Profesionalisme sebagai pemoderasi pengaruh kemampuan investigatif pada pembuktian kecurangan oleh auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali.

(1)

PROFESIONALISME SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH KEMAMPUAN INVESTIGATIF PADA PEMBUKTIAN KECURANGAN

OLEH AUDITOR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI BALI

SKRIPSI

Oleh:

NI WAYAN PUSPITA DEWI 12015351013

PROGRAM EKSTENSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(2)

i

PROFESIONALISME SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH KEMAMPUAN INVESTIGATIF PADA PEMBUKTIAN KECURANGAN

OLEH AUDITOR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI BALI

SKRIPSI

Oleh:

NI WAYAN PUSPITA DEWI 1215351013

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

Denpasar 2016


(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal : 01 April 2016

Tim Penguji: Tanda tangan

1. Ketua : Dr. Made Gede Wirakusuma, SE., M.Si., Ak

2. Sekretaris : Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE., MM., Ak., CPA

3. Anggota : Dr. Ni Ketut Rasmini, SE., M.Si., Ak

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing

Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak Prof. Dr. I Wyn Ramantha, SE., MM., Ak.,CPA NIP. 19650323 199103 1 004 NIP. 19590510 199003 1 001


(4)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 01 April 2016 Mahasiswa,

Ni Wayan Puspita Dewi Nim : 1215351013


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Profesionalisme Sebagai Pemoderasi Pengaruh Kemampuan Investigatif Pada Pembuktian Kecurangan Oleh Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., MS., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Dr. A. A. G. P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak, dan Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Drs. I Ketut Suardika Nata, M.Si., selaku Ketua Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

5. Dr. I Made Sadha Suardikha, SE., M.Si., Ak selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

6. Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE., MM., Ak., CPA selaku Dosen Pembimbing atas waktu, bimbingan, masukan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.


(6)

v

7. Dr. Made Gede Wirakusuma, SE., M.Si., Ak selaku Dosen Pembahas dan Dr. Ni Ketut Rasmini, SE., M.Si.,Akselaku Dosen Penguji atas masukan yang diberikan untuk skripsi ini.

8. Kedua orang tua tercinta Bapak Drs. I Wayan Puspa, dan Ibu Ni Ketut Manis, serta semua keluarga atas dukungan, motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, 01 April 2016


(7)

vi

Judul : Profesionalisme Sebagai Pemoderasi Pengaruh Kemampuan Investigatif Pada Pembuktian Kecurangan Oleh Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali

Nama : Ni Wayan Puspita Dewi NIM : 1215351013

ABSTRAK

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai auditor internal pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menciptakan proses tata kelola pemerintah yang bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Selain itu BPKP melakukan audit eksternal seperti pemeriksaan khusus (Audit Investigasi) untuk mengungkapkan adanya indikasi tindak pidana kecurangan (korupsi). Profesionalisme yang dimiliki auditor dapat memberikan pengaruh pada kemampuan investigatif sehingga pembuktian kecurangan oleh auditor meningkat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kembali Pengaruh Kemampuan Investigatif pada Pembuktian Kecurangan Oleh Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah profesionalisme akan memoderasi pengaruh kemampuan investigatif pada pembuktian kecurangan oleh auditor badan pengawasan keuangan dan pembangunan provinsi bali. Penelitian dilakukan di Kantor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Bali tahun 2016. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 74 orang auditor. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada auditor . Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Regresi Sederhana dan uji MRA (Moderating Regression Analysis).

Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa kemampuan investigatif berpengaruh positif pada pembuktian kecurangan oleh auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan provinsi Bali. Penelitian ini juga menemukan bahwa profesionalisme mampu memperkuat pengaruh kemampuan investigatif pada pembuktian kecurangan oleh auditor badan pengawasan keuangan provinsi Bali.Variabel kemampuan investigatif dan profesionalisme mempengaruhi pembuktian kecurangan oleh auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali sebesar 74,60 persen sedangkan sisanya 25,40 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.


(8)

vii DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian... 9

1.5 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 11

2.1 Landasan Teori dan Konsep ... 11

2.1.1 Teori keagenan (Agency Theory) ... 11

2.1.2 Pengertian audit ... 12

2.1.3 Standar audit... 13

2.1.4 Jenis audit investigatif ... 15

2.1.5 Kemampuan investigatif ... 15

2.1.6 Pembuktian dalam audit investigatif ... 17

2.1.7 Kecurangan menurut akuntansi dan auditing ... 18

2.1.8 Profesionalisme ... 19

2.2 Rumusan Hipotesis Penelitian ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1 Desain Penelitian ... 25

3.2 Lokasi dan Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 25

3.3 Objek Penelitian ... 26

3.4 Identifikasi Variabel ... 26

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 27

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 29

3.6.1 Jenis data ... 29

3.6.2 Sumber data ... 29

3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 29

3.7.1 Populasi ... 29

3.7.2 Sampel ... 30


(9)

viii

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 31

3.9 Teknis Analisis Data ... 32

3.9.1 Intervalisasi data... 32

3.9.2 Uji instrumen penelitian ... 33

3.9.3 Uji asumsi klasik ... 34

3.9.5 Uji MRA ... 34

BAB IV PEMBAHASAN ... 38

4.1 Gambaran Umum BPKP RI Perwakilan Provinsi Bali .... 38

4.1.1 Sejarah BPKP RI Perwakilan Provinsi Bali ... 38

4.1.2 Struktur organisasi BPKP RI Perwakilan Provinsi Bali 41 4.2 Data Penelitian ... 44

4.2.1 Deskripsi responden ... 44

4.2.2 Karakteristik responden ... 45

4.3 Statistik Deskriptif ... 47

4.4 Uji Instrumen Penelitian ... 48

4.4.1 Uji validitas ... 48

4.4.2 Uji reliabilitas ... 49

4.5 Uji Asumsi Klasik ... 49

4.5.1 Uji normalitas ... 49

4.5.2 Uji heterokedastisitas ... 50

4.6 Hasil Analisis Regresi ... 50

4.6.1 Analisis regresilinier sederhana ... 50

4.6.2 Analisis regresidengan variabel moderasi ... 51

4.7 Pembahasan Hasil Penelitian ... 55

4.7.1 Pengaruh kemampuan investigatif pada pembuktian kecurangan oleh auditor ... 55

4.7.2 Pengaruh profesionalismedalam hubungan kemampuan investigatif dan pembuktian kecurangan oleh auditor 56 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1 Simpulan ... 58

