NDISIDANKEBUTUHANALATPERAGAIPA UNTUKMENUNJANGPENERAPAN STANDARPELAYANANMINIMAL(SPM)2013 DISEKOLAHDASARSE-KECAMATANPRAMBANAN KABUPATENKLATEN.

(1)

KONDISI DAN KEBUTUHAN ALAT PERAGA IPA

UNTUK MENUNJANG PENERAPAN

STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) 2013

DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN PRAMBANAN

KABUPATEN KLATEN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Aan Rudianto NIM. 10101241036

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “KONDISI DAN KEBUTUHAN ALAT PERAGA IPA UNTUK MENUNJANG PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) 2013 DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN KLATEN” yang disusun oleh Aan Rudianto, NIM 10101241036 ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, 19 Mei 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Setya Raharja, M.Pd NIP. 19651110 199702 1 001

Dr. Udik Budi Wibowo NIP. 19610614 198702 1 001


(3)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 19 Mei 2015 Yang menyatakan,

Aan Rudianto NIM 10101241036


(4)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “KONDISI DAN KEBUTUHAN ALAT PERAGA IPA UNTUK MENUNJANG PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) 2013 DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN KLATEN” yang disusun oleh Aan Rudianto, NIM 10101241036 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 12 Juni 2015 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Dr. Setya Raharja, M.Pd. Ketua Penguji ... ... Lia Yuliana, M.Pd. Sekretaris Penguji ... ... Dr. Pratiwi Pujiastuti, M.Pd. Penguji Utama ... ... Dr. Udik Budi Wibowo, M.Pd. Penguji Pendamping ... ...

Yogyakarta, ... Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

Dr. Haryanto, M.Pd.


(5)

MOTTO

Jadikan setiap tempat sebagai sekolah dan jadikan setiap orang sebagai guru.

(Ki Hadjar Dewantara)

Segala sesuatunya itu akan berakhir baik. Apabila tidak berakhir baik, berarti itu belum berakhir.


(6)

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Karya ini saya persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua tercinta

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta 3. Nusa, Bangsa, dan Agama


(7)

KONDISI DAN KEBUTUHAN ALAT PERAGA IPA UNTUK MENUNJANG PENERAPAN

STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) 2013 DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN PRAMBANAN

KABUPATEN KLATEN

Oleh: Aan Rudianto 10101241036

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan peralatan pendidikan khususnya alat peraga IPA yang disesuaikan dengan standar pelayanan minimal (SPM) 2013 di Sekolah Dasar se-Kecamatan Prambanan. Aspek yang diteliti adalah kondisi dan kebutuhan alat peraga IPA yang berjumlah 15 jenis meliputi peralatan pendidikan dan poster IPA.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan di 30 SD yang berada di Kecamatan Prambanan dengan responden kepala dinas, pengawas sekolah dan pengelola sarana prasarana UPTD Pendidikan Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. Teknik pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi data sekunder. Data yang diperoleh melalui dokumentasi yang digunakan untuk cek silang hasil data yang diperoleh melalui analisis data sekunder.

Hasil penelitian berdasarkan jumlah alat peraga IPA yang ada di sekolah dasar se-Kecamatan Prambanan, terdapat 62% alat peraga IPA dalam kondisi baik dan layak digunakan. Alat peraga IPA yang tidak dapat digunakan yaitu 38% dengan kondisi yang berbeda-beda. Alat peraga IPA kondisi rusak ringan sebanyak 15%, kondisi rusak sedang sebanyak 10% dan kondisi rusak berat sebanyak 13%. Persentase 62% yang menunjukkan kondisi baik pada alat peraga IPA belum menjamin kebutuhan alat peraga yang dibutuhkan oleh SD se-Kecamatan Prambanan, persentase tersebut belum disesuaikan dengan jumlah sesungguhnya yang telah disesuaikan dengan SPM 2013. Kebutuhan alat peraga IPA di SD se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten apabila disesuaikan dengan SPM 2013, yaitu sebanyak 75%.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, anugerah dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Tujuan penulisan tugas akhir skripsi sebagai syarat dalam menyelesaikan jenjang Strata 1 (S1) pada program studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melaksanakan penelitian.

2. Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini. 3. Dosen Pembimbing Skripsi Bapak Dr. Setya Raharja, M.Pd. dan Bapak Dr.

Udik Budi Wibowo, M.Pd. yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan dan motivasi selama menyelesaikan skripsi ini. 4. Penguji utama Ibu Dr. Pratiwi Pujiastuti, M.Pd. dan Sekretaris Penguji Ibu Lia

Yuliana, M.Pd. yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan koreksi terhadap hasil penelitian saya.

5. Para dosen jurusan yang telah memberikan ilmu dan wawasannya.

6. Bapak, Ibu, Eyang, Mbah, Adik dan keluarga yang selalu mendoakan, memotivasi dan mendidik saya hingga saat ini.

7. Bapak dan Ibu pegawai UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Prambanan yang telah membantu penelitian saya dari awal sampai selesai.


(9)

8. Sahabat berjuang bersama sampai akhir menyelesaikan kewajiban yang tergabung dalam Guyub Rukun Manajemen Pendidikan A 2010 (Angga, Sandi, Udin, Gery, Diaz, Fuad, Rossi, Agus, Mukhtar, Heru, Irfan, dll) atas kekeluargaan dan kebersamaan yang selama ini terjalin luar biasa.

9. Sahabat terbaik (Hafizh, Miftah, Nanda, Rois) yang telah memberi pengalaman hidup, inspirasi dengan diskusinya dan kebersamaan dalam perjuangannya.

10. Guyub Rukun Futsal Gajul Mumbul MP A 2010 yang selalu sehat, semangat, kompak, menunjung tinggi kebersamaan dan solidaritas sesama pecinta olahraga.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan pendidikan.

Yogyakarta, 19 Mei 2015 Penulis,

Aan Rudianto NIM 10101241036


(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 10

1. Sarana dan Prasarana Pendidikan... 10

2. Ruang Lingkup Sarana dan Prasarana Pendidikan... 11

B. Alat Peraga/Peralatan Pendidikan ... 15


(11)

D. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan... 18

E. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 20

1. Ketentuan Sarana dan Prasarana SD ... 24

2. Standar Pelayanan Minimal Sarana dan Prasarana SD ... 27

F. Hasil Penelitian yang Relevan ... 28

G. Kerangka Berpikir ... 31

H. Pertanyaan Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 36

B. Setting Penelitian ... 27

C. Objek Penelitian ... 37

D. Sumber Data Penelitian... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Instrumen Penelitian ... 38

G. Keabsahan Data ... 45

H. Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Setting Penelitian ... 48

B. Kondisi Alat Peraga IPA ... 50

C. Analisis Data ... 50

D. Kebutuhan Alat Peraga IPA ... 51

E. Pembahasan ... 52

1. Kondisi Alat Peraga IPA Pada Jenjang SD di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten... 52

a. Model Kerangka Manusia ... 52

b. Model Tubuh Manusia ... 53

c. Globe ... 54

d. Model Tata Surya ... 56

e. Cermin Cekung ... 57

f. Cermin Cembung ... 58


(12)

h. Lensa Cekung ... 61

i. Lensa Cembung ... 62

j. Magnet Batang ... 63

k. Poster IPA ... 65

1. Metamorfosis ... 65

2. Hewan Langka ... 66

3. Hewan Dilindungi ... 68

4. Tanaman Khas Indonesia ... 69

5. Contoh Ekosistem ... 71

2. Pemenuhan Standar Alat Peraga IPA Pada Jenjang SD Di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten... 74

a. Model Kerangka Manusia ... 74

b. Model Tubuh Manusia ... 74

c. Globe ... 76

d. Model Tata Surya ... 79

e. Cermin Cekung ... 81

f. Cermin Cembung ... 82

g. Cermin Datar ... 84

h. Lensa Cekung ... 85

i. Lensa Cembung ... 87

j. Magnet Batang ... 88

k. Poster IPA ... 90

1. Metamorfosis ... 90

2. Hewan Langka ... 91

3. Hewan Dilindungi ... 93

4. Tanaman Khas Indonesia ... 95

5. Contoh Ekosistem ... 97

3. Kebutuhan Alat Peraga IPA Pada Jenjang SD Di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten ... 100


(13)

a. Model Kerangka Manusia ... 100

b. Model Tubuh Manusia ... 101

c. Globe ... 103

d. Model Tata Surya ... 104

e. Cermin Cekung ... 106

f. Cermin Cembung ... 107

g. Cermin Datar ... 108

h. Lensa Cekung ... 110

i. Lensa Cembung ... 111

j. Magnet Batang ... 112

k. Poster IPA ... 113

1. Metamorfosis ... 113

2. Hewan Langka ... 115

3. Hewan Dilindungi ... 116

4. Tanaman Khas Indonesia ... 117

5. Contoh Ekosistem ... 119

F. Keterbatasan Hasil Penelitian ... 122

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 124

B. Saran... 127

DAFTAR PUSTAKA ... 129


(14)

DAFAR GAMBAR

hal Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ... 34


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Surat Ijin dan Surat Keterangan Penelitian... 132

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 135

Lampiran 3. Pedoman Studi Dokumentasi... 138

Lampiran 4. Analisis Data... 141


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal penting sebagai modal di masa depan. Pendidikan dapat mewujudkan cita-cita bangsa yang mengarah pada tuntutan kemajuan teknologi.Pendidikan adalah usaha yang terencana untuk mengembangkan setiap potensi dan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang berbunyi:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Oleh karena itu melalui pendidikan dapat dikembangkan suatu keadaan yang seimbang antara perkembangan aspek individual dan aspek sosial. Pendidikan juga dapat dijadikan pedoman untuk mengembangkan diri baik untuk diri sendiri atau orang lain. Dengan memiliki dasar pendidikan yang kuat diharapkan dapat memajukan kualitas masyarakat, bangsa dan negara.

Pada BAB IX dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 juga dijelaskan mengenai Standar Nasional Pendidikan. Standar tersebut meliputi standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Pada tahap selanjutnya mengenai penjelasan standar tersebut diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.


