Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Pendeta terhadap Narapidana Hukuman Mati di Lembaga Permasyarakatan Nusakambangan T2 752014012 BAB IV

(1)

129

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

Pengantar

Pada bab IV ini penulis mendapatkan pandangan yang sebelumnya tidak terpikirkan bagaimana pergumulan seorang Pendeta mendampingin terpidana mati. Tentu masalah ini menjadi bahan pembelajaran penting bagi semua rohaniawan yang melayani di LP khsusnya para pemula atau pendeta muda yang terbeban melayani terpdanan mati dalam segala keadaan atau kondisi krsisis secara rohani dan psikologis yang dialamai Narapidana tersebut menghadapi waktu waktu yang sedemikian cepat dan hari hari di dalam hunian yang berjeruji.

4.1. Hasil penelitian

Percakapan penulis dengan pendeta yang sudah berpengalaman dalam pendampingan terpidana mati ternyata sangat berharga untuk menjadi sebuah pembelajaran dalam konteks menjelang ajal seseorang di LP.Satu hal saja yang bisa dicatatan bahwa keberanan seorang pendeta dalam pendampingan butuh proses pembelajaran yang sangat sulit dan perlu kepekaan empati yang mendalam kepada si Narapidan hukuman mati dan harus ada ketabahan dan serta harus siap sedia dalam mendampingi Narapidana si terhukum mati tersebut.

4.2. Sebagai seorang pendeta yang berperan sebagai pendamping perlu mental yang kuat.

Penulis mengamati bahwa dalam seorang peranan pendeta yang memiliki mental dalam melayani adalah dengan mendampingi para Narapidana untuk menghadapi situasi atau kondisi yang sulit atau tersulit apapun dari narapidana pada saat di Lembaga Permasayarakatan dan serta


(2)

130

menjelang ajal tersebut atau saat mau di eksekusi. Penulis menemukan melihat ada salah satu Rohaniawan yang kurang memiliki mental kuat ini diwujudkan dengan tidak empati dalam melayani. Penulis mendapati tidak empati melihat dari kurang mengerti bagaimana seorang mental seorang yang pelayan mengasihi.

4.3. Proses Pendampingan

Penulis mendapat informasi bahwa pertemuan antara pendampingan dan terpidana mati itu terjadi sebulan dua kali ,dalam tahap menjelang ajal ini pun para Rohaniawan di bantu oleh para Rohaniawan yang berada di luar nusakambangan dan serta melalui berbagai Yayasan yang ada di Pelayanan di dalam Lembaga Permasyarakatan Nusakambnagan yaitu Yayasan yang mendampingi. Penulis juga menemukan bahwa sebagai seorang rohaniawan seharusnya bertindak empati, bukan menunggu untuk sharing atau konseling, karena para Narapidana hukuman mati masuk dalam keadaan Krisis, adapun menurut Totok SWiryasaputra mem berikan pendapat keadan krisis mempunyai arti menghadapi titik balik atau persimpangan jalan dalam krisis orang mengalami masa-masa sulit. Secara sederhana ada 3 unsur dalam krisis ini yaitu ada peristiwa yang tidak terjadi dan tidak diharapkan, serta presepsi yang menganggap sesuatu itu menyulitkan, mengancam, membahayakan dan serta menyedihkan dan ketidakmampuan seseorang memakai mekanisme pertahanan dirinya dan menyebakan tidak berfungsi seperti biasanya. Krisis memunculkan penderitaan batin, gangguan batin, keprihatinan batin, konflik batin,ketidak nyamanan perasaan, kesedihan, kegalauan tak berkesudahan, kesepian yang mencekam, kesendirian yang mencekam, bertanya-tanya tak berkesudahan, kehilangan semua hal, tidak berdaya, hidup tanpa arti, semua buntu, loyo, tertekan , takut, panik, bingung, kecewa,


(3)

131

berontak, marah, putus asa, dan serta tidak dapat menerima peristiwa yang terjadi1 selanjutnya menurut saya harusnya kita sebagai Pendeta seharusnya mendekati para narapidana, karena para Narapidana hukuman mati sudah pada masa krisis atau fase krisis. Penulis juga mengkritik juga ketidakperdayan dari Pendeta yang tidak mensiasati tentang waktu konseling lebih banyak dan hanya mengutamakan kotbah terus menerus, tanpa menggunakan waktu konseling juga. Penulis menemukan bahwa waktu konseling sangat sedikit hanya 10 sampai 15 menit. Adapun contohnya HTN serta HR kadang tidak aktif dalam kebaktian Ibadah rutin.2 Harusnya sebagai pendamping harus mendampingi terus menerus dan memotivasi mereka dalam acara Ibadah.

Adapun Proses pendampingan menurut Penulis harusnya Seperti yang dikatakan KubelRoss dalam teorinya sebagai berikut:

Teori kubler Ross

Menurut Kralik Debbie dkk mengemukakan melalui lima tahap penyesuaian emosional

menjelang kematian yaitu 1. penyangkalan, 2. kemarahan, 3. tawar-menawar, 4. Depresi

5. tahap akhir penerimaan (Kubler-Ross 1969)3

Menurut wong dkk dalam artikelnya yang diambil dari Elisabeth Ku¨bler-Ross Tahap-model nya mengatasi kematian yaitu penyangkalan, kemarahan, tawar-menawar, depresi, penerimaan4

1 Totok S Wiryasaputra. Pengantar konseling pastoral. (Yogyakarta:Diandra Pustaka Indonesia, 2014), 93-94. 2 Wawancara dengan Narapidan HTN dan HR

3Kralik Debbie dkk. Accetance and Denial : Implications for people adapting to chronic illness: literature rieview.


(4)

132

Menurut Friedmen russel dkk yang diambil dari pandangan Kubler-Ross terkenal lima tahap kematian yaitu penyangkalan, kemarahan, tawar-menawar, depresi, dan penerimaan5

Menurut tahapan penulis ada tahapan yang dimiliki oleh Narapidana sebagi berikut ini : 1. Penyangkalan

2. Marah 3. Stress

4. Tawar menawar 5. Depresi

6. Penerimaan diri

Menurut Tahapan Elizabeth Kubler Ross, Tahapan duka dirumuskan sebagai berikut

Tahap Pertama Penyangkalan:

Penyangkalan adalah suatu sikap yang tidak menerima kenyataan oleh suatu keadaan yang diterima oleh konseli

Ciri – cirinya :

 Mengucapkan kata-kata pengingkaran atas keadaan yang tidak dapat diterimanya. Contohnya : tidak mungkin,bukan saya, tidak benar

 mencari pembenaran/ kepastian akan keadaan konseli itu sendiri

 konseli mengekpresikan kesedihan oleh sebab keadaan yang tidak dapat diterima contohnya : berbicara sendiri atau tidak berbicara ( berdiam diri),

 mempunyai perasaan Putus asa. Contohnya : saya sebentar lagi meninggal oleh sebab ini 4Wong dkk. Beyond Teror and Denial : The positive Psycology of death Acceptance. Death Studies, Feb 2011, vol 35 Issue 2, p99-106.8p

5 Fredmen Russel dkk. The Myth of The Stages of Dying . Death and Grief(cover Story). Skeptic 2008 Vol, 14 Issue 2p37-41.3p


