spm 2013 spm 2013

(1)

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Provinsi Gorontalo dibentuk berdasarkan Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Gorontalo. Wilayah administrasi Provinsi Gorontalo pada awal terbentuknya memiliki 2 (dua) kabupaten dan 1 (satu) kota, yaitu Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo dan Kota Gorontalo. Selanjutnya pada tahun 2003, berdasarkan Undang-undang RI Nomor 6 Tahun 2003 terbentuk Kabupaten Pohuwato dan Bone Bolango. Pada tahun 2007 berdasarkan Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2007 terbentuk Kabupaten Gorontalo Utara. Dengan demikian sampai dengan tahun 2012 wilayah adiministrasi Provinsi Gorontalo menjadi 5 (lima) kabupaten dan 1 (satu) kota.

Luas Wilayah Provinsi Gorontalo 12.215.44 KM2 atau seluas 0,63 persen dari luas wilayah Indonesia. Batas administrasi Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Utara dan sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah. Jumlah Penduduk Provinsi Gorontalo berdasarkan Data Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo Tahun 2011 sebanyak 1.040.164 orang dengan laju pertumbuhan penduduk 2,28 persen pertahun.

Perekonomian Provinsi Gorontalo menunjukan Performa pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu 2011 mencapai 7,68 % atau berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional dengan PDRB per kapita mencapai Rp. 8.612.114,00. Kontribusi PDRB didominasi oleh sektor pertanian (29,59%), sektor jasa-jasa (27,52%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (10,31%), sektor keuangan, perumahan, dan jasa perusahaan (10,19%). Sementara sektor lainnya hanya memberikan sumbangan kurang dari 10%. (Anonimous, 2012).

Pertumbuhan ekonomi yang dipengaruhi oleh pembangunan infrastruktur dasar, peningkatan daya beli masyarakat, penurunan angka kemiskinan, dan berkembangnya investor yang berinvestasi di Provinsi Gorontalo. Namun demikian tantangan yang terbesar perlu menjadi perhatian adalah ketersediaan SDA, dan daya dukung, daya tampung lingkungan.


(2)

I-2

Selama kurun waktu 2001 sampai dengan 2012, degradasi lingkungan dan bencana alam terjadi dibeberapa wilayah Provinsi Gorontalo. Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan sejak terbentuk SKPD yang berwenang menangani permasalahan lingkungan hidup pada tahun 2004, akan tetapi laju pencemaran dan kerusakan lingkungan ini belum optimal dapat ditangani SKPD yang berwenang di bidang lingkungan hiddup, baik pada tataran kabupaten/kota maupun di tingkat provinsi.

Undang - undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai payung dasar sekaligus acuan bagi Pemerintah Daerah untuk melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup. Disamping itu penetapan jenis dan target pelayanan bidang lingkungan hidup melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 19 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota serta Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 20 Tahun 2008 tentang Juknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi maka, akan jelas bagi Pemerintah Daerah Provinsi, kabupaten/kota untuk melaksanakan jenis pelayanan minimal di bidang lingkungan hidup.

Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) ini bukan berarti

menghapuskan kewajiban daerah untuk melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup lainnya, karena SPM hanya sebagian kecil kewajiban dan tanggungjawab yang diemban pemerintah, masih ada kewajiban dan tanggung jawab lain seperti yang dicantumkan dalam PP 38/2007.

Pemanfaatan sumber daya alam diharapkan dapat memacu pembangunan daerah di lain pihak juga diharapkan lestari sehingga pembangunan dapat berkelanjutan. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang tidak dilakukan sesuai dengan daya dukungnya dapat menimbulkan krisis pangan, krisis air, krisis energi dan kerusakan lingkungan. Sumberdaya alam di Provinsi Gorontalo saat ini menghadapi tantangan dan tekanan yang semakin kuat.

Beberapa permasalahan lingkungan hidup di Provinsi Gorontalo yang harus segera ditangani adalah kerusakan Danau Limboto, penurunan kualitas air sungai dan danau akibat erosi, penambangan emas tanpa izin (PETI), perusakan hutan dan lahan, kerusakan terumbu karang dan mangrove, rendahnya tingkat ketaatan kegiatan dan atau usaha untuk melakukan upaya pengelolaan lingkungan, kebersihan dan kehijauan kota (clean and green city) yang belum


(3)

I-3

merata antar Kabupaten/Kota, kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan hidup masih rendah, longsor dan banjir yang terjadi setiap tahun.

Gambar 1.2. Danau Limboto di desa Hutuo tahun 2012.

Danau Limboto yang merupakan salah satu ‘landmark’ ekosistem Provinsi Gorontalo sudah dalam kondisi kritis. Danau ini terletak di DAS sungai Bone Bolango, berada di ketinggian 4,5 m diatas permukaan laut (dpl) dan memiliki luas ± 3000 ha (penelitian tahun 2002). Penelitian terdahulu pada tahun 1962 melaporkan luas Danau Limboto jauh lebih besar yakni 4250 ha. Ini merupakan sebuah degradasi ekosistem yang sangat memprihatinkan.

Danau Limboto yang dikelilingi oleh 5 (lima) Kecamatan dan muara dari 5 sungai besar setiap tahun mengalami penyusutan luas dan pendangkalan. Penyebab utamanya adalah kurangnya air yang tertahan dan sedimentasi akibat penggundulan hutan di bagian hulu. Berbagai aktivitas masyarakat di sekitar dan di dalam kawasan danau mengancam dan memperburuk kelestarian fungsi danau terutama illegal logging, penimbunan sampah, dan illegal fishing. Sementara itu sebagian wilayah permukaan danau sudah ditempati oleh masyarakat. Hasil monitoring kualitas air danau menunjukkan beban pencemaran organik yang tinggi seperti terlihat pada kandungan oksigen terlarut pada air danau berkisar 1,7 mg/l s.d. 5,9 mg/l. Hasil pengukuran kualitas air danau limboto oleh BALIHRISTI bekerjasama dengan PUSARPEDAL-Kementerian Negara Lingkungan Hidup menunjukkan bahwa tiga parameter kimia kadarnya telah berada diatas baku mutu kelas II Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 di seluruh lokasi yang di pantau yaitu: sulfida, fenol,dan oksigen terlarut. Semakin luasnya tutupan gulma eceng gondok di permukaan air danau menjadi pencemar biologis yang semakin mempercepat pendangkalan danau Limboto.


(4)

I-4

Pencemaran kimiawi dan biologis, okupasi wilayah danau oleh masyarakat, serta penangkapan dan budidaya ikan yang tidak ramah lingkungan masih terus berlangsung. Akibatnya fungsi-fungsi ekologis, ekonomis, dan sosial dari danau tidak optimal. Masalah-masalah yang ada ini jika tidak segera ditangani, maka diperkirakan kurang dari 25 tahun ke depan Danau Limboto akan punah. Fungsi-fungsi danau akan hilang seperti sumberdaya perikanan air tawar bagi penduduk sekitarnya dan sebagai penyangga kehidupan dan tata air bagi masyarakat di bantaran sungainya.

Provinsi Gorontalo memiliki banyak sungai kecil dan besar. Diantaranya yang utama adalah Sungai Bone, Sungai Bolango, Sungai Paguyaman, Sungai Buladu, dan Sungai Taluduyunu. Beberapa diantara sungai-sungai ini telah mengalami pencemaran mulai dari tercemar ringan sampai tercemar sedang. Kerusakan sungai berupa sedimentasi akibat berbagai kegiatan di segmen hulu seperti peladangan yang berpindah-pindah, pembuangan limbah domestik dari pemukiman yang padat di daerah sempadan sungai, dan kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI). Masyarakat di sekitar sungai masih membuang limbah rumah tangga dan limbah

kegiatan PETI langsung ke badan air mengakibatkan turunnya kualitas air sungai. Hal ini tampak dari peningkatan kadar Hg, BOD, COD, E. coli dan Colifom. Selain faktor tersebut di atas untuk Sungai Paguyaman penurunan kualitas sungai juga disebabkan aliran limbah dari Pabrik Gula PT. Tolangohula.

Gambar 1.3. Sungai Bone dilihat dari Jembatan Gantung Tulabolo (Balihristi 2011).


(5)

I-5

Berdasarkan hasil perhitungan Status Mutu Air Tahun 2012 untuk baku mutu air kelas II dengan

menggunakan Metode Indeks Pencemaran, Sungai Paguyaman pada bagian hulu Cemar Sedang, bagian tengah Cemar Ringan dan bagian hilir Cemar Ringan. Sementara itu

Sungai Biyonga yang menjadi sumber air minum (ABAM) bagi masyarakat Kabupaten Gorontalo memiliki Status Mutu air yaitu pada bagian hulu Cemar Ringan, bagian tengah Cemar Ringan dan bagian hilir Cemar Ringan sedangkan

Sungai Bone memiliki Status Mutu air yaitu pada bagian hulu Cemar Ringan, bagian tengah Cemar Ringan dan bagian hilir Cemar Ringan, juga sungai ini telah mengalami pendangkalan akibat sedimentasi di bagian hulu hingga hilir sehingga sering menimbulkan banjir di Kota Gorontalo yang berada pada kawasan rendah di bagian hilirnya. Di bagian muara terbentuk delta yang meluas sehingga menganggu aktifitas pelabuhan di Kota Gorontalo.

Pada bagian lain di Kabupaten Goronyalo, Sungai Totopo sesuai hasil penelitian Badan Penelitian, Pengembangan, dan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Balitbangpedalda) Propinsi Gorontalo pada Tahun 2005 menyimpulkan bahwa Sungai Totopo di Bumela telah tercemar logam berat Merkuri (Hg) yang diakibatkan oleh kegiatan PETI. Kandungan Merkuri pada sampel air mencapai 0,010 mg/l, melebihi ambang batas kandungan Merkuri yang dipersyaratkan pada PP 82 diakibatkan oleh kegiatan PETI yaitu 0,002 mg/l. Penelitian lain yang dilakukan oleh Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Institut Teknologi Bandung (ITB) Tahun 2006 menyimpulkan bahwa 2 (dua) sungai lainnya di Provinsi Gorontalo, yaitu: Sungai Motomboto dan Mopuya di Kecamatan Suwawa dan Bone Pantai yang juga telah tercemar logam Merkuri/air raksa (Hg).

