STUDI KASUS TENTANG PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS 5 SD INKLUSI X DAN Y KOTA BANDUNG.

(1)

1 | P a g e

BAB III

MATODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini penulis menyajikan uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses, prinsip, prosedur dan pelaksanaan penelitian dalam rangka pengumpulan data dan analisis serta keabsahan data hasil penelitian.

A. Metoda Studi Kasus

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Moleong (2004: 6) Penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian, misalnya; perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Yaitu untuk mengetahui dan mendiskripsikan kondisi obyektif pembelajaran yang di selenggarakan di kelas 5 SD inklusi X dan Y Kota Bandung. Hal ini sesuai dengan pendapat

Adapun strategi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus menurut Arikunto (1990: 314) digunakan apabila peneliti mencoba menggambarkan subjek penelitian di dalam keseluruhan tingkah laku, yakni tingkah laku itu sendiri beserta hal-hal yang melingkunginya, hubungan tingkah laku dengan riwayat timbulnya tingkah laku, demikian pula lain-lain hal yang berkaitan dengan tingkah laku tersebut.

Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan


(2)

2 | P a g e

dokumen; (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk mernahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya. Penggunaan studi kasus didasarkan atas pertimbangan bahwa penelitian ini mengungkapkan fenomena tentang pelaksanaan pembelajaran di kelas terutama kelas 5 SD di sekolah inklusif. Hal ini merujuk pada pertanyaan utama penelitian ini dengan menggunakan kata Tanya ‘bagaimana’ (how), peneliti memiliki sedikit kontrol terhadap kejadian yang diteliti dan fenomena ini terjadi pada saat ini. (Yin, 2003: 1).

Kasus dalam penelitian ini adalah kelas 5 SD di sekolah inklusi X dan Y Kota Bandung. Penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa sekolah tersebut telah lama menjadi sekolah inklusif, dan telah mempunyai pengalaman serta reputasi yang baik sehingga penelitian dapat dilakukan lebih obyektif. Disamping itu berdasarkan studi pendahuluan kedua sekolah tersebut, X dan Y sangat terbuka, relevan dan cukup menunjang penelitian ini, sehingga memungkinkan penelitian ini dilaksanakan secara efektif dan sesuai dengan tujuan penelitian.

B. Prosedur Penelitian

Proses pengumpulan data dilakukan melalui tiga alat pengumpul data yaitu:


(3)

3 | P a g e

1. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data yang lengkap mengenai cara guru dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat untuk mengajar di kelas 5 SD X dan SD Y.

2. Wawancara

Wawancara utama dilakukan kepada guru berupa pedoman wawancara tidak terstruktur untuk mengetahui tata pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru yaitu: (1) Bagimanakan guru mengelola kelas (clasroom arrangemen), (2) Strategi dan pendekatan apakah yang dipakai oleh guru dalam pembelajaran, (3) Bagaimanakah atmosfir kelas diciptakan dalam pembelajaran.

Wawancara tambahan dilakukan kepada 5 Orang siswa berupa wawancara tidak terstruktur mengenai: (1) tanggapan siswa tentang pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru, (2) sikap siswa tentang keberadaan Anak Berkebutuhan Khusus di Kelas.

3. Observasi

Observasi dilakukan peneliti untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di kelas yaitu: (1) Bagimanakan guru mengelola kelas (clasroom arangemen)?, (2) Strategi dan pendekatan apakah yang dipakai oleh guru dalam pembelajaran?, (3) Bagaimanakah atmosfir kelas yang diciptakan guru dalam pembelajaran?


(4)

4 | P a g e

C. Informan Penelitian

Informan utama dalam penelitian ini adalah satu orang guru kelas 5 di SD X dan satu orang guru kelas 5 di SD Y, penyelenggara pendidikan inklusif di Kota Bandung. Informan tambahan adalah 5 orang siswa pada masing-masing sekolahdan kepala sekolah X dan Y. Informan tambahan ini diperlukan untuk mengetahui tanggapan tentang pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas dan tanggapan mereka tentang keberadaan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di kelas mereka.

Tabel 3.1 Gambaran Informan

NO NAMA SEKOLAH L/P JABATAN KETERANGAN

1 DD SD X L Guru Kelas VC Informan Utama

2 Us SD Y L Guru Kelas V Informan Utama

D. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi pedoman wawancara dan pedoman observasi. Adapun langkah penyusunan instrumen antara lain :

1. Penyususnan Kisi-kisi Instrumen

Dalam penyusunan kisi-kisi, materi merupakan jabaran dari pertanyaan penelitian yang diungkap dalam penelitian ini.

Berikut kisi-kisi instrumen wawancara yang telah digunakan dalam penelitian ini.


(5)

5 | P a g e

Tabel 3.2

KISI-KISI WAWANCARA KEPADA GURU TENTANG RENCANA PEMBELAJARAN

No Focus Wawancara

Ruang Lingkup

Nomor Item

2 • Persiapan B1, B2, B3, B4, B5,

B6

Tabel 3.3

KISI-KISI ANALISIS DOKUMEN GURU TENTANG PERSIAPAN PEMBELAJARAN

No Focus Wawancara

Ruang Lingkup

Nomor Item

2 • Dokumen Persiapan

Pembelajaran

B1, B2, B3, B4, B5, B6, B7, B8, B9, B10, B11, B12, B13, B14, B15, B16, B17, B18, B19, B20

Tabel 3.4

KISI-KISI WAWANCARA KEPADA GURU TENTANG PEMBELAJARAN

No Focus Wawancara

Ruang Lingkup

Nomor Item

Pembelajaran • Pelaksanaan

1. Pengelolaan Kelas 2. Stategi dan pendekatan 3. Atmosfir kelas

1.B1,B2,B3,B4, 2.B5, B6, B7, B8,

B9, B10, B11, B12 3.B13, B14, B15


(6)