5.2 Saran ... 59

DAFTAR RUJUKAN ... 60


(10)

ix

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

4.1 Data Pengambilan dan Pengembalian Kuesioner ... 44

4.2 Karakteristik Responden ... 45

4.3 Hasil Statistik Deskriptif... 47

4.4 Hasil Uji Validitas ... 48

4.5 Hasil Uji Reliabilitas... 50

4.6 Hasil Uji Normalitas ... 50

4.7 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 51

4.8 Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana ... 52


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

3.1 Desain Penelitian ... 25 4.1 Struktur Organisasi BPKP RI Perwakilan Provinsi Bali ... 40


(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 65

2 Tabulasi Data Ordinal ... 71

3 Tabulasi Data Interval... 77

4 Hasil Statistik Deskriptif... 83

5 Hasil Uji Validitas ... 84

6 Hasil Uji Reliabilitas... 88

7 Hasil Uji Normalitas ... 91

8 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 92

9 Hasil Analisis Regresi Sederhana ... 93


(13)

(14)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini perkembangan sektor publik sudah semakin kompleks, demikian halnya dengan kejahatan yang terjadi di bidang ekonomi salah satunya adalah kecurangan. Kecurangan juga telah terjadi dimana-mana. Kejahatan di bidang ekonomi ini dilakukan karena berbagai alasan, tetapi pada umumnya karena ingin memperkaya diri. Upaya pencegahan dan pemberantasan kecurangan perlu ditingkatkan serta diintensifkan dengan tetap menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kepentingan masyarakat.

Beberapa peristiwa skandal korporasi yang telah terjadi juga tidak lepas dari tindakan para pemimpin perusahaan yang menyalahi hukum dan etika. Beberapa perusahaan yang terlibat dalam skandal-skandal tersebut antara lain Enron, Worldcom, Tyco, Rite Aid, Sumbeam, Waste Management dan lain lain (Desjardins,2011:3). Runtuhnya perusahaan-perusahaaan besar di Amerika Serikat diakibatkan oleh adanya manipulasi pembukuan. Berdasarkan tiga kategori atas kecurangan yakni penyalahgunaan aset, korupsi dan kecurangan atas pernyataan, dimana jenis kecurangan yang tertinggi adalah penyalahgunaan aset, kemudian disusul dengan korupsi dan yang terendah adalah kecurangan laporan keuangan. Namun jika dilihat dari jumlah kerugian yang ditimbulkan, kecurangan laporan keuangan mengakibatkan nilai kerugian yang paling besar (ACFE, 2012)

Kasus-kasus kecurangan juga terjadi di Negara Indonesia baik di sektor publik maupun di sektor korporasi. Seperti kasus mafia pajak Gayus Tambunan


(15)

2

yang merupakan seorang pegawai pajak. Dia dijerat dengan tiga pasal berlapis yakni pasal korupsi, pencucian uang dan penggelapan pajak (TribunNews,2011). Lalu muncul pula skandal di dunia perbankan. Skandal tersebut melibatkan Melinda Dee yang merupakan salah satu pegawai senior di Citibank yang bertanggung jawab atas 117 transfer dana tanpa sepengetahuan atau izin nasabah yang bersangkutan (Kompas, 2012). Dan masih banyak lagi kasus-kasus KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) yang ada di Indonesia. Hingga pada tahun 2013 lalu Indonesia mendapat peringkat dari Indeks Persepsi Korupsi ke 114 dari 117 negara (www.transparency.org).

Peraturan Pemerintah (PP) No.60 tahun 2008, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) merupakan auditor internal yang memiliki tanggung jawab dalam menciptakan proses tata kelola pemerintahan yang baik, penerapan sistem pengendalian manajemen pemerintah yang baik dan pengelolaan pemerintah yang bebas praktik Korupsi,Kolusi dan Nepotisme (KKN). Selain itu BPKP juga melakukan audit eksternal seperti pemeriksaan khusus (audit investigasi) untuk mengungkapkan adanya indikasi praktik Tindak Pidana Korupsi (TPK), pemeriksaan terhadap proyek-proyek yang dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan untuk pelaksanaan dekonsentrasi, desentralisasi, tugas perbantuan serta pemeriksaan terhadap pemanfaatan pinjaman dan hibah di luar negeri. Menurut Bapak Doso Sukendro selaku Koordinator Pengawasan Bidang Investigasi, BPKP Perwakilan Bali telah menangani setidaknya lebih dari 10 kasus tindak pidana korupsi setiap tahunnya. Banyaknya kasus tindak pidana korupsi serta penyelewengan dana yang terjadi di


(16)

3

pemerintah Provinsi Bali, sebagian besar disebabkan oleh buruknya pengelolaan keuangan dan sistem pengendalian internal pemerintah yang kurang baik.