Pada kualitas tanah umumnya tanah kritis di Provinsi Gorontalo adalah lahan yang tidak pernah digunakan karena keadaan fisik tanah curam, lalu


(6)

I-6

menjadi tempat aktivitas penambangan galian C, berupa pasir gunung dan produksi batu bata. Beberapa penduduk masih melaksanakan aktifitas pertanian secara intensif dilahan-lahan kritis tanpa adanya perlakuan konservasi. Hal ini berimplikasi kerusakan lingkungan khususnya bentangan lahan di daerah tersebut dan dampak negatif bagi daerah di bawahnya. Secara umum, lahan kritis merupakan salah satu indikator adanya degradasi lingkungan, sebagai akibat dari berbagai jenis pemanfaatan sumberdaya lahan yang kurang bijaksana di dalam Unit Daerah Aliran Sungai (DAS). Lahan kritis yang terdapat di dalam suatu DAS, sebagaimana karakter dari ruang DAS itu sendiri disamping mempunyai dampak lokal yaitu produktivitas lahan dan kesejahteraan masyarakat rendah, juga mempunyai efek eksternal seperti kejadian banjir, tanah longsor dan rusaknya berbagai fasilitas publik di bagian hilir.

Kejadian bencana alam yang sering terjadi di Provinsi Gorontalo adalah banjir. Lokasi yang terparah adalah wilayah Kota Gorontalo. Masalah utama terjadi bencana banjir setiap tahun di Kota Gorontalo yaitu adalah penyusutan dan pendangkalan sebagian besar daerah di Danau Limboto lalu beralih menjadi pemukiman dan lahan pertanian, dan kerusakan pada DAS Bolango- Bone.

Masalah sampah masih menjadi persoalan yang tiada hentinya. Pertambahan penduduk dan arus urbanisasi yang pesat telah menyebabkan timbulan sampah pada perkotaan semakin tinggi dan harus dikelola setiap hari. Di satu sisi kemampuan pemerintah rendah sementara di sisi lain kesadaran masyarakat juga rendah. Bahkan sebagian masyarakat menganggap bahwa masalah sampah tanggung jawab pemerintah semata. Sebagian masyarakat juga beranggapan sampah bukanlah masalah bila tidak berada di sekitarnya. Walaupun pemerintah Daerah Kota Gorontalo telah memberikan pelayanan dengan memungut retribusi sampah yang rendah namun kesadaran masyarakat dapat dikatakan masih belum optimal mengenai masalah sampah. Pengangkutan sampah ke TPA juga terkendala jumlah kendaraan yang kurang mencukupi dan kondisi peralatan yang sudah tua. Masalah lainnya adalah pengelolaan TPA yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang ramah lingkungan dan belum diterapkannya pendekatan reduce, reuse dan recycle (3 R).

Luas keseluruhan ruang terbuka hijau, baik Taman Kota maupun Hutan Kota yang ada di Kota Gorontalo sesuai dengan Profil Kota sebesar 8,39 Ha yang terdiri atas : Taman Kota berjumlah 21 buah dan yang dinilai hanya satu yaitu Taman Taruna Remaja karena taman ini dapat diakses oleh masyarakat umum


(7)

I-7

sedangkan yang lain hanya merupakan pemanfaatan ruang sudut-sudut kota. Kawasan Hutan Kota sebagaimana SK Walikota No. 359 Tahun 2004 Tentang Penetapan Kawasan Hutan Kota di Kota Gorontalo. Dampak positif atau manfaat ruang terbuka hijau antara lain penambahan O2, penambahan kelembaban udara dan peningkatan kelestarian air. Manfaat regulatif terdiri atas penurunan suhu, meredam kebisingan, memperkecil silau cahaya, perlindungan tanah, mengurangi polusi udara dan menjaga kondisi lingkungan dan manfaat fisiologi antara lain berupa keindahan serta kesehatan fisik dan mental manusia. manfaat hutan kota disamping manfaat yang bersifat ekonomis juga ada manfaat yang bersifat non ekonomis. Manfaat yang bersifat ekonomis misalnya dengan dikembangkan dan terwujudnya hutan kota, maka dapat menarik wisatawan baik domestik maupun asing untuk menikmatinya. Sedangkan manfaat yang bersifat non ekonomis misalnya dapat menambah keindahan kota, penangkal gangguan alam, penangkal polusi, sarana kesahatan, olah raga, rekreasi dan wisata serta sebagai daerah resapan air

Masih rendahnya kesadaran masyarakat dan para pemangku kepentingan dalam pengelolaan lingkungan terlihat dengan masih kentalnya persepsi bahwa pengelolaan lingkungan hidup merupakan tugas dan tanggung jawab dari institusi lingkungan saja. Padahal pengelolaan lingkungan hidup pada dasarnya merupakan tangung jawab semua pihak dan harus terintegrasi dengan setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh semua instansi pemerintah, industri, dan masyarakat. Disamping itu bagi dunia usaha masih ada anggapan bahwa pengelolaan lingkungan hidup sebagai penambahan beban biaya dan belum diinternalisasikan sebagai komponen biaya yang merupakan bagian dari biaya produksi barang/jasa yang dihasilkan. Berlakunya Otonomi Daerah juga menyebabkan pembangunan daerah lebih dititikberatkan pada pertumbuhan sektor ekonomi yang berorientasi jangka pendek. Pembangunan bidang lingkungan hidup dipandang lebih berorientasi jangka panjang. Kondisi tesebut menyebabkan program-program pengelolaan lingkungan hidup dinomorduakan dan kalah dari program lain karena sering diangap mempunyai dampak yang tidak langsung tehadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berangkat dari hal tersebut diatas, maka Pemerintah Provinsi Gorontalo memandang bahwa pelayanan bidang lingkungan kepada masyarakat sudah menjadi keharusan sehingga lebih diperhatikan dan ditingkatkan sesuai kondisi daerah serta tetap memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku.


(8)

I-8

B. DASAR HUKUM

1.

Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

2.

Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

3.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

4.

PP Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

5.

PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

6.

PP Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) umum.

7.

PP Nomor 79 Tahun 2005 Tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

8.

Permedagri Nomor 79 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (RP-SPM).

9.

Permen LH Nomor 19 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

10.

Permen LH Nomor 20 Tahun 2008 tentang Juknis Standar Pelayanan Minimal Bidang LH Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

C. KEBIJAKAN UMUM

Periode kepemimpinan 2012-2017 telah menetapkan visi dan misi Provinsi Gorontalo sebagai landasan dalam melaksanakan pembangunan. Visi Provinsi Gorontalo adalah “ Terwujudnya Percepatam Pembangunan Berbagai Bidang serta Peningkatan Ekonomi Masyarakat yang Berkeadilan di Provinsi Gorontalo”. dengan Misi yaitu:

1. Meningkatkan ekonomi atas dasar optimalisasi potensi kewilayahan, mendorong laju investasi, percepatan pembangunan infrastruktur pedesaan, sekaligus mengembangkan potensi unggulan dengan mengakselerasi secara cerdas terhadap pencapaian kesejahteraan rakyat.

2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia melalui pendekatan kesesuaian keahlian serta pemenuhan mutu kualitas penyelenggaraan Pendidikan dan Kesehatan.


(9)

I-9

3. Mengembangkan manajemen pengelolaan potensi sumber daya Kelautan, Pertanian, Peternakan, kehutanan, Danau Limboto dan potensi lingkungan lainnya yang lebih baik, saling terintegrasi serta lestari demi kepentingan kemakmuran masyarakat.

4. Mengembangkan nilai-nilai religi, dalam kehidupan beragama yang rukun penuh kesejukan sekaligus memelihara keragaman budaya. Serta memperkuat peran Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan terhadap anak, termasuk issue kesetaraan Gender dalam Pembangunan.

5. Menciptakan sinergitas diantara Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota di Gorontalo dalam kaidah otonomi daerah sekaligus untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik, menurunkan angka kemiskinan serta menjalankan sistem tata pemerintahan yang baik dalam rangka reformasi birokrasi.

Dalam rangka mewujudkan visi misi tersebut, maka telah ditetapkan 10 Tujuan Pembangunan Provinsi Gorontalo Tahun 2012-2017:

1. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Daerah;

2. Menyediakan infrastruktur untuk Percepatan Pembangunan Daerah; 3. Meningkatkan Kualitas Pendidikan;

4. Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat;

5. Mengelola SDA dan Lingkungan untuk Kesejahteraan Masyarakat; 6. Peningkatan Kesejahteraan Sosial Masyarakat;

7. Memelihara Keragaman Agama dan Budaya;

8. Meningkatkan Peran Perempuan dan Kualitas Hidup anak;

9. Mengembangkan Good Governance dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

10. Pengentasan Kemiskinan.

D. ARAH KEBIJAKAN

Permasalahan Lingkungan Hidup di Provinsi Gorontalo dikelola melalui Bidang Lingkungan Hidup pada Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi Informasi (BALIHRISTI). BALIHRISTI Provinsi Gorontalo merupakan salah satu SKPD yang membantu tugas Gubernur dalam bidang pengendalian dampak lingkungan hidup, riset dan pengembangan teknologi informasi sesuai visi dan misi yang diembannya dalam rangka mewujudkan Visi Misi Provinsi Gorontalo.


(10)

I-10

Visi BALIHRISTI dalam mendukung tercapainya visi Pemerintah Provinsi Gorontalo adalah Good Environmental Governance 2017, Kemandirian Teknologi Spesifik 2015, Electronic Government 2017 (Gorontalo, Pemerintahan yang amanah berwawasan lingkungan)”.

Misi BALIHRISTI dalam mendukung tercapainya Misi Pemerintah Provinsi Gorontalo yaitu:

1. Mewujudkan Pemerintahan yang berwawasan lingkungan tahun 2017 (Good Environmental Governance 2017) melalui inovasi pengelolaan lingkungan hidup.

