ANALISIS KEBIJAKSANAAN TENTANG PROGRAM DIPLOMA III GURU KEJURUAN TEKNOLOGI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS GURU TEKNOLOGI: Suatu Kajian Pada Pusat Pengembangan Penataran Guru Teknologi Bandung.
7/e>
v
ANALISIS KEBIJAKSANAAN TENTANG
PROGRAM DIPLOMA III GURU
KEJURUAN TEKNOLOGI UNTUK
MENINGKATKAN
GURU
KUALITAS
TEKNOLOGI
CSuatu Kajian Pada Pusat Pengembangan
Penataran Guru Teknologi BandungD
T
E S
I S
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung
untuk memenuhi sebagian dari syarat Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
Oleh :
SUFYARMA
M.
Nomor Pokok :598/A/XYIII
FAKULTAS
INSTITUT
PASCA
KEGURUAN
DAN
SARJANA
ILMU
BANDUNG
19 8 9
PENDIDIKAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Prof. Dr. Achmad Sanusi, S.H.
Pembimbing I
ar, M.
Ed.
Pembimbing II
BIDANG STUDI ADMINISTRASI
PENDIDIKAN
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1989
/If
DAFTAR ISI
Hal am an
KATA PENGANTAR
*•
DAFTAR ISI
BAB
BAB
BAB
BAB
viii
I PENDAHULUAN
1
A. Fokus Utama Penelitian
1
B. Pentingnya Penelitian
13
C. Tujuan Penelitian
15
D. Kegunaan Penelitian
17
E. Ruang Lingkup Penelitian
19
II STUDI KEBIJAKSANAAN DAN KUALITAS GURU
A. Studi Kebi jaksanaan
21
B. Kualitas Guru
58
III PROSEDUR PENELITIAN
73
A. Metoda Penelitian
73
B. Subyek yang Diteliti
75
C. Teknik Pengumpulan Data
77
D. Pelaksanaan Penelitian
77
E. Analisis Data
79
IV TEMUAN PENELITIAN DAN DISKUSI
A. Temuan Penelitian
B. Diskusi
BAB
21
V KESIMPULAN DAN
82
82
151
EEKOMENDASI
20 2
A. Kesimpulan
202
B • Rekomendasi
208
viii
C. Diskusi
2l2
DAFTAR BACAAN
217
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Ringkasan
227
B. Riwayat Hidup
230
C. Struktur Organisasi PPPG Teknologi Bandung
232
D. Pejabat dan Staf Struktural PPPG Teknologi Bandung... 233
E. Pejabat dan Staf Fungsional PPPG Teknologi Bandung... 237
F. Lokasi Kampus Baru PPPG Teknologi Bandung
242
G. Master Plan PPPG Teknologi Bandung
243
Ho Kampus Baru PPPG Teknologi Bandung
244
I. Pimpinan IKIP Bandung yang Terkait dengan Program
D III GKT PPPG Teknologi Bandung
ix
245
BAB
I
PENDAHULUAN
A« Fokus Utama Penelitian
Pengembangan kualitas sumber daya manusia aerupa-
kan upaya membangun dan mempersiapkan bangsa Indonesia
untuk tinggal landas. Kecendrungan kehidupan di Indone
sia menjelang tinggal landas dilukiskan dengan kehidupan
yang optimistik di satu pihak tetapi kehidupan yang dinamis, penuh kerumitan dan tantangan di pihak lain (Engkos
wara, 1986:62). Kualitas sumber daya manusia adalah kesa
daran manusia terhadap eksistensinya sebagai manusia, ma
nusia yang menyadari eksistensi dirinya atau keberadaannya,
Kesadaran eksistensi manusia dicerminkan oleh upaya memper-
kuat ketahanan dirinya agar bisa menghidupi dirinya sendiri dan melaksanakan peranannya dalam proses berinteraksi
dengan lingkungannya, sehingga peranannya mempunyai makna
dalam hidupnya (Soepardjo Adikusumo, 1989:35).
Peranan pendidikan dalam membangun masa depan
bangsa mempunyai posisi yang amat penting dan strategis.
Pandangan umum yang menyebutkan bahwa kualitas manusia
Indonesia seutuhnya amat ditentukan oleh kualitas pendi
dikan nasionalnya. Pemikiran yang meletakkan posisi pen
didikan dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan unggul. Pendidikan itu perlu dioptimasikan secara efektif dan efisien, terarah dan terkoordina-
sikan secara terpadu untuk mengembangkan kualitas sumber
daya manusia (Mohammad Fakry Gaffar, 1986:1).
Jelaslah peranan pendidikan dalam upaya meningkat-
kan
kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya
manusia amat perlu ditingkatkan, karena kita menyadari
bahwa manusia itu sebagai subyek dan obyek pembangunan.
Pendidikan teknik menengah kejuruan merupakan sa-
lah satu sub-sistem dalam sistem pendidikan nasional.
Pendidikan teknik menengah kejuruan menempati posisi yang
amat strategis, karena lembaga pendidikan ini menghasilkan tenaga kerja dengan kualifikasi tenaga teknisi tingkat menengah. Tenaga teknisi tingkat menengah amat diperlukan untuk melaksanakan pembangunan.
Pendidikan teknik menengah kejuruan selama ini
dinilai raasih memiliki ellsiensi yang rendah dibandingkan
dengan biaya pengeiolaan
lebih tinggi. Pendidikan tek
nik memberikan nilai lebih rendah, dibandingkan
dengan
pendidikan menengah umum.
Asumsi bahwa pendidikan teknik menengah kejuruan
memiliki kontekstual dengan kebijaksanaan pembangunan
ekonomi. Keterkaitan pendidikan dengan pembangunan bidang
ekonomi yang dikemukakan oleh (Mohammad Fakry Gaffar,
1986:7) yaitu keterkaitan pendidikan dengan usaha-usaha
pembangunan berbagai sektor kehidupan manusia, terutama
kehidupan ekonominya. Konsep "investment in education"
3
atau "investment in human capital", memerlukan efisien-
si pengelolaan pendidikan dengan memusatkan pada program
pendidikan yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi.
Pendidikan teknik menengah kejuruan diasumsikan
dapat menghasilkan tamatannya memiliki keterampilan te
naga teknisi tingkat menengah. Tenaga teknisi tingkat
menengah dapat dimamfaatkan untuk melaksanakan proses
pembangunan. Keterampilan yang diailiki oleh teknisi,
sehingga ia dapat melaksanakan pembangunan dengan baik.
Keterampilan yang dimiliki oleh para teknisi itu mempu
nyai nilai ekonomi.
Kajian tentang studi kebijaksanaan menggunakan
pendekatan yang bersifat komprehensif dan interdisipliner. Analisis kebijaksanaan pendidikan ialah suatu ana
lisis untuk menemukan kebijaksanaan pemerintah tentang
pendidikan. Mengapa pemerintah melakukan kebijaksanaan
pendidikan tersebut?. Berdasarkan kebijaksanaan itu, apa
hasil dan dampaknya dalam bidang pendidikan?. Ruang ling-
kup kebijaksanaan pendidikan ini dikembangkan oleh (Achmad
Sanusi dan Supandi, 1987:18)^yang mengutip pendapat
(Thomas R. Dye, 1978:2) ialah apa yang dilakukan peme
rintah tentang pendidikan, mengapa pemerintah melakukan
pendidikan, dan apa dampaknya terhadap kebijaksanaan
pendidikan tersebut.
Pengertian analisis kebijaksanaan ini dikemukakan
oleh (Stuart S. Nagel, 1980:15) sebagai kajian tentang:
hakekat, kasus, dan dampak dari berbagai alternatif ke
bijaksanaan umum. Kadang-kadang dikhususkan kepada meto-
da-metoda yang digunakan dalam menganalisis kebijaksa
naan
umum.
Oleh karena itu, ruang lingkup analisis kebijak
sanaan dapat dilakukan dengan: mengidentifikasi secara
sistematis raasalah-masalah atau dampak kebijaksanaan pe
merintah. Analisis kebijaksanaan tersebut
harus menggu-
nakan standar ilmiah.
Analisis kebijaksanaan dapat dilakukan secara:
deskriptif, retrospective, evaluatif, dan prediktif. Ana
lisis kebijaksanaan deskriptif yaitu menganalisis suatu
kebijaksanaan yang bersifat historis. Kebijaksanaan re
trospective yaitu menganalisis kebijaksanaan dengan jalan mendeskripsikan dan menafsirkan kebijaksanaan masa
lampau. Kebijaksanaan evaluatif yaitu menganalisis suatu
kebijaksanaan yang bersifat mengevaluasi suatu program.
Kebijaksanaan prediktif yaitu menganalisis kebijaksanaan
untuk memproyeksikannya masa yang akan datang. Kebijak
sanaan preskriptif yaitu menganalisis memberikan
reko-
mendasi tindakan.
Pandangan linier,analisis kebijaksanaan pendidi
kan dapat dilakukan sesudah pelaksanaan kebijaksanaan
pendidikan. Pandangan komprehensif, analisis kebijaksa
naan pendidikan dapat dilakukan pada tahap: perumusan
5
kebijaksanaan, pelaksanaan kebijaksanaan, dan penilaian
kebijaksanaan. Atau analisis kebijaksanaan itu dapat juga
dilakukan pada semua proses kebijaksanaan. Proses kebijak
sanaan ini dikemukakan oleh (Achmad Sanusi dan Supandi,
1987:30) yaitu proses kebijaksanaan menjadi tiga tahap
utama seperti: perumusan kebijaksanaan, implementasi kebi
jaksanaan, dan penilaian kebijaksanaan.
Di Indonesia para perumus kebijaksanaan pendidikan
terdiri dari: MPR, DPR, Presiden, Menteri, Dirjen, Rektor,
Kakanwil dan sebagainya. Di samping badan resmi itu, ter-
dapat juga peserta non-struktural yang dapat mempengaruhi
suatu kebijaksanaan. Peserta non-struktural itu terdiri
dari: parpol dan golkar serta lembaga swadaya masyarakat.
Di samping itu, tokoh perorangan dapat juga mempengaruhi
suatu kebijaksanaan pendidikan seperti: Slamet Imam San-
toso, Sumitro Djojohadikusumo, Soedjatmoko dan sebagainya.
Kebijaksanaan nasional pendidikan teknik dan keju
ruan dirumuskan dalam ketetapan MPR No. IV/MPR/1978 yaitu
peningkatan pendidikan teknik dan kejuruan pada semua ting
kat untuk dapat menghasilkan anggota-anggota masyarakat
yang memiliki kecakapan sebagai tenaga-tenaga pembangunan.
Sal ah satu tindak lanjut pengembangan pendidikan
teknik dan kejuruan, pemerintah mengeluarkan suatu kebi
jaksanaan untuk mendirikan lembaga pendidikan teknik dan
kejuruan yang bersifat pendidikan dalam jabatan. Kebijak
sanaan ini, sesuai dengan keputusan Mendikbud tanggal 23
Juni 1978 tentang pendirian Pusat Pengembangan Penataran
Guru Teknologi Bandung (PPPG Teknologi Bandung). PPPG
Teknologi Bandung merupakan Unit Pelaksana Teknis
dan
bertugas melaksanakan penataran yang bersifat pendidikan
dalam jabatan. PPPG Teknologi Bandung berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Dirjen Dikdasmen.
Sekolah Teknologi Menengah (STM) adalah wadah
menghasilkan tenaga teknisi tingkat menengah. Untuk dapat
menghasilkan tenaga teknisi tingkat menengah, peranan gu
ru mempunyai kedudukan yang strategis dalam pelaksanaan
proses belajar dan mengajar.
Beberapa permasalahan guru STM di lapangan adalah
sebagai berikut: (1) ada kecendrungan sarjana FPTK IKIP
malas melakukan pekerjaan kotor (Black collar jobs), (2)
Sarjana FPTK IKIP lebih senang bekerja di dunia industri
dan dunia usaha dari pada menjadi guru STM, (3) para ca-
lon guru STM lebih senang bekerja di kota-kota besar da
ri pada di berbagai daerah seluruh pelosok tanah air,
(4) repelita III kebutuhan guru STM sebanyak 13.629 orang,
sedangkan guru STM yang ada sebanyak 5.481 orang. Kenya-
taan di lapangan, masih diperlukan guru STM dalam berba
gai jenis spesialisasi dan kualitas tinggi.
Hasil penelitian PPPG Teknologi Bandung yang be-
kerjasaraa dengan tenaga ahli dari Australia pada tahun
1979 dan 1980. Penelitian ini dilakukan terhadap 192
orang guru STM di Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.
Temuan penelitian ini mengambarkan kualitas guru STM
sebagai berikut: (1) guru STM mengaku belum menguasai
sepenuhnya materi pelajaran (teori dan praktek) yang men
jadi tanggung jawabnya sebanyak 68 %, (2) guru STM hanya
memiliki satu buah buku pegangan dan tidak memiliki ser
ta tidak memakai buku lainnya sebagai referensi sebanyak
53 %, (3) guru STM tidak memiliki target pelajaran yang
harus diajarkannya pada satuan waktu semester tertentu.
Mereka hanya mengajarkan apa yang sempat mereka ajarkan
dengan kondisi, situasi dan waktu yang tersedia sebanyak
84 %,
Temuan penelitian selanjutnya adalah: (4) guru STM
tidak melakukan persiapan mengajar secara beraturan seba
nyak 52 %, (5) guru STM tidak memakai kurikulum sebagai
pegangan program pendidikan yang harus diajarkan. Buku
kurikulum dipelajari hanya untuk mengetahui garobaran umum
dan setelah itu dilupakan sebanyak 57 %, (6) guru STM
absen lebih dari 10 % jam wajib mengajarnya, dan berada
di sekolah pada jam-jam mengajar saja sebanyak 46 %, (6)
guru STM beranggapan bahwa terlambat datang di sekolah
atau terlambat tiba di kelas adalah hal yang wajar sebanyak
63 %. (7) guru STM beranggapan bahwa kebersihan bengkel
dan perawatan pexalatan bukan tugas dan tanggung jawab
mereka sebanyak 77 %.
