UPAYA MENGEMBANGKAN MOTORIK HALUS MELALUI PERMAINAN MERONCE PADA ANAK KELOMPOK A Upaya Mengembangkan Motorik Halus Melalui Permainan Meronce Pada Anak Kelompok A Di TK Pertiwi Rejoso, Jogonalan, Klaten Tahun Pelajaran 2012/2013.

UPAYA MENGEMBANGKAN MOTORIK HALUS MELALUI
PERMAINAN MERONCE PADA ANAK KELOMPOK A
DI TK PERTIWI REJOSO, JOGONALAN, KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2012/2013

NASKAH PUBLIKASI
 
 
 
 
 
 

Oleh:
TUMIYEM
NIM. A53B111060
 
 
 

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2013


 

UPAYA MENGEMBANGKAN MOTORIK HALUS MELALUI
PERMAINAN MERONCE PADA ANAK KELOMPOK A
DI TK PERTIWI REJOSO, JOGONALAN, KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
 

TUMIYEM
NIM. A53B111060
ABSTRAK
 

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengembangan kemampuan motorik halus
anak di kelas A Taman Kanak-Kanak Pertiwi Rejoso, Jogonalan, Klaten tahun
2012/2013 melalui permainan meronce.Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi. Jumlah subjek penelitian adalah kelompok A TK Pertiwi Rejoso,
Jogonalan, Klaten tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 21 anak. Teknik
analisis data dilakukan dengan dua cara yaitu deskriptif komparatif, yaitu
membandingkan hasil dari kegiatan kondisi awal, hasil dari kegiatan siklus 1 dan
hasil dari kegiatan siklus 2, kemudian direfleksi dan analisis interaktif yaitu
menganalisis proses pembelajaran meronce menggunakan tiga tahap (1) reduksi
data, (2) sajian data, dan (3) penarikan simpulan/verifikasi. Hasil penelitian
berupa kesimpulan bahwa: (1) Melalui permainan meronce dapat
mengembangkan kemampuan motorik halus anak-anak kelompok A TK Pertiwi
Rejoso, Jogonalan, Klaten tahun 2012/2013. Hal ini dapat dilihat dari adanya
peningkatan kegiatan anak dari kondisi prasiklus ke siklus I lalu ke siklus II yaitu
adanya peningkatan sebesar 15,5% dari prasiklus ke siklus I yaitu dari 44%
menjadi 59,5%, dan peningkatan sebesar 24,9% dari dari kondisi siklus I 59,5%
menjadi 84,38% pada siklus II. (2) Permainan meronce dapat maksimal
dilaksanakan pada kelompok A TK Pertiwi Rejoso, Jogonalan KLaten tahun
2012/2013 dengan cara memberikan contoh secara berurutan tahap.

Kata kunci: Motorik Halus, Permainan Meronce
 


 


 

PENDAHULUAN
Perkembangan motorik adalah perkembangan dari unsur pengembangan
dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik berkembang dengan
kematangan syaraf dan otot. Perkembangan motorik meliputi motorik halus dan
motorik kasar. Motorik kasar merupakan gerakan tubuh yang menggunakan otot
besar, sedangkan motorik halus merupakan gerakan yang menggunakan otot-otot
halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan
untuk belajar dan berlatih.
Dari uraian tersebut dapat dimengerti bahwa agar anak dapat melakukan
gerakan menggunakan otot-otot besar dan otot-otot halus, maka anak sesering
mungkin diberikan kesempatan untuk belajar dan berlatih. Sebaliknya bila tidak
diberikan kesempatan untuk belajar dan berlatih, maka anak tidak bisa
berkembang secara optimal. Dengan diberikan kesempatan tersebut maka anak
akan dapat berkembang secara optimal. Melalui bermain akan terjadi stimulasi

pertumbuhan otot-ototnya. Seperti yang dijelaskan oleh Decaprio (2013: 21),
bahwa setiap anak dapat mencapai tahapan perkembangan motorik halus yang
optimal, asalkan mendapat stimulasi tepat dari guru serta lingkungan sekolahnya.
Permainan meronce merupakan sebagian dari bentuk aktivitas peningkatan
motorik halus, yaitu keterkaitan dengan rangsangan otak. Anak lahir dengan
kemampuan membuat / meronce, belajar menemukan dan mencipta, dengan
perkataan lain metafarma yaitu merujuk pada kegiatan mengubah sesuatu dari
keadaan materi dari makna yang satu ke keadaan bentuk yang lain.
Anak perlu dibiasakan untuk bergerak dan berpikir. Meronce benda
menjadi bentuk yang lain adalah membuat, menjelajah, belajar menemukan dan
mencipta. Sedikit anak yang menguasai kemampuan ini dan sedikit yang belajar
mengubah gagasan, pengetahuan dan pengalaman yang memiliki segudang
informasi berguna dan sumber daya terbarukan seumur hidup.
Pembelajaran mengembangkan motorik halus bagi anak di taman kanakkanak melalui permainan meronce merupakan salah satu strategi dalam upaya
meningkatkan kemampuan berpikir secara kognitif dan dapat menjadi alat bantu
dalam melukiskan proses kreatif dan dapat pula menjadi alat bantu untuk


 


menciptakan sesuatu yang dapat dipakai untuk membantu mengembangkan
motorik halus bagi anak. Meskipun penting perkembangan motorik halus tetapi
bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
Melihat kondisi anak di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Rejoso, Jogonalan
Klaten belum semua anak motorik halusnya berkembang dengan baik. Hal ini
disebabkan karena guru kurang memberikan kegiatan yang berhubungan dengan
kegiatan motorik halus, seperti: menyusun balok, membuat garis, menggunting
dan melipat kertas, melukis maupun meronce.
Dari hasil pengamatan awal dapat dijelaskan bahwa rata-rata kemampuan
anak dalam menyusun balok belum adalah 39,3%,

kemampuan anak dalam

membuat garis sudah mencapai 54,8%, kemampuan anak dalam membuat
lingkaran baru mencapai 42,9%, kemampuan anak dalam melipat kertas mencapai
36,9%, kemmapuan anak dalam memegang pensil sudah mencapai 58,3%,
kemampuan anak dalam memotong adonan dengan pisau mainan baru mencapai
40,5%, dan kemampuan anak dalam menggunting kertas adalah 35,7%.
Mengembangkan kemampuan motorik halus anak bukanlah pekerjaan
mudah, namun perlu pemilihan beberapa metode, strategi dan media yang sesuai

dengan lingkungan dan kondisi anak. Minimnya cara yang dapat dipakai guru
untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak dan alat peraga yang
kurang menarik menjadi salah satu penyebab rendahnya kemampuan motorik
halus anak TK Pertiwi Rejoso, Jogonalan, Klaten.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu strategi mengajar yang dapat
menggugah dan mengembangkan kemampuan motorik halus anak. Masalah
tersebut perlu dicari solusinya. Guru perlu

menguasai

metode-metode

pembelajaran agar guru dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak
secara maksimal. Atas dasar permasalahan tersebut maka guru disarankan untuk
mengganti metode yang digunakan dengan kegiatan meronce. Jika guru harus
membuat adaptasi yang sesuai bagi anak baik dari segi isi dan gaya mengajar,
maka pembelajaran menggunakan permainan meronce merupakan salah satu


 


strategi dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak khususnya
Taman Kanak-Kanak Pertiwi Rejoso, Jogonalan, Klaten.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu
penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan
subtansif, tindakan yang dilakukan dalam disiplin inquiri, atau suatu usaha untuk
memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan
dan perubahan (Hopkins dalam Sutama, 2010: 5). Kunandar (2008: 45),
menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah peneliian tindakan yang
dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas.
Menurut Mulyasa (2009: 34) menjelaskan bahwa PTK adalah suatu upaya yang
ditujukan untuk memperbaiki proses pembelajaran atau memecahkan masalah
yang dihadapi dalam pembelajaran.
Tujuan umum PTK adalah untuk mengadakan perbaikan atau peningkatan
mutu prkatik pembelajaran di kelas. Melalui PTK guru senantiasa memperbaiki
praktik pembelajaran di kelas berdasarkan pengalaman-pengalaman langsung
yang nyata dipandu dengan perluasan wawasan ilmu pengetahuan dan penguasaan

teoretik praktis pembelajaran.
Kunandar (2008: 51), lebih lanjut menjelaskan beberapa alas an PTK
menjadi salah satu pendekatan dalam memperbaiki mutu pembelajaran, yaitu: (1)
Merupakan pendekatan pemecahan masalah yang bukan sekedar trial and error,
(2)

Menganggap

masalah-masalah

faktual

yang

dihadapi

guru

dalam


pembelajaran, (3) Guru tidak perlu meninggalkan tugas utamanya yaitu mengajar,
(4)

Guru

sebagai

peneliti,

(5)

Mengembangkan

iklim

akademik

dan

profesionalisme guru, (6) Dapat segera dilaksanakan pada saat muncul kebutuhan

(6) Dilaksanakan dengan tujuan perbaikan, (7) Murah biayanya, (8) Analisis data
seketika dan tidak rumit, dan (9) Manfaat jelas dan langsung.


 

Setting Penelitian
Penelitian tindakan ini dilakukan di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Rejoso,
yang terletak di Desa Rejoso, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten. Penulis
memilih tempat penelitian ini dengan alasan: (a) Penulis merupakan pengajar di
sekolah tersebut sehingga memudahkan untuk mendapatkan data yang akurat, (b)
Lokasi penelitian dekat dengan tempat tinggal penulis sehingga menghemat biaya
dan tenaga serta memudahkan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam
penelitian.
Tindakan dilakukan selama tiga bulan, yaitu mulai bulan Mei 2013 hingga
Juli 2013, yang dimulai dari perencanaan/penyusunan proposal, pelaksanaan
tindakan, pembahasan dan penyusunan laporan penelitian tindakan kelas.
Subjek Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek penelitian adalah
guru/peneliti, kolaborator, dan semua anak kelompok A TK Taman Kanak-Kanak

Pertiwi Rejoso, Jogonalan, Klaten tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 21
anak dengan rincian perempuan 11 anak dan laki-laki 10 anak.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian menggunakan langkah sebagai berikut (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan (4) refleksi.
Jenis Data dan Sumber Data
Data kuantitatif adalah data yang berujud angka-angka yang diperoleh
sebagai hasil pengukuran atau penjumlahan, sedangkan data kualitatif adalah data
yang tidak berbentuk angka dan biasanya berupa data verbal yang diperoleh dari
pengamatan, wawancara, atau bahan tertulis (Nurgiyantoro, 2002: 27). Dalam
penelitian ini data kualitatif diperoleh dari hasil kegiatan meronce manik-manik
dan atau daun nangka dan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran
menggunakan permainan meronce anak TK Pertiwi Rejoso, Jogonalan, Klaten.
Sumber data adalah (1) guru yang menerapkan pembelajaran menggunakan
permanan meronce dan (2) anak-anak kelompok A TK Pertiwi Rejoso, Jogonalan
yang belajar menggunakan manik-manik, merjan dan atau daun nangka untuk
dironce.


 

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1)
Observasi, yang dilakukan secara langsung terhadap subjek penelitian. Observasi
dilakukan pada saat proses pembelajaran motorik halus menggunakan permainan
meronce. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak dan guru selama proses
tindakan diamati dan dicatat secara cermat. (2) Wawancara, yaitu adalah suatu
percakapan, tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan
secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu (Kartono, 1990: 187).
Wawancara dalam penilian ini sebagai pelengkap metode observasi. Wawancara
dilakukan terhadap kepala sekolah, teman sejawat dan orang tua anak. (3) Catatan
Lapangan, yang merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif,
dalam hal ini catatan lapangan digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian
penting yang muncul pada saat pembelajaran berlangsung. Model catatan
lapangan dalam penelitian ini adalah catatan pengalaman yang dilakukan oleh
peneliti dan guru. Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2002: 153),
catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dan
dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi data dalam penelitian. (4)
Dokumentasi, yaitu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,
agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002:206). Dokumen-dokumen yang berisi
data yang dibutuhkan meliputi buku-buku yang relevan dengan judul penelitian.
Teknik Analisis Data
1. Deskriptif Komparatif
Teknik analisis data menggunakan metode deskriptif komparatif yaitu
membandingkan hasil dari kegiatan kondisi awal, hasil dari kegiatan siklus 1 dan
hasil dari kegiatan siklus 2, kemudian direfleksi.. Sebelum dilakukan analisis, ada
beberapa tahap yang harus dilakukan sebagai berikut : (a) Menjumlahkan skor
yang dicapai anak pada setiap butir amatan hingga tujuh indikator yang telah
direncanakan. (b) Membuat tabulasi skor observasi peningkatan kemampuan
motorik halus melalui permainan meronce dari nomor, nama anak, butir amatan,
jumlah skor, dan prosentase. (c) Menghitung nilai menggunakan prosentase, (d)


 

Membandingkan hasil prosentase pencapaikan pada setiap anak dengan
prosentase keberhasilan pada setiap siklus yang telah ditentukan peneliti.
2. Analisis Interaktif
Untuk menganalisis proses pembelajaran meronce menggunakan Proses
analisis interaktif yang meliputi: reduksi data, sajian data, dan penarikan
simpulan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Refleksi Awal
Pembelajaran motorik halus pada kondisi awal dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 27 Mei 2013, dari hasil pengamatan peneliti tampak bahwa anak. kurang
semangat dalam belajar. Anak belajar dengan mendengarkan ceramah guru sambil
bercerita sendiri atau bermain dengan temannya, dan kurang memperhatikan
penjelasan guru. Ketika guru meminta anak untuk untuk menyusun balok, ternyata
sedikit sekali anak yang mampu menyusun sendiri dengan benar, juga ketiga guru
meminta anak untuk membuat garis dan lingkaran di papan tulis, tampak banyak
anak yang tidak berani ke depan kelas untuk membuat garis. Masih ada beberapa
anak yang menyusun balok belum menjadi berbagai bentuk yang menarik dan
unik. Dalam membuat garis atau lingkaran belum sempurna, apalagi menggunting
gambar yang ia senangi dan melipat juga belum sempurna. Belum semua anak
dapat memegang pensil dengan benar. Masih ada beberapa anak yang belum dapat
memotong adonan dengan pisau mainan dengan benar.
Pada pembelajaran awal, anak belajar dengan mendengarkan ceramah guru
sambil

bercerita sendiri

atau bermain

dengan

temannya,

dan

kurang

memperhatikan penjelasan guru. Ketika guru meminta anak untuk untuk
menyusun balok, ternyata sedikit sekali anak yang mampu mneyusun sendiri
dengan benar, juga ketiga guru meminta anak untuk membuat garis dan lingkaran
di papan tulis, tampak banyak anak yang tidak berani ke depan kelas untuk
membuat garis. Dari hasil pengamatan awal dapat dijelaskan bahwa rata-rata
kemampuan anak dalam menyusun balok belum adalah 39,3%, kemampuan anak
dalam membuat garis sudah mencapai 54,8%, kemampuan anak dalam membuat
lingkaran baru mencapai 42,9%, kemampuan anak dalam melipat kertas mencapai


 

36,9%, kemampuan anak dalam memegang pensil sudah mencapai 58,3%,
kemampuan anak dalam memotong adonan baru mencapai 40,5%, dan rata-rata
kemampuan anak dalam menggunting kertas adalah 35,7% dari semua itu
diperoleh rata-rata 44%.
2. Hasil Siklus I
Pembelajaran pada siklus I dapat dijelaskan bahwa keberanian anak dalam
memegang dan memasukkan benang benang mulai tampak tapi masih perlu
bantuan guru. Sudah ada anak yang mampu memasukkan benang nilon kedalam
lobang merjan dengan sedikit bantaun dari guru. Juga sudah ada anak yang
mampu mengaitkan lidi pada daun nangka dengan sedikit bantuan guru. Sudah
ada beberapa anak yang mampu membuat gelang dari manik-manik dengan
sedikit bantuan guru, bahkan ada satu anak yang telah mampu membuat gelang
tanpa bantuan guru. Dalam membuat mahkota dari daun nangka, ternyata anakanak rata-rata hanya perlu sedikit bantuan guru.
Penerapan pembelajaran motorik halus melalu permainan meronce mampu
mengubah model pembelajaran dari teacher centre (berpusat pada guru) menjadi
student centre (berpusat pada anak). Penerapan pembelajaran motorik halus
melalu permainan meronce mengurangi peran guru dalam menjelaskan materi dan
memberi contoh kegiatan. Pengetahuan guru tentang metode dalam mengajar
menjadi bertambah.
3. Hasil Siklus II
Pembelajaran motorik halus pada siklus II dapat dijelaskan bahwa terdapat
57% atau 12 anak sudah mampu memasukkan benang senar ke lobang manikmanik dengan sedikit bantuan dan 38% atau 8 anak dengan usaha sendiri.
Terdapat 57% atau 12 anak yang mampu memasukkan benang nilon ke dalam
lobang merjan dengan sedikit bantuan dan 43% atau 9 melakukan sendiri dengan
tepat. Terdapat 71% atau 15 anak yang mampu mengaitkan lidi pada daun nangka
dengan sedikit bantuan dan 5 anak melakukan sendiri dengan benar. Terdapat
43% atau 9 anak yang mampu menggulung kertas menjadi bahan roncean
dengnan sedikit bantuan dan 11 anak melakukan sendiri dengan benar. Terdapat
57% atau 12 anak mampu meronce manik-manik menjadi gelang dengan sedikit


 

bantuan dan 33% atau 7 anak mampu melakukan sendiri dengan benar. Terdapat
52% atau 11 anak mampu meronce potongan kertas menjadi rantai dengan sedikit
bantuan dan 43% atau 9 anak mampu melakukan sendiri dengan benar. Terdapat
52% atau 11 anak mampu membuat mahkota dari daun nangka dengan sedikit
bantuan dan 48% atau 10 anak, membuat sendiri mahkota daun nangka. Terdapat
38% atau 8 anak mampu menyimpulkan tali dnegan sedikit bantuan dan 52% atau
11 anak mampu menyimpulkan tali sendiri.
Disadari oleh guru dan teman sejawat bahwa penerapan pembelajaran
motorik halus melalui permainan meronce dapat membantu anak mampu
mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit dan
melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu bentuk dengan
menggunakan berbagai media. Sama seperti apa yang telah diteliti oleh Ni Wayan
Nuriyani dan Tanti Darmastuti bahwa dengan teknik meronce dapat meningkatkan
motorik halus anak.
Pembelajaran motorik halus menggunakan permainan meronce dari siklus I
hingga siklus II terjadi kenaikan sebesar 24,9% yaitu dari 59,5% menjadi 84,38%
pada siklus II.
SIMPULAN
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Melalui permainan meronce dapat
mengembangkan kemampuan motorik halus anak-anak kelompok A TK Pertiwi
Rejoso, Jogonalan, Klaten tahun 2012/2013. Hal ini dapat dilihat dari adanya
peningkatan kegiatan anak dimana pada kondisi awal rata-rata presentase kegiatan
anak yang berkaitan dengan motorik halus adalah 44%, setelah dilakukan
pembelajaran dengan permainan meronce terjadi peningkatan kemampuan
motorik halus anak sebesar 24,9% dari kondisi siklus I sebesar 59,5% menjadi
84,38% pada siklus II. (2) Permainan meronce dapat maksimal dilaksanakan pada
kelompok A TK Pertiwi Rejoso, Jogonalan Klaten tahun 2012/2013 dengan cara
memberikan contoh secara berurutan tahap


 

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas: Bumi Aksara.
Decaprio, Richard. 2013. Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik di Sekolah.
Yogyakarta: DIVA Press.
Kartono, Kartini. 1990. Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju.
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Peneliian Tindakan Kelas,
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

sebagai

Moelong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Posda Karya.
Mulyasa. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nurgiyantoro, dkk. 2002. Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial.
Yogyakarta: UGM Press.
Sutama dan Main Sufanti.2010. PTK dan Karya Ilmiah. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.

10 
 

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KEGIATAN MERONCE DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI TK AT-TAQWA LAMPUNG TENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015

23 160 68

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL KUCING-KUCINGAN PADA ANAK KELOMPOK B TK RT 17 KEJURON KOTA MADIUN Indrawati TK RT 17 KEJURON

0 3 10

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan Sunda Manda Pada Kelompok B TK Dharma Wanita Kelun Mariyati TK Dharma Wanita Kelun

0 1 8

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN GOBAK SODOR ANAK KELOMPOK B TK DHARMA WANITA DEMANGAN

1 3 9

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PERMAINAN EGRANG BATHOK KELAPA PADA ANAK KELOMPOK B TK KARTIKA IV-15

1 4 10

Kemampuan Motorik Halus Anak Dalam Membuat Mainan (Realia) Dengan Teknik Menggunting, Melipat dan Menempel Melalui Metode Demontrasi di Kelompok B TK Bina Insan II Barabai Tahun Pelajaran 20162017

1 9 6

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Dalam Membuat Kolase Menggunakan Metode Demonstrasi Pada Kelompok A TK Nurrahman Kecamatan Labuan Amas Selatan

0 1 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Lompat Tali pada Kelompok A di TK Kanisius Gendongan Salatiga

0 1 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Lompat Tali pada Kelompok A di TK Kanisius Gendongan Salatiga

0 0 7

PENGARUH PERMAINAN EDUKATIF MERONCE TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DALAM MERONCE PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG

0 1 6