2. Menghasilkan inovasi-inovasi pemerintahan dan pembangunan daerah melalui riset dan pengembangan.

3. Mewujudkan Electronic Government 2017.

Sehubungan dengan target mewujudkan visi misi yang diemban BALIHRISTI, Program Bidang Lingkungan Hidup pada kurun waktu 2012 – 2017 adalah:

1.1. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

a) Clean and Green City Kota Sehat/Adipura. b) Mitigasi dan Adaptasi Lingkungan.

c) Penaatan dan Penegakkan Hukum dan HAM Lingkungan. d) Program Sekolah Adiwiyata.

e) Pengembangan pengendalian/rehabilitasi lahan kritis

f) Pengendalian dan pemulihan dampak lingkungan yang berbasis ekosistem. g) Pemantauan dan pengawasan dampak lingkungan hidup

h) Pelaksanaan AMDAL dan UKL / UPL.

i) Pengembangan kapasitas kelembagaan dan pelibatan peran serta masyarakat dalam pengendalian dampak lingkungan.

j) Peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia Lingkungan.

1.2. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

a) Menyusun Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD). b) Menyusun Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Daerah.

c) Akses Permasalahan Lingkungan Hidup Melalui Web to SMS dan media massa elektronik dan cetak


(11)

I-11

1.3. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam

a) Penyelamatan Danau Limboto b) Penataan Danau Limboto

c) Konservasi SDA terkoordinasi dengan instansi terkait dan masyarakat d) Konservasi berbasis ekonomi kerakyatan

Dalam pencapaian pelaksanaan program, maka harus ada standar untuk mengukur ketercapaiannya. Salah satunya adalah Standar Pelayanan Minimal (SPM). Standar Pelayanan Minimal bidang lingkungan hidup adalah tolok ukur untuk mengukur kinerja pelayanan di bidang lingkungan hidup yang diselenggarakan oleh Daerah Provinsi Gorontalo. SPM Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Gorontalo untuk menyelenggarakan pelayanan di bidang lingkungan hidup sesuai dengan SPM terdiri atas:

1. Pelayanan informasi status mutu air

2. Pelayanan informasi status mutu udara ambien; dan

3. Pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

Berdasarkan sasaran, strategi, kebijakan, program maupun prioritas pembangunan Provinsi Gorontalo yang telah ditetapkan, sehingga secara tidak langsung menunjukkan urusan SPM bidang lingkungan hidup merupakan bagian dari pelaksanaan program bidang lingkungan hidup yang telah ditetapkan untuk tahun 2012-2017.


(12)

II-1

BAB II

PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM

BIDANG LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI

A. PELAYANAN INFORMASI STATUS MUTU AIR

1.

Jenis Pelayanan Dasar

Umumnya kualitas air sungai di Gorontalo statusnya masih baik, kecuali sungai-sungai yang mendapat tekanan cukup tinggi baik oleh kegiatan domestik, industri, pertambangan, pertanian maupun aktifitas budidaya perikanan oleh masyarakat. Secara visual sungai-sungai di Gorontalo kondisinya cukup bersih namun berdasarkan hasil pemantauan yang secara berkala dilaksanakan setiap tahun menunjukkan beberapa parameternya diatas ambang batas. Penyebab kondisi ini dapat disebabkan pengaruh alami maupun kontribusi berbagai sumber pencemaran.

Dalam rangka penetapan status mutu air dilakukan beberapa tahapan kegiatan yang penting dalam rangka pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, karena akan menjadi titik tolak untuk pelaksanaan suatu program/kegiatan selanjutnya. Untuk memberikan informasi tentang status mutu air agar lebih akurat sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 30 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran, perlu dilaksanakan beberapa kegiatan mencakup:

a. Penetapan PERDA Pengendalian Pencemaran Air

Dalam rangka pelayanan kualitas air di Provinsi Gorontalo, Pemerintah Provinsi Gorontalo telah menetapkan Peraturan Daerah Tahun 2004 tentang Pengendalian Pencemaran Air.

b. Pemantauan Kualitas Air

Pelaksanaan pemantauan kualitas air khususnya air sungai dilaksanakan secara rutin oleh Balihristi dengan pelibatan BLH/KLH kabupaten/kota sejak Tahun 2005 sampai dengan sekarang. Lokasi titik pantau adalah sungai-sungai yang lintas kab/kota, sungai-sungai strategis sebagai sumber air baku air minum.


(13)

II-2

c. Pengendalian Sumber Pencemar

Pengendalian sumber pencemar dilaksanakan terkait dengan pelaksanaan pemantauan kualitas air, baik yang bersifat teknis maupun administratif terhadap kegiatan dan atau usaha yang berpotensi mencemari sungai secara rutin bekerja sama dengan laboratorium yang terakreditasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dengan melibatkan Badan/Kantor Lingkungan Hidup kabupaten/kota.

d. Evaluasi dan Analisa Data

Evaluasi dan analisa untuk mengetahui status mutu air, maka dilakukan Perbandingan dengan bakumutu dilakukan dengan pengkajian parameter kunci saja dan parameter yang cukup dominan diatas ambang batas, yaitu BOD, COD, DO, TSS, Total Phospat dan Coliform. Analisis dilakukan pada titik-titik sample yang parameter tersebut diatas ambang batas yang ditetapkan (kecuali DO) Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

2.

Indikator Status Mutu Air

Indikator dan nilai SPM Bidang Lingkungan air serta Batas Waktu Pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup tahun 2013 dan pelaporannya dilaksanakan pada tahun 2014.

Sungai yang di pantau sejumlah 8 sungai strategis, yaitu: Anggaran APBD:

1. Sungai Bone (Air Baku Air Minum) 2. Sungai Biyonga (Air Baku Air Minum) 3. Sungai Paguyaman (Lintas Kabupaten) 4. Sungai Taluduyunu (Air Baku Air Minum)

5. Sungai Buladu (Diusulkan Kabupaten Gorontalo Utara) 6. Sungai Bolango (Air Baku Air Minum)

Anggaran APBN (dekonsentrasi) 1. Sungai Andagile

2. Sungai Randangan

3.

Target dan Realisasi Pencapaian Status Mutu Air

Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagaimana yang digariskan oleh Pemerintah melalui Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang tertuang dalam Peraturan


(14)

II-3

Menteri Negara Lingkungan hidup Nomor 19 Tahun 2008, untuk Provinsi Gorontalo menetapkan target waktu pencapaian lebih besar dari pada yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Target yang ditetapkan Nasional dan Provinsi Gorontalo selama kurun waktu 2009 – 2014 adalah sebagai berikut:

Tabel A. 1. Target pencapaian dan realisasi SPM pelayanan informasi status mutu air No Jenis Pelayanan Tahun Target Nasional (%)

Provinsi Gorontalo (%) Target Realisasi 1 Informasi

Status Mutu air

2009 20 60 100

2 2010 40 70 100

3 2011 60 80 100

4 2012 80 90 100

5 2013 100 100 -

Keterangan: Seluruh Kabupaten & Kota (5 Kabupaten & 1 Kota) Terpantau

4.

Pelayanan informasi yang telah diberikan

Layanan informasi yang diberikan berupa status mutu air sungai Provinsi Gorontalo setiap tahun disampaikan dalam melalui media cetak dalam bentuk leaflet atau Koran lokal, media elektronik TV dan Radio ataupun lewat web site dan Laporan Status Lingkungan Hidup (SLHD Provinsi Gorontalo).

5.

Alokasi Anggaran

Alokasi Anggaran untuk pelaksanaan Pelayanan Informasi Status Mutu Air disatukan dalam pelaksanaan program Pemulihan Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan dalam kegiatan Pemantauan Kualitas Lingkungan dengan anggaran yang mengalami peningkatan setiap tahun yaitu pada tahun 2009 sebesar Rp. 38.000.000,- dan pada tahun 2012 mencapai Rp.59.000.000,0. Kegiatan pemantauan sungai yang dilaksanakan satu kali dalam satu tahun pada tahun 2013 menjadi dua kali dalam satu tahun.

Alokasi anggaran untuk Pelayanan Informasi Status Mutu Air secara lengkap dalam tabel berikut:


(15)

II-4

Tabel A.2. Alokasi Anggaran untuk Pelayanan Informasi Status Mutu Air

Tahun APBD APBN Total

2009 Rp. 38.000.000,- Rp 500.000.000,- Rp 538.000.000,-

2010 Rp.41.500.000,- Rp 500.000.000,- Rp 541.500.000,-

2011 Rp.47.097.500,- Rp 500.000.000,- Rp 547.097.500,-

2012 Rp. 59.000.000,- Rp. 304.025.000,- Rp. 363.025.000,-

2013 Rp. 97.000.000,- Rp. ,-lihat dekon 2013

Rp. 4.900.000.000,-

6.

Dukungan Personil

Dalam melaksanakan pemantauan kualitas air, Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi Informasi (BALIHRISTI) Provinsi Gorontalo, bekerjasama dengan Balai Laboratorium Kesehatan Departemen Kesehatan Makassar. Personil yang bekerja sebagai tenaga pemantau kualitas air dan penetapan status mutu air adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dilingkungan Badan Lingkungan Hidup, Riset & Teknologi Informasi (BALIHRISTI) Provinsi Gorontalo.

7.

Permasalahan dan Solusi

Dalam pelaksanaan dari pelayanan Informasi Status Mutu Air, kendala utama adalah belum adanya laboratorium khusus pada Badan lingkungan hidup, Provinsi Gorontalo, Sumber Daya Manusia belum tersedia sesuai dengan kebutuhan. Anggaran untuk pelaksanaan pemantauan kualitas air yang bersumber pada APBD Tahun 2009 s/d 2012 untuk satu kali pemantauan. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka Balihristi dalam melakukan pemantauan dan pengambilan sampling air sungai dilaksanakan kerja sama dengan unsur Laboratorium yang telah terakreditasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Pada tahun 2013 anggaran pemantauan kualitas air untuk dua kali pemantauan.

B. PELAYANAN INFORMASI STATUS MUTU UDARA

1.

Jenis Pelayanan Dasar

Berdasarkan hasil pemantauan kualitas udara di Provinsi Gorontalo menunjukkan bahwa kualitas udara di Provinsi Gorontalo baik karena masih berada di bawah baku mutu udara yang dipersyaratkan (Peraturan Pemerintah


(16)

II-5

No. 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambient Nasional), walaupun pertumbuhan masyarakat serta aktivitas industri semakin pesat. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain jumlah penduduk yang masih rendah, aktivitas industri, serta sarana transportasi masih kurang. Berdasarkan pemantauan dilapangan kontribusi pencemar udara yang paling tinggi di Provinsi Gorontalo ini adalah dari sektor transportasi dan jumlahnya terjadi peningkatan dari tahun ketahun.

