga mengadakan kuesioner yang dianggap dapat


(32)

commit to user

melengkapi data yang dibutuhkan oleh penulis melalui keterangan yang diberikan atas beberapa pertanyaan yang diajukan yang berhubungan dengan masalah yang diambil oleh penulis.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data-data rumah sakit yang berhubungan dengan perilaku aman (safety behaviour), kebijakan K3 dan SPO yang ada di RS Islam Surakarta.

G. Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yang terhitung mulai tanggal 01 Februari sampai dengan 31 Maret 2012.

H. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner akan dianalisis dan kemudian akan dibandingkan dengan hasil observasi langsung di lingkungan RS Islam Surakarta. Dari hasil tersebut akan dibandingkan dengan SPO dan kebijakan K3 yang ada di RS Islam Surakarta. Hasil analisis tersebut untuk dijadikan rekomendasi perbaikan perilaku perawat di RS Islam Surakarta.


(33)

commit to user 22 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum

Rumah Sakit Islam Surakarta merupakan suatu perusahaan jasa yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan masyarakat. Mutu dan kualitas dari pelayanan yang diberikan merupakan salah satu faktor yang diutamakan untuk kepuasan pasien yang berobat ke RS. Sumber daya manusia merupakan aspek penting pada perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa. Perilaku karyawan dalam bekerja dan berkomunikasi dengan pasien dan pengunjung, serta pada saat bekerja merupakan salah satu hal yang dinilai oleh masyarakat yang dapat minimbulkan citra yang baik atau buruk pada RS. oleh karena itu RS Islam Surakarta mengharuskan seluruh karyawan untuk memiliki perilaku yang baik saat bekerja.

Rumah Sakit Islam Surakarta telah membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan K3 serta pembuatan SPO sesuai dengan setiap pekerjaan yang ada dan mensosialisasikan hal tersebut kepada karyawan. Pengadaan in house training seperti pelatihan pemadam kebakaran, neddle stick injury, disaster plan, serta pelatihan-pelatihan K3. Selain itu RS Islam Surakarta telah memberikan APD secara cuma-cuma sesuai dengan Undang-undang No 1 tahun 1970 pasal 14


(34)

commit to user

point (c) yaitu “Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja”.

Akan tetapi hal tersebut tidak akan berjalan maksimal apabila karyawan memiliki perilaku yang kurang baik karena tidak mau menerapkan perilaku aman dalam bekerja. Safety behaviour merupakan hal yang sangat penting dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja, oleh karena itu dipandang penting untuk melihat gambaran perilaku aman karyawan di RS ini.

2. Hasil Penelitian

Data hasil kuesioner sebagai berikut : a. Umur

Tabel 1. Data Usia Responden

No Umur Jumlah

1 < 20 1

2 21 – 30 31

3 31 – 40 12

4 41 – 50 1

5 >50 -

6 Tidak Mengisi 7

Total 52


(35)

commit to user b. Pendidikan

Tabel 2. Data Tingkat Pendidikan Responden

No Pendidikan Jumlah

1 SD -

2 SMP -

3 SMA 1

4 DIPLOMA 38

5 SARJANA 4

6 Tidak Mengisi 9

Total 52

Sumber : Data Primer, 2012 c. Masa Kerja

Tabel 3. Data Masa Kerja Responden

No Masa kerja Jumlah

1 < 1 4

2 1 – 5 30

3 6 – 10 5

4 11 – 15 5

5 16 – 20 3

6 21 – 25 -

7 Tidak mengisi 5

Total 52

Sumber : Data Primer, 2012 d. Pengetahuan K3

Tabel 4. Data Pengetahuan K3 Responden No Pengetahuan K3 Jumlah

1 Baik 51

2 Sedang -

3 Rendah 1

Total 52


(36)

commit to user e. Sikap

Tabel 5. Data Sikap Responden

Sumber : Data Primer, 2012 f. Tindakan

Tabel 6. Data Tindakan Responden

No Pernyataan Tindakan

Ya Tidak

1 Pernah mengikuti pelatihan K3 20 32

2 Pernah mengalami kecelakaan kerja 24 30

3 Memakai APD saat bekerja 45 7

4 Bekerja mematuhi SPO 48 4

5 Memakai APD hanya bila diawasi 13 38

6 Kecelakaan kerja karena tidak hati-hati 24 28

7 Memakai APD dengan tepat 46 5

8 Mengetahui SPO pekerjaan 47 4

9 Rekan kerja dan atasan mengingatkan untuk

mematuhi SPO 48 3

10 Mendapat sosialisasi kebijakan dari Rumah Sakit 49 2 Sumber : Data Primer, 2012

B. Pembahasan 1. Kuesioner

Dari hasil kuesioner tentang pengetahuan K3, sikap, dan tindakan perawatdi RS Islam Surakarta yang terlampir pada lampiran 3 diperoleh hasil yang dapat dibahas sebagai berikut :

a. Umur

Berikut ini adalah hasil dari kuesioner berdasarkan umur

No Sikap Jumlah

1 Baik 52

2 Sedang -

3 Rendah -


(37)

commit to user responden.