(5)

133

 konseli kurang memperhatikan asupan makanan ke tubuh konseli

 Membuka pembicaran atau komunikasi secara non verbal terlebih dahulu sebelum komunikasi6

Penyangkalan menurut Kralik Debbie dkk adalah dimana ketika seseorang pengalaman dalam menyesuaikan diri dengan penyakit, ini dapat menerjemahkan ke dalam komunikasi yang merusak, serta negatif kepada diri sendiri.7

Menurut Kubler Ross dkk, menyatakan Penolakan atau penyangkalan yaitu: mengadakan ketidak terimaan berita kematian akan datang untuk mengejar kehidupan, cirinya Unsur dari mana penyakit dan kemungkinan kematian menempatkan orang pada tahap menghadapi kematian ke dalam kekacauan emosional. Berbagai keyakinan mereka tentang kesehatan mereka, mereka berharap bahwa dokter bisa menyembuhkan mereka, dan persepsi mereka tentang diri mereka sendiri sebagai sikap yang menantang mampu hidup lebih lama.8

Menurut pendapat Fredman Russel penyangkalan meliputi ketidakpercayaan, mati rasa, dan Shock.9

Model lima tahap Kubler-Ross (1969) Penyangkalan dan keterpencilan

Contoh: tidak, jangan saya” atau “itu tidak mungkin –hasilnya pasti tertukar”

Dalam tahap ini terjadi penyangkalan terus-menerus tentang status baru yang ditetapkan bagi pasien atau keluarga. Penyangkalan berfungsi sebagai sistem penyangga, memungkinkan pasien

6 Elisabet Kubler-Ross.On Death and Dying( Amerika: Taylor & Francis 1969),32-112

7Kralik Debbie dkk. Accetance and Denial : Implications for people adapting to chronic illness: literature rieview.

Journal of Advanced Nursing.Aug 2006, vol 55 Issue 4 p457-464.8p

8 Kubler Ross dkk. A personal Journey Thourgh The Grief and Healing Prosses with Virginia satif. Journal. Juli 2008, vol Issue 3 p89-105,17e

9 Fredmen Russel dkk. The Myth of The Stages of Dying . Death and Grief(cover Story). Skeptic 2008 Vol, 14 Issue 2p37-41.3p


(6)

134

untuk mengembangkan mekanisme-mekanisme bertahan lainnya. Juga dapat memunculkan rasa keterpencilan dan pasien dapat memiliki rasa takut akan penolakan dan penelantaran dalam penderitaannya dan merasa bahwa tidak ada orang yang mengerti penderitaannya.10

Penulis memberikan pengertian untuk Tahap Pertama Penyangkalan ( tidak Menerima Keadaan) adalah suatu proses dimana orang tersebut tidak menerima keputusan hakim yang telah ditetapkan kepada Terpidana hukuman mati atau Narapidana hukuman mati, dan proses terjadi setelah menerima keputusan hakim di Persidangan Terdakwa.

Penulis mendapatkan setelah melalui beberapa wawancara dimana pada saat Putusan hakim yang telah ditetapkan kepada terpidana tersebut mempunyai perasaan sedih dan perasaan tidak baik11.Penulis juga menemukan Rohaniawan medengarkan Terpidana Hukuman mati serta memberikan penguatan yaitu dengan ayat Matius 11: 28-30, serta ayat 1 Yohanes 1 : 9, serta kata untuk menguatkan yaitu itu semua sudah rencana Tuhan dan serta kata-kata menguatkan berserahlah kepada Yesus.12

Menurut Pendeta Ts pada Tahap ini Rohaniawan hanya perlu mendengarkan serta perlu mengerti seorang Narapidana Tersebut, Rohaniawan memeluk dan mengatakan yang sabar dan kata-kata Rohaniawan yaitu ini sudah jalan untuk kamu, kamu harus menjalaninya ( ini sudah Recana Tuhan).13

Menurut penulis pendapat Pendeta Ts benar, kita hanya perlu mendengarakan dan perlu dari hati ke hati dengan mendengar Penyagkalan Narapidana Tersebut dan kita perlu memeluknya dan berkata yang sabar saja, ini sudah Rencana Tuhan bagi kamu

10Penney Upton. Psikologi Perkembangan. (Jakarta: Erlangga, 2012), 255 11 Wawancara dengan Narapidana YSL, 10 Oktober 2015

12 Wawancara dengan Rohaniawan Ts, 10 oktober 2015 13 Wawancara dengan Pendeta Ts, 21 mei 2016


(7)

135

Tahap Kedua Marah :

Marah adalah luapan perasaan yang terdapat pada konseli dan diaplikasikan ke dalam suatu perbuatan pada lingkungan konseli

Ciri – cirinya :

 Konseli Memiliki perasaan sensintif

 Konseli bertindak mencari perhatian : pergi ke tempat-tempat umum dalam lingkungan untuk mencari perhatian

 Konseli ingin dimengerti dalam keadaannya14

Menurut Kubler Ross dkk , kemarahan: Emosi mulai dari iri, kemarahan, kemarahan, dan kebencian tentang kenyataan kematian yang akan mendekat. Jelas sekali dalam kemarahan terjadi Kekacauan emosional orang yang akan meninggal menjadi murung dan menuntut. Setahun kemudian, ketika seseorang yang terdekat sedang sekarat, melihat orang tersebut frustrasi dan marah sekali . serta orang tersebut sakit secara emosional terlihat jelas di mata mereka.15

Tahap kedua ini Marah. Marah adalah suatu kondisi atau luapan emosi yang diungkapakan dengan kata kata dan di Aplikasikan kepada lingkungan.

Penulis menemukan Marah ini dengan kata kata yaitu saya tidak terima akan proses hukuman saya. Penulis melihat Narapidana itu perlu dimengerti, serta perlu sebagai Rohaniawan perlu mengerti akan akar marahnya.

14 Elisabet Kubler-Ross.On Death and Dying( Amerika: Taylor & Francis 1969),32-112

15Kubler Ross dkk. A personal Journey Thourgh The Grief and Healing Prosses with Virginia satif. Journal. Juli 2008, vol Issue 3 p89-105,17e


(8)

136

Penulis menemukan Marah ini dengan kata kata yaitu saya tidak terima akan proses hukuman saya. Penulis melihat Narapidana itu perlu dimengerti, serta perlu sebagai Rohaniawan perlu medengarakan apa yang menjadi marahnya. Penulis juga menemukan gerakan tangan atau ungkapan yang membicarakan tidak bisa menerima keputusan dari pemerintah, serta bilang kepada Penulis bahwa harus bilang ke pemerintah soal masalah saya ini16. Menurut Roahaniawan Pdt. Ts, Rohaniawan tersebut menjelasakan agar mendengarkan saja, serta memberikan nasehat Janganlah Matahari terbenam, sebelum padam amarahmu (Efesus 4:26) kemudian Roahniawan sarankan Mintalah pengampunan dari Allah atas ledakan kemarahanmu akuilah kemarahanmu dihadapannya dan terimalah Pengampunan-Nya dengan segera dan saya memberikan ayat lagi 1 Yohanes 1:917

Penulis sangat setuju dengan Pendapat Rohaniawan, menurut Penulis kita Perlu mendengarkan saja, serta harus mengerti keadaan Narapidana tersebut dan berkata bapak yang sabar ya. Penulis mendapati Narapidana Hukuman mati yang marah, dan serta saya menyampaikan sabar saja, dan serta saya mengerti narapidana ini, dengan mengiaakan apa yang Narapidana mau dengan proses dari hati- kehati. Serta saya memeluknya. Tuhan Yesus Mengasihimu. Penulis menemukan dalam tahap Kubler Ross ini yaitu marah, dari hasil wawancara penulis dengan rohaniawan , para Rohaniawan kurang mengetahui tahapan marah ini.

