PEMANFAATAN HASIL PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BERWIRAUSAHA : Studi Deskriptif terhadap Peserta Pelatihan Usaha Budidaya Jamur Tiram Desa Kertawangi Kecamatan Cisarua.

(1)

PEMANFAATAN HASIL PELATIHAN BUDIDAYA

JAMUR TIRAM DALAM MENGEMBANGKAN

KEMANDIRIAN BERWIRAUSAHA

(Studi Deskriptif terhadap Peserta Pelatihan Usaha Budidaya Jamur Tiram Desa Kertawangi Kecamatan Cisarua)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

oleh

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro (1006374)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

PEMANFAATAN HASIL PELATIHAN BUDIDAYA

JAMUR TIRAM DALAM MENGEMBANGKAN

KEMANDIRIAN BERWIRAUSAHA

(Studi Deskriptif terhadap Peserta Pelatihan Usaha Budidaya

Jamur Tiram Desa Kertawangi Kecamatan Cisarua)

Oleh

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Muhamad Kuncoro Hadi Saputro 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Abstrak... i

Kata Pengantar... ii

Ucapan Terima Kasih... iii

Daftar Isi... iv

Daftar Tabel... vi

Daftar Lampiran... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Struktur Organisasi Penelitian... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemandirian Berwirausaha... 9

1. Pengertian Berwirausaha... 9

2. Kemandirian Berwirausaha... 10

3. Manfaat Berwirausaha... 13

4. Motivasi Berwirausaha... 14

5. Berwirausaha Sebagai Upaya Mewujudkan Pemberdayaan... 16

B. Konsep Pelatihan dan Pemanfaatan Hasil Pelatihan... 18

1. Pengertian Pelatihan... 18

2. Manfaat Pelatihan dan Pemanfaatan Hasil Pelatihan... 20

3. Jenis dan Metode Pelatihan... 23

4. Tahapan Dalam Pelatihan... 24

5. Evaluasi Dalam Pelatihan... 26

6. Pelatihan Budidaya Jamur Tiram... 27

7. Pelatihan Sebagai Satuan Pendidikan Nonformal... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian... 32


(5)

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

1. Lokasi Penelitian... 32

2. Subjek Penelitian... 32

B. Desain Penelitian... 32

C. Metode Penelitian... 33

D. Definisi Operasional... 34

E. Instrumen Penelitian... 35

F. Teknik Pengumpulan Data... 35

G. Analisis Data... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 39

1. Gambaran Umum... 39

2. Deskripsi Hasil Penelitian... 40

a. KemampuanPeserta Pelatihan Dalam MemanfaatkanHasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram... 40

b. MotivasiPeserta Pelatihan Dalam Memanfaatkan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram... 45

c. Faktor Pendorong Dan Penghambat Yang Dihadapi Dalam Memanfaatkan Hasil Pelatihan... 55

B. Pembahasan... 64

1. KemampuanPeserta Pelatihan Dalam MemanfaatkanHasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram... 64

2. MotivasiPeserta Pelatihan Dalam Memanfaatkan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram... 66

3. Faktor Pendorong Dan Penghambat Yang Dihadapi Dalam Memanfaatkan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram... 71

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 76

B. Saran... 77 Daftar Pustaka


(6)

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha


(7)

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Pelatihan budidaya jamur tiram merupakan upaya memfasilitasi peserta pelatihan agar dapat mengembangkan kemandirian berwirausahanya dengan cara diberikan pengetahuan dan keterampilan. Melalui pelatihan budidaya jamur tiram, diharapkan peserta pelatihan dapat memanfaatkan hasil pelatihan untuk dapat memenuhi kebutuhannya melalui berwirausaha. Untuk itu dilakukan penelitian dengan tujuan: 1) mengidentifikasi kemampuan peserta pelatihan dalam memanfaatkan peluang usaha, 2) memperoleh gambaran motivasi peserta pelatihan dalam memanfaatkan hasil pelatihan budidaya jamur tiram, dan 3) menganalisis faktor pendorong dan faktor penghambat yang dihadapi dalam mengembangkan usaha budidaya jamur tiram. Landasan teori yang menjadi desain dalam pengembangan instrumen penelitian yakni konsep kemandirian dan motivasi berwirausaha, konsep pemanfaatan pelatihan, konsep budidaya jamur tiram dan konsep pelatihan sebagai satuan pendidikan nonformal. Dalam penyusunan skripsi peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, metode penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara semiterstruktur dan observasi partisipasi pasif dengan subjek penelitian adalah peserta pelatihan budidaya jamur tiram di rukun warga 01 Desa Kertawangi Kecamatan Cisarua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Peserta pelatihan belum dapat memanfaatkan hasil pelatihan budidaya jamur tiram. Hal ini ditunjukkan dengan keadaan peserta pelatihan yang belum mampu mengaplikasikan secara optimal peningkatan pengetahuan dan pengembangan sikap selama menjalankan ussaha budidaya jamur tiram. 2) Motivasi peserta untuk memanfaatkan hasil pelatihan karena adanya dorongan untuk mencapai kepuasan dari diri peserta pelatihan dan terdapat motivasi eksternal yang mempengaruhi kinerja peserta pelatihan dalam menjalankan usaha budidaya jamur tiram. 3) Faktor pendorong usaha budidaya jamur tiram adalah tersedianya potensi alam sebagai bahan membuat media tanam, modal, dan permintaan jamur tiram yang tidak pernah sepi dari pasaran. Sedangkan faktor penghambatnya adalah lahan, teknologi, dan dukungan dari pemerintah.

Kata Kunci: Pemanfaatan Hasil Pelatihan, Budidaya Jamur Tiram, Kemandirian Berwirausaha


(8)

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Oyster mushroom cultivation training is an effort to facilitate the trainees in order to develop the independence of entrepreneurship in a way given the knowledge and skills. Through the oyster mushroom cultivation training, the trainees are expected to be able to use the results of training to be able to meet their needs through entrepreneurship. This study aims to: 1) identify the trainee's ability to utilize the results of training, 2) obtain a trainee motivation in the use of oyster mushroom cultivation training results, and 3) analyze the factors driving and inhibiting factors encountered in developing the cultivation of oyster mushroom. The foundation of the theory into the design in the development of research instruments are the concept of self-reliance and entrepreneurship motivation, the concept of utilization of training, the concept of oyster mushroom cultivation and concepts of training as non-formal education unit. In this study, researcher used a qualitative approach, the descriptive research method. Techniques of data collection using semi-structured interviews and passive participation observation, research subjects were oyster mushroom cultivation training participants in 01 neighborhoods Kertawangi Village District of Cisarua. The results of study showed that: 1) The trainees have not been able to use the results of oyster mushroom cultivation training. This is indicated by the state of the trainees who have not been able to apply the optimal increase in knowledge and attitude development during the run ussaha oyster mushroom cultivation. 2) Motivation of the participants to utilize the results of training because of the drive to achieve self-satisfaction of trainees and extrinsic motivation are affecting the performance of trainees in performing oyster mushroom cultivation. 3) The driving factors for the cultivation of oyster mushroom is the availability of natural potential as a material made growing medium, capital, and demand for oyster mushrooms that never deserted from the market. While inhibiting factor is land, technology, and support from the government.

