PEMAKNAAN LIRIK LAGU “PALING SUKA 69” (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Lirik Lagu ”Paling Suka 69” yang Dibawakan oleh Julia Perez).

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “PALING SUKA 69”
(Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Lir ik Lagu ”Paling Suka 69” yang
Dibawakan oleh J ulia Perez)

SKRIPSI

Oleh :
Adindasyah Putra
NPM: 0943210002

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA
TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “PALING SUKA 69”

(Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Lirik Lagu “Paling Suka 69”
yang Dibawakan oleh J ulia Per ez)

Disusun Oleh:
Adindasyah Putra
NPM : 0943210002

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
PEMBIMBING

Dr . Catur Suratnoadji, Msi
NPT. 3 7206 95 00461

Mengetahui,
DEK AN

Dra. Ec. Hj. Supar wati, Msi
NIP. 19550718 198302 2001


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “PALING SUKA 69”
(Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Lirik Lagu “Paling Suka 69”
yang Dibawakan oleh J ulia Per ez)
Oleh:
Adindasyah Putra
NPM : 0943210002
Telah dipertahankan di hadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skripsi
J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada tanggal 14 J uni 2012

Pembimbing

Tim Penguji :
1. Ketua

Dr . Catur Suratnoadji, Msi

NPT. 3 7206 95 00461

J uwito, S.Sos, Msi
NPT. 3 6704 95 00361
2. Sekr etar is

Drs. Saifuddin Zuhr i, Msi
NIP. 3 7706 94 00351
3. Anggota

Dr . Catur Suratnoadji, Msi
NPT. 3 7206 95 00461

Mengetahui,
DEK AN

Dra. Ec. Hj. Supar wati, Msi
NIP. 19550718 198302 2001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
ADINDASYAH PUTRA. 0943210002. PEMAKNAAN LIRIK LAGU “PALING
SUKA 69” (Studi Semiotik tentang Pemaknaan Lirik Lagu “Paling Suka 69”
yang Dibawakan oleh J ulia Perez)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemaknaan lirik lagu ‘Paling Suka
69” yang dibawakan oleh Julia Perez. Kajian yang digunakan adalah musik dan lirik
lagu, seks dan seksualitas, dan metode semiotik Ferdinand de Saussure.
Penelitian ini dilakukan dengan cara memaknai setiap kata, baris kalimat,
setiap bait, dan keseluruhan lirik lagu “Paling Suka 69”, sehingga menghasilkan
pemaknaan terhadap lirik lagu “Paling Suka 69”. Makna yang dapat dilihat secara
keseluruhan yaitu penggambaran tentang proses kegiatan beradegan intim mulai dari
pemanasan (foreplay), inti permainan, sampai dengan penutupan (afterplay). Dalam
lirik lagu ini terkesan tidak mendidik karena ditulis secara terbuka dengan kata-kata
yang lugas sehingga terkesan vulgar.
Kesimpulan dari analisis terhadap lirik lagu “Paling Suka 69” adalah
penggambaran kegiatan beradegan intim mulai dari proses pemanasan (foreplay),
kemudian inti permainan, sampai dengan proses penutupan (afterplay).
Kata kunci: kegiatan beradegan intim, lagu paling suka 69, semiotik.


ABSTRACT
ADINDASYAH PUTRA. 0943210002. REPRESENTATION OF SEX STYLE in
the song " PALING SUKA 69" (Semiotic Studies about The Representation of
Sex Style in the song " Paling Suka 69" sung by J ulia Perez)
This study aims to knowing the meaning lyrics of the song “Paling Suka 69"
sung by Julia Perez. Studies that used is the music and lyrics of the song, sex and
sexuality, and semiotic methods of Ferdinand de Saussure.
This research done by interpreted of each word, each sentence, each byte, and
the entire song "Paling Suka 69", so that produced the meaning lyrics of the song
“Paling Suka 69”. The meaning can be looked entirely from representation of the
activity process intimate scenes from the foreplay, the core play, until the after play.
The lyrics is not educate because its words is too vulgar.
Conclusions of the analysis of the lyrics of the song "Paling Suka 69" is an
intimate scene of activities ranging from foreplay, the core play, until the after play.
Keywords: scene of sex activities, song of paling suka 69, semiotic.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat
dan

Hidayah-Nya

kepada

peneliti

sehingga

proposal

dengan

judul

“PEMAKNAAN LIRIK LAGU “PALING SUKA 69” (Studi Semiotik

Tentang Pemaknaan Lir ik Lagu “Paling Suka 69” yang Dibawakan oleh
J ulia Per ez) dapat terselesaikan dengan baik.
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Catur Suratnoadji, Msi
selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan, nasehat serta motivasi kepada peneliti. Peneliti juga banyak
menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spirituil maupun
materiil. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Ibu Dra.Ec.Hj.Suparwati, M.si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.