6 | P a g e

Tabel 3.5

KISI-KISI PEDOMAN OBSERVASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Focus Observasi Ruang Lingkup Nomor Item

Lingkungan pembelajaran • Lingkungan fisik • Lingkungan soial

A1, A2, A3, A4 B1, B2

Proses Pembelajaran • Class Arangement (Pengeloaan kelas)

• Atmosfir kelas

• Pelaksanaan pembelajaran

A1, A2, A3, A4 B1, B2, B3

C1, C2, C3, C4, C5

Tabel 3.6

KISI-KISI OBSERVASI KEPADA GURU TENTANG

EVALUASI PEMBELAJARAN

No Focus Wawancara

Ruang Lingkup

Nomor Item

1 Identitas Diri • Nama

• Pendidikan • Jabatan

• Nama dan alamat sekolah

• Lama mengajar

• Pendidikan latihan

A1, A2, A3, A4, A5, A6

2 Pembelajaran • Evaluasi B1, B2, B3, B4, B5,


(7)

7 | P a g e

Tabel 3.7

KISI-KISI WAWANCARA KEPADA GURU TENTANG

EVALUASI PEMBELAJARAN

No Focus Wawancara

Ruang Lingkup

Nomor Item

1 Identitas Diri • Nama

• Pendidikan • Jabatan

• Nama dan alamat sekolah

• Lama mengajar

• Pendidikan latihan

A1, A2, A3, A4, A5, A6

2 Pembelajaran • Evaluasi B1, B2, B3, B4, B5,

B6, B7, B8, B9, B10

Setting atau lokasi penelitian ini dilakukan di 2 kelas 5 SD inklusi Kota Bandung sekolah yang berbeda, sekolah pertama adalah sekolah dasar negeri penyelenggara inklusi, dan yang kedua adalah sekolah dasar swasta juga penyelenggara pendidikan inklusif dan sebagai anggota Asosiasi Penyelenggara Pendidikan Inklusif (ASPI) Kota Bandung.

Kedua Sekolah dasar inklusi ini terbilang telah lama menyelenggarakan pendidikan inklusif, disamping itu guru dan kepala sekolah dari kedua sekolah tersebut rata-rata telah mendapatkan pelatihan tentang pendidikan inklusi baik yang diselenggarakan oleh Prodi PKKh UPI Bandung, dinas pendidikan Kota Bandung atau yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.


(8)

8 | P a g e

E. Analisis Data Penelitian

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Hal ini karena studi kasus sebagai desain penelitian menggunakan dua kasus yaitu kelas 5 SD X dan kelas 5 SDY. Analisis data penelitian yang akan dilakukan setelah langkah berikut :

1. Melakukan studi dokumentasi terhadap rencana pelaksanan pembelajaran yang dibuat oleh guru SD X dan Y.

2. Melakukan wawancara terhadap guru SD inklusi X dan Y tentang rencana pelaksanan pembelajaran yang dibuat oleh guru.

3. Melakukan wawancara dan observasi tentang pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru di kelas yaitu tentang:

a. Teknik pengelolaan kelas (classroom arrangemen) b. Metoda dan strategi yang digunakan dalam pembelajaran c. Penciptaan atmosfir kelas dalam pembelajaran

4. Melakukan wawancara dengan guru SD X dan Y tentang pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

Data-ta yang telah terkumpul kemudian dianalisa dengan cara: 1. Menganalisa data dari tiap kasus

Menganalisa data tiap kasus bertujuan untuk dapat memperoleh jawaban dari tiap informan mengenai pertanyaan penelitian yang diajukan peneliti dalam penelitian.

Adapun proses menganalisa tiap kasus dilakukan dengan cara sebagai berikut:


(9)

9 | P a g e

a. Menyusun, merinci, transkrip data dan validasi

Setelah peneliti mengadakan studi dokumentasi terhadap RPP yang dibuat guru SD X dan Y, wawancara dan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dan evalusi yang dilakukan guru SD inklusi X dan Y, kemudian penulis menuliskan kembali semua hasilnya untuk ditunjukan pada tiap informan sebagai proses atau upaya validasi data. b. Membuat katagori dari tiap kasus

Setelah proses penulisan kembali hasil wawancara dan member check (proses validasi) selesai dilakukan, langkah selanjutnya mengelompokkan jawaban informan kasus ke dalam beberapa kelompok. Pengelompokkan ini dilakukan oleh peneliti dengan cara memisahkan jawaban kasus kemudian dikelompokan menjadi satu kelompok. Pengelompokan ini dilakukan dengan cara mencari jawaban informan yang mempunyai makna yang sama. Kelompok dari jawaban informan tersebut yang dimaksudkan oleh peneliti sebagai kategori. Kelompok jawaban yang terkumpul kemudian dimaknai. Makna tersebut yang kemudian menjadi kategori. Makna dari kategori tersebut kemudian membangun nama dari kategori. c. Menganalisa Data dari tiap Katagori

Makna dari tiap katagori kemudian dikelompokkan untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian yang telah dibangun oleh peneliti. Proses pelaksanaan dari pengelompokan kategori ke dalam kelompok


(10)

10 | P a g e

berdasarkan pertanyaan penelitian adalah dengan cara membaca makna dari tiap kategori.