Tahap Stress

Penulis menemukantahap ketiga Stress. Stress adalah bagaimana orang tersebut itu tidak bisa mengatasi sebuah masalah, atau secara emosinya tidak labil . Penulis mendapatkan

16 Wawancara dengan Narapidana Hr 16 aprili 2016, 9 april 2016, 2 april 2016 17Wawancara dengan Rohaniawan Ts , 9 april 2016


(9)

137

informasi bagamana cara untuk supaya menagani Narapidana stress dengan mengungkapkan apa yang menjadi stress narapidana ini, memberikan solusi ( sebelum bertemu daiawali dengan memeluk Narapidana) dan mendampingi Narapidana yang stress ini kemudian menyuruh narapidana untuk melakukan hoby atau kesenangan Narapidana yang stress ini, Rohaniawan juga menyuruh membaca alkitab juga untuk menenagkan dari segi rohani Narapidana ini. setelah itu pada pertemuan selanjutanya menayakan bagaimaan kabar atau kondisi narapidana ini, kemudian Rohaniawan memberikan nasehat kamu harus kuat melewati badai atau permasalahn ini dan serta menyuruh membaca Firman . Penulis menemukan bahwa Rohaniawan memberikan ayat firman sama pada waktu dengan ayat Firman Tuhan yang menjauhkan pemikiran yang merusak, dan pemulihan diri dari si Narapidana ini,yaitu sebagi berikut:

 Segala Perkara dapat Kutanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku (Filipi 4:13)

 Tetapi syukur Bagi Allah, yang dalam kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya (2 Korintus 2:14)

 Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemulian-Nya dalam kristus Yesus (Filipi 4:19)

 Jangan kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebgai Ujian…. Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian kamu yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemulian-Nya ( 1 Petrus 4:12-13)

 Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka ia akan meluruskan jalanmu (Amsal 3: 5-6)


(10)

138

 Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku, dan berlari-lari kepada Tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus (Flipi 3: 13:14)

 Disampaikan-Nya Firman-Nya dan Disembuhkan-Nya mereka, diluputkan-Nya mereka dari liang kubur (Mazmur 107:20)

 Pujilah Tuhan hai jiwaku, Dan janganlah lupa kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lubang kubar, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat (Mazmur 103: 2-4)

 Kemudian rohaniawan juga memberikan ayat untuk menenangkan hati yaitu Kolose 3: 15-17

 Setelah itu saya memberikan kebenaran firman Tuhan untuk menggantikan dusta-dusta tentang kehidupan yaitu Yesus berjanji, Jikalau kamu tetap dalam firman-ku, kamu benar-benar adalah firman-Ku, kamu benar-benar adalah muridku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakann kamu (Yohanes 8:31-32).

 Kemudian Roahaniawan memberikan cara pola pikir yang baru kepada Narapidana yaitu sebagai berikut Rasul Paulus menantang para pengikut Kristus, Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruhan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang Sempurna (Roma 12:2) ini untuk mengubah apa yang dimasukan ke dalam pikiran anda dan mengubah pola pikir kita yaitu dengan


(11)

139

Ayat Filipi 8:9 yaitu sebagai berikut : Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap di dengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

Kemudian Saya juga memberikan ayat untuk menenangkan hati yaitu Kolose 3: 15-17

Setelah itu saya memberikan kebenaran firman Tuhan untuk menggantikan dusta-dusta tentang kehidupan yaitu Yesus berjanji, Jikalau kamu tetap dalam firman-ku, kamu benar-benar adalah firman-Ku, kamu benar-benar adalah muridku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakann kamu (Yohanes 8:31-32)18

Tahap ini cirinya yaitu orang merasa gelisah, tidak mau makan dan merokok juga19

Penulis menemukan di tahap ini Rohaniawan kurang bisa mengenal tentang Stress dan depresi, ini ditemukan penulis karena melihat dan mendengar dari wawancara penulis.

Penulis setuju dengan pendapat dari Rohaniawan diatas ,Bahwa Tahap stress ini kita perlu mengerti dari hati - kehati dengan kita banyak mendengarkan dan mengerti Narapidana Tersebut. Dengan kita banyak mendengarkan otomatis emosi-emosi negatif akan keluar serta kita mengalihkan pikiran yang merusak dengan pemikiran positif dengan ayat Firman Alkitab tersebut dan memandanag banyak kebaikan Tuhan bagi kita, dan berdoa bagi Narapidan tersebut, serta mengalihkan dengan hobi-hobi yang narapidana senangi yaitu yang bisa membuat pemikiran positif, serta Memberikan Motivasi tentang tokoh yang mengalami kegagalan dan

18 Wawancara dengan Rohaniawan Pdt Ts, 16 april 2016 19 Wawancara dengan Rohaniawan Pdt Th,Pdt Rb 9 april 2015


(12)

140

berhasil melewatinya. Penulis menyampaikan juga, ikuti saja kedaan bapak saat ini, ini sudah Rencana Tuhan bagi Bapak.

Tahap Keempat

Tawar-Menawar : Suatu sikap perasaan yang diungkapkan akan sebuah janji bahwa konseli akan melakukan ini sehingga konseli di beri umur panjang

Ciri-cirinya :

 Konseli melakukan perbuatan positif di lingkungan keluarga atau tempat tinggalnya sehingga memberikan timbal balik bagi kesehatan konseli. Contohnya : JIka saya diberi umur pannjang saya akan berbuat ini20

Menurut Kubler Ross dkk tawar-menawar: merupakan Upaya untuk menunda kematian dengan membuat semacam janji untuk lebih banyak waktu untuk hidup.Tawar-menawar paling sering dilakukan sendirian antara orang mati dan Tuhan mereka. Karena seseorang yang akan meninggal kuat dalam agama mereka, saya sangat percaya bahwa mereka mencoba menawar lebih banyak waktu21

Menurut Fredmen Russel diambil dari pandangan Kübler-Ross' yaitu 5 dari tahapan menuju kematian yaitu tawar-menawar tahap dimana seseorang yang didiagnosis dengan penyakit terminal atau mengahadapi kematian. "Jika Anda hanya akan memberikan kesempatan lain, aku akan mengambil lebih memperhatikan diri sendiri," adalah permohonan seseorang mungkin membuat mereka percaya pada Tuhan. 22

20 Elisabet Kubler-Ross.On Death and Dying( Amerika: Taylor & Francis 1969),32-112

21Kubler Ross dkk. A personal Journey Thourgh The Grief and Healing Prosses with Virginia satif. Journal. Juli 2008, vol Issue 3 p89-105,17e

22 Fredmen Russel dkk. The Myth of The Stages of Dying . Death and Grief(cover Story). Skeptic 2008 Vol, 14 Issue 2p37-41.3p


(13)

141 Menawar

Contoh: tolonglah Tuhan, izinkan saya...

