DAFTAR PUSTAKA Alternative Dispute Resolution Terhadap Kasus Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum (Study Kasus Di Kabupaten Klaten).

DAFTAR PUSTAKA
“3.916 Napi Anak “Dicampur” Napi Dewasa” dalam http: //nasional.kompas.com
/read/2010 /12/23/16372023/3.916. Napi.Anak.Dicampur.Napi.Dewasa,
diakses pada 15 Agustus 2011. Disebutkan dalam pemberitaan tersebut
bahwa Lapas anak yang ada di tanah air sekarang hanya 16 buah yang
berkapasitas 2.357 napi, sementara Departemen Kehakiman belum
berencana menambah lapas anak baru.
A.Syamsudin Meliala dan E.Sumaryono, Kejahatan Anak Suatu Tinjauan dari
Psikologis dan Hukum, Yogyakarta, Liberty, 1985, Hlm.31.
Abdussalam, Hukum Perlindungan Anak, Restu Agung, Jakarta, 2007, Hal.5.
Aiptu Sumarno. Kanit PPA Polres Klaten.Wawancara Pribadi. 5 Maret 2012.
Bambang Purnomo.1985.Azas-Azas Hukum Pidana. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hal.104.
Budi Hertantyo. Hakim Pengadilan Negeri Solo. Solopos 13 februari 2012. Hal 8.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta,1991, Hal. 219.
H.R. Otje Salman. 2007. Kesadaran Hukum Masyarakat terhadap Hukum Waris.
Bandung. PT Alumni. Hal 21.
Hariadi.Sekretaris II P2TP2A Mutira.wawancara pribadi. 20 Februari 2012.
Itak.Anggota Reskrim Polsek Delanggu.wawancara pribadi. 23 Februari 2012.
Jamal Wiwoho. Pakar hukum UNS. Solopos 13 Februari 2012. Hal. 8.

Jimly Asshiddiqie. Solopos 8 februari 2012. Hal. 8.
Kartini Kartono, Pathologi Sosial( 2), Kenakalan Remaja, Rajawali Pers, Jakarta,
1992, Hal.7.
Kirno dan Yunani. Pembina Dewan Anak.wawancara pribadi. 1 Maret 2012.
Lihat Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Aparat Penegak Hukum Masih
Menjadi Pelaku Kekerasan Terhadap Anak, Refleksi Akhir Tahun 2009,
Jakarta,
2009.
Versi
online
dapat
dibaca
di
http://www.kpai.go.id/publikasi-mainmenu-33/beritakpai/81-aparatpenegak-hukum-masih-menjadi-pelaku-kekerasan-terhadap-anak.html.

Lilik

Mulyadi.2011.Pengkajian
Malang/kepanjen.. Hal 9.


Asas,

Norma,

Teori

dan

Praktik

Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan
Pidana Anak DiIndonesia, PT Refika Aditama, Bandung, 2008, Hal.33.
Maulana Hassan Wadong, Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak,
Grasindo, Jakarta, 2000, Hal.24.
Mediation in penal matters www.sfm.jura.uni-sb.de/archives/images/mediationen %5B1% 5D.doc. Dikutip pada tanggal 12 Februari 2012 Pukul 19.00
WIB.
Miers, David (2001): An International Review of Restorative Justice, page.7,
dalam tulisan Dr. Juhani Iivari, Victim-Offender Mediation – An
Alternative, an Addition or Nothing But A Rubbish Bin in Relation to
Legal Proceedings?, www.restorativejustice.org/resources/docs/iivari1/

download. Dikutip pada tanggal 20 Februari 2012 Pukul 15.00 WIB.
Moeljatno. 1987. Azas-Azas Hukum Pidana. Jakarta: Bina Aksara.hal.54.
Mudzakkir,Alternatif Dispute Resolution(ADR):Penyelesaian Perkara Pidana
Dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia,makalah workshop,Jakarta,18
Januari 2007.
New York State Dispute Resolution Association, Inc., Alternative Dispute
Resolution in New York State, An Overview.
P.A.F.Lamintang.1990. Dasar-DasarHukum Pidana Indonesia. Bandung: Sinar
Baru: Hal.172.
Pasal 6 Undang-undang No. 30 Th 1999 tentang Arbitrase dan Penyelesaian
Sengketa.
Pasal 22 UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Pemberantasan Korupsi dan ASPEHUPIKI di Hyatt Hotel, Surabaya, tanggal 1416 Maret 2005. Hal 1 – 2.
Peter Baehr et.al (ed),2001. Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi
Manusia,Jakarta. Yayasan Obor Indonesia, , hal. 297-298.
Purnianti, Mamik Sri Supatmi, dan Ni Made Martini Tinduk, mengutip Harry E.
Allen and Cliffford E. Simmonsen, dalam Correction in America : An
Introduction, Analisa Situasi Sistem Peradilan Pidana Anak ( Juvenile
Justice System ) di Indonesia, UNICEF, Indonesia, 2003, Hal.2.


Romli Atmasasmita, 1983, Kepenjaraan dalam Suatu Bunga Rampai, Bandung,
Armica hal. 53.
Shanty Dellyana, Wanita dan Anak di Mata Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1988,
Hal.50.
Soerjono Soekanto, Sebab Musabab dan Pemecahannya
Masalahnya, Kanisius, Yogyakarta, 1982, Hal.21.

Remaja

dan

Sudarsono. 1990. Kenakalan Remaja Prevensi, Rehabilitasi dan Resosialisasi.
Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 5.
Sudarto.1990. Hukum pidana I. Semarang:Yayasan Sudarto, Fakultas Hukum
UNDIP.Hal.39
Sudaryono dan Natangsa Surbakti. 2005. Hukum Pidana. Surakarta. Fakultas
Hukum UMS. Halaman : 117.
Sukirno.Pembina Dewan Anak.wawancara pribadi.1 Maret 2012.
Upaya untuk mengurangi beban pengadilan (penumpukan perkara), di beberapa
negara lain juga ditempuh dengan dibuatnya ketentuan mengenai

“penundaan penuntutan” (“suspension of prosecution”) atau
“penghentian/penundaan
bersyarat”
(“conditional
dismissal/
discontinu-ance of the proceedings”) walaupun bukti-bukti sudah cukup,
seperti diatur dalam Pasal 248 KUHAP (Hukum Acara Pidana) Jepang *)
dan Pasal 27-29 KUHP (Hukum Pidana Materiel) Polandia. (Lihat Barda
Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan Kejahatan
dengan Pidana Penjara, BP UNDIP. Semarang, cetakan ke-3, 2000, hal.
169-171).
UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. “Kesadaran bahwa anak-anak
yang melakukan tindak kejahatan itu berbeda dengan orang dewasa dalam
melakukan kejahatan (dan oleh karenanya perlakuan berbeda) baru
disadari dengan peradilan anak yang pertama di Chicago pada 1889.
Sembilan puluh tahun sesudahnya, PBB baru mengesahkan Konvensi Hak
Anak.”Lihat Hellin Jang, “The United Nations Convention on The Rights
of The Child: How Countries are Handling Juvenile Prisons in Light of
Convention”, Children Legal Rights’ Journal, Vol. 25 (2005), hal. 21.
UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.

UU No. 30 TAHUN 1999 tentang Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa Pasal 1
Butir 10.
UU No. 30/1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, PT Refika Aditama Bandung, Hal. 12.
Woro. Sekretaris Sanggar Pengayoman.wawancara pribadi. 16 Februari 2012.
Yunani.Pembina Dewan Anak.wawancara pribadi.1 Maret 2012.
www.shvoong.com