Bapak Juwito, S.Sos., Msi selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
3.


Bapak Drs. Saifuddin Zuhri, Msi, selaku sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4.

Bapak Dr. Catur Suratnoadji selaku Dosen Pembimbing sehingga peneliti

dapat menyelesaikan proposal ini, matur nuwun pak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

i

5.

Kedua orang tua peneliti Arliansyah dan Sulistyowati, semoga anak kalian

ini mampu membuat kalian tersenyum bangga nantinya.

6.

Kakakku Anandasyah Putra, yang selalu memberikan doa dan dukungan

moril maupun spirituil di saat peneliti sedang dalam proses kejenuhan dan
sempat mengalami keputusasaan.
7.

Wanita spesial yang menambah warna dalam hidupku Irma Sofianti.

8.

Teman-teman IISIP Jakarta (Institut Ilmu Politik dan Ilmu Sosial)

angkatan 2005 yang selama kurang lebih 3 tahun secara tidak langsung telah
memberikan pengalaman berharga kepada peneliti selama di ibu kota Jakarta.
9.

Teman-teman Soufa band dan musisi tanah air (mas Eko Bunglon band,


Kaimsasikun band, Ronald ambon sound enginering dan additional guitar
player Mocca band) terima kasih atas pengalaman hidupnya selama ini.
10. Teman-teman KKN UPN Jatim kelompok 4 gelombang 2 tahun 2011.
11. Serta teman-teman UPN Jatim jurusan Ilmu Komunikasi dan seluruh
Pihak yang belum atau tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas
doa dan dukungannya.
Peneliti menyadari bahwa didalam proposal ini masih ditemukan banyak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan demi kesempurnaan proposal ini.

Surabaya, 4 Mei

Peneliti

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ii

DAFTAR ISI


Halaman
KATA PENGANTAR ...............................................................................

i

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................

v

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................

1

1.1. Latar Belakang Masalah .....................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah............................................................................

5

1.3. Tujuan Penelitian ...............................................................................

5

1.4. Manfaat Penelitian……...........……………………………………….. 5
BAB II KAJ IAN PUSTAKA ...................................................................

6

2.1. Landasan Teori..................................................................................

6

2.1.1. Musik dan Lirik Lagu ....................................................................

6

2.1.2. Interpretasi Tanda dalam Lirik Lagu................................................ 10
2.1.3. Seks dan seksualitas.......................................................................... 11
2.1.4. Kamasutra Ala India Kuno dan Ala Jawa.….............……………... 14
2.1.5. Posisi dalam Adegan Intim dan Variasi Pengembangannya….....… 18
2.1.6. Komunikasi Verbal............................................................................ 21
2.2. Analisa Semiotik Ferdinand De Saussure............................................... 22
2.3. Kerangka Berpikir................................................................................... 28

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................... 30
3.1. Pemaknaan Lirik Lagu “Paling Suka 69”…………............................... 32
3.2. Unit Analisis dan Corpus……………………………………………… 33
3.2.1. Unit Analisis…………………………………………………….….. 33
3.2.2. Corpus……………………..……………………………………….. 33
3.3. Metode Analisis Data…………………...…………………………….. 35
3.4. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………….. 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………… 37
4.1. Gambaran Umum……………………………………………………… 37
4.1.2. Penyanyi Julia Perez………………………………………………… 37
4.1.3. Sinetron……………………………………………………………… 41
4.1.4. Film………………………………………………………………….. 42
4.1.5. Album……………………………………………………………….. 43
4.1.6. Hit Single…………………………………………………………….. 43
4.2. Penyajian Data………………………………………………………….. 43
4.3. Pemaknaan Lirik Lagu “Paling Suka 69” Menurut Teori Saussure……. 45
4.4. Makna Secara Keseluruhan…………………………………………….. 74
4.5. Adegan Vulgar dalam Lagu “Paling Suka 69”…………………………. 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….. 78
5.1. Kesimpulan……………………………………………………………... 78
5.2. Saran……………………………………………………………………. 79
DAFTAR PUSTAKA

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Gambar 3.3. Diagram Semiotik Saussure……………………………………....... 82
2. Gambar 3.2.2. Lirik Lagu “Paling Suka 69”……………………………………... 35