Ini merupakan upaya menunda kematian dengan melakukan kesepakatan dengan Tuhan/takdir/rumah sakti. Pada tahap ini, orang yang menderita penyakit memastikan dan menginginkan kesembuhan atau “waktu yang sedikit lebih lama” akan melakukan apa pun dan biasanya akan dimanipulasi pada tahap ini. Bukan hal yang tidak biasa bahwa pasien yang tidak agamis kini berpaling ke agama – nyaris melakukan penawaran lagi – “Jika saya berdoa, berikanlah saya waktu dua hari lebih lama.” Masalahnya adalah meski pasien benar-benar mendapatkan tambahan waktu dua hari, itu tidak pernah cukup; pasien menginginkan lebih.23 Menurut penulis tawar menawar Tahapan keempat , dimana Tawar menawar Narapidana Hukuman mati mempunyai pengertian sebagai berikut ini:

Penulis menemukan tahap tawar-menawar, setelah Wawancara di Lembaga Permasayarakatan. Adapun Hasil Analisis wawancara sebagai berikut di Lembaga Permasayarakatan Nusakambangan. Tawar-Menawar menurut Penulis : Suatu sikap perasaan yang diungkapkan akan sebuah janji bahwa Narapidana akan melakukan perbuatan baik dengan Mealyani Tuhan dengan sungguh-sungguh, sehingga Narapidana tidak akan di Eksekusi atau diringankan hukumnya.

Contoh kata-katanya: saya akan melayani Tuhan sunguh-sungguh, berbuat baik di LAPAS, saya akan berpuasa agar saya bisa dapat mujizat dari Tuhan.24 Penulis mendapatakan informasi,dariRohaniawan bahwa memberi masukan ke narapidana di LAPAS agar sungguh dengan Tuhan untuk dapat Bebas atau mendapat mujizat dari Tuhanserta dikurangi masa

23Penney Upton. Psikologi Perkembangan. (Jakarta: Erlangga, 2012), .255


(14)

142

Tahanan.25 Tahapan tawar menawar ini menurut penulis mendapatkan dari rohaniawan yaitu OKL semangat melayani dan suka berpuasa.26Penulis menemukan Rohaniawan tidak mengerti tentang tahapan ini, ini dapat diketahui dari beberapa informasi dari beberapa wawancara dan melihat langsung.

Tahap Kelima

Depresi : suatu pikiran yang dipikirkan terus menerus oleh konseli atau pikiran masa lalu yang berupa kesedihan atau rasa menyakitkan yang berkepanjangan yang menyebabkan akibat letih secara fisik dan pikiran

Ciri-cirinya:

 Konseli kehilangan rasa percaya diri

 Konseli mempunyai perasaan putus asa. Contohnya: saya tidak berguna, anak saya harusnya dapat bersekolah, klo tidak ada saya bagaimana., uang saya tidak bisa memenuhi keadaan saya dan keluarga

 Konseli selalu mengungkapkan atau mengenang masalah serta mengenang masalah yang menyakitkan masa lalunya. Contohnya : ayahnya konseli meningal akibat kejadian ini  Memikirkan pikiran menjelang kematian konseli

 Konseli Memiliki penyesalan dalam dirinya27

Menurut Kubler Ross dkk, depresi mengandung arti merupakan Ketika kematian tidak dapat bisa disangkal lagi dan realisasi dari apa yang ada di depan yang diakui.depresi:adalah emosi lain yang dirasakan dan merupakan dalam kekacauan. Pada saat depresi Orang tersebut

25 Wawancara dengan Narapidana HTN, 9 mei 2015. 26 Wawancara dengan Rohaniawan Pdt Rb, 9 april 2016.


(15)

143

terkadang tenang, sering menangis dan berbicara tentang bagaimana dia tidak bisa hidup lagi, sementara pada saat yang sama mencari ke dokter jawaban penyembuhan. Kekacauan internal nya adalah jelas bagi orang tersebut, tetapi sangat membingungkan kepadanya.28

Menurut pendapat Fredman Russel depresi adalah tahap yang mendefinisikan perasaan sedih mereka, mereka terjebak oleh pemikiran mereka yang berkepanjangan. Adapun Ciri-ciriorang depresi sebagai berikut ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, gangguan tidur, pergolakan pola makan , emosi tidak satabil, kurangnya energy. 29

Depresi

Contoh: bagaimana saya harus menghadapi semua ini?

Ini merupakan saat yang sangat senyap, gelap dan penuh perenungan. Kondisi ini sama persis dengan orang yang benar-benar mengalami depresi. Pada tahap ini, pasien yang sekarat tidak membutuhkan penghiburan dari perawat, namun pada saat yang sama tidak ingin diabaikan. Pada tahap ini anggota keluarga dari pasien yang sekarat juga memulai model lima tahap dan karenanya berusaha keras untuk proaktif – yaitu, dalam penyangkalan bahwa salath satu anggota keluarga akan meninggal. Mereka bahkan dapat merasa marah kepada pasien karena “menyerah”. Pada tahap ini pasien yang sekarat ingin agar orang-orang di sekelilingnya tenang dan di sinilah para perawat dapat membuat perbedaan. Yang diinginkan pasien adalah seseorang yang tetap ada di sampingnya, yang tidak mempertanyakan apa pun dan tidak marah kepadanya. Akan ada pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pasien dan perlu dijawab dengan jujur (terutama karena mereka tidak harus berpura-pura tegar seperti bila di hadapan keluarga).

28Kubler Ross dkk. A personal Journey Thourgh The Grief and Healing Prosses with Virginia satif. Journal. Juli 2008, vol Issue 3 p89-105,17e

29 Fredmen Russel dkk. The Myth of The Stages of Dying . Death and Grief(cover Story). Skeptic 2008 Vol, 14 Issue 2p37-41.3p


(16)

144

Selain itu, pasien dalam tahap ini juga ingin agar perawat mengantisipasi berbagai pertanyaan.30Menurut pendapat sayaTahap kelima Depresi. Depresi adalah suatu kesedihan yang berkepanjangan dan yang menyebabkan kurang bisa bergaul dengan sesama Naarapidana.