Pertambahan penduduk, aktivitas industri dan bertambahnya sarana transportasi di Provinsi Gorontalo. Jenis pencemaran yang timbul akibat kegiatan transportasi adalah pencemaran udara berupa peningkatan kandungan karbon dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2), Nitrogen oksida (NOx) dan logam Pb akibat proses pembakaran kendaraan yang tidak sempurna utamanya kendaraan yang umur teknisnya sudah tua. Penurunan kualitas udara akan mobilisasi kendaran trasnportasi potensil menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas udara dan gangguan kesehatan masyarakat. Penurunan kualitas udara akan berdampak lanjut terhadap gangguan kesehatan masyarakat yang bermukim di sekitar jalur lalu lintas.

2.

Pelayanan informasi Status Mutu Udara Ambien.

Indikator dan nilai SPM Bidang Lingkungan Udara serta Batas Waktu Pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup.

a. Lokasi Pemantauan Kualitas Udara Ambient

Pemantauan kualitas udara ambient telah dilakukan pada semua Kabupaten dan Kota di Provinsi Gorontalo, yaitu:

1) Kota Gorontalo

2) Kabupaten Gorontalo

3) Kabupaten Bone Bolango

4) Kabupaten Gorontalo Utara

5) Kabupaten Boalemo

6) Kabupaten Pohuwato

Titik sampling di ambil pada lokasi yang mewakili transportasi, pemukiman, perdagangan dan pusat perkantoran sebanyak 19 lokasi.

3. Target Pencapaian SPM Pelayanan informasi Status Mutu Udara Ambien

Target yang ditetapkan Nasional dan Provinsi Gorontalo selama kurun waktu 2009 – 2013 adalah sebagai berikut:


(17)

II-6

Tabel B.1.Target pencapaian dan realisasi SPM pelayanan informasi status mutu udara:

No. Jenis Pelayanan Tahun Target Nasional

Provinsi Gorontalo % Target Realisasi 1 Informasi Status

Mutu Udara Ambien

2009 20% 100 % 100 %

2 2010 40% 100 % 100 %

3 2011 60% 80 % 100 %

4 2012 80% 90 % 100 %

5 2013 100% 100 % -

Keterangan: Seluruh Kabupaten & Kota (5 Kabupaten & 1 Kota)Terpantau

4. Realisasi

Pada tahun anggaran 2012, BALIHRISTI Provinsi Gorontalo telah melaksanakan pengukuran status mutu udara ambien di 6 (enam) kabupaten/kota dari 6 (enam) kabupaten/kota yang ada di wilayah Provinsi Gorontalo. Sehingga Informasi Status Mutu Udara Ambien telah terealisasi sebesar 100%, melebihi target yang ditetapkan yaitu 80% (Tabel B.1).

5. Alokasi Anggaran

Jumlah belanja langsung yang ditetapkan melalui APBD dalam rangka penerapan dan pencapaian Pelayanan Informasi Status Mutu Udara Ambient SPM Bidang Lingkungan Hidup sebagai berikut:

B.2. Alokasi Anggaran untuk Pelayanan Informasi Status Mutu Udara Ambien

Tahun APBD APBN Total

2009 Rp. 58.000.000,- X Rp 58.000.000,-

2010 Rp.61.500.000,- X Rp 61.500.000,-

2011 Rp.67.097.500,- X Rp 67.097.500,-

2012 Rp. 69.000.000,- X Rp. 69.000.000,-


(18)

II-7

6. Dukungan Personil

Dalam melaksanakan pemantauan kualitas air, Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi Informasi (BALIHRISTI) Provinsi Gorontalo, bekerjasama dengan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Menular Departemen Kesehatan Manado. Personil yang bekerja sebagai tenaga pemantau kualitas air dan penetapan status mutu air adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dilingkungan Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi Informasi (BALIHRISTI) Provinsi Gorontalo.

7. Permasalahan dan Solusi

Dalam pelaksanaan dari pelayanan Informasi Status Mutu Air, kendala utama adalah belum adanya laboratorium di daerah Gorontalo, lebih khusus lagi pada Badan lingkungan hidup, Provinsi Gorontalo, solusi yang diambil yaitu bekerja sama dengan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Menular Departemen Kesehatan Manado.

C. PELAYANAN TINDAK LANJUT PENGADUAN AKIBAT ADANYA DUGAAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LINGKUNGAN

1. Jenis pelayanan dasar yang diberikan adalah pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah hal yang sangat penting dalam rangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan esensi pembangunan berkelanjutan, maka pemanfaatan sumberdaya alam perlu memperhatikan norma-norma kelestarian fungsi lingkungan.

2. Indikator dan Nilai SPM

a. Indikatornya adalah jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang ditindaklanjuti. Sampai Tahun 2011 jumlah pengaduan yang masuk ada 4 aduan dan ditindaklanjuti 4 (semuanya).

b. Nilai SPM : Jumlah pengaduan x 100 Jumlah yang ditindaklanjuti

4 x 100% = 100 % 4

3. Batas waktu pencapaian SPM bidang lingkungan secara nasional dan Provinsi Gorontalo


(19)

II-8

Tabel C.1 Batas waktu pencapaian.

Batas waktu pencapaian Nasional Provinsi Gorontalo

Sampai dengan tahun 2009 20 % 70%

Sampai dengan tahun 2010 40 % 75%

Sampai dengan tahun 2011 60 % 85%

Sampai dengan tahun 2012 80 % 95%

Sampai dengan tahun 2013 100 % 100 %

4. Target Pencapaian SPM Oleh Daerah

Target pencapaian dan realisasi SPM pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan disajikan dalam Tabel C.2.

Tabel C.2 Target pencapaian dan realisasi SPM pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau

perusakan lingkungan.

No Jenis Pelayanan Target Realisasi

1 Tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan atau perusakan lingkungan

70% 100%

5. Realisasi

Kasus yang diadukan di tahun 2009 ada 3 dan ditindaklanjuti semuanya sehingga prosentase jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup yang ditindaklanjuti adalah 100% dari target yang ditetapkan 70%. Adapun kasus-kasus tersebut adalah:

1. Pengaduan tentang tumpahan tetes tebu ke laut dari kapal di Pelabuhan Anggrek di desa Ilangata, Kec. Anggrek, Kab.Gorontalo Utara

Kegiatan Lapangan

Tim verifikasi bertemu dengan:

1. Bapak Okstivanus (Staf) kantor pelabuhan Anggrek;

2. Menghubungi Bapak Stanley (Kakanpel Pelabuhan Anggrek) dan Bapak Kasim (Kakanpel sebelumnya) via telepon untuk menanyakan dokumen AMDAL dan berita acara penanggulangan kejadian tumpahan tetes tebu pada bulan Desember 2009;


(20)

II-9

3. Verifikasi lapangan ke lokasi pelabuhan, termasuk melakukan pengambilan photo dan membuat Berita Acara Verifikasi Pengaduan.

Fakta dan Temuan Lapangan

1. Umum & Administrasi a). Pelabuhan Aggrek

telah memiliki dokumen AMDAL yang disahkan pada tanggal 20 Desember 2005 oleh Kepala Balitbang Pedalda Provinsi Gorontalo; b). Pelabuhan Anggrek

merupakan

pelabuhan nasional

dan mulai beroperasi pada Tahun 1996;

c). Penanggung jawab pelabuhan Anggrek adalah Dinas Perhubungan Provinsi Gorontalo dan Dirjen Perhubungan Laut.

2. Fakta dan Temuan Lapangan

a). Pelabuhan Anggrek memiliki dokumen AMDAL yang disetujui pada tahun 2005;

b). Ada rencana jangka panjang sampai dengan Th 2020 tentang peningkatan fungsi pelabuhan dari pelabuhan nasional menjadi pelabuhan internasional, namun hal ini belum dikoordinasikan dengan Balihristi Provinsi Gorontalo dan BLH Kabupaten Gorontalo Utara tentang revisi dokumen AMDAL;

c). Pernah terjadi kebocoran dan tumpahan tetesan tebu dari kapal ke laut di sekitar dermaga pelabuhan Anggrek pada bulan Desember 2009, namun telah dilakukan penanggulangan oleh Adpel setempat berkoordinasi dengan Adpel Kota Bitung, namun tidak memiliki dokumen berita acara. Peristiwa kebocoran dan penanggulangan tersebut juga tidak diinformasikan dan dikoordinasikan dengan BLH Kab.Gorontalo Utara;

d). Kantor Pelabuhan Anggrek tidak menyimpan dokumen AMDAL, jadi ada dugaan kuat pihak penanggung jawab pelabuhan tidak memiliki acuan dan tidak melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan. e). Pelabuhan Anggrek tidak melaporkan pelaksanaan RKL dan RPL

kepada Balihristi Provinsi Gorontalo dan BLH Kab. Gorontalo Utara. f). Belum memiliki penampungan bahan kimia dan bahan pelumas di

sertai treatment.

g). Belum melakukan pemantauan kualitas lingkungan (kualitas air) di kawasan sekitar pelabuhan seperti tertuang pada dokumen RPL.


(21)

II-10

h). Luas lahan pelabuhan, lahan darat 24,4 ha dan laut 37, 8 ha.

3. Upaya yang dilakukan oleh Pemda

Balihristi Provinsi Gorontalo telah melakukan pemantauan kualitas air laut disekitar pelabuhan pada tahun 2008 dan hasil analisa laboratorium masih memenuhi baku mutu air laut.

Analisis Yuridis

1. Pelabuhan Anggrek tidak melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sebagaimana tercantum dalam dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Hal ini telah melanggar RKL dan RPL Pelabuhan Anggrek dan Pasal 67 Undang-undang No. 32 Th 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang berbunyi :

Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan hidup.