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

v

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Mengangkat masalah seks sebenarnya tidak terlepas dari keingintahuan
masyarakat akan masalah yang selama ini dianggap sebagai hal yang tabu.
Ketabuan membuat orang tidak berani mengungkapkan secara terbuka.
Akibatnya seks dianggap sebagai sesuatu yang begitu rahasia dan misterius.
Inilah yang menjadikan segala hal yang berhubungan dengan seks sebagai
sesuatu yang fenomenal, kontroversial, dan membuat orang untuk ingin tahu
lebih banyak. (Hidayana. 2004 : 3)
Sesungguhnya seks mengandung pengertian yang khas, intim, dan mesra
dalam kaitannya dengan bermacam-macam hubungan antara pria dan wanita.
Seks bukanlah sesuatu yang menakutkan, karena seks merupakan karunia dari
Tuhan dipergunakan untuk melestarikan kehidupan di muka bumi, seks dapat
dikatakan sebagai kenikmatan bagi setiap orang, asal dilakukan dalam konteks
yang sebenarnya yaitu dalam ikatan pernikahan. Tetapi bila seks disalahgunakan
akan menimbulkan kesengsaraan, rasa bersalah, gelisah, dimanfaatkan, takut,
dan lain sebagainya.
Pada kenyataannya di jaman yang modern ini kehidupan seks di masyarakat
sudah semakin kurang terkendali karena adanya pengaruh dari budaya asing
(westernisasi) yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa kita dan norma
ketimuran. Banyak kejadian yang sering kita dengar dan kita lihat, dimana orang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

2

melakukan hubungan seks bebas yang oleh sebagian orang dikatakan sebagai
gaya hidup atau tren. (Hidayana. 2004 : 5)
Berangkat dari fenomena sosial diatas, lagu “Paling Suka 69” yang
dibawakan oleh Julia Perez dengan nada dan suaranya yang erotis, mendesah,
penuh nafsu, dan tekanan pada bait-bait lirik yang menggambarkan adegan
intim dan gaya bercinta sang penyanyi menjadi permasalahan, selain itu
penulisan pada lirik lagunya yang ditulis terlalu vulgar, terkesan tidak mendidik,
nakal, dan mengarah ke pornografi.
Musik merupakan hasil budaya manusia yang menarik diantara banyak
budaya manusia yang lain, dikatakan menarik karena memegang peranan yang
sangat banyak diberbagai bidang. Jika dilihat dari sisi psikologisnya, musik
kerap menjadi sarana pemenuhan kebutuhan manusia dalam hasrat akan seni
dan berkreasi. Dari sisi sosial musik juga dapat disebut sebagai cermin tatanan
sosial yang ada dalam masyarakat saat musik tersebut diciptakan. Dan dari segi
ekonomi pun musik telah bergerak pesat menjadi suatu komoditi yang
menguntungkan. Musik merupakan suatu karya seni (budaya). Sebuah karya
seni memerlukan sebuah media dalam menyampaikan pesannya, salah satunya
melalui musik.
Keberadaan lirik lagu sangat penting selain perpaduan dari alat musik yang
dimainkan dan karakter suara dari penyanyinya. Kekuatan lirik dari suatu lagu
juga merupakan unsur yang penting bagi keberhasilan lagu itu sendiri, karena
melalui lirik lagu pencipta berusaha menyampaikan apa yang ingin
diungkapkannya, pencipta lagu ingin menyampaikan pesan yang merupakan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

pengekspresian dirinya terhadap fenomena-fenomena yang terjadi disekitarnya
yang dimana dia berinteraksi didalamnya, dalam artian bahwa pesan tersebut
bersumber pada pola pikirnya serta kerangka acuan (frame of reference) dan
pengalaman (field of experience) sebagai hasil dari interaksinya dengan
lingkungan sosial di sekitarnya. Lirik lagu adalah sebuah media komunikasi
verbal yang memiliki nilai yang sama dengan ribuan kata atau peristiwa, juga
secara individu mampu memikat perhatian.
Lirik lagu dalam musik yang sebagaimana bahasa, dapat menjadi sarana
atau media komunikasi untuk mencerminkan bentuk realitas sosial yang ada
dalam masyarakat. Lirik lagu dapat juga sebagai sarana sosialisasi terhadap
suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu diaransir dan
diperdengarkan kepada khalayak juga mempunyai tanggung jawab besar atas
tersebarnya sebuah keyakinan, nilai-nilai, bahkan prasangka tertentu. Harus
diakui musik juga dapat mengekspresikan perasaan, kesadaran, bahkan
pandangan hidup (ideology) manusia. (Mulyana, D. 2005 : 22)
Lirik bisa dikatakan memegang peranan dan merupakan kunci utama dalam
sebuah lagu, hal itu bisa dinilai dari pemilihan kata-katanya (diksi), semakin
mudah dihafal dan mampu mewakili perasaan konsumen, maka lagu itu akan
sangat mungkin banyak dikenal oleh masyarakat atau penikmat musik. Namun
tidak dipungkiri sentuhan musik juga tidak kalah pentingnya untuk
menghidupkan bentuk ekspresi lagu tersebut secara keseluruhan. Untuk
menyampaikan sebuah pesan tidak hanya lirik yang dijadikan acuan sebagai
tanda untuk berinteraksi dalam menyikapi pesan yang terkandung didalamnya,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