(17)

Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini sudah mulai membaik, namun kondisi ini tidak diikuti dengan peningkatan sarana dan prasarana sekolah di daerah. Masih banyak sekolah di daerah-daerah yang memilki sarana dan prasarana kurang memadai dan kurang layak. Seperti halnya di daerah terpencil yang terdapat di pelosok Indonesia, di sana masih belum memiliki bangunan sekolah yang memadai serta sarana dan prasarana yang belum layak dan memadai. Hal ini mungkin disebabkan oleh penyaluran anggaran pendidikan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah yang belum merata, sehingga sarana dan prasarana yang semestinya baik dan berkualitas menjadi tidak sesuai dengan spesifikasi dan kualitas yang telah dianggarkan oleh Pemerintah Pusat. Permasalahan seperti ini dapat diselesaikan dengan cara membuat suatu lembaga khusus yang independen yang bertugas mengawasi pengadaan sarana dan prasarana sekolah di seluruh Indonesia. Hal ini dilakukan demi mewujudkan pemerataan sarana dan prasarana Sekolah untuk menciptakan pendidikan yang baik serta berkualitas di Indonesia.

Solusi lain yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan fungsi keberadaan Komite Sekolah yang jujur, independen, serta transparan sebagai pihak yang mengawasi kecurangan baik yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah maupun pihak sekolah. Pemerintah Daerah dan pihak sekolah seharusnya transparan mengenai sarana dan prasarana yang seharusnya disediakan dan spesifikasi sesuai dengan anggaran yang di tetapkan. Walaupun demikian, pemerataan sarana dan prasarana di sekolah masih banyak membutuhkan bantuan dari berbagai pihak. Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Sekolah, dan Komite


(18)

Sekolah untuk jujur dan transparan mengenai pengadaan Sarana dan Prasarana sekolah agar terwujudnya pemerataan Sarana dan Prasana Sekolah untuk Pendidikan Indonesia yang lebih baik.

Peraturan Menteri (Permen) Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk SD/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Pada Permen tersebut dijelaskan kriteria minimal sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah. Peralatan pendidikan merupakan bagian dari sarana yang juga tercantum pada peraturan tersebut.

Peraturan Menteri (Permen) Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Menteri (Permen) Pendidikan nasional Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota. Pada Permen tersebut dijelaskan bahwa setiap sekolah harus dapat mencapai batas minimal kriteria yang ditetapkan, Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam perencanaan yang penganggaran Kabupaten/Kota diharapkan bisa dilaksanakan.

Menurut Suryosubroto (2004: 35), bahwa manajemen sarana prasarana pendidikan meliputi pengadaan sarana prasarana pendidikan. Pengadaan perlengkapan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan perkembangan pendidikan di suatu sekolah menggantikan barang-barang yang rusak, hilang, dihapuskan, atau sebab-sebab lain yang dapat dipertanggungjawabkan untuk menjaga tingkat persediaan barang setiap tahun dan anggaran mendatang.


(19)

Pengadaan perlengkapan pendidikan seharusnya direncanakan dengan hati-hati sehingga semua pengadaan perlengkapan sekolah itu selalu sesuai dengan pemenuhan kebutuhan di sekolah.

Kebutuhan akan sarana dan prasarana di sekolah harus direncanakan. Sebagai manajer pendidikan, kepala sekolah harus mempunyai proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana untuk jangka panjang, jangka menengah, jangka pendek. Proyeksi kebutuhan akan sarana dan prasana sekolah dibuat dengan mempertimbangkan dua aspek, ialah kebutuhan aspek pendidikan disatu pihak dan kemampuan sekolah di pihak lain. Sarana dan prasarana yang berupa gedung, sangat bagus jika dibuat rancangannya, agar dapat diproyeksikan arah pengembangannya. Arah pengembangan tersebut, tentu sejalan dengan proyeksi kebutuhan dimasa yang akan datang.

Guna memproyeksikan kebutuhan sarana dan prasarana sekolah dimasa yang akan datang, data tentang perkembangan peserta didik, data tentang kebutuhan layanan pendidikan terhadap mereka, data tentang kebutuhan berbagai macam ruangan baik untuk teori maupun praktik, harus dapat diketahui dengan baik. Manajemen sarana sering juga disebut manajemen materiil, yaitu segenap proses penataan yang bersangkut-paut dengan pengadaan. Pendayagunaan dan pengelolaan sarana pendidikan agar tercapai tujuan secara efektif dan efisien. Dengan batasan tersebut, maka manajemen sarana meliputi (a) perencanaan, (b) pengadaan, (c), pengaturan, (d) penggunaan, (e) penyingkiran sarana, (f) dasar pengetahuan perpustakaan.


(20)

Penentuan keberhasilan manajemen sarana dan prasarana tidak lepas dari fungsi manajemen yang ada. Khususnya pada tahap perencanaan sarana dan prasarana, tentu saja tidak lepas dari beberapa rangkaian yang harus dijalani, seperti yang diungkapkan oleh Stoop &Johnson (Ibrahim Bafadal, 2003: 28), bahwa langkah pertama perencanaan pengadaan perlengkapan sekolah adalah pembentukan panitia pengadaan. Panitia tersebut menganalisis kebutuhan perlengkapan dengan jalan menghitung atau mengidentifikasi kekurangan rutin, barang yang rusak, kekurangan unit kerja, dan kebijaksanaan kepala sekolah. Tahap selanjutnya kemudian ada penetapan spesifikasi dan harga satuan perlengkapan.Pengujian dilakukan untuk mengetahui segala kemungkinan, termasuk juga kemungkinan adanya kenaikan harga barang di masa yang akan datang. Pengesahan hasil rencana yang telah direncanakan. Penilaian kembali terhadap perencanaan begitu selesai dilakukan untuk mengetahui pengadaan yang dilakukan.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan, pengadaan sarana dan prasarana perlu memperhatikan analisis kebutuhan guna mengetahui kekurangan sarana dan prasarana. Pada proses analisis kebutuhan tersebut juga diperlukan analisis kondisi atas barang yang telah ada. Pada analisis kondisi ini barang dilihat kembali keadaannya, kemudian dinilai barang termasuk golongan pada suatu kondisi tertentu.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD pada waktu PPL di Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten Tahun pada bulan Agustus 2013, Kabupaten Klaten memiliki 26 kecamatan dengan jumlah SD sebanyak 824 dengan rincian 779 sekolah negeri dan 45 sekolah swasta. Kondisi setiap SD di kecamatan yang ada


(21)

di Kabupaten Klaten tidak merata dan cenderung tidak seimbang antara SD satu dengan yang lain. Sekolah dasar yang berada di desa-desa yang aksesnya sulit untuk dijangkau seperti di daerah lereng Gunung Merapi kurang mendapat bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK) secara maksimal. Seharusnya semua SD baik negeri maupun swasta yang berada di kota atau desa berhak mendapatkan DAK secara merata agar berguna untuk pembangunan di SD tersebut. Hal tersebut perlu diperhatikan untuk menunjang pemerataan pendidikan dan untuk meningkatkan layanan pendidikan di sekolah agar pembelajaran dapat dilakukan dengan maksimal. Sarana dan prasarana yang memadai merupakan faktor yang sangat vital bagi peningkatan mutu pendidikan. Semakin lengkap sarana dan prasarana, akan semakin efektif proses belajar dan mengajar dilaksanakan dan siswa akan semakin mudah menyerap setiap materi yang diajarkan.

Berdasarkan observasi lanjutan mengenai sarana dan prasarana SD di Kabupaten Klaten melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten pada bulan Juni 2014, ditemukan bahwa pada Kecamatan Prambanan memiliki permasalahan yang kompleks dalam pengadaan alat peraga IPA. Hal tersebut terlihat dari kondisi dan kebutuhan yang masih kurang terutama pada alat peraga IPA untuk SD. Alat peraga IPA untuk SD di Kecamatan Prambanan memiliki kondisi yang kurang baik dibandingan dengan kecamatan lain. Di Kecamatan Prambanan alat peraga IPA untuk SD ada yang tidak digunakan sama sekali, ada pula yang mengalami kekurangan dan kerusakan dari awal penyerahan. Pada beberapa sekolah di Kecamatan Prambanan bahkan ditemukan peralatan pendidikan masih terbungkus rapi dan tidak pernah digunakan sehingga dimakan serangga.


(22)

Keterangan yang didapat dari Kepala Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan Kecamatan Prambanan menyatakan bahwa ada salah satu kepala sekolah SD di Kecamatan Prambanan yang melaporkan bahwa ada alat peraga IPA mengalami kerusakan pada saat tiba di sekolah.

Selain peran sekolah yang dianggap penting, Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten juga kurang tepat dalam merencanakan penyelenggarakan pendidikan. Hal ini menunjukkan masih ada hambatan dalam penyebaran peralatan pendidikan yang kurang merata sehingga menyebabkan peralatan pendidikan di sekolah ada yang tidak digunakan sama sekali dan cenderung berlebih, ada pula yang mengalami kekurangan.

Dari penjelasan secara keseluruhan dan kondisi yang terjadi di lapangan, maka penelitian ini akan mengkaji permasalahan di atas yang berkenaan dengan kondisi dan kebutuhan alat peraga IPA untuk menunjang penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) 2013 di SD se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah tentang kondisi dan kebutuhan alat peraga IPA pada jenjang SD se-Kecamatan Prambanan yaitu :

1. Terdapat hambatan dalam distribusi alat peraga IPA sehingga ada kesenjangan antara SD di daerah perkotaan dan pedesaan.

2. Bantuan DAK tidak merata.


(23)

4. Alat peraga IPA telah mengalami kerusakan saat tiba disekolah. 5. Sebagian alat peraga IPA tidak terawat dengan baik.

6. Alat Peraga IPA di sekolah ada yang tidak digunakan sama sekali.

C. Pembatasan masalah

Penelitian ini akan dibatasi pada masalah kondisi dan kebutuhan alat peraga IPA. Penelitian kondisi alat peraga IPA yang tergolong kondisi baik, rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui kondisi secara nyata yang nantinya digunakan untuk menghitung kebutuhan alat peraga IPA. Kebutuhan alat peraga IPA digunakan untuk mengetahui jumlah alat peraga IPA yang dibutuhan sekolah tersebut agar sesuai dengan SPM 2013. Penelitian ini difokuskan pada alat peraga IPA pada SD di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten yang jumlahnya ada 31 sekolah.

D. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana kondisi (ketersediaan) alat peraga IPA pada jenjang SD di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten ?