2. Menganalisa Data Lintas Kasus

Analisa lintas kasus dilakukan oleh peneliti dengan cara mempertemukan kelompok kategori berdasarkan pertanyaan penelitian pada tiap kasus. Selanjutnya peneliti menganalisa tiap- tiap kategori antar informan. Berdasarkan pertemuan kategori tersebut maka peneliti dapat melihat ada atau tidaknya variasi pernyataan kasus dalam menjawab pertanyaan penelitian. Bila ternyata terdapat perbedaan maka peneliti mencoba memahami alasan terjadinya variasi tersebut. Proses memahami variasi pernyataan dibangun dengan melihat kembali kategori-kategori lain yang mungkin dapat menjadi alasan.

3. Menganalisa Data lintas Kasus dengan Prespektif Teori atau Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil analisa lintas kasus berupa aspek-aspek penting dari para kasus dalam menjawab pertanyaan penelitian kemudian di diskusikan dengan pernyataan hasil penelitian terdahulu.

Analisa ini maksudnya bukan untuk membandingkan, melainkan untuk mencoba memahami aspek-aspek penting dari tiap kasus. Tiap kasus mempunyai alasan-alasan dan pemikiran tertentu sehingga mereka dapat mengeluarkan pernyataan sehingga menjadi aspek penting dalam penelitian ini.


(11)

11 | P a g e

Proses selanjutnya melakukan diskusi dengan temuan atau pendapat terdahulu, maka terlihat apakah pendapat atau temuan terdahulu sesuai dengan kondisi situasi yang dialami para kasus pada saat penelitian berlangsung.

Dari hal-hal tersebut maka diperoleh temuan hasil penelitian dan selanjuntya merumuskan kesimpulan dan menyusun rekomendasi hasil penelitian.


(12)

1 | P a g e

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan data pada bab IV maka temuan dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Rencana Program Pembelajaran

Pertama: Rencana Program Pembelajaran yang dibuat guru kelas di Sekolah Dasar SD inklusi X dan Y Kota Bandung, berdasar pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KTSP) tahun 2006. Rencana Program Pembelajaran ini dibuat secara umum untuk semua peserta didik tanpa memperhatikan keberagaman kelas termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di dalamnya .

Keadaan ini dikarenakan berbagai alasan yaitu:

a. SD inklusi X Kota Bandung beranggapan bahwa bila membuat sebuah RPP yang berbeda antara anak berkebutuhan khusus dan anak pada umumnya di kelas, berarti membedakan peserta didik, padahal semakin membedakannya maka akan semakin kentara pula perbedaan itu yang berdampak pada suasana kelas yang tidak kondusif.

b. SD inklusi Y Kota Bandung mempunyai alasan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk ABK telah dibuat oleh GPK berupa Program Pembelajaran Individual (PPI).


(13)

2 | P a g e

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Kedua Sekolah Dasar (SD) inklusi yaitu SD inklusi X dan SD inklusi Y Kota Bandung yang dijadikan tempat penelitian oleh penulis, pelaksanaan pembelajaran telah dilaksanakan dengan mengakomodir seluruh kebutuhan peserta didik dengan caranya masing-masing yaitu:

a. Pengakomodiran pembelajaran yang dilakukan oleh SD inklusi X kota bandung adalah sebagai beikut:

1) Lingkungan Fisik

Sekolah Dasar (SD) inklusi X Kota Bandung memiliki lingkungan fisik yang relative mendukung terhadap pelaksanaan pembelajaran yang mengakomodir seluruh kebutuhan peserta didik termasuk di dalamnya anak berkebutuhan khusus.

Meja dan kursi diperuntukan untuk satu orang peserta didik yang pada saat tertentu bisa dirubah posisi untuk berbagai keperluan, karena meja dan kursi terbuat dari bahan yang ringan dan kuat. Tata susunan kelas dapat diatur sedemikian rupa, sehingga strategi pembelajaran yang dilakukan guru dalam kelas dapat dilakukan dengan baik, lancar dan aman.

Ruang kelas terasa leluasa karena besar dan siswanya tidak terlalu banyak lubang udara dan jendela kaca terdapat hampir di sekeliling kelas.


(14)

3 | P a g e

2) Lingkungan Sosial

SD inklusif X hanya menerima peserta didik yang berkebutuhan khusus dalam tarap ringan pada pelayananya, hingga toleraansi dan penerimaan antar peserta didik terlihat relative tanpa kendala, walau ada beberapa peserta didik yang merasa terganggu karena kehadirannya. Keadaan ini memungkinkan bagi kelas untuk selalu dalam keadaan harmonis, tidak ada hal-hal yang terlalu ekstrim terjadi secara social dari peserta didik yang satu dengan yang lainnya.

3) Pengelolaan kelas

SD inklusif X memulai waktu pembelajarannya jam 07.15 sampai dengan jam 15.30 dengan diselingi instirahat yaitu pada jam 10.00 dan jam 12.00. hari Senin sampai dengan hari Jum’at, sedangkan hari Sabtu libur.

Pemenuhan kebutuhan peserta didik dilakukan oleh guru secara langsung atau guru meminta peserta didik yang telah tuntas untuk memberikann bantuan kepada temannya (ABK).

Guru selalu berusaha menjalin hubungan harmonis denga seluruh peserta didik dengan strategi pembelajaran tertentu dan menciptakan suasana kondusif agar terjalin hubungan yang baik antar peserta didik dinataranya dengan tutor sebaya.


(15)

4 | P a g e

Umpan balik lebih banyak menggunakan tanya jawab baik ketika ceramah ataupun dalam kelompok belajar di kelas dan dari hasil kerja kelompok.