Tabel 7. Data Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No Usia Jumlah Persen (%)

1 < 20 1 2

2 21 – 30 31 59,6

3 31 – 40 12 23

4 41 – 50 1 2

5 >50 - -

6 Tidak Mengisi 7 13,4

Total 52 100

Sumber : Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa 59,6% responden berusia antara 21 - 30 tahun. Pada usia tersebut seseorang masih mempunyai tingkat produktifitas kerja yang tinggi, akan tetapi 13,4% dari responden tidak menuliskan usia mereka pada kuesioner. b. Pendidikan

Berikut ini adalah hasil dari kuesioner berdasarkan tingkat pendidikan responden.

Tabel 8. Data Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Jumlah Persen (%)

1 SD - -

2 SMP - -

3 SMA 1 2

4 DIPLOMA 38 73

5 SARJANA 4 7,6

6 Tidak Mengisi 9 17,4

Total 52 100

Sumber : Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa 73% responden memiliki tingkat pendidikan Diploma. Sebanyak 7,6% responden memiliki tingkat pendidikan Sarjana dan 2% responden berpendidikan SMA. Akan tetapi 17,4% dari responden tidak


(38)

commit to user

menuliskan mengenai pendidikan terakhir mereka pada kuesioner. c. Masa Kerja

Berikut ini adalah hasil kuesioner berdasarkan masa kerja responden.

Tabel 9. Data Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja No Masa kerja Jumlah Persen (%)

1 < 1 4 7,6

2 1 – 5 30 57,7

3 6 – 10 5 9,6

4 11 – 15 5 9,6

5 16 – 20 3 5,8

6 21 – 25 - -

7 Tidak mengisi 5 9,6

Total 52 100

Sumber : Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden yaitu 57,7% telah memiliki masa kerja antara 1 sampai 5 tahun. Sebanyak 5,8% responden sudah memiliki masa kerja antara 16 s.d. 20 tahun.

d. Pengetahuan K3

Berikut ini adalah hasil dari kuesioner berdasarkan pengetahuan responden tentang K3. Data hasil skoring pengetahuan K3 responden terlampir pada lampiran 4.

Tabel 10. Data Distribusi Pengetahuan Responden Tentang K3 No Pengetahuan K3 Jumlah Persen (%)

1 Baik 51 98

2 Sedang - -

3 Rendah 1 2

Total 52 100


(39)

commit to user

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa 98 % responden memiliki pengetahuan yang baik tentang K3. Responden sudah mengetahui dan mengerti mengenai kebijakan K3, program K3, serta pengawasan oleh atasan yang telah dijalankan. Akan tetapi masih terdapat responden memiliki pengetahuan tentang K3, kebijakan K3, program K3 yang masih kurang baik.

e. Sikap

Berikut ini adalah hasil dari kuesioner berdasarkan sikap responden mengenai kebijakan dan program K3.

Tabel 11. Data Distribusi Sikap Responden

No Sikap Jumlah Persen (%)

1 Baik 52 100

2 Sedang - -

3 Rendah - -

Total 52 100

Sumber : Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa seluruh responden sudah memiliki sikap yang baik dalam menanggapi kebijakan dan program K3 yang ada di RS Islam Surakarta. Data hasil skoring sikap responden terlampir pada lampiran 5.

f. Tindakan

Berikut ini adalah hasil dari kuesioner berdasarkan sikap responden terhadap kebijakan dan program K3.