2. Bagaimana kebutuhan alat peraga IPA pada jenjang SD di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten apabila disesuaikan dengan SPM 2013 ?


(24)

E. Tujuan penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui :

1. Kondisi alat peraga IPA pada jenjang SD di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten.

2. Kebutuhan alat peraga IPA pada jenjang SD di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten yang disesuaikan dengan SPM 2013.

F. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain:

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini dapat memperluas pemahaman tentang sarana dan prasarana khususnya alat peraga IPA untuk SD.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi SD se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten, hasil penelitian ini dapat menjadi data sekolah untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan khususnya alat peraga IPA untuk SD yang disesuaikan dengan SPM 2013.

b. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk perencanaan analisis kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan khususnya alat peraga IPA untuk SD yang sesuai dengan SPM 2013 di Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten.


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan 1. Sarana dan Prasarana Pendidikan

“Sarana pendidikan sering diartikan dengan semua fasilitas yang digunakan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan”, (Dirjen Dikdasmen Depdikbud, 1997: 134). Sedangkan prasarana pendidikan menurut Suryosubroto (1998: 75), “barang atau benda tidak bergerak yang dapat menunjang atau mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja, contoh gedung kantor.”

Menurut Hartati Sukirman, dkk. (1999: 28) mengemukakan bahwa:

Sarana pendidikan adalah suatu sarana penunjang bagi proses pembelajaran baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan berjalan lancar, teratur, efektif, dan efisien, termasuk di dalamnya barang habis pakai maupun yang tidak habis pakai. Sarana pendidikan dapat dimaksimalkan untuk keperluan pembelajaran.

Pengertian sarana pendidikan dijelaskan Ibrahim Bafadal (2003: 2) mengemukakan “sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.” Sebagaimana diungkapkan Muhammad Joko Susilo (2008: 65) sebagai berikut:

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran, adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah,


(26)

tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.

Berdasarkan pengertian Sarana dan Prasarana di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa sarana adalah segala peralatan atau barang baik bergerak ataupun tidak yang digunakan secara langsung untuk proses pendidikan. Sedangkan prasarana adalah semua perangkat yang tidak secara langsung digunakan untuk proses pendidikan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana berkaitan langsung dengan proses pendidikan yang harus jalankan agar pembelajaran dapat berjalan lancar dan efektif. Kualitas pendidikan dapat dilihat dari kelengkapan dan penggunaan sarana dan prasarana secara maksimal. Sarana dan prasarana yang memiliki keterkaitan dengan proses belajar mengajar meliputi ruang gedung, benda bergerak, benda tidak bergerak, dan segala kelengkapan yang berhubungan dengan sarana dan prasarana digunakan untuk mendukung kelancaran proses belajar mengajar agar tujuan pendidikan dapat tercapai.

2. Ruang Lingkup Sarana dan Prasarana Pendidikan

Sarana pendidikan merupakan alat atau benda yang berfungsi sebagai penunjang untuk membantu proses berlangsungnya pembelajaran yang ada di sekolah. Menurut Dirjen Dikdasmen Depdikbud (1997: 134) bahwa:

Sarana pendidikan tersebut dapat ditinjau berdasarkan jenis, fungsi, dan sifatnya. Secara garis besar bila ditinjau dari jenisnya, sarana pendidikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sarana pendidikan yang dirancang khusus untuk kepentingan pembelajaran dan sarana pendidikan yang sudah tersedia di lingkungan kita berupa barang-barang jadi yang digunakan untuk


(27)

kepentingan pembelajaran, misalnya: peninggalan purbakala, sawah, masjid, atau benda-benda lain yang dapat diperagakan.

Menurut Nawawi dalam Ibrahim Bafadal (2003: 2) “membedakan menjadi beberapa macam sarana pendidikan, yaitu (1) habis tidaknya dipakai; (2) bergerak tidaknya pada saat digunakan; dan (3) hubungannya dengan proses belajar mengajar.” Sarana pendidikan yang habis dipakai adalah segala bahan atau alat yang apabila digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif singkat. Sedangkan sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindah sesuai kebutuhan pemakainya. Sarana Pendidikan dibedakan menjadi 3 macam bila ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar, yaitu: alat pelajaran, alat peraga, dan media pengajaran

Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sarana pendidikan bila ditinjau berdasarkan jenisnya ada dua yaitu sarana yang berwujud benda mati atau dibendakan yang dirancang secara khusus untuk kepentingan proses pembelajaran dengan melihat habis tidaknya dipakai dan bergerak atau tidaknya saat digunakan, sedangkan sarana pendidikan yang sudah tersedia itu termasuk di dalamnya sarana yang berhubungan dengan proses pembelajaran.

B. Alat Peraga/Peralatan Pendidikan

Alat peraga praktik (APP) IPA mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, yaitu untuk:

1. Menjelaskan konsep, sehingga peserta didik memperoleh kemudahan dalam memahami hal-hal yang dikemukakan guru.


(28)

2. Memantapkan penguasaan materi yang ada hubungannya dengan bahan yang dipelajari dan mengembangkan keterampilan.

Di samping peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, APP IPA juga mempunyai fungsi yang dapat menentukan pencapaian tujuan pembelajaran IPA di sekolah, fungsi tersebut menurut Dirjen Dikdasmen Depdikbud (2001) adalah sebagai sumber belajar; metode pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan.

Media pembelajaran yang paling banyak digunakan disekolah di samping buku adalah alat dan bahan. Sehubungan dengan kegiatan pembelajaran IPA, alat yang diperlukan adalah APP IPA. Di sekolah APP IPA danchemicals(bahan atau zat kimia) umumnya dibuat oleh pabrik (pabrikan), droping pemerintah (Kemendiknas) atau pembelian alat dan bahan oleh sekolah dengan ragam, dan jumlah masing-masing terbatas, sehingga guru IPA dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam upaya mengadakan APP IPA yang lebih beragam serta dengan jumlah yang memadai untuk melaksanakan pembelajaran IPA.

Alat peraga atau peralatan pendidikan secara awam menurut peneliti memiliki pengertian sebuah alat yang digunakan oleh seorang guru untuk mempresentasikan materi yang dijelaskan kepada siswa, dengan tujuan agar siswa mampu mencerna ata memahaminya dengan mudah dan tentunya membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien. Banyak ahli mendefinisikan alat peraga diantaranya :

Sudjana (2005:59), “alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan agar membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien”. Arsto Rahadi (2004: 10), “alat peraga adalah alat


(29)

(benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip, atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata atau konkrit”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk menyampaikan pengetahuan, materi, konsep, prinsip kepada siswa agar lebih nyata atau kongkrit untuk mecapai pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.

Fungsi utama dari alat peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan dari konsep, agar siswa mampu menangkap arti sebenarnya konsep tersebut. Penyampaian informasi yang hanya melalui bahasa verbal memungkinkan terjadinya verbalisme, artinya siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung dalam kata tersebut. Selain menimbulkan verbalisme dan kesalahan persepsi, penyampaian dengan bahasa verbal menyebabkan semangat siswa untuk menangkap pesan akan semakin kurang, karena siswa kurang diajak berpikir dan menghayati pesan yang disampaikan, padahal untuk memahami sesuatu perlu keterlibatan siswa baik fisik maupun psikis (Sanjaya, 2007:169). Dengan melihat, meraba, dan memanipulasi objek atau alat peraga maka siswa mempunyai pengalaman dalam kehidupan sehari-hari tentang arti dari suatu konsep.

Menurut Depdiknas (2005: 9), fungsi dan manfaat alat peraga yaitu : a. Fungsi Alat Peraga

1. Sebagai pengganti atau tiruan benda sebenarnya. 2. Membantu guru dalam proses belajar mengajar.

3. Memberi motivasi kepada siswa untuk lebih giat belajar dan kreatif. b. Manfaat Alat Peraga

1. Siswa lebih mudah memahami konsep yang dipelajari dengan bantuan alat peraga.


(30)

3. Daya kreatifitas siswa bertambah.

Alat peraga dalam proses pembelajaran mempunyai nilai-nilai seperti di bawah ini.

a. Peragaan dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir. b. Peragaan dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar

c. Peragaan dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar dapat maksimal.

d. Peragaan memberikan pengalaman nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.

e. Peragaan menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan. f. Peragaan membantu tumbuhnya pemikiran dan berkembangnya kemampuan

berbahasa.

g. Peragaan memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna (Sudjana, 2005:100)

Alat peraga sangat dibutuhkan oleh guru karena guru dituntut untuk membuat relevan tentang apa yang terjadi berabad-abad yang lalu. Dia harus merekonstruksi masa lampau, penjelasan-penjelasan belaka tidak dapat membuat menjadi hidup, gamblang dan relevan dengan kehidupan masa kini atau masa depan. Pelajaran bagi siswa dikatakan menarik jika dikemas dengan tidak kaku dan ’agak’ bebas, yang mampu membangun imajinasi peserta didik tentang pengetahuan dan pengalaman yang menarik dari materi pembelajaran. Alat peraga dapat memperkuat pembelajaran, antara lain :

a. Membantu siswa mengenal pengetahuan secara langsung b. Menunjang kata terucap

c. Membuat lebih nyata, jelas, menarik, dan seperti hidup

d. Membantu mengembangkan kepekaan terhadap waktu dan tempat e. Mengembangkan kepekaan terhadap hubungan sebab akibat f. Membantu guru mengembangkan bahan pembelajarannya g. Menunjang bahan buku pelajaran

h. Membantu pembelajaran permanen


(31)

C. Manajemen Sarana dan Prasarana

Menurut Sergiovanni dalam Ibrahim Bafadal (2003: 1) mengemukakan: Sekolah merupakan sebuah sistem yang memiliki tujuan. Berbagai masalah dapat muncul seiring dengan tujuan yang ingin dicapai. Pendekatan administrati (management) sangat diperlukan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang menghambat tercapainya tujuan.Manajemen merupakan proses pendayagunaan semua sumber daya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendayagunaan melalui tahapan proses yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan disebut manajemen.

Pengertian lain dari manajemen juga terdapat dalam buku Manajemen Perawatan Preventif Sarana Prasarana Pendidikan (Depdiknas, 2001: 9),“Manajemen adalah proses pengelolaan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien.”