Istilah Fraud memang masih terdengar asing namun dalam konteks dunia akuntansi Forensik dan Audit Investigatif, Fraud adalah sasaran operasi utamanya. Fraud atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan kecurangan adalah objek utama yang diperangi dan dibuktikan dalam Audit Investigatif. Kecurangan adalah suatu pengertian umum yang mencakup beragam cara yang dapat digunakan oleh kecerdikan manusia, yang digunakan seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain melalui perbuatan yang tidak benar. Kecurangan adalah penipuan yang disengaja, umumnya dalam bentuk kebohongan, penjiplakan dan pencurian. Kecurangan dilakukan untuk memperoleh keuntungan berupa uang dan kekayaan atau untuk menghindari pembayaran atau kerugian jasa, menghindari pajak serta mengamankan kepentingan pribadi atau usaha.

Kecurangan dalam akuntansi dapat dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu kecurangan laporan keuangan dan kecurangan transaksi. Kecurangan laporan mencakup kesalahan pelaporan yang disengaja sehingga terlihat kondisi keuangan perusahaan lebih baik daripada kenyataannya dan akhirnya menipu para pemegang saham, investor dan kreditur. Sedangkan Kecurangan Transaksi biasanya dilakukan untuk mempermudah pencurian atau konversi aset entitas atau perusahaan menjadi aset pribadi.

Salah satu cara penting untuk mengidentifikasi dan menemukan kecurangan adalah melakukan Audit Investigasi. Audit investigasi merupakan audit khusus


(17)

4

yang dilakukan berkaitan dengan adanya indikasi tindak pidana korupsi, penyalahgunaan wewenang, serta ketidaklancaran pembangunan. Audit investigasi ini dilakukan oleh auditor yang disebut Auditor Investigatif. Audit Investigasi ini adalah proses mencari, menemukan, dan mengumpulkan bukti secara sistematis yang bertujuan mengungkapkan terjadi atau tidaknya suatu perbuatan dan pelakunya guna dilakukan tindakan hukum selanjutnya (Pusdiklatwas BPKP,2010:58).

Pelaksanaan Audit Investigasi berhubungan langsung dengan proses litigasi. Litigasi merupakan mekanisme penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan. Hal ini menyebabkan tugas auditor investigatif lebih berat. Auditor investigatif harus memahami pengetahuan tentang akuntansi dan pengauditan. Selain itu auditor investigatif juga harus memahami tentang hukum dalam hubungannya dengan kasus penyimpangan atau kecurangan yang dapat merugikan keuangan Negara (Karyono,2013:132).

Dalam pelaksanaan Audit Investigasi, maka auditor investigatif harus memiliki kemampuan untuk membuktikan adanya kecurangan yang memungkinkan terjadi dan sebelumnya telah terdeteksi oleh berbagai pihak. Prosedur dan teknik yang digunakan dalam proses penyelidikan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam standar yang berlaku. Hal itu berpengaruh terhadap pengumpulan dan pengujian bukti bukti yang dilakukan terkait dengan kasus kecurangan atau penyimpangan yang terjadi. Korupsi merupakan salah satu tindak penyimpangan atau kecurangan yang semakin marak terjadi saat ini. Akibat dari adanya tindakan korupsi antara lain lesunya perekonomian Negara,


(18)

5

meningkatnya kemiskinan, tingginya angka kriminalitas, demoralisasi, kehancuran birokrasi, terganggunya sistem politik dan fungsi pemerintahan. Hal-hal yang menyangkut tindakan korupsi ini seringkali tidak terjangkau oleh Undang-undang.

Auditor Investigatif akan melakukan suatu Audit Investigasi dalam membantu pengusutan tindak kecurangan dan korupsi. Hal ini diperlukan Auditor Investigatif yang memiliki kemampuan memadai agar dapat mengungkap suatu kecurangan yang terjadi. Auditor Investigatif ini melakukan suatu investigasi apabila ada dasar yang layak sehingga auditor tersebut dapat mereka-reka mengenai apa, bagaimana, siapa dan pernyataan yang lain yang diduganya relevan dengan pengungkapan kasus kecurangan.

Prosedur Audit Investigasi dapat tercapai apabila auditor mampu memiliki standar-standar pelaksanaannya. Terdapat beberapa standar atau ukuran mutu dalam pelaksanaan audit investigasi. Diantaranya para auditor tidak bisa memberikan jaminan bahwa mereka bisa menemukan kecurangan di atas jumlah tertentu dengan pengertian bahwa potensi menemukan kecurangan ini bergantung kepada waktu dan keahlian yang digunakan. Dengan standar tersebut pihak yang diaudit, pihak yang memakai laporan audit, dan pihak-pihak lain dapat mengukur mutu kerja auditor.

Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. Seorang auditor yang profesional harus memenuhi tanggung jawabnya terhadap


(19)

6

masyarakat, klien termasuk rekan seprofesi untuk berperilaku semestinya. Sikap profesional tercermin pada pelaksanaan kualitas yang merupakan karakteristik atau tanda suatu profesi atau seorang profesional. Dalam pengertian umum, seorang dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang ditetapkan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang ditetapkan. Profesional auditor adalah suatu aktivitas independen, yang memberikan jaminan keyakinan serta konsultasi yang dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah serta meningkatkan kegiatan operasi organisasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani (2012) di BPK Jawa Barat menyimpulkan bahwa kemampuan Auditor Investigatif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan. Penelitian lain dilakukan oleh Zuliha (2008) yang dilakukan di BPKP Bandung menyimpulkan bahwa kemampuan Auditor Investigatif bermanfaat terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan. Arini Lestari (2014) menyatakan bahwa kemampuan Auditor Investigatif berpengaruh positif terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan. Pada kenyataannya, kecurangan di Indonesia semakin marak terjadi. Dalam survei yang dilakukan oleh Lembaga Transparansi Internasional Indonesia (TII) tercatat bahwa Indonesia menempati urutan 126 dalam daftar negara terkorup dari 180 negara yang diukur (TII, 2015).


