PROS Any S, Revrisond B, Dumairy, Agus DN Pemasaran Ketela Pohon fulltext
PEMASARAN KETELA POHON DI KECAMATAN NGADIROJO
KABUPATEN WONOGIRI
Any Suryantini, Revrisond Baswir, Dumairy, dan Agus Dwi Nugroho
Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan Universitas Gadjah Mada
agusdwinugroho@yahoo.com/08562674433
ABSTRACT
The study was conducted to know the channels, costs, margins and efficiency of
cassava. The respondents of this study are cassava farmers and traders in Wonogiri.
Farmers have been selected based on random sampling method, while traders
selected by snowball sampling method. On the marketing of cassava, there are three
marketing channels, namely channel 1: farmer → company of flour mocaf → food
company → retailer → consumer; channel 2: farmer → trader → company of flour
mocaf → food company → retailer → consumer. channel 3: farmers → retailer →
consumer. Marketing channels most profita ble for farmers is the first marketing
channel which farmers sell directly to the company of flour mocaf. Problems in the
cassava marketing are the production of cassava are not continuous, less than
optimal for storage facilities, standardization is not going well and the illegal levies
in the marketing
Keywords: Cassava, Marketing, Wonogiri
PENDAHULUAN
Di Indonesia, usahatani ketela
pohon dapat dijumpai di setiap provinsi,
namun Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa
Timur merupakan sentra produksi ketela
pohon terbesar di Indonesia.
Semakin beragamnya hasil pengolahan ketela pohon mendorong permin-
nentukan solusi agar petani mendapatkan
kemanfaatan yang setara dengan pedagang dalam sistim pemasaran tersebut.
Kajian ini dilakukan dengan tujuan:
1. Mengetahui saluran, biaya transaksi
dan marjin pemasaran ketela pohon.
2. Mengetahui efisiensi pemasaran untuk
setiap saluran pemasaran ketela pohon.
taan ketela pohon sebagai bahan baku
industri pengolahan semakin tinggi. Hal
ini yang merupakan insentif bagi para
petani untuk menanam ketela pohon di
lahan pertaniannya. Namun demikian, tidak
semua petani mendapatkan keuntungan saat
musim panen, oleh sebab itu perlu dikaji
sistim pemasaran ketela pohon dan me-
METODE PENELITIAN
Responden kajian ini adalah petani
dan pedagang ketela pohon di Kecamatan
Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri. Petani
dipilih berdasar metode random sampling
sedangkan pedagang dipilih dengan metode
Snowball Sampling.
285
PROSEDING KONSER KARYA ILMIAH NASIONAL Vol. 2, Agustus 2016 ISSN: 2460-5506
Metode Analisis
5 Untuk mengetahui efisiensi pemasaran
1 Untuk mengetahui saluran pemasaran
Ep =
Pola saluran pemasaran ketela
VC
x 100%
P
pohon dilakukan dengan cara mengikuti
Ep = Efisiensi Pemasaran
aliran produksi ketela pohon dari petani
C = Biaya Pemasaran
sampai pembeli akhir. Hasilnya, berupa
P = Harga
gambar saluran pemasaran panjang atau
pendek tergantung jumlah pelaku pemasaran yang terlibat.
6 Untuk mengetahui tingkat
persaingan pasar
L=
2 Untuk mengetahui farmer share
Pangsa harga yang diterima oleh
petani (farmer share) dapat dihitung dengan
FS =
p produsen
p pengecer
( P MC )
1
=
Ed
p
Keterangan :
L
= Indeks Lerner
P
= Harga
MC = Biaya Marjinal
Ed
= Elastisitas Harga
FS = Farmer Share
Pprodusen
=
Harga
Produk
di
Saluran Pemasaran
Tingkat Petani
Ppengecer
HASIL DAN PEMBAHASAN
=
Harga
Produk
Kebanyakan petani menjual ketela
di
Tingkat Pengecer
pohon dalam bentuk segar setelah dipanen.