2. Pelabuhan Anggrek tidak melaporkan pelaksanaan RKL dan RPL, Hal ini telah melanggar Pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah No.27 Th 1999 tentang AMDAL yang berbunyi:

Pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan wajib menyampaikan laporan pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup kepada instansi yang membidangi usaha

dan/atau kegiatan yang bersangkutan, instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan dan Gubernur

Saran Tindak Lanjut

Memberikan surat rekomendasi kepada Kepala Kantor Pelabuhan Anggrek dengan tembusan Kepada Dirjen Perhubungan Laut yang pokok isinya agar Kepala Kantor Pelabuhan Anggrek :

a. Memiliki dokumen AMDAL ( KA-ANDAL, ANDAL, dan RKL/RPL) dan menggunakan acuan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan. b. Melaksanakan dan melaporkan pelaksanaan RKL dan RPL secara rutin

kepada BLH Kab. Gorontalo Utara, Balihristi Provinsi Gorontalo, Deputi MENLH bidang Tata Lingkungan dan Kapusreg Sumapapua.

c. Mengkoordinasikan rencana jangka panjang peningkatan fungsi pelabuhan kepada Balihristi Provinsi Gorontalo dan BLH Kab. Gorontalo Utara.

d. Membuat Berita Acara pada setiap kejadian darurat seperti tumpahan tetesan tebu/minyak dll dan mengkoordinasikan dengan instansi terkait.

2. Pengolahan air limbah pabrik pengolahan rumput laut di Desa Pongongaila, Kec. Pulubala, Kab. Gorontalo.


(22)

II-11

Gambar 2.4. Bak pengendapan akhir Kegiatan Lapangan

Tim verifikasi bertemu dengan: 1. Bpk Gani (Bagian Produksi) pabrik;

2. Bpk Sutrisno (Wakil Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Gorontalo);

3. Bpk. Rony Kaluku (Direktur operasi PT. GFM)

4. Verifikasi lapangan ke lokasi kegiatan pabrik, termasuk melakukan pengambilan photo instalasi produksi dan pengolahan air limbah serta melakukan pengambilan air limbah di outlet IPAL.

Fakta dan Temuan Lapangan

1. Umum & Administrasi

a) Pabrik telah memiliki dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) yang disahkan pada bulan Desember Th 2008 oleh Kepala BLH Kabupaten Gorontalo;

b) Menurut Bpk Gani (bagian produksi) dan Bpk Sutrisno (Wakadis Perikanan & Kelautan Provinsi Gorontalo). bahwa kegiatan pabrik mulai beroperasi pada bulan Pebruari th 2010 tidak bisa menunjukkan izin usaha pabrik;

c) Pabrik tidak memiliki Izin Pembuangan air limbah dari Bupati Gorontalo;

d) Pabrik pengolahan rumput laut ini merupakan kerjasama antara Dinas Perikanan & Kelautan Provinsi Gorontalo dengan PT.GFM dan Departemen Perikanan & Kelautan RI, namun belum ada serah terima aset pabrik dari Dinas Perikanan & Kelautan Provinsi Gorontalo ke PT.GFM.

2. Fakta dan Temuan Lapangan

a) Pabrik pengolahan rumput laut mengolah bahan baku rumput laut menjadi tepung rumput laut kasar untuk di ekspor ke Malaysia dengan kapasitas produksi 1,6 ton bahan baku yang menghasilkan tepung rumput laut sekitar 390 kg/hari.

b) Banyak rencana proyek yang belum terealisasi seperti pembangunan gedung kantor, aula serbaguna, rumah genset, musholla, kantin. c) IPAL

(Instalasi Pengolah Air Limbah) tidak dioperasikan secara kontinyu, namun hanya pada saat proses produksi membuang air limbah.


(23)

II-12

d) Bak pengendap air limbah awal berkapasitas 1,5 meter kubik, yang seharusnya berkapasitas 3 meter kubik (sesuai dengan kapasitas air limbah).Tidak dipasang flow meter di outlet IPAL.

e) Terjadi rembesan di bak kontrol (bak terakhir)/terjadi retakan dinding di bak kontrol sehingga air limbah menyebar ke luar bak dan akhirnya tidak pernah terbuang ke sungai.

f) Pengolahan air limbah tidak sesuai dengan yang tercantum dalam UKL dan UPL, misalnya :

 Tidak ada tangki sebagai wadah penyuplai bahan kimia (asam klorida atau HCl, asam sulfat) yang berfungsi sebagai penetralisir PH di bak

Equalisasi dan bak aerasi.

 Bak

pengendapan akhir 1 dan 2 tidak

dilengkapi dengan filter dari media batu.

 Bak Flokulasi dan bak filter tidak ada, jadi

dari bak pengendap akhir 1 dan 2 langsung ke bak kontrol.

g) Belum melakukan swapantau air limbah di outlet IPAL.

h) Belum melaporkan pelaksanaan UKL dan UPL ke BLH Kab. Gorontalo dan BLH Provinsi Gorontalo.

i) Laboratorium produksi tidak berfungsi.

j) Hasil analisa Lab. Air limbah di outlet IPAL menunggu dari Lab WLN Manado, dibandingkan dengan Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pengolahan Rumput Laut.

k) Karyawan bagian produksi tidak disediakan alat K3 (masker)

Gambar 2.2. Bak Pengendapan air limbah


(24)

II-13

No Parameter Hasil Satuan Baku Mutu Keterangan

1. TDS 528 mg/l (-) MS

2. TSS 48 mg/l 100 MS

3. pH 8,24 -- 6 - 9 MS

4. BOD 5 mg/l 100 MS

5. COD 35 mg/l 250 MS

Analisis Yuridis

a. Pabrik Pengolahan Rumput Laut tidak memiliki izin pembuangan air limbah

b. Hal ini telah melanggar:

c. Pasal 40 ayat (1) PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang berbunyi:

Setiap usaha dan atau kegiatan yang akan membuang air limbah ke air atau sumber air wajib mendapatkan izin tertulis dari Bupati/Walikota. d. Pengolahan air limbah tidak sesuai dengan yang tercantum dalam UKL dan

UPL dan tidak melaporkan pelaksanaan UKL da UPL secara rutin.

e. Hal ini melanggar dokumen UKL dan UPL Pabrik dan Pasal 3 ayat (4) Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL yang berbunyi:

Bagi rencana usaha dan/atau kegiatan di luar usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib melakukan upaya pengelolaan

lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup.

f. Perusahaan tidak memasang alat ukur debit (flow meter) pada outlet IPAL, tidak melakukan pencatatan debit air limbah dan tidak melakukan pemeriksaan kadar parameter baku mutu air limbah secara periodik serta terjadi retakan dan rembesan air limbah pada bak kontrol IPAL.

g. Hal ini melanggar pasal 6 huruf b,c,e, Kepmen LH No. 51 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Industri yang berbunyi :

Setiap penanggung jawab kegiatan industri sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) Keputusan ini wajib:

a. membuat saluran pembuangan limbah cair yang kedap air sehingga tidak terjadi perembesan limbah cair ke lingkungan;

b. memasang alat ukur debit atau laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan debit harian limbah cair tersebut;

c. memeriksakan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini secara periodik sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan;


(25)

II-14

3. Pencemaran sungai di desa Mekar Jaya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo akibat PETI.

Kegiatan Lapangan

Tim verifikasi bertemu dengan:

1. Kepala Desa Mekar Jaya, Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo. 2. Verifikasi lapangan ke lokasi Desa Mekar Jaya, pengambilan photo dan

membuat Berita Acara Verifikasi Pengaduan.

Fakta dan Temuan Lapangan

1. Umum & Administrasi

a) Sapi yang mati terjadi pada waktu yang berbeda dalam bulan September dan awal Oktober 2011 dan menjadi berita dalam harian Gorontalo post pada tanggal 4 Oktober 2011;

b) Jumlah sapi yang mati mencapai delapan ekor, sebagian sempat disembelih dan dikonsumsi;

c) Tempat sapi mati dari dusun yang berbeda;

d) Terdapat kegiatan pertambangan emas tanpa izin (PETI) dalam lahan perkebunan tebu perusahaan gula PT. Naga Manis yang berbatasan dengan Desa Mekar Jaya;

e) Lumpur pengolahan PETI dalam areal perkebunan PT. Naga Manis masuk kedalam aliran sungai Dulango-Bolihuangga yang melintasi Desa Mekar Jaya;

f) Sungai Dulango-Bolihuangga mengalir melintasi di tengah Desa Mekar Jaya adalah anak sungai kecil lebar 2 – 3 meter dan kedalamannya pada musim kemarau 15 cm tetapi pada musim hujan bisa mencapai 2 meter dan menimbulkan banjir di daerah yang dilalui.

g) Pertambangan emas tanpa izin dalam lahan perkebunan tebu PT Naga Manis dilakukan oleh pendatang dengan metoda semprotan air. Terdapat sekitar 7 – 10 lubang galian. Sebagian besar berada di aliran Dulango-Bolihuangga.

h) Pengolahan bijih emas dilakukan dengan proses amalgamasi.


(26)

II-15

Gambar 2.7. Lumpur galian pertambangan emas ilegal

i) Terjadi konflik antara penambang dengan masyarakat sekitar termasuk warga Desa Mekar Jaya karena sejak ada PETI aliran sungai menjadi keruh berlumpur dan tidak bisa digunakan mengairi pesawahan.

j) Masyarakat menduga sapi-sapi mati karena meminum air sungai yang diperkirakan tercemar aktivitas pertambangan.

k) Hasil pengukuran terhadap 6 parameter PH, Konduktifitas, turbiditas, DO, temperatur, dan salinitas, menggunakan alat ukur portabel:

Pengamatan terhadap kondisi sungai menunjukkan airnya keruh dan banyak endapan lumpur. Ditemukan masih ada ikan-ikan kecil yang hidup di dalamnya.

No. Parameter Nilai

1 pH 4,46

2 Konduktifitas 466

3 Turbiditas 117

4 DO 0,29

5 Temperatur 32,1 ˚C 6 Salinitas 0,01


(27)

II-16

2. Upaya yang dilakukan oleh Pemda

Pemda Boalemo sudah melakukan rapat koordinasi sebanyak 5 (lima) kali untuk memediasi antara penambang dengan masyarakat sekitar. Hasil pertemuan terakhir merekomendasikan penutupan kegiatan PETI.

Analisis Yuridis

1. Kegiatan pertambangan emas oleh masyarakat di dalam areal perkebunan tebu PT Naga Manis adalah ilegal. Hal ini bertentangan dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Boalemo dimana daerah tempat kegiatan PETI peruntukkannya sebagai wilayah perkebunan yang saat itu dikelola oleh PT Naga Manis.

2. Kegiatan pertambangan emas oleh masyarakat ini juga tidak dapat dibenarkan dari sisi hukum kepemilikan karena melakukan aktivitas diatas tanah yang menjadi hak pihak lain, dalam hal ini PT Naga Manis.