(20)

7

Berhasil atau tidaknya Auditor Investigatif dalam menemukan kecurangan juga bisa dipengaruhi oleh profesionalisme auditor. Seorang auditor yang profesional harus memenuhi tanggung jawabnya terhadap masyarakat, klien termasuk rekan seprofesi untuk berperilaku semestinya. Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa audit profesional meningkat jika profesi menetapkan standar kerja dan perilaku yang dapat mengimplementasikan praktis bisnis yang efektif dan tetap mengupayakan profesionalisme yang tinggi (Mayasari,2011). Dengan demikian, nampak bahwa profesionalisme dapat mempengaruhi kinerja yang selanjutnya dapat mempengaruhi kenyamanan serta kebanggaan seorang profesional dalam bekerja.

Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini mengangkat judul “Profesionalisme Sebagai Pemoderasi Pengaruh Kemampuan Investigatif Pada Pembuktian Kecurangan Oleh Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan Provinsi Bali”. Keistimewaan penelitian ini yakni terletak pada

dugaan bahwa Profesionalisme yang akan memoderasi (memperkuat atau memperlemah) hubungan kemampuan investigatif terhadap pembuktian kecurangan oleh auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali. Penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan di luar Bali.


(21)

8 1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kemampuan investigatif berpengaruh pada pembuktian kecurangan oleh auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali?

2. Apakah profesionalisme memoderasi kemampuan investigatif pada pembuktian kecurangan oleh auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali?

1.3Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kemampuan investigatif berpengaruh pada pembuktian kecurangan oleh auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali.

2. Untuk mengetahui profesionalisme dapat memperkuat atau memperlemah hubungan kemampuan investigatif pada pembuktian kecurangan auditor oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali.


(22)

9 1.4Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dapat diperoleh melalui pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Kegunaan teoritis

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai pengaruh kemampuan investigatif terhadap pembuktian kecurangan oleh auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali yang dimoderasi oleh profesionalisme.

2) Kegunaan praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan kajian di bidang auditing dalam materi perkuliahan serta dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut dalam meningkatkan kemampuan investigatif terhadap pembuktian kecurangan.

1.5Sistematika Penulisan

Skripsi ini tersusun menjadi lima bab yang memiliki keterkaitan hubungan satu dengan lainnya. Gambaran dari masing-masing bab adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini menjabarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis

Bab ini menjabarkan teori-teori penunjang terhadap masalah yang diangkat dalam skripsi ini dan rumusan hipotesis.


(23)

10 Bab III Metode Penelitian

Bab ini menjabarkan desain penelitian, lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian.

Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menjabarkan gambaran umum kantor BPKP Provinsi Bali, deskripsi dan karakteristik responden, deskripsi dari masing-masing variabel yang diteliti, hasil penelitian, serta pembahasan hasil dalam penelitian.

Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini menjabarkan simpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan penelitian beserta saran-saran yang dianggap perlu bagi para peneliti selanjutnya dan auditor di BPKP Provinsi Bali pada khususnya.


(24)

(25)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep

2.1.1 Keagenan (agency theory)

Teori keagenan dikembangkan oleh Jensen dan Meckling (1976) dan Ng (1978) dalam Kharismatuti (2012) bahwa adanya konflik kepentingan antara manajemen sebagai agen dan pemilik perusahaan serta entitas lain dalam kontrak (seperti kreditur) sebagai principal. Dalam hal ini prinsipal ingin mengetahui semua informasi termasuk aktifitas manajemen yang terkait dengan dana atau investasi dalam perusahan yaitu dilakukan dengan meminta laporan keuangan dari agen (manajemen).

Laporan keuangan berfungsi sebagai dasar bagi pihak prinsipal dalam menilai kinerja manajemen. Tetapi kecenderungan yang dilakukan manajemen adalah melakukan tindakan yang membuat laporan terlihat baik, sehingga kinerjanya dianggap baik. Untuk mengurangi hal ini, maka diperlukan pihak ketiga yaitu auditor independen untuk menguji kebenaran laporan keuangan, sehingga laporan keuangan yang dibuat manajemen dapat lebih dipercaya (Kharismatuti,2012). Dari pengujian yang dilakukan auditor independen ini, para pemakai laporan keuangan akan menjadikan pendapat auditor ini sebagai bahan pertimbangan untuk proses pengambilan keputusan ekonomi. Principal akan mempercayai laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor yang memiliki kredibilitas tinggi (Ningrum,2012).


(26)

12

Teori keagenan ini akan dapat membantu auditor sebagai pihak ketiga untuk memahami permasalahan yang terjadi antara pihak principal dan agennya. Adanya seorang auditor yang independen dan profesional diharapkan dapat menghilangkan ketidakwajaran yang terjadi dalam laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen sehingga dapat digunakan sebagai media evaluasi kerja yang menghasilkan informasi relevan bagi seluruh pemakai laporan keuangan (Kharismatuti,2012).

2.1.2 Pengertian audit

Definisi audit menurut A Statement of Basic Auditing Concepts (ASOBAC) yang dikutip dalam Abdul Halim (2008:1) audit adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi- asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan. Definisi tersebut dapat diuraikan menjadi tujuh elemen yang harus diperhatikan dalam melaksanakan audit yaitu :

1) Proses yang sistematis

2) Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara objektif

3) Asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi 4) Menentukan tingkat kesesuaian (degree of correspondence) 5) Kriteria yang ditentukan

6) Menyampaikan hasil-hasilnya 7) Para pemakai yang berkepentingan


(27)

13 2.1.3 Standar audit

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi profesi berkewajiban untuk menetapkan standar Auditing. Untuk melaksanakan tugas, IAI membentuk Dewan Standar Audit yang ditetapkan sebagai badan teknis senior IAI untuk menertibkan pernyataan-pernyataan Standar Auditing bagi para auditor dengan menerbitkan interprestasi.