4) Atmosfir Kelas

SD inklusi X memiliki lingkungan kelas yang asri, kelas terlihat terang walau tanpa penerangan dari lampu. Lubang udara terdapat dibeberapa sisi hingga tanpa menggunakan kipas angin atau AC sudah terasa nyaman dan segar untuk ditempati.

Guru secara langsung memberikan bantuan atau guru meminta peserta didik yang telah tuntas untuk memberikann bantuan kepada temannya (ABK).

Guru biasanya mengadakan tanya jawab dengan maksud sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang memerlukan atau yang dianggap memerlukan secara individual, hingga situasi belajar terlihat hidup dan relative terlihat aktif dan kondusif

b. Pengakomodiran pembelajaran yang dilakukan oleh SD inklusi Y kota bandung adalah sebagai beikut:

1) Lingkungan Fisik

Sekolah Dasar (SD) inklusi Y terlihat memiliki fasilitas kelas yang kurang memadai, meja dan kursi menghadap ke depan Kelas terasa padat karena meja yang besar, berat dan berwarna gelap, diisi oleh 2


(16)

5 | P a g e

sampai 3 peserta didi, tembok berhimpitan dengan tembok yang lain sehingga udara dan cahaya hanya berasal dari salah satu bagian dinding saja.

SD Inklusif Y memiliki ruangan khusus yang diperuntukan bagi penganganan ABK oleh GPK, sehingga secara khusus pula ABK dapat terlayani walaupun terpisah dengan teman-temanya di kelas. 2) Lingkungan Sosial

SD inklusif Y menerima peserta didik yang cukup ekstrim, artinya peserta didik tersebut memang memiliki kebutuhan yang sangat berbeda dengan peserta didik pada umumnya.

Secara hubungan social antar peserta didik dengan peserta didik lainya atau antar peserta didik dengan guru terlihat baik-baik saja tidak ada gejolak yang terlalu ekstrim karena secara khusus ABK telah ada yang menangani, yaitu GPK dan kebanyakan ABK menghabiskan waktunya di ruangan khusus dengan GPK.

3) Pengelolaan Kelas

SD inklusif Y memulai waktu pembelajarannya yaitu jam 07.15 sampai dengan jam 12.30 dengan satu kali istirahat yaitu jan 10.00 – 10.30, dari hari Senin sampai dengan Sabtu.

Guru memberikan bantuan secara langsung kepada peserta didik yang membutuhkan secara individual, atau memerintahkan teman


(17)

6 | P a g e

terdekat/ se-meja, untuk memberikan bantuan tapi tidak kepada ABK, karena ABK secara khusus telah ada yang menangani.

Guru berusaha menjalin hubungan baik dengan seluruh peserta didik, dengan banyak bertanya jawab diselingi canda, sehingga peserta didik terlihat nyaman karena semua terperhatikan. Sedangkan dengan ABK lebih diserahkan kepada GPK. Guru menggunakan banyak teknik tanya jawab juga untuk media umpan balik.

4) Atmosfir Kelas

Walaupun Sekolah Dasar (SD) inklusi Y memiliki fasilitas kelas yang kurang memadai, ada buku-bukupun jarang dipakai sebagai bahan pembelajaran, alat peraga sangat minim dan tidak ada media pajang/ peraga untuk kreasi peserta didik. Kelas terasa padat karena meja yang besar dan berwarna gelap, tembok berhimpitan dengan tembok yang lain sehingga udara dan cahaya hanya berasal dari salah satu bagian dinding saja. Apabila guru mengunjungi peserta didik, maka peserta didik sebelahnya akan sedikit terganggu karena antar peserta didik saling berhimpitan.

Namun demikian peserta didik nampak tidak terganggu, mereka mungkin terbiasa dengan keadaan demikian, peserta didik terlihat ceria, guru terlihat berusaha untuk menjalin komunikasi yang baik dengan peserta didik, yaitu dengan mengadakan tanya jawab yang intensif.


(18)

7 | P a g e

Disamping itu SD Inklusif Y memiliki ruangan khusus yang diperuntukan bagi penganganan ABK oleh GPK, sehingga secara khusus pula ABK dapat terlayani walaupun terpisah dengan teman-temanya di kelas.

3. Evaluasi Pembelajaran

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh kedua Sekolah Dasar (SD) inklusi, yaitu SD inklusi X dan SD inklusi Y dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Di kelas 5 SD inklusi X, evaluasi pembelajaran dilakukan pada semua komponen evaluasi yaitu evaluasi secara lisan, tulisan dan perbuatan bahkan guru menilai hasil porto folio peserta didik berupa kliping dan hasil-hasil kerja kelompok yang telah dipresentasikan oleh perwakilan kelompok.

Guru tidak membuat bahan evaluasi yang berbeda sesuai dengan keberagaman peserta didik, termasuk ABK di dalamnya, guru beranggapan ABK yang ada masih mampu mengerjakan bahan evaluasi yang sama degan teman-temannya. Beliau juga memberikan waktu tambahan bila ada peserta didik yang membutuhkan termasuk ABK. Disamping itu guru memberi kesempatan bagi semua peserta didik yang belum mencapai nilai yang diinginka untuk remedial, dan memberikan pengayaan bagi mereka yang telah tuntas.