Harga ketela pohon ditentukan oleh
3 Untuk mengetahui marjin pemasaran
pedagang perantara, sementara petani
M = Pk – Pp
hanya sebagai penerima harga (price
M = Marjin Pemasaran
taker ), hal ini mengindikasikan daya
Pk = Harga di tingkat konsumen
tawar petani yang lemah, disebabkan
akhir
sedikitnya ketela pohon yang dijual oleh
Pp = Harga di tingkat produsen
4 Untuk mengetahui keuntungan
pemasaran
Π=M–C
Π = Keuntungan Pemasaran
M = Marjin Pemasaran
C = Biaya Pemasaran
setiap
petani.
Di
beberapa
wilayah
pertanaman ketela pohon yang berdekatan
dengan pabrik pengolahan ketela pohon
menjadi tepung mocaf dijumpai pemasaran ketela pohon secara langsung, yakni
petani menjual langsung kepada pengelola pabrik. Dalam kasus inipun petani
bertindak sebagai penerima harga (price
286
Pemasaran Ketela Pohon di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri (Any Suryantini, dkk)
taker) sementara pengelola pabrik sebagai
penentu harga (price maker ).
Secara sederhana bagan saluran
pemasaran yang terbentuk adalah sebagai
berikut:
3
Pedagang
Pengecer
Konsumen
Pabrik Olahan Pangan
dari Ketela Pohon
Petani
Pabrik Olahan
Tepung Mocaf
1
Pedagang
Pengumpul
2
Gambar 1 Saluran Pemasaran Ketela Pohon di Kabupaten Wonogiri
Pelaku pemasaran pertama adalah
petani, pedagang kebanyakan menera-kan
petani. Petani menjual ketela pohon kepada
pembayaran tunai setelah mengukur berat
pedagang. Petani kebanyakan menjual
ketela pohon yang diperdagangkan. Harga
dalam bentuk umbi. Pelaku pemasaran
beli disesuaikan dengan harga pasar.
selanjutnya adalah pedagang yang me-
Pedagang jarang menerapkan grading
ngumpulkan ketela pohon dari sejumlah
untuk menggolongkan produk dalam
petani kemudian menjual kepada peda-
kualitas produk yang bertingkat. Pelaku
gang lain ataupun kepada industri pengo-
pemasaran selanjutnya adalah Industri
lah ketela pohon. Pedagang melakukan
olahan ketela pohon yang produknya
aktivitas pembelian, sortasi, pengangkut
sangat beragam salah satunya adalah
dan penyimpan dalam waktu yang sing-
tepung mocaf. Dalam penelitian ini,
kat. Ketika membeli ketela pohon dari
perusahaan utama yang terlibat adalah
287
PROSEDING KONSER KARYA ILMIAH NASIONAL Vol. 2, Agustus 2016 ISSN: 2460-5506
PT. Agro Andalan dengan produk akhir
saran lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa
yakni tepung mocaf. Pelaku pemasaran
saluran pemasaran pertama meru-pakan
ketela terakhir adalah pedagang pengecer
yang paling besar memberikan keuntungan
yang menjual tepung mocaf produksi
kepada petani dibandingkan dua saluran
industri kepada konsumen. Konsumen
pemasaran lainnya. Hal ini menunjukkan
tepung mocaf terdiri dari industri kecil
saluran pemasaran pertama efisien secara
makanan ringan dan rumah tangga.
operasional dibandingkan saluran pemasaran
Pedagang pengecer bertindak sebagai
lainnya yakni setiap 100 rupiah yang
penentu
dibayarkan konsumen akhir dalam pema-
harga
sedangkan
konsumen
sebagai penerima harga.
saran ketela pohon maka petani akan
menerima
3.3 Farmer share
farmer
share
45,84
di
wilayah penelitian adalah
Marjin pemasaran
p produsen
an antar saluran pemasaran adalah seba100%
=
gai berikut:
Saluran 1 : M = Pk – Pp = Rp 2.500,00
45,84%
– Rp 1.146,00 = Rp 1.354,00/kg
p produsen
x 100% =
p pengecer
Rp625,00
Rp2.500,00
Hasil perhitungan marjin pemasar-
x 100% =
p pengecer
Rp1.146,00
x
Rp2.500,00
Saluran 2: FS =
sebesar
rupiah.
