PERANAN RESOURCE CENTER DALAM MENUNJANG PENDIDIKAN INKLUSIF RAMAH ANAK :Studi Kasus Pelaksanaan Resourse Center X dan Y di Kota Bandung.

(1)

vi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 8

E. Metodelogi Penelitian ... 9

BAB II PERANAN RESOURCE CENTER DALAM MENUNJANG PENDIDIKAN INKLUSIF RAMAH ANAK ... 12

A. Resource Center ... 12

1. Pengertian Resoure Center ... 12

2. Peran Resource Center ... 13

3. Fungsi dan Tugas Resource Center ... 14

4. Sistem Dukungan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif ... 29

B. Manajemen Resource Center ... 33

1. Ciri-Ciri Resoure Center yang Berkualitas ... 33

2. Manajemen Organisasi ... 36

C. Manajemen Strategi ... 52

1. Pengertian Strategi dan Manajemen Strategi ... 52

2. Komponen Manajemen Strategik ... 56

3. Manfaat Manajemen Stratejik ... 63

4. Proses Manajemen Stratejik ... 65

D. Manajemen Sekolah ... 71

E. Pelayanan Prima ... 85

F. Pendidikan Inklusif yang Ramah Anak ... 92

BAB III METODE PENELITIAN ... 96

A. Prosedur Penelitian ... 98

B. Instrumen Penelitian ... 100

C. Subjek Penelitian ... 102

D. Teknik Pengumpulan Data ... 103

E. Teknik Analisis Data ... 104


(2)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 106

A. Hasil Penelitian ... 106

1. Deskripsi Data Penelitian ... 106

2. Analisis Data ... 125

B. Pembahasan ... 132

1. Persamaan Data Resource Center X dan Y ... 132

2. Perbedaan Data Resource Center (RC) X dan Y ... 133

3. Temuan Hasil Penelitian ... 134

4. Revisi Program ... 135

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 147

A. Kesimpulan ... 147

B. Rekomendasi ... 149

DAFTAR PUSKATA ... 151 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(3)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman


(4)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Fokus Layanan Resource Center ... 6 2.1 Jejaring Kerjasama Resource Center dalam Mendukung

Pendidikan Inklusif (Sumber: Heryanto Amuda, 2005:78) ... 20 2.2 Struktur Organisasi (Sumber: Heryanto Amuda, 2005:108) ... 41 2.3 Mekanisme Kerja Resource Center-Disdik (Sumber: Heryanto

Amuda, 2005:123) ... 51 2.4 Mekanisme Kerja GPK Resource Center (Sumber: Heryanto

Amuda, 2005:124) ... 52 2.5 Proses Manajemen Stratejik (Sumber: Wheelen & Hunger,

1995) ... 57 2.6 Framework for Strategic Managemen (Sumber: Alan J. Rowe,

1990:10) ... 58 2.7 Model Manajemen Stratejik (Sumber: Sondang P. Siagian,


(5)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan sumber daya manusia yang diprogramkan pemerintah Indonesia pada saat ini lebih dititikberatkan pada sektor pendidikan yang mengacu pada peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan pada semua jenjang pendidikan. Salah satu amanat Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 tersebut kemudian diatur lebih lanjut dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang memiliki visi terwujudnya Sistem Pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan produktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntunan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak azazi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan.

Guru adalah salah satu unsur sumber daya manusia dalam proses pendidikan. Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan yang dapat menciptakan manusia berkualiatas karena mempunyai


(6)

fungsi, peran dan kedudukan yang sangat strategis sebagai insan yang berhadapan langsung dengan siswa. Guru memegang peran sentral dalam proses pembelajaran, untuk itu mutu pendidikan di suatu sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan yang di miliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya.

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkulitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena itu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara: sekolah, keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Di Indonesia tentang pendidikan telah dilaksanakan dalam UUD 1945 pasal 31 tentang Hak Setiap Warga Negara untuk memperoleh pendidikan dan pasal 32 UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur mengenai pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus.

Menurut Tim Pendidikan Inklusif Jawa Barat (2003:4) Pendidikan Inklusif adalah layanan pendidikan yang semaksimal mungkin mengakomodasi semua anak didik termasuk anak yang berkebutuhan khusus. Di sekolah atau lembaga pendidikan atau tempat lain (diutamakan yang terdekat dengan tempat tinggal anak didik) bersama-sama teman sebayanya dengan memperhatikan perbedaannya. Pendidikan Inklusif mempunyai pengertian yang beragam. Stainback (1990) mengemukakan bahwa: Sekolah Inklusif adalah sekolah yang


(7)

menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa, maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan individualnya dapat terpenuhi.

Perkembangan pengetahuan dalam bidang pendidikan menimbulkan pergeseran-pergeseran nilai dan sikap pada orang-orang yang berkecimpung di dunia pendidikan. Pemerhati, peneliti, pembuat kebijakan, dan praktisi pendidikan telah berusaha merancang dan memberikan pelayanan pendidikan yang optimal bagi semua anak, sehigga diharapkan semua warga negara ini memperoleh pendidikan yang memadai.

Upaya pemerataan pendidikan dalam rangka menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun yang berkualitas bagi semua anak di Indonesia mempunyai arti yang sangat strategis untuk mencerdaskan bangsa dan selaras dengan pesan dari Pendidikan Untuk Semua (PUS) pendidikan inklusif diharapkan dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi anak bersekolah (pemerataan kesempatan pendidikan) dan dalam waktu yang bersamaan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Dengan demikian maka tujuan pendidikan inklusif berarti pertama, menciptakan dan membangun pendidikan yang berkualitas menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang hangat, menerima keanekaragaman, dan menghargai perbedaan, menciptakan suasana kelas yang menampung semua anak secara penuh dengan menekankan suasana kelas yang menghargai perbedaan yang menyangkut kemampuan, kondisi fisik, social ekonomi, suku, agama dan mengakomodasi semua anak tanpa memandang


(8)

kondisi fisik, social, intelektual, bahasa dan kondisi lainnya. Kedua memberikan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang sama dan terbaik bagi semua anak dan orang dewasa yang memerlukan pendidikan, memiliki kecerdasan tinggi; yang secara fisik dan psikologis memperoleh hambatan dan kesulitan baik yang permanen maupun yang sementara, dan mereka yang terpisahkan dan termarjinalkan.