Key Word: Utilization of training, Oyster mushroom cultivation, Independence of entrepreneurship


(9)

1 Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini setiap individu dituntut dapat mengembangkan diri, baik hard

skill maupun soft skill agar dapat bersaing dan bertahan dalam pergerakkan zaman

yang semakin maju. Namun pada kenyataannya masih banyak individu yang kurang dapat memanfaatkan potensi dirinya dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan. Salah satu dampaknya adalah meningkatkanya angka pengangguran. Pada tahun 2013 secara nasional BPS mencatat jumlah pengangguran terbuka adalah 7,39 juta orang dan angka pengangguran di Jawa Barat pun meningkat dalam setahun terakhir, dari 9.08 persen pada 2012 menjadi 9.22 persen atau mencapai 1,87 juta orang (Afriyadi, 2014). Fenomena ini menjadi tantangan bagi pemerintah dan masyarakat untuk memikirkan bagaimana dapat menciptakan lapangan kerja baru yang dapat menampung karyawan, tidak lagi berpikir untuk mempersiapkan diri menjadi calon karyawan yang mencari pekerjaan.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan warganya. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki komoditi pertanian yang sangat beragam. Salah satunya ada di komoditas hortikultura, yang saat ini sangat diminati dan mulai digemari adalah jamur tiram (Putranto, 2012, hlm. 13). Berdasarkan keterangan dari Dinas Pertanian Tanaman Provinsi Jawa Barat (2012), produksi jamur meningkat dari 120.007 kg pada tahun 2011 menjadi 295.668 kg pada tahun 2012. Penjelasan tersebut menggambarkan bahwa jamur merupakan salah satu potensi yang dapat dimanfaatkan untuk pemberdayaan ekonomi yang ada di Jawa Barat.

Jamur tiram merupakan jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya (Djarijah, 2001, hlm, 9). Jamur memiliki syarat tumbuh dengan suhu 16-22°C dan kelembaban 80-90


(10)

2

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Jawa Barat merupakan sentra jamur yang berada di daerah dataran tinggi seperti Lembang, Cisarua, Pangalengan, dan Cipanas, daerah ini merupakan daerah yang sangat ideal untuk tumbuhan jamur tiram (Putranto, 2012, hlm. 3). Selain kandungan nutrisinya, jamur tiram juga dapat dijadikan sebagai produk makanan sehingga banyak peluang usaha dengan bahan dasar jamur tiram. Sejalan dengan analisis yang dilakukan oleh AgroMedia mengenai usaha jamur tiram untuk rumah produksi jamur (kumbung) berukuran 6 x 6 meter dengan bibit 2.500 baglogs (media tumbuh). Disebutkan bahwa hasil penjualan hampir dua kali biaya yang dikeluarkan dengan keuntungan hampir 100% (Nurjaya, 2010). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa usaha jamur sangat layak dilakukan.

Berwirausaha merupakan alternatif bagi masyarakat untuk mencapai kesejahteraan dan menjawab tantangan mengenai meningkatnya angka pengangguran. Dengan berwirausaha maka individu tersebut harus siap untuk mandiri. Berwirausaha menurut Drucker (2002) (dalam Yunal & Indriyani, 2013, hlm. 1) merupakan kegiatan menghasilkan sesuatu yang baru, berpikir secara kreatif dan bertindak inovatif dalam mencapai suatu peluang. Sedangkan menurut Watson dan Lindgren (1973) (dalam Beyyers &Goossens, 1999) menyatakan bahwa kemandirian (autonomy) ialah kebebasan untuk mengambil inisiatif, mengatasi hambatan, gigih dalam usaha, dan melakukan sendiri segala sesuatu tanpa bantuan orang lain. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa kemandirian berwirausaha adalah suatu sikap yang mengutamakan kemampuan diri sendiri, baik dalam berkreasi, berinovasi, dan dalam mengatasi berbagai masalah demi mencapai satu tujuan, tanpa menutup diri terhadap berbagai kemungkinan kerjasama yang saling menguntungkan.

Pembudidayaan jamur tiram dapat menggunakan media yang sederhana, terjangkau, dan dapat direkayasa sendiri. Meskipun proses pembudidayaan jamur tiram mudah, tetapi pada kenyataannya tidak semua orang dapat menjadikan jamur tiram sebagai sumber daya alam yang dapat dibudidayakan. Jika dilihat dari potensi sumber daya alam yang ada di Indonesia dan khususnya di Jawa Barat, tingkat pengangguran dapat diminimalisir, meskipun jumlah pencari kerja lebih besar dari peluang kerja dan latar belakang pendidikan rendah. Namun,


(11)

3

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

pengolahan sumber daya alam mempersyaratkan ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten. Sumber daya manusia yang kompeten akan memberikan nilai tambah sebagai tolak ukur keberhasilan usaha. Karena sumber daya manusia yang akan menjadikan sumber daya lainnya menjadi bernilai, bahkan memiliki nilai jual. Jadi semakin baik kualitas sumber daya manusia yang ada maka produktivitas akan meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat para peneliti dan teoritisi bahwa aset sumber daya manusia dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif yang berkelanjutan karena aset-aset manusia tersebut mempunyai kompleksitas sosial yang sulit ditiru oleh para pesaing (Abidin, 2012, hlm. 2).

Sumber daya manusia yang berkualifikasi menurut kebutuhan dapat diperoleh melalui program pelatihan. Melalui pelatihan individu dapat dibimbing untuk melihat potensi sumber daya alam yang ada, yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraannya dan diberikan arahan, langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk memulai berwirausaha sesuai dengan potensi sumber daya alam yang akan diolah. Najma (2013) dalam artikelnya menyebutkan bahwa keuntungan dari mengikuti pelatihan budidaya jamur tiram telah dirasakan oleh warga Kecamatan Todanan, Blora, Jawa Tengah yang diadakan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) pada September 2013. Pelatihan dilaksanakan di Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) "Upat-Upat Bumi" di Kecamatan Todanan, Blora, Jawa Tengah. Peserta pelatihan terdiri dari anggota karang taruna dan ibu-ibu di sekitar PKBM. Jumlah peserta berkisar 20 orang. Menurut pendapat anggota pelatihan, pelatihan budidaya jamur tiram memberikan pengalaman dan menambah kreativitas bagi masyarakat di lodanan, selain itu kegiatan ini bisa membuat masyarakat menjadi lebih aktif dalam berkarya dan kreatif.