Menurut J. Winardi (2009: 23), manajemen yaitu:

Sesuatu hal yang dilakukan oleh para manajer dalam upaya mereka untuk mencapai produktivitas. Maka dengan demikian dapat kita menyatakan proses manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan pengawasan penggunaan sumber-sumber daya guna mencapai tujuan atau sasaran organisasi yang bersangkutan.

Proses pembelajaran di sekolah akan dipengaruhi oleh banyak hal antara lain: guru, siswa, tujuan, lingkungan dan kurikulum yang didalamnya memuat materi, metode, dan cara evaluasi. Guru dan siswa merupakan faktor yang dominan, karena keduanya lebih menentukan berhasil atau tidaknya dalam sebuah proses pembelajaran yang ada. Faktor yang lainnya hanya bersifat pendukung yang tergantung dengan cara penerapan yang baik oleh guru maupun siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, agar semua sumber daya yang ada terutama yang berupa alat atau media dapat bermanfaat semaksimal


(32)

mungkin, maka perlu adanya upaya pengelolaan atau manajemen terhadap sarana dan prasarana pendidikan.

Secara sederhana Ibrahim Bafadal (2003: 2) menjelaskan bahwa:

Manajemen perlengkapan sekolah dapat didefinisikan sebagai proses kerja sama pendayagunaan semua perlengkapan pendidikan secara efektif dan efisien. Perlengkapan sekolah, atau juga sering disebut fasilitas sekolah, dapat dikelompokkan menjadi: (1) sarana pendidikan; dan (2) prasarana pendidikan. Dalam hubungan di atas terdapat tiga kata yang bisa kita pahami satu per satu, yaitu manajemen, sarana dan prasarana.

Sedangkan manajemen sarana dan prasarana menurut Tim Dosen AP (2011: 79), “proses pendayagunaan semua komponen sarana dan prasarana yang ada di sekolah dalam menunjang proses pendidikan untuk mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri.” Manajemen sarana dan prasarana merupakan suatu kegiatan untuk mengatur dan mengelola sarana dan prasarana pendidikan secara efisien dan efektif dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana merupakan komponen penunjang yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Ketersediaan sarana dan prasarana dapat berpengaruh pada hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan pengertian tentang manajemen sarana dan prasarana, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mendayagunakan segala sumber daya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan sesuai dengan harapan. Dengan demikian manajemen mengacu pada proses kegiatan mengolah input yang berupa sumber daya guna mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Sehingga dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen sarana dan prasarana atau manajemen


(33)

perlengkapan adalah proses kerja sama pendayagunaa dan pengelolaan perlengkapan pendidikan berupa sarana ataupun prasarana pendidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

D. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

“Perencanaan adalah suatu proses memikirkan dan menetapkan kegiatan-kegiatan atau program-program yang akan dilakukan di massa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu”,(Ibrahim Bafadal, 2003: 26). Perencanaan merupakan fungsi pertama yang harus dilakukan, dengan adanya rencana yang baik dan cermat, maka segala aktivitas yang dilaksanakanakan terarah dan teroganisir sehingga bisa tercapai tujuan yang diharapkan.

Menurut Engkoswara & Aan Komariah (2011: 132) sebagai berikut.

Perencanaan adalah suatu kegiatan menetapkan aktivitas yang berhubungan dengan jawaban pertanyaan 5W1H yaitu: apa (what) yang akan dilakukan, mengapa (why) hal tersebut dilakukan, siapa (who) yang melakukannya, dimana (where) melakukannya, kapan (when) dilakukan, dan bagaimana (how) melakukannya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berkaitan dengan tujuan-tujuan yang akan dirumuskan, teknik dan metode yang dipergunakan, dan sumber yang diperdayakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Tujuan yang ingin dicapai dengan perencanaan pengadaan perlengkapan atau fasilitas tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan perlengkapan. Oleh karena itu, keefektifan suatu perencanaan pengadaan perlengkapan sekolah tersebut dapat dinilai atau dilihat dari seberapa jauh pengadaannya apakah dapat memenuhi kebutuhan perlengkapan dan betul-betul sesuai dengan kebutuhannya, sehingga perencanaan pengadaan perlengkapan di sekolah betul-betul efektif.Menurut


(34)

Ibrahim Bafadal (2003: 27), berdasarkan uraian singkat di atas, ada beberapa karakteristik esensial perencanaan perlengkapan sekolah itu, yaitu sebagai berikut. a. Perencanaan pelengkapan sekolah itu merupakan proses menetapkan dan

memikirkan.

b. Objek pikir dalam perencanaan perlengkapan sekolah adalah upaya memenuhi sarana dan prasarana pendidikan yang dibutuhkan sekolah. c. Tujuan perencanaan perlengkapan sekolah adalah efektifitas dan efisiensi

dalam pengadaan perlengkapan sekolah.

d. Perencanaan perlengkapan sekolah harus memenuhi prinsip-prinsip:

1) Perencanaan perlengkapan sekolah harus betul-betul merupakan proses intelektual;

2) Perencanaan didasarkan pada analisis kebutuhan melalui studi komprehensif mengenai masyarakat sekolah dan kemungkinan pertumbuhannya, serta prediksi populasi sekolah;

3) Perencanaan perlengkapan sekolah harus realistic, sesuai kenyataan anggaran;

4) Visualisasi hasil perencanaan perlengkapan perlengkapan sekolah harus jelas dan rinci, baik jumlah, jenis, merek, dan harganya.

Menurut Earthman (2009: 246), mengemukakan “Such comprehensive planning of the school system incorporates the needs of housing students based upon an examination of : (1) the educational program, (2) the number of student to be served, (3) the condition of the school building inventory, and (4) financial costs.” Maksud dari kutipan tersebut adalah perencanaan yang komprehensif seperti sistem sekolah harus dapat menggabungkan kebutuhan siswa berdasarkan pemeriksaan : (1) program pendidikan, (2) jumlah siswa yang dilayani, (3) kondisi persediaan gedung sekolah, dan (4) biaya keuangan.

Kesimpulan dari pernyataan tersebut yaitu perencanan sarana dan prasarana merupakan proses merencanakan suatu program-program yang ditujukan untuk membentuk kualitas sarana maupun prasarana yang baik dan layak untuk menunjang proses belajar mengajar di sekolah. Perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus dipersiapkan dengan baik menggunakan prinsip-prinsip


(35)

perencanaan agar konsep yang direncanakan berjalan sesuai tujuan yang ingin dicapai.

E. Standar Pelayanan Minimal ( SPM ) 2013

Mengacu pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional kemudian muncul Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang kemudian dilakukan perubahan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 disebutkan lingkup standar nasional pendidikan meliputi Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan. Sebagai upaya yang berkelanjutan dalam pemenuhan standar sarana dan prasarana, pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 mengenai standar sarana dan prasarana.

Menurut Glen I Earthman (2009: 25), mengemukakan:

All of the school facilities owned and operated by the system should be evaluated. The results should indicate the number of classroom spaces that can be used and how many students. They can hold. The difference between the number of instructional spaces available and the number projected to be needed would indicate the need for new space. If the school system is experiencing a decline in student population, surplus instructional spaces should also be identified. In this situation, decisions must be made for the disposition of the surplus by identifying different uses for these spaces. Whether there is a surplus of space, or space in needed, a plan must be devised to deal with the difference, no matter which direction.

Maksud dari kutipan tersebut adalah semua fasilitas sekolah yang dimiliki dan dioperasikan oleh sistem harus dievaluasi. Hasil harus menunjukkan jumlah ruang kelas yang dapat digunakan dan berapa banyak siswa ada di dalam ruangan


(36)

tersebut. Perbedaan antara jumlah ruang pembelajaran yang tersedia dan jumlah yang diproyeksikan akan dibutuhkan untuk menunjukkan kebutuhan ruang baru. Jika sistem sekolah mengalami penurunan populasi siswa, ruang instruksional kelebihan juga harus diidentifikasi. Dalam situasi ini, keputusan harus dibuat untuk mengetahui keadaan yang harus dievaluasi dengan mengidentifikasi kegunaan yang berbeda untuk ruangan yang akan digunakan. Apakah ada kekurangan atau kelebihan ruang yang diperlukan, rencana harus dibuat untuk menangani perbedaan agar sesuai dengan yang dibutuhkan. Bermula dari penjelasan mengenai pedoman tata ruang kelas tersebut, memunculkan tanggapan bahwa setiap ruangan di sekolah memerlukan standar untuk memenuhi kebutuhan siswa agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan maksimal. Ruang kelas yang sesuai standar sangat diperlukan agar materi pembelajaran dapat diterima siswa dengan jelas. Selain ruang kelas, ruang laboratorium IPA juga perlu mendapat perhatian karena di ruang laboratorium tersebut siswa melakukan praktek langsung hal-hal yang mengenai ilmu alamiah dasar. Kondisi alat peraga IPA harus dilihat dan dicek agar alat peraga IPA tersebut benar-benar dapat membantu siswa dalam pemahami materi pembelajaran. Untuk menunjang kegiatan di dalam laboratorium IPA agar sesuai dengan hasil dari materi yang diberikan, diperlukan alat peraga IPA yang memenuhi standar kebutuhan yang harus dimiliki oleh setiap sekolah sesuai klasifikasi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, standar atau pedoman tentang kondisi dan kebutuahan sarana dan prasarana pendidikan khususnya alat peraga IPA sangat diperlukan untuk


(37)

mengetahui kondisi dan kelengkapan alat peraga IPA agar sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh SD.

Standar pelayanan minimal adalah sebuah kebijakan publik yang mengatur mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 dijelaskan Tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) 2013. Sebagai sebuah kebijakan yang baru diperkenalkan, standar pelayanan minimal sudah selayaknya didukung oleh peraturan perundang-undangan yang memadai mulai dari undang-undang, peraturan pemerintah ataupun peraturan menteri terkait. Di sisi lain sebagai sebuah kebijakan baru, standar pelayanan minimal sedang dalam proses pencarian bentuk dan sosialisasi yang membutuhkan waktu tidak sedikit, mengingat perlunya kesamaan pemahaman antara perumus kebijakan dengan pelaksana kebijakan di lapangan, terlebih lagi seringnya terjadi proses penyesuaian kebijakan yang disebabkan oleh dinamika masyarakat yang menjadi obyek kebijakan.