Cirinya tahap ini: kurang bisa bergaul, ada penyesalan bersalah tasa perbuatannya, pendiam, suka menyendiri, suka tidur, muka suram atau tidak cerah, mempunyai penyakit berkepanjangan31. Penulis menemukan bahwa Rohaniawan membimbing serta mendampingi dan mengatakan kamu harus kuat dan harus bisa berserah sama Tuhan karena hanya di dalam Dia saja Sumber PertolonganNya dan kadang dikuti oleh Rohaniawan memeluk Terpidana ini untuk supaya kuat dan sabar serta Rohaniawan mengatakan jalanin saja Rencana Tuhan ini bagi kamu kemudian meceritakan tokoh tokoh inspiratif suapaya termotivasi. Penulis juga mendapatkan informasi dari Rohaniawan bahwa kita disini perlu sangat mengerti karena kondisi Narapidana sangat sensitif, Narapidana ini diajak juga untuk bercanda untuk mengalihkan pemikiran yang sedih serta mengalihakan pemikiran dengan kesukaan Narapidana dan hoby dia supaya bisa menhindarkan pemikiran yang merusak( pemikiran kesedian atau negatif), serta rajinalah baca alkitab untuk perenungan pada kondisi ini dan untuk membuang emosi-emosi negative dengan menulis setiap harinya apa yang menjadi perenungan nya bersama dengan Tuhan dan berkat apa setiap harinya ditulis pada sebuah buku yang berupa tulisan. setelah itu mengadakan doa pemulihan yaitu dengan medoakan orang tersebut sehinga emosi negatif hilang . Penulis mendapatkan dari hasil wawancara, rohaniawan memberikan suatu ayat-yang membuat tidak menghapus pemikiran merusak, sebagai berikut:

 Segala Perkara dapat Kutanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku (Filipi 4:13)

30Penney Upton. Psikologi Perkembangan. (Jakarta: Erlangga, 2012), .255


(17)

145

 Tetapi syukur Bagi Allah, yang dalam kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya (2 Korintus 2:14)

 Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemulian-Nya dalam kristus Yesus (Filipi 4:19)

 Jangan kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai Ujian…. Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian kamu yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemulian-Nya ( 1 Petrus 4:12-13)

 Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka ia akan meluruskan jalanmu (Amsal 3: 5-6)

 Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku, dan berlari-lari kepada Tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus (Flipi 3: 13:14)

 Disampaikan-Nya Firman-Nya dan Disembuhkan-Nya mereka, diluputkan-Nya mereka dari liang kubur (Mazmur 107:20)

 Pujilah Tuhan hai jiwaku, Dan janganlah lupa kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lubang kubar, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat (Mazmur 103: 2-4)

 Kemudian rohaniawan juga memberikan ayat untuk menenangkan hati yaitu Kolose 3: 15-17


(18)

146

 Setelah itu saya memberikan kebenaran firman Tuhan untuk menggantikan dusta-dusta tentang kehidupan yaitu Yesus berjanji, Jikalau kamu tetap dalam firman-ku, kamu benar-benar adalah firman-Ku, kamu benar-benar adalah muridku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakann kamu (Yohanes 8:31-32).

 Kemudian Roahaniawanwan memberikan cara pola pikir yang baru kepada Narapidana yaitu sebagai berikut Rasul Paulus menantang para pengikut Kristus, Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruhan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang Sempurna (Roma 12:2) ini untuk mengubah apa yang dimasukan ke dalam pikiran anda dan mengubah pola pikir kita yaitu dengan Ayat Filipi 8:9 yaitu sebagai berikut : Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap di dengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

Kemudian Saya juga memberikan ayat untuk menenangkan hati yaitu Kolose 3: 15-17

Setelah itu saya memberikan kebenaran firman Tuhan untuk menggantikan dusta-dusta tentang kehidupan yaitu Yesus berjanji, Jikalau kamu tetap dalam firman-ku, kamu benar-benar adalah firman-Ku, kamu benar-benar adalah muridku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakann kamu (Yohanes 8:31-32)


(19)

147

Kemudian saya memberikan cara pola pikir yang baru kepada Narapidana yaitu sebagai berikut Rasul Paulus menantang para pengikut Kristus, Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruhan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang Sempurna (Roma 12:2) ini untuk mengubah apa yang dimasukan ke dalam pikiran anda dan mengubah pola pikir kita yaitu dengan Ayat Filipi 8:9 yaitu sebagai berikut : Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap di dengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

Contohnya juga pada saat mendampingi GS juga saya membimbing GS dalam pertobatan dan mengampuni atas kesalahan yang menyebabkan hati GS sakit dan GS Depresi dan membuat tenang GS, serta tidak gelisah lagi. Dalam melayani GS maka saya membimbing dengan membimbing dia untuk mengaku dosa( bertobat) mematikan kenginan daging GS, Lukas 5:32, Matius 18:3 ingat akan Firman Tuhan Wahyu 3:19 , hidup sesuai Firman tidak Kristen KTP , Matius 7: 22, 23, mengingat akan Firman Tuhan Kisah Para Rasul 3:19, dan serta Pertangungjawaban kita kepada dunia harus pertangungjawabkan kepada Tuhan Yesus Wahyu 14:13, 2 Korintus 5:, Lukas 10:20, wahyu 20:15 dan setelah itu GS meminta ampun kepada Tuhan Yesus dan mengampuni orang yang bersalah ( perdamaian) pada GS.32 Penulis sangat setuju dengan cara pola pemulihan dari Rohaniawan, tetapi penulis melihat bahwa Rohaniawan kurang bisa membedakan antara stress dan Depresi.


(20)

148 Tahap kelima

Penerimaan: suatu penerimaan dari konseli dari keadaan yang terjadi pada konseli tersebut dengan menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan atas kedaan yang dialaminya.

Ciri-cirinya :

 Konseli Menerima kedaanya sekarang dengan penuh ikhlas

 Konseli berserah penuh kepada Tuhan atau konseli dengan penuh memegang janji-janji kepada Firman Tuhan atas kedaannya sekarang.

 Konseli berkata kata secara positif atas kedaannya33

Menurut kubler Ross pengertian penerimaan: Perasaan telah menyatakan, tawar-menawar adalah atas, penyangkalan tidak lagi untuk menawarkan kesempatan untuk mengejar kehidupan, dan jadi orang sekarat tersebut datang untuk menyelesaikan tenang yang perjuangan atas dan hidup akan datang ke sebuah akhir. Orang mati mulai melepaskan diri dari hubungan dan berusaha berdiam sambil menunggu kehidupan mereka untuk mengakhiri.. penerimaan merupakan tempat proses akhir mati menjadi satu tujuan. Setelah orang sekarat menerima kematian, orang mulai untuk melepaskan diri dari seluruh dunia. Mereka telah penyendiri tidak berpura-pura lagi bahwa mereka akan mendapatkan lebih baik. Mereka mengerti mereka akan mati dan mereka menjadi damai dengan hanya anak-anak mereka di sekitar mereka. Mereka yang berlatih cara baru untuk berada dalam hubungan dengan kami. Mereka tidak lagi berbicara tentang hal-hal di masa lalu, tapi hanya berbaring di kehadiran kami saat mereka mati.34

Ada beberapa pendapat lain mengenai tahapan penerimaan atau Ikhlas. Penerimaan dalam kematian menurut Meanger dan David bahwa saya siap untuk mati termasuk beberapa

33 Elisabet Kubler-Ross.On Death and Dying( Amerika: Taylor & Francis 1969),32-112

34Kubler Ross dkk. A personal Journey Thourgh The Grief and Healing Prosses with Virginia satif. Journal. Juli 2008, vol Issue 3 p89-105,17e


(21)

149

kesulitan yang harus dilepasakan atau menerima keadaan nya secara siap dan menerima secara damai dan mengalami pengalaman yang indah35

Penerimaan menurut Fredmen Russel yaitu adalah hampir tidak ada lagi penyangkalan yang mengahadapi kematian36

Menerima

Contoh: biarkan saya begini, saya sudah siap untuk mati.