Saran Tindak Lanjut

Kegiatan pertambangan emas oleh masyarakat yang berada diwilayah perkebunan melanggar ketentuan. Proses pengolahan bijih yang menggunakan amalgamsi merkuri yang berbahaya dan beracun. Akibat pencemaran merkuri kepada manusia dan makhluk hidup bersifat akumulatif dan berlangsung bertahun-tahun. Karena itu belum bisa disimpulkan kematian sapi-sapi di Desa Mekar Jaya diakibatkan oleh


(28)

II-17

kegitan pertambangan emas ini. Perlu penelitian yang lebih lanjut untuk mengetahui penyebab kematian sapi-sapi itu.

Oleh karena itu Badan Lingkungan Hidup, Riset, dan Teknologi Informasi (Balihristi) Provinsi Gorontalo meminta kepada aparat di Desa Mekar Jaya agar sesegera mungkin menghubungi Balihristi dan instansi terkait bila ada kejadian yang sama sehingga dapat dilakukan pengambilan sampel untuk diuji di laboratorium.

Tabel A.2. Alokasi Anggaran Bidang Pengelolaan Lingkungan BALIHRISTI Provinsi Gorontalo

Tahun APBD APBN Total

2009 Rp. 1.075.000.000,- Rp 500.000.000,- Rp 1.575.000.000,-

2010 Rp. 1.201.013.000,- Rp 500.000.000,- Rp 1.701.013.000,-

2011 Rp. 1.147.097.500,- Rp 500.000.000,- Rp 1.647.097.500,-

2012 Rp. 1.350.000.000,- Rp. 3.500.000.000,- Rp. 4.850.000.000,-


(29)

III-1

BAB III

PROGRAM DAN KEGIATAN

Program dankegiatan yang terkait dengan penerapan dan pencapaian SPM bidang lingkungan hidup Provinsi Gorontalo, adalah:

1. PELAYANAN INFORMASI STATUS MUTU AIR

Penetapan status mutu air pada dasarnya merupakan suatu bentuk kegiatan lanjutan yang bersifat evaluasi dari hasil pelaksanaan kegiatan pemantauan mutu air yang merupakan bagian kegiatan pengelolaan sumber daya air secara umum. Di Provinsi Gorontalo pemantauan mutu air dimulai sejak Tahun 2008.

Adapun secara detail dalam rangka penetapan status mutu air melalui program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dilaksanakan beberapa kegiatan yang harus dikerjakan mencakup:

a. Penetapan Baku Mutu Air

Dalam rangka pelayanan status mutu air di Provinsi Gorontalo, Pemerintah Provinsi Gorontalo telah menetapkan Peraturan Daerah No 4 Tahun 2004 tentang Pengendalian Pencemaran Air

b. Penetapan Kelas Air

Dalam rangka pelayanan status mutu air di Provinsi Gorontalo, Pemerintah Provinsi Gorontalo telah menetapkan Peraturan Daerah No 5 Tahun 2004 tentangPengelolaan Lingkungan Hidup.

c. Pemantauan Kualitas Air

1) Pembentukan Tim Pemantau

Sejak tahun 2008 di Provinsi Gorontalo, pelaksanaan pemantauan kualitas air (air sungai, air danau dan air laut) sudah dilaksanakan walaupun belum seluruhnya dilakukan pemantauan namun pada Tahun 2011 sebagaimana halnya tahun-tahun sebelumnya, Kepala Bidang Lingkungan Hidup Provinsi Gorontalo selalu menetapkan Tim Pelaksana Pemantauan Kualitas Air.Tim Pemantau Kualitas Air dibentuk berdasarkan kebutuhan saat melaksanakan kegiatan di lapangan maupun saat penyusunan laporan.

2) Pelaksanaan Pemantauan Kualitas Air

Lokasi pemantauan adalah lokasi yang ditetapkan terutama untuk sumber air yang diperuntukan untuk Air Baku Air Minum (S. Bone dan S.


(30)

III-2

Biyonga) juga untuk pemantauan kegiatan PETI yang terjadi di hulu sungai (S. Buladu dan S. Taluduyunu) serta pemantauan sungai yang berada di lintas kab (S. Paguyaman) dan lintas provinsi (S. Andagile).Dengan parameter sesuai kelas 1 (satu) dan Kelas II sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Kualitas Air

d. Pengendalian Sumber Pencemar

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang bersifat pendukung sekaligus sebagai materi pendukung dalam melaksanakan evaluasi hasil pemantauan mutu air secara umum. Pengendalian sumber pencemar dilaksanakan terkait dengan pelaksanaan pemantauan kualitas air, baik yang bersifat teknis maupun administratif.

e. Evaluasi dan Analisa Data

Dalammengevaluasidanmenganalisis data untuk mengetahui status mutu air, BidangLingkunganHidupbekerjasamadenganlaboratorium-laboratorium yang sudah terakreditasi yang direkomendasikan dari Kementrian Lingkungan Hidup, agar diperoleh analisis evaluasi dan interpretasi data pemantauan kualitas air.

2. PELAYANAN INFORMASI STATUS MUTU UDARA AMBIEN

Program dan kegiatan yang mendukung penerapan dan pencapaian SPM pelayanan informasi status mutu udara ambient di Provinsi Gorontalo yaitu program pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dengan kegiatan pemantauan kualitas udara ambient.

Pada dasarnya penetapan baku mutu udara ambient adalah bentuk kegiatan lanjutan yang bersifat evaluasi dari hasil pelaksanaan kegiatan pemantauan kualitas udara. Di Provinsi Gorontalo pemantauan kualitas udara ambient dimulai sejak Tahun 2008/2009.Adapun secara detail dalam rangka penetapan baku mutu udara ambient melalui program pengendalian pencemaran danperusakan lingkungan hidupdilaksanakan beberapa kegiatan yang harus dikerjakan mencakup:

1) Pembentukan Tim Pemantau

Sejak tahun 2008 di Provinsi Gorontalo, pelaksanaan pemantauan kualitas udara ambient sudah dilaksanakan. Sebagaimana halnya tahun-tahun sebelumnya, pada Tahun 2012 Kepala Bidang Lingkungan Hidup Provinsi Gorontalo menetapkan Tim Pelaksana Pemantauan Kualitas Udara. Tim Pemantau Kualitas Udara dibentuk berdasarkan kebutuhan saat melaksanakan kegiatan di lapangan maupun saat penyusunan laporan.


(31)

III-3

2) Pelaksanaan Pemantauan Kualitas Air

Lokasi pemantauan adalah lokasi yang ditetapkan terutama yang banyak aktivitas penduduknya yaitu lokasi yang mewakili pemukiman, perkantoran, tranportasi dan pusat perbelanjaan. Dengan parameter-parameter(SO2, CO, NO2, dan O3) sesuai standar yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambient Nasional.

3) Pengendalian Sumber Pencemar

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang bersifat pendukung sekaligus sebagai materi pendukung dalam melaksanakan evaluasi hasil pemantauan baku mutu udara secara umum. Pengendalian sumber pencemar dilaksanakan terkait dengan pelaksanaan pemantauan kualitas udara, baik yang bersifat teknis maupun administratif.

4) Evaluasi dan Analisa Data

Dalam mengevaluasi dan menganalisis data untuk mengetahui bakumutuudara, Bidang Lingkungan Hidup bekerjasama dengan laboratorium-laboratorium yang sudah terakreditasi yang direkomendasikan dari Kementrian Lingkungan Hidup, agar diperoleh analisis evaluasi dan interpretasi data pemantauan baku mutu udara.

3. PELAYANAN INFORMASI STATUS LIMBAH CAIR

Pada dasarnya penetapan baku mutu limbah cair juga adalah bentuk kegiatan lanjutan yang bersifat evaluasi dari hasil pelaksanaan kegiatan pemantauan baku mutu limbah cair. Di Provinsi Gorontalo pemantauan baku mutu limbah cair dimulai sejak Tahun 2008/2009. Adapunsecara detail dalam rangka penetapan baku mutu limbah cair melalui program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dilaksanakan beberapa kegiatan yang harus dikerjakan mencakup:

1) Pembentukan Tim Pemantau

Sejak tahun 2008 di Provinsi Gorontalo, pelaksanaan pemantauan baku mutu limbah cair sudah dilaksanakan. Sebagaimana halnya tahun-tahun sebelumnya, pada Tahun 2011 Kepala Bidang Lingkungan Hidup Provinsi Gorontalo selalu menetapkan Tim Pelaksana Pemantauan baku mutu limbah cair. Tim Pemantau baku mutu limbah cair dibentuk berdasarkan kebutuhan saat melaksanakan kegiatan di lapangan maupun saat penyusunan laporan.

2) Pelaksanaan Pemantauan Baku MutuLimbahCair

Lokasi pemantauan adalah lokasi yang ditetapkan terutama yang banyak aktivitas penduduknya yaitu lokasi yang mewakili rumahsakit, industry dan hotel. Dengan parameter-parameter (BOD, COD, TSS dan PH) sesuai standar


(32)

III-4

yang diatur dalam peraturan-peraturan yang terkait dengan kegiatan pemantauan tersebut misalnya Permen LH Nomor 03 Tahun 2010 tentang Baku Mutu air Limbah bagi Kawasan industri.

3) Pengendalian Sumber Pencemar

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang bersifat pendukung sekaligus sebagai materi pendukung dalam melaksanakan evaluasi hasil pemantauan baku mutu limbah cair secara umum. Pengendalian sumber pencemar dilaksanakan terkait dengan pelaksanaan pemantauan baku mutu limbah cair, baik yang bersifat teknis maupun administratif.

4) Evaluasi dan Analisa Data

Dalam mengevaluasi dan menganalisis data untuk mengetahui baku mutu limbah cair, Bidang Lingkungan Hidup bekerjasama dengan laboratorium-laboratorium yang sudah terakreditasi yang direkomendasikan dari Kementrian Lingkungan Hidup, agar diperoleh analisis evaluasi dan interpretasi data pemantauan baku mutu limbah cair.