Pusat sumber adalah lembaga khusus yang di bentuk dalam rangka pengembangan pendidikan kebutuhan khusus/pendidikan inklusif yang dapat dimanfaatkan oleh semua anak khususnya anak berkebutuhan khusus, orangtua, keluarga, sekolah reguler/sekolah luar biasa, masyarakat dan pemerintah serta pihak lain yang berkepentingan untuk memperoleh informasi seluas-luasnya dan melatih berbagai keterampilan, serta memperoleh berbagai pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan berkebutuhan khusus/pendidikan inklusif.

Pusat sumber idealnya mempunyai bangunan sendiri, yang di bangun oleh pemerintah dan atau masyarakat/swasta yang digunakan secara khusus sebagai pusat sumber, namun karena untuk mempercepat keberadaannya dan pemanfaatannya serta dalam rangka efektifitas maka Resource Center yang ada sekarang di Indonesia banyak menggunakan Sekolah Luar Biasa (SLB) yang telah ada. Masyarakat dapat memfungsikan SLB yang ada untuk melaksanakan fungsi pusat sumber, dan secara bertahap ke depan bisa berubah fungsinya sebagai pusat sumber.

Adapun fungsi dan tugas pusat sumber (resource center) yang tercantum dalam pedoman pusat sumber (resource center) memiliki fungsi sebagai pusat


(9)

pendidikan dan layanan untuk PDBK (peserta didik berkebutuhan khusus), pusat asesmen, pusat penyediaan sumber belajar, pusat penyediaan alat bantu belajar dan mengajar dan pusat penelitian dan pengembangan. Salah satu fungsi dan tugas pokok pusat sumber adalah menyediakan guru pendidikan kebutuhan khusus yang professional yang disebut guru kunjung (iteneren teachers). Guru kunjung akan membantu guru sekolah regular dalam memberikan layanan pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus. Di samping itu pusat sumber juga mempunyai tugas dalam menyediakan alat/media belajar yang diperlukan anak berkebutuhan khusus, seperti penyediaan buku-buku pelajaran, dan memberikan pelatihan tertentu bagi guru sekolah regular, orangtua maupun berkebutuhan khusus sendiri. Pusat sumber merupakan tempat berkumpulnya para profesional.

Pusat sumber juga merupakan institusi pendukung dalam pelayanan guru pembimbing khusus, sehubungan dengan itu, sekurang-kurangnya diperlukan satu atau dua pusat sumber untuk setiap kabupaten/kota yang akan memberikan dukungan kepada sekolah regular dalam implementasi pendidikan inklusif.

Dapat dibayangkan berapa banyak resource center dan berapa banyak tenaga guru kunjung yang dibutuhkan dalam implementasi pendidikan inklusi di Indonesia/daerah, tanpa kehadiran pusat sumber (resource center) pendidikan inklusi tidak mungkin untuk dilaksanakan.

Berikut ini gambaran skematik tentang fokus layanan SLB sebagai pusat sumber (resource center).


(10)

Gambar 1.1

Fokus Layanan Resource Center

Secara teknis pendidikan inklusif memerlukan sistem pendukung yang berfungsi sebagai lembaga yang memberikan bantuan teknis kepada sekolah yang di dalamnya terdapat Anak Berkebutuhan Khusus. Dalam terminologi pendidikan inklusif sistem pendukung itu disebut pusat sumber (resource center).

Berangkat dari permasalahan di atas, maka peneliti bermaksud meneliti secara sistematis dan terarah atau lebih mendalam tentang bagaimana peranan resource center dalam menunjang pendidikan inklusif. Sehingga harapan ke depan tercipta sekolah dengan lingkungan inklusif pembelajaran yang ramah akan dapat terwujud. Tugas Peran Fungsi Kewena-ngan Tata Kelola Pengembangan SLB sebagai Resource Center Im p le m en ta si F o k u s L ay an an Pusat Pendidikan

Pusat Pelatihan dan Keterampilan Pusat Layanan Assessment Pusat Pengembangan Media Pusat Bantuan Layanan Profesional

Pusat Advokasi ABK dan Orangtua Fokus dan

Strategi Layanan


(11)

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut. ”Bagaimana peran resource center dalam menunjang pendidikan inklusif ramah anak pada gugus yang bersangkutan di Kota Bandung?”

2. Pertanyaan Penelitian

Penelitian ini diarahkan kepada dua hal yaitu: a. Kondisi objektif resourse center saat ini yang meliputi:

1) Bagaimana program kerjasama resource center X dan Y dengan guru di gugus sekolah reguler dalam menunjang pendidikan inklusif yang ramah anak?

2) Layanan-layanan apa saja yang diberikan resource center X dan Y kepada guru gugus sekolah reguler dalam menunjang pendidikan inklusif yang ramah anak?

3) Kendala-kendala apa saja yang dihadapi resource center X dan Y dalam menunjang pendidikan inklusif?

b. Model konsep resourse center dalam pengembangan manajemen

1) Bagaimana rumusan model konsep manajemen resourse center yang ada? 2) Bagaimana rumusan model konsep manajemen resourse center setelah


(12)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang manajemen resource center dalam menunjang pendidikan inklusif yang ramah anak, serta memperoleh rumusan model konsep manajemen resource center yang divalidasi.