Ini merupakan tahap di mana individu tidak lagi mengalami depresi atau marah. Ia telah mengatasi perasaan kehilangan dan telah menemukan kedamaian. Pada tahap ini pasien telah menerima situasi yang ia hadapi dan siap untuk pergi. Juga dalam tahap ini, anggota keluarga menjadi sangat marah atau mempertanyakan mengapa pasien merasa tenang di saat mereka masih ingin mengubah status si pasien. Namun, pasien telah memulai proses mengikhlaskan sejak berada dalam tahap depresi dan telah menuntaskan proses tersebut serta menerima apa yang pasti terjadi. Ia siap untuk melangkah.37

Penulis menemukan Pengertian Penerimaan, penerimaan merupakan Tahap keenam untuk Narapidana hukuman mati adalah: Suatu kedewasaan Rohani seseorang atau suatu penerimaan atau keiklasan dari Narapidana dari pada saat atau akan di eksekusi dan menyerahkan semua kepada Tuhan atas keadaan yang dialaminya.

Ciri -ciri tahap ini adalah muka tidak tegang, bernyanyi38, mengucapkan kata kata positif-positif. Penulis menemukan dari Rohaniawan memberikan masukan ayat yaitu untuk Narapidana yang sudah dewasa secara rohani yaitu dengan ayat alkitab Filipi 1:21 yaitu karena bagiku adalah

35David and Meagner. How We Die : Theory Vs Reality. Death Studies, Mar 2007. Vol.31 Issue 3, p226-270.5p 36Fredmen Russel dkk. The Myth of The Stages of Dying . Death and Grief(cover Story). Skeptic 2008 Vol, 14 Issue 2p37-41.3p

37Penney Upton. Psikologi Perkembangan. (Jakarta: Erlangga, 2012), p.255 38 Wawancara dengan Rohaniawan Pdt Th , 23 mei 2015


(22)

150

kristus dan mati adalah keuntungan.39 Selanjutanya Rohaniawan memberikan penguatan dengan kata- kata ada Yesus yang menyertai kamu percayalah. Sambil menepuk dan memeluknya. Serta ayat penguatan Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat dan penyertaannya kekal, serta di balik kehidupan ini ada kehidupan yang baru, kematian itu Pasti terjadi bagi semua orang dan dibalik ini ada kehidupan yang baru, menurut rohaniawan ini supaya mereka tidak mendapat ketakutan pada saat eksekusi. Hasil ini menurut penulis tercemin pada Eksekusi gelombang ke 2 (dua) kasus narkoba yaitu Narapidana ADW bernyanyi pada saat eksekusi hukuman mati.40 Penulis menemukan ini merupakan cerminan dari suatu penerimaan diri dari seorang yang telah menyerahkan hidupnya kepada Tuham, serta ini merupakan tahap penerimaan.

Penulis menyimpulkan bahwa untuk mendampingi para narapidanat harus menggunakan tahapan kubler Ross seperti yang diatas. Penulis menemukan dari melihat, mendengar dari beberapa informasi bahwa para Rohaniawan tidak menggunakan teori kubler Ross. Penulis hanya mendengar bahwa para rohaniawan hanya mengerti sepintas saja mengenai marah, Stress, depresi. Penulis mendapatkan bahwa para Rohaniawan kurang mengetahui bagaimana marah itu ekspresinya bagaimana, tawar menawar ekspresinya bagaimana, serta stress dan depresi. Penulis menyimpulkan bahwa ada rohaniawan yang mengerti tapi tidak semuanya mengerti tahapan serta ekspresinya. Untuk itu penulis menyarankan untuk menjadi catatan bahwa Roahaniawan perlu mengetahui Tahapan menjelang ajal Kubler Ross.

39Wawancara dengan Rohaniawan Pdt Ts, 9 april 2016

40 Wawancara dengan Rohnaiawan Pdt Th dan Wawncara dengan Rohaniawan Pendeta Ts, 23 mei 2105, 9 april 2016


(23)

151

4.4. Hasil pendampingan

Betapa tidak mudahnya mendampingi orang yang terpidana mati pada saat menghadapi ajalnya dan tidak semua orang mau melayanai dalam kondisi orang sudah menjelang ajal serta Menghibur keluarga, anak, istri, orang tua, teman dan kerabat narapidana oleh sebab itu pendampingan dari segi social, rohani dan psikologis dibutuhkan untuk bisa menguatkan para Narapidana beserta kelurganya. Peranan Rohaniawan sangat diperlukan untuk menopang seluruh Narapidana dan kelurganya, agar tercapai suatu keikhalasan yang dialami oleh seluruh elemen Narapidana dan kelurga. Ini dapat dilihat dari penulis menemukan informasi dari Rohaniawan Pendeta Ts dimana ADW dan kelurga serta kerabat menerima eksekusi tersebut.41 Peranan pendeta sangat di perlukan untuk terjadi suatu keikhalasan untuk keluarga yang ditinggalkan

4.5. Peran pendampingatau Pendeta sampai ke lokasi

Setelah melakuakan penelitain penulis akan mengemukakan peranan pendeta kelokasi, yaitu lokasi yang dimaksud penulis adalah tempat Eksekusi dan serta lokasi tempat dimana para Narapidaa akan dimakamkan. Peranan Pendeta ke lokasi eksekusi sangat diperlukan untuk mendampingi terpidana mati pada Eksekusinya, tetapi tidak sampai tempat atau lokasi eksekusi penembakan. Menurut Sepengetahuan Rohaniawan proses eksekusi sebagai berikut:

a. Terpidana hukuman mati didampingi Rohaniawan mengenakan baju putih menuju tempat Eksekusi

b. Regu penembak terdiri dari 14 orang dengan 1 orang komandan mengatur posisi senjata api laras panjang

c. Petugas kejaksaan (Jaksa) memerintahkan komandan regu melaksanakan Eksekusi


(24)

152 d. regu tembak mengisi amunisi

e. Petugas membawa Terpidana ke tiang penembakan, melepaskan borgol, lalu mengikat kaki dan tangan ke tiang penyangga, petugas meminta terpidana posisi eksekusi: berdiri, duduk, atau berlutut

f. Terpidana menenangkan diri paling lama 3 (tiga) menit

g. Petugas menutup mata terpidana dengan kain hitam, kecuali terpidana menolak h. Dokter memberi tanda hiitam sebagai sasaran pada baju terpidana tepat di jantung i. Regu penembak bersiap dengan posisi di depan senjata mengahadap terpidana

j. Pemimpin regu menggentakan posisi pedang ke bawah, isyarat untuk melepaskan peluru secara serentak

k. Petugas(Petugas, Jaksa, dokter) memeriksa Terpidana.