Pelatihan budidaya jamur tiram merupakan stimulan terhadap peserta pelatihan untuk mencoba mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan yang diberikan selama pelatihan dengan tujuan dapat memberdayakan diri sendiri dan masyarakat sekitar. Partisipan pelatihan budidaya jamur tiram yang mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan yang didapat selama pelatihan akan menciptakan lapangan pekerjaan baru sehingga dapat mengurangi angka pengangguran di lingkungan sekitarnya, sejalan dengan tujuan dari bidang usaha


(12)

4

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

ekonomi pada Badan Pemberdayaan Masyarakat adalah pemberian bantuan stimulan untuk menunjang masyarakat yang kurang beruntung, guna peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat dan mengurangi angka kemiskinan dengan memberikan pelatihan di bidang sosial maupun keterampilan kepada masyarakat (Kurniawati, dkk., 2011, hlm. 9-10). Dengan kata lain, partisipan diharapkan dapat mengembangkan kemandirian berwirausaha.

Pelatihan budidaya jamur tiram yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Barat diikuti oleh 80 peserta pelatihan dari tiga kecamatan. Dari Desa Kertawangi enam belas orang yang mengikuti pelatihan dan hanya empat orang yang mengaplikasikan pelatihan usaha budidaya jamur tiram. Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Barat menyelenggarakan pelatihan budidaya jamur tiram dilatarbelakangi karena jamur tiram sebagai sumber daya alam yang potensial di Kabupaten Bandung Barat dengan tujuan tidak hanya dapat memenuhi permintaan pasar, tetapi juga diharapkan dapat membantu menambah penghasilan bagi masyarakat Kabupaten Bandung Barat dan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang membutuhkan pekerjaan. Pelatihan budidaya jamur tiram dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi yang secara simultan didukung dengan kegiatan demonstrasi dari mulai pembuatan media tanam (baglog) sampai pada bagaimana membuat kumbung yang baik beserta dengan syarat-syarat perawatannya. Sebelumnya, peserta pelatihan juga diberikan buku panduan budidaya jamur tiram. Selain membahas mengenai budidaya jamur tiram, peserta pelatihan diberikan motivasi secara langsung maupun melalui fenomena-fenomena keberhasilan budidaya jamur tiram.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada hari Minggu, 13 April 2014 dengan ketua karang taruna Desa Kertawangi, bahwa peserta pelatihan budidaya jamur tiram Desa Kertawangi mencoba mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama pelatihan, dengan empat pekerja dan dalam skala kecil. Menurut pengakuan ketua karang taruna, hasil budidaya jamur tiram kurang mencapai target baik secara profit maupun benefit. Idealnya, usaha budidaya jamur tiram dapat memberdayakan masyarakat secara profit dan benefit. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Aminatun (2007) yang dilaksanakan di


(13)

5

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Sanggar Anak Alam, Kasihan, Bantul dengan kelompok sasaran wakil-wakil dari kelompok ibu-ibu PKK, kelompok karang taruna, petani, dan pedagang. Jumlah peserta ada dua puluh tiga orang dari Sanggar Anak Alam dan lima orang anggota pengabdi. Hasil penelitian menyatakan bahwa setelah mengikuti pelatihan budidaya jamur tiram peserta dapat melakukan budidaya jamur tiram dengan sistem susun dan memasarkannya sendiri. Usaha budidaya jamur tiram tersebut berkelanjutan dan melalui budidaya jamur tiram terbukti dapat memberikan tambahan hasil atau pendapatan.

Kewirausahaan di Indonesia merupakan basis ekonomi rakyat, jika wirausaha tidak berkembang, tidak hanya menghambat pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menambah angka pengangguran. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator adanya pemberdayaan. Seperti yang dikemukakan oleh Chambers (dalam Hiryanto, 2008, hlm. 1) menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial yakni bersifat people-centered, participatory, empowering and sustainable. Demikian pula yang terjadi di Desa Kertawangi Kecamatan Cisarua, usaha budidaya jamur tiram merupakan upaya pemberdayaan masyarakat, yang dimulai dengan mengikuti pelatihan budidaya jamur tiram.

Penelitian ini akan mengkaji mengenai hasil pelatihan budidaya jamur tiram dalam peningkatan kemandirian berwirausaha. Pelatihan merupakan satuan pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh pendidikan nonformal sebagai integrasi antara belajar dan bekerja, baik dalam bidang industri, perdagangan, maupun jasa. Maksud dari pelatihan secara luas adalah agar peserta pelatihan menjadi berdaya. Ruang lingkup Pendidikan Nonformal diantaranya adalah pemberdayaan masyarakat karena adanya Pendidikan Nonformal bertujuan untuk mengembangkan penguasaan pengetahuan, keterampilan, serta sikap sehingga dapat mengoptimalkan potensi warga belajar. Dengan kata lain, melalui Pendidikan Nonformal maka diharapkan masyarakat memiliki daya atau kemampuan untuk hidup layak seperti masyarakat lainnya. Oleh karena itu, melalui pelatihan budidaya jamur tiram yang diikuti dan usaha budidaya jamur tiram dijalankan, diharapkan pembudidaya dapat mandiri dan berkemampuan


(14)

6

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

untuk mewujudkan kehidupan yang layak. Namun pada kenyataannya, masih ada kesenjangan antara kemampuan sumber daya manusia dengan sumber daya alam yang diolah selama menjalankan usaha budidaya jamur tiram yang berdampak pada hasil budidaya jamur tiram baik secara kuantitas maupun kualitas. Dengan demikian, peneliti melakukan penelitian mengenai bagaimana peserta pelatihan memanfaatkan hasil pelatihan budidaya jamur tiram dalam mengembangkan kemandirian berwirausaha.

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

Berwirausaha merupakan salah satu upaya untuk menjawab masalah kesenjangan ekonomi yang terjadi karena kewirausahaan merupakan salah satu jalan untuk pemenuhan aspek kesejahteraan, yang ditandai dengan adanya peningkatan keuntungan, yang seringkalidiukur dari hasil finansial bagi pengusahanya (Priatna, 2010, hlm. 1). Tetapi pada kenyataannya masih banyak usia angkatan kerja yang enggan untuk berwirausaha karena berbagai alasan, diantaranya kurangnya pengetahuan dan keterampilan untuk berwirausaha.

Merujuk pada latar belakang, identifikasi masalah yang ditemukan adalah: 1. Dari enam belas peserta pelatihan budidaya jamur tiram, hanya empat orang

yang telah menerapkan keterampilan yang diperoleh dari hasil kegiatan pelatihan.

2. Peserta pelatihan yang membuat media tanam kurang dapat berkomunikasi dengan peserta pelatihan sebagai pemanen dikarenakan lokasi yang berbeda serta jarak yang cukup jauh.

3. Tidak ada produk unggulan lain yang dikembangkan peserta pelatihansetelah mengikuti pelatihan budidaya jamur tiram melainkan hanya jamur tiram. 4. Tidak adanya pemantauan dari pemerintah menyebabkan usaha ini tidak

berkembang.

5. Peserta pelatihan belum mengimplementasikan teknik budidaya jamur tiram yang direkomendasikan selama pelatihan budidaya jamur tiram.