Bahan evaluasi adalah factor yang sangat diperhatikan oleh guru. “Terutama bahan evaluasi itu sendiri harus siap, baik berupa soal-soal


(19)

8 | P a g e

atau kegiatan yang harus dilakukan ketidaksiapannya seperti belum diperbanyak akan menjadi penghambat terlaksananya evaluasi”.

b. Guru Kelas 5 SD inklusi Y membuat bahan evaluasi yang sama untuk semua peserta didik, hanya untuk ABK menyerahkan sepenuhnya kepada GPK. Adapun yang omponen yang dievaluasikan adalah tes lisan, tertulis, dan menilai hasil kerja peserta didik, dan bagi ABK sepenuhnya saya serahkan kepada GPK”.

Guru Kelas 5 SD inklusi Y tidak memberikan bobot atau presentase khusus bagi tiap komponen yang dievaluasi, tapi beliau sangat senang bila melihat peserta didiknya mengerjakan evaluasi atau tugas dengan sungguh-sungguh. Beliau menganggap bahwa setiap peserta didik mempunyai keunikan tersendiri

Bagi peserta didik yang tidak mencapai nilai yang diharapkan Guru Kelas 5 SD inklusi Y memberikan kesempatan untuk remedia, Sedangkan untuk peserta didik yang telah mencapai nilai yang diharapkan guru secara khusus tidak memberikan pengayaan. tapi guru memberikan penugasan umum saja kepada semua peserta didik termasuk yang remidial.

Bagi Guru Kelas 5 SD inklusi Y, kesiapan bahan adalah mutlak harus tersedia, baik dalam bentuk soal yang telah difoto copy untuk setiap peserta didik atau kelompok, sedangkan untuk peserta didik tetap harus ada pemberitahuan sebelumnya, sebaliknya, bila soal-soal belum siap akan menjadi penghambat terlaksananya evaluasi”.


(20)

9 | P a g e

B. IMPLIKASI

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran a. Kelas 5 SD inklusi X Bandung

Guru Kelas 5 SD inklusi X Bandung beranggapan bahwa “Bila kita membuat sebuah RPP yang berbeda antara anak berkebutuhan khusus dan anak pada umumnya di kelas, berarti saat ini kita sedang membedakan peserta didik, padahal semakin kita membedakannya maka akan semakin kentara pula perbedaan itu yang berdampak pada suasana kelas yang tidak kondusif”.

Hal ini tidak banyak berimplikasi buruk terhadap para peserta didik, karena secara umum tujuan pembelajaran yang ditargetkan tercapai, malahan kalau ditinjau dari hubungan social antar peserta didik termasuk ABK di dalamnya, terdapat kesetaraan pergaulan, mereka terlihat tidak canggung untuk saling bekerjasama, saling membantu terutama dalam kelompok.

b. Kelas 5 SD inklusi Y Bandung

Guru kelas 5 SD inklusi Y beranggapan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuatnya sudah cukup, karena bagi bagi ABK telah dibuatkan program pembelajaran individual oleh GPK.

Keadaan seperti ini tidak berimplikasi besar bagi tercapainya tujuann pembelajaran secara umum, hanya bila sebuah program pembelajaran tidak mengintegrasikan seluruh komponen peserta didik, maka pada


(21)

10 | P a g e

pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran juga tidak akan terintegrasi dengan baik.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

a. Kelas 5 SD Inklusi X Kota Bandung 1) Lingkungan Fisik

Sekolah Dasar (SD) inklusi X Kota Bandung memiliki lingkungan fisik yang baik, yang berimplikasi pada dukungan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang mengakomodir seluruh kebutuhan peserta didik termasuk di dalamnya anak berkebutuhan khusus. .

2) Lingkungan Sosial

SD inklusif X hanya menerima peserta didik yang berkebutuhan khusus dalam tarap ringan pada pelayananya. Implikasisya toleraansi dan penerimaan antar peserta didik terlihat baik, walau ada beberapa peserta didik yang merasa terganggu karena kehadirannya. Keadaan ini memungkinkan bagi kelas untuk selalu dalam keadaan harmonis, tidak ada hal-hal yang terlalu ekstrim terjadi secara social, dari peserta didik yang satu dengan yang lainnya.


(22)

11 | P a g e

3) Pengelolaan kelas

SD inklusif X memulai waktu pembelajarannya jam 07.15 sampai dengan jam 15.30 dengan diselingi instirahat yaitu pada jam 10.00 dan jam 12.00. hari Senin sampai dengan hari Jum’at. Hal ini berimplikasi pada seluruh peserta didik lebih lama berinteraksi, dan berhubungan baik, baik ketika belajar, istirahat, jajan bersama, solat bersama dalam bermain bersama.

Pemenuhuan kebutuhan peserta didik dilakukan oleh guru secara langsung atau guru meminta peserta didik yang telah tuntas untuk memberikann bantuan kepada temannya (ABK). Guru selalu berusaha menjalin hubungan harmonis denga seluruh peserta didik dengan strategi pembelajaran tertentu diantaranya dengan tutor sebaya.

Umpan balik menggunakan teknik tanya jawab baik ketika ceramah ataupun dalam kelompok belajar di kelas dan dari hasil kerja kelompok hingga berimplikasi pada suasana yang kondusif dan terjalinya hubungan yang baik antar peserta didik termasuk ABK di dalamnya.

.

4) Atmosfir Kelas

SD inklusi X memiliki lingkungan kelas yang asri, kelas terlihat terang walau tanpa penerangan dari lampu. Lubang udara terdapat


(23)

12 | P a g e

dibeberapa sisi hingga ruanagn kelas terasa nyaman dan segar untuk ditempati termasuk untuk ABK.