akan tetapi seluruh komponen yang terdapat didalam lagu itu secara keseluruhan
juga bisa menggugah konsumen. Dan juga bukan hanya alat musik ataupun
karakter suara penyanyi yang mendukung, akan tetapi faktor ketepatan waktu
saat penyampaian lagu tersebut juga sangat berpengaruh terhadap konsumen
atau penikmat musik, apakah lagu itu mampu mewakili perasaannya.
Konsep pesan dalam sebuah lagu juga bermacam-macam, ada yang berupa
ungkapan sedih, rasa kagum terhadap seseorang, rasa kecewa, dendam, ataupun
kritik terhadap suatu penyimpangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa lirik lagu
tercipta bukan hanya dari rangkaian kata-kata indah semata, akan tetapi lirik
lagu merupakan representasi dari sebuah realitas atau fenomena yang dirasakan
oleh seorang pencipta lagu.
Jenis pelanggaran-pelanggaran dalam lagu “Paling Suka 69” antara lain
tertuang pada:
1. Undang-Undang Penyiaran nomor 32 tahun 2002 pasal 36 ayat 5 dan 6
yang berbunyi (isi siaran dilarang menonjolkan hal-hal yang bermuatan cabul,
dilarang memperolok, merendahkan, melecehkan, dan atau mengabaikan nilainilai agama dan martabat manusia Indonesia).
2. Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3/SPS) tahun
2009 yakni pasal 9 (penghormatan terhadap norma kesopanan dan kesusilaan),
pasal 13 (tentang perlindungan anak dan remaja), pasal 17 (pelanggaran
adegan seksual), dan pasal 19 (muatan seks dalam lagu dan video klip), pasal
36 (penggolongan program siaran). (http://kpi.go.id, diakses 27 Maret 2012)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Atas dasar inilah, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apa makna
yang terkandung pada lirik lagu “Paling Suka 69“ yang dibawakan oleh Julia
Perez dan bagaimana semiotika yang muncul pada lagu ini, mengapa
mengandung makna negatif didalam masyarakat.

1.2. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana analisis semiotik pada
lirik lagu “Paling Suka 69”?

1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimanakah pemaknaan lirik lagu “Paling Suka 69”
yang dibawakan oleh Julia Perez.

1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Untuk menambah literatur penelitian kualitatif ilmu komunikasi khususnya
mengenai analisis pada lirik lagu dengan metode semiotik Saussure.
2. Manfaat Praktis
Membantu masyarakat, pembaca, penikmat, dan sekaligus pengamat musik
dalam menyikapi isi dari lirik lagu “Paling Suka 69” yang dibawakan oleh
Julia Perez.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teor i
2.1.1. Musik dan Lirik Lagu
Musik adalah bentuk seni yang melibatkan penggunaan bunyi secara
terorganisir melalui kontinum waktu tertentu. Musik memainkan peran dalam
tiap masyarakat, memiliki sejumlah besar gaya, dan tiap gaya merupakan ciri
dari wilayah geografis atau sebuah era sejarah. Namun, ada area perbatasan
yang tak jelas antara musik dengan seni berdasarkan bunyi lainnya seperti puisi.
Maka dari itu, masyarakat memiliki pendapat berbeda-beda mengenai
musikalitas dari berbagai macam bunyi. Karenanya, irama berulang, gaya
bernyanyi separuh berbicara, atau teks bunyi diciptakan program komputer bisa
diterima sebagai musik oleh sebuah masyarakat atau kelompok dan bisa juga
tidak. Konteks sosial tempat bunyi itu muncul pun sering menentukan apakah
bunyi itu dapat dianggap sebagai musik atau tidak. Bisingnya daerah industri,
misalnya, tidak dianggap sebagai musik kecuali disajikan sebagai dari sebuah
konser musik eksperimental di dalam sebuah auditorium dan diarahkan oleh
komposer. Ada bermacam-macam tingkatan seni musik yang ada. Didalam
tingkatan seni musik kita sendiri, ada tiga tingkatan berikut ini:
1. Musik klasik: diubah dan dimainkan oleh kaum bangsawan professional
terlatih, yang awalnya ada di bawah lindungan kaum bangsawan dan lembaga
religious.