(40)

commit to user

Tabel 12. Data Distribusi Tindakan Responden

No Pernyataan Tindakan

Ya % Tidak %

1 Pernah mengikuti pelatihan K3 20 38,5 32 61,5 2 Pernah mengalami kecelakaan

kerja

24 42,3 30 57,7

3 Memakai APD saat bekerja 45 86,5 7 13,5

4 Bekerja mematuhi SPO 48 92,3 4 7,7

5 Memakai APD hanya bila diawasi

13 25 38 75

6 Kecelakaan kerja karena tidak hati-hati

24 46,2 28 53,8

7 Memakai APD dengan tepat 46 90,2 5 9,8

8 Mengetahui SPO pekerjaan 47 92,2 4 7,8

9 Rekan kerja dan atasan

mengingatkan untuk mematuhi SPO

48 92,3 3 5,8

10 Mendapat sosialisasi kebijakan dari rumah sakit

49 96,1 2 3,9

Sumber : Data Primer, 2012

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 52 responden ada 38,5% perawat yang mengikuti pelatihan K3, akan tetapi 42,3% responden pernah mengalami kecelakaan kerja di RS serta 46,2% responden mengalami kecelakaan kerja karena tidak berhati-hati. Terdapat 90,2% responden memakai APD dengan tepat tetapi hanya 86,5% yang memakai APD saat bekerja dan 25,5% dari responden memakai APD hanya bila diawasi oleh atasan. Sebanyak 96,1% responden telah mendapat sosialisasi kebijakan dari RS, tetapi baru 92,2% saja yang sudah mengetahui tentang SPO pekerjaan mereka, dan dari semua itu 92,3% responden, rekan kerja dan atasan memiliki kesadaran untuk selalu mengingatkan bekerja sesuai SPO.


(41)

commit to user

Pelatihan K3 yang pernah diperoleh responden adalah pelatihan pemadam kebakaran, pelatihan disaster plan, pelatihan neddle stick

injury, dan pelatihan K3 umum. Kesadaran responden tentang APD

sudah cukup baik akan tetapi masih terdapat 25,5% responden yang memakai APD hanya bila diawasi oleh atasan padahal penggunaan APD merupakan salah satu cara untuk mencegah responden tertular penyakit dari pasien RS.

Selama ini belum ada penjelasan tentang jenis-jenis APD pada SPO perawat yang harus digunakan pada saat bekerja seperti pada saat perbed (mengganti sprei tempat tidur pasien), medikasi, pemasangan infus, dan lain-lain, sehingga selama ini untuk penggunaan APD hanya berdasarkan kebiasaan dan kesadaran pribadi untuk menggunakan APD.

Terdapat 46,2% dari responden yang mengalami kecelakaan kerja karena tidak berhati-hati pada saat bekerja. Kesadaran responden untuk melaporkan kejadian-kejadian near miss ataupun kecelakaan kerja masih kurang, terbukti pada data pelaporan kecelakaan kerja sebagian besar kecelakaan kerja yang dilaporkan adalah kecelakaan lalu lintas.


(42)

commit to user 2. Hasil Observasi

Beberapa hasil yang diperoleh pada saat observasi sebagai berikut:

Gambar 5. Perawat yang Tidak Menggunakan APD Saat Perbed Sumber : Data Primer, 17Maret 2012

Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa pada saat penggantian sprei tempat tidur pasien (perbed), perawat tidak menggunakan APD seperti sarung tangan (hand scone) dan masker. Seharusnya perawat menggunakan APD karena seluruh hal/benda yang berhubungan langsung dengan pasien adalah infeksius, tidak membedakan apakah pasien tersebut berpenyakit menular atau tidak menular. Adapun kebijakan mengenai APD terlampir pada lampiran 6.

Gambar 6. Jarum Suntik dan Spuit Bekas Ditinggal di Kamar Pasien Sumber : Data Primer, 17 Maret 2012


(43)

commit to user

Berdasarkan gambar tersebut menunjukan bahwa masih ada perawat yang memiliki tindakan yang kurang baik karena meninggalkan jarum suntik bekas di kamar pasien, yang seharusnya jarum tersebut dibuang dan dimasukkan kedalam safety box khusus untuk sampah jarum suntik dan spuit yang sudah dijelaskan dalam SPO untuk pemisahan sampah medis benda tajam yang terlampir pada lampiran 7.

Gambar 7. Jarum Suntik Bekas Tergeletak di Lantai Sumber : Data Primer, 25 Maret 2012

Dari gambar tersebut menunjukan kecerobohan perawat karena meninggalkan jarum suntik bekas di lantai kamar pasien. Meskipun tugas untuk membersihkan ruangan adalah kewajiban petugas cleaning service, akan tetapi yang berkewajiban membuang sampah jarum suntik dan spuit bekas ke safety box adalah perawat sesuai dengan SPO pemisahan sampah medis benda tajam.