2. Tujuan Khusus

Berdasarkan tujuan umum di atas, maka secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

a. Untuk mengetahui program kerjasama resource center X dan Y dengan guru di gugus sekolah reguler dalam menunjang pendidikan inklusif yang ramah anak b. Untuk mengetahui layanan-layanan yang diberikan resource center X dan Y

kepada guru gugus sekolah reguler dalam menunjang pendidikan inklusif yang ramah anak.

c. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi resource center X dan Y dalam menunjang pendidikan inklusif.

d. Untuk mengetahui rumusan manajemen resourse center.

e. Untuk merumuskan model konsep manajemen resource center setelah divalidasi.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan secara teoritis: untuk mengembangkan peranan resourse center dalam menunjang pendidikan inklusif, khususnya sumber daya manusia dalam organisasi belajar.


(13)

Kegunaan secara praktis: hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak yang berkepentingan:

1. Para pengambil kebijakan di lingkungan Dinas Pendidikan dan instansi terkait, sebagai masukan dan bahan pertimbangan untuk menentukan cara-cara yang lebih praktis dalam pengembangan pendidikan inklusif di sekolah reguler. 2. Para guru sekolah reguler, sebagai masukan dalam meningkatkan pelayanan

terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

3. Para pengelola resource center sebagai masukan dalam meningkatkan manajemen layanan terhadap pengembangan pendidikan inklusif.

4. Para guru di resource center sebagai masukan dalam meningkatkan kinerja pelayanannya.

5. Ikut memberikan sumbangsih pemikiran terhadap pengembangan manajemen resource center.

6. Pihak peneliti yang lain, sebagai referensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

E. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan menganalisis fakta di lapangan mengenai konsep, peran dan fungsi Resource Center dalam memberikan pelayanan kepada guru gugus sekolah regular untuk menunjang pendidikan inklusif. Karena itu pendekatan penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan motode studi kasus. Pendekatan kualitatif ini pada dasarnya adalah pendekatan yang digunakan untuk mengamati


(14)

orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.

Pendekatan kualitatif ini dianggap sesuai digunakan dalam penelitian ini dengan alasan sebagai berikut: 1) lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan, 2) menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dengan responden, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. (Lexy J. Moleong, 1993:5)

2. Latar dan Informan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Resource Center X dan Y di Kota Bandung, yang berdasarkan studi pendahuluan resource center ini relevan dengan masalah yang akan diteliti dan memungkinkan penelitian ini bisa dilakukan. Adapun informan penelitian yang dimaksud di sini adalah lembaga resourse center yang diwakili oleh kepala resourse center, tenaga ahlinya, guru dan orangtua murid.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif peneliti berperan sebagai instrument utama. Manusia sebagai instrumen pengumpulan data memberikan keuntungan, karena peneliti dapat bersikap fleksibel dan adaptif, serta dapat menggunakan keseluruhan alat indera yang dimilikinya untuk memahami sesuatu (Nasution, 1996: 30).

Dalam melakukan kegiatan operasional di lapangan peneliti menggunakan observasi (pengamatan), wawancara, studi dokumentasi. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:


(15)

a. Observasi menurut Kartini Kartono (1980:142) ialah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan.

Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan kegiatan pelaksanaan resourse center X dan Y di Kota Bandung.

b. Wawancara menurut Kartini Kartono (1980: 171) ialah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini merupakan proses Tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik dengan maksud untuk dipublikasikan.

Dalam penelitian ini wawancara digunakan sebagai teknik untuk pengumpulan data tentang program pelaksanaan resourse center X dan Y dari kepala resourse center urusan kurikulum yang bertanggung jawab langsung terhadap pelaksanaan resourse center.

c. Studi dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data sekunder yang bersifat administratif dan data kegiatan-kegiatan yang terdokumentasi baik di tingkat kelompok maupun penyelenggara. Menurut Nasution, (1996:30) “dalam penelitian kualitatif, dokumen termasuk non human resources yang dapat dimanfaatkan karena memberikan beberapa keuntungan, yaitu bahannya telah ada, tersedia, siap pakai dan menggunakan bahan tidak memakan biaya”.

Dengan demikian, studi dokumentasi pada penelitian ini dilakukan untuk menemukan serta memahami informasi tentang pelaksanaan Resourse Center X dan Y.


(16)

96 BAB III

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan dengan maksud untuk menjelaskan dan mengungkap fakta di lapangan tentang peran dan fungsi resource center dalam memberikan pelayanan kepada guru-guru gugus sekolah reguler untuk menunjang pendidikan inklusif ramah anak di resource center X dan Y Kota Bandung. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu terumuskannya model konsep manajemen resource center yang ada.

Sejalan dengan tujuan dan rumusan masalah penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Menurut Yin (1994), sebagai contoh mendefinisikan studi kasus dalam kaitannya dengan proses penelitian. Studi kasus adalah penyelidikan empiris dengan menginvestigasi fenomena-fenomena kontemporer dalam konteks kehidupan nyata, terutama ketika batasan-batasan antara fenomena dan kenyataan nyata tidak jelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Maxfield dan Nazir (dalam Larudi, 2008) penelitian studi kasus (case study) adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu spesifik/khas dari keseluruhan personalitas. Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, lembaga maupun masyarakat.

Penulis memilih metode studi kasus ini dengan maksud ingin membuat model konsep manajemen resource center yang ada agar nantinya menjadi lembaga resource center yang bisa menunjang pendidikan inklusif yang ramah anak.


(17)

Penggunaan studi kasus ini didasarkan atas beberapa alasan yaitu: 1. Penelitian ini tipe pertanyaan utamanya adalah bagaimana (how).

2. Peneliti hanya sedikit memiliki peluang untuk mengontrol peristiwa yang diteliti.

3. Fenomena penelitian ini terjadi di masa saat ini atau temporer (Yin, 2006:1). Sedangkan menurut Yin (1994a, 2003b), Winston (1997), dan Berg (2007:292-293), ada tiga model desain studi kasus, yaitu:

1. Studi kasus eksploratory. Ketika melaksanakan studi kasus eksploratory, maka kerangka kerja dan pengumpulan data boleh jadi dilaksanakan sebelum pertanyaan penelitian didefinisikan. Model penelitian ini boleh jadi digunakan sebagai pembuka dalam penelitian ilmu-ilmu sosial secara umum.