Penulis menemukan bahwa peran pendeta sangat luar biasa sekali dalam pendampingan terhadap narapidana hukuman mati beserta keluarga Narapidanaa pada saat akan di eksekusi, peran pendeta sangat penting karena menyangkut dari segi rohani, social dan psikologis Narapidana tersebut dan Keluarganaya. Ini terbukti dengan adanya upaya penerimaan diri dari Narpidana Tersebut pada saat eksekusi. Ini sangat Terbukti atau menjadi bukti pada saat Eksekusi gelombang kedua, yaitu Narapidana ADW bernyanyi pada saat detik- detik eksekusi hukuman mati. Penulis mengambil kesimpulaan bahwa Peran pendeta sangat penting bagi narapidana hukuman mati dan dengan keluarga Narapidana tersebut, penulis mengambil ekspresi bernyanyi bahwa sebuah ekspresi peneriman diri dari Narapidanaa hukuman mati yang merupakan ekspresi pasrah kepada sang pencipta dunia ini.

Peran Pendeta untuk ke lokasi pemakaman yaitu menyiapakan upacara untuk penguburannya sangat diperlukan, dimana keluarga dihubungi setelah eksekusi dan pendeta turut


(25)

153

membantu dalam acara penguburannya. Penulis mendapatkan informasi, menurut Rohaniawan Pendeta Ts untuk peti mati disediakan oleh pemerintah atau kedutaan besar asalNarapidana tersebut. Penulis menemukan juga ada penerimaan dari pihak keluarga dengan Iklas melepas kepergian orang yang sudah lama bersama mereka. Peran pendeta sangat luar biasa juga disini, ini dapat dilihat pendeta sebagai rohaniawan memberi penguatan kepada keluarga Narapidana tersebut, sehingga pihak keluarga beserta kerabat iklas melepas kepergian Narapidana tersebut. Peran pendeta ke lokasi pemakaman juga terwujudkan dengan memimpin acara pemakaman jenazah Narapidana hukuman mati tersebut di tempat yang menjadi keinginan Narapaidana serta keluarga narapidana dimana akan dimakamkan.


(1)

148 Tahap kelima

Penerimaan: suatu penerimaan dari konseli dari keadaan yang terjadi pada konseli tersebut dengan menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan atas kedaan yang dialaminya.

Ciri-cirinya :

 Konseli Menerima kedaanya sekarang dengan penuh ikhlas

 Konseli berserah penuh kepada Tuhan atau konseli dengan penuh memegang janji-janji kepada Firman Tuhan atas kedaannya sekarang.

 Konseli berkata kata secara positif atas kedaannya33

Menurut kubler Ross pengertian penerimaan: Perasaan telah menyatakan, tawar-menawar adalah atas, penyangkalan tidak lagi untuk menawarkan kesempatan untuk mengejar kehidupan, dan jadi orang sekarat tersebut datang untuk menyelesaikan tenang yang perjuangan atas dan hidup akan datang ke sebuah akhir. Orang mati mulai melepaskan diri dari hubungan dan berusaha berdiam sambil menunggu kehidupan mereka untuk mengakhiri.. penerimaan merupakan tempat proses akhir mati menjadi satu tujuan. Setelah orang sekarat menerima kematian, orang mulai untuk melepaskan diri dari seluruh dunia. Mereka telah penyendiri tidak berpura-pura lagi bahwa mereka akan mendapatkan lebih baik. Mereka mengerti mereka akan mati dan mereka menjadi damai dengan hanya anak-anak mereka di sekitar mereka. Mereka yang berlatih cara baru untuk berada dalam hubungan dengan kami. Mereka tidak lagi berbicara tentang hal-hal di masa lalu, tapi hanya berbaring di kehadiran kami saat mereka mati.34

Ada beberapa pendapat lain mengenai tahapan penerimaan atau Ikhlas. Penerimaan dalam kematian menurut Meanger dan David bahwa saya siap untuk mati termasuk beberapa

33 Elisabet Kubler-Ross.On Death and Dying( Amerika: Taylor & Francis 1969),32-112

34Kubler Ross dkk. A personal Journey Thourgh The Grief and Healing Prosses with Virginia satif. Journal. Juli 2008, vol Issue 3 p89-105,17e


(2)

149

kesulitan yang harus dilepasakan atau menerima keadaan nya secara siap dan menerima secara damai dan mengalami pengalaman yang indah35

Penerimaan menurut Fredmen Russel yaitu adalah hampir tidak ada lagi penyangkalan yang mengahadapi kematian36

Menerima

Contoh: biarkan saya begini, saya sudah siap untuk mati.

Ini merupakan tahap di mana individu tidak lagi mengalami depresi atau marah. Ia telah mengatasi perasaan kehilangan dan telah menemukan kedamaian. Pada tahap ini pasien telah menerima situasi yang ia hadapi dan siap untuk pergi. Juga dalam tahap ini, anggota keluarga menjadi sangat marah atau mempertanyakan mengapa pasien merasa tenang di saat mereka masih ingin mengubah status si pasien. Namun, pasien telah memulai proses mengikhlaskan sejak berada dalam tahap depresi dan telah menuntaskan proses tersebut serta menerima apa yang pasti terjadi. Ia siap untuk melangkah.37

Penulis menemukan Pengertian Penerimaan, penerimaan merupakan Tahap keenam untuk Narapidana hukuman mati adalah: Suatu kedewasaan Rohani seseorang atau suatu penerimaan atau keiklasan dari Narapidana dari pada saat atau akan di eksekusi dan menyerahkan semua kepada Tuhan atas keadaan yang dialaminya.

Ciri -ciri tahap ini adalah muka tidak tegang, bernyanyi38, mengucapkan kata kata positif-positif. Penulis menemukan dari Rohaniawan memberikan masukan ayat yaitu untuk Narapidana yang sudah dewasa secara rohani yaitu dengan ayat alkitab Filipi 1:21 yaitu karena bagiku adalah

35David and Meagner. How We Die : Theory Vs Reality. Death Studies, Mar 2007. Vol.31 Issue 3, p226-270.5p 36Fredmen Russel dkk. The Myth of The Stages of Dying . Death and Grief(cover Story). Skeptic 2008 Vol, 14 Issue 2p37-41.3p

37Penney Upton. Psikologi Perkembangan. (Jakarta: Erlangga, 2012), p.255 38 Wawancara dengan Rohaniawan Pdt Th , 23 mei 2015


(3)

150

kristus dan mati adalah keuntungan.39 Selanjutanya Rohaniawan memberikan penguatan dengan kata- kata ada Yesus yang menyertai kamu percayalah. Sambil menepuk dan memeluknya. Serta ayat penguatan Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat dan penyertaannya kekal, serta di balik kehidupan ini ada kehidupan yang baru, kematian itu Pasti terjadi bagi semua orang dan dibalik ini ada kehidupan yang baru, menurut rohaniawan ini supaya mereka tidak mendapat ketakutan pada saat eksekusi. Hasil ini menurut penulis tercemin pada Eksekusi gelombang ke 2 (dua) kasus narkoba yaitu Narapidana ADW bernyanyi pada saat eksekusi hukuman mati.40 Penulis

menemukan ini merupakan cerminan dari suatu penerimaan diri dari seorang yang telah menyerahkan hidupnya kepada Tuham, serta ini merupakan tahap penerimaan.