(15)

7

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Dari identifikasi masalah yang ditemukan maka rumusan masalahnya adalah “Bagaimana Peserta Memanfaatkan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram

Dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha”.

Berdasarkan permasalahan di atas dapat dimunculkan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan peserta dalam memanfaatkan hasil pelatihan budidaya jamur tiram?

2. Bagaimana motivasi peserta pelatihan dalam memanfaatkan hasil pelatihan budidaya jamur tiram?

3. Bagaimana faktor pendorong dan penghambat yang dihadapi dalam mengembangkan usaha budidaya jamur tiram?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengidentifikasi kemampuan peserta dalam memanfaatkan hasil pelatihan budidaya jamur tiram.

2. Untuk memperoleh gambaran motivasi peserta pelatihan dalam memanfaatkan hasil pelatihan budidaya jamur tiram.

3. Untuk menganalisis faktor pendorong dan faktor penghambat yang dihadapi dalam mengembangkan usaha budidaya jamur tiram.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu Pendidikan Luar Sekolah serta memberikan masukan dan informasi di lapangan.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini peneliti akan memperkaya diri dengan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru.


(16)

8

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

b. Bagi Lembaga

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan berbagai program, diantaranya program penyelenggaraan pelatihan, khususnya dalam program budidaya jamur tiram.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Merujuk pada pedoman penulisan karya tulis ilmiah (2013, hlm. 20) penelitian ini dituliskan dalam lima bab. Bab I membahas mengenai latar belakang, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur penulisan skripsi.

Bab II memaparkan mengenai kajian pustaka dan kerangka pemikiran. Bab III membahas mengenai metode penelitian yang mencakup lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian dan justifikasi penggunaan metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

Bab IV merupakan bab yang berisi hasil penelitian, meliputi penjelasan mengenai efektivitas pelatihan budidaya jamur tiram untuk meningkatkan kemandirian berwirausaha.

Bab V merupakan bab penutup berisi kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian.


(17)

32 Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah RW 01 Desa Kertawangi Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat.

Alasan peneliti melakukan penelitian di RW 01 Desa Kertawangi Kecamatan Cisarua karena di lokasi ini terdapat usaha budidaya jamur tiram yang baru dikembangkan setelah mengikuti pelatihan budidaya jamur tiram yang diadakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Barat. Kecamatan Cisarua merupakan kawasan dengan suhu udara yang sejuk dan merupakan sentra pengembangan budidaya jamur tiram.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah peserta pelatihan budidaya jamur tiram Desa Kertawangi Kecamatan Cisarua. Agar penelitian ini lebih fokus maka fokus penelitian pada peserta pelatihan yang memanfaatkan hasil pelatihan budidaya jamur tiram.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013, hlm. 301). Bahan pertimbangan dalam penelitian ini adalah sumber data yang dipilih merupakan peserta yang mengikuti pelatihan budidaya jamur tiram dan memanfaatkan hasil penelitian budidaya jamur tiram tersebut.

B. Desain Penelitian dan Justifikasi

Desain penelitian merupakan langkah-langkah yang harus dilalui peneliti untuk mengumpulkan dan mengeksplorasi informasi. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:


(18)

33

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

1. Pra Lapangan

Proses pra lapangan dilalui pada saat peneliti mencari informasi berkaitan dengan fakta di lapangan mengenai hasil pelatihan budidaya jamur tiram dan keadaan peserta pelatihan budidaya jamur tiram, kemudian mengidentifikasi masalah dari fakta yang ada. Setelah itu, peneliti memfokuskan permasalahan yang akan diteliti. Selanjutnya, peneliti melakukan perizinan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dalam kegiatan penelitian.

2. Pekerjaan Lapangan

Setelah melalui proses pra lapangan, selanjutnya peneliti melakukan wawancara dan observasi sebagai upaya untuk mengeksplorasi dan mendapatkan data yang kredibel mengenai permasalahan yang sedang diteliti, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.

3. Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber, kemudian disusun secara sistematis membentuk pola yang dapat dipahami menggunakan kaidah pengolahan data yang sesuai dengan pendekatan penelitian kualitatif.

4. Penulisan Laporan

Setelah semua data terkumpul dan dianalisis maka tugas peneliti selanjutnya adalah menuangkan hasil analisis data tersebut kedalam bentuk laporan, yang di dalamnya terdapat pembahasan mengenai masalah yang dikaji dengan teori yang mendukung penelitian ini.

C. Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, memo, dan dokumen resmi lainnya. Para peneliti kualitatif percaya bahwa kenyataan merupakan suatu konstruk sosial, bahwa individu atau kelompok memperoleh dan memberi makna terhadap kesatuan-kesatuan tertentu, seperti peristiwa dan orang (Sukmadinata, 2010, hlm. 94). Sehingga yang menjadi tujuan


(19)

34

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

dari penelitian kualitatif ini adalah menggambarkan fonemena secara rinci untuk memberikan atau memperoleh makna dari fenomena yang diteliti.

Adapun metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, dengan tidak memberikan perlakuan, manipulasi, atau perubahan pada variabel-variabel bebas (Sukmadinata, 2010, hlm. 74).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian dilakukan pada kondisi objek alamiah, maksudnya adalah objek penelitian berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada objek tersebut (Sugiyono, 2013, hlm. 13). Objek penelitian pada penelitian ini adalah peserta pelatihan budidaya jamur tiram yang mengaplikasikan pelatihan budidaya jamur tiram di Desa Kertawangi Kecamatan Cisarua. Mereka bekerja setiap hari selama delapan jam. Peneliti bermaksud untuk menemukan makna dibalik hasil pelatihan budidaya jamur tiram yang telah mereka ikuti.

Peneliti mengidentifikasi adanya kesenjangan yang berdampak pada budidaya jamur tiram yang dilakukan oleh peserta pelatihan budidaya jamur tiram Desa Kertawangi dan peneliti bermaksud untuk menuturkan dan menafsirkan kesenjangan yang terjadi. Dengan demikian, metode penelitian yang digunakan ialah metode deskriptif.

D. Definisi Operasional

Variabel penelitian yang akan diteliti dan menjadi fokus perhatian yaitu hasil pelatihan budidaya jamur tiram dan kemandirian berwirausaha. Maka dari itu, peneliti merumuskan definisi operasional dari kedua variabel sebagai berikut:

1. Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pelatihan adalah proses pemberian informasi dan keterampilan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengembangan bakat, keterampilan, dan sikap yang dimiliki. Sedangkan yang dimaksud dengan hasil pelatihan budidaya jamur tiram adalah meningkatnya pengetahuan, berkembangnya keterampilan, dan adanya perubahan sikap ke arah yang lebih baik melalaui proses pemberian informasi dan keterampilan mengenai


(20)

35

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

cara mengolah jamur tiram sebagai sumber daya alam yang potensial menjadi sumber daya yang bernilai dan memberikan manfaat bagi banyak orang.