4. PELAYANAN TINDAK LANJUT PENGADUAN MASYARAKAT AKIBAT ADANYA DUGAAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LINGKUNGAN

Berbagai kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan selalu muncul setiap saat. Hal ini sebagai dampak dari kegiatan/ aktitifitas manusia termasuk di dalamnya kegiatan industri, pelayanan kesehatan dan jasa pariwisata. Di sisi lain sekarang masyarakat sangat sensitif terhadap berbagai permasalahan hukum dan berkecenderungan berbuat menurut caranya sendiri dengan mengerahkan masa mendatangi kegiatan usaha yang mereka anggap sebagai penyebab pencemaran dan atau kerusakan lingkungan.

Bertolak dari itu dirasakan betapa pentingnya peran pemerintah yang berfungsi sebagai fasilitator, mediator untuk menjadi penengah dalam menyelesaikan berbagai kasus permasalahan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Untuk itu Pemerintah Provinsi Gorontalo dalam hal ini Gubernur Gorontalo bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat untuk meningkatkan peran koordinasi dalam upaya penyelesaian sengketa lingkungan hidup melalui suatu wadah yaitu Kaukus Lingkungan pada tahun 2007 sedangkan di Bidang Lingkungan Hidup Provinsi Gorontalo Juga melalui wadah berupa pos pengaduan SMS link yang dibentuk pada tahun 2008 dimana hal-hal yang diadukan langsung ditanggapi. Adapun dasar pelaksanaannya dengan:


(33)

III-5

a. SK GubernurTahun 2007 tentang Kaukus Lingkungan.

b. SK Kepala Badan Lingkungan Hidup Riset dan Teknologi Informasi Tahun 2008 tentang Pos Pengaduan.

Dengan keputusan dimaksud, maka akan dapat menyelesaikans engketa lingkungan hidup secara cepat, terarah dan terpadu dengan mengedepankan pada musyawarah, diantara pihak bersengketa dan koordinasi antar instansi terkait. Hal ini dengan tujuan agar dapat:

a. Terselesaikannya permasalahan lingkungan hidup diluar pengadilan dengan prinsip win-win solution tanpa mengorbankan kepentingan lingkungan. b. Terselesaikannya permasalahan lingkungan hidup melalui pengadilan sesuai

dengan prosedur hukum yang berlaku.

Program dan kegiatan yang terkait dengan penerapan dan pencapaian SPM Pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan LH adalah: Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup berupa pos pengaduan, yaitu penyelesaian sengketa lingkungan hidup baik melalui pengadilan maupun di luar pengadilan. Dengan methode Chek langsung ke lapangan untuk mengetahui posisi kasus secara nyata dengan disertai pengambilan sample untuk memastikan kebenaran kasus pencemaran baik dari sumber maupun yang terkena dampak dilanjutkan dengan mengundang para pihak yang bersengketa untuk duduk bersama dengan Tim Balihristi (sebagai mediator) untuk menyelesaikan kasus dengan tujuan akhir adalah kesepakatan para pihak dengan prinsip win-win solution.


(34)

IV-1

BAB IV

P E N U T U P

Pencapaian penerapan standar pelayanan minimal bidang lingkungan hidup

yang dilaksanakan oleh Provinsi lebih ditekankan pada penyampaian informasi

sebagaimana diatur dalam pasal 62 Undang-undang No 32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan Hidup dan Peraturan Menteri Lingkungan

Hidup No 19 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan

Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, pelaksanaan program dan

kegiatan Provinsi diprioritaskan telah mencapai 100 % walaupun untuk cakupan

pemantauan kualitas yang seharusnya dilakukan 2 kali dalam setahun , namun

untuk Provinsi Gorontalo masih dilaksanakan 1 kali. Adapun cakupan layanan

sebagai berikut:

1. Pelayanan informasi status mutu air

2. Pelayanan informasi status mutu udara ambien; dan

3. Pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan


(35)

1

-

LampiranTeknis

LAMPIRAN TEKNIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

PROVINSI GORONTALO

1. PELAYANAN INFORMASI STATUS MUTU AIR

a. Matrik Pemantauan

NO

SUMBER AIR

LOKASI PEMANTAUAN

TARGET TAHUN PEMANTAUAN

(1)

(2)

(3)

(4)

2008

2009

2010

2011

2012

2013

1

Sungai Bone

Hulu: Desa Dumbaya Bulan Kec.

Suwawa Kab.BoneBolango

Tengah

: DesaTumbiheKec.

Kabila Kab. BoneBolngo

Hilir

: KelurahanTalumolo, Kec.

KotaTimur Kota Gorontalo

V

V

V

V

V

V

2

Sungai

Biyonga

Hulu: Desa Biyonga Kab.Gorontalo

Tengah

: Kelurahan Kayu Bulan

Hilir

: Kec. Limboto

V

V

V

V

V

V

3

Sungai

Paguyaman

Hulu: Kec. Wonosari Kab.Boalemo

Tengah

: Kec. Tibawa Kab.

Gorontalo

Hilir

: Kec. Tibawa Kab.

Gorontalo

V

V

V

V

V

V

4

Sungai

Buladu

Hulu: Desa Buladu Kec. Tolinggula Kab.Gorontalo Utara

Tengah

: Desa Buladu Kec.

Tolinggula Kab.Gorontalo Utara

Hilir

: Sumalata Kab.Gorontalo

Utara

V

V

V

V

V

V

5

Sungai

Taluduyunu

Hulu

: Desa BuntuliaSelatan

Kec. Marisa Kab.Pohuwato

Tengah

: Desa Buntulia

Hilir

: Kec. Marisa Selatan kab.

Pohuwato

V

V

V

V

V

V

6

Sungai

Andagile

Hulu

: Kab. BolmongSelatan

Tengah

: Kec. Atinggola Kab

Gorontalo Utara

Hilir

: Desa Kota Jin Kec.

Atinggola kab. Gorontalo Utara

-

-

V

V

V

V

7

Sungai

Randangan

Hulu:

JembatanTaludi

Tengah:

Desa Sukamakmur

Hilir:

Jembatan Jalan Trans

-

-

-

-

V

V

8

Sungai

Alopohu

Hulu:

Desa

Tengah:

Hilir:

Kelurahan


(36)

2

-

LampiranTeknis

b. Penyebaran Informasi

No

Media

informasi

Tempat dan waktu

publikasi

Keterangan

1

Elektronik

Situs web Balihristi,RRI

http://balihristi.gorontaloprov.go.id

2

Cetak

Jurnal

JurnalInovasiGorontalo

3

Cetak

Brosur

c.

Format Pencapaian Target

No

Tahun

Pelaksanaan

Jml. sumber air

yg dipantau

kualitasnya,

ditetapkan

status mutunya

dan

diinformasikan

Jml sumber air

yang

ditetapkan

Dari

Hasil

identifikasi

% Jml.sumber air

yg dipantau

kualitasnya,

ditetapkan status

mutunya dan

diinformasikan

Ket

1

2008

5

5

100 %

2

2009

6

6

100 %

3

2010

6

6

100 %

4

2011

6

6

100 %

5

2012

7

7

100 %

6

2013

d. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penyusunan Standart

Pelayanan Minimal ini berasal dari data Badan Lingkungan Hidup,

Riset dan Teknologi Informasi (BALIHRISTI) Provinsi Gorontalo, dan

hasil analisis kualitas air sungai yang dilaksanakan oleh

Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Manado, Water

Laboratory Nusantara Manado dan Balai Besar Kesehatan

Masyarakat Makassar.


(37)

3

-

LampiranTeknis

e.

Langkah Kegiatan

1) Pemantauan kualitas air.

a). Pengumpulan data sekunder

Penentuan status mutu air maka perlu tersedia data sekunder

(pendukung) secara lengkap sehingga dapat dipergunakan untuk

menginterpretasikan kondisi suatu badan secara tepat. Dalam

penetapan status mutu air dilakukan pemantauan kualitas air

sungai.

Penentuan status mutu air sungaimenggunakanmetode Index

Pencemaran (IP) Sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

No. 115 Tahun 2003.

Data Sumber Air

b). Penyusunan tim pemantauan kualitas lingkungan.

Pembentukan Tim teknis pemantauan kualitas air dengan SK

Kepala Badan Lingkungan Hidup, Riset & Teknologi Informasi

Provinsi Gorontalo tentang Susunan tim swakelola kegiatan

pemantauan kualitas lingkungan.

No

Nama Sungai (Sumber Air)

Lintas Wilayah

1

Sungai Bone

Kab.Bone Bolango-Kota Gorontalo

2

Sungai Biyonga

Kab.Gorontalo

3

Sungai Paguyaman

Kab.Boalemo

Kab. Gorontalo

4

Sungai Buladu

Kab.Gorontalo Utara

5

Sungai Taluduyunu

Kab. Pohuwato


(38)

4

-

LampiranTeknis

2) Pelaksanaan Pemantauan

Dalam penetapan status mutu air dilakukan pemantauan kualitas air

sungai. Penentuan status mutu air sungai menggunakan metode

Index Pencemaran (IP) Sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

No. 115 Tahun 2003.

Untuk melakukan analisis data Badan Lingkungan Hidup, Riset dan

Teknologi Informasi Provinsi Gorontalo bekerja sama dengan

Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Manado dan

Water Laboratory Nusantara Manado.