Oleh sebab itu pelembagaan suatu kebijakan tidak terlepas dari proses perkembangan dalam rangka beradaptasi dengan lokus kebijakan. Proses adaptasi kebijakan tersebut pada umumnya terwadahi dalam bentuk ketentuan peralihan yaitu suatu periode waktu sebuah kebijakan mempersiapkan lokus kebijakan. Di sisi lain obyek kebijakan diberi kesempatan untuk melakukan adaptasi terhadap pemberlakuan kebijakan.


(38)

Standar pelayanan minimal (minimum service standard)merupakan suatu istilah dalam pelayanan publik (public policy) yang menyangkut kualitas dan kuantitas pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah sebagai salah satu indikator kesejahteraan masyarakat. Standar pelayanan minimal memiliki nilai yang sangat strategis baik bagi pemerintah (daerah) maupun bagi masyarakat (konsumen). Adapun nilai strategis tersebut yaitu:pertama, bagi pemerintah daerah: standar pelayanan minimal dapat dijadikan sebagai tolok ukur

(benchmark) dalam penentuan biaya yang diperlukan untuk membiayai

penyediaan pelayanan;kedua, bagi masyarakat: standar pelayanan minimal dapat dijadikan sebagai acuan mengenai kualitas dan kuantitas suatu pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah (daerah).

Berdasarkan ulasan di atas maka pengertian standar pelayanan minimal menyangkut dua konsep utama , yaitu: ‘tolok ukur penyediaan layanan bagi penyedia layanan” dan “acuan mengenai kualitas dan kuantitas layanan bagi pengguna layanan”. Adapun yang dimaksud dengan konsep tolok ukur penyediaan layanan ialah kondisi optimal yang dapat dicapai oleh penyedia layanan (pemerintah daerah) yang ditentukan oleh sumberdaya yang dimilikinya (sumberdaya manusia, perlengkapan dan pembiayaan serta sumberdaya pendukung lainnya). Konsep acuan kualitas dan kuantitas bagi penggunan layanan 5 (masyarakat) adalah kondisi minimal yang dapat diperoleh dari penyedia layanan (pemerintah daerah) terkait pelayanan publik yang diberikan. Dengan demikian “minimal” dalam pengertian “standar pelayanan minimal” merupakan kondisi “minimal” dari sudut pandang masyarakat tetapi mengandung arti


(39)

“optimal” bagi aparat pemerintah daerah. Atau dengan lain perkataan bahwa standar pelayanan minimal merupakan peristilahan dari sudut padang masyarakat sebagai pengguna layanan terhadap kualitas dan kuantitas yang dapat diterima dari pemerintah daerah sebagai penyedia layanan publik.

1. Ketentuan Sarana dan Prasarana SD

Sarana dan prasarana pendidikan mempunyai standar untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan sebuah sekolah. Penerapan SPM dimaksudkan untuk menjamin akses dan mutu bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dasar dari pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh pemerintah. Hal tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007, sebuah SD/MI sekurang-kurangnya memiliki sarana sebagai berikut.

a) Ruang kelas

b) Ruang perpustakaan c) Laboratorium IPA d) Ruang pimpinan e) Ruang guru f) Tempat beribadah g) Ruang UKS

h) Jamban

i) Gudang

j) Ruang sirkulasi

k) Tempat bermain/berolahraga

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana menyebutkan laboratorium IPA harus mencakup aspek-aspek sebagai berikut.


(40)

b. Sarana laboratorium IPA berfungsi sebagai alat bantu mendukung kegiatan dalam bentuk percobaan.

c. Setiap SD/MI dilengkapi sarana laboratorium IPA seperti tercantum pada tabel 1.


(41)

Tabel 1. Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Laboratorium IPA SD

No Jenis Rasio Deskripsi

1 Perabot

1.1 Lemari 1 buah/sekolah Kuat, stabil, dan aman. Ukuran memadai untuk menyimpan seluruh alat peraga.

Tertutup dan dapat dikunci. Dapat memanfaatkan lemari yang terdapat di ruang kelas. 2 Peralatan Pendidikan

2.1 Model kerangka manusia 1 buah/sekolah Tinggi minimum 125 cm. Mudah dibawa.

2.2 Model tubuh manusia 1 buah/sekolah Tinggi minimum 125 cm. Dapat diamati dengan mudah oleh seluruh peserta didik. Dapat dibongkar pasang. Mudah dibawa.

2.3 Globe 1 buah/sekolah Diameter minimum 40 cm.

Memiliki penyangga dan dapat diputar.

Dapat memanfaatkan globe yang terdapat di ruang perpustakaan.

2.4 Model tata surya 1 buah/sekolah Dapat mendemonstrasikan terjadinya fenomena gerhana. 2.5 Kaca pembesar 6 buah/sekolah Dapat dipakai untuk

mengamati benda

2.6 Cermin datar 6 buah/sekolah Dapat dipakai dengan baik 2.7 Cermin cekung 6 buah/sekolah Dapat dipakai dengan baik 2.8 Cermin cembung 6 buah/sekolah Dapat dipakai dengan baik 2.9 Lensa datar 6 buah/sekolah Dapat dipakai dengan baik 2.10 Lensa cekung 6 buah/sekolah Dapat dipakai dengan baik 2.11 Lensa cembung 6 buah/sekolah Dapat dipakai dengan baik 2.12 Magnet batang 6 buah/sekolah Dapat diamati dengan mudah 2.13 Poster IPA, terdiri dari :

a. metamorfosis, b. hewan langka, c. hewan dilindungi, d. tanaman khas

Indonesia,

e. contoh ekosistem, f. sistem-sistem

pernapasan hewan

1 set/sekolah Jelas terbaca dan berwarna, ukuran minimal A1.


(42)

2. Standar Pelayanan Minimal Sarana dan Prasarana SD

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) 2013, sarana dan prasarana mempunyai indikator pencapaian ( IP ) dalam menentukan kebutuhan yang diperlukan oleh sebuah SD. SetiapSD/MI menyediakan satu set alat peraga IPA dan bahan yang terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster/carta IPA. Untuk mengetahui tingkat pencapaian alat peraga IPA dapat diketahui dengan rumus

IP SD/MI yang memiliki set peraga dan bahan IPA secara lengkap

Sekolah = x 100%

Jumlah SD/MI per kelurahan

Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengetahui kebutuhan alat peraga IPA yaitu :

a. Mendata, memverifikasi dan menilai secara langsung alat peraga dan bahan IPA di sekolah/madrasah.

b. Melakukan rekapitulasi data ala peraga dan bahan IPA.

c. Menghitung tingkat pencapaian indikator IP di tingkat kecamatan. d. Menyusun laporan tingkat Pencapaian IP.

Catatan yang harus diperhatikan dalam melakukan analisis kebutuhan agar mendapatkan hasil yang maksimal yaitu dalam mendata, memverifikasi, dan menilai secara langsung alat peraga IPA dan bahan di sekolah pengawas/petugas merujuk pada Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana


(43)

dan Prasarana dan mempertimbangkan jumlah peserta didik dalam rombel yang terkait. Dalam memeriksa dan mendata alat peraga dan bahan IPA yang layak pakai oleh petugas merujuk pada Buku Pedoman Pembakuan Sarana dan Prasarana yang dikeluarkan oleh Kemendiknas.Setiap sekolah dikatakan memiliki set Peraga IPA lengkap jika memiliki :

a. Model Kerangka manusia 1

b. Model tubuh manusia 1

c. Bola dunia (globe) 1

d. Contoh peralatan optik 1 e. Kit IPA untuk eksperimen dasar 1

f. Poster/Carta IPA 1

Kabupaten/kota disebut mencapai indikator IP, apabila tingkat pancapaian IP adalah 100%. Implikasi dari analisis kebutuhan ini adalah ketidaktersediaan alar peraga IPA di satuan pendidikan berimplikasi pada penyediaan alat peraga IPA oleh satuan pendidikan dan penyediaan alat peraga IPA dapat juga dilakukan dengan mengusulkannya kepada dinas pendidikan/kantor Kemenag kabupaten Kemenag kabupaten/kota.

F. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian Bintar Pandu Wiyana (2013: 12) tentang Studi Kelayakan Sarana dan Prasarana Laboratorium Komputer Jurusan Teknik Otomasi Industri SMKN 2 Depok Yogyakarta Ditinjau dari Permendiknas No. 40 Tahun 2008 . Penelitian ini merupakan jenis penelitian evaluatif dengan menggunakan metode studi kasus. Subyek dalam penelitian ini adalah guru bidang praktik dengan Menggunakan Komputer dan penanggungjawab laboratorium komputer


(44)

gambar bangunan, sedangkan obyek penelitiannya adalah sarana dan prasarana di laboratorium komputer khususnya ditinjau dari luas ruang laboratorium komputer, perabot di ruang laboratorium komputer, peralatan pendidikan di ruang laboratorium komputer, media pendidikan dan perangkat lain yang berada di laboratorium komputer pada program keahlian teknik otomasi industri SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta. Metode pengumpulan data dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara. Instrumen penelitian menggunakan checklist yang digunakan pada saat observasi. Instrumen yang digunakan disesuaikan dengan criteriapada PERMENDIKNAS No. 40 Tahun 2008 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketercapaian kelayakan ditinjau dari luas ruang laboratorium komputer adalah 92,35% (sangat layak), perabot pada ruang laboratorium komputer 95% (sangat layak). Kelayakan ditinjau dari media pendidikan di ruang laboratorium komputer 100% (sangat layak), peralatan di ruang laboratorium komputer 78,57% (sangat layak), dan perangkat laindi ruang laboratorium komputer 55,58% (layak).

2. Penelitian Joko Landung (2010: 60) dalam penelitiannya yang berjudul “Evaluasi Sarana dan Prasarana Laboratorium Teknik Elektro SMK Piri 1 Yogyakarta” menyimpulkan bahwa tingkat relevansi laboratorium dasar teknik elektro berdasarkan standar minimal yang dipersyaratkan BSNP Di SMK Piri 1 Yogyakarta ditinjau dari masing-masing aspek yaitu luas laboratorium termasuk dalam kriteria yang kurang baik dengan persentase 50%. Aspek


(45)

sarana laboratorium dasar Teknik Elektro termasuk dalam kriteria sangat baik yaitu 87,50%. Aspek sarana ruang penyimpanan dan instruktur termasuk dalam kriteria baik yaitu 67,86%. Aspek jumlah alat praktik di laboratorium termasuk dalam kriteria baik yaitu sebesar 63,16%.