Guru biasanya mengadakan tanya jawab dengan maksud sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang memerlukan atau yang dianggap memerlukan secara individual, yang berimplikasi pada situasi belajar yang hidup dan relative terlihat aktif dan kondusif

b. Kelas 5 SD Inklusi Y Kota Bandung 1) Lingkungan Fisik

Sekolah Dasar (SD) inklusi Y terlihat memiliki fasilitas kelas yang kurang memadai, meja dan kursi menghadap ke depan. Kelas terasa padat karena meja yang besar, berat dan berwarna gelap, diisi oleh 2 sampai 3 peserta didi, tembok berhimpitan dengan tembok yang lain sehingga udara dan cahaya hanya berasal dari salah satu bagian dinding saja. Keadaan ini berimplikasi kepada strategi pembelajaran yang sukar untuk dikembangkan terutama strategi yang membutuhkan perubahan posisi meja dan kursi. SD Inklusif Y memiliki ruangan khusus yang diperuntukan bagi penganganan ABK oleh GPK, sehingga implikasinya secara khusus pula ABK dapat terlayani walaupun terpisah dengan teman-temanya di kelas.


(24)

13 | P a g e

2) Lingkungan Sosial

SD inklusif Y menerima peserta didik ABK yang cukup ekstrim, artinya peserta didik tersebut memang memiliki kebutuhan yang sangat berbeda dengan peserta didik pada umumnya.

Hubungan social antar peserta didik dengan peserta didik lainya atau antar peserta didik dengan guru terlihat baik-baik saja, tidak ada gejolak yang terlalu ekstrim karena secara khusus ABK telah ada yang menangani, yaitu GPK dan kebanyakan ABK menghabiskan waktunya di ruangan khusus dengan GPK.

3) Pengelolaan Kelas

SD inklusif Y memulai waktu pembelajarannya yaitu jam 07.15 sampai dengan jam 12.30 dengan satu kali istirahat yaitu jan 10.00 – 10.30, dari hari Senin sampai dengan Sabtu.

Guru memberikan bantuan secara langsung kepada peserta didik yang membutuhkan secara individual, atau memerintahkan teman terdekat/ se-meja, untuk memberikan bantuan tapi tidak kepada ABK, karena ABK secara khusus telah ada yang menangani. Guru berusaha menjalin hubungan baik dengan seluruh peserta didik, dengan banyak bertanya jawab diselingi canda, sehingga peserta didik terlihat nyaman karena semua terperhatikan. Sedangkan dengan ABK lebih diserahkan kepada GPK. Guru


(25)

14 | P a g e

menggunakan banyak teknik tanya jawab juga untuk media umpan balik.

4) Atmosfir Kelas

Walaupun Sekolah Dasar (SD) inklusi Y memiliki fasilitas kelas yang kurang memadai, ada buku-bukupun jarang dipakai sebagai bahan pembelajaran, alat peraga sangat minim dan tidak ada media pajang/ peraga untuk kreasi peserta didik. Kelas terasa padat karena meja yang besar dan berwarna gelap, tembok berhimpitan dengan tembok yang lain sehingga udara dan cahaya hanya berasal dari salah satu bagian dinding saja. Apabila guru mengunjungi peserta didik, maka peserta didik sebelahnya akan sedikit terganggu karena antar peserta didik saling berhimpitan.

Namun demikian peserta didik nampak tidak terganggu, mereka mungkin terbiasa dengan keadaan demikian, peserta didik terlihat ceria, guruterlihat berusaha untuk menjalin komunikasi yang baik dengan peserta didik, yaitu dengan mengadakan tanya jawab yang intensif.

Disamping itu SD Inklusif Y memiliki ruangan khusus yang diperuntukan bagi penganganan ABK oleh GPK, sehingga secara khusus pula ABK dapat terlayani walaupun terpisah dengan teman-temanya di kelas.


(26)

15 | P a g e

3. Pelaksanaan Evauasi Pembelajaran a. Kelas 5 SD Inklusi X Kota Bandung

Guru di SD inklusi X Kota Bandung mengadakan evaluasi hampir pada seluruh komponen yang harus dievaluasi termasuk kepada ABK. Dalam keberagaman Guru di SD inklusi X Kota Bandung memberikan bahan evaluasi yang sama, beliau menganggap semua peserta didiknya termasuk ABK masih mampu mengikuti evaluasinya dengan baik, selain itu beliau juga tidak hanya menilai hasil dari evaluasi tapi menilai dari proses sampai hasil evaluasi.

Keadaan demikian tidak berimplikasi buruk pada seluruh proses dan hasil evaluasi, semua peserta didik mampu mengerjakan evaluasi dengan baik,meskipun beberapa peserta didik diberikan waktu tambahan untuk mengerjakannya termasuk kepada ABK.

Hasil evaluasi peserta didik selalu disampaikan oleh guru kepada seluruh peserta didik setelah guru memeriksa dan merekap nilai evaluasi tersebut. Untuk peserta didik yang belum mencapai nilai yang diharpakan dan mereka yang telah mencapai nilai yang diharapkan diberikan tugas yang berbeda dengan tujuan yang berbeda pula yaitu untuk remedial dan untuk pengayaan.

Implikasi dari keadaan ini memungkinkan bagi seluruh peserta didik terakomodir seluruh kebutuhannya dan termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperdalam materi yang dijarkan di sekolah.