Perhitungan
Saluran 1: FS =
pendapatan
Saluran 2 : M = Pk – Pp = Rp 2.500,00
– Rp 625,00 = Rp 1.875,00/kg
x
100%
=
Saluran 3 : M = Pk – Pp = Rp 3.000,00
– Rp 400,00 = Rp 2.600,00/kg
25,00%
Saluran 3: FS =
p produsen
Rp 400,00
Rp3.000,00
Dari hasil perhitungan marjin,
x 100% =
p pengecer
saluran pertama menghasilkan selisih
x
100%
=
7,50%
harga konsumen dengan harga petani
yang paling kecil dibandingkan dua
saluran
pemasaran lainnya.
Hal
ini
Hasil perhitungan FS antar saluran
menunjukkan pada saluran pertama, lem-
pemasaran menunjukkan bahwa saluran
baga pemasaran mengambil keuntungan
pemasaran pertama memberikan nilai FS
sebesar Rp 1.354 per kg ketela pohon.
terbesar dibandingkan dua saluran pema288
Pemasaran Ketela Pohon di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri (Any Suryantini, dkk)
Nilai ini lebih kecil daripada saluran
dan kedua melibatkan banyak pelaku
kedua (Rp 1.875 per kg) dan saluran
pemasaran.
ketiga (Rp 2.600,00 per kg). Apabila
dilihat dari panjangnya saluran pemasaran, maka marjin yang diterima pelaku
pemasaran pada saluran ketiga sangat
besar karena hanya melibatkan pedagang
pengecer dibandingkan saluran pertama
Keuntungan Pemasaran
Besar biaya pemasaran per saluran
pemasaran akan berbeda-beda, tergantung
pada biaya yang dikeluarkan tiap pelaku
pemasaran.
Tabel 2 Biaya Pemasaran per Saluran Pemasaran
Biaya (Rp per kg)
Keterangan
Saluran 1
Saluran 2
Saluran 3
Pengangkutan/transportasi
40
100
20
Penyimpanan
0
100
0
Packaging
20
Penyortiran
0
Retrbusi
0
Pungutan tidak resmi
10
Muat
25
Bongkar
10
10
0
Lain-lain
0
0
0
105
270
40
Total
25
0
0
10
25
20
0
0
0
0
Sumber: Analisis Data Primer (2015)
Hasil perhitungan keuntungan pemasaran
masaran, maka keuntungan pemasaran
adalah sebagai berikut:
pada saluran pertama adalah yang paling
Saluran 1: Π = M – C = Rp 1.354,00 -
kecil dibandingkan dua saluran pemasaran
Rp 105,00 = Rp 1.249,00
lainnya. Hal ini menunjukkan jumlah
Saluran 2: Π = M – C = Rp 1.875,00 –
keuntungan yang diterima para pelaku
Rp 270,00 = Rp 1.605,00
pemasaran pada saluran pemasaran pertama
Saluran 3: Π = M – C = Rp 2.600,00 –
adalah yang paling kecil sehingga dapat
Rp 40,00 = Rp 2.560,00
dikatakan saluran pertama paling efisien.
Dengan membandingkan besaran
keuntungan pemasaran antar saluran pe289
Pemasaran Ketela Pohon di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri (Any Suryantini, dkk)
Efisiensi Pemasaran
Saluran 2:
Hasil perhitungan nilai efisiensi
pemasaran antar saluran pemasaran ada-
=
lah sebagai berikut :
c
Rp105,00
=
x 100% =
Rp2.500,00
p
Saluran 1:
10,80%
Saluran 3:
c
Rp 40,00
=
x 100%
p
Rp3.000,00
=1,33%
Dari hasil perhitungan maka dapat
diketahui bahwa saluran pemasaran ketiga
adalah yang paling efisien dibandingkan
dua saluran pemasaran lainnya. Hal ini
karena pedagang setelah membeli dari
petani langsung menjual ke konsumen
sedangkan pada dua saluran lain melibatkan
banyak pedagang baru kemudian menjual
ke konsumen.