8
Temuan penelitian tersebut di atas selanjutnya
adalah sebagai berikut:
(8) guru STM tidak memperhatikan
perkembangan siswanya sebanyak 85 %, (9) guru STM kurang
menjelaskan konsep setiap unit pelajaran yang diajarkannya. Sebagai guru praktek mereka hanya menugaskan siswa
untuk mengerjakan lembaran kerja yang tersedia sebanyak
70 %, dan (10) guru STM melibatkan peranan dirinya seba
gai guru di sekolah dan kurang dapat melihat peranan me
reka dalam kerangka pembangunan nasional sebanyak 90 %.
Masalah guru STM meliputi kekurangan dalam pengua-
saan
teori dan keterampilan kejuruan teknik dan pengua-
saan prinsip-prinsip pendidikan dan metoda mengajarnya,
tetapi masalah
yang lebih menonjol adalah sikap mental
guru yang belum profesional. Pada waktu itu, FPTK IKIP
masih terbatas kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan guru
STM baik secara kualitas maupun kuantitas. Salah satu
upaya untuk mengatasi kekurangan guru STM tersebut di
atas, maka dirumuskan kebijaksanaan pengadaan Program
D III GKT pada PPPG Teknologi Bandung.
Semenjak tahun 1981 PPPG Teknologi Bandung telah
melaksanakan Program D III GKT. Program ini memberikan
kualifikasi formal yang bersifat pendidikan sebelum jabatan. Pelaksanaan Program
D III GKT pada PPPG Teknologi
Bandung, maka terdapat penyimpangan pelaksanaan misi
PPPG Teknologi Bandung dan juga terdapat tumpang tindih
antara fungsi LPTK dengan fungsi PPPG Teknologi Bandung.
9
Program Diploma merupakan program pendidikan guru
bertaraf pendidikan tinggi, pendidikan guru bertaraf pen
didikan tinggi merupakan tugas dan fungsi pendidikan IKIP/
FKIP. Untuk itu. Program D III seyogyanya menjadi tanggung
jawab fungsional IKIP/FKIP (Santoso S.Hamidjoyo, 1988:12).
Tanggung jawab fungsional mutu pendidikan guru
bertaraf pendidikan tinggi adalah kewenangan LPTK. Efisiensi dan efektifitas pengelolaan pendidikan, sebaiknya
Program D III GKT dikelola oleh LPTK.
Suatu hal yang perlu diperhatikan bagi pengelola
pendidikan dan tenaga kependidikan ialah tanggung jawab
fungsional mutu pendidikan guru pada LPTK. Untuk itu,
LPTK (IKIP/FKIP) berwenang mengontrol dan memantau serta
mengevaluasi persyaratan kurikulum, dosen, pelaksanaan
proses belajar dan mengajar, sistem penilaian hasil belajar serta menerima laporan pelaksanaan Program Diploma
III.
Fokus utama penelitian ini adalah analisis kebi
jaksanaan tentang Program D III GKT pada PPPG Teknologi
Bandung untuk meningkatkan kualitas guru teknologi.
Yang dimaksud dengan analisis kebijaksanaan adalah
suatu untuk menganalisis kebijaksanaan pemerintah tentang
Program D III GKT pada PPPG Teknologi Bandung untuk me
ningkatkan kualitas guru teknologi. Analisis kebijaksa
naan adalah kajian tentang hakekat, kasus, dan dampak
dari berbagai altematif kebijaksanaan (Stuart S. Nagel,
10
1980:15).
Pengertian
analisis kebijaksanaan ini, seja-
lan dengan pikiran (Thomas R. Dye, 1978:2) yaitu
apa
yang dilakukan pemerintah tentang kebijaksanaan pendidi
kan, mengapa pemerintah melakukan kebijaksanaan pendidi
kan tersebut, dan apa hasil dan dampak kebijaksanaan
pendidikan tersebut.
Bidang garapan analisis kebijaksanaan dalam pene
litian ini adalah: masalah guru STM di lapangan, landasan hukum merumuskan kebijaksanaan Program D III GKT,
unsur perumus kebijaksanaan Program D III GKT, pengelo-
laan proses belajar dan mengajar yang terdiri dari: ku
rikulum, personil, sarana dan prasarana, dan mahasiswa.
Tamatan Program D III GKT, dampak tamatan Program D III
GKT, dan pembinaan dan pengembangan PPPG Teknologi Ban
dung untuk masa yang akan datang.
Yang dimaksud dengan kualitas guru teknologi ada
lah mahasiswa tamatan Program D III GKT pada PPPG Tek
nologi Bandung yang mempunyai kemampuan dalam metode
mengajar dan bidang studi yang akan diajarkannya. Mereka
tersebut dipersiapkan untuk menjadi guru STM kelak. Ka
jian mengenai kualitas guru dikemukakan oleh (Achmad
Sanusi, 1984:3) mencakup: tujuan, masukan, proses, dan
keluaran.
Sehubungan dengan kualitas guru tersebut, (Alam
J, Thomas, 1971:13) mengemukakan bahwa perubahan perilaku manusia, penambahan pengetahuan, perolehan
nilai.
11
dan peningkatan kemampuan berhubungan dengan orang lain.
Kualitas guru teknologi dalam penelitian ini mencakup:
calon mahasiswa Program D III GKT pada PPPG Teknologi
Bandung, pelaksanaan proses belajar dan mengajar
pada
Program D III GKT pada PPPG Teknologi Bandung, dan ta
matan Program D III GKT pada PPPG Teknologi Bandung.
Secara umum rumusan masalah penelitian ini seba
gai berikut: Apakah kebijaksanaan pemerintah tentang
Program Diploma III Guru Kejuruan Teknologi pada Pusat
Pengembangan Penataran Guru Teknologi Bandung
dapat
meningkatkan kualitas guru teknologi?
Secara khusus fokus penelitian ini dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah kebijaksanaan pemerintah untuk meningkatkan
kualitas guru teknologi?
2. Apakah landasan hukum yang dipakai dalam merumuskan
kebijaksanaan tentang Program D III GKT pada
PPPG
Teknologi Bandung untuk meningkatkan kualitas guru
teknologi?
3. Unsur-unsur apakah yang terlibat dalam merumuskan
kebijaksanaan tentang Program D III GKT pada
PPPG
Teknologi Bandung untuk meningkatkan kualitas guru
teknologi?
12
4. Adakah kaitan tujuan kebijaksanaan Program D III GKT
pada PPPG Teknologi Bandung untuk meningkatkan kuali
tas guru teknologi?
5. Apakah kebijaksanaan yang digunakan dalam menyusun
kurikulum Program D III GKT pada PPPG Teknologi Ban
dung untuk meningkatkan kualitas guru teknologi?
6. Apakah kebijaksanaan yang ditempuh dalam membina kua
lifikasi personil PPPG Teknologi Bandung untuk mening
katkan kualitas guru teknologi?
7. Apakah kebijaksanaan yang ditempuh dalam pengaturan
sarana dan prasarana yang tersedia pada PPPG Teknologi
Bandung dalam upaya peningkatan kualitas guru teknologi?
8. Apakah kebijaksanaan yang dilakukan dalam menetapkan
kriteria mahasiswa yang diterima dan kriteria keberhasilan mahasiswa dalam menyelesaikan Program D III
GKT pada PPPG Teknologi Bandung?
9. Apakah kebijaksanaan yang dirumuskan dalam pengelolaan proses belajar dan mengajar Program D III GKT pada
PPPG Teknologi Bandung untuk meningkatkan kualitas
guru teknologi?
10. Siapakah yang berwenang menerbitkan Ijazah Diploma III
dan Akta Mengajar III GKT pada PPPG Teknologi Bandung?
11. Apakah dampak kebijaksanaan Program D III GKT pada
PPPG Teknologi Bandung terhadap upaya peningkatan kua
litas guru teknologi?
13
12. Rencana kebijaksanaan manakah yang akan dilaksana-
kan dalam pembinaan dan pengembangan PPPG Teknologi
Bandung pada masa yang akan datang untuk meningkat
kan kualitas guru teknologi?
B. Pentinqnya Penelitian
1. Dilihat dari Bidang Administrasi Pendidikan
Penelitian analisis kebijaksanaan tentang Prog
ram D III GKT pada PPPG Teknologi Bandung untuk . me
ningkatkan kualitas guru teknologi. Penelitian anali
sis kebijaksanaan pendidikan ini berkaitan erat dengan
mata kuliah studi kebijaksanaan yang diberikan kepada
Siswa Bidang Studi Administrasi Pendidikan FPS IKIP
Bandung.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
salah satu masukan untuk perkuliahan studi kebijaksa
naan pada bidang studi administrasi pendidikan. Salah
satu tujuan ilmu kebijaksanaan dapat membantu membuat
keputusan secara efektif dan efisien.
Kajian kebijaksanaan menggunakan pendekatan
yang bersifat komprehensif dan interdisipliner. Kajian
kebijaksanaan dapat dilakukan pada tahap perumusan ke
bijaksanaan, pada tahap pelaksanaan kebijaksanaan, dan
pada tahap penilaian kebijaksanaan. Perumusan kebijak
sanaan merupakan bidang garapan perencanaan. Pelak
sanaan kebijaksanaan merupakan bidang garapan penge-
14
lolaan, dan penilaian kebijaksanaan merupakan bidang
garapan penilaian atau pengawasan.
2. Dilihat dari Operasional
Kebijaksanaan pemerintah tentang Program D III
GKT, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan guru STM baik
secara kualitas maupun kuantitas.
Kebijaksanaan pemerintah tersebut di atas,
mengundang bermacatn pertanyaan. Kenapa pemerintah me
rumuskan kebijaksanaan tentang Program D III GKT
pa
da PPPG Teknologi Bandung untuk memenuhi kebutuhan
guru STM baik secara kualitas maupun kuantitas?. Ke
napa pemerintah tidak mengembangkan FPTK-FPTK IKIP di
seluruh Indonesia untuk memenuhi kebutuhan guru STM
baik secara kualitas maupun kuantitas?. Kebijaksanaan
pemerintah tentang PP-SPTK yang berisi antara lain
adanya prinsip keterpaduan pengelolaan pendidikan dan
tenaga kependidikan di Indonesia. Program Diploma
pendidikan guru bertaraf pendidikan tinggi adalah tu
gas dan fungsi LPTK (IKIP/FKIP).
Untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas,
diperlukan suatu penelitian untuk menganalisis kebi
jaksanaan pemerintah tentang Program D III GKT pada
PPPG Teknologi Bandung
untuk meningkatkan kualitas
guru teknologi. Penelitian ini merupakan salah satu
upaya untuk menjawab pertanyaan
naan pemerintah tersebut di atas.
tentang kebijaksa
15
Kalau tidak salah dan sepanjang pengetahuan pene
liti, penelitian tentang studi kebijaksanaan pendidikan
masih langka dilakukan oleh para peneliti umumnya dan
para Siswa FPS IKIP Bandung khususnya. Oleh karena itu,
penelitian tentang analisis kebijaksanaan pemerintah
tentang Program D III GKT pada PPPG Teknologi Bandung
untuk meningkatkan kualitas guru teknologi, dipandang
perlu untuk dilaksanakan.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah peneliti
ingin mendeskripsikan dan menganalisis kebijaksanaan
pemerintah tentang Program D III GKT pada PPPG Tek
nologi Bandung untuk meningkatkan kualitas guru
teknologi.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah peneliti
ingin untuk:
a. Mendeskripsikan dan menganalisis kebijaksanaan
pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru tek
nologi .
b. Mendeskripsikan dan menganalisis landasan hukum
yang dipakai dalam merumuskan kebijaksanaan ten
tang Program D III GKT pada PPPG Teknologi
Ban
dung untuk meningkatkan kualitas guru teknologi.
16
c. Mendeskripsikan dan menganalisis unsur-unsur yang
terlibat dalam merumuskan kebijaksanaan tentang
Program D III GKT pada PPPG Teknologi Bandung un
tuk meningkatkan kualitas guru teknologi.
d. Mendeskripsikan dan menganalisis kaitan tujuan
kebijaksanaan Program D III GKT pada PPPG Teknolo
gi Bandung untuk meningkatkan kualitas guru tek
nologi .
e. Mendeskripsikan dan menganalisis kebijaksanaan
yang digunakan dalam menyusun kurikulum Program
D III GKT pada PPPG Teknologi Bandung untuk me
ningkatkan kualitas guru teknologi.
f. Mendeskripsikan dan menganalisis kebijaksanaan yang
ditempuh dalam membina kualifikasi personil PPPG
Teknologi Bandung untuk meningkatkan kualitas guru
teknologi.
g. Mendeskripsikan dan menganalisis kebijaksanaan yang
ditempuh dalam pengaturan sarana dan prasarana yang
tersedia pada PPPG Teknologi Bandung dalam upaya
peningkatan kualitas guru teknologi.
h. Mendeskripsikan dan menganalisis kebijaksanaan yang
dilakukan dalam menetapkan kriteria mahasiswa yang
diterima dan kriteria keberhasilan mahasiswa dalam
menyelesaikan Program D III GKT pada PPPG Teknologi
Bandung.
17
i. Mendeskripsikan dan menganalisis kebijaksanaan
yang dirumuskan dalam pengelolaan proses belajar
dan mengajar Program D III GKT pada PPPG Teknologi
Bandung untuk meningkatkan kualitas guru teknologi.
j. Mendeskripsikan dan menganalisis yang
berwenang
menerbitkan Ijazah Diploma III dan Akta Mengajar
III GKT pada PPPG Teknologi Bandung.
k. Mendeskripsikan dan menganalisis dampak kebijak
sanaan Program D III*GKT pada PPPG Teknologi Ban
dung terhadap upaya peningkatan kualitas guru tek
nologi •
1. Mendeskripsikan dan menganalisis rencana kebijak
sanaan yang akan dilaksanakan dalam pembinaan dan
pengembangan PPPG Teknologi Bandung pada masa yang
akan datang untuk meningkatkan kualitas guru tek
nologi .