Penulis menyimpulkan bahwa untuk mendampingi para narapidanat harus menggunakan tahapan kubler Ross seperti yang diatas. Penulis menemukan dari melihat, mendengar dari beberapa informasi bahwa para Rohaniawan tidak menggunakan teori kubler Ross. Penulis hanya mendengar bahwa para rohaniawan hanya mengerti sepintas saja mengenai marah, Stress, depresi. Penulis mendapatkan bahwa para Rohaniawan kurang mengetahui bagaimana marah itu ekspresinya bagaimana, tawar menawar ekspresinya bagaimana, serta stress dan depresi. Penulis menyimpulkan bahwa ada rohaniawan yang mengerti tapi tidak semuanya mengerti tahapan serta ekspresinya. Untuk itu penulis menyarankan untuk menjadi catatan bahwa Roahaniawan perlu mengetahui Tahapan menjelang ajal Kubler Ross.

39Wawancara dengan Rohaniawan Pdt Ts, 9 april 2016

40 Wawancara dengan Rohnaiawan Pdt Th dan Wawncara dengan Rohaniawan Pendeta Ts, 23 mei 2105, 9 april 2016


(4)

151

4.4. Hasil pendampingan

Betapa tidak mudahnya mendampingi orang yang terpidana mati pada saat menghadapi ajalnya dan tidak semua orang mau melayanai dalam kondisi orang sudah menjelang ajal serta Menghibur keluarga, anak, istri, orang tua, teman dan kerabat narapidana oleh sebab itu pendampingan dari segi social, rohani dan psikologis dibutuhkan untuk bisa menguatkan para Narapidana beserta kelurganya. Peranan Rohaniawan sangat diperlukan untuk menopang seluruh Narapidana dan kelurganya, agar tercapai suatu keikhalasan yang dialami oleh seluruh elemen Narapidana dan kelurga. Ini dapat dilihat dari penulis menemukan informasi dari Rohaniawan Pendeta Ts dimana ADW dan kelurga serta kerabat menerima eksekusi tersebut.41 Peranan pendeta sangat di perlukan untuk terjadi suatu keikhalasan untuk keluarga yang ditinggalkan

4.5. Peran pendampingatau Pendeta sampai ke lokasi

Setelah melakuakan penelitain penulis akan mengemukakan peranan pendeta kelokasi, yaitu lokasi yang dimaksud penulis adalah tempat Eksekusi dan serta lokasi tempat dimana para Narapidaa akan dimakamkan. Peranan Pendeta ke lokasi eksekusi sangat diperlukan untuk mendampingi terpidana mati pada Eksekusinya, tetapi tidak sampai tempat atau lokasi eksekusi penembakan. Menurut Sepengetahuan Rohaniawan proses eksekusi sebagai berikut:

a. Terpidana hukuman mati didampingi Rohaniawan mengenakan baju putih menuju tempat Eksekusi

b. Regu penembak terdiri dari 14 orang dengan 1 orang komandan mengatur posisi senjata api laras panjang

c. Petugas kejaksaan (Jaksa) memerintahkan komandan regu melaksanakan Eksekusi


(5)

152 d. regu tembak mengisi amunisi

e. Petugas membawa Terpidana ke tiang penembakan, melepaskan borgol, lalu mengikat kaki dan tangan ke tiang penyangga, petugas meminta terpidana posisi eksekusi: berdiri, duduk, atau berlutut

f. Terpidana menenangkan diri paling lama 3 (tiga) menit

g. Petugas menutup mata terpidana dengan kain hitam, kecuali terpidana menolak h. Dokter memberi tanda hiitam sebagai sasaran pada baju terpidana tepat di jantung i. Regu penembak bersiap dengan posisi di depan senjata mengahadap terpidana

j. Pemimpin regu menggentakan posisi pedang ke bawah, isyarat untuk melepaskan peluru secara serentak

k. Petugas(Petugas, Jaksa, dokter) memeriksa Terpidana.

Penulis menemukan bahwa peran pendeta sangat luar biasa sekali dalam pendampingan terhadap narapidana hukuman mati beserta keluarga Narapidanaa pada saat akan di eksekusi, peran pendeta sangat penting karena menyangkut dari segi rohani, social dan psikologis Narapidana tersebut dan Keluarganaya. Ini terbukti dengan adanya upaya penerimaan diri dari Narpidana Tersebut pada saat eksekusi. Ini sangat Terbukti atau menjadi bukti pada saat Eksekusi gelombang kedua, yaitu Narapidana ADW bernyanyi pada saat detik- detik eksekusi hukuman mati. Penulis mengambil kesimpulaan bahwa Peran pendeta sangat penting bagi narapidana hukuman mati dan dengan keluarga Narapidana tersebut, penulis mengambil ekspresi bernyanyi bahwa sebuah ekspresi peneriman diri dari Narapidanaa hukuman mati yang merupakan ekspresi pasrah kepada sang pencipta dunia ini.

Peran Pendeta untuk ke lokasi pemakaman yaitu menyiapakan upacara untuk penguburannya sangat diperlukan, dimana keluarga dihubungi setelah eksekusi dan pendeta turut


(6)

153

membantu dalam acara penguburannya. Penulis mendapatkan informasi, menurut Rohaniawan Pendeta Ts untuk peti mati disediakan oleh pemerintah atau kedutaan besar asalNarapidana tersebut. Penulis menemukan juga ada penerimaan dari pihak keluarga dengan Iklas melepas kepergian orang yang sudah lama bersama mereka. Peran pendeta sangat luar biasa juga disini, ini dapat dilihat pendeta sebagai rohaniawan memberi penguatan kepada keluarga Narapidana tersebut, sehingga pihak keluarga beserta kerabat iklas melepas kepergian Narapidana tersebut. Peran pendeta ke lokasi pemakaman juga terwujudkan dengan memimpin acara pemakaman jenazah Narapidana hukuman mati tersebut di tempat yang menjadi keinginan Narapaidana serta keluarga narapidana dimana akan dimakamkan.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Pendeta terhadap Narapidana Hukuman Mati di Lembaga Permasyarakatan Nusakambangan T2 752014012 BAB I

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Pendeta terhadap Narapidana Hukuman Mati di Lembaga Permasyarakatan Nusakambangan T2 752014012 BAB II

7 87 99

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Pendeta terhadap Narapidana Hukuman Mati di Lembaga Permasyarakatan Nusakambangan T2 752014012 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Pendeta terhadap Narapidana Hukuman Mati di Lembaga Permasyarakatan Nusakambangan

0 17 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Pendeta terhadap Narapidana Hukuman Mati di Lembaga Permasyarakatan Nusakambangan

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Indonesia dalam Pemahaman Pendeta Gereja Protestan Maluku (GPM) T2 752011022 BAB IV

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelayanan Konseling Pastoral di GKP Jemaat Cimahi Tanpa Pendeta Jemaat T2 752010012 BAB IV

0 1 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: HUKUMAN ROTAN : Suatu Analisa Sosiologi terhadap hukuman Rotan Bagi Masyarakat di Negeri Latuhalat T2 752011020 BAB IV

0 1 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mutasi Tenaga Pendeta: Suatu Analisis tentang Mutasi Tenaga Pendeta di GPM T2 912013020 BAB IV

0 0 41

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Waktu Tunggu Eksekusi Pidana Mati dalam Perspektif Hak Asasi Manusia T2 BAB IV

0 0 6