(44)

commit to user

Gambar 8. Perawat Meletakkan Linen Kotor di Lantai dan di Sembarang Tempat

Sumber : Data Primer, 2 Februari dan 17 Maret 2012

Dari gambar tersebut diketahui bahwa perawat meletakkan linen kotor di sembarang tempat. Seharusnya perawat tidak sembarangan dalam meletakkan linen kotor karena sudah disediakan troli khusus linen kotor. Linen kotor harus dimasukkan ke troli linen kotor sesuai dengan kebijakan tentang alur kerja pengelolaan linen yang terlampir pada lampiran 8. Kendala dalam penyediaan troli untuk linen kotor memang kurang besar akan tetapi hal tersebut dapat diantisipasi dengan memasukkan linen kotor tersebut kedalam kantong plastik warna kuning, bukan dengan meletakkan linen kotor tersebut di lantai ataupun di sembarang tempat.

Gambar 9. Tempat Sampah Flacon di Troli untuk Peralatan Makan Kotor Sumber : Data Primer, 17 Maret 2012


(45)

commit to user

Tempat sampah medis untuk flacon tidak seharusnya diletakkan di troli untuk peralatan makan kotor, tempat sampah tersebut seharusnya disimpan oleh perawat di counter perawat atau di gudang.

Gambar 10. Sampah Tidak Dipilah dengan Baik oleh Perawat Sumber : Data Primer, 17 Maret 2012

Berdasarkan gambar tersebut tindakan perawat dalam memilah sampah medis padat kurang baik. Terbukti bahwa sampah medis masih bercampur dengan sampah non medis seperti kardus, kertas koran, botol minuman, plastik, dan lain-lain. Seharusnya sampah flabot, botol kaca kecil dan botol kaca besar dipisahkan dengan sampah masker, hand scone, penutup kepala, kasa, dan pampers. Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk pengelolaan sampah flabot, selang infus, dan flacon terlampir pada lampiran 9.

Dari gambar tersebut terlihat pula tumpukan sampah yang penuh dan melebihi kapasitas tempat sampah, sedangkan dalam Kepmenakes RI No 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit untuk kantong plastik yang sudah terisi sebanyak 2/3 bagian maka harus segera di angkut ke tempat penampungan sementara.


(46)

commit to user

Gambar 11. Jarum Suntik dan Spuit Bekas tidak Dimasukan Kedalam Safety Box

Sumber : Data Primer, 21 Maret 2012

Sampah jarum suntik dan spuit seharusnya dimasukkan kedalam safety box oleh perawat. Apabila sampah jarum tersebut langsung dimasukkan ke kantong plastik akan berbahaya pada saat diangkut ke tempat penampungan sementara, apabila plastik sobek jarum dan spuit tersebut bisa tercecer saat pengangkutan serta dapat berpotensi tertusuk bagi petugas kebersihan maupun petugas sampah yang mengangkut.


(47)

commit to user 36 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Terdapat 98% dari 52 responden sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang K3.

2. Keseluruhan dari responden sudah mampu menyikapi dengan baik terhadap kebijakan dan program K3.

3. Dari hasil observasi langsung di lapangan masih ditemukan tindakan dari sebagian perawat yang belum baik.

4. Terdapat 25,5% responden memakai APD hanya bila diawasi oleh atasan. 46,2% responden mengalami kecelakaan kerja karena tidak berhati-hati.

B. Saran

1. Pemberian reward dan punishment sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran perawat akan pentingnya keselamatan saat bekerja.

2. Mensosialisasikan kepada perawat bahwa berperilaku aman saat bekerja sangat penting.

3. Melakukan inspeksi rutin untuk mengawasi dan mengevaluasi perilaku & kinerja perawat.

4. Perlu memperketat pengawasan terhadap pelaksanaan SPO untuk perawat.


(48)

commit to user

5. Penambahan aspek K3 dalam SPO untuk perawat yaitu dalam hal jenis-jenis APD yang harus digunakan di setiap pekerjaan seperti pada saat medikasi, memasang infus, perbed (mengganti sprei), dan lain-lain.


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Berdasarkan gambar tersebut menunjukan bahwa masih ada perawat yang memiliki tindakan yang kurang baik karena meninggalkan jarum suntik bekas di kamar pasien, yang seharusnya jarum tersebut dibuang

dan dimasukkan kedalam safety box khusus untuk sampah jarum suntik

dan spuit yang sudah dijelaskan dalam SPO untuk pemisahan sampah medis benda tajam yang terlampir pada lampiran 7.