2. Kemandirian Berwirausaha

Maksud dari kemandirian berwirausaha dalam penelitian ini adalah ketika seseorang menciptakan hal baru atau cara baru dengan resiko yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan penuh tanggung jawab dan tidak selalu bergantung pada orang lain.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti mengembangkan instrumen penelitian berupa pedoman wawancara dan pedoman observasi. Karena peneliti ingin mendapatkan data secara mendalam untuk mendapatkan makna dari fenomena yang terjadi melalui peserta pelatihan budidaya jamur tiram yang mengaplikasikan pelatihan yang diikutinya, sebagai sumber data.

Namun menurut Sugiyono (2013, hlm. 306), yang terpenting dalam instrumen penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri sebagai human instrumen berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas semuanya. Hal ini disebabkan karena penelitian kualitatif merupakan penelitian yang sifatnya belum pasti. Permasalahan yang diangkat bisa saja berubah karena adanya perkembangan dalam objek penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Partisipasi Pasif

Dalam pengamatan ini, peneliti datang di tempat kegiatan subjek penelitian, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut (Sugiyono, 2013, hlm. 311).Melalui observasi, peneliti bermaksud untuk mengamati kegiatan budidaya jamur tiram yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai upaya pemanfaatan hasil pelatihan budidaya jamur tiram. Peneliti datang langsung ke tempat budidaya jamur tiram, mengamati langsung kegiatan peserta pelatihan menggunakan pedoman observasi, namun peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan usaha budidaya jamur tiram yang sedang dilakukan oleh peserta pelatihan. Hal ini


(21)

36

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

bertujuan untuk memperoleh data yang lebih lengkap, akurat, dan mengetahui tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

Peneliti melakukan observasi pada Bulan April sampai Mei 2014, kemudian dilanjutkan pada tanggal 15-18 September 2014. Kegiatan observasi dilakukan di tempat budidaya jamur tiram (tempat pembuatan baglog dan tempat memanen), tepatnya di Desa Kertawangi Rw 1. Peneliti mengobservasi peserta pelatihan yang berkenaan dengan kinerja peserta pelatihan selama menjalankan budidaya jamur tiram, produk inovatif dari budidaya jamur tiram, pengembangan strategi pemasaran, penggunaan bahan baku dan teknologi, serta dukungan dari pemerintah dan masyarakat.

2. Wawancara Semiterstruktur

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya dengan penjawab menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara semiterstruktur karena disamping peneliti harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, peneliti juga dituntut untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka (Sugiyono, 2013, hlm. 318).

Tujuan peneliti menggunakan metode ini, untuk memperoleh data secara jelas, konkret, dan mendalam tentang pemanfaatan hasil pelatihan budidaya jamur tiram dalam pengembangan kemandirian di Desa Kertawangi. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengadakan wawancara dengan peserta pelatihan yang memanfaatkan hasil pelatihan budidaya jamur tiram. Wawancara dilakukan di kediaman peserta pelatihan dan di sekitar lingkungan tempat budidaya jamur tiram yang berlokasi di Rw 1 Desa Kertawangi Kecamatan Cisarua dari tanggal 15-18 September 2014. Kegiatan wawancara yang dilakukan meliputi aspek-aspek motivasi internal dan eksternal peserta pelatihan dalam memanfaatkan hasil pelatihan budidaya jamur tiram, faktor internal dan eksternal yang menjadi pendorong serta penghambat peserta pelatihan dalam memanfaatkan hasil pelatihan budidaya jamur tiram. Wawancara dilakukan pada saat peserta pelatihan istirahat atau setelah bekerja.


(22)

37

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

3. Studi Dokumentasi

Teknik pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi berarti peneliti memperoleh data-data dari dokumen-dokumen yang menunjang proses penelitian dari informan. Peneliti melakukan studi dokumentasi bersamaan dengan melakukan observasi dan wawancara. Dokumen yang diperoleh mencakup data budidaya jamur tiram.

4. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama (Sugiyono, 2013, hlm. 327). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara, observasi, serta studi dokumentasi untuk meningkatkan pemahaman terhadap apa yang telah ditemukan mengenai budidaya jamur tiram.

G. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pegumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu (Sugiyono, 2013, hlm. 334). Analisis data selama di lapangan menggunakan model Miles and Huberman, dengan langkah-langkah sebagai berikut (Sugiyono, 2013, hlm. 335-343):

1. Data reduction. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian.

2. Display Data. Penyajian data kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart. Display data akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi sehingga dapat merencanakan kerja selanjutnya.Peneliti menggunakan uraian singkat dan bagan dalam proses penyajian data sehingga dapat memudahkan dalam perencanaan kerja selanjutnya.

3. Conclusion Drawing/ verification. Langkah ketiga dalam analisis data


(23)

38

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

kredibel didukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten. Peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data yakni wawancara dan observasi sehingga data yang disajikan valid dan konsisten.


(24)

76

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pemanfaatan hasil pelatihan budidaya jamur tiram dalam mengembangkan kemandirian berwirausaha, diperoleh temuan data yang yang dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Peserta pelatihan belum dapat memanfaatkan hasil pelatihan budidaya jamur tiram. Hal ini ditunjukkan dengan keadaan peserta pelatihan yang belum mampu mengaplikasikan secara optimal keterampilanyang diperoleh selama kegiatan pelatihan, minimnya kemampuan intelektual terhadap pengembangan usaha budidaya jamur tiram dan pengembangan sikap selama menjalankan ussaha budidaya jamur tiram.

2. Motivasi peserta untuk memanfaatkan hasil pelatihan umumnya berkategori tinggi. Hal ini disebabkan karena adanya dorongan untuk mencapai kepuasan dari diri peserta pelatihan (dorongan internal) dan terdapat motivasi eksternal yang mempengaruhi kinerja peserta pelatihan dalam menjalankan usaha budidaya jamur tiram.

3. Mudahnya memperoleh bahan, modal usaha berasal dari sumbangan warga dan anggota Karang Taruna, serta permintaan jamur tiram yang tidak pernah sepi di pasaran, menjadi faktor pendorong dalam melaksanakan usaha budidaya jamur tiram.Sedangkan penggunaan teknologi, lahan yang terbatas, tidak adanya dukungan dan pemantauan dari pemerintah menjadi faktor penghambat dalam mengembangkan usaha budidaya jamur tiram. Sampai saat ini peserta belum berupaya untuk mengembangkan faktor-faktor lain yang dapat menunjang pengembangan usaha budidaya jamur tiram dan belum menemukan solusi dari faktor penghambat dalam menjalankan usaha budidaya jamur tiram.