Sumber Air yang Dipantau, Hasil Analisis dan Interpretasi Penetapan

Status Mutu Air

- PemantauanTahun 2010

No

Nama Sungai

(Sumber Air)

Jumlah Titik

Pemantauan

Periode

Pemantauan

Per Tahun

Status Mutu Air

Kelas I

Kelas 2

1

Sungai Bone

3 Titik

1 kali

Cemar Sedang

Cemar Ringan

2

Sungai Biyonga

3 Titik

1 Kali

Cemar Sedang

Cemar Sedang

3

Sungai Paguyaman

3 Titik

1 Kali

Cemar Ringan

Cemar Ringan

4

Sungai Buladu

3 Titik

1 Kali

Cemar Ringan

Cemar Ringan

5

Sungai Taluduyunu

3 Titik

1 Kali

Cemar Sedang

Cemar Sedang

6

Sungai Andagile

3 Titik

1 Kali

Cemar Berat

Cemar Sedang


(39)

5

-

LampiranTeknis

-

PemantauanTahun 2011

No

Nama Sungai

(Sumber Air)

Jumlah Titik

Pemantauan

Periode

Pemantauan

Per Tahun

Status Mutu Air

Kelas I

Kelas 2

1

Sungai Bone

3 Titik

1 kali

Cemar Ringan

CemarRingan

2

Sungai Biyonga

3 Titik

1 Kali

Cemar

Ringan

Cemar

Ringan

3

Sungai Paguyaman

3 Titik

1 Kali

Cemar Ringan

CemarRingan

4

Sungai Buladu

3 Titik

1 Kali

Cemar Sedang

CemarRingan

5

Sungai Taluduyunu

3 Titik

1 Kali

Cemar Sedang

CemarSedang

6

Sungai Andagile

3 Titik

1 Kali

Cemar Sedang

CemarSedang

Sumber :AnalisisdanInterpretasi Data Tahun 2011

Pemantauan 2012

No

Nama Sungai

(Sumber Air)

Jumlah Titik

Pemantauan

Periode

Pemantauan

Per Tahun

Status Mutu Air

Kelas I

Kelas 2

1

Sungai Bone

3 Titik

1 kali

Cemar Sedang

CemarRingan

2

Sungai Biyonga

3 Titik

1 Kali

CemarSedang

CemarSedang

3

Sungai Paguyaman

3 Titik

1 Kali

CemarRingan

CemarRingan

4

Sungai Buladu

3 Titik

1 Kali

CemarRingan

CemarRingan

5

Sungai Taluduyunu

3 Titik

1 Kali

CemarSedang

CemarSedang

6

Sungai Andagile

3 Titik

1 Kali

CemarBerat

CemarSedang

7

Sungai Randangan

3 Titik

1 Kali

CemarSedang

CemarRingan


(40)

6

-

LampiranTeknis

2.

PELAYANAN INFORMASI STATUS MUTU UDARA AMBIEN

a.

MATRIK PEMANTAUAN

NO

KAB/KOTA YANG

DIPANTAU KUALITAS

UDARA AMBIENNYA

TAHUN PEMANTAUAN

2009

2010

2011

2012

2013

1

Kota Gorontalo

V

V

V

V

V

2

Kabupaten Bone Bolango

V

V

V

V

V

3

Kabupaten Gorontalo

V

V

V

V

V

4

Kabupaten Bolalemo

V

V

V

V

V

5

Kabupaten Pohuwato

V

V

V

V

V

6

Kabupaten Gorontalo Utara

V

V

V

V

V

b.

PENYAMPAIAN INFORMASI

No

Media informasi

Tempat dan waktupublikasi

Keterangan

1

Elektronik

Situs web Balihristi

2

Cetak

JurnalInovasi

3

Cetak

Brosur

c.

FORMAT PENCAPAIAN TARGET

No.

Tahun

Pelaksanaan

Jml Kab/Kota yang

dipantau kualitas

udara ambien dan

diinformasikan status

mutu udara

ambiennya

Jumlah

Kab/Kota

yang ada di

wilayahnya

Prosentase jumlah Kab/kota

yang dipantau kualitas udara

ambien dan diinformasikan

status mutu udara

ambiennya

(3)/(4)x100%

1

2009

6

6

100

2

2010

6

6

100

3

2011

6

6

100

4

2012

6

6

100


(41)

7

-

LampiranTeknis

d.

SUMBER DATA

1)

Sumber data yang dipergunakan dalam penyusunan Standart Pelayanan

Minimal ini berasal dari data Badan Lingkungan Hidup, Riset dan Teknologi

Informasi (BALIHRISTI) Provinsi Gorontalo, dan hasil analisis kualitas air

sungai yang dilaksanakan oleh Laboratorium Balai Teknik Kesehatan

Lingkungan Manado dan Water Laboratory Nusantara Manado.

Hasil Pemantauan Udara Ambient Di Provinsi Gorontalo Tahun

2009

Kabupaten Pohuwato

Mewakilipusatperkantoran


(42)

8

-

LampiranTeknis

MewakiliTransportasi


(43)

9

-

LampiranTeknis

Kabupaten Boalemo

Mewakili Perkantoran


(44)

10

-

LampiranTeknis

Mewakili Pemukiman


(45)

11

-

LampiranTeknis

Kabupaten Bone Bolango

Mewakli Perkantoran


(46)

12

-

LampiranTeknis

MewakiliTransportasi

KabupatenGorontalo


(47)

13

-

LampiranTeknis

Mewakili Transportasi


(48)

14

-

LampiranTeknis

Kota Gorontalo

Mewakili Pusat Perkantoran


(49)

15

-

LampiranTeknis

Mewakili Pusat Pertokoan


(50)

16

-

LampiranTeknis

KabupatenGorontalo Utara

MewakiliPerkantoran


(51)

17

-

LampiranTeknis

MewakiliPusatPertokoan


(52)

18

-

LampiranTeknis

Hasil Pemantauan Udara Ambient Di Provinsi Gorontalo Tahun 2010

Parameter Satuan Baku MutuUdara Ambien Nasional No. 41 Tahun 1999

LOKASI KOTA GORONTALO MewakiliPemu

kiman PerumahanAw

ara

MewakiliPerkantor an Kantor Walikota

MewakiliPerbel anjaanPasarSe ntral MewakiliTra nsportasi Terminal 42

SO2 µg/m3 900 50 50 50 50

CO µg/m3 30.000 5000 5000 5000 5000

NO2 µg/m3 400 20 20 20 20

O3 µg/m3 235 10 10 10 10

Parameter

Satu

an

Baku MutuU dara Ambie n Nasion al No. 41 Tahun 1999

LOKASI KABUPATEN GORONTALO

MewakiliPemukimanKeluraha

nHunggaluwa

MewakiliPerka

ntoran, Kantor

BLH

MewakiliPusatPerbelanjaanSh

opingLimboto

SO2

µg/

m3

900

50

50

50

KarbonMon

oxida CO

µg/

m3

30.000

5000

5000

5000

Nitrogen

dioksida

NO2

µg/

m3

400

20

20

20

Ozon O3

µg/

m3

235

10

30

10

Parameter

Satuan

Baku MutuUdara

Ambien Nasional

No. 41 Tahun

1999

LOKASI KABUPATEN BOALEMO

MewakilitransportasiJalan

Trans Sulawesi

DesaLamu

Mewakili Pusat

Perkantoran,

Kantor Bupati

Terminal

Umum

SO2

µg/m3

900

50

50

50


(53)

19

-

LampiranTeknis

NO2

µg/m3

400

20

20

20


(54)

20

-

LampiranTeknis

Parameter

Satuan

Baku

MutuUdara Ambien Nasional No.

41 Tahun 1999

LOKASI KABUPATEN POHUWATO

Mewakili

Pemukiman

Depan

Penginapan Nagit

Mewakili Pusat

Perkantoran,

Kantor Bupati

Mewakilitransportasi

Terminal Marisa

SO2

µg/m3

900

50

50

50

CO2

µg/m3

30.000

5000

5000

5000

NO2

µg/m3

400

20

20

20

O3

µg/m3

235

10

10

10

Paramet

er

Satua

n

Baku

MutuUda

ra

Ambien

Nasional

No. 41

Tahun

1999

LOKASI KABUPATEN BONE BOLANGO

MewakiliPemukimanDesaOl

uhuta

Mewakili

PUsat

Perkantor

an,

Kantor

Bupati

MewakilitransportasiJalanNaniWar

tabone

SO2

µg/m

3

900

50

50

50

CO

µg/m

3

30.000

5000

5000

5000

NO2

µg/m

3

400

20

20

20

O3

µg/m

3

235

10

10

10

Paramete

r

Satua

n

Baku

MutuUdar

a Ambien

Nasional

No. 41

Tahun

1999

LOKASI KABUPATEN GORONTALO UTARA

MewakiliPemukimanDesaMolingkap

oto

Mewakili

Pusat

Perkantora

n,

Kantor

Bupati

MewakilitransportasiJal

an Trans Sulawesi Kec.

Kwandang

SO2

µg/m3

900,0

50

50

50


(55)

21

-

LampiranTeknis

NO2

µg/m3

400,0

20

20

20


(56)

22

-

LampiranTeknis

Hasil Pemantauan Udara Ambient Di Provinsi Gorontalo Tahun 2011

Kota Gorontalo


(57)

23

-

LampiranTeknis

Kabupaten Boalemo


(58)

24

-

LampiranTeknis

Kabuapten Bone Bolango


(59)

25

-

LampiranTeknis

e. LANGKAH KEGIATAN

1) Pengumpulan data sekunder

b) Pembentukantim sampling, denganmelibatkanlaboratorium

(Laboratorium BTKL Manado)

c) Pengambilan sampling udaradilokasi.

d) Analisishasilpemantauan.

e) Evaluasihasilanalisis

f) PenyampaianInformasi


(1)

28

-LampiranTeknis

c.

PENCAPAIAN TARGET

NO

Tahun

Pelaksanaan

Target Pencapaian

Nasional

Target Pencapaian

Jumlah Pengaduan

yang ditindaklanjuti

Jumlah pengaduan

yang diterima

Prosentase jumlah

pengaduan yang

ditindaklanjuti

(3)/(4) X 100%

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1.

2009

20 %

50 %

1

1

100%

2.

2010

40 %

75 %

2

2

100%

3.

2011

60 %

85 %

1

1

100%

4.

2012

80 %

95 %

-

-


(2)

PENCEMARAB DA/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

Pengaduan secara tertulis atau lisan

Instansi LH Provinsi

Telaahan dan Klasifikasi Pengaduan Instansi terkait di Provinsi Bukan

pengaduan kasus LH

Pengaduan kasus LH bukankewenangan

provinsi

Pengaduan kasus LH

Instansi teknis

yg berwenang KNLH Instansi LH Kab./Kota

Verifikasi

Usulan penangan oleh tim

Atasan pengawas/ pemberi perintah Usulan penanganan kepada pejabat yang berwenang Arah tindak lanjut menolak menerima 7 Hari 7 Hari 7 Hari 14 Hari

30 Hari + 30 Hari 14 Hari


(3)

9- Lampiran

Informasi Melalui Leaflet/Brosur


(4)

(5)

11- Lampiran

Informasi Melalui Website

Website Lingkungan Hidup Provinsi Gorontalo

http://lingkunganhidup.gorontaloprov.go.id/


(6)

Website Pengaduan Lingkungan Hidup berbasis SMS

http://lingkunganhidup.gorontaloprov.go.id/p3slh/sms-pengaduan