Indeks Kekuatan Pasar
( Rp2.500,00 Rp270,00)
=
Rp2.500,00
0,89
Saluran 3:
4,20%
c
Rp270,00
Saluran 1:
=
x 100% =
Rp2.500,00
p
( P MC )
p
=
( P MC )
p
( Rp3.000,00 Rp40,00)
= 0,98
Rp3.000,00
Dari hasil perhitungan maka dapat
diketahui bahwa saluran pemasaran kedua
adalah yang paling rendah daya monopolinya dibandingkan dua saluran pemasaran lainnya. Semakin besar indeks
Lerner maka kemampuan perusahaan
melakukan eksploitasi pasar semakin besar
dalam rangka mencapai laba maksimum
serta kondisi permintaan adalah inelastis.
Masalah dalam Pemasaran
1 Produksi singkong petani tidak kontinu
Masalah ini dihadapi oleh perusahaan dimana produksi petani hanya tersedia pada musim kering sedangkan pada
Hasil perhitungan indeks kekuatan
musim hujan produksi ketela pohon ren-
pasar antar saluran pemasaran pemasaran
dah. Perusahaan membutuhkan keterse-
adalah sebagai berikut:
diaan ketela pohon hampir sepanjang
Saluran 1:
=
( P MC )
p
( Rp2.500,00 Rp105,00)
=0,95
Rp2.500,00
tahun sehingga untuk mengatasi kekurangan stok maka perusahaan membeli
produksi ketela pohon dari daerah Ponorogo dan Pati.
291
PROSEDING KONSER KARYA ILMIAH NASIONAL Vol. 2, Agustus 2016 ISSN: 2460-5506
2 Fasilitas penyimpanan kurang optimal
Masalah ini dihadapi oleh hampir
KESIMPULAN
1
Pada pemasaran ketela pohon ini,
semua pelaku pemasaran dimana gudang
terdapat 3 saluran pemasaran, yakni :
penyimpanan berkualitas di bawah ideal.
Saluran 1: petani → perusahaan
Di tingkat petani, penyimpanan yang
olahan tepung mocaf →
kurang baik menyebabkan kualitas ketela
perusahaan
pohon rendah sehingga harga jual rendah
pedagang
pula. Hal yang sama juga dialami oleh
konsumen
pangan
→
pengecer
→
pedagang. Sedangkan untuk perusahaan,
Saluran 2: petani → pedagang
masalah penyimpanan adalah gudang
pengumpul → perusahaan
yang kecil sehingga tidak dapat menyim-
olahan tepung mocaf →
pan dengan baik seluruh hasil panen
perusahaan
ketela pohon dari petani.
pedagang
2
pemasaran pertama
pada kenyataannya, kedua pelaku pema-
4 Adanya pungutan liar dalam pemasaran
Pungutan liar sering dialami oleh
perusahaan sehingga akan menambag
biaya pemasaran.
292
petani
perusahaan olahan tepung mocaf
terkadang ketela pohon yang masuk
kadar aci dalam ketela pohon.
yakni
langsung menjual ketela pohon ke
saran ini kurang memperhatikan sehingga
dilakukan secara cepat yakni hanya melihat
Saluran pemasarann yang paling
menguntungkan petani adalah saluran
menjadi tuntutan dari perusahaan. Namun
tinggi. Sedangkan di perusahaan, sortasi
→
pengecer → konsumen
Masalah standardisasi produk di
masih dalam keadaan kadar air cukup
pengecer
Saluran 3 : petani → pedagang
baik
perusahaan berkualitas tidak baik atau
→
konsumen
3 Standardisasi tidak berjalan dengan
tingkat petani dan pedagang sebenarnya
pangan
3
Masalah dalam pemasaran ketela
pohon antara lain produksi singkong
petani tidak kontinu, fasilitas penyimpanan kurang optimal, standardisasi tidak berjalan dengan baik
dan adanya pungutan liar dalam
pemasaran
Pemasaran Ketela Pohon di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri (Any Suryantini, dkk)
DAFTAR PUSTAKA
Azzaino, Z. 1982. Pengantar Tataniaga
Pertanian. Bogor: Departemen Ilmuilmu Sosial Ekonomi Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Kotler, P. 1999. Manajemen Pemasaran
Perspektif Asia . Yogyakarta: Andi
Ofset.
Tomek, W.G dan K.L Robinson. 1990.
Agricultural Product Prices 3rd
Edition. London: Cornell University
Press.