2. Studi kasus eksplanatory. Studi kasus eksplanatory akan bermanfaat ketika digunakan dalam penelitian hubungan sebab akibat. Terutama pada penelitian masyarakat atau organisasi yang kompleks, menginginkan satu pertimbangan untuk menggunakan berbagai macam kasus untuk menguji beberapa pengaruh. Hal ini akan tercapai dengan menggunakan teknik Pattern-matching seperti yang dikatakan oleh Yin dan Moore (1988). Pattern-matching adalah situasi dimana beberapa bagian informasi dari beberapa kasus dikorelasikan dengan beberapa proposisi teori.

3. Studi kasus deskriptif. Eksplorasi harus deskriptif membutuhkan kehadiran investigator untuk mendeskripsikan teori yang menetapkan kerangka kerja yang menyeluruh untuk melakukan pengkajian mengenai gagasan-gagasan


(18)

penelitian. Peneliti harus dapat menentukan sebelum awal penelitian bagian apa yang akan dianalisis dalam penelitian.

Berdasarkan uraian di atas, maka model studi kasus yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus eksplonatori, hal ini dimaksud untuk mengetahui dan mengungkap peranan resource center yang baik dan berkualitas.

A. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan dengan mengikuti dua tahap yaitu: (1) memotret kondisi objektif resource center saat ini tentang program kerjasama resource center, layanan-layanan yang diberikan resource center, kendala-kendala yang dihadapi resource center, dan (2) merumuskan konsep pengembangan managemen resource center yang meliputi: konsep manajemen resource center. Tahap 1: Memotret Kondisi Objektif

a. Memotret program kerjasama resource center.

Untuk mendapatkan data tentang program kerjasama resource center, peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada kepala resource center, guru dan tenaga ahli.

Untuk mengobservasi program kegiatan resource center digunakan pedoman observasi dan pedoman wawancara kepada kepala dan guru resource center. Kisi-kisi pedoman wawancara dapat dilihat di lampiran.

b. Memotret layanan-layanan yang diberikan resource center.

Untuk mendapatkan data tentang layanan-layanan yang diberikan resource center, peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada kepala resource center, guru, orangtua, dan tenaga ahli.


(19)

Untuk mengobservasi layanan-layanan yang diberikan resource center digunakan pedoman observasi dan pedoman wawancara kepada kepala resource center, guru, orangtua dan tenaga ahli. Pada tahap ini dilakukan wawancara kepada orangtua anak tentang layanan yang diberikan pada anak Kisi-kisi pedoman wawancara dapat dilihat di lampiran.

c. Memotret kendala-kendala yang dihadapi resource center.

Untuk mendapatkan data tentang kendala-kendala, peneliti memfokuskan pada observasi dan wawancara. Untuk mendapatkan tentang kendala-kendala, digunakan instrumen pedoman observasi dan wawancara. Observasi dilakukan oleh peneliti, wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, guru, orangtua, dan tenaga ahli.

Kisi-kisi pedoman wawancara dapat dilihat di lampiran.

Tahap 2: Merumuskan Konsep Resource Center yang Ideal

Untuk merumuskan konsep resource center yang ideal/yang ingin dicapai pada resource center X dan Y perlu dilakukan melalui:

a. Rumusan konsep resource center yang berkualitas.

Untuk mendapatkan rumusan konsep resource center yang berkualitas perlu adanya kerjasama antara kepala resource center, guru, orangtua, dan tenaga ahli. Materi rumusan konsep diambil dari temuan hasil observasi dan wawancara di lapangan tentang (1) program kerjasama resource center dengan guru gugus sekolah reguler, (2) layanan-layanan yang diberikan resource center, (3) kendala-kendala yang dihadapi resource center, dan (4) manajemen


(20)

resource center. Dari rumusan tentang kondisi objektif akan menghasilkan konsep resource center yang berkualitas atau baik setelah divalidasi.

b. Rumusan konsep resource center setelah divalidasi.

Rumusan konsep resource center yang berkualitas yang telah dirumuskan berdasarkan kondisi objektif di lapangan akan diserahkan dan ditelaah oleh 5 (lima) orang pakar yang paham dengan penyelenggaraan resource center yaitu 3 (tiga) orang pakar Pendidikan Luar Biasa, dan 2 (dua) orang dari dinas pendidikan. Setelah rumusan konsep resource center diberikan kepada 5 (lima) orang tersebut, hasilnya akan dijugment (dinilai), penilaian dilakukan oleh masing-masing pakar secara individu di tempat yang terpisah, kemudian hasil penelitian dikumpul oleh peneliti.

Mereka memberikan pendapat, saran dan pilihan dari pernyataan yang ditulis. Untuk mengelompokkan pendapat dari para pakar di atas terhadap pernyataan dan ruang lingkup resource center yang baik. Dari pendapat para pakar tadi akan menghasilkan suatu rumusan final resource center yang berkualitas.

B. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen, yaitu pedoman observasi, dan pedoman wawancara serta dilengkapi personal fielnote (catatan lapangan).

Instrumen penelitian ini mempunyai fokus tentang peranan resource center dalam menunjang pendidikan inklusif ramah anak. Instrumen pedoman observasi dan wawancara digunakan untuk memotret kondisi objektif resource center saat ini pada penelitian tahap pertama. Kemudian instrumen pernyataan tentang


(21)

rumusan resource center yang berkualitas yang diberikan kepada 5 (lima) orang pakar yang paham dengan program resource center untuk divalidasi. Hasil dan pendapat yang mereka berikan dikelompokkan dan dinilai dengan memakai program Delphi (konsensius) yang nantinya akan menghasilkan suatu rancangan berkualitas/baik atau rumusan resource center yang berkualitas.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

No. Aspek Ruang Lingkup No.