D.
Kequnaan Penelitian
1. Kequnaan Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
Bidang Studi Administrasi Pendidikan pada umumnya
dan mata kuliah Studi Kebijaksanaan Pendidikan pa
da
khususnya.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah
satu masukan dalam proses kebijaksanaan yang ter
diri dari: perumusan kebijaksanaan, pelaksanaan
18
kebijaksanaan, dan penilaian kebijaksanaan.
2. Kequnaan Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah
satu masukan bagi perumus kebijaksanaan tentang
pendidikan dan tenaga kependidikan masa datang.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah
satu masukan bagi PPPG Teknologi Bandung untuk me
laksanakan Program D III GKT secara efektif
dan
efisien.
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah
satu masukan bagi perumus kebijaksanaan dalam rang-
ka pembinaan dan pengembangan LPTK sebagai satusatunya wadah pengadaan tenaga kependidikan.
d. Hasil penelitian ini dapat memperluas wawasan pene
liti dalam Bidang Administrasi Pendidikan pada
umumnya dan Studi Kebijaksanaan Pendidikan
pada
khususnya.
e. walaupun penelitian ini merupakan studi kasus pada
PPPG Teknologi Bandung, namun hasil penelitian ini
mempunyai implikasi praktis
terhadap lembaga-lem-
baga pendidikan lainnya, sepanjang mempunyai kharakteristik dan permasalahan yang sama seperti antara lain: PPPG Teknologi Medan, PPPG Teknologi
Malang, PPPG Kejuruan Jakarta, PPPG Pertanian Ci-
anjur, dan PPPG Kesenian Yogyakarta. Kajian kebi-
19
jaksanaan pendidikan ini, amat diperlukan dalam rangka
membenahi dan memperbaiki mutu pendidikan dan tenaga
kependidikan•
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini merupakan kerangka
berpikir yang ditempuh oleh peneliti dalam pelaksanaan
penelitian ini. Ruang lingkup penelitian ini disusun ber
dasarkan fokus penelitian dan tujuan penelitian yang te
lah dirumuskan.
Ruang lingkup penelitian ini menunjukkan tentang:
masalah guru STM di lapangan, landasan hukum merumuskan
kebijaksanaan Program D III GKT PPPG Teknologi Bandung,
unsur yang terlibat dalam merumuskan kebijaksanaan Program
D III GKT PPPG Teknologi Bandung, tujuan Program D III
GKT PPPG Teknologi Bandung, pelaksanaan proses belajar
dan mengajar Program D III GKT PPPG Teknologi Bandung yang
terdiri dari: kurikulum, personil, sarana dan prasarana,
mahasiswa. Tamatan Program D III GKT PPPG Teknologi Ban
dung.
Dampak tamatan Program D III GKT PPPG Teknologi
Bandung untuk memenuhi kebutuhan guru STM baik secara kua
litas maupun kuantitas. Pembinaan dan pengembangan PPPG
Teknologi Bandung pada masa yang akan datang untuk me
ningkatkan kualitas guru teknologi.
Sedangkan ruang lingkup
lukiskan sebagai berikut:
penelitian ini dapat di-
RUANG LINGKUP PENELITIAN:
ANALISIS KEBIJAKSANAAN PROGRAM D III GST UNTUK
MENINGKATKAN KUALITAS GURU TEKNOLOGI
(Suatu Kajian pada PPPG Teknologi Banddng)
(2)
(5)
LANDAS AN
KURI
HUKUM
KULUM
(11)
DAMPAK
TAMATAN
PROGRAM
D HI
GKT
(6)
PERSONIL
(1)
U)
Kebijaksanaan
meningkatkan
(10)
TAMATAN
PROGRAM
D III
MERUMUSKAN
kualitas guru
PROGRAM
D I I I GKT
teknologi
(7)
GKT
'
SARANA
DAN
PRA-
SARANA
W
(12)
(3)
(8)
PEMBINAAN
DAN PENGEMBANGAN
UNSUR
PERUMUS
KEBIJAK
SANAAN
P3GT BDG
MAHA
UNTUK
SISWA
MASA
DATANG
(13)
UMPAN
BALIK
4
I
O
BAB
III
PROSEDUR PENELITIAN
A, Metoda Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kua
litatif. Penelitian kualitatif adalah terminologi gene-
rik yang mencakup beberapa strategi penelitian yang mem
punyai karakteristik yang sama. Terminologi yang bersamaan dengan penelitian kualitatif ini antara lain: pene
litian lapangan (field research) yang dipergunakan dalam
sosiologi, etnografi yang dipergunakan dalam antropologi,
dan naturalistik yang dipergunakan dalam pendidikan.
Paradigma penelitian kuantitatif berbeda dengan
penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif didasarkan
atas filsafat positivisme. Penelitian ini bertujuan untuk
mengumpulkan fakta. hubungan antar fakta. dan penjelasan
mengenai sebab hubungan tersebut yang dilakukan secara
obyektif. Penelitian kualitatif didasarkan atas fenemenologis yang pada dasarnya bertujuan untuk pemahaman
(verstehen) dan pengertian (understanding) tentang perilaku manusia ditinjau dari aktor pelaku itu
sendiri.
Fenemenologis mempelajari pengalaman manusia dalam berkehidupan. Realitas bagi seorang fenomenologis adalah
apa yang dibayangkan oleh manusia (Cook dan Reichardt,
1982:10)
Menurut Bogdan dan Biklen (1982:31) tentang pen73
74
dekatan penelitian kualitatif adalah berusaha memahami
dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi perilaku
manusia dalam suatu situasi tertentu menurut perspektif
peneliti sendiri. Fenemenologis mengemukakan teori kebe
naran baru. Kebenaran ini ditemukan di lapangan dan bukan
di laboratorium. Fenemenologis percaya bahwa kebenaran
akan terungkap melalui upaya menyelami dan mengalami in
teraksi perilaku manusia, akhirnya
memperoleh kesimpulan
tentang apa yang penting, dinarais dan berkembang (Jujun
S. Suriasumantri, Suara Karya, 6-9-1988).
Dengan perbedaan paradigma penelitian kualitatif
dan penelitian kuantitatif, maka menghasilkan perbedaan
pula terhadap metoda dan teknik penelitian. Metoda
dan
teknik penelitian itu merupakan penjabaran dari paradig
ma penelitian. Untuk memahami metoda penelitian kualita
tif ini, perlu diketahui karakteristik penelitian kwalitatif. Karakteristik penelitian kualitatif ini dikemuka
oleh Bogdan dan Biklen (1982:27-29) sebagai berikut:
1. Qualitative research has the natural setting as
the direct source of data and the researcher is
the key instrument.
2. Qualitative research is descriptive.
3. Qualitative research ia concerned with process
rather than simply with outcomes or products.
4. Qualitative researcher tend to analyze their data
inductively.
5. Meaning is of essential concern to the qualitative
approach.
Selanjutnya Yvonna S. Lincoln dan Egon G. Guba
(1985:39-42) mengemukakan karakteristik penelitian kuali-
75
tatif sebagai berikut:(1)natural setting, (2)human instru
ment, (3) utilization of tacit knowledge, (4)qualitative
methods, (5)purposive sampling. (6)inductive data analy
sis. (7)grounded theory. (8)emergent*design. (9)negotiated
outcomes. (10)case study reporting mode, (11) idiographic
interpretation. (12)tentative application. (13)focus de
termined boundaries, dan (14)special criteria for trust
worthiness. Berkaitan dengan karakteristik penelitian
kualitatif dikemukakan oleh S. Nasution (1988:9-12) seba
gai berikut:
1. Sumber data adalah situasi yang wajar.
2. Peneliti sebagai instrumen.
3. Sangat deskriptif.
4. Mementingkan proses maupun produk.
5. Mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan.
6. Mengutamakan data langsung.
7. Triangulasi.
8. Menonjolkan rincian kontekstual.
9. Subyek yang diteliti dipandang bekkedudukan aama
dengan peneliti.
,.*.**
*.*„
10. Mengutamakan perspektif dan bukan perspektif etic.
11. Verifikasi melalui kasus yang bertentangan.
12. Sampling yang purposif.
13. Menggunakan "audit trail".
14. Partisipasi tanpa menganggu.
15. Mengadakan analisis sejak awal penelitian.
Penelitian kualitatif ini dengan menggunakan ter
minologi penelitian naturalistik. Dalam penelitian naturalistik ini menggunakan karakteristik seperti yang dike
mukakan oleh para pakar tersebut di atas.
B. Subyek yang Diteliti
Penelitian kualitatif tidak menggunakan sampel
acak dan juga tidak menggunakan populasi dan sampel yang
76
banyak. Dalam penelitian kualitatif ini biasanya menggu
nakan yang sampel yang sedikit dan sampel itu dipilih me
nurut tujuan penelitian. Penelitian kualitatif sering be-
rupa studi kasus atau multi kasus (S.Nasution, 1988:11).
Sampel dalam penelitian naturalistik berbeda dengan pene
litian kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini didasar
kan atas informasi dan tidak pertimbangan statistik. Sam
pel ini bertujuan untuk memperoleh informasi sebanyak
mungkin dan tidak sebagai alat untuk memperoleh genera-
lisasi (Yvonna S. Lincoln dan Egon G. Guba, 1985:202).
Sampel dalam penelitian kualitatif tidak bertujuan
untuk mengadakan generalisasi dan juga tidak untuk menga
dakan prediksi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
data sebanyak mungkin owragen&i Amallsis K«bi$aksan«an ten
tang Pusat Pengembangan Penataran Guru Teknologi Bandung
dalam rangka Meningkatkan Kualitas Guru Teknologi.
Untuk memperoleh informasi seperti tersebut di
atas, maka ditetapkan subyek yang akan diteliti pada PPPG
Teknologi Bandung adalah sebagai berikut:
1. Kepala PPPG Teknologi Bandung.
2. Para Kepala Bidang dan Kabag. TU PPPG Teknologi Ban
dung.
3. Para Kasi dan para Kasubbag. PPPG Teknologi Bandung.
4. Para Ketua Jurusan PPPG Teknologi Bandung.
5. Beberapa orang instruktur PPPG Teknologi Bandung.
77
C. Teknik Penqumpulan Data
Teknik yang dipergunakan untuk pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah: wawancara, observasi. studi
dokumentasi, dan observasi partisipasi. Keempat teknik
pengumpulan data tersebut digunakan untuk memperoleh in
formasi yang saling menunjang dan mel
80
making conceptual/theoritical coherence (Matthew B.Miles
dan A. Michael,1984:215-229).
Dalam menganalisis data dapat dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut: (1) data yang diperoleh di la
pangan harus disusun dalam suatu laporan yang terinci,
laporan itu perlu dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok,
difokuskan kepada hal-hal yang penting, dan dicari polanya atau temanya,(2) untuk melihat gambaran keseluruhan-
nya atau bagian-bagian tertentu, perlu disusun suatu ka
matriks, grafik, dan charts agar peneliti dapat menguasai
data dan tidak tenglam dalam tumpukan data yang banyak,
(3) peneliti berupaya mencari makna data yang telah dikumpulkan. Dalam mencari makna ini dapat dilakukan dengan
mencari pola, tema, hubungan, persamaan. Data yang telah
dikumpulkaa tersebut, perlu dibuat suatu pola, tema, hu
bungan, dan persamaan. Kesimpulan itu masih bersifat tentatif, kabur, diragukan, tetapi dengan bertambahnya: data,
maka kesimpulan tersebut lebih
bersifat kognitif (S.
Nasution, 1988:129-130).
Berdasarkan langkah-langkah analisis data yang di
kemukakan oleh para pakar tersebut di atas. Dalam peneli
tian ini, peneliti mencoba menganalisis data mengenai
analisis kebijaksanaan tentang PPPG Teknologi Bandung
dalam rangka meningkatkan kualitas guru teknologi. Ada-
pun langkah-langkah analisis data yang digunakan adalah
\
81
sebagai berikut: pertama, data dianalisis
sesudah di-
kumpulkan. Kedua, data yang sudah dianalisis tersebut di
analisis kembali dengan menggunakan langkah-langkah yaitu:
merangkum, difokuskan pada hal-hal yang penting, dan dica-
ri ternanya atau polanya. Sudah itu dibuat gambaran kese-
luruhan atau bagian-bagian yang pentingnya saja yaitu de
ngan membuat grafik, matriks, charts. Akhirnya dengan me
lakukan verifikasi, maka kesimpulan yang bersifat tenta
tif disusun. Perlu diingat bahwa peneliti sejak semula
berusaha mencari makna data yang dikumpulkan tersebut.
Dalam penelitian kualitatif bermacam-macam cara
yang dapat dilakukan dan tidak satu cara yang dijadikan
pegangan bagi semua penelitian. Angka-angka tidak selalu
diabaikan dalam penelitian kualitatif. Penghitungan prosentase diperlukan untuk melihat kecendrungan atau meng-
identifikasi pola-pola yang kita temui dalam penelitian.
Untuk memisahkan satu gejala dengan gejala yang lain, ma
ka dapat dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor
yang berpengaruh, memperhatikan hubungan-hubungannya, dan
akhirnya peneliti harus menyusun data tersebut sesuai de
ngan pernahaman peneliti, maka dapat disusun suatu konsep
atau temuan dari suatu penelitian.