293
PROSEDING KONSER KARYA ILMIAH NASIONAL Vol. 2, Agustus 2016 ISSN: 2460-5506
294
KABUPATEN WONOGIRI
Any Suryantini, Revrisond Baswir, Dumairy, dan Agus Dwi Nugroho
Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan Universitas Gadjah Mada
agusdwinugroho@yahoo.com/08562674433
ABSTRACT
The study was conducted to know the channels, costs, margins and efficiency of
cassava. The respondents of this study are cassava farmers and traders in Wonogiri.
Farmers have been selected based on random sampling method, while traders
selected by snowball sampling method. On the marketing of cassava, there are three
marketing channels, namely channel 1: farmer → company of flour mocaf → food
company → retailer → consumer; channel 2: farmer → trader → company of flour
mocaf → food company → retailer → consumer. channel 3: farmers → retailer →
consumer. Marketing channels most profita ble for farmers is the first marketing
channel which farmers sell directly to the company of flour mocaf. Problems in the
cassava marketing are the production of cassava are not continuous, less than
optimal for storage facilities, standardization is not going well and the illegal levies
in the marketing
Keywords: Cassava, Marketing, Wonogiri
PENDAHULUAN
Di Indonesia, usahatani ketela
pohon dapat dijumpai di setiap provinsi,
namun Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa
Timur merupakan sentra produksi ketela
pohon terbesar di Indonesia.
Semakin beragamnya hasil pengolahan ketela pohon mendorong permin-
nentukan solusi agar petani mendapatkan
kemanfaatan yang setara dengan pedagang dalam sistim pemasaran tersebut.
Kajian ini dilakukan dengan tujuan:
1. Mengetahui saluran, biaya transaksi
dan marjin pemasaran ketela pohon.
2. Mengetahui efisiensi pemasaran untuk
setiap saluran pemasaran ketela pohon.
taan ketela pohon sebagai bahan baku
industri pengolahan semakin tinggi. Hal
ini yang merupakan insentif bagi para
petani untuk menanam ketela pohon di
lahan pertaniannya. Namun demikian, tidak
semua petani mendapatkan keuntungan saat
musim panen, oleh sebab itu perlu dikaji
sistim pemasaran ketela pohon dan me-
METODE PENELITIAN
Responden kajian ini adalah petani
dan pedagang ketela pohon di Kecamatan
Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri. Petani
dipilih berdasar metode random sampling
sedangkan pedagang dipilih dengan metode
Snowball Sampling.
285
PROSEDING KONSER KARYA ILMIAH NASIONAL Vol. 2, Agustus 2016 ISSN: 2460-5506
Metode Analisis
5 Untuk mengetahui efisiensi pemasaran
1 Untuk mengetahui saluran pemasaran
Ep =
Pola saluran pemasaran ketela
VC
x 100%
P
pohon dilakukan dengan cara mengikuti
Ep = Efisiensi Pemasaran
aliran produksi ketela pohon dari petani
C = Biaya Pemasaran
sampai pembeli akhir. Hasilnya, berupa
P = Harga
gambar saluran pemasaran panjang atau
pendek tergantung jumlah pelaku pemasaran yang terlibat.
6 Untuk mengetahui tingkat
persaingan pasar
L=
2 Untuk mengetahui farmer share
Pangsa harga yang diterima oleh
petani (farmer share) dapat dihitung dengan
FS =
p produsen
p pengecer
( P MC )
1
=
Ed
p
Keterangan :
L
= Indeks Lerner
P
= Harga
MC = Biaya Marjinal
Ed
= Elastisitas Harga
FS = Farmer Share
Pprodusen
=
Harga
Produk
di
Saluran Pemasaran
Tingkat Petani
Ppengecer
HASIL DAN PEMBAHASAN
=
Harga
Produk
Kebanyakan petani menjual ketela
di
Tingkat Pengecer
pohon dalam bentuk segar setelah dipanen.
Harga ketela pohon ditentukan oleh
3 Untuk mengetahui marjin pemasaran
pedagang perantara, sementara petani
M = Pk – Pp
hanya sebagai penerima harga (price
M = Marjin Pemasaran
taker ), hal ini mengindikasikan daya
Pk = Harga di tingkat konsumen
tawar petani yang lemah, disebabkan
akhir
sedikitnya ketela pohon yang dijual oleh
Pp = Harga di tingkat produsen
4 Untuk mengetahui keuntungan
pemasaran
Π=M–C
Π = Keuntungan Pemasaran
M = Marjin Pemasaran
C = Biaya Pemasaran
setiap
petani.