Standar yang telah ditetapkan dan disahkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) Edisi No.20/Tahun IV/Maret/2008 terdiri dari sepuluh standar yang terbagi menjadi tiga kelompok yaitu :

A.Standar umum

1) Auditor harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.

2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh audit.

3) Dalam melaksanakan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. B.Standar Pekerjaan Lapangan

1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervise dengan semestinya.

2) Pemahaman yang memadai tentang pengendalian internal harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,waktu dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.


(28)

14

3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inpeksi,pengamatan,pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan audit.

C.Standar Pelaporan

1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum.

2) Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.

3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus memadai kecuali dinyatakan dalam laporan audit.

4) Laporan audit harus membuat satu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang sama auditor dikaitkan dengan laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.

Berdasarkan hal tersebut, maka auditor di Indonesia harus mengikuti standar yang ditetapkan. Sedangkan untuk audit investigasi, standar yang digunakan juga mengacu pada standar auditing umum tetapi memiliki perbedaan dalam standar pelaporannya. Dalam audit investigasi, standar pelaporannya meliputi kewajiban dalam membuat laporan, cara dan saat pelaporan, bentuk dan isi laporan, kualitas laporan, pembicaraan akhir dengan audit serta penerbitan dan


(29)

15

distribusi laporan (Pusdiklatwas BPKP,2010:58). Dengan demikian Auditor Investigatif dapat dikatakan memiliki kemampuan yang kompeten dalam mengungkap suatu tindak kecurangan apabila auditor tersebut telah mengikuti dan menerapkan standar-standar yang telah ditetapkan.

2.1.4 Jenis audit investigatif

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia Edisi No.20/Tahun IV/Maret/2008 mengemukakan bahwa ada dua jenis audit investigatif yaitu :

1) Audit investigatif proaktif

Dilakukan pada entitas yang mempunyai resiko penyimpangan tetapi entitas tersebut dalam proses awal auditnya belum atau tidak didahului oleh informasi tentang adanya indikasi penyimpangan, yang berpotensi menimbulkan kerugian keuangan/kekayaan Negara dan atau perekonomian Negara

2) Audit investigatif reaktif

Audit Investigatif Reaktif mengandung langkah-langkah pencarian dan pengumpulan bahan bukti yang diperlukan untuk mendukung dugaan/sangkaan awal tentang adanya indikasi penyimpangan yang dapat menimbulkan kerugian keuangan/kekayaan Negara dan atau perekonomian Negara.

2.1.5Kemampuaninvestigatif

Menurut Tuanakotta (2010:349-362) terdapat beberapa faktor dan indikator kemampuan/keahlian yang harus dipenuhi oleh auditor yang akan melaksanakan audit investigatif yaitu meliputi :

1) Pengetahuan dasar


(30)

16

b. Menguasai teknik sistem pengendalian intern. c. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik

d. Memiliki pengetahuan tentang investigasi, diantaranya aksioma audit investigatif, prinsip-prinsip audit investigatif dan kecurangan, teknik audit investigatif dan cara memperoleh buku.

e. Menjaga kerahasiaan sumber informasi

f. Memiliki pengetahuan tentang bukti, bahwa bukti harus relevan dan kompeten.

g. Mengetahui masalah informasi dan teknologi (hardware,software, maupun sistem) serta memahami tentang cyber crime.

h. Memiliki jiwa skeptisme profesional, sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis.

i. Berwawasan luas untuk menambah pengalaman dalam menindak lanjuti kasus yang akan datang.

2) Kemampuan teknis

a. Auditor menggunakan ahli Information Technologi (IT), untuk pengetahuan yang cukup dan luas.

b. Auditor harus mengetahui kontruksi hukum (undang-undang). c. Mempunyai pengetahuan tentang tindak pidana korupsi.

d. Mampu bertindak objektif dan independen, serta netral dan selalu menjunjung asas praduga tak bersalah.

e. Memiliki kemampuan membuat hipotesis.


(31)

17 3) Sikap Mental

a. Mengikuti standar audit investigatif. b. Bersikap independen Bersifat kritis c. Bersifat bebas dengan skeptis profesional

2.1.6 Pembuktian dalam audit investigatif

Audit Investigatif bertugas untuk membuat terang perkara pidana yang dihadapi penyidik dengan cara mengumpulkan bukti-bukti pada Audit Investigatif sama dengan bukti yang ditetapkan dalam Standar Auditing bukti tersebut harus kompeten.Audit Investigatif dilaksanakan untuk membantu penyidik sehingga alat buktinya harus sesuai dengan alat bukti yang sah menurut KUHP. Alat bukti yang sah yang diatur dalam pasal 184 KUHP yaitu:

1) Alat bukti yang sah a. Keterangan saksi b. Keterangan ahli c. Surat

d. Petunjuk

e. Keterangan terdakwa

2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan

Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri. Ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebutkan alasan pengetahuannya itu. Keterangan audit adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang


(32)

18

diperlukan untuk membuat terang suatu perkara guna kepentingan pemeriksa keterangan ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan disidang pengadilan.

Bukti surat adalah berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat pejabat umum yang berwenang. Keterangan ahli dan surat lain yang hanya berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian lain. Petunjuk adalah pembuatan kejadian atau keadaan yang karena penyesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindakan pidana dan siapa pelakunya. Petunjuk hanya dapat diperoleh dari keterangan saksi, surat dan keterangan terdakwa. Keterangan terdakwa adalah apa yang terdakwa dalam sidang tentang perbuatan yang ia lakukan, apa yang ia ketahui dan apa yang ia alami sendiri.