(27)

16 | P a g e

Keberadaan Bahan evaluasi adalah factor yang sangat penting dan diperhatikan oleh guru di SD inklusi X Kota Bandung yang beimplikasi pada kelancaran di setiap penyelenggaraa evaluasi.

b. Kelas 5 SD Inklusi Y Kota Bandung

Guru Kelas 5 SD Inklusi Y Kota Bandung memberikan evaluasi pada akhir pembelajaran, namun tidak setiap hari dilakukan, tergantung pada pencapaian target pembelajaran. Adapun komponen evaluasi yang dinilai diantaranya mengadakan tes lisan, tertulis, dan menilai hasil kerja peserta didik, sedangakan untuk ABK sepenuhnya diserahkan kepada GPK. Hal ini berimplikasi pada terakomodirnya seluruh kemampuan peserta didik, karena tiap peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda satu dengan lainnya.

Bagi mereka yang gagal guru memberikan kesempatan remedial atau memberikan kesempatan untuk mengerjakan tugas kliping atau merangkum materi yang dievaluasikan. Namun secara khusus guru tidak memberikan layanan kepada mereka yang telah mencapai nilai yang diharapkan dalam evaluasi, tapi guru memberikan penugasan umum kepada semua peserta didik termasuk yang gagal.

Implikasi yang timbul dari keadaan seperti ini adalah memungkinkanya bagi seluruh peserta didik terakomodir seluruh kebutuhannya dan termotivasi untuk belajar lebih giat.


(28)

17 | P a g e

C. REKOMENDASI

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa rekomendasi yang ditujukan kepada:

1. Rencana Pelasasanaan Pembelajran

a. Guru kelas 5 SD inklusi X Kota Bandung 1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya dibuat berdasarkan keragaman peserta didik termasuk bila ada ABK di dalamnya, yaitu RPP yang dibuat berdasarkan asesmen yang dibuat oleh guru atau tim asesmen sekolah.

2) Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru perlu membuat sebuah skenario pembelajaran mampu yang mengakomodir seluruh kebutuhan peserta didik termasuk ABK di dalamnya, misalnya dengan menggunakan metoda pembelajaran cooperative learning dan menfaatkan sarana dan prasarana yang ada.

3) Evaluasi Pembelajaran

Guru Kelas 5 SD inklusi X perlu membuat sebuah disain evaluasi pembelajaran yang disesuaikan dengan keberagaman peserta didik, yaitu dengan menilai hasil tes, hasil tugas perorangan atau kelompok, hasil praktikum, hasil pekerjaan rumah dan sebagainya.


(29)

18 | P a g e

b. Guru kelas 5 SD inklusi Y Kota Bandung 1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya dibuat berdasarkan keragaman peserta didik termasuk bila ada ABK di dalamnya, yitu dengan melakukan asesmen tanpa mengesampingkan program pembelajaran yang dibuat oleh Guru Pembimbing Khusu (GPK).

4) Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru perlu membuat sebuah skenario pembelajaran mampu yang mengakomodir seluruh kebutuhan peserta didik termasuk anak berkebutuhan khusus di dalamnya, misalnya dengan menggunakan metoda pembelajaran cooperative learning dengan memanfaatkan keberadaan GPK sebagai pendamping ABK.

5) Evaluasi Pembelajaran

Guru Kelas 5 SD inklusi Y Kota Bandung perlu membuat sebuah disain evaluasi pembelajaran yang disesuaikan dengan keberagaman peserta didik, yaitu dengan menilai hasil tes, hasil tugas perorangan atau kelompok, hasil praktikum, hasil pekerjaan rumah dan sebagainya.


(1)

13 | P a g e

2) Lingkungan Sosial

SD inklusif Y menerima peserta didik ABK yang cukup ekstrim, artinya peserta didik tersebut memang memiliki kebutuhan yang sangat berbeda dengan peserta didik pada umumnya.

Hubungan social antar peserta didik dengan peserta didik lainya atau antar peserta didik dengan guru terlihat baik-baik saja, tidak ada gejolak yang terlalu ekstrim karena secara khusus ABK telah ada yang menangani, yaitu GPK dan kebanyakan ABK menghabiskan waktunya di ruangan khusus dengan GPK.

3) Pengelolaan Kelas

SD inklusif Y memulai waktu pembelajarannya yaitu jam 07.15 sampai dengan jam 12.30 dengan satu kali istirahat yaitu jan 10.00 – 10.30, dari hari Senin sampai dengan Sabtu.

Guru memberikan bantuan secara langsung kepada peserta didik yang membutuhkan secara individual, atau memerintahkan teman terdekat/ se-meja, untuk memberikan bantuan tapi tidak kepada ABK, karena ABK secara khusus telah ada yang menangani. Guru berusaha menjalin hubungan baik dengan seluruh peserta didik, dengan banyak bertanya jawab diselingi canda, sehingga peserta didik terlihat nyaman karena semua terperhatikan. Sedangkan dengan ABK lebih diserahkan kepada GPK. Guru


(2)

14 | P a g e

menggunakan banyak teknik tanya jawab juga untuk media umpan balik.

4) Atmosfir Kelas

Walaupun Sekolah Dasar (SD) inklusi Y memiliki fasilitas kelas yang kurang memadai, ada buku-bukupun jarang dipakai sebagai bahan pembelajaran, alat peraga sangat minim dan tidak ada media pajang/ peraga untuk kreasi peserta didik. Kelas terasa padat karena meja yang besar dan berwarna gelap, tembok berhimpitan dengan tembok yang lain sehingga udara dan cahaya hanya berasal dari salah satu bagian dinding saja. Apabila guru mengunjungi peserta didik, maka peserta didik sebelahnya akan sedikit terganggu karena antar peserta didik saling berhimpitan.