3. Penelitian Devi Tanjung Yogya Dwi Utomo pada Tahun 2011 yang berjudul “Kondisi Sarana dan Prasarana pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMP Negeri 1 Bantul”. Penelitian tersebut memiliki tujuan untuk mengetahui 1) Ketersediaan sarana prasarana sesuai standar Sekolah Bertaraf Internasional dan 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi sarana prasarana pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMP Negeri 1 Bantul.Pendekatan penelitian tersebut adalah kuantitatif dan bersifat deskriptif. Penelitian tersebut dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bantul. Sampel penelitiannya adalah 1 orang kepala SMP Negeri 1 Bantul, 1 Orang wakil kepala sekolah urusan sarana dan prasarana, dan 18 orang guru yang diberi tanggung jawab mengelola sarana dan prasarana di SMP Negeri 1 Bantul. Teknik pengumpulan data penelitian tersebut menggunakan metode angket atau kuisoner, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan persentase.Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) Ketersediaan sarana dan prasarana Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMP Negeri 1 Bantul menurut guru menunjukan rata-rata persentase (86%), dengan rincian sarana dan prasarana umum sangat lengkap dengan skor (81%), perpustakaan kondisinya sangat lengkap 94%, laboratorium IPA kondisinya sangat lengkap (85%), laboratorium bahasa kondisinya sangat lengkap (82%), laboratorium komputer kondisinya sangat


(46)

lengkap (89%), kantin kondisinya lengkap (80%), auditorium/ aula kondisinya sangat lengkap (82%), sarana dan prasarana olahraga kondisinya sangat lengkap (85%), pusat belajar dan riset guru/ ruang guru kondisinya sangat lengkap (88%),penunjang administrasi sekolah/ TU kondisinya sangat lengkap (90%), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) kondisinya sangat lengkap (87%), toilet kondisinya lengkap (76%), tempat bermain, kreasi dan rekreasi kondisinya sangat lengkap (88%), serta tempat ibadah kondisinya sangat lengkap (92%). 2) Faktor-faktor yang mepengaruhi kondisi sarana dan prasarana Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMP Negeri 1 Bantul menunjukan bahwa faktor penggunaan barang termasuk sangat baik (85%), factor pemeliharaan termasuk baik dengan skor (80%), dan faktor penyimpanan barang termasuk baik (77%).

Kesimpulan dari berbagai penelitian tersebut yaitu penelitian-penelitian tersebut mempunyai kesamaan yang sama yaitu bertujuan untuk menghitung suatu sub pokok bahasan yang berhubungan dengan sarana dan prasarana yang disesuaikan dengan acuan-acuan tertentu sehingga hasilnya sangat jelas dan mungkin dibutuhkan untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan sarana dan prasarana agar dalam hal perencanaan dapat dilakukan secara maksimal.

G. Kerangka Berpikir

Penelitian ini berawal dari upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional. Peralatan pendidikan merupakan salah satu faktor dalam peningkatan mutu pendidikan nasional. Sarana dan Prasana pendidikan merupakan hal penting dalam mendukung kelancaran proses belajar mengajar di


(47)

sekolah. Kondisi dan kebutuhan sarana dan prasarana merupakan hal yang harus diperhatikan dan dipenuhi karena merupakan kebutuhan peserta didik. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) 2013 yang menyatakan bahwa beberapa aspek sekolah khususnya SD harus sesuai dengan SPM 2013.

Sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan nasional. Perlu adanya pengaturan yang tepat agar dalam pencapaian tujuan tersebut bisa dilaksanakan secara efektif dan efisien. Peningkatan mutu pendidikan nasional tentu saja harus dimulai dari jenjang pendidikan yang paling dasar. Jenjang Pendidikan dasar merupakan tahapan pendidikan yang harus dilalui. mulai dari Sekolah Dasar (SD). Peralatan pendidikan sangat penting dalam kegiatan pembelajaran sebagai sarana penjelas dan memvisualisasikan konsep, gagasan atau pengertian tertentu yang terdiri dari: gambar-gambar anatomi, rangka badan, diagram, globe, peta dan lain sebagainya. Perlu adanya sistem yang matang dan akurat agar penyediaan dan penggunaan peralatan pendidikan untuk sekolah tidak terabaikan. Agar peralatan pendidikan bisa digunakan sebagaimana mestinya perlu adanya manajemen yang mengaturnya. Dalam teori manajemen sarana dan prasarana terdapat rangkaian kegiatan diantaranya adalah perencanaan, pengadaan, pengaturan, penggunaan, dan penyingkirian. Dalam manajemen sarana dan prasana, proses perencanaan yang matang dalam mengadakan peralatan pendidikan tidak lepas dari analisis kebutuhan, kegiatan ini dimaksudkan untuk melihat berapa jumlah kebutuhan peralatan pendidikan dalam lembaga atau ruang lingkup tertentu. Selanjutnya,


(48)

pada proses analisis kebutuhan tidak lepas dari proses identifikasi kondisi. Identifikasi kondisi sebagai proses menentukan atau menetapkan benda atau situasi tertentu untuk mendapatkan pemahaman yang tepat. Kondisi alat peraga dibandingkan kondisi barang dengan rasio standar sarana dan prasarana Peraturan Menteri (Permen) Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Menteri (Permen) Pendidikan nasional Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota. Pada Permen tersebut dijelaskan bahwa setiap sekolah harus dapat mencapai batas minimal kriteria yang ditetapkan, Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam perencanaan yang penganggaran Kabupaten/Kota diharapkan bisa dilaksanakan. Kemudian melalui perbandingan ini dapat ditentukan jumlah ketersediaan peralatan pendidikan setiap lembaga sekolah. Sehingga dapat diketahui kebutuhan peralatan pendidikan SD se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten.


(49)

Strategi/Cara Hasil

Identifikasi

Penilaian

Kebutuhan

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian Alat Peraga IPA SD

1. Memperhati kan Kondisi Barang 2. Menilai

Kelayakan Kondisi Barang 3. Menentukan

Kelompok Kondisi

1. Ketercapai an SPM 2013 Tentang Sarana dan Prasarana 2. Kebutuhan

Sarana dan Prasarana agar sesuai Kondisi Alat

Peraga IPA SD

Kondisi Alat Peraga IPA


(50)

G. Pertanyaan Penelitian

Dari kerangka konseptual di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Kondisi Alat Peraga IPA

a. Bagaimana analisis kondisi sarana dan prasarana SD khususnya alat peraga IPA se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten apabila ditinjau dari letak kelurahan dimana sekolah tersebut berada ?

b. Bagaimanaanalisis kondisi sarana dan prasarana SD khususnya alat peraga IPA se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten apabila dilihat dari akreditasi sekolah tersebut ?

2. Kebutuhan Alat Peraga IPA

a. Bagaimana analisis kebutuhan sarana dan prasarana SD khususnya alat peraga IPA se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten apabila ditinjau dari letak kelurahan dimana sekolah tersebut berada ?

b. Bagaimana analisis kondisi sarana dan prasarana SD khususnya alat peraga IPA se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten apabila dilihat dari akreditasi sekolah tersebut ?


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan jenis penelitian deskriptif. Pendekatankuantitatifdigunakanuntukperhitungankebutuhan sarana dan prasarana. Menurut Sugiyono (2010: 14-15), pendekatan penelitian terbagai menjadi dua yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang digunakan pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian dan anlisis data bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Kemudian penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dengan trianggulasi, analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi. Dengan pendekatan kuantitatif dan deskriptif diharapkan penelitian dapat menghasilkan hasil yang maksimal.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Hal ini berdasarkan pendapat Saifuddin Azwar (2010: 6) penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau bidang tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan kebutuhan sarana dan prasarana.Analisis deskriptif dapat memperjelas ulasan mengenai hasil penelitian.


(52)

B. Setting Penelitian

Penelitian dilakukan di UPTD Kecamatan Prambanan pada bulan Desember 2014 sampai Januari 2015 pada 31 SD di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten baik Negeri maupun Swasta dengan sample SD Negeri 1 Prambanan dan SD Negeri 1 Kebondalem Lor.

C. Objek Penelitian

Fokus permasalahan yang diteliti adalah kondisi dan kebutuhan alat peraga IPA yang disesuaikan dengan SPM 2013 yang berfokus pada tingkat ketercapaian sarana dan prasarana SD se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten.

D. Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian adalah data sekunder yang diperoleh dari UPTD Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten yaitu 31 SD di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten baik Negeri maupun Swasta. Sumber data yang digunakan berupa dokumen-dokumen sarana dan prasarana yang dimiliki UPTD Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dokumentasi dengan analisis data sekunder. Hal tersebut dikarenakan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini telah ada dan telah dihimpun oleh instansi,


(53)

sehingga peneliti hanya menghimpun data yang telah ada dari pihak instansi. Analisis data sekunder menurut Nanang Martono (2011: 113) yaitu penelitian yang dilakukan dengan memanfaatkan data yang sudah ada ataupun yang sudah matang yang dapat diperoleh pada instansi atau lembaga tertentu. Yang membedakan penelitian dengan analisis data sekunder dengan jenis lainnya adalah terkait sumber data dan pengolahannya. Jadi pada penelitian jenis analisis data sekunder peneliti tidak mengumpulkan data langsung dari lapangan melainkan menggunakan data yang telah dikumpulkan serta diolah oleh instansi atau lembaga pemerintah maupun swasta.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman dokumentasi (terlampir). Pedoman dokumentasi digunakan untuk membantu penulis mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan dan pertanggungjawaban keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Tahun anggaran 2013 dalam menentukan kriteria kondisi barang bisa menggunakan referensi tabel berikut :


(54)

Tabel 2. Referensi Kondisi Barang

Kode Kondisi Deskripsi

0 Tidak Ada yang Rusak baik

1 Kerusakan < 30% rusak ringan

2 Kerusakan 30% - 45% rusak sedang

3 Kerusakan 46% - 65% rusak berat

Bersumber dari referensi kriteria barang menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan dan pertanggungjawaban keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Tahun anggaran 2013 yang sudah dipaparkan diatas. Peneliti menentukan kriteria kembali untuk lebih memudahkan identifikasi kondisi peralatan pendidikan dengan merangkum dari dua sumber diatas yaitu dari Permen Dikbud RI No. 76 Tahun 2012 dan Spesifikasi Spesifikasi Teknis Alat Peraga Peralatan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Jenjang SD tahun 2013 turunan dari Permendikbud RI No. 79 Tahun 2013. Peneliti menentukan kriteria penilaian kondisi barang sesuai dejelaskan pada tabel berikut.