2.1.7 Kecurangan menurut akuntansi dan auditing

Kecurangan adalah penggambaran yang salah dari fakta material dalam buku besar atau dalam laporan keuangan, bisa juga kecurangan yang ditunjukkan kepada pihak luar misalnya penjual, pemasok, kontraktor, konsultan dan pelanggan dengan cara penagihan yang berlebihan (Tunggal,2009:9). Dilihat dari sudut pandang akuntansi Karni (2000:44) mengelompokkan kecurangan menjadi empat yaitu :

1) Kecurangan korporasi

Kecurangan korporasi dilakukan oleh pejabat eksekutif dan atau manajer pusat laba dan perusahaan publik untuk kepentingan perusahaan jangka pendek.


(33)

19 2) Kecurangan pelaporan

Kecurangan pelaporan adalah penyajian laporan keuangan yang merusak integritas informasi keuangan dan dapat mempengaruhi korban seperti pemilik, kreditor.

3) Kecurangan manajemen

Kecurangan manajemen dilakukan manajer tingkat atas untuk kepentingan sendiri dengan jalan menyalahgunakan wewenang.

4) Kegagalan audit

Kegagalan Audit adalah kegagalan auditor untuk dapat mendeteksi dan mengoreksi atau mengungkapkan setiap kelalaian atau kesalahan dalam penyajian laporan keuangan yang antara lain karena auditor tidak menerapkan prosedur audit yang seharusnya terutama pada transaksi yang besar.

2.1.8 Profesionalisme

Secara umum seseorang dapat dikatakan profesional apabila dapat memenuhi tiga kriteria yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan. Lekatompessy (2003) mengemukakan bahwa profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual. Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. Konsep profesionalisme modern dalam melakukan suatu pekerjaan


(34)

20

berkaitan dengan dua aspek penting yaitu aspek struktural dan aspek sikap. Aspek struktural karakteristiknya merupakan bagian dari pembentukaan tempat pelatihan, pembentukan asosiasi profesional dan pembentukan kode etik. Sedangkan aspek sikap berkaitan dengan pembentukan jiwa profesionalisme (Lekatompessy,2003).

Profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai seorang auditor. Gambaran seseorang yang profesional dalam profesi dicerminkan dalam lima dimensi profesionalisme antara lain:

1) Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki serta keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini merupakan ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. 2) Kewajiban sosial adalah suatu pandangan tentang pentingnya peranan profesi

serta manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun kalangan profesional lainnya karena adanya pekerjaan tersebut.

3) Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan bahwa seorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain. Setiap ada campur tangan dari luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional.

4) Keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang menilai apakah suatu pekerjaan yang dilakukan profesional atau tidak adalah rekan sesama profesi, bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan tersebut.


(35)

21

5) Hubungan dengan sesama profesi adalah dengan menggunakan ikatan profesinya sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam melaksanakan pekerjaan (Hastuti dkk, 2003).

Dalam penelitian ini konsep Profesionalisme yang digunakan adalah konsep untuk mengukur bagaimana para profesional memandang profesi mereka yang tercermin dalam sikap dan perilaku mereka. Dengan anggapan bahwa sikap dan perilaku mempunyai hubungan timbal balik. Perilaku profesionalisme merupakan cerminan dari sikap profesionalisme, demikian pula sebaliknya sikap yang profesional tercermin dari perilaku yang profesional. Dengan demikian sikap yang profesional bagi auditor mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan auditor dalam menangani tindakan kecurangan.

2.2 Rumusan Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh kemampuan investigatif pada pembuktian kecurangan oleh Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali.

Masalah yang dihadapi Indonesia saat ini adalah kecurangan berupa korupsi. Tidak mudah dalam menyelesaikan kasus-kasus tersebut karena harus melalui prosedur yang tepat untuk memperoleh butki yang kuat. Dengan demikian sangat dibutuhkan pihak-pihak yang berkompeten untuk menangani kasus kecurangan tersebut.

Audit investigasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengungkapkan kecurangan yang terjadi karena audit investigasi ini dilakukan oleh seorang ahli akuntansi dan audit dalam pengungkapan kecurangan tersebut.


(36)

22

Audit investigasi dilaksanakan menggunakan teknik audit yang sama dengan teknik audit pada audit laporan keuangan, dengan dilakukannya audit investigasi, penyidik dapat memperoleh kepastian apakah tersangka benar-benar berslaah atau tidak karena tugas auditor dalam audit investigasi adalah memperoleh bukti terutama bukti surat yang sangat dibutuhkan oleh penyidik untuk memperkuat dugaan, tetapi pelaksanaan audit investigasi haruslah seefektif mungkin. Hal ini sangat terkait dengan waktu penahanan tersangka yang cukup terbatas. Diharapkan dengan waktu yang cukup singkat, auditor mampu mendeteksi semua kecurangan yang ada. Sedangkan dalam mencapai keberhasilan dalam rangka menjalankan audit investigasi, seorang auditor investigasi harus memiliki kemampuan dalam hal kemampuan dasar, kemampuan teknis dan sikap mental. Kemampuan ini sangat berpengaruh dalam memperoleh bukti-bukti yang diperlukan dalam pemeriksaan. Kemudian secara garis besar, tahapan audit investigasi dimulai dari perencanaan hingga pelaporan penemuan.

Tuanakotta (2010:350) mengemukakan bahwa seorang auditor investigatif menggunakan teknik audit yang mencakup hal-hal berikut ini :

1) Memeriksa Fisik (physical examination) 2) Meminta Konfirmasi (confirmation) 3) Memeriksa dokumen (documentation) 4) Review analitikal (analytical review)

5) Meminta informasi lisan atau tertulis dari auditee(inquines of the auditee) 6) Menghitung kembali (reperformace)


(37)

23

Apabila auditor sudah memiliki kemampuan yang disebutkan diatas dan melaksanakan prosedur audit investigasi yang sesuai dengan prosedur yang berlaku, maka audit investigasi yang dilakukan untuk membuktikan kecurangan akan efektif. Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Kemampuan Investigatif berpengaruh positif terhadap pembuktian kecurangan oleh Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali.