6
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

2. Musik tradisional: yang dimiliki bersama oleh seluruh populasi.
3. Musik popular: dibawakan oleh kalangan professional, disebarkan melalui
media elektronik (radio,televisi, album rekaman, film) dan dikonsumsi oleh
masyarakat luas. Namun batasan antar strata ini tidak jelas, misalnya, melodi
dari wilayah musik klasik terkadang diambil oleh komunitas musik tradisional
dan popular, begitupun sebaliknya.
Perkembangan lirik lagu di Indonesia sudah muncul sejak mulai setelah
merebut kemerdekaan. Pada perubahan pertama dasawarsa 1950-an. Pada waktu
masih dilakukan yang dinamakan “musikalisasi syair” yaitu menggarap
komposisi-komposisi lagu terhadap puisi-puisi yang terlebih dahulu diciptakan
oleh penyair terpandang. (Rosidi. 1995 : 12)
Musikalitas syair yang dilakukan oleh para komponis lagu tahun 1950-an
itu salah satunya disebabkan oleh keadaan niaga musik yang tidak bisa
menunggu lama. Pada saat itu para komponis diharapkan mampu menciptakan
sebuah lagu yang diibaratkan seperti kue, dapat dibeli dengan harga murah dan
dapat dinikmati selagi hangat, ini menyebabkan karya para pemusik pun
tergesa-gesa dalam pembuatannya, sehingga menyebabkan keterbatasan para
pencipta lagu untuk mempersembahkan sebuah karya yang murni dan melodis.
Selain itu masih terdapat persoalan teknis, seperti persewaan studio yang
mahal makin memaksa mereka menciptakan karya yang asal jadi. Seringkali
mereka hanya mengadaptasi kata-kata dari lagu popular Amerika mengenai
cinta yang dicerna komponis Indonesia. Padahal lirik Amerika sendiri sering

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

mendapat kecaman antara lain dikatakan bahwa lirik lagu Amerika tidak jelas,
vulgar, dumb, cheap, degrading, uninspired. (Rosidi. 1995 : 8)
Lirik lagu merupakan salah satu beragam karya seni yang ada, pada
dasarnya hampir sama dengan puisi. Puisi tergolong juga sebagai seni kata. Oleh
karena itu lirik dan puisi digolongkan sebagai seni kata sebab mediumnya
adalah kata dalam bahasa. Lirik lagu memiliki bentuk pesan berupa tulisan katakata dan kalimat yang dapat digunakan untuk menciptakan suasana dan
gambaran imajinasi tertentu kepada pendengarnya sehingga dapat pula
menciptakan makna-makna yang beragam.
Propaganda melalui maupun tidak melalui lirik lagu tetap memiliki efek
yang kompleks. Contohnya jika pesan dalam lirik lagu oleh propagandis
diketengahkan tentang ketidakadilan serta ketimpangan-ketimpangan sosial dan
secara tidak langsung menempatkan pemerintah sebagai pihak yang harusnya
bertanggung jawab pada keadaan itu, bukan tidak mungkin hanya dengan
melalui lagu khalayak menjadi marah, menuntut, bahkan melawan pemerintah
sebagai pihak yang bertanggung jawab dengan berbagai bentuk. Oleh karena
bahasa dalam hal ini kata-kata, khususnya yang digunakan dalam lirik lagu tidak
seperti bahasa sehari-hari dan memiliki sifat yang ambigu dan penuh ekspresi
ini menyebabkan bahasa cenderung untuk mempengaruhi, membujuk, dan pada
akhirnya mengubah sikap pembaca (Wellek. & Warren. 1989 : 14-15).
Maka untuk menemukan makna dari setiap pesan yang ada pada lirik lagu,
digunakanlah metode semiotika yang notabene merupakan bidang ilmu yang
mempelajari tentang sistem tanda. Mulai dari bagaimana tanda itu diartikan,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

dipengaruhi oleh persepsi dan budaya, serta bagaimana tanda membantu
manusia memaknai keadaan sekitarnya.

2.1.2. Interpretasi Tanda dalam Lir ik Lagu
Charles Osgood dalam LittleJohn (2009 : 104-105) mengemukakan sebuah
teori tentang bagaimana arti sebuah tanda dipelajari dan hubungannya dengan
makna yang diturunkannya. Contohnya adalah kata “jatuh”, maka yang
terbayang adalah proses terlemparnya suatu benda dari ketinggian tententu
menuju kebawah, namun dilain pihak bisa pula kata “jatuh” dibayangkan
sebagai suatu hