PROS Any S, Revrisond B, Dumairy, Agus DN Pemasaran Ketela Pohon fulltext

PEMASARAN KETELA POHON DI KECAMATAN NGADIROJO
KABUPATEN WONOGIRI
Any Suryantini, Revrisond Baswir, Dumairy, dan Agus Dwi Nugroho
Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan Universitas Gadjah Mada
agusdwinugroho@yahoo.com/08562674433

ABSTRACT

The study was conducted to know the channels, costs, margins and efficiency of
cassava. The respondents of this study are cassava farmers and traders in Wonogiri.
Farmers have been selected based on random sampling method, while traders
selected by snowball sampling method. On the marketing of cassava, there are three
marketing channels, namely channel 1: farmer → company of flour mocaf → food
company → retailer → consumer; channel 2: farmer → trader → company of flour
mocaf → food company → retailer → consumer. channel 3: farmers → retailer →
consumer. Marketing channels most profita ble for farmers is the first marketing
channel which farmers sell directly to the company of flour mocaf. Problems in the
cassava marketing are the production of cassava are not continuous, less than
optimal for storage facilities, standardization is not going well and the illegal levies
in the marketing
Keywords: Cassava, Marketing, Wonogiri


PENDAHULUAN
Di Indonesia, usahatani ketela
pohon dapat dijumpai di setiap provinsi,
namun Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa
Timur merupakan sentra produksi ketela
pohon terbesar di Indonesia.
Semakin beragamnya hasil pengolahan ketela pohon mendorong permin-

nentukan solusi agar petani mendapatkan
kemanfaatan yang setara dengan pedagang dalam sistim pemasaran tersebut.
Kajian ini dilakukan dengan tujuan:
1. Mengetahui saluran, biaya transaksi
dan marjin pemasaran ketela pohon.
2. Mengetahui efisiensi pemasaran untuk
setiap saluran pemasaran ketela pohon.

taan ketela pohon sebagai bahan baku
industri pengolahan semakin tinggi. Hal
ini yang merupakan insentif bagi para

petani untuk menanam ketela pohon di
lahan pertaniannya. Namun demikian, tidak
semua petani mendapatkan keuntungan saat
musim panen, oleh sebab itu perlu dikaji
sistim pemasaran ketela pohon dan me-

METODE PENELITIAN
Responden kajian ini adalah petani
dan pedagang ketela pohon di Kecamatan
Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri. Petani
dipilih berdasar metode random sampling
sedangkan pedagang dipilih dengan metode
Snowball Sampling.

285

PROSEDING KONSER KARYA ILMIAH NASIONAL Vol. 2, Agustus 2016 ISSN: 2460-5506

Metode Analisis


5 Untuk mengetahui efisiensi pemasaran

1 Untuk mengetahui saluran pemasaran

Ep =

Pola saluran pemasaran ketela

VC
x 100%
P

pohon dilakukan dengan cara mengikuti

Ep = Efisiensi Pemasaran

aliran produksi ketela pohon dari petani

C = Biaya Pemasaran


sampai pembeli akhir. Hasilnya, berupa

P = Harga

gambar saluran pemasaran panjang atau
pendek tergantung jumlah pelaku pemasaran yang terlibat.

6 Untuk mengetahui tingkat
persaingan pasar
L=

2 Untuk mengetahui farmer share
Pangsa harga yang diterima oleh
petani (farmer share) dapat dihitung dengan
FS =

p produsen
p pengecer

( P  MC )

1
=
Ed
p

Keterangan :
L
= Indeks Lerner
P
= Harga
MC = Biaya Marjinal
Ed
= Elastisitas Harga

FS = Farmer Share
Pprodusen

=

Harga


Produk

di

Saluran Pemasaran

Tingkat Petani
Ppengecer

HASIL DAN PEMBAHASAN

=

Harga

Produk

Kebanyakan petani menjual ketela


di

Tingkat Pengecer

pohon dalam bentuk segar setelah dipanen.
Harga ketela pohon ditentukan oleh

3 Untuk mengetahui marjin pemasaran

pedagang perantara, sementara petani

M = Pk – Pp

hanya sebagai penerima harga (price

M = Marjin Pemasaran

taker ), hal ini mengindikasikan daya

Pk = Harga di tingkat konsumen


tawar petani yang lemah, disebabkan

akhir

sedikitnya ketela pohon yang dijual oleh
Pp = Harga di tingkat produsen

4 Untuk mengetahui keuntungan
pemasaran
Π=M–C
Π = Keuntungan Pemasaran
M = Marjin Pemasaran
C = Biaya Pemasaran

setiap

petani.

Di


beberapa

wilayah

pertanaman ketela pohon yang berdekatan
dengan pabrik pengolahan ketela pohon
menjadi tepung mocaf dijumpai pemasaran ketela pohon secara langsung, yakni
petani menjual langsung kepada pengelola pabrik. Dalam kasus inipun petani
bertindak sebagai penerima harga (price

286

Pemasaran Ketela Pohon di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri (Any Suryantini, dkk)

taker) sementara pengelola pabrik sebagai
penentu harga (price maker ).

Secara sederhana bagan saluran
pemasaran yang terbentuk adalah sebagai

berikut:

3

Pedagang
Pengecer

Konsumen

Pabrik Olahan Pangan
dari Ketela Pohon

Petani

Pabrik Olahan
Tepung Mocaf
1
Pedagang
Pengumpul
2

Gambar 1 Saluran Pemasaran Ketela Pohon di Kabupaten Wonogiri

Pelaku pemasaran pertama adalah

petani, pedagang kebanyakan menera-kan

petani. Petani menjual ketela pohon kepada

pembayaran tunai setelah mengukur berat

pedagang. Petani kebanyakan menjual

ketela pohon yang diperdagangkan. Harga

dalam bentuk umbi. Pelaku pemasaran

beli disesuaikan dengan harga pasar.

selanjutnya adalah pedagang yang me-

Pedagang jarang menerapkan grading

ngumpulkan ketela pohon dari sejumlah

untuk menggolongkan produk dalam

petani kemudian menjual kepada peda-

kualitas produk yang bertingkat. Pelaku

gang lain ataupun kepada industri pengo-

pemasaran selanjutnya adalah Industri

lah ketela pohon. Pedagang melakukan

olahan ketela pohon yang produknya

aktivitas pembelian, sortasi, pengangkut

sangat beragam salah satunya adalah

dan penyimpan dalam waktu yang sing-

tepung mocaf. Dalam penelitian ini,

kat. Ketika membeli ketela pohon dari

perusahaan utama yang terlibat adalah
287

PROSEDING KONSER KARYA ILMIAH NASIONAL Vol. 2, Agustus 2016 ISSN: 2460-5506

PT. Agro Andalan dengan produk akhir

saran lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa

yakni tepung mocaf. Pelaku pemasaran

saluran pemasaran pertama meru-pakan

ketela terakhir adalah pedagang pengecer

yang paling besar memberikan keuntungan

yang menjual tepung mocaf produksi

kepada petani dibandingkan dua saluran

industri kepada konsumen. Konsumen

pemasaran lainnya. Hal ini menunjukkan

tepung mocaf terdiri dari industri kecil

saluran pemasaran pertama efisien secara

makanan ringan dan rumah tangga.

operasional dibandingkan saluran pemasaran

Pedagang pengecer bertindak sebagai

lainnya yakni setiap 100 rupiah yang

penentu

dibayarkan konsumen akhir dalam pema-

harga

sedangkan

konsumen

sebagai penerima harga.

saran ketela pohon maka petani akan
menerima

3.3 Farmer share
farmer

share

45,84

di

wilayah penelitian adalah

Marjin pemasaran

p produsen

an antar saluran pemasaran adalah seba100%

=

gai berikut:
Saluran 1 : M = Pk – Pp = Rp 2.500,00

45,84%

– Rp 1.146,00 = Rp 1.354,00/kg

p produsen

x 100% =

p pengecer

Rp625,00
Rp2.500,00

Hasil perhitungan marjin pemasar-

x 100% =

p pengecer

Rp1.146,00
x
Rp2.500,00

Saluran 2: FS =

sebesar

rupiah.

Perhitungan

Saluran 1: FS =

pendapatan

Saluran 2 : M = Pk – Pp = Rp 2.500,00
– Rp 625,00 = Rp 1.875,00/kg

x

100%

=

Saluran 3 : M = Pk – Pp = Rp 3.000,00
– Rp 400,00 = Rp 2.600,00/kg

25,00%
Saluran 3: FS =

p produsen

Rp 400,00
Rp3.000,00

Dari hasil perhitungan marjin,

x 100% =

p pengecer

saluran pertama menghasilkan selisih
x

100%

=

7,50%

harga konsumen dengan harga petani
yang paling kecil dibandingkan dua
saluran

pemasaran lainnya.

Hal

ini

Hasil perhitungan FS antar saluran

menunjukkan pada saluran pertama, lem-

pemasaran menunjukkan bahwa saluran

baga pemasaran mengambil keuntungan

pemasaran pertama memberikan nilai FS

sebesar Rp 1.354 per kg ketela pohon.

terbesar dibandingkan dua saluran pema288

Pemasaran Ketela Pohon di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri (Any Suryantini, dkk)

Nilai ini lebih kecil daripada saluran

dan kedua melibatkan banyak pelaku

kedua (Rp 1.875 per kg) dan saluran

pemasaran.

ketiga (Rp 2.600,00 per kg). Apabila
dilihat dari panjangnya saluran pemasaran, maka marjin yang diterima pelaku
pemasaran pada saluran ketiga sangat
besar karena hanya melibatkan pedagang
pengecer dibandingkan saluran pertama

Keuntungan Pemasaran
Besar biaya pemasaran per saluran
pemasaran akan berbeda-beda, tergantung
pada biaya yang dikeluarkan tiap pelaku
pemasaran.

Tabel 2 Biaya Pemasaran per Saluran Pemasaran
Biaya (Rp per kg)
Keterangan

Saluran 1

Saluran 2

Saluran 3

Pengangkutan/transportasi

40

100

20

Penyimpanan

0

100

0

Packaging

20

Penyortiran

0

Retrbusi

0

Pungutan tidak resmi

10

Muat

25

Bongkar

10

10

0

Lain-lain

0

0

0

105

270

40

Total

25
0
0
10
25

20
0
0
0
0

Sumber: Analisis Data Primer (2015)

Hasil perhitungan keuntungan pemasaran

masaran, maka keuntungan pemasaran

adalah sebagai berikut:

pada saluran pertama adalah yang paling

Saluran 1: Π = M – C = Rp 1.354,00 -

kecil dibandingkan dua saluran pemasaran

Rp 105,00 = Rp 1.249,00

lainnya. Hal ini menunjukkan jumlah

Saluran 2: Π = M – C = Rp 1.875,00 –

keuntungan yang diterima para pelaku

Rp 270,00 = Rp 1.605,00

pemasaran pada saluran pemasaran pertama

Saluran 3: Π = M – C = Rp 2.600,00 –

adalah yang paling kecil sehingga dapat

Rp 40,00 = Rp 2.560,00

dikatakan saluran pertama paling efisien.

Dengan membandingkan besaran
keuntungan pemasaran antar saluran pe289

Pemasaran Ketela Pohon di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri (Any Suryantini, dkk)

Efisiensi Pemasaran

Saluran 2:

Hasil perhitungan nilai efisiensi
pemasaran antar saluran pemasaran ada-

=

lah sebagai berikut :
c
Rp105,00
=
x 100% =
Rp2.500,00
p

Saluran 1:

10,80%
Saluran 3:

c
Rp 40,00
=
x 100%
p
Rp3.000,00

=1,33%
Dari hasil perhitungan maka dapat
diketahui bahwa saluran pemasaran ketiga
adalah yang paling efisien dibandingkan
dua saluran pemasaran lainnya. Hal ini
karena pedagang setelah membeli dari
petani langsung menjual ke konsumen
sedangkan pada dua saluran lain melibatkan
banyak pedagang baru kemudian menjual
ke konsumen.
Indeks Kekuatan Pasar

( Rp2.500,00  Rp270,00)
=
Rp2.500,00

0,89
Saluran 3:

4,20%
c
Rp270,00
Saluran 1:
=
x 100% =
Rp2.500,00
p

( P  MC )
p

=

( P  MC )
p

( Rp3.000,00  Rp40,00)
= 0,98
Rp3.000,00

Dari hasil perhitungan maka dapat
diketahui bahwa saluran pemasaran kedua
adalah yang paling rendah daya monopolinya dibandingkan dua saluran pemasaran lainnya. Semakin besar indeks
Lerner maka kemampuan perusahaan
melakukan eksploitasi pasar semakin besar
dalam rangka mencapai laba maksimum
serta kondisi permintaan adalah inelastis.
Masalah dalam Pemasaran
1 Produksi singkong petani tidak kontinu
Masalah ini dihadapi oleh perusahaan dimana produksi petani hanya tersedia pada musim kering sedangkan pada

Hasil perhitungan indeks kekuatan

musim hujan produksi ketela pohon ren-

pasar antar saluran pemasaran pemasaran

dah. Perusahaan membutuhkan keterse-

adalah sebagai berikut:

diaan ketela pohon hampir sepanjang

Saluran 1:
=

( P  MC )
p

( Rp2.500,00  Rp105,00)
=0,95
Rp2.500,00

tahun sehingga untuk mengatasi kekurangan stok maka perusahaan membeli
produksi ketela pohon dari daerah Ponorogo dan Pati.

291

PROSEDING KONSER KARYA ILMIAH NASIONAL Vol. 2, Agustus 2016 ISSN: 2460-5506

2 Fasilitas penyimpanan kurang optimal
Masalah ini dihadapi oleh hampir

KESIMPULAN
1

Pada pemasaran ketela pohon ini,

semua pelaku pemasaran dimana gudang

terdapat 3 saluran pemasaran, yakni :

penyimpanan berkualitas di bawah ideal.

Saluran 1: petani → perusahaan

Di tingkat petani, penyimpanan yang

olahan tepung mocaf →

kurang baik menyebabkan kualitas ketela

perusahaan

pohon rendah sehingga harga jual rendah

pedagang

pula. Hal yang sama juga dialami oleh

konsumen

pangan



pengecer



pedagang. Sedangkan untuk perusahaan,

Saluran 2: petani → pedagang

masalah penyimpanan adalah gudang

pengumpul → perusahaan

yang kecil sehingga tidak dapat menyim-

olahan tepung mocaf →

pan dengan baik seluruh hasil panen

perusahaan

ketela pohon dari petani.

pedagang

2

pemasaran pertama

pada kenyataannya, kedua pelaku pema-

4 Adanya pungutan liar dalam pemasaran
Pungutan liar sering dialami oleh
perusahaan sehingga akan menambag
biaya pemasaran.

292

petani

perusahaan olahan tepung mocaf

terkadang ketela pohon yang masuk

kadar aci dalam ketela pohon.

yakni

langsung menjual ketela pohon ke

saran ini kurang memperhatikan sehingga

dilakukan secara cepat yakni hanya melihat

Saluran pemasarann yang paling
menguntungkan petani adalah saluran

menjadi tuntutan dari perusahaan. Namun

tinggi. Sedangkan di perusahaan, sortasi



pengecer → konsumen

Masalah standardisasi produk di

masih dalam keadaan kadar air cukup

pengecer

Saluran 3 : petani → pedagang

baik

perusahaan berkualitas tidak baik atau



konsumen

3 Standardisasi tidak berjalan dengan

tingkat petani dan pedagang sebenarnya

pangan

3

Masalah dalam pemasaran ketela
pohon antara lain produksi singkong
petani tidak kontinu, fasilitas penyimpanan kurang optimal, standardisasi tidak berjalan dengan baik
dan adanya pungutan liar dalam
pemasaran

Pemasaran Ketela Pohon di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri (Any Suryantini, dkk)

DAFTAR PUSTAKA
Azzaino, Z. 1982. Pengantar Tataniaga
Pertanian. Bogor: Departemen Ilmuilmu Sosial Ekonomi Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Kotler, P. 1999. Manajemen Pemasaran
Perspektif Asia . Yogyakarta: Andi
Ofset.
Tomek, W.G dan K.L Robinson. 1990.
Agricultural Product Prices 3rd
Edition. London: Cornell University
Press.

293

PROSEDING KONSER KARYA ILMIAH NASIONAL Vol. 2, Agustus 2016 ISSN: 2460-5506

294