2.2.2 Profesionalisme memoderasi pengaruh kemampaun investigatif pada pembuktian kecurangan oleh Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali.

Seorang auditor investigatif harus melaksanakan prosedur yang ditetapkan baik tahap perencanaan, pelaksanaan, pelaporan hingga tindak lanjut pemeriksaan. Dalam pemeriksaan khusus yang dilakukan hingga mendapatkan bukti-bukti yang diperlukan dapat dipengaruhi oleh kemampuan profesional yang dimiliki auditor. Sikap dan tindakan profesional merupakan tuntutan diberbagai bidang profesi. Auditor yang profesional dalam melakukan pemeriksaan diharapkan akan menghasilkan audit yang memenuhi standar yang ditetapkan oleh organisasi. Profesional yang harus ditanamkan kepada auditor dalam menjalankan fungsinya yang antara lain dapat melalui pendidikan dan pelatihan penjenjangan, seminar, serta pelatihan yang bersifat berkelanjutan (Pramono,2007:13).

Pengaruh sikap profesionalisme terhadap peranan internal Auditor dalam pengungkapan temuan audit dimana para pemeriksa internal auditor harus mematuhi standar profesional dalam pemeriksaan (Tugiman,1997:29). Khairansah


(38)

24

(2005:5) mengemukakan prosedur audit investigasi dilakukan melalui lima tahap yaitu penerimaan data awal, telaah dan analisis data, indikasi adanya korupsi atau tidak, perencanaan audit dan pelaksanaan audit. Adapun tahap pelaksanaan audit sendiri terdiri atas tahap observasi, pemeriksaan, dokumen dan wawancara.

Dari pernyataan yang telah dikemukakan di atas maka profesionalisme dalam pembuktian kecurangan ini dapat tercapai apabila auditor mampu untuk memenuhi standar-standar pelaksanaannya. Seorang auditor dapat diukur profesionalismenya dari profesi auditor yang tercermin dari sikap dan perilaku dalam menjalankan prosedur audit investigasi sehingga hasilnya dapat meminimalisasi kerugian keuangan/kekayaan Negara. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H2 : Profesionalisme memoderasi pengaruh kemampuan Investigatif pada Pembuktian Kecurangan Oleh Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali.


(1)

19 2) Kecurangan pelaporan

Kecurangan pelaporan adalah penyajian laporan keuangan yang merusak integritas informasi keuangan dan dapat mempengaruhi korban seperti pemilik, kreditor.

3) Kecurangan manajemen

Kecurangan manajemen dilakukan manajer tingkat atas untuk kepentingan sendiri dengan jalan menyalahgunakan wewenang.

4) Kegagalan audit

Kegagalan Audit adalah kegagalan auditor untuk dapat mendeteksi dan mengoreksi atau mengungkapkan setiap kelalaian atau kesalahan dalam penyajian laporan keuangan yang antara lain karena auditor tidak menerapkan prosedur audit yang seharusnya terutama pada transaksi yang besar.

2.1.8 Profesionalisme

Secara umum seseorang dapat dikatakan profesional apabila dapat memenuhi tiga kriteria yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan. Lekatompessy (2003) mengemukakan bahwa profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual. Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. Konsep profesionalisme modern dalam melakukan suatu pekerjaan


(2)

20

berkaitan dengan dua aspek penting yaitu aspek struktural dan aspek sikap. Aspek struktural karakteristiknya merupakan bagian dari pembentukaan tempat pelatihan, pembentukan asosiasi profesional dan pembentukan kode etik. Sedangkan aspek sikap berkaitan dengan pembentukan jiwa profesionalisme (Lekatompessy,2003).

Profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai seorang auditor. Gambaran seseorang yang profesional dalam profesi dicerminkan dalam lima dimensi profesionalisme antara lain:

1) Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki serta keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini merupakan ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. 2) Kewajiban sosial adalah suatu pandangan tentang pentingnya peranan profesi

serta manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun kalangan profesional lainnya karena adanya pekerjaan tersebut.

3) Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan bahwa seorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain. Setiap ada campur tangan dari luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional.

4) Keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang menilai apakah suatu pekerjaan yang dilakukan profesional atau tidak adalah rekan sesama profesi, bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan tersebut.


(3)

21

5) Hubungan dengan sesama profesi adalah dengan menggunakan ikatan profesinya sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam melaksanakan pekerjaan (Hastuti dkk, 2003).

Dalam penelitian ini konsep Profesionalisme yang digunakan adalah konsep untuk mengukur bagaimana para profesional memandang profesi mereka yang tercermin dalam sikap dan perilaku mereka. Dengan anggapan bahwa sikap dan perilaku mempunyai hubungan timbal balik. Perilaku profesionalisme merupakan cerminan dari sikap profesionalisme, demikian pula sebaliknya sikap yang profesional tercermin dari perilaku yang profesional. Dengan demikian sikap yang profesional bagi auditor mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan auditor dalam menangani tindakan kecurangan.

2.2 Rumusan Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh kemampuan investigatif pada pembuktian kecurangan oleh Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali.

Masalah yang dihadapi Indonesia saat ini adalah kecurangan berupa korupsi. Tidak mudah dalam menyelesaikan kasus-kasus tersebut karena harus melalui prosedur yang tepat untuk memperoleh butki yang kuat. Dengan demikian sangat dibutuhkan pihak-pihak yang berkompeten untuk menangani kasus kecurangan tersebut.

Audit investigasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengungkapkan kecurangan yang terjadi karena audit investigasi ini dilakukan oleh seorang ahli akuntansi dan audit dalam pengungkapan kecurangan tersebut.


(4)

22

Audit investigasi dilaksanakan menggunakan teknik audit yang sama dengan teknik audit pada audit laporan keuangan, dengan dilakukannya audit investigasi, penyidik dapat memperoleh kepastian apakah tersangka benar-benar berslaah atau tidak karena tugas auditor dalam audit investigasi adalah memperoleh bukti terutama bukti surat yang sangat dibutuhkan oleh penyidik untuk memperkuat dugaan, tetapi pelaksanaan audit investigasi haruslah seefektif mungkin. Hal ini sangat terkait dengan waktu penahanan tersangka yang cukup terbatas. Diharapkan dengan waktu yang cukup singkat, auditor mampu mendeteksi semua kecurangan yang ada. Sedangkan dalam mencapai keberhasilan dalam rangka menjalankan audit investigasi, seorang auditor investigasi harus memiliki kemampuan dalam hal kemampuan dasar, kemampuan teknis dan sikap mental. Kemampuan ini sangat berpengaruh dalam memperoleh bukti-bukti yang diperlukan dalam pemeriksaan. Kemudian secara garis besar, tahapan audit investigasi dimulai dari perencanaan hingga pelaporan penemuan.

Tuanakotta (2010:350) mengemukakan bahwa seorang auditor investigatif menggunakan teknik audit yang mencakup hal-hal berikut ini :

1) Memeriksa Fisik (physical examination) 2) Meminta Konfirmasi (confirmation) 3) Memeriksa dokumen (documentation) 4) Review analitikal (analytical review)

5) Meminta informasi lisan atau tertulis dari auditee(inquines of the auditee) 6) Menghitung kembali (reperformace)


(5)

23

Apabila auditor sudah memiliki kemampuan yang disebutkan diatas dan melaksanakan prosedur audit investigasi yang sesuai dengan prosedur yang berlaku, maka audit investigasi yang dilakukan untuk membuktikan kecurangan akan efektif. Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Kemampuan Investigatif berpengaruh positif terhadap pembuktian

kecurangan oleh Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali.

2.2.2 Profesionalisme memoderasi pengaruh kemampaun investigatif pada pembuktian kecurangan oleh Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali.

Seorang auditor investigatif harus melaksanakan prosedur yang ditetapkan baik tahap perencanaan, pelaksanaan, pelaporan hingga tindak lanjut pemeriksaan. Dalam pemeriksaan khusus yang dilakukan hingga mendapatkan bukti-bukti yang diperlukan dapat dipengaruhi oleh kemampuan profesional yang dimiliki auditor. Sikap dan tindakan profesional merupakan tuntutan diberbagai bidang profesi. Auditor yang profesional dalam melakukan pemeriksaan diharapkan akan menghasilkan audit yang memenuhi standar yang ditetapkan oleh organisasi. Profesional yang harus ditanamkan kepada auditor dalam menjalankan fungsinya yang antara lain dapat melalui pendidikan dan pelatihan penjenjangan, seminar, serta pelatihan yang bersifat berkelanjutan (Pramono,2007:13).

Pengaruh sikap profesionalisme terhadap peranan internal Auditor dalam pengungkapan temuan audit dimana para pemeriksa internal auditor harus mematuhi standar profesional dalam pemeriksaan (Tugiman,1997:29). Khairansah


(6)

24

(2005:5) mengemukakan prosedur audit investigasi dilakukan melalui lima tahap yaitu penerimaan data awal, telaah dan analisis data, indikasi adanya korupsi atau tidak, perencanaan audit dan pelaksanaan audit. Adapun tahap pelaksanaan audit sendiri terdiri atas tahap observasi, pemeriksaan, dokumen dan wawancara.

Dari pernyataan yang telah dikemukakan di atas maka profesionalisme dalam pembuktian kecurangan ini dapat tercapai apabila auditor mampu untuk memenuhi standar-standar pelaksanaannya. Seorang auditor dapat diukur profesionalismenya dari profesi auditor yang tercermin dari sikap dan perilaku dalam menjalankan prosedur audit investigasi sehingga hasilnya dapat meminimalisasi kerugian keuangan/kekayaan Negara. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H2 : Profesionalisme memoderasi pengaruh kemampuan Investigatif pada

Pembuktian Kecurangan Oleh Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Bali.


Dokumen yang terkait

PENGARUH SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR MENDETEKSI KECURANGAN (Studi pada Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan DIY).

0 2 15

PENGARUH REWARD INSTRUMENTALITIES TERHADAP MOTIVASI AUDITOR MELAKUKAN AUDIT INVESTIGATIF (Studi Kasus pada Deputi Bidang Investigasi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan).

0 0 12

Pengaruh Profesionalisme dan PenganAuditor terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan

0 1 23

PENGARUH PERUBAHAN ORGANISASI TERHADAP KINERJA AUDITOR - STUDI PADA KANTOR PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

0 0 7

PENGAWASAN PREVENTIF KEUANGAN DAERAH OLEH BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) DI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI LAMPUNG

0 7 20

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI MALUKU

0 0 79

PENGARUH KEMAMPUAN AUDITOR INVESTIGATIF TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROSEDUR AUDIT DALAM PENGUNGKAPAN KECURANGAN (Studi Kasus pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung)

0 0 17

PENGARUH SKEPTISME PROFESIONAL DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KECURANGAN (FRAUD) (STUDI EMPIRIS BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA) - UMBY repository

0 0 10

PENGARUH SKEPTISME PROFESIONAL DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI KECURANGAN (FRAUD) (STUDI EMPIRIS BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA) - UMBY repository

2 26 21

PENGARUH SKEPTISME PROFESIONAL, INDEPENDENSI DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI FRAUD (KECURANGAN) (Studi Kasus Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Jawa Tengah) - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

0 0 22