(55)

Tabel 3. Kriteria KondisiAlat Peraga Peralatan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

NO

JENIS PERALATAN PENDIDIKAN

INDIKATOR KONDISI PERALATAN PENDIDIKAN

BAIK Rusak Ringan Rusak Sedang Rusak Berat

1 Model

Kerangka Manusia

1. Tidak Ada yang Rusak 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji secara jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan lazim dan jelas

1. Kerusakan < 30% 2. Informasi

mengenai alat peraga tersaji lumayan jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan Cukup

lazim dan jelas

1. Kerusakan 30% -45% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

Kurang lazim dan jelas

1. Kerusakan 46% -65%

2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Sangat Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

Sangat Kurang lazim dan jelas

2 Model Tubuh Manusia

1. Tidak Ada yang Rusak 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji secara jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan lazim dan jelas

1. Kerusakan < 30% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji lumayan jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

Cukup lazim dan jelas

1. Kerusakan 30% - 45% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan Kurang lazim dan jelas

1. Kerusakan 46% - 65%

2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Sangat Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

Sangat Kurang lazim dan jelas

3 Globe 1. Tidak Ada

yang Rusak 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji secara jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan lazim dan jelas

1. Kerusakan < 30% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji lumayan jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

Cukup lazim dan jelas

1. Kerusakan 30% - 45% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan Kurang lazim dan jelas

1. Kerusakan 46% - 65%

2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Sangat Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

Sangat Kurang lazim dan jelas


(56)

NO

JENIS PERALATAN PENDIDIKAN

INDIKATOR KONDISI PERALATAN PENDIDIKAN

BAIK Rusak Ringan Rusak Sedang Rusak Berat 4 Model Tata

Surya

1. Tidak Ada yang Rusak 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji secara jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan lazim dan jelas

1. Kerusakan < 30% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji lumayan jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

Cukup lazim dan jelas

1. Kerusakan 30% - 45% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan Kurang lazim dan jelas

1. Kerusakan 46% - 65%

2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Sangat Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

Sangat Kurang lazim dan jelas

5 Cermin Cekung 1. Tidak Ada yang Rusak 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji secara jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan lazim dan jelas

1. Kerusakan < 30% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji lumayan jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

Cukup lazim dan jelas

1. Kerusakan 30% - 45% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan Kurang lazim dan jelas

1. Kerusakan 46% - 65%

2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Sangat Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

Sangat Kurang lazim dan jelas

6 Cermin

Cembung

1. Tidak Ada yang Rusak 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji secara jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan lazim dan jelas

1. Kerusakan < 30% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji lumayan jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

Cukup lazim dan jelas

1. Kerusakan 30% - 45% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan Kurang lazim dan jelas

1. Kerusakan 46% - 65%

2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Sangat Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

Sangat Kurang lazim dan jelas


(57)

NO

JENIS PERALATAN PENDIDIKAN

INDIKATOR KONDISI PERALATAN PENDIDIKAN

BAIK Rusak Ringan Rusak Sedang Rusak Berat 7 Cermin Datar 1. Tidak Ada

yang Rusak 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji secara jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan lazim dan jelas

1. Kerusakan < 30% 2. Informasi

mengenai alat peraga tersaji lumayan jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan Cukup

lazim dan jelas

1.Kerusakan 30% -45% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

Kurang lazim dan jelas

1. Kerusakan 46% -65%

2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Sangat Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

Sangat Kurang lazim dan jelas

8 Lensa Cekung 1. Tidak Ada yang Rusak 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji secara jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan lazim dan jelas

1. Kerusakan < 30% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji lumayan jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

Cukup lazim dan jelas

1. Kerusakan 30% - 45% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan Kurang lazim dan jelas

1. Kerusakan 46% - 65%

2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Sangat Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

Sangat Kurang lazim dan jelas

9 Lensa

Cembung

1. Tidak Ada yang Rusak 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji secara jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan lazim dan jelas

1. Kerusakan < 30% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji lumayan jelas, benar dan mutakhir

3. Pewarnaan Cukup lazim dan jelas

1. Kerusakan 30% - 45% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan Kurang lazim dan jelas

1. Kerusakan 46% - 65%

2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Sangat Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

Sangat Kurang lazim dan jelas


(58)

NO

JENIS PERALATAN PENDIDIKAN

INDIKATOR KONDISI PERALATAN PENDIDIKAN

BAIK Rusak Ringan Rusak Sedang Rusak Berat 10 Magnet Batang 1. Tidak Ada

yang Rusak 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji secara jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

lazim dan jelas

1. Kerusakan < 30% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji lumayan jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan Cukup lazim dan jelas 1. Kerusakan 30% - 45% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan Kurang lazim dan jelas 1. Kerusakan 46% - 65% 2. Informasi

mengenai alat peraga tersaji Sangat Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

Sangat Kurang lazim dan jelas 11 Poster IPA

Metamorfosis

1. Tidak Ada yang Rusak 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji secara jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

lazim dan jelas

1. Kerusakan < 30% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji lumayan jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan Cukup lazim dan jelas 1. Kerusakan 30% - 45% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan Kurang lazim dan jelas

1. Kerusakan 46% - 65%

2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Sangat Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

Sangat Kurang lazim dan jelas 12 Poster IPA

Hewan Langka

1. Tidak Ada yang Rusak 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji secara jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan lazim dan jelas

1. Kerusakan < 30% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji lumayan jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan Cukup lazim dan jelas 1. Kerusakan 30% - 45% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan Kurang lazim dan jelas

1. Kerusakan 46% - 65%

2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Sangat Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

Sangat Kurang lazim dan jelas


(59)

NO

JENIS PERALATAN PENDIDIKAN

INDIKATOR KONDISI PERALATAN PENDIDIKAN

BAIK Rusak Ringan Rusak Sedang Rusak Berat 13 Poster IPA

Hewan Dilindungi

1. Tidak Ada yang Rusak 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji secara jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

lazim dan jelas

1. Kerusakan < 30% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji lumayan jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan Cukup lazim dan jelas 1. Kerusakan 30% - 45% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan Kurang lazim dan jelas

1. Kerusakan 46% - 65%

2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Sangat Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

Sangat Kurang lazim dan jelas

14 Poster IPA Tanaman Khas Indonesia

1. Tidak Ada yang Rusak 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji secara jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan lazim dan jelas

1. Kerusakan < 30% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji lumayan jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan Cukup lazim dan jelas 1. Kerusakan 30% - 45% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan Kurang lazim dan jelas

1. Kerusakan 46% - 65%

2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Sangat Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

Sangat Kurang lazim dan jelas 15 Poster IPA

Contoh Ekosistem

1. Tidak Ada yang Rusak 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji secara jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan lazim dan jelas

1. Kerusakan < 30% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji lumayan jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan Cukup lazim dan jelas 1. Kerusakan 30% - 45% 2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan Kurang lazim dan jelas

1. Kerusakan 46% - 65%

2. Informasi mengenai alat peraga tersaji Sangat Kurang jelas, benar dan mutakhir 3. Pewarnaan

Sangat Kurang lazim dan jelas


(60)

G. Keabsahan Data

Menurut Gunawan Sudarmanto (2005: 77), agar instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat berfungsi dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan maka instrumen tersebut harus valid dan reliable. Instrumen dinyatakan valid apabila mengukur apa yang hendak diukur dengan tepat, sedangkan instrumen dinyatakan reliable apabila instrumen dibuat dapat digunakan beberapa kali untuk mengukur yang sama dengan hasil yang konsisten. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Penentuan alat ukur validitas ini biasanya dapat juga didasarkan pada para ahli. Ahli yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing skripsi. Data yang diperoleh adalah data sekunder yang dilokasi yaitu UPTD Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten sehingga data tersebut valid dan reliable.

H. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2008: 104), analisis data merupakan menerjemahkan secara sistematis dari hasil pengumpulan data untuk meningkatkan pemahaman terhadap objek yang sedang diteliti. Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan teknik persentase. Tahapan analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut.

1. Mengumpulkan data sekunder yang sudah diperoleh.

2. Menghitung jumlah ketersediaan alat peraga IPA, hal ini untuk mengungkap kuantitas alat peraga IPA.


(61)

3. Untuk mengungkap kualitas alat peraga IPA, dilakukan pengelompokan dan menghitung jumlah alat peraga IPA tersedia pada setiap golongan kondisi alat peraga IPA.

4. Setelah digolongkan, dilanjutkan dengan menghitung jumlah alat peraga IPA yang tergolong pada kondisi baik, rusak ringan, rusak sedang, dan rusak berat, selanjutnya dibandingkan dengan jumlah yang seharusnya ada sesuai SPM 2013. Hal ini dikarenakan peneliti hanya menganggap alat peraga IPA masih layak digunakan apabila berada pada kondisi baik.Selain dalam kondisi baik, alat peraga IPA yang tergolong pada kondisi rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat tidak layak digunakan.

5. Tahap selanjutnya yaitu menghitung selisih antara jumlah alat peraga IPA yang berada pada kondisi baik, rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat dengan jumlah barang yang seharusnya ada sesuai SPM 2013. Untuk selanjutnya ketersediaan alat peraga IPA yang dalam kondisi baik, rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat tersebut dihitung persentasenya dengan rumus sebagai berikut :

ܲ ൌ௙ݔͳͲͲΨ (Anas Sudijono, 2012: 43)

Keterangan : P = Angka persentase

F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya (jumlah alat peraga IPA yang tergolong pada kondisi baik, rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat)


(62)

N = Jumlah frekuensi (jumlah alat peraga IPA yang seharusnya ada sesuai peraturan)

Melalui tahapan analisis data kuantitatif tersebut bisa menggambarkan nilai persentase ketercukupan alat peraga IPA di lembaga sekolah. Sehingga pihak sekolah atau dinas pendidikan bisa menggunakannya sebagai acuan dalam melakukan pengadaan barang. Selain itu sekolah atau dinas pendidikan bisa menggunakan penelitian ini sebagai model dalam melakukan proses perencanaan pengadaan sarana dan prasarana.