Pertanyaan 1. Program kerjasama

resource center dengan guru gugus sekolah reguler

1.1. Penetapan visi, misi dan tujuan resource center. 1.2. Analisis lingkungan

internal.

1.3. Analisis lingkungan eksternal.

1.4. Bentuk kerjasama resource center

1, 2, 3 4, 5, 6 7, 8, 9 10, 11, 12 2. Layanan-layanan yang

diberikan resource center kepada guru-guru sekolah reguler

2.1. Layanan yang diberikan resource center.

2.2. Bentuk layanan resource center.

13, 14 15, 16 3. Kendala-kendala yang

dihadapi resource center dalam menunjang pendidikan inklusif

3.1. Kendala yang ditemui dalam program kerjasama resource center

3.2. Upaya pemecahan masalah dalam program kerjasama resource center

3.3. Kendala yang ditemui dalam memberikan layanan.

3.4. Upaya pemecahan masalah dalam layanan yang diberikan oleh resource center 3.5. Kendala yang ditemui

resource center dalam menunjang pendidikan inklusif

3.6. Upaya untuk mengatasi kendala yang dihadapi

17 18 19 20, 21 22 23, 24


(22)

resource center dalam menunjang pendidikan inklusif

4. Manajemen resource center dalam menunjang pendidikan inklusif

4.1 Sistem perencanaan resource center 4.2 Sistem pelaksanaan

resource center

4.3 Sistem evaluasi resource center

25, 26 27, 28 29, 30

C. Subjek Penelitian

Menurut Idrus (2007:121) yang dimaksud dengan subjek penelitian adalah individu, benda atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data dalam penelitian.

Subjek penelitian yang dimaksud pada penelitian ini adalah lembaga resource center yang diwakili oleh kepala resource center, guru, tenaga ahli, dan orangtua murid.

Pemilihan subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok yaitu:

1. Informan utama yaitu seseorang atau kelompok yang secara langsung menjadi subjek penelitian dan memiliki kriteria yang sangat kuat berkaitan dengan fokus penelitian, yang menjadi informan utama adalah:

a. Kepala resource center sebagai pihak yang bertanggung jawab langsung dalam penyelenggaraan program kegiatan di lembaga.

b. Guru sebagai pihak yang melaksanakan pelayanan di resource center. c. Tenaga ahli sebagai pihak yang memberikan bantuan pelayanan kepada


(23)

2. Informan tambahan yaitu seseorang atau sekelompok orang yang memiliki keterkaitan erat dengan fokus penelitian yang jumlahnya dibatasi atau ditunjuk berdasarkan kriteria peneliti. Informan tambahan dalam penelitian ini adalah orangtua murid sebagai pihak yang bisa diajak bekerjasama dengan guru dalam memberikan pelayanan kepada anak di rumah.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Ketiga teknik pengumpulan data ini digunakan dengan tujuan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah penelitian.

Berikut ini dijelaskan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data: 1. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data pendukung tentang keadaan sesungguhnya atau kondisi objektif resource center X dan Y saat ini dengan pengamatan secara langsung dan nyata mengenai segala sesuatu yang terjadi dengan objek penelitian.

2. Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan sebagai metode utama untuk menggali informasi berkenaan dengan gagasan, perasaan dan pikiran informan yang sesuai dengan fokus penelitian. Wawancara dilakukan terhadap kepala resource center, guru, dan tenaga ahli. Dengan mewawancarai mereka satu persatu di tempat yang berbeda dengan pedoman wawancara yang sama. Untuk mempermudah peneliti


(24)

dalam mengumpulkan data atau informasi, peneliti menggunakan tape recorder untuk merekam hasil wawancara tersebut.

Agar informasi yang diperoleh dapat mewakili gagasan, perasaan dan pikiran informan dan memenuhi kesahihan data, maka wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara sebagai instrumen penelitian, agar mengarah pada fokus penelitian.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh sejumlah data dan informasi di lapangan, berupa dokumen-dokumen administratif, yang ditujukan untuk melengkapi data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti.

E. Teknik Analisis Data

Berdasarkan data yang telah terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis dan interpretasi. Data yang telah terkumpul diolah secara kualitatif.

Data dari hasil penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif dengan melakukan:

a. Reduksi Data

Langkah awal dalam menganalisis data adalah dengan melakukan reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, guna memberi gambaran yang lebih jelas dan tajam tentang hasil pengamatan untuk mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.


(25)

Tujuan dilakukannya reduksi data dalam menganalisis data adalah untuk memudahkan pemahaman terhadapdata yang sudah dikumpulkan.

b. Display Data (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya ialah membuat rangkuman temuan penelitian berdasarkan pada aspek-aspek yang diteliti. Melalui display data, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga dapat memudahkan memahami gambaran keseluruhan dari aspek-aspek yang diteliti.

c. Kesimpulan

Kegiatan akhir dalam menganalisis data ialah mengambil kesimpulan yang dibuat dalam bentuk pernyataan singkat dengan mengacu pada permasalahan yang diteliti. Kegiatan verifikasi dilakukan dengan cara mempelajari kembali data-data yang terkumpul dan meminta pertimbangan daripihak-pihak yang terkait, misalnya kepala sekolah dan teman-teman yang mempunyai wawasan mengenai resource center.

F. Lokasi Penelitian

Lokasi tempat penelitian ini dilaksanakan adalah di resource center X dan Y yang ada di Kota Bandung. Pemilihan lokasi ini berdasarkan studi pendahuluan bahwa resource center X dan Y relevan dengan masalah yang akan peneliti lakukan dan memungkinkan penelitian ini bisa dilaksanakan.