Di
beberapa
wilayah
pertanaman ketela pohon yang berdekatan
dengan pabrik pengolahan ketela pohon
menjadi tepung mocaf dijumpai pemasaran ketela pohon secara langsung, yakni
petani menjual langsung kepada pengelola pabrik. Dalam kasus inipun petani
bertindak sebagai penerima harga (price
286
Pemasaran Ketela Pohon di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri (Any Suryantini, dkk)
taker) sementara pengelola pabrik sebagai
penentu harga (price maker ).
Secara sederhana bagan saluran
pemasaran yang terbentuk adalah sebagai
berikut:
3
Pedagang
Pengecer
Konsumen
Pabrik Olahan Pangan
dari Ketela Pohon
Petani
Pabrik Olahan
Tepung Mocaf
1
Pedagang
Pengumpul
2
Gambar 1 Saluran Pemasaran Ketela Pohon di Kabupaten Wonogiri
Pelaku pemasaran pertama adalah
petani, pedagang kebanyakan menera-kan
petani. Petani menjual ketela pohon kepada
pembayaran tunai setelah mengukur berat
pedagang. Petani kebanyakan menjual
ketela pohon yang diperdagangkan. Harga
dalam bentuk umbi. Pelaku pemasaran
beli disesuaikan dengan harga pasar.
selanjutnya adalah pedagang yang me-
Pedagang jarang menerapkan grading
ngumpulkan ketela pohon dari sejumlah
untuk menggolongkan produk dalam
petani kemudian menjual kepada peda-
kualitas produk yang bertingkat. Pelaku
gang lain ataupun kepada industri pengo-
pemasaran selanjutnya adalah Industri
lah ketela pohon. Pedagang melakukan
olahan ketela pohon yang produknya
aktivitas pembelian, sortasi, pengangkut
sangat beragam salah satunya adalah
dan penyimpan dalam waktu yang sing-
tepung mocaf. Dalam penelitian ini,
kat. Ketika membeli ketela pohon dari
perusahaan utama yang terlibat adalah
287
PROSEDING KONSER KARYA ILMIAH NASIONAL Vol. 2, Agustus 2016 ISSN: 2460-5506
PT. Agro Andalan dengan produk akhir
saran lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa
yakni tepung mocaf. Pelaku pemasaran
saluran pemasaran pertama meru-pakan
ketela terakhir adalah pedagang pengecer
yang paling besar memberikan keuntungan
yang menjual tepung mocaf produksi
kepada petani dibandingkan dua saluran
industri kepada konsumen. Konsumen
pemasaran lainnya. Hal ini menunjukkan
tepung mocaf terdiri dari industri kecil
saluran pemasaran pertama efisien secara
makanan ringan dan rumah tangga.
operasional dibandingkan saluran pemasaran
Pedagang pengecer bertindak sebagai
lainnya yakni setiap 100 rupiah yang
penentu
dibayarkan konsumen akhir dalam pema-
harga
sedangkan
konsumen
sebagai penerima harga.
saran ketela pohon maka petani akan
menerima
3.3 Farmer share
farmer
share
45,84
di
wilayah penelitian adalah
Marjin pemasaran
p produsen
an antar saluran pemasaran adalah seba100%
=
gai berikut:
Saluran 1 : M = Pk – Pp = Rp 2.500,00
45,84%
– Rp 1.146,00 = Rp 1.354,00/kg
p produsen
x 100% =
p pengecer
Rp625,00
Rp2.500,00
Hasil perhitungan marjin pemasar-
x 100% =
p pengecer
Rp1.146,00
x
Rp2.500,00
Saluran 2: FS =
sebesar
rupiah.