(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Setting Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan studi dokumentasi untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan alat peraga IPA untuk menunjang penerapan standar pelayanan minimal (SPM) 2013 di SD se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. Setiap SD akan lebih efektif dalam memberikan ilmu pembelajaran kepada siswa apabila memiliki kelengkapan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh setiap sekolah. Penelitian ini menyoroti persebaran alat peraga IPA di Kecamatan Prambanan menurut letak kelurahan dimana sekolah tersebut berada dan akreditasi sekolah. Sebenarnya mengenai status sekolah juga akan dilihat akan tetapi karena data yang terkumpul hanya SD yang berstatus negeri maka peninjauan menurut status sekolah ditiadakan.

Penelitian ini berlokasi di SD se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten dengan 16 Kelurahan yaitu Tlogo, Bugisan, Joho, Brajan, Sengon, Kemudo, Taji, Sanggrahan, Geneng, Kokosan, Cucukan, Randusari, Pereng, Kotesan, Kebondalem Lor, dan Kebondalem Kidul.Persebaran SD di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten cukup merata di setiap kelurahannya. Dari 31 SD yang berada di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten, rata-rata ada 2 SD per kelurahan, hanya beberapa kelurahan yang memiliki 1 atau 3 SDdi kelurahan tersebut. Untuk akreditasi sekolah, SD se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten memiliki akreditasi sekolah A dan B. Persebaran SD yang berada di


(64)

Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten jika dilihat di kelurahan mana SD tersebut berada dan akreditasi sekolahsebagai berikut.

Tabel 4. Kondisi SD di Kecamatan Prambanan

Selain rincian mengenai letak SD yang ditinjau dari kelurahan dimana sekolah tersebut berada, akreditasi sekolah juga perlu ditinjau untuk mengetahui persebaran alat peraga IPA yang berada di sekolah. Akreditasi sekolah merupakan status untuk mengetahui kualitas sekolah dalam menjalankan proses belajar mengajar dan hal-hal yang bersangkutan dengan pembelajaran. Berdasarkan data yang dihimpun dari UPTD Pendidikan Kecamatan Prambanan jumlah SD di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten adalah 31sekolah baik itu SD negeri maupun swasta. SD yang memiliki akreditasi A sejumlah 12 sekolah dan yang memiliki akreditasi B sejumlah 19 sekolah. Akan tetapi data yang masuk ke

Jumlah Negeri Swasta A B Sekolah

1 Tlogo 3 0 2 1 3

2 Bugisan 2 0 1 1 2

3 Joho 2 0 0 2 2

4 Brajan 2 0 2 0 2

5 Sengon 2 0 2 0 2

6 Kemudo 2 0 2 0 2

7 Taji 2 0 2 0 2

8 Sanggrahan 2 0 0 2 2

9 Geneng 2 0 0 2 2

10 Kokosan 2 0 0 2 2

11 Cucukan 2 0 0 2 2

12 Randusari 2 0 0 2 2

13 Pereng 1 1 0 2 2

14 Kotesan 1 0 0 1 1

15 Kebondalem Lor 2 0 1 1 2

16 Kebondalem Kidul 1 0 0 1 1

Jumlah 30 1 12 19 31


(65)

UPTD Pendidikan kecamatan Prambanan hanya 30 sekolah dikarenakan ada satu SD swasta yang baru dibangun dan belum memiliki data yang lengkap. Jadi, dapat disimpulkan bahwa lokasi penelitian adalah sejumlah 30 SD yang berstatus negeri yang berada di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten.

B. Kondisi Alat Peraga IPA

Kondisi Alat peraga IPA di SD se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten harus diteliti lebih mendalam. Hal tersebut harus dilakukan karena hanya kondisi alat peraga IPA dalam kondisi baik yang dapat digunakan untuk mendukung proses belajar mengajar di SD. Jumlah alat peraga IPA untuk SD yang berada di Kecamatan Prambanan hanya ada 367 buah alat peraga IPA dan masih memiliki kondisi yang berbeda-beda, ada yang dalam kondisi baik (100%), rusak ringan (75%), rusak sedang (50%), dan rusak berat (25%). Dengan kondisi alat peraga IPA yang berbeda-beda tersebut pendataan kondisi alat peraga IPA sangat diperlukan untuk mengetahui seberapa banyak kebutuhan alat peraga IPA yang dibutuhkan oleh SD se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten agar sesuai dengan SPM 2013.

C. Analisis Data

Data ini diperoleh melalui studi dokumentasi menggunakan analisis data sekunder yang melihat lebih mendalam mengenai kondisi alat peraga IPA SD se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten yang berada di UPT Pendidikan Kecamatan Prambanan. Kepemilikan alat peraga IPA utnuk SD yang hanya 56%


(66)

harus ditindak lanjuti karena tidak semua kondisi alat peraga tersebut dalam kondisi baik. Pengambilan data penelitian ini dibantu oleh staf UPT Pendidikan Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten bagian pengelolaan sarana dan prasarana serta pengawas sekolah yang membantu memberikan keterangan apabila data sulit dipahami. Data yang dijadikan identifikasi diperoleh melalui lembar observasi, meliputi kepemilikan alat peraga IPA, kondisi alat peraga IPA, dan jumlah alat peraga IPA yang berada di setiap SD.

D. Kebutuhan Alat Peraga IPA

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan mengenai kondisi alat peraga IPA SD se-Kecamatan Prambanan dapat diketahui bahwa masih banyak SD yang membutuhkan alat peraga IPA dalam kondisi baik. Hal tersebut terlihat dari banyaknya alat peraga IPA yang mengalami kerusakan walaupun jumlah kepemilikan alat peraga tersebut cukup banyak. Banyaknya alat peraga IPA yang tersebar di SD seharusnya dapat dirawat dengan baik sehingga alat peraga IPA tersebut dapat digunakan. Dengan banyaknya alat perga IPA untuk SD yang mengalami kerusakan maka penambahan alat peraga IPA untuk SD harus segera dilakukan agar SD di Kecamatan Prambanan memiliki alat peraga IPA yang sesuai SPM 2013 sehingga proses belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan baik.


(1)

Tabel 100. Kebutuhan Alat Peraga IPA Jenis Poster IPA Tanaman Khas Indonesia di SD se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten

Keterangan : BK = Baik

RR = Rusak Ringan RS = Rusak Sedang RB = Rusak Berat

Tabel 101. Kebutuhan Alat Peraga IPA Jenis Poster IPA Tanaman Khas Indonesia di SD se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten

Keterangan : BK = Baik

RR = Rusak Ringan RS = Rusak Sedang

Jumlah

Sekolah BK RR RS RB Jml

1 Tlogo 3 1 0 0 0 1

2 Bugisan 2 3 0 0 0 3

3 Joho 2 1 0 0 0 1

4 Brajan 2 0 0 2 0 2

5 Sengon 2 0 0 0 0 0

6 Kemudo 2 0 0 0 1 1

7 Taji 2 0 1 0 0 1

8 Sanggrahan 2 1 0 0 0 1

9 Geneng 2 0 0 0 0 0

10 Kokosan 2 0 0 0 0 0

11 Cucukan 2 0 0 0 0 0

12 Randusari 2 0 0 0 0 0

13 Pereng 1 0 0 0 0 0

14 Kotesan 1 0 0 0 0 0

15 Kebondalem Lor 2 1 0 0 0 1

16 Kebondalem Kidul 1 0 0 0 0 0

Total 30 7 1 2 1 11

SPM 3 2 2

No Kelurahan Kondisi Alat Standar

2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 30 2 -1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 23 Kebutuhan 2 2 1 1 1

Jumlah

Sekolah BK

RR

RS

RB

Jml

A

12

2

1

2

1

6

B

18

5

0

0

0

5

Total

30

7

1

2

1

11

Akreditasi

Kondisi Alat

Standar

SPM

12

18

30

Kebutuhan

10

13

23


(2)

204

Tabel 102. Kebutuhan Alat Peraga IPA Jenis Poster IPA Contoh Ekosistem di SD se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten

Keterangan : BK = Baik

RR = Rusak Ringan RS = Rusak Sedang RB = Rusak Berat

Tabel 103. Kebutuhan Alat Peraga IPA Jenis Poster IPA Contoh Ekosistem di SD se-Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten

Keterangan : BK = Baik

RR = Rusak Ringan RS = Rusak Sedang RB = Rusak Berat

Jumlah

Sekolah BK RR RS RB Jml

1 Tlogo 3 1 0 0 0 1

2 Bugisan 2 1 0 0 0 1

3 Joho 2 1 0 0 0 1

4 Brajan 2 0 0 0 0 0

5 Sengon 2 1 0 0 0 1

6 Kemudo 2 0 0 0 1 1

7 Taji 2 0 1 0 0 1

8 Sanggrahan 2 1 0 0 0 1

9 Geneng 2 0 0 0 0 0

10 Kokosan 2 0 0 0 0 0

11 Cucukan 2 0 0 0 0 0

12 Randusari 2 1 0 0 0 1

13 Pereng 1 0 0 0 0 0

14 Kotesan 1 0 0 0 0 0

15 Kebondalem Lor 2 0 2 0 0 2

16 Kebondalem Kidul 1 0 0 0 0 0

Total 30 6 3 0 1 10

SPM 3 2 2

No Kelurahan Kondisi Alat Standar

2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 30 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 24 Kebutuhan 2 1 1 1 2

Jumlah

Sekolah BK

RR

RS

RB

Jml

A

12

2

3

0

1

6

B

18

4

0

0

0

4

Total

30

6

3

0

1

10

Akreditasi

Kondisi Alat

Standar

SPM

12

18

30

Kebutuhan

10

14

24


(3)

LAMPIRAN 5


(4)

206

Contoh Alat Peraga IPA 1. Model Tubuh Manusia


(5)

3. Lensa Cembung


(6)

208 5. 1 Set Alat Peraga IPA