(26)

147 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan data dan analisa data pada bab sebelumnya, dapat dituliskan kesimpulan sebagai berikut:

1. Kondisi objektif resource center saat ini

a. Program kerjasama resource center X dan Y dengan guru di gugus sekolah reguler dalam menunjang pendidikan inklusif yang ramah anak

Program kerjasama yang dilakukan oleh resource center X dan resource center Y sudah berjalan dengan baik tapi masih belum optimal dalam pelaksanaan dan layanan. Layanan yang diberikan masih perlu ditingkatkan lagi yaitu tentang pemberian informasi kepada guru-guru sekolah reguler dan masyarakat di lingkungan sekolah tentang pendidikan inklusif yang ramah pembelajaran. Adanya kerjasama dan sosialisasi antara sekolah dan masyarakat.

b. Layanan-layanan yang diberikan resource center X dan Y kepada guru gugus sekolah reguler dalam menunjang pendidikan inklusif yang raham anak

Layanan yang diberikan oleh guru resource center kepada guru sekolah reguler adalah layanan informasi (konsultasi) guru akan memberikan arahan dan masukan terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh guru sekolah reguler terhadap masalah belajar siswanya. Kemudian kerjasama dengan orangtua, adanya kerjasama antara orangtua dan guru dalam pelayanan kepada anak, agar orangtua


(27)

mengetahui informasi tentang perkembangan anaknya dan masalah yang dihadapi anaknya.

c. Kendala-kendala yang dihadapi resource center X dan Y dalam menunjang pendidikan inklusif

Kendala yang dihadapi dalam menunjang pendidikan inklusif adalah masih kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh resource center kepada sekolah reguler dan masyarakat. Masih ada orangtua/masyarakat yang belum mengetahui tentang pelayanan yang diberikan oleh resource center. Perlunya dukungan dan kerjasama antara kepala sekolah dan guru dalam pelayanan kepada anak, perlunya gedung/ ruangan belajar untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan.

2. Model Konsep Resource Center

Langkah-langkah merumuskan model konsep resource center dilakukan melalui beberapa tahap: pertama, dilakukan studi kualitatif di lapangan dan kajian kepustakaan. Hasil kajian tersebut dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan model konsep resource center. Kedua, model konsep yang telah dirumuskan kemudian divalidasi oleh 5 (lima) orang pakar pendidikan di tempat tugas mereka masing-masing. Ketiga, hasil validasi dari ke-5 (lima) pakar pendidikan dijadikan sebagai masukan untuk merevisi model konsep yang telah dirumuskan. Keempat, model konsep yang telah direvisi menjadi program yang final.

Susunan urutan model konsep yang direkomendasikan terdiri dari: 1) latar belakang, 2) visi dan misi, 3) tujuan, 4) isi program, 5) prosedur, 6) pelaksanaan, 7) sarana dan prasana, 8) penilaian, dan 9) kerjasama.


(28)

Model konsep resource center ini memberikan dampak positif untuk kemajuan resource center ke depan dalam pelaksanaan dan layanannya menjadi resource center yang baik merupakan suatu upaya yang harus diwujudkan oleh resource center yang ada sekarang. Untuk menuju resource center yang baik adalah dambaan setiap resource center agar bisa mensukseskan pelaksanaan pendidikan inklusif dan bisa pula menjadi pedoman bagi resource center yang belum maksimal dalam memberikan layanan kepada anak, guru sekolah reguler dan sekolah lainnya.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan di lapangan yang berkenaan dengan peranan resource center dalam menunjang pendidikan inklusif yang ramah anak. Dalam hal ini penulis memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak diantaranya:

1. Rekomendasi untuk Lembaga

Lembaga resource center sebagai tempat untuk memberikan pelayanan kepada anak, orangtua, guru, sekolah reguler dan masyarakat di sekitar resource center dalam layanan konsultasi dan bimbingan terhadap masalah belajar yang dihadapi anak, maupun guru sekolah reguler. Lembaga akan memberikan layanan terhadap anak dan guru yang datang ke resource center. Perlu adanya kerjasama yang baik antara kepala dan staf guru dalam pelaksanaan layanan sehingga layanan bisa berjalan dengan lancar.

2. Rekomendasi untuk SDM

Untuk sumber daya manusia di resource center, 99% sudah S1 (Sarjana) dilihat dari tingkat pendidikan tenaga guru sudah cukup memadai untuk


(29)

memberikan layanan dan bimbingan terhadap ABK dan guru sekolah reguler. Guru sebagai ujung tombak dalam memberikan layanan perlu dibekali kompetensi yang memadai terutama dalam mengajar dan memberikan layanan.

3. Rekomendasi untuk Orangtua

Orangtua merupakan pihak yang memiliki peran paling menentukan dalam mengembangkan potensi dan keberhasilan pembelajaran anaknya. Orangtua harus menyadari bahwa tidak selamanya bergantung kepada guru saja dalam membimbing anak di sekolah. Orangtua harus mau bekerjasama dalam pembelajaran anak di sekolah. Orangtua pun bisa mengawasi dan mengetahui bagaimana perkembangan anak selama dalam belajar. Orangtua seyogyanya menyadari arti penting pendidikan untuk anaknya dan partisipasi orangtua sangat diperlukan dalam kelancaran pembelajaran anak di sekolah.

4. Rekomendasi untuk Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan diskusi dalam pengembangan resource center ke depan dalam memberikan layanan kepada anak, orangtua, guru sekolah reguler dan masyarakat.

Penulis meyakini masih banyak kelemahan dalam pembuatan model konsep resource center ini. Sehingga diharapkan adanya penelitian lanjutan yang mengarah pada aspek materi yang lebih mendalam dengan cakupan yang lebih luas lagi.


(30)

151

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2007). Strategie Manajement for Educational Manajement (Manajemen Strategi untuk Manajemen Pendidik). Bandung: Alfabeta.

Amuda, H. (2005). Pedoman Resource Center untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Dinas Pendidikan. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Budiyanto. (2005). Pengantar Pendidikan Inklusif Berbasis Budaya Lokal.

Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Perguruan Tinggi. Jakarta.

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. (2007). Pedoman Pembentukan Kelompok Kerja Pendidikan Inklusif Provinsi Jawa Barat. Bandung.

Garnida, Dadang. (2008). Sistem Dukungan (Supporting System) dan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Laporan Penelitian. Bandung: P4TK, TK dan PLB.

Gunawan, M.G. (2004). Implementasi Manajemen Stratejik dalam Pengembangan Program Pendidikan dan Pelatihan di Era Otonomi Daerah Pada Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (PBPPKS). Tesis. Administrasi Pendidikan. Sekolah Pascasarjana. UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Hidayat, D.S. (2008). Pengembangan SLB sebagai Pusat Sumber (Resource Center) dalam Mendukung Implementasi Pendidikan Inklusi. Majalah WEB’s Bandung.

Idrus, M. (2007). Metode Penelitian Ilmu-ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif). Yogyakarta: UII Press.

Johnsen, B.H dan Skjorten, M.D. (2003). Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Kartono, Kartini. (1980). Pengantar Metodologi Research Sosial. Bandung: Alumni.

Kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dalam Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi. Nomor 7 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pendidikan.

Larudi. (2008). Relevansi Potensi dan Kebutuhan Daerah dengan Kurikulum Muatan Lokal. Tesis. Pengembangan Kurikulum. Sekolah Pascasarjana. UPI. Bandung: tidak diterbitkan.


(31)

Moleong, L. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. (2002). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Munandar, D.R. (2007). Studi Tentang Manajemen Perubahan Organisasi

Sekolah Luar Biasa (SLB) di Jawa Barat. (Studi Tentang Implementasi Peran SLBN Citereup sebagai Resource Center dalam Lingkungan

Inklusif Ramah Pembelajaran–LIRP). Disertasi: Pascasarjana

Administrasi Pendidikan. Sekolah Pascasarjana. UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Nasution, S. (1986). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Natawidjaja, R. (1992). Peningkatan Kualitas Profesional Guru Sekolah Dasar

Melalui Pemantapan Lembaga Pendidikan Mimbar Pendidikan. No. 1 tahun X 1 April 1992. Bandung: IKIP.

Rowe. J. Alam. (1990). Strategie Manajement A Methodological Approach. Third Edition. California: Addison Wesley Publishing Company.

Purwanto, J. (2000). Analisis Visi dan Misi Pembangunan Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Perencanaan Depdiknas.

Puspita, I. (2008). Resource Center Mimpi yang Harus Diwujudkan. Majalah WEB’s Bandung.

Sentana, A.W. (2007). Peran Orangtua dalam Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. (Makalah).

Siagian, S.P. (2008). Manajemen Stratejik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Smith, J.D. (2006). Editor Ahli: Mohammad Sugiarmin, Mif Baihaqi. Inklusi Sekolah Ramah Untuk Semua.. Bandung: Nuansa.

Sudjana, N. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sudjana, N dan Ibrahim, R. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan.

Bandung: Sinar Baru.

Sudrajat. A. (2009). Manajemen Sekolah: www.theindonesianinstitute.com. 20 Juli 2009.

. (2003). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional. Tarno. (2009). Peningkatan Pelayanan Prima dalam Mewujudkan Good


(32)

Universitas Pendidikan Indonesia. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung.

Wasliman, I & Syamsudin, A. (2000). Modul Mata Kuliah Manajemen PPKh. Bandung.


(1)

148

mengetahui informasi tentang perkembangan anaknya dan masalah yang dihadapi anaknya.

c. Kendala-kendala yang dihadapi resource center X dan Y dalam menunjang pendidikan inklusif

Kendala yang dihadapi dalam menunjang pendidikan inklusif adalah masih kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh resource center kepada sekolah reguler dan masyarakat. Masih ada orangtua/masyarakat yang belum mengetahui tentang pelayanan yang diberikan oleh resource center. Perlunya dukungan dan kerjasama antara kepala sekolah dan guru dalam pelayanan kepada anak, perlunya gedung/ ruangan belajar untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan.

2. Model Konsep Resource Center

Langkah-langkah merumuskan model konsep resource center dilakukan melalui beberapa tahap: pertama, dilakukan studi kualitatif di lapangan dan kajian kepustakaan. Hasil kajian tersebut dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan model konsep resource center. Kedua, model konsep yang telah dirumuskan kemudian divalidasi oleh 5 (lima) orang pakar pendidikan di tempat tugas mereka masing-masing. Ketiga, hasil validasi dari ke-5 (lima) pakar pendidikan dijadikan sebagai masukan untuk merevisi model konsep yang telah dirumuskan. Keempat, model konsep yang telah direvisi menjadi program yang final.

Susunan urutan model konsep yang direkomendasikan terdiri dari: 1) latar belakang, 2) visi dan misi, 3) tujuan, 4) isi program, 5) prosedur, 6) pelaksanaan, 7) sarana dan prasana, 8) penilaian, dan 9) kerjasama.


(2)

Model konsep resource center ini memberikan dampak positif untuk kemajuan resource center ke depan dalam pelaksanaan dan layanannya menjadi resource center yang baik merupakan suatu upaya yang harus diwujudkan oleh resource center yang ada sekarang. Untuk menuju resource center yang baik adalah dambaan setiap resource center agar bisa mensukseskan pelaksanaan pendidikan inklusif dan bisa pula menjadi pedoman bagi resource center yang belum maksimal dalam memberikan layanan kepada anak, guru sekolah reguler dan sekolah lainnya.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan di lapangan yang berkenaan dengan peranan resource center dalam menunjang pendidikan inklusif yang ramah anak. Dalam hal ini penulis memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak diantaranya:

1. Rekomendasi untuk Lembaga

Lembaga resource center sebagai tempat untuk memberikan pelayanan kepada anak, orangtua, guru, sekolah reguler dan masyarakat di sekitar resource center dalam layanan konsultasi dan bimbingan terhadap masalah belajar yang dihadapi anak, maupun guru sekolah reguler. Lembaga akan memberikan layanan terhadap anak dan guru yang datang ke resource center. Perlu adanya kerjasama yang baik antara kepala dan staf guru dalam pelaksanaan layanan sehingga layanan bisa berjalan dengan lancar.