(25)

77

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

B. Saran

Adapun saran yang ingin peneliti sampaikan terkait dengan hasil penelitian yang telah peneliti kaji, yakni:

1. Terhadap kemampuan memanfaatkan hasil pelatihan a. Bagi peserta pelatihan

Peserta pelatihan diharapkan dapat mengembangkan diri, tidak hanya melalui pendidikan dan pelatihan, tetapi dapat juga memperkaya diri dengan pengetahuan dan keterampilan melalui media cetak, media elektronik, maupun dari peserta pelatihan yang lain. Selain itu, peserta pelatihan akan lebih baik jika mengembangkan networking. Hal ini bertujuan untuk dijadikan sebagai mitra bisnis, selain itu dapat dijadikan juga sebagai sumber informasi mengenai persaingan dan permintaan jamur tiram.

b. Bagi praktisi PLS

Praktisi PLS diharapkan dapat melihat dan mengerti mengenai pemanfaatan hasil pelatihan dengan tujuan agar dapat menyelenggarakan pelatihan, atau program yang lainnya sesuai dengan SDM dan SDA yang ada, serta peluang usaha yang potensial.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya akan lebih baik jika dapat mengeksplorasi permasalahan-permasalahan terkait dengan pemanfaatan hasil pelatihan budidaya jamur tiram untuk memperkaya khasanah pengetahuan pendidikan luar sekolah.

2. Terhadap motivasi dalam memanfaatkan hasil pelatihan a. Bagi peserta pelatihan

Peserta pelatihan diharapkan dapat meningkatkan motivasi dalam memanfaatkan hasil pelatihan budidaya jamur tiram dengan cara melihat kembali keuntungan yang diperoleh dari usaha budidaya jamur tiram baik secara profit maupun benefit, dan meningkatkan kerja sama dengan peserta pelatihan lainnya.


(26)

78

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

b. Bagi praktisi PLS

Lebih dapat memberikan dorongan secara nyata, misalnya dengan memberikan apa yang peserta pelatihan butuhkan baik melalui penyelenggaraan pelatihan maupun di luar pelatihan.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengkaji hal-hal yang dapat memotivasi peserta pelatihan, kemudian memberikan alternatif bagi peserta pelatihan untuk lebih meningkatkan kembali motivasinya.

3. Terhadap faktor pendorong dan penghambat dalam menjalankan usaha budidaya jamur tiram

a. Bagi peserta pelatihan

Peserta pelatihan sebaiknya mampu untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang dapat mendorong dan menghambat usaha budidaya jamur tiram sehingga peserta pelatihan dapat berupaya untuk meningkatkan dan mengembangkannya.

b. Bagi praktisi PLS

Praktisi PLS diharapkan mampu menyelenggarakan program atau kegiatan yang sesuai dengan analisis kebutuhan masyarakat berdasarkan identifikasi faktor-faktor yang dapat mendorong serta menghambat peserta pelatihan dalam menjalankan usaha budidaya jamur tiram, sehingga tujuan dari adanya PLS sendiri untuk dapat melayani, membina warga belajar dapat terwujud sampai pada akhirnya warga belajar mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat meneliti lebih dalam lagi mengenai faktor penghambat dan pendukung dalam menjalankan usaha budidaya jamur tiram, serta solusinya agar dapat memperkaya pengetahuan peserta pelatihan dan Jurusan Pendidikan Luar Sekolah.


(27)

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Djarijah, Abbas Siregar & Nunung Marlina Djarijah. (2001). Budidaya Jamur

Tiram. Yogyakarta: Kanisius.

Edison, E. (2010). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta Fauzi, Ikka Kartika A. (2011). Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung:

Alfabeta

Kamil, M. (2009). Pendidikan Nonformal Pengembangan melalui Pisat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di Indonesia (Sebuah Pembelajaran dari KOMINKAN Jepang) Bandung: Alfabeta

Martini, N. A dan Farida I. (2010). Psikologi Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka

Notoadmodjo, Soekidjo. (2009). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Winardi, J. (2008). Entrepreneur dan Entrepreneurship. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia

Sumber Internet:

Afriyadi, A. D. (2014). Tingkat Pendidikan Rendah, Jumlah Pengangguran RI

Masih Tinggi. Tersedia: www.liputan6.com (10 April 2014)

Aminatun, T. (2007). Pelatihan Budidaya Jamur Tiram Dengan Sistem Susun

Pada Masyarakat Desa Kasihan, Bantul Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Keluarga. Tersedia: staff.uny.ac.id (15 Juli 2014)

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. (2012). Produksi Sayuran. Diakses melalui: diperta.jabarprov.go.id (15 Juli 2014)


(28)

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Najma. (2013). ITB Kembangkan Usaha Budidaya Jamur Tiram di Kabupaten

Blora. Tersedia: http://www.itb.ac.id/news/4010.xhtml (15 Juli 2014).

Nurjaya. (2010). Jamur Tiram, Sekali Panen Memuaskan. Tersedia: Agromedia.com (15 Juli 2014).

Sumber Karya Tulis Ilmiah Lainnya:

Abidin, A. (2012). Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kompetensi

Karyawan dalam Menunjang Produktivitas Kerja pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Kemayoran Jakarta. (Skripsi). Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Beyers, Wim and Luc Goossens. (1999). “Emotional Autonomy, Psychosocial Adjustment and Parenting: Interactions, Moderating And Mediating

Effects”. Journal Of Adolescence. 22, hlm. 753±769.

Hiryanto. (2008). Pemberdayaan Masyarakat melalui Pendidikan Nonformal. Disampaikan dalam Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat dalam Pendidikan Luar Sekolah. BAPPEDA Bantul, Yogyakarta

Isa, A.H. (2012). Pengembangan Model Pelatihan Kecakapan Hidup Terintegrasi

dengan Nilai-nilai Budaya Lokal dalam Meningkatkan Kemandirian Berusaha (Studi pada Masyarakat Pesisir di Kecamatan Batudaa Pantai Provinsi Gorontalo). (Disertasi). Sekolah Pascasarjana. Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung

Koesmono, H. T. (2005). “Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Motivasi dan Kepuasan Kerja serta Kinerja Karyawan pada Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu Skala Menengah di Jawa Timur”. Jurnal Ekonomi Manajemen,7 (2), hlm.171-188

Kurniawati, Dwi Pratiwi, dkk. (2011). “Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Usaha Ekonomi (Studi pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota

Mojokerto)”. Jurnal Administrasi Publik (JAP), I (4), hlm. 9-14.

Laverack, G. and Wallerstein, N. (2001) Measuring community empowerment: a fresh look at community domains. Health Promotion International.16 (2), hlm.179-185.

Maeliah, Mally. (2004). “Dampak Program Pembelajaran Kejar Usaha Bidang Busana Bagi Kemandirian Berwirausaha”. Mimbar Pendidikan.3 (23),

hlm.1-7.

Page,Nanette & Czuba, Cheryl E. (1999). “Empowerment: What Is It?”. Journal of Extension,37 (5), hlm. 1-6.


(29)

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Priatna, Wahyu Budi. (2010). “Pentingnya Komunikasi Artifaktual dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia”. Acta DiurnA. 6 (2).