BAB
KESIMPULAN
V
DAN
REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Kebijaksanaan pemerintah untuk meningkatkan kua
litas guru kejuruan teknologi, tidak cukup kalau hanya
ditangani oleh LPTK. Hal ini disebabkan banyaknya jenis
spesialisasi guru kejuruan teknologi yang diperlukan,
tingkat mutu yang dituntut, jumlah guru kejuruan teknolo
gi yang diperlukan, serta terbatasnya sarana dan prasa
rana yang tersedia pada LPTK. Oleh karena itu, untuk me
ningkatkan kualitas guru kejuruan teknologi, maka Direk
tur Jenderal Pendidikan Tinggi dan Direktur Jenderal Pen
didikan Dasar dan Menengah sepakat untuk memanf aatkan fa
silitas yang tersedia di luar Lembaga Pendidikan dan
Te
naga Kependidikan. Untuk itu, Menteri Pendidikan dan
Ke-
budayaan mengeluarkan kebijaksanaan untuk mengadakan
Program Diploma III Guru Kejuruan Teknologi pada
Pusat
Pengembangan Penataran Guru Teknologi Bandung.
Pelaksanaan Program Diploma III Guru Kejuruan
Teknologi pada Pusat Pengembangan Penataran Guru Tekno
logi Bandung didasarkan atas: Keputusan Mendikbud tang
gal 12 Mei 1980 nomor: 0161/U/1980 tentang Penataran Ti
pe B, Rapat Kerja
Kejuruan dengan
antara Direktorat Pendidikan Menengah
Dirbinsarak tanggal 12-13
202
Juni
1980,
203
Instruksi Dirjen Dikdasmen nomor: 122/C4/I/1980 tanggal
15 September 1980, Keputusan Dirjen Dikdasmen tanggal
14 Januari 1984 nomor: 004/cAep/l.84, dan Kepmendikbud
tanggal 9 Maret 1984 nomor: 068/U/1984. Kebijaksanaan
tersebut di atas, tumpang tindih dengan Kepmendikbud
nomor: 039/U/1980 tentang pengukuhan PP-SPTK.
Unsur-unsur yang terlibat dalam merumuskan
kebi
jaksanaan Program D III GKT pada PPPG Teknologi Bandung
adalah Dirjen Dikdasmen, Dirjen Dikti, Dirdikmenjur,
Dirbinsarak, konsorsium
ilmu pendidikan. Unsur LPTK
tidak dilibatkan secara langsung. Kebijaksanaan ini tum
pang tindih dengan fungsi LPTK. Kemantapan LPTK belum
mendapat pengakuan secara tuntas oleh Dirjen Dikdasmen
beserta jajaran sebagai konsumen. Adanya anggapan bahwa
LPTK belum memenuhi kebutuhan guru Sekolah Dasar
dan
Sekolah Menengah.
Program D III GKT bertujuan menghasilkan guru
praktek (vocational instructors). Tamatan Program D III
GKT terampilan dalam bidang praktek dan lemah dalam bi
dang teori dan penalaran. Kurikulum SMKTA tahun 1984
menuntut guru STM yang menguasai teori dan praktek.
Penyusunan kurikulum Program D III GKT pada PPPG
Teknologi Bandung menggunakan pendekatan kompetensi. Pe
nyusunan kurikulum ini lebih menekankan pada kemampuan
204
praktis. Basic concept dan struktur ilmu belum diprioritas dalam menyusun kurikulum. Hal ini menyebabkan ren-
dahnya penalaran dan penguasaan teori para tamatan Prog
ram D III GKT pada PPPG Teknologi Bandung. Kurikulum
menggunakan sistem berlapis yaitu tiga semester di ins
titusi dan tiga semester di sekolah. Sesudah itu, kuri
kulum berubah yaitu empat semester di institusi dan dua
semester di sekolah.
Pembinaan personil dapat dilakukan dengan kebijak
sanaan interen. Kebijaksanaan ini menggunakan pendekatan
fungsional. Kebijaksanaan ini berorientasi akademis. Ke
bijaksanaan ini tidak ada hubungannya dengan peraturan
kepegawaian. Kebijaksanaan ini lebih mendorong personil
untuk lebih bergairah bekerja. Pembinaan personil dapat
juga dilakukan dengan peraturan kepegawaian. Lembaga ini
pada hakekatnya sama dengan kantor. Untuk itu, kenaikkan
pangkat reguler bagi yang tidak menjabat jabatan struk
tural sampai dengan golongan III d. Adanya keresahan per
sonil tentang pengembangan karirnya. Untuk meningkatkan
kemampuannya para personil dikirim tugas belajar ke Je
pang, Jerman Barat, dan Australia.
Fasilitas belajar belum dimamfaatkan dengan baik,
terutama perpustakaan. Kurangnya gairah mahasiswa untuk
memamfaatkan perpustakaan ini, disebabkan buku-buku di
perpustakaan banyak ditulis dalam bahasa Inggris, sedang-
205
kan kemampuan mahasiswa dalam bahasa Inggris masih ku
rang. Disiplin personil bekerja disebabkan peraturan
yang ketat. Fasilitas belajar yang lengkap belum dapat
menjamin peningkatan kualitas belajar. Hal ini terbukti
mahasiswa belum mampu berpikir kritis dan kreatif. Fasi
litas belajar belum dimamfaatkan secara maksimal, buktinya mahasiswa mengikuti perkuliahan MKDK 120 orang untuk
satu kelas. Upaya meningkatkan pemamfaatan sarana dan
prasarana yang tersedia, dilakukan dengan mengembangkan
struktur PPPG Teknologi Bandung, membuat job deskripsi
dan mekanisme kerja serta menyusun tata tertib dan disip
lin.
Mahasiswa Program D III GKT pada PPPG Teknologi
Bandung terdiri dari pre-service training dan in-service
training. Sistem penerimaan mahasiswa tidak melalui sipenmaru dan UMPT. Kriteria penerimaan mahasiswa didasar
kan atas: rapor di STM, ijazah STM, umur maksimal 50 ta
hun untuk in-service training dan ditambah dengan penga
laman kerja. Sedangkan peserta pre-service training umur
maksimal 28 tahun. Sistem seleksi ini dapat menerima ma
hasiswa dalam berbagai jenjang umur dari seluruh pelosok
tan ah air. Setel ah tarn at .-pendidikan
mereka bersedia be
kerja di daerahnya masing-masing. Akan tetapi, sistem
ini mudah memberikan sistem titipan dan sulit menjaring
calon mahasiswa yang potensial. Hasil belajar mahasiswa
secara kualitatif belum memuaskan.
206
Pelaksanaan sistem kredit, tidak mengenai istilah
sistem menabung. Setiap mahasiswa mempunyai beban belajar
yang sama setiap semester. Mahasiswa yang memiliki IP ku
rang dari 1,75 dinyatakan drop-out dan tidak bisa melanjutkan pada semester berikutnya. Untuk komponen MKDK jumlah
mahasiswa satu kelas sebanyak 120 orang. Jumlah mahasis
wa yang banyak ini sulit mengembangkan CBSA yang tinggi.
Pelaksanaan proses belajar dan mengajar bersifat mekanis.
Sistem belajar dititik beratkan pada instruksi-instruksi
dan bukan pada penguasaan struktur disiplin ilmu, sehing
ga sulit bagi mahasiswa untuk transfer. Mahasiswa disiplin
untuk datang ke sekolah dan ke kelas. Akan tetapi disiplin
yang kita harapkan adalah kepatuhan secara totalitas dan
pembinaan
mental spritual dan sikap profesionalisme.
Pelaksanaan PPL masih lemah, sulit mengontrol proses be
lajar jarak jauh.
Ijazah D III GKT pada mulanya diterbitkan oleh
PPPG Teknologi Bandung. Kewenangan PPPG Teknologi Bandung
menerbitkan ijazah D III, berdasarkan keputusan Dirjen
Dikdasmen. Akibat keputusan ini, sebanyak 1000 orang ta
matan Program D III GKT PPPG Teknologi Bandung belum mem
peroleh Ijazah Akta Mengajar III. Seharusnya Ijazah D III
diterbitkan oleh LPTK, sebab LPTK mempunyai tanggung jawab
fungsional untuk mengendalikan mutu pendidikan dan tenaga
kependidikan. Akhirnya, Ijazah D III dan Akta Mengajar III
diterbitkan oleh FPTK dan FIP IKIP Padang.
207
Secara kuantitas PPPG Teknologi Bandung dapat me
menuhi sebagian kebutuhan guru STM. Sampai dengan wisuda
angkatan ke X, PPPG Teknologi Bandung telah menghasilkan
calon guru STM sebanyak 2700 orang. Tamatan Program D III
GKT lebih mampu mengoperasikan alat-alat praktek, bahkan
melebihi kemampuan lulusan FPTK dan para Kepala Sekolah
senang kepada mereka. Hal ini disebabkan karena peralatan
PPPG Teknologi Bandung lebih lengkap dan mempunyai ins
truktur yang berpengalaman di dunia industri. Akan teta
pi mereka lemah dalam bidang teori dan penalaran. Kele
mahan ini disebabkan mahasiswa
tidak menguasai struktur
disiplin ilmu, basic concept, dan tidak menguasai meto
da pemecahan masalah. Kurikulum SMKTA tahun 1984 menuntut guru STM yang mampu dalam bidang teori dan praktek.
Program studi yang terlalu tajam sulit diswitch ke bi
dang studi lainnya. Tamatan Program D III GKT langsung
diangkat menjadi guru tanpa tes.
Pembinaan dan pengembangan PPPG Teknologi Ban
dung pada masa yang akan datang difokuskan untuk melak
sanakan penataran yang bersifat in-service training.
Sedangkan pengelolaan Program D III GKT yang bersifat
pre-service training dan in-service training diserahkan
kepada LPTK. Untuk itu, LPTK harus merabenahi dirinya
untuk memenuhi kebutuhan guru teknologi. Hal ini sesuai
dengan prinsip LPTK sebagai satu-satunya wadah untuk
208
mendidik calon guru SMTP dan SMTA, bahkan sekarang akan
ditingkatkan untuk mendidik calon guru Sekolah Dasar.
PPPG Teknologi Bandung, di samping melakukan penataran
yang bersifat in-service training juga berfungsi sebagai
Pusat Pengembangan Pendidikan Teknik. Khusus untuk peli
ta V, PPPG Teknologi Bandung melakukan pembinaan secara
langsung terhadap beberapa STM. Pembinaan STM ini dilaku
kan secara fungsional dan menggunakan pendekatan profe
sional.
B. Rekomendasi
Upaya meningkatkan kualitas guru melalui pendidi
kan sebelum jabatan dan pendidikan dalam jabatan sebaik
nya dilaksanakan. di LPTK. Untuk itu, pelaksanaan Program
D III GKT pada masa yang akan datang di LPTK* Oleh ka
rena itu, LPTK pada umumnya dan FPTK pada khususnya
ha
rus ditingkatkan seoptimal mungkin. Misalnya, Staf penga
jar perlu ditingkat dengan kualifikasi S2 dan S3. Pening
katan Staf Pengajar ini harus relevan dengan bidang stu
di yang diajarkannya di FPTK seperti: mesin, listrik,
dan bangunan gedung serta bidang studi yang lainnya. Fa
silitas belajar harus ditingkatkan seperti: workshop,
laboratorium, dan segala macam peralatan praktek yang di
perlukan dalam proses belajar dan mengajar. Mata kuliah
PPL sebagai ujung tombak dalam mengendalikan mutu lulusan
209
harus diberikan tempat yang sesuai dalam pengembangan
kurikulum.
Pelaksanaan penataran yang bersifat "in-service
training" perlu diintensifkan untuk meningkatkan kuali
tas guru teknologi. Penataran ini amat diperlukan kare
na: perubahan kurikulum, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Dengan mengikuti penataran ini, diharap
kan guru-guru dapat menyesuaikan dirinya ternadap peru
bahan kurikulum
serta perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Penataran salah satu upaya meningkatkan kemampuan
guru teknologi baik dalam bidang studi yang akan diajar
kan maupun terhadap metodologi mengajar. Untuk memperkaya pengalaman dan memperluas wawasan guru STM, perlu di
tingkatkan penataran baik frekwensi maupun intensitas
tentang manajemen sekolah, manajemen bengkel, media pen
didikan dan metodologi mengajar. Peningkatan penataran
tersebut di atas, merupakan upaya meningkatkan proses
belajar dan mengajar di STM.
Pelaksanaan Program D III GKT pada PPPG Teknologi
Bandung sampai dengan tahun 1991, perlu ditingkatkan pem
berian teori, terutama yang berkaitan dengan "basic con
cept" dan struktur disiplin ilmu. Pengembangan "basio
concept dan struktur disiplin ilmu amat diperlukan un
tuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam bidang bidang
210
penalaran.
Pola perkuliahan Program D III GKT pada PPPG Tek
nologi Bandung perlu dirubah. Pelaksanaan perkuliahan
di institusi perlu ditingkatkan yaitu dengan pola 5:1.
Pola ini berarti 5 semester di institusi dan 1 semester
di sekolah. Kebijaksanaan ini didasarkan atas perkuliah
an di lapangan belum berjalan secara efektif dan efi
sien. Kebijaksanaan ini dapat dilakukan untuk mengatasi
perkuliahan padat sebelum mahasiswa diwisuda.
Program D III GKT pada PPPG Teknologi Bandung ber
tujuan untuk membina calon guru STM yang bersifat "voca
tional instructors" atau guru praktek. Berdasarkan kuri
kulum SMKTA tahun 1984 tidak dipisahkan lagi antara guru
praktek dan guru teori. Untuk itu, yang perlu dikembang
kan adalah "technical teachers". Artinya guru STM yang
mempunyai kemampuan dalam bidang keguruan dan bidang stu
di yang akan diajarkan.
Untuk memamfaatkan fasilitas yang tersedia pada
PPPG Teknologi Bandung, maka PPPG Teknologi Bandung ha
rus melaksanakan penataran dalam jabatan secara intensif.