Namun demikian peserta didik nampak tidak terganggu, mereka mungkin terbiasa dengan keadaan demikian, peserta didik terlihat

ceria, guruterlihat berusaha untuk menjalin komunikasi yang baik

dengan peserta didik, yaitu dengan mengadakan tanya jawab yang intensif.

Disamping itu SD Inklusif Y memiliki ruangan khusus yang diperuntukan bagi penganganan ABK oleh GPK, sehingga secara khusus pula ABK dapat terlayani walaupun terpisah dengan teman-temanya di kelas.


(3)

15 | P a g e

3. Pelaksanaan Evauasi Pembelajaran a. Kelas 5 SD Inklusi X Kota Bandung

Guru di SD inklusi X Kota Bandung mengadakan evaluasi hampir pada seluruh komponen yang harus dievaluasi termasuk kepada ABK. Dalam keberagaman Guru di SD inklusi X Kota Bandung memberikan bahan evaluasi yang sama, beliau menganggap semua peserta didiknya termasuk ABK masih mampu mengikuti evaluasinya dengan baik, selain itu beliau juga tidak hanya menilai hasil dari evaluasi tapi menilai dari proses sampai hasil evaluasi.

Keadaan demikian tidak berimplikasi buruk pada seluruh proses dan hasil evaluasi, semua peserta didik mampu mengerjakan evaluasi dengan baik,meskipun beberapa peserta didik diberikan waktu tambahan untuk mengerjakannya termasuk kepada ABK.

Hasil evaluasi peserta didik selalu disampaikan oleh guru kepada seluruh peserta didik setelah guru memeriksa dan merekap nilai evaluasi tersebut. Untuk peserta didik yang belum mencapai nilai yang diharpakan dan mereka yang telah mencapai nilai yang diharapkan diberikan tugas yang berbeda dengan tujuan yang berbeda pula yaitu untuk remedial dan untuk pengayaan.

Implikasi dari keadaan ini memungkinkan bagi seluruh peserta didik terakomodir seluruh kebutuhannya dan termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperdalam materi yang dijarkan di sekolah.


(4)

16 | P a g e

Keberadaan Bahan evaluasi adalah factor yang sangat penting dan diperhatikan oleh guru di SD inklusi X Kota Bandung yang beimplikasi pada kelancaran di setiap penyelenggaraa evaluasi.

b. Kelas 5 SD Inklusi Y Kota Bandung

Guru Kelas 5 SD Inklusi Y Kota Bandung memberikan evaluasi pada akhir pembelajaran, namun tidak setiap hari dilakukan, tergantung pada pencapaian target pembelajaran. Adapun komponen evaluasi yang dinilai diantaranya mengadakan tes lisan, tertulis, dan menilai hasil kerja peserta didik, sedangakan untuk ABK sepenuhnya diserahkan kepada GPK. Hal ini berimplikasi pada terakomodirnya seluruh kemampuan peserta didik, karena tiap peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda satu dengan lainnya.

Bagi mereka yang gagal guru memberikan kesempatan remedial atau memberikan kesempatan untuk mengerjakan tugas kliping atau merangkum materi yang dievaluasikan. Namun secara khusus guru tidak memberikan layanan kepada mereka yang telah mencapai nilai yang diharapkan dalam evaluasi, tapi guru memberikan penugasan umum kepada semua peserta didik termasuk yang gagal.

Implikasi yang timbul dari keadaan seperti ini adalah

memungkinkanya bagi seluruh peserta didik terakomodir seluruh kebutuhannya dan termotivasi untuk belajar lebih giat.


(5)

17 | P a g e

C. REKOMENDASI

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa

rekomendasi yang ditujukan kepada:

1. Rencana Pelasasanaan Pembelajran

a. Guru kelas 5 SD inklusi X Kota Bandung 1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya dibuat berdasarkan keragaman peserta didik termasuk bila ada ABK di dalamnya, yaitu RPP yang dibuat berdasarkan asesmen yang dibuat oleh guru atau tim asesmen sekolah.

2) Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru perlu membuat sebuah skenario pembelajaran mampu yang mengakomodir seluruh kebutuhan peserta didik termasuk ABK di dalamnya, misalnya dengan menggunakan metoda pembelajaran cooperative learning dan menfaatkan sarana dan prasarana yang ada.

3) Evaluasi Pembelajaran

Guru Kelas 5 SD inklusi X perlu membuat sebuah disain evaluasi pembelajaran yang disesuaikan dengan keberagaman peserta didik, yaitu dengan menilai hasil tes, hasil tugas perorangan atau kelompok, hasil praktikum, hasil pekerjaan rumah dan sebagainya.


(6)

18 | P a g e

b. Guru kelas 5 SD inklusi Y Kota Bandung 1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya dibuat berdasarkan keragaman peserta didik termasuk bila ada ABK di dalamnya, yitu dengan melakukan asesmen tanpa mengesampingkan program pembelajaran yang dibuat oleh Guru Pembimbing Khusu (GPK).

4) Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru perlu membuat sebuah skenario pembelajaran mampu yang mengakomodir seluruh kebutuhan peserta didik termasuk anak berkebutuhan khusus di dalamnya, misalnya dengan menggunakan metoda pembelajaran cooperative learning dengan memanfaatkan keberadaan GPK sebagai pendamping ABK.

5) Evaluasi Pembelajaran

Guru Kelas 5 SD inklusi Y Kota Bandung perlu membuat sebuah

disain evaluasi pembelajaran yang disesuaikan dengan

keberagaman peserta didik, yaitu dengan menilai hasil tes, hasil tugas perorangan atau kelompok, hasil praktikum, hasil pekerjaan rumah dan sebagainya.