Gambar 7. Jarum Suntik Bekas Tergeletak di Lantai Sumber : Data Primer, 25 Maret 2012

Dari gambar tersebut menunjukan kecerobohan perawat karena meninggalkan jarum suntik bekas di lantai kamar pasien. Meskipun tugas

untuk membersihkan ruangan adalah kewajiban petugas cleaning service,

akan tetapi yang berkewajiban membuang sampah jarum suntik dan spuit

bekas ke safety box adalah perawat sesuai dengan SPO pemisahan


(2)

commit to user

Gambar 8. Perawat Meletakkan Linen Kotor di Lantai dan di Sembarang

Tempat

Sumber : Data Primer, 2 Februari dan 17 Maret 2012

Dari gambar tersebut diketahui bahwa perawat meletakkan linen

kotor di sembarang tempat. Seharusnya perawat tidak sembarangan

dalam meletakkan linen kotor karena sudah disediakan troli khusus linen

kotor. Linen kotor harus dimasukkan ke troli linen kotor sesuai dengan

kebijakan tentang alur kerja pengelolaan linen yang terlampir pada

lampiran 8. Kendala dalam penyediaan troli untuk linen kotor memang

kurang besar akan tetapi hal tersebut dapat diantisipasi dengan

memasukkan linen kotor tersebut kedalam kantong plastik warna kuning,

bukan dengan meletakkan linen kotor tersebut di lantai ataupun di

sembarang tempat.

Gambar 9. Tempat Sampah Flacon di Troli untuk Peralatan Makan Kotor


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Tempat sampah medis untuk flacon tidak seharusnya diletakkan di

troli untuk peralatan makan kotor, tempat sampah tersebut seharusnya

disimpan oleh perawat di counter perawat atau di gudang.

Gambar 10. Sampah Tidak Dipilah dengan Baik oleh Perawat Sumber : Data Primer, 17 Maret 2012

Berdasarkan gambar tersebut tindakan perawat dalam memilah sampah medis padat kurang baik. Terbukti bahwa sampah medis masih bercampur dengan sampah non medis seperti kardus, kertas koran, botol

minuman, plastik, dan lain-lain. Seharusnya sampah flabot, botol kaca

kecil dan botol kaca besar dipisahkan dengan sampah masker, hand

scone, penutup kepala, kasa, dan pampers. Standar Prosedur Operasional

(SPO) untuk pengelolaan sampah flabot, selang infus, dan flacon

terlampir pada lampiran 9.

Dari gambar tersebut terlihat pula tumpukan sampah yang penuh dan melebihi kapasitas tempat sampah, sedangkan dalam Kepmenakes RI No 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit untuk kantong plastik yang sudah terisi sebanyak 2/3 bagian maka harus segera di angkut ke tempat penampungan sementara.


(4)

commit to user

Gambar 11. Jarum Suntik dan Spuit Bekas tidak Dimasukan Kedalam Safety Box

Sumber : Data Primer, 21 Maret 2012

Sampah jarum suntik dan spuit seharusnya dimasukkan kedalam safety box oleh perawat. Apabila sampah jarum tersebut langsung dimasukkan ke kantong plastik akan berbahaya pada saat diangkut ke tempat penampungan sementara, apabila plastik sobek jarum dan spuit tersebut bisa tercecer saat pengangkutan serta dapat berpotensi tertusuk bagi petugas kebersihan maupun petugas sampah yang mengangkut.


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 36

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Terdapat 98% dari 52 responden sudah memiliki pengetahuan yang baik

tentang K3.

2. Keseluruhan dari responden sudah mampu menyikapi dengan baik

terhadap kebijakan dan program K3.

3. Dari hasil observasi langsung di lapangan masih ditemukan tindakan dari

sebagian perawat yang belum baik.

4. Terdapat 25,5% responden memakai APD hanya bila diawasi oleh

atasan. 46,2% responden mengalami kecelakaan kerja karena tidak

berhati-hati.

B. Saran

1. Pemberian reward dan punishment sebagai salah satu cara untuk

meningkatkan kesadaran perawat akan pentingnya keselamatan saat bekerja.

2. Mensosialisasikan kepada perawat bahwa berperilaku aman saat bekerja

sangat penting.

3. Melakukan inspeksi rutin untuk mengawasi dan mengevaluasi perilaku &

kinerja perawat.

4. Perlu memperketat pengawasan terhadap pelaksanaan SPO untuk


(6)

commit to user

5. Penambahan aspek K3 dalam SPO untuk perawat yaitu dalam hal

jenis-jenis APD yang harus digunakan di setiap pekerjaan seperti pada saat medikasi, memasang infus, perbed (mengganti sprei), dan lain-lain.