2. Rekomendasi untuk SDM

Untuk sumber daya manusia di resource center, 99% sudah S1 (Sarjana) dilihat dari tingkat pendidikan tenaga guru sudah cukup memadai untuk


(3)

150

memberikan layanan dan bimbingan terhadap ABK dan guru sekolah reguler. Guru sebagai ujung tombak dalam memberikan layanan perlu dibekali kompetensi yang memadai terutama dalam mengajar dan memberikan layanan.

3. Rekomendasi untuk Orangtua

Orangtua merupakan pihak yang memiliki peran paling menentukan dalam mengembangkan potensi dan keberhasilan pembelajaran anaknya. Orangtua harus menyadari bahwa tidak selamanya bergantung kepada guru saja dalam membimbing anak di sekolah. Orangtua harus mau bekerjasama dalam pembelajaran anak di sekolah. Orangtua pun bisa mengawasi dan mengetahui bagaimana perkembangan anak selama dalam belajar. Orangtua seyogyanya menyadari arti penting pendidikan untuk anaknya dan partisipasi orangtua sangat diperlukan dalam kelancaran pembelajaran anak di sekolah.

4. Rekomendasi untuk Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan diskusi dalam pengembangan resource center ke depan dalam memberikan layanan kepada anak, orangtua, guru sekolah reguler dan masyarakat.

Penulis meyakini masih banyak kelemahan dalam pembuatan model konsep resource center ini. Sehingga diharapkan adanya penelitian lanjutan yang mengarah pada aspek materi yang lebih mendalam dengan cakupan yang lebih luas lagi.


(4)

151

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2007). Strategie Manajement for Educational Manajement (Manajemen Strategi untuk Manajemen Pendidik). Bandung: Alfabeta.

Amuda, H. (2005). Pedoman Resource Center untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Dinas Pendidikan. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Budiyanto. (2005). Pengantar Pendidikan Inklusif Berbasis Budaya Lokal.

Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Perguruan Tinggi. Jakarta.

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. (2007). Pedoman Pembentukan Kelompok

Kerja Pendidikan Inklusif Provinsi Jawa Barat. Bandung.

Garnida, Dadang. (2008). Sistem Dukungan (Supporting System) dan

Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Laporan Penelitian. Bandung:

P4TK, TK dan PLB.

Gunawan, M.G. (2004). Implementasi Manajemen Stratejik dalam Pengembangan Program Pendidikan dan Pelatihan di Era Otonomi Daerah Pada Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial

(PBPPKS). Tesis. Administrasi Pendidikan. Sekolah Pascasarjana. UPI.

Bandung: tidak diterbitkan.

Hidayat, D.S. (2008). Pengembangan SLB sebagai Pusat Sumber (Resource

Center) dalam Mendukung Implementasi Pendidikan Inklusi. Majalah

WEB’s Bandung.

Idrus, M. (2007). Metode Penelitian Ilmu-ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif). Yogyakarta: UII Press.

Johnsen, B.H dan Skjorten, M.D. (2003). Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah

Pengantar. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan

Indonesia.

Kartono, Kartini. (1980). Pengantar Metodologi Research Sosial. Bandung: Alumni.

Kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dalam Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi. Nomor 7 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pendidikan.

Larudi. (2008). Relevansi Potensi dan Kebutuhan Daerah dengan Kurikulum

Muatan Lokal. Tesis. Pengembangan Kurikulum. Sekolah Pascasarjana.


(5)

152

Moleong, L. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. (2002). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Munandar, D.R. (2007). Studi Tentang Manajemen Perubahan Organisasi

Sekolah Luar Biasa (SLB) di Jawa Barat. (Studi Tentang Implementasi Peran SLBN Citereup sebagai Resource Center dalam Lingkungan

Inklusif Ramah Pembelajaran–LIRP). Disertasi: Pascasarjana

Administrasi Pendidikan. Sekolah Pascasarjana. UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Nasution, S. (1986). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Natawidjaja, R. (1992). Peningkatan Kualitas Profesional Guru Sekolah Dasar

Melalui Pemantapan Lembaga Pendidikan Mimbar Pendidikan. No. 1

tahun X 1 April 1992. Bandung: IKIP.

Rowe. J. Alam. (1990). Strategie Manajement A Methodological Approach. Third

Edition. California: Addison Wesley Publishing Company.

Purwanto, J. (2000). Analisis Visi dan Misi Pembangunan Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Perencanaan Depdiknas.

Puspita, I. (2008). Resource Center Mimpi yang Harus Diwujudkan. Majalah WEB’s Bandung.

Sentana, A.W. (2007). Peran Orangtua dalam Penyelenggaraan Pendidikan

Inklusif. (Makalah).

Siagian, S.P. (2008). Manajemen Stratejik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Smith, J.D. (2006). Editor Ahli: Mohammad Sugiarmin, Mif Baihaqi. Inklusi

Sekolah Ramah Untuk Semua.. Bandung: Nuansa.

Sudjana, N. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sudjana, N dan Ibrahim, R. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan.

Bandung: Sinar Baru.

Sudrajat. A. (2009). Manajemen Sekolah: www.theindonesianinstitute.com. 20 Juli 2009.

. (2003). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional. Tarno. (2009). Peningkatan Pelayanan Prima dalam Mewujudkan Good


(6)

Universitas Pendidikan Indonesia. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung.

Wasliman, I & Syamsudin, A. (2000). Modul Mata Kuliah Manajemen PPKh. Bandung.