Di samping itu. PPPG Teknologi Bandung perlu ditingkatkan
fungsinya sebagai Pusat Pengembangan Pendidikan Teknologi.
Dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru STM, ma
v
ANALISIS KEBIJAKSANAAN TENTANG
PROGRAM DIPLOMA III GURU
KEJURUAN TEKNOLOGI UNTUK
MENINGKATKAN
GURU
KUALITAS
TEKNOLOGI
CSuatu Kajian Pada Pusat Pengembangan
Penataran Guru Teknologi BandungD
T
E S
I S
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung
untuk memenuhi sebagian dari syarat Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
Oleh :
SUFYARMA
M.
Nomor Pokok :598/A/XYIII
FAKULTAS
INSTITUT
PASCA
KEGURUAN
DAN
SARJANA
ILMU
BANDUNG
19 8 9
PENDIDIKAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Prof. Dr. Achmad Sanusi, S.H.
Pembimbing I
ar, M.
Ed.
Pembimbing II
BIDANG STUDI ADMINISTRASI
PENDIDIKAN
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1989
/If
DAFTAR ISI
Hal am an
KATA PENGANTAR
*•
DAFTAR ISI
BAB
BAB
BAB
BAB
viii
I PENDAHULUAN
1
A. Fokus Utama Penelitian
1
B. Pentingnya Penelitian
13
C. Tujuan Penelitian
15
D. Kegunaan Penelitian
17
E. Ruang Lingkup Penelitian
19
II STUDI KEBIJAKSANAAN DAN KUALITAS GURU
A. Studi Kebi jaksanaan
21
B. Kualitas Guru
58
III PROSEDUR PENELITIAN
73
A. Metoda Penelitian
73
B. Subyek yang Diteliti
75
C. Teknik Pengumpulan Data
77
D. Pelaksanaan Penelitian
77
E. Analisis Data
79
IV TEMUAN PENELITIAN DAN DISKUSI
A. Temuan Penelitian
B. Diskusi
BAB
21
V KESIMPULAN DAN
82
82
151
EEKOMENDASI
20 2
A. Kesimpulan
202
B • Rekomendasi
208
viii
C. Diskusi
2l2
DAFTAR BACAAN
217
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Ringkasan
227
B. Riwayat Hidup
230
C. Struktur Organisasi PPPG Teknologi Bandung
232
D. Pejabat dan Staf Struktural PPPG Teknologi Bandung... 233
E. Pejabat dan Staf Fungsional PPPG Teknologi Bandung... 237
F. Lokasi Kampus Baru PPPG Teknologi Bandung
242
G. Master Plan PPPG Teknologi Bandung
243
Ho Kampus Baru PPPG Teknologi Bandung
244
I. Pimpinan IKIP Bandung yang Terkait dengan Program
D III GKT PPPG Teknologi Bandung
ix
245
BAB
I
PENDAHULUAN
A« Fokus Utama Penelitian
Pengembangan kualitas sumber daya manusia aerupa-
kan upaya membangun dan mempersiapkan bangsa Indonesia
untuk tinggal landas. Kecendrungan kehidupan di Indone
sia menjelang tinggal landas dilukiskan dengan kehidupan
yang optimistik di satu pihak tetapi kehidupan yang dinamis, penuh kerumitan dan tantangan di pihak lain (Engkos
wara, 1986:62). Kualitas sumber daya manusia adalah kesa
daran manusia terhadap eksistensinya sebagai manusia, ma
nusia yang menyadari eksistensi dirinya atau keberadaannya,
Kesadaran eksistensi manusia dicerminkan oleh upaya memper-
kuat ketahanan dirinya agar bisa menghidupi dirinya sendiri dan melaksanakan peranannya dalam proses berinteraksi
dengan lingkungannya, sehingga peranannya mempunyai makna
dalam hidupnya (Soepardjo Adikusumo, 1989:35).
Peranan pendidikan dalam membangun masa depan
bangsa mempunyai posisi yang amat penting dan strategis.
Pandangan umum yang menyebutkan bahwa kualitas manusia
Indonesia seutuhnya amat ditentukan oleh kualitas pendi
dikan nasionalnya. Pemikiran yang meletakkan posisi pen
didikan dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan unggul. Pendidikan itu perlu dioptimasikan secara efektif dan efisien, terarah dan terkoordina-
sikan secara terpadu untuk mengembangkan kualitas sumber
daya manusia (Mohammad Fakry Gaffar, 1986:1).
Jelaslah peranan pendidikan dalam upaya meningkat-
kan
kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya
manusia amat perlu ditingkatkan, karena kita menyadari
bahwa manusia itu sebagai subyek dan obyek pembangunan.
Pendidikan teknik menengah kejuruan merupakan sa-
lah satu sub-sistem dalam sistem pendidikan nasional.
Pendidikan teknik menengah kejuruan menempati posisi yang
amat strategis, karena lembaga pendidikan ini menghasilkan tenaga kerja dengan kualifikasi tenaga teknisi tingkat menengah. Tenaga teknisi tingkat menengah amat diperlukan untuk melaksanakan pembangunan.
Pendidikan teknik menengah kejuruan selama ini
dinilai raasih memiliki ellsiensi yang rendah dibandingkan
dengan biaya pengeiolaan
lebih tinggi. Pendidikan tek
nik memberikan nilai lebih rendah, dibandingkan
dengan
pendidikan menengah umum.
Asumsi bahwa pendidikan teknik menengah kejuruan
memiliki kontekstual dengan kebijaksanaan pembangunan
ekonomi. Keterkaitan pendidikan dengan pembangunan bidang
ekonomi yang dikemukakan oleh (Mohammad Fakry Gaffar,
1986:7) yaitu keterkaitan pendidikan dengan usaha-usaha
pembangunan berbagai sektor kehidupan manusia, terutama
kehidupan ekonominya. Konsep "investment in education"
3
atau "investment in human capital", memerlukan efisien-
si pengelolaan pendidikan dengan memusatkan pada program
pendidikan yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi.
Pendidikan teknik menengah kejuruan diasumsikan
dapat menghasilkan tamatannya memiliki keterampilan te
naga teknisi tingkat menengah. Tenaga teknisi tingkat
menengah dapat dimamfaatkan untuk melaksanakan proses
pembangunan. Keterampilan yang diailiki oleh teknisi,
sehingga ia dapat melaksanakan pembangunan dengan baik.
Keterampilan yang dimiliki oleh para teknisi itu mempu
nyai nilai ekonomi.
Kajian tentang studi kebijaksanaan menggunakan
pendekatan yang bersifat komprehensif dan interdisipliner. Analisis kebijaksanaan pendidikan ialah suatu ana
lisis untuk menemukan kebijaksanaan pemerintah tentang
pendidikan. Mengapa pemerintah melakukan kebijaksanaan
pendidikan tersebut?. Berdasarkan kebijaksanaan itu, apa
hasil dan dampaknya dalam bidang pendidikan?. Ruang ling-
kup kebijaksanaan pendidikan ini dikembangkan oleh (Achmad
Sanusi dan Supandi, 1987:18)^yang mengutip pendapat
(Thomas R. Dye, 1978:2) ialah apa yang dilakukan peme
rintah tentang pendidikan, mengapa pemerintah melakukan
pendidikan, dan apa dampaknya terhadap kebijaksanaan
pendidikan tersebut.
Pengertian analisis kebijaksanaan ini dikemukakan
oleh (Stuart S. Nagel, 1980:15) sebagai kajian tentang:
hakekat, kasus, dan dampak dari berbagai alternatif ke
bijaksanaan umum. Kadang-kadang dikhususkan kepada meto-
da-metoda yang digunakan dalam menganalisis kebijaksa
naan
umum.
Oleh karena itu, ruang lingkup analisis kebijak
sanaan dapat dilakukan dengan: mengidentifikasi secara
sistematis raasalah-masalah atau dampak kebijaksanaan pe
merintah. Analisis kebijaksanaan tersebut
harus menggu-
nakan standar ilmiah.
Analisis kebijaksanaan dapat dilakukan secara:
deskriptif, retrospective, evaluatif, dan prediktif. Ana
lisis kebijaksanaan deskriptif yaitu menganalisis suatu
kebijaksanaan yang bersifat historis. Kebijaksanaan re
trospective yaitu menganalisis kebijaksanaan dengan jalan mendeskripsikan dan menafsirkan kebijaksanaan masa
lampau. Kebijaksanaan evaluatif yaitu menganalisis suatu
kebijaksanaan yang bersifat mengevaluasi suatu program.
Kebijaksanaan prediktif yaitu menganalisis kebijaksanaan
untuk memproyeksikannya masa yang akan datang. Kebijak
sanaan preskriptif yaitu menganalisis memberikan
reko-
mendasi tindakan.
Pandangan linier,analisis kebijaksanaan pendidi
kan dapat dilakukan sesudah pelaksanaan kebijaksanaan
pendidikan. Pandangan komprehensif, analisis kebijaksa
naan pendidikan dapat dilakukan pada tahap: perumusan
5
kebijaksanaan, pelaksanaan kebijaksanaan, dan penilaian
kebijaksanaan. Atau analisis kebijaksanaan itu dapat juga
dilakukan pada semua proses kebijaksanaan. Proses kebijak
sanaan ini dikemukakan oleh (Achmad Sanusi dan Supandi,
1987:30) yaitu proses kebijaksanaan menjadi tiga tahap
utama seperti: perumusan kebijaksanaan, implementasi kebi
jaksanaan, dan penilaian kebijaksanaan.
Di Indonesia para perumus kebijaksanaan pendidikan
terdiri dari: MPR, DPR, Presiden, Menteri, Dirjen, Rektor,
Kakanwil dan sebagainya. Di samping badan resmi itu, ter-
dapat juga peserta non-struktural yang dapat mempengaruhi
suatu kebijaksanaan. Peserta non-struktural itu terdiri
dari: parpol dan golkar serta lembaga swadaya masyarakat.
Di samping itu, tokoh perorangan dapat juga mempengaruhi
suatu kebijaksanaan pendidikan seperti: Slamet Imam San-
toso, Sumitro Djojohadikusumo, Soedjatmoko dan sebagainya.
Kebijaksanaan nasional pendidikan teknik dan keju
ruan dirumuskan dalam ketetapan MPR No. IV/MPR/1978 yaitu
peningkatan pendidikan teknik dan kejuruan pada semua ting
kat untuk dapat menghasilkan anggota-anggota masyarakat
yang memiliki kecakapan sebagai tenaga-tenaga pembangunan.
Sal ah satu tindak lanjut pengembangan pendidikan
teknik dan kejuruan, pemerintah mengeluarkan suatu kebi
jaksanaan untuk mendirikan lembaga pendidikan teknik dan
kejuruan yang bersifat pendidikan dalam jabatan. Kebijak
sanaan ini, sesuai dengan keputusan Mendikbud tanggal 23
Juni 1978 tentang pendirian Pusat Pengembangan Penataran
Guru Teknologi Bandung (PPPG Teknologi Bandung). PPPG
Teknologi Bandung merupakan Unit Pelaksana Teknis
dan
bertugas melaksanakan penataran yang bersifat pendidikan
dalam jabatan. PPPG Teknologi Bandung berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Dirjen Dikdasmen.
Sekolah Teknologi Menengah (STM) adalah wadah
menghasilkan tenaga teknisi tingkat menengah. Untuk dapat
menghasilkan tenaga teknisi tingkat menengah, peranan gu
ru mempunyai kedudukan yang strategis dalam pelaksanaan
proses belajar dan mengajar.
Beberapa permasalahan guru STM di lapangan adalah
sebagai berikut: (1) ada kecendrungan sarjana FPTK IKIP
malas melakukan pekerjaan kotor (Black collar jobs), (2)
Sarjana FPTK IKIP lebih senang bekerja di dunia industri
dan dunia usaha dari pada menjadi guru STM, (3) para ca-
lon guru STM lebih senang bekerja di kota-kota besar da
ri pada di berbagai daerah seluruh pelosok tanah air,
(4) repelita III kebutuhan guru STM sebanyak 13.629 orang,
sedangkan guru STM yang ada sebanyak 5.481 orang. Kenya-
taan di lapangan, masih diperlukan guru STM dalam berba
gai jenis spesialisasi dan kualitas tinggi.
Hasil penelitian PPPG Teknologi Bandung yang be-
kerjasaraa dengan tenaga ahli dari Australia pada tahun
1979 dan 1980. Penelitian ini dilakukan terhadap 192
orang guru STM di Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.
Temuan penelitian ini mengambarkan kualitas guru STM
sebagai berikut: (1) guru STM mengaku belum menguasai
sepenuhnya materi pelajaran (teori dan praktek) yang men
jadi tanggung jawabnya sebanyak 68 %, (2) guru STM hanya
memiliki satu buah buku pegangan dan tidak memiliki ser
ta tidak memakai buku lainnya sebagai referensi sebanyak
53 %, (3) guru STM tidak memiliki target pelajaran yang
harus diajarkannya pada satuan waktu semester tertentu.
Mereka hanya mengajarkan apa yang sempat mereka ajarkan
dengan kondisi, situasi dan waktu yang tersedia sebanyak
84 %,
Temuan penelitian selanjutnya adalah: (4) guru STM
tidak melakukan persiapan mengajar secara beraturan seba
nyak 52 %, (5) guru STM tidak memakai kurikulum sebagai
pegangan program pendidikan yang harus diajarkan. Buku
kurikulum dipelajari hanya untuk mengetahui garobaran umum
dan setelah itu dilupakan sebanyak 57 %, (6) guru STM
absen lebih dari 10 % jam wajib mengajarnya, dan berada
di sekolah pada jam-jam mengajar saja sebanyak 46 %, (6)
guru STM beranggapan bahwa terlambat datang di sekolah
atau terlambat tiba di kelas adalah hal yang wajar sebanyak
63 %. (7) guru STM beranggapan bahwa kebersihan bengkel
dan perawatan pexalatan bukan tugas dan tanggung jawab
mereka sebanyak 77 %.
8
Temuan penelitian tersebut di atas selanjutnya
adalah sebagai berikut:
(8) guru STM tidak memperhatikan
perkembangan siswanya sebanyak 85 %, (9) guru STM kurang
menjelaskan konsep setiap unit pelajaran yang diajarkannya. Sebagai guru praktek mereka hanya menugaskan siswa
untuk mengerjakan lembaran kerja yang tersedia sebanyak
70 %, dan (10) guru STM melibatkan peranan dirinya seba
gai guru di sekolah dan kurang dapat melihat peranan me
reka dalam kerangka pembangunan nasional sebanyak 90 %.
Masalah guru STM meliputi kekurangan dalam pengua-
saan
teori dan keterampilan kejuruan teknik dan pengua-
saan prinsip-prinsip pendidikan dan metoda mengajarnya,
tetapi masalah
yang lebih menonjol adalah sikap mental
guru yang belum profesional. Pada waktu itu, FPTK IKIP
masih terbatas kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan guru
STM baik secara kualitas maupun kuantitas. Salah satu
upaya untuk mengatasi kekurangan guru STM tersebut di
atas, maka dirumuskan kebijaksanaan pengadaan Program
D III GKT pada PPPG Teknologi Bandung.
Semenjak tahun 1981 PPPG Teknologi Bandung telah
melaksanakan Program D III GKT. Program ini memberikan
kualifikasi formal yang bersifat pendidikan sebelum jabatan. Pelaksanaan Program
D III GKT pada PPPG Teknologi
Bandung, maka terdapat penyimpangan pelaksanaan misi
PPPG Teknologi Bandung dan juga terdapat tumpang tindih
antara fungsi LPTK dengan fungsi PPPG Teknologi Bandung.
9
Program Diploma merupakan program pendidikan guru
bertaraf pendidikan tinggi, pendidikan guru bertaraf pen
didikan tinggi merupakan tugas dan fungsi pendidikan IKIP/
FKIP. Untuk itu. Program D III seyogyanya menjadi tanggung
jawab fungsional IKIP/FKIP (Santoso S.Hamidjoyo, 1988:12).
Tanggung jawab fungsional mutu pendidikan guru
bertaraf pendidikan tinggi adalah kewenangan LPTK. Efisiensi dan efektifitas pengelolaan pendidikan, sebaiknya
Program D III GKT dikelola oleh LPTK.
Suatu hal yang perlu diperhatikan bagi pengelola
pendidikan dan tenaga kependidikan ialah tanggung jawab
fungsional mutu pendidikan guru pada LPTK. Untuk itu,
LPTK (IKIP/FKIP) berwenang mengontrol dan memantau serta
mengevaluasi persyaratan kurikulum, dosen, pelaksanaan
proses belajar dan mengajar, sistem penilaian hasil belajar serta menerima laporan pelaksanaan Program Diploma
III.
Fokus utama penelitian ini adalah analisis kebi
jaksanaan tentang Program D III GKT pada PPPG Teknologi
Bandung untuk meningkatkan kualitas guru teknologi.
Yang dimaksud dengan analisis kebijaksanaan adalah
suatu untuk menganalisis kebijaksanaan pemerintah tentang
Program D III GKT pada PPPG Teknologi Bandung untuk me
ningkatkan kualitas guru teknologi. Analisis kebijaksa
naan adalah kajian tentang hakekat, kasus, dan dampak
dari berbagai altematif kebijaksanaan (Stuart S. Nagel,
10
1980:15).
Pengertian
analisis kebijaksanaan ini, seja-
lan dengan pikiran (Thomas R. Dye, 1978:2) yaitu
apa
yang dilakukan pemerintah tentang kebijaksanaan pendidi
kan, mengapa pemerintah melakukan kebijaksanaan pendidi
kan tersebut, dan apa hasil dan dampak kebijaksanaan
pendidikan tersebut.
Bidang garapan analisis kebijaksanaan dalam pene
litian ini adalah: masalah guru STM di lapangan, landasan hukum merumuskan kebijaksanaan Program D III GKT,
unsur perumus kebijaksanaan Program D III GKT, pengelo-
laan proses belajar dan mengajar yang terdiri dari: ku
rikulum, personil, sarana dan prasarana, dan mahasiswa.
Tamatan Program D III GKT, dampak tamatan Program D III
GKT, dan pembinaan dan pengembangan PPPG Teknologi Ban
dung untuk masa yang akan datang.
Yang dimaksud dengan kualitas guru teknologi ada
lah mahasiswa tamatan Program D III GKT pada PPPG Tek
nologi Bandung yang mempunyai kemampuan dalam metode
mengajar dan bidang studi yang akan diajarkannya. Mereka
tersebut dipersiapkan untuk menjadi guru STM kelak. Ka
jian mengenai kualitas guru dikemukakan oleh (Achmad
Sanusi, 1984:3) mencakup: tujuan, masukan, proses, dan
keluaran.
Sehubungan dengan kualitas guru tersebut, (Alam
J, Thomas, 1971:13) mengemukakan bahwa perubahan perilaku manusia, penambahan pengetahuan, perolehan
nilai.
11
dan peningkatan kemampuan berhubungan dengan orang lain.
Kualitas guru teknologi dalam penelitian ini mencakup:
calon mahasiswa Program D III GKT pada PPPG Teknologi
Bandung, pelaksanaan proses belajar dan mengajar
pada
Program D III GKT pada PPPG Teknologi Bandung, dan ta
matan Program D III GKT pada PPPG Teknologi Bandung.
Secara umum rumusan masalah penelitian ini seba
gai berikut: Apakah kebijaksanaan pemerintah tentang
Program Diploma III Guru Kejuruan Teknologi pada Pusat
Pengembangan Penataran Guru Teknologi Bandung
dapat
meningkatkan kualitas guru teknologi?
Secara khusus fokus penelitian ini dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah kebijaksanaan pemerintah untuk meningkatkan
kualitas guru teknologi?
2. Apakah landasan hukum yang dipakai dalam merumuskan
kebijaksanaan tentang Program D III GKT pada
PPPG
Teknologi Bandung untuk meningkatkan kualitas guru
teknologi?
3. Unsur-unsur apakah yang terlibat dalam merumuskan
kebijaksanaan tentang Program D III GKT pada
PPPG
Teknologi Bandung untuk meningkatkan kualitas guru
teknologi?
12
4. Adakah kaitan tujuan kebijaksanaan Program D III GKT
pada PPPG Teknologi Bandung untuk meningkatkan kuali
tas guru teknologi?
5. Apakah kebijaksanaan yang digunakan dalam menyusun
kurikulum Program D III GKT pada PPPG Teknologi Ban
dung untuk meningkatkan kualitas guru teknologi?
6. Apakah kebijaksanaan yang ditempuh dalam membina kua
lifikasi personil PPPG Teknologi Bandung untuk mening
katkan kualitas guru teknologi?
7. Apakah kebijaksanaan yang ditempuh dalam pengaturan
sarana dan prasarana yang tersedia pada PPPG Teknologi
Bandung dalam upaya peningkatan kualitas guru teknologi?
8. Apakah kebijaksanaan yang dilakukan dalam menetapkan
kriteria mahasiswa yang diterima dan kriteria keberhasilan mahasiswa dalam menyelesaikan Program D III
GKT pada PPPG Teknologi Bandung?
9. Apakah kebijaksanaan yang dirumuskan dalam pengelolaan proses belajar dan mengajar Program D III GKT pada
PPPG Teknologi Bandung untuk meningkatkan kualitas
guru teknologi?
10. Siapakah yang berwenang menerbitkan Ijazah Diploma III
dan Akta Mengajar III GKT pada PPPG Teknologi Bandung?
11. Apakah dampak kebijaksanaan Program D III GKT pada
PPPG Teknologi Bandung terhadap upaya peningkatan kua
litas guru teknologi?
13
12. Rencana kebijaksanaan manakah yang akan dilaksana-
kan dalam pembinaan dan pengembangan PPPG Teknologi
Bandung pada masa yang akan datang untuk meningkat
kan kualitas guru teknologi?
B. Pentinqnya Penelitian
1. Dilihat dari Bidang Administrasi Pendidikan
Penelitian analisis kebijaksanaan tentang Prog
ram D III GKT pada PPPG Teknologi Bandung untuk . me
ningkatkan kualitas guru teknologi. Penelitian anali
sis kebijaksanaan pendidikan ini berkaitan erat dengan
mata kuliah studi kebijaksanaan yang diberikan kepada
Siswa Bidang Studi Administrasi Pendidikan FPS IKIP
Bandung.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
salah satu masukan untuk perkuliahan studi kebijaksa
naan pada bidang studi administrasi pendidikan. Salah
satu tujuan ilmu kebijaksanaan dapat membantu membuat
keputusan secara efektif dan efisien.
Kajian kebijaksanaan menggunakan pendekatan
yang bersifat komprehensif dan interdisipliner. Kajian
kebijaksanaan dapat dilakukan pada tahap perumusan ke
bijaksanaan, pada tahap pelaksanaan kebijaksanaan, dan
pada tahap penilaian kebijaksanaan. Perumusan kebijak
sanaan merupakan bidang garapan perencanaan. Pelak
sanaan kebijaksanaan merupakan bidang garapan penge-
14
lolaan, dan penilaian kebijaksanaan merupakan bidang
garapan penilaian atau pengawasan.
2. Dilihat dari Operasional
Kebijaksanaan pemerintah tentang Program D III
GKT, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan guru STM baik
secara kualitas maupun kuantitas.
Kebijaksanaan pemerintah tersebut di atas,
mengundang bermacatn pertanyaan. Kenapa pemerintah me
rumuskan kebijaksanaan tentang Program D III GKT
pa
da PPPG Teknologi Bandung untuk memenuhi kebutuhan
guru STM baik secara kualitas maupun kuantitas?. Ke
napa pemerintah tidak mengembangkan FPTK-FPTK IKIP di
seluruh Indonesia untuk memenuhi kebutuhan guru STM
baik secara kualitas maupun kuantitas?. Kebijaksanaan
pemerintah tentang PP-SPTK yang berisi antara lain
adanya prinsip keterpaduan pengelolaan pendidikan dan
tenaga kependidikan di Indonesia. Program Diploma
pendidikan guru bertaraf pendidikan tinggi adalah tu
gas dan fungsi LPTK (IKIP/FKIP).
Untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas,
diperlukan suatu penelitian untuk menganalisis kebi
jaksanaan pemerintah tentang Program D III GKT pada
PPPG Teknologi Bandung
untuk meningkatkan kualitas
guru teknologi. Penelitian ini merupakan salah satu
upaya untuk menjawab pertanyaan
naan pemerintah tersebut di atas.
tentang kebijaksa
15
Kalau tidak salah dan sepanjang pengetahuan pene
liti, penelitian tentang studi kebijaksanaan pendidikan
masih langka dilakukan oleh para peneliti umumnya dan
para Siswa FPS IKIP Bandung khususnya. Oleh karena itu,
penelitian tentang analisis kebijaksanaan pemerintah
tentang Program D III GKT pada PPPG Teknologi Bandung
untuk meningkatkan kualitas guru teknologi, dipandang
perlu untuk dilaksanakan.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah peneliti
ingin mendeskripsikan dan menganalisis kebijaksanaan
pemerintah tentang Program D III GKT pada PPPG Tek
nologi Bandung untuk meningkatkan kualitas guru
teknologi.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah peneliti
ingin untuk:
a. Mendeskripsikan dan menganalisis kebijaksanaan
pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru tek
nologi .
b. Mendeskripsikan dan menganalisis landasan hukum
yang dipakai dalam merumuskan kebijaksanaan ten
tang Program D III GKT pada PPPG Teknologi
Ban
dung untuk meningkatkan kualitas guru teknologi.
16
c. Mendeskripsikan dan menganalisis unsur-unsur yang
terlibat dalam merumuskan kebijaksanaan tentang
Program D III GKT pada PPPG Teknologi Bandung un
tuk meningkatkan kualitas guru teknologi.
d. Mendeskripsikan dan menganalisis kaitan tujuan
kebijaksanaan Program D III GKT pada PPPG Teknolo
gi Bandung untuk meningkatkan kualitas guru tek
nologi .
e. Mendeskripsikan dan menganalisis kebijaksanaan
yang digunakan dalam menyusun kurikulum Program
D III GKT pada PPPG Teknologi Bandung untuk me
ningkatkan kualitas guru teknologi.
f. Mendeskripsikan dan menganalisis kebijaksanaan yang
ditempuh dalam membina kualifikasi personil PPPG
Teknologi Bandung untuk meningkatkan kualitas guru
teknologi.
g. Mendeskripsikan dan menganalisis kebijaksanaan yang
ditempuh dalam pengaturan sarana dan prasarana yang
tersedia pada PPPG Teknologi Bandung dalam upaya
peningkatan kualitas guru teknologi.
h. Mendeskripsikan dan menganalisis kebijaksanaan yang
dilakukan dalam menetapkan kriteria mahasiswa yang
diterima dan kriteria keberhasilan mahasiswa dalam
menyelesaikan Program D III GKT pada PPPG Teknologi
Bandung.
17
i. Mendeskripsikan dan menganalisis kebijaksanaan
yang dirumuskan dalam pengelolaan proses belajar
dan mengajar Program D III GKT pada PPPG Teknologi
Bandung untuk meningkatkan kualitas guru teknologi.
j. Mendeskripsikan dan menganalisis yang
berwenang
menerbitkan Ijazah Diploma III dan Akta Mengajar
III GKT pada PPPG Teknologi Bandung.
k. Mendeskripsikan dan menganalisis dampak kebijak
sanaan Program D III*GKT pada PPPG Teknologi Ban
dung terhadap upaya peningkatan kualitas guru tek
nologi •
1. Mendeskripsikan dan menganalisis rencana kebijak
sanaan yang akan dilaksanakan dalam pembinaan dan
pengembangan PPPG Teknologi Bandung pada masa yang
akan datang untuk meningkatkan kualitas guru tek
nologi .
D.
Kequnaan Penelitian
1. Kequnaan Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
Bidang Studi Administrasi Pendidikan pada umumnya
dan mata kuliah Studi Kebijaksanaan Pendidikan pa
da
khususnya.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah
satu masukan dalam proses kebijaksanaan yang ter
diri dari: perumusan kebijaksanaan, pelaksanaan
18
kebijaksanaan, dan penilaian kebijaksanaan.
2. Kequnaan Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah
satu masukan bagi perumus kebijaksanaan tentang
pendidikan dan tenaga kependidikan masa datang.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah
satu masukan bagi PPPG Teknologi Bandung untuk me
laksanakan Program D III GKT secara efektif
dan
efisien.
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah
satu masukan bagi perumus kebijaksanaan dalam rang-
ka pembinaan dan pengembangan LPTK sebagai satusatunya wadah pengadaan tenaga kependidikan.
d. Hasil penelitian ini dapat memperluas wawasan pene
liti dalam Bidang Administrasi Pendidikan pada
umumnya dan Studi Kebijaksanaan Pendidikan
pada
khususnya.
e. walaupun penelitian ini merupakan studi kasus pada
PPPG Teknologi Bandung, namun hasil penelitian ini
mempunyai implikasi praktis
terhadap lembaga-lem-
baga pendidikan lainnya, sepanjang mempunyai kharakteristik dan permasalahan yang sama seperti antara lain: PPPG Teknologi Medan, PPPG Teknologi
Malang, PPPG Kejuruan Jakarta, PPPG Pertanian Ci-
anjur, dan PPPG Kesenian Yogyakarta. Kajian kebi-
19
jaksanaan pendidikan ini, amat diperlukan dalam rangka
membenahi dan memperbaiki mutu pendidikan dan tenaga
kependidikan•
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini merupakan kerangka
berpikir yang ditempuh oleh peneliti dalam pelaksanaan
penelitian ini. Ruang lingkup penelitian ini disusun ber
dasarkan fokus penelitian dan tujuan penelitian yang te
lah dirumuskan.
Ruang lingkup penelitian ini menunjukkan tentang:
masalah guru STM di lapangan, landasan hukum merumuskan
kebijaksanaan Program D III GKT PPPG Teknologi Bandung,
unsur yang terlibat dalam merumuskan kebijaksanaan Program
D III GKT PPPG Teknologi Bandung, tujuan Program D III
GKT PPPG Teknologi Bandung, pelaksanaan proses belajar
dan mengajar Program D III GKT PPPG Teknologi Bandung yang
terdiri dari: kurikulum, personil, sarana dan prasarana,
mahasiswa. Tamatan Program D III GKT PPPG Teknologi Ban
dung.
Dampak tamatan Program D III GKT PPPG Teknologi
Bandung untuk memenuhi kebutuhan guru STM baik secara kua
litas maupun kuantitas. Pembinaan dan pengembangan PPPG
Teknologi Bandung pada masa yang akan datang untuk me
ningkatkan kualitas guru teknologi.
Sedangkan ruang lingkup
lukiskan sebagai berikut:
penelitian ini dapat di-
RUANG LINGKUP PENELITIAN:
ANALISIS KEBIJAKSANAAN PROGRAM D III GST UNTUK
MENINGKATKAN KUALITAS GURU TEKNOLOGI
(Suatu Kajian pada PPPG Teknologi Banddng)
(2)
(5)
LANDAS AN
KURI
HUKUM
KULUM
(11)
DAMPAK
TAMATAN
PROGRAM
D HI
GKT
(6)
PERSONIL
(1)
U)
Kebijaksanaan
meningkatkan
(10)
TAMATAN
PROGRAM
D III
MERUMUSKAN
kualitas guru
PROGRAM
D I I I GKT
teknologi
(7)
GKT
'
SARANA
DAN
PRA-
SARANA
W
(12)
(3)
(8)
PEMBINAAN
DAN PENGEMBANGAN
UNSUR
PERUMUS
KEBIJAK
SANAAN
P3GT BDG
MAHA
UNTUK
SISWA
MASA
DATANG
(13)
UMPAN
BALIK
4
I
O
BAB
III
PROSEDUR PENELITIAN
A, Metoda Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kua
litatif. Penelitian kualitatif adalah terminologi gene-
rik yang mencakup beberapa strategi penelitian yang mem
punyai karakteristik yang sama. Terminologi yang bersamaan dengan penelitian kualitatif ini antara lain: pene
litian lapangan (field research) yang dipergunakan dalam
sosiologi, etnografi yang dipergunakan dalam antropologi,
dan naturalistik yang dipergunakan dalam pendidikan.
Paradigma penelitian kuantitatif berbeda dengan
penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif didasarkan
atas filsafat positivisme. Penelitian ini bertujuan untuk
mengumpulkan fakta. hubungan antar fakta. dan penjelasan
mengenai sebab hubungan tersebut yang dilakukan secara
obyektif. Penelitian kualitatif didasarkan atas fenemenologis yang pada dasarnya bertujuan untuk pemahaman
(verstehen) dan pengertian (understanding) tentang perilaku manusia ditinjau dari aktor pelaku itu
sendiri.
Fenemenologis mempelajari pengalaman manusia dalam berkehidupan. Realitas bagi seorang fenomenologis adalah
apa yang dibayangkan oleh manusia (Cook dan Reichardt,
1982:10)
Menurut Bogdan dan Biklen (1982:31) tentang pen73
74
dekatan penelitian kualitatif adalah berusaha memahami
dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi perilaku
manusia dalam suatu situasi tertentu menurut perspektif
peneliti sendiri. Fenemenologis mengemukakan teori kebe
naran baru. Kebenaran ini ditemukan di lapangan dan bukan
di laboratorium. Fenemenologis percaya bahwa kebenaran
akan terungkap melalui upaya menyelami dan mengalami in
teraksi perilaku manusia, akhirnya
memperoleh kesimpulan
tentang apa yang penting, dinarais dan berkembang (Jujun
S. Suriasumantri, Suara Karya, 6-9-1988).
Dengan perbedaan paradigma penelitian kualitatif
dan penelitian kuantitatif, maka menghasilkan perbedaan
pula terhadap metoda dan teknik penelitian. Metoda
dan
teknik penelitian itu merupakan penjabaran dari paradig
ma penelitian. Untuk memahami metoda penelitian kualita
tif ini, perlu diketahui karakteristik penelitian kwalitatif. Karakteristik penelitian kualitatif ini dikemuka
oleh Bogdan dan Biklen (1982:27-29) sebagai berikut:
1. Qualitative research has the natural setting as
the direct source of data and the researcher is
the key instrument.
2. Qualitative research is descriptive.
3. Qualitative research ia concerned with process
rather than simply with outcomes or products.
4. Qualitative researcher tend to analyze their data
inductively.
5. Meaning is of essential concern to the qualitative
approach.
Selanjutnya Yvonna S. Lincoln dan Egon G. Guba
(1985:39-42) mengemukakan karakteristik penelitian kuali-
75
tatif sebagai berikut:(1)natural setting, (2)human instru
ment, (3) utilization of tacit knowledge, (4)qualitative
methods, (5)purposive sampling. (6)inductive data analy
sis. (7)grounded theory. (8)emergent*design. (9)negotiated
outcomes. (10)case study reporting mode, (11) idiographic
interpretation. (12)tentative application. (13)focus de
termined boundaries, dan (14)special criteria for trust
worthiness. Berkaitan dengan karakteristik penelitian
kualitatif dikemukakan oleh S. Nasution (1988:9-12) seba
gai berikut:
1. Sumber data adalah situasi yang wajar.
2. Peneliti sebagai instrumen.
3. Sangat deskriptif.
4. Mementingkan proses maupun produk.
5. Mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan.
6. Mengutamakan data langsung.
7. Triangulasi.
8. Menonjolkan rincian kontekstual.
9. Subyek yang diteliti dipandang bekkedudukan aama
dengan peneliti.
,.*.**
*.*„
10. Mengutamakan perspektif dan bukan perspektif etic.
11. Verifikasi melalui kasus yang bertentangan.
12. Sampling yang purposif.
13. Menggunakan "audit trail".
14. Partisipasi tanpa menganggu.
15. Mengadakan analisis sejak awal penelitian.
Penelitian kualitatif ini dengan menggunakan ter
minologi penelitian naturalistik. Dalam penelitian naturalistik ini menggunakan karakteristik seperti yang dike
mukakan oleh para pakar tersebut di atas.
B. Subyek yang Diteliti
Penelitian kualitatif tidak menggunakan sampel
acak dan juga tidak menggunakan populasi dan sampel yang
76
banyak. Dalam penelitian kualitatif ini biasanya menggu
nakan yang sampel yang sedikit dan sampel itu dipilih me
nurut tujuan penelitian. Penelitian kualitatif sering be-
rupa studi kasus atau multi kasus (S.Nasution, 1988:11).
Sampel dalam penelitian naturalistik berbeda dengan pene
litian kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini didasar
kan atas informasi dan tidak pertimbangan statistik. Sam
pel ini bertujuan untuk memperoleh informasi sebanyak
mungkin dan tidak sebagai alat untuk memperoleh genera-
lisasi (Yvonna S. Lincoln dan Egon G. Guba, 1985:202).
Sampel dalam penelitian kualitatif tidak bertujuan
untuk mengadakan generalisasi dan juga tidak untuk menga
dakan prediksi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
data sebanyak mungkin owragen&i Amallsis K«bi$aksan«an ten
tang Pusat Pengembangan Penataran Guru Teknologi Bandung
dalam rangka Meningkatkan Kualitas Guru Teknologi.
Untuk memperoleh informasi seperti tersebut di
atas, maka ditetapkan subyek yang akan diteliti pada PPPG
Teknologi Bandung adalah sebagai berikut:
1. Kepala PPPG Teknologi Bandung.
2. Para Kepala Bidang dan Kabag. TU PPPG Teknologi Ban
dung.
3. Para Kasi dan para Kasubbag. PPPG Teknologi Bandung.
4. Para Ketua Jurusan PPPG Teknologi Bandung.
5. Beberapa orang instruktur PPPG Teknologi Bandung.
77
C. Teknik Penqumpulan Data
Teknik yang dipergunakan untuk pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah: wawancara, observasi. studi
dokumentasi, dan observasi partisipasi. Keempat teknik
pengumpulan data tersebut digunakan untuk memperoleh in
formasi yang saling menunjang dan mel
80
making conceptual/theoritical coherence (Matthew B.Miles
dan A. Michael,1984:215-229).
Dalam menganalisis data dapat dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut: (1) data yang diperoleh di la
pangan harus disusun dalam suatu laporan yang terinci,
laporan itu perlu dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok,
difokuskan kepada hal-hal yang penting, dan dicari polanya atau temanya,(2) untuk melihat gambaran keseluruhan-
nya atau bagian-bagian tertentu, perlu disusun suatu ka
matriks, grafik, dan charts agar peneliti dapat menguasai
data dan tidak tenglam dalam tumpukan data yang banyak,
(3) peneliti berupaya mencari makna data yang telah dikumpulkan. Dalam mencari makna ini dapat dilakukan dengan
mencari pola, tema, hubungan, persamaan. Data yang telah
dikumpulkaa tersebut, perlu dibuat suatu pola, tema, hu
bungan, dan persamaan. Kesimpulan itu masih bersifat tentatif, kabur, diragukan, tetapi dengan bertambahnya: data,
maka kesimpulan tersebut lebih
bersifat kognitif (S.
Nasution, 1988:129-130).
Berdasarkan langkah-langkah analisis data yang di
kemukakan oleh para pakar tersebut di atas. Dalam peneli
tian ini, peneliti mencoba menganalisis data mengenai
analisis kebijaksanaan tentang PPPG Teknologi Bandung
dalam rangka meningkatkan kualitas guru teknologi. Ada-
pun langkah-langkah analisis data yang digunakan adalah
\
81
sebagai berikut: pertama, data dianalisis
sesudah di-
kumpulkan. Kedua, data yang sudah dianalisis tersebut di
analisis kembali dengan menggunakan langkah-langkah yaitu:
merangkum, difokuskan pada hal-hal yang penting, dan dica-
ri ternanya atau polanya. Sudah itu dibuat gambaran kese-
luruhan atau bagian-bagian yang pentingnya saja yaitu de
ngan membuat grafik, matriks, charts. Akhirnya dengan me
lakukan verifikasi, maka kesimpulan yang bersifat tenta
tif disusun. Perlu diingat bahwa peneliti sejak semula
berusaha mencari makna data yang dikumpulkan tersebut.
Dalam penelitian kualitatif bermacam-macam cara
yang dapat dilakukan dan tidak satu cara yang dijadikan
pegangan bagi semua penelitian. Angka-angka tidak selalu
diabaikan dalam penelitian kualitatif. Penghitungan prosentase diperlukan untuk melihat kecendrungan atau meng-
identifikasi pola-pola yang kita temui dalam penelitian.
Untuk memisahkan satu gejala dengan gejala yang lain, ma
ka dapat dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor
yang berpengaruh, memperhatikan hubungan-hubungannya, dan
akhirnya peneliti harus menyusun data tersebut sesuai de
ngan pernahaman peneliti, maka dapat disusun suatu konsep
atau temuan dari suatu penelitian.
BAB
KESIMPULAN
V
DAN
REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Kebijaksanaan pemerintah untuk meningkatkan kua
litas guru kejuruan teknologi, tidak cukup kalau hanya
ditangani oleh LPTK. Hal ini disebabkan banyaknya jenis
spesialisasi guru kejuruan teknologi yang diperlukan,
tingkat mutu yang dituntut, jumlah guru kejuruan teknolo
gi yang diperlukan, serta terbatasnya sarana dan prasa
rana yang tersedia pada LPTK. Oleh karena itu, untuk me
ningkatkan kualitas guru kejuruan teknologi, maka Direk
tur Jenderal Pendidikan Tinggi dan Direktur Jenderal Pen
didikan Dasar dan Menengah sepakat untuk memanf aatkan fa
silitas yang tersedia di luar Lembaga Pendidikan dan
Te
naga Kependidikan. Untuk itu, Menteri Pendidikan dan
Ke-
budayaan mengeluarkan kebijaksanaan untuk mengadakan
Program Diploma III Guru Kejuruan Teknologi pada
Pusat
Pengembangan Penataran Guru Teknologi Bandung.
Pelaksanaan Program Diploma III Guru Kejuruan
Teknologi pada Pusat Pengembangan Penataran Guru Tekno
logi Bandung didasarkan atas: Keputusan Mendikbud tang
gal 12 Mei 1980 nomor: 0161/U/1980 tentang Penataran Ti
pe B, Rapat Kerja
Kejuruan dengan
antara Direktorat Pendidikan Menengah
Dirbinsarak tanggal 12-13
202
Juni
1980,
203
Instruksi Dirjen Dikdasmen nomor: 122/C4/I/1980 tanggal
15 September 1980, Keputusan Dirjen Dikdasmen tanggal
14 Januari 1984 nomor: 004/cAep/l.84, dan Kepmendikbud
tanggal 9 Maret 1984 nomor: 068/U/1984. Kebijaksanaan
tersebut di atas, tumpang tindih dengan Kepmendikbud
nomor: 039/U/1980 tentang pengukuhan PP-SPTK.
Unsur-unsur yang terlibat dalam merumuskan
kebi
jaksanaan Program D III GKT pada PPPG Teknologi Bandung
adalah Dirjen Dikdasmen, Dirjen Dikti, Dirdikmenjur,
Dirbinsarak, konsorsium
ilmu pendidikan. Unsur LPTK
tidak dilibatkan secara langsung. Kebijaksanaan ini tum
pang tindih dengan fungsi LPTK. Kemantapan LPTK belum
mendapat pengakuan secara tuntas oleh Dirjen Dikdasmen
beserta jajaran sebagai konsumen. Adanya anggapan bahwa
LPTK belum memenuhi kebutuhan guru Sekolah Dasar
dan
Sekolah Menengah.
Program D III GKT bertujuan menghasilkan guru
praktek (vocational instructors). Tamatan Program D III
GKT terampilan dalam bidang praktek dan lemah dalam bi
dang teori dan penalaran. Kurikulum SMKTA tahun 1984
menuntut guru STM yang menguasai teori dan praktek.
Penyusunan kurikulum Program D III GKT pada PPPG
Teknologi Bandung menggunakan pendekatan kompetensi. Pe
nyusunan kurikulum ini lebih menekankan pada kemampuan
204
praktis. Basic concept dan struktur ilmu belum diprioritas dalam menyusun kurikulum. Hal ini menyebabkan ren-
dahnya penalaran dan penguasaan teori para tamatan Prog
ram D III GKT pada PPPG Teknologi Bandung. Kurikulum
menggunakan sistem berlapis yaitu tiga semester di ins
titusi dan tiga semester di sekolah. Sesudah itu, kuri
kulum berubah yaitu empat semester di institusi dan dua
semester di sekolah.
Pembinaan personil dapat dilakukan dengan kebijak
sanaan interen. Kebijaksanaan ini menggunakan pendekatan
fungsional. Kebijaksanaan ini berorientasi akademis. Ke
bijaksanaan ini tidak ada hubungannya dengan peraturan
kepegawaian. Kebijaksanaan ini lebih mendorong personil
untuk lebih bergairah bekerja. Pembinaan personil dapat
juga dilakukan dengan peraturan kepegawaian. Lembaga ini
pada hakekatnya sama dengan kantor. Untuk itu, kenaikkan
pangkat reguler bagi yang tidak menjabat jabatan struk
tural sampai dengan golongan III d. Adanya keresahan per
sonil tentang pengembangan karirnya. Untuk meningkatkan
kemampuannya para personil dikirim tugas belajar ke Je
pang, Jerman Barat, dan Australia.
Fasilitas belajar belum dimamfaatkan dengan baik,
terutama perpustakaan. Kurangnya gairah mahasiswa untuk
memamfaatkan perpustakaan ini, disebabkan buku-buku di
perpustakaan banyak ditulis dalam bahasa Inggris, sedang-
205
kan kemampuan mahasiswa dalam bahasa Inggris masih ku
rang. Disiplin personil bekerja disebabkan peraturan
yang ketat. Fasilitas belajar yang lengkap belum dapat
menjamin peningkatan kualitas belajar. Hal ini terbukti
mahasiswa belum mampu berpikir kritis dan kreatif. Fasi
litas belajar belum dimamfaatkan secara maksimal, buktinya mahasiswa mengikuti perkuliahan MKDK 120 orang untuk
satu kelas. Upaya meningkatkan pemamfaatan sarana dan
prasarana yang tersedia, dilakukan dengan mengembangkan
struktur PPPG Teknologi Bandung, membuat job deskripsi
dan mekanisme kerja serta menyusun tata tertib dan disip
lin.
Mahasiswa Program D III GKT pada PPPG Teknologi
Bandung terdiri dari pre-service training dan in-service
training. Sistem penerimaan mahasiswa tidak melalui sipenmaru dan UMPT. Kriteria penerimaan mahasiswa didasar
kan atas: rapor di STM, ijazah STM, umur maksimal 50 ta
hun untuk in-service training dan ditambah dengan penga
laman kerja. Sedangkan peserta pre-service training umur
maksimal 28 tahun. Sistem seleksi ini dapat menerima ma
hasiswa dalam berbagai jenjang umur dari seluruh pelosok
tan ah air. Setel ah tarn at .-pendidikan
mereka bersedia be
kerja di daerahnya masing-masing. Akan tetapi, sistem
ini mudah memberikan sistem titipan dan sulit menjaring
calon mahasiswa yang potensial. Hasil belajar mahasiswa
secara kualitatif belum memuaskan.
206
Pelaksanaan sistem kredit, tidak mengenai istilah
sistem menabung. Setiap mahasiswa mempunyai beban belajar
yang sama setiap semester. Mahasiswa yang memiliki IP ku
rang dari 1,75 dinyatakan drop-out dan tidak bisa melanjutkan pada semester berikutnya. Untuk komponen MKDK jumlah
mahasiswa satu kelas sebanyak 120 orang. Jumlah mahasis
wa yang banyak ini sulit mengembangkan CBSA yang tinggi.
Pelaksanaan proses belajar dan mengajar bersifat mekanis.
Sistem belajar dititik beratkan pada instruksi-instruksi
dan bukan pada penguasaan struktur disiplin ilmu, sehing
ga sulit bagi mahasiswa untuk transfer. Mahasiswa disiplin
untuk datang ke sekolah dan ke kelas. Akan tetapi disiplin
yang kita harapkan adalah kepatuhan secara totalitas dan
pembinaan
mental spritual dan sikap profesionalisme.
Pelaksanaan PPL masih lemah, sulit mengontrol proses be
lajar jarak jauh.
Ijazah D III GKT pada mulanya diterbitkan oleh
PPPG Teknologi Bandung. Kewenangan PPPG Teknologi Bandung
menerbitkan ijazah D III, berdasarkan keputusan Dirjen
Dikdasmen. Akibat keputusan ini, sebanyak 1000 orang ta
matan Program D III GKT PPPG Teknologi Bandung belum mem
peroleh Ijazah Akta Mengajar III. Seharusnya Ijazah D III
diterbitkan oleh LPTK, sebab LPTK mempunyai tanggung jawab
fungsional untuk mengendalikan mutu pendidikan dan tenaga
kependidikan. Akhirnya, Ijazah D III dan Akta Mengajar III
diterbitkan oleh FPTK dan FIP IKIP Padang.
207
Secara kuantitas PPPG Teknologi Bandung dapat me
menuhi sebagian kebutuhan guru STM. Sampai dengan wisuda
angkatan ke X, PPPG Teknologi Bandung telah menghasilkan
calon guru STM sebanyak 2700 orang. Tamatan Program D III
GKT lebih mampu mengoperasikan alat-alat praktek, bahkan
melebihi kemampuan lulusan FPTK dan para Kepala Sekolah
senang kepada mereka. Hal ini disebabkan karena peralatan
PPPG Teknologi Bandung lebih lengkap dan mempunyai ins
truktur yang berpengalaman di dunia industri. Akan teta
pi mereka lemah dalam bidang teori dan penalaran. Kele
mahan ini disebabkan mahasiswa
tidak menguasai struktur
disiplin ilmu, basic concept, dan tidak menguasai meto
da pemecahan masalah. Kurikulum SMKTA tahun 1984 menuntut guru STM yang mampu dalam bidang teori dan praktek.
Program studi yang terlalu tajam sulit diswitch ke bi
dang studi lainnya. Tamatan Program D III GKT langsung
diangkat menjadi guru tanpa tes.
Pembinaan dan pengembangan PPPG Teknologi Ban
dung pada masa yang akan datang difokuskan untuk melak
sanakan penataran yang bersifat in-service training.
Sedangkan pengelolaan Program D III GKT yang bersifat
pre-service training dan in-service training diserahkan
kepada LPTK. Untuk itu, LPTK harus merabenahi dirinya
untuk memenuhi kebutuhan guru teknologi. Hal ini sesuai
dengan prinsip LPTK sebagai satu-satunya wadah untuk
208
mendidik calon guru SMTP dan SMTA, bahkan sekarang akan
ditingkatkan untuk mendidik calon guru Sekolah Dasar.
PPPG Teknologi Bandung, di samping melakukan penataran
yang bersifat in-service training juga berfungsi sebagai
Pusat Pengembangan Pendidikan Teknik. Khusus untuk peli
ta V, PPPG Teknologi Bandung melakukan pembinaan secara
langsung terhadap beberapa STM. Pembinaan STM ini dilaku
kan secara fungsional dan menggunakan pendekatan profe
sional.
B. Rekomendasi
Upaya meningkatkan kualitas guru melalui pendidi
kan sebelum jabatan dan pendidikan dalam jabatan sebaik
nya dilaksanakan. di LPTK. Untuk itu, pelaksanaan Program
D III GKT pada masa yang akan datang di LPTK* Oleh ka
rena itu, LPTK pada umumnya dan FPTK pada khususnya
ha
rus ditingkatkan seoptimal mungkin. Misalnya, Staf penga
jar perlu ditingkat dengan kualifikasi S2 dan S3. Pening
katan Staf Pengajar ini harus relevan dengan bidang stu
di yang diajarkannya di FPTK seperti: mesin, listrik,
dan bangunan gedung serta bidang studi yang lainnya. Fa
silitas belajar harus ditingkatkan seperti: workshop,
laboratorium, dan segala macam peralatan praktek yang di
perlukan dalam proses belajar dan mengajar. Mata kuliah
PPL sebagai ujung tombak dalam mengendalikan mutu lulusan
209
harus diberikan tempat yang sesuai dalam pengembangan
kurikulum.
Pelaksanaan penataran yang bersifat "in-service
training" perlu diintensifkan untuk meningkatkan kuali
tas guru teknologi. Penataran ini amat diperlukan kare
na: perubahan kurikulum, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Dengan mengikuti penataran ini, diharap
kan guru-guru dapat menyesuaikan dirinya ternadap peru
bahan kurikulum
serta perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Penataran salah satu upaya meningkatkan kemampuan
guru teknologi baik dalam bidang studi yang akan diajar
kan maupun terhadap metodologi mengajar. Untuk memperkaya pengalaman dan memperluas wawasan guru STM, perlu di
tingkatkan penataran baik frekwensi maupun intensitas
tentang manajemen sekolah, manajemen bengkel, media pen
didikan dan metodologi mengajar. Peningkatan penataran
tersebut di atas, merupakan upaya meningkatkan proses
belajar dan mengajar di STM.
Pelaksanaan Program D III GKT pada PPPG Teknologi
Bandung sampai dengan tahun 1991, perlu ditingkatkan pem
berian teori, terutama yang berkaitan dengan "basic con
cept" dan struktur disiplin ilmu. Pengembangan "basio
concept dan struktur disiplin ilmu amat diperlukan un
tuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam bidang bidang
210
penalaran.
Pola perkuliahan Program D III GKT pada PPPG Tek
nologi Bandung perlu dirubah. Pelaksanaan perkuliahan
di institusi perlu ditingkatkan yaitu dengan pola 5:1.
Pola ini berarti 5 semester di institusi dan 1 semester
di sekolah. Kebijaksanaan ini didasarkan atas perkuliah
an di lapangan belum berjalan secara efektif dan efi
sien. Kebijaksanaan ini dapat dilakukan untuk mengatasi
perkuliahan padat sebelum mahasiswa diwisuda.
Program D III GKT pada PPPG Teknologi Bandung ber
tujuan untuk membina calon guru STM yang bersifat "voca
tional instructors" atau guru praktek. Berdasarkan kuri
kulum SMKTA tahun 1984 tidak dipisahkan lagi antara guru
praktek dan guru teori. Untuk itu, yang perlu dikembang
kan adalah "technical teachers". Artinya guru STM yang
mempunyai kemampuan dalam bidang keguruan dan bidang stu
di yang akan diajarkan.
Untuk memamfaatkan fasilitas yang tersedia pada
PPPG Teknologi Bandung, maka PPPG Teknologi Bandung ha
rus melaksanakan penataran dalam jabatan secara intensif.
Di samping itu. PPPG Teknologi Bandung perlu ditingkatkan
fungsinya sebagai Pusat Pengembangan Pendidikan Teknologi.
Dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru STM, ma