Perhitungan
Saluran 1: FS =
pendapatan
Saluran 2 : M = Pk – Pp = Rp 2.500,00
– Rp 625,00 = Rp 1.875,00/kg
x
100%
=
Saluran 3 : M = Pk – Pp = Rp 3.000,00
– Rp 400,00 = Rp 2.600,00/kg
25,00%
Saluran 3: FS =
p produsen
Rp 400,00
Rp3.000,00
Dari hasil perhitungan marjin,
x 100% =
p pengecer
saluran pertama menghasilkan selisih
x
100%
=
7,50%
harga konsumen dengan harga petani
yang paling kecil dibandingkan dua
saluran
pemasaran lainnya.
Hal
ini
Hasil perhitungan FS antar saluran
menunjukkan pada saluran pertama, lem-
pemasaran menunjukkan bahwa saluran
baga pemasaran mengambil keuntungan
pemasaran pertama memberikan nilai FS
sebesar Rp 1.354 per kg ketela pohon.
terbesar dibandingkan dua saluran pema288
Pemasaran Ketela Pohon di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri (Any Suryantini, dkk)
Nilai ini lebih kecil daripada saluran
dan kedua melibatkan banyak pelaku
kedua (Rp 1.875 per kg) dan saluran
pemasaran.
ketiga (Rp 2.600,00 per kg). Apabila
dilihat dari panjangnya saluran pemasaran, maka marjin yang diterima pelaku
pemasaran pada saluran ketiga sangat
besar karena hanya melibatkan pedagang
pengecer dibandingkan saluran pertama
Keuntungan Pemasaran
Besar biaya pemasaran per saluran
pemasaran akan berbeda-beda, tergantung
pada biaya yang dikeluarkan tiap pelaku
pemasaran.
Tabel 2 Biaya Pemasaran per Saluran Pemasaran
Biaya (Rp per kg)
Keterangan
Saluran 1
Saluran 2
Saluran 3
Pengangkutan/transportasi
40
100
20
Penyimpanan
0
100
0
Packaging
20
Penyortiran
0
Retrbusi
0
Pungutan tidak resmi
10
Muat
25
Bongkar
10
10
0
Lain-lain
0
0
0
105
270
40
Total
25
0
0
10
25
20
0
0
0
0
Sumber: Analisis Data Primer (2015)
Hasil perhitungan keuntungan pemasaran
masaran, maka keuntungan pemasaran
adalah sebagai berikut:
pada saluran pertama adalah yang paling
Saluran 1: Π = M – C = Rp 1.354,00 -
kecil dibandingkan dua saluran pemasaran
Rp 105,00 = Rp 1.249,00
lainnya. Hal ini menunjukkan jumlah
Saluran 2: Π = M – C = Rp 1.875,00 –
keuntungan yang diterima para pelaku
Rp 270,00 = Rp 1.605,00
pemasaran pada saluran pemasaran pertama
Saluran 3: Π = M – C = Rp 2.600,00 –
adalah yang paling kecil sehingga dapat
Rp 40,00 = Rp 2.560,00
dikatakan saluran pertama paling efisien.
Dengan membandingkan besaran
keuntungan pemasaran antar saluran pe289
Pemasaran Ketela Pohon di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri (Any Suryantini, dkk)
Efisiensi Pemasaran
Saluran 2:
Hasil perhitungan nilai efisiensi
pemasaran antar saluran pemasaran ada-
=
lah sebagai berikut :
c
Rp105,00
=
x 100% =
Rp2.500,00
p
Saluran 1:
10,80%
Saluran 3:
c
Rp 40,00
=
x 100%
p
Rp3.000,00
=1,33%
Dari hasil perhitungan maka dapat
diketahui bahwa saluran pemasaran ketiga
adalah yang paling efisien dibandingkan
dua saluran pemasaran lainnya. Hal ini
karena pedagang setelah membeli dari
petani langsung menjual ke konsumen
sedangkan pada dua saluran lain melibatkan
banyak pedagang baru kemudian menjual
ke konsumen.
Indeks Kekuatan Pasar
( Rp2.500,00 Rp270,00)
=
Rp2.500,00
0,89
Saluran 3:
4,20%
c
Rp270,00
Saluran 1:
=
x 100% =
Rp2.500,00
p
( P MC )
p
=
( P MC )
p
( Rp3.000,00 Rp40,00)
= 0,98
Rp3.000,00
Dari hasil perhitungan maka dapat
diketahui bahwa saluran pemasaran kedua
adalah yang paling rendah daya monopolinya dibandingkan dua saluran pemasaran lainnya. Semakin besar indeks
Lerner maka kemampuan perusahaan
melakukan eksploitasi pasar semakin besar
dalam rangka mencapai laba maksimum
serta kondisi permintaan adalah inelastis.
Masalah dalam Pemasaran
1 Produksi singkong petani tidak kontinu
Masalah ini dihadapi oleh perusahaan dimana produksi petani hanya tersedia pada musim kering sedangkan pada
Hasil perhitungan indeks kekuatan
musim hujan produksi ketela pohon ren-
pasar antar saluran pemasaran pemasaran
dah. Perusahaan membutuhkan keterse-
adalah sebagai berikut:
diaan ketela pohon hampir sepanjang
Saluran 1:
=
( P MC )
p
( Rp2.500,00 Rp105,00)
=0,95
Rp2.500,00
tahun sehingga untuk mengatasi kekurangan stok maka perusahaan membeli
produksi ketela pohon dari daerah Ponorogo dan Pati.
291
PROSEDING KONSER KARYA ILMIAH NASIONAL Vol. 2, Agustus 2016 ISSN: 2460-5506
2 Fasilitas penyimpanan kurang optimal
Masalah ini dihadapi oleh hampir
KESIMPULAN
1
Pada pemasaran ketela pohon ini,
semua pelaku pemasaran dimana gudang
terdapat 3 saluran pemasaran, yakni :
penyimpanan berkualitas di bawah ideal.
Saluran 1: petani → perusahaan
Di tingkat petani, penyimpanan yang
olahan tepung mocaf →
kurang baik menyebabkan kualitas ketela
perusahaan
pohon rendah sehingga harga jual rendah
pedagang
pula. Hal yang sama juga dialami oleh
konsumen
pangan
→
pengecer
→
pedagang. Sedangkan untuk perusahaan,
Saluran 2: petani → pedagang
masalah penyimpanan adalah gudang
pengumpul → perusahaan
yang kecil sehingga tidak dapat menyim-
olahan tepung mocaf →
pan dengan baik seluruh hasil panen
perusahaan
ketela pohon dari petani.
pedagang
2
pemasaran pertama
pada kenyataannya, kedua pelaku pema-
4 Adanya pungutan liar dalam pemasaran
Pungutan liar sering dialami oleh
perusahaan sehingga akan menambag
biaya pemasaran.
292
petani
perusahaan olahan tepung mocaf
terkadang ketela pohon yang masuk
kadar aci dalam ketela pohon.
yakni
langsung menjual ketela pohon ke
saran ini kurang memperhatikan sehingga
dilakukan secara cepat yakni hanya melihat
Saluran pemasarann yang paling
menguntungkan petani adalah saluran
menjadi tuntutan dari perusahaan. Namun
tinggi. Sedangkan di perusahaan, sortasi
→
pengecer → konsumen
Masalah standardisasi produk di
masih dalam keadaan kadar air cukup
pengecer
Saluran 3 : petani → pedagang
baik
perusahaan berkualitas tidak baik atau
→
konsumen
3 Standardisasi tidak berjalan dengan
tingkat petani dan pedagang sebenarnya
pangan
3
Masalah dalam pemasaran ketela
pohon antara lain produksi singkong
petani tidak kontinu, fasilitas penyimpanan kurang optimal, standardisasi tidak berjalan dengan baik
dan adanya pungutan liar dalam
pemasaran
Pemasaran Ketela Pohon di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri (Any Suryantini, dkk)
DAFTAR PUSTAKA
Azzaino, Z. 1982. Pengantar Tataniaga
Pertanian. Bogor: Departemen Ilmuilmu Sosial Ekonomi Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Kotler, P. 1999. Manajemen Pemasaran
Perspektif Asia . Yogyakarta: Andi
Ofset.
Tomek, W.G dan K.L Robinson. 1990.
Agricultural Product Prices 3rd
Edition. London: Cornell University
Press.
293
PROSEDING KONSER KARYA ILMIAH NASIONAL Vol. 2, Agustus 2016 ISSN: 2460-5506
294