Priyanto, Sony Heru. (2009). “Mengembangkan Pendidikan Kewirausahaan di

Masyarakat”. Andragogia, 1 (10), hlm. 57-82

Putranto, Manunggal Adjie. (2012). Pengendalian Suhu pada Kumbung Jamur

Tiram dengan Karung Goni Sebagai Media Pendingin. (Skripsi). Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Reswanda. (2011).Pengaruh Orientasi Kewirausahaan terhadap Pembelajaran Organisasi, Keunggulan Daya Saing Berkelanjutan dan Kinerja Usaha pada UMKM Kerajinan Kulit Berorientasi Ekspor di Sidoarjo.Jurnal

Disertasi Small Business Managemenet- Universitas Airlangga, hlm. 1-28.

Salmah, Ninin Non Ayu. (2012). “Pengaruh Program Pelatihan dan

Pengembangan Karyawan terhadap Kompetensi Karyawan Pada PT. Muba

Electric Power Sekayu.” Ekonomi dan Informasi Akuntansi.2 (3), hlm.

278-290.

Siswoyo, Bambang Banu. (2009). “Pengembangan Jiwa Kewirausahaandi

Kalangan Dosen dan Mahasiswa”. Ekonomi Bisnis.14 (2), hlm. 114-123.

Susilawati & Budi Raharjo. (2010). Petunjuk Teknis Budidaya Jamur Tiram

(Pleourotus ostreatus var florida) yang ramah lingkungan (Materi Pelatihan Agribisnis bagi KMPH). The Merang REDD Pilot Project

(MRPP). Sumatera

Wijaya, Tony. (2007). Hubungan Adversity Intelligence dengan Intensi Berwirausaha(Studi Empiris pada Siswa SMKN 7 Yogyakarta).

Manajemen dan Kewirausahaan. 9 (2), hlm. 117-127.

Wulandari, A. (2009). “Pengaruh Pengaruh Lingkungan Eksternal dan

Lingkungan Internal terhadap Orientasi Wirausaha Dalam Upaya

Meningkatkan Kinerja Perusahaan”. Pengembangan Wiraswasta. 11 (2),

hlm. 142-152

Yunal, Vivin Oblivia & Ratih Indriyani. (2013). “Analisa Pengaruh Motivasi

Berwirausaha dan Inovasi Produk terhadap Pertumbuhan Usaha Kerajinan


(1)

76 Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pemanfaatan hasil pelatihan budidaya jamur tiram dalam mengembangkan kemandirian berwirausaha, diperoleh temuan data yang yang dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Peserta pelatihan belum dapat memanfaatkan hasil pelatihan budidaya jamur tiram. Hal ini ditunjukkan dengan keadaan peserta pelatihan yang belum mampu mengaplikasikan secara optimal keterampilanyang diperoleh selama

kegiatan pelatihan, minimnya kemampuan intelektual terhadap

pengembangan usaha budidaya jamur tiram dan pengembangan sikap selama menjalankan ussaha budidaya jamur tiram.

2. Motivasi peserta untuk memanfaatkan hasil pelatihan umumnya berkategori tinggi. Hal ini disebabkan karena adanya dorongan untuk mencapai kepuasan dari diri peserta pelatihan (dorongan internal) dan terdapat motivasi eksternal yang mempengaruhi kinerja peserta pelatihan dalam menjalankan usaha budidaya jamur tiram.

3. Mudahnya memperoleh bahan, modal usaha berasal dari sumbangan warga dan anggota Karang Taruna, serta permintaan jamur tiram yang tidak pernah sepi di pasaran, menjadi faktor pendorong dalam melaksanakan usaha budidaya jamur tiram.Sedangkan penggunaan teknologi, lahan yang terbatas, tidak adanya dukungan dan pemantauan dari pemerintah menjadi faktor penghambat dalam mengembangkan usaha budidaya jamur tiram. Sampai saat ini peserta belum berupaya untuk mengembangkan faktor-faktor lain yang dapat menunjang pengembangan usaha budidaya jamur tiram dan belum menemukan solusi dari faktor penghambat dalam menjalankan usaha budidaya jamur tiram.


(2)

77

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

B. Saran

Adapun saran yang ingin peneliti sampaikan terkait dengan hasil penelitian yang telah peneliti kaji, yakni:

1. Terhadap kemampuan memanfaatkan hasil pelatihan

a. Bagi peserta pelatihan

Peserta pelatihan diharapkan dapat mengembangkan diri, tidak hanya melalui pendidikan dan pelatihan, tetapi dapat juga memperkaya diri dengan pengetahuan dan keterampilan melalui media cetak, media elektronik, maupun dari peserta pelatihan yang lain. Selain itu, peserta pelatihan akan lebih baik jika mengembangkan networking. Hal ini bertujuan untuk dijadikan sebagai mitra bisnis, selain itu dapat dijadikan juga sebagai sumber informasi mengenai persaingan dan permintaan jamur tiram.

b. Bagi praktisi PLS

Praktisi PLS diharapkan dapat melihat dan mengerti mengenai

pemanfaatan hasil pelatihan dengan tujuan agar dapat

menyelenggarakan pelatihan, atau program yang lainnya sesuai dengan SDM dan SDA yang ada, serta peluang usaha yang potensial. c. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya akan lebih baik jika dapat mengeksplorasi permasalahan-permasalahan terkait dengan pemanfaatan hasil pelatihan budidaya jamur tiram untuk memperkaya khasanah pengetahuan pendidikan luar sekolah.

2. Terhadap motivasi dalam memanfaatkan hasil pelatihan

a. Bagi peserta pelatihan

Peserta pelatihan diharapkan dapat meningkatkan motivasi dalam memanfaatkan hasil pelatihan budidaya jamur tiram dengan cara melihat kembali keuntungan yang diperoleh dari usaha budidaya jamur tiram baik secara profit maupun benefit, dan meningkatkan kerja sama dengan peserta pelatihan lainnya.


(3)

78

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

b. Bagi praktisi PLS

Lebih dapat memberikan dorongan secara nyata, misalnya dengan memberikan apa yang peserta pelatihan butuhkan baik melalui penyelenggaraan pelatihan maupun di luar pelatihan.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengkaji hal-hal yang dapat memotivasi peserta pelatihan, kemudian memberikan alternatif bagi peserta pelatihan untuk lebih meningkatkan kembali motivasinya.

3. Terhadap faktor pendorong dan penghambat dalam menjalankan

usaha budidaya jamur tiram a. Bagi peserta pelatihan

Peserta pelatihan sebaiknya mampu untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang dapat mendorong dan menghambat usaha budidaya jamur tiram sehingga peserta pelatihan dapat berupaya untuk meningkatkan dan mengembangkannya.

b. Bagi praktisi PLS

Praktisi PLS diharapkan mampu menyelenggarakan program atau kegiatan yang sesuai dengan analisis kebutuhan masyarakat berdasarkan identifikasi faktor-faktor yang dapat mendorong serta menghambat peserta pelatihan dalam menjalankan usaha budidaya jamur tiram, sehingga tujuan dari adanya PLS sendiri untuk dapat melayani, membina warga belajar dapat terwujud sampai pada akhirnya warga belajar mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat meneliti lebih dalam lagi mengenai faktor penghambat dan pendukung dalam menjalankan usaha budidaya jamur tiram, serta solusinya agar dapat memperkaya pengetahuan peserta pelatihan dan Jurusan Pendidikan Luar Sekolah.


(4)

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Djarijah, Abbas Siregar & Nunung Marlina Djarijah. (2001). Budidaya Jamur

Tiram. Yogyakarta: Kanisius.

Edison, E. (2010). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta Fauzi, Ikka Kartika A. (2011). Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung:

Alfabeta

Kamil, M. (2009). Pendidikan Nonformal Pengembangan melalui Pisat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di Indonesia (Sebuah Pembelajaran dari KOMINKAN Jepang) Bandung: Alfabeta

Martini, N. A dan Farida I. (2010). Psikologi Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka

Notoadmodjo, Soekidjo. (2009). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Winardi, J. (2008). Entrepreneur dan Entrepreneurship. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Sumber Internet:

Afriyadi, A. D. (2014). Tingkat Pendidikan Rendah, Jumlah Pengangguran RI

Masih Tinggi. Tersedia: www.liputan6.com (10 April 2014)

Aminatun, T. (2007). Pelatihan Budidaya Jamur Tiram Dengan Sistem Susun

Pada Masyarakat Desa Kasihan, Bantul Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Keluarga. Tersedia: staff.uny.ac.id (15 Juli 2014)

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. (2012). Produksi Sayuran. Diakses melalui: diperta.jabarprov.go.id (15 Juli 2014)


(5)

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Najma. (2013). ITB Kembangkan Usaha Budidaya Jamur Tiram di Kabupaten

Blora. Tersedia: http://www.itb.ac.id/news/4010.xhtml (15 Juli 2014).

Nurjaya. (2010). Jamur Tiram, Sekali Panen Memuaskan. Tersedia: Agromedia.com (15 Juli 2014).

Sumber Karya Tulis Ilmiah Lainnya:

Abidin, A. (2012). Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kompetensi

Karyawan dalam Menunjang Produktivitas Kerja pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Kemayoran Jakarta. (Skripsi). Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Beyers, Wim and Luc Goossens. (1999). “Emotional Autonomy, Psychosocial Adjustment and Parenting: Interactions, Moderating And Mediating Effects”. Journal Of Adolescence. 22, hlm. 753±769.

Hiryanto. (2008). Pemberdayaan Masyarakat melalui Pendidikan Nonformal.

Disampaikan dalam Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat dalam

Pendidikan Luar Sekolah. BAPPEDA Bantul, Yogyakarta

Isa, A.H. (2012). Pengembangan Model Pelatihan Kecakapan Hidup Terintegrasi

dengan Nilai-nilai Budaya Lokal dalam Meningkatkan Kemandirian Berusaha (Studi pada Masyarakat Pesisir di Kecamatan Batudaa Pantai Provinsi Gorontalo). (Disertasi). Sekolah Pascasarjana. Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung

Koesmono, H. T. (2005). “Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Motivasi dan Kepuasan Kerja serta Kinerja Karyawan pada Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu Skala Menengah di Jawa Timur”. Jurnal Ekonomi Manajemen,7 (2), hlm.171-188

Kurniawati, Dwi Pratiwi, dkk. (2011). “Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Usaha Ekonomi (Studi pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Mojokerto)”. Jurnal Administrasi Publik (JAP), I (4), hlm. 9-14.

Laverack, G. and Wallerstein, N. (2001) Measuring community empowerment: a fresh look at community domains. Health Promotion International.16 (2), hlm.179-185.

Maeliah, Mally. (2004). “Dampak Program Pembelajaran Kejar Usaha Bidang Busana Bagi Kemandirian Berwirausaha”. Mimbar Pendidikan.3 (23),

hlm.1-7.

Page,Nanette & Czuba, Cheryl E. (1999). “Empowerment: What Is It?”. Journal of Extension,37 (5), hlm. 1-6.


(6)

Muhamad Kuncoro Hadi Saputro, 2014

Pemanfaatan Hasil Pelatihan Budidaya Jamur Tiram dalam Mengembangkan Kemandirian Berwirausaha

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Priatna, Wahyu Budi. (2010). “Pentingnya Komunikasi Artifaktual dalam Keberhasilan Modifikasi Komunikasi Antarmanusia”. Acta DiurnA. 6 (2).

Priyanto, Sony Heru. (2009). “Mengembangkan Pendidikan Kewirausahaan di Masyarakat”. Andragogia, 1 (10), hlm. 57-82

Putranto, Manunggal Adjie. (2012). Pengendalian Suhu pada Kumbung Jamur

Tiram dengan Karung Goni Sebagai Media Pendingin. (Skripsi). Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Reswanda. (2011).Pengaruh Orientasi Kewirausahaan terhadap Pembelajaran Organisasi, Keunggulan Daya Saing Berkelanjutan dan Kinerja Usaha pada UMKM Kerajinan Kulit Berorientasi Ekspor di Sidoarjo.Jurnal

Disertasi Small Business Managemenet- Universitas Airlangga, hlm. 1-28.

Salmah, Ninin Non Ayu. (2012). “Pengaruh Program Pelatihan dan

Pengembangan Karyawan terhadap Kompetensi Karyawan Pada PT. Muba Electric Power Sekayu.” Ekonomi dan Informasi Akuntansi.2 (3), hlm.

278-290.

Siswoyo, Bambang Banu. (2009). “Pengembangan Jiwa Kewirausahaandi

Kalangan Dosen dan Mahasiswa”. Ekonomi Bisnis.14 (2), hlm. 114-123.

Susilawati & Budi Raharjo. (2010). Petunjuk Teknis Budidaya Jamur Tiram

(Pleourotus ostreatus var florida) yang ramah lingkungan (Materi Pelatihan Agribisnis bagi KMPH). The Merang REDD Pilot Project

(MRPP). Sumatera

Wijaya, Tony. (2007). Hubungan Adversity Intelligence dengan Intensi Berwirausaha(Studi Empiris pada Siswa SMKN 7 Yogyakarta).

Manajemen dan Kewirausahaan. 9 (2), hlm. 117-127.

Wulandari, A. (2009). “Pengaruh Pengaruh Lingkungan Eksternal dan

Lingkungan Internal terhadap Orientasi Wirausaha Dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Perusahaan”. Pengembangan Wiraswasta. 11 (2),

hlm. 142-152

Yunal, Vivin Oblivia & Ratih Indriyani. (2013). “Analisa Pengaruh Motivasi Berwirausaha dan Inovasi Produk terhadap Pertumbuhan Usaha Kerajinan Gerabah di Lombok Barat”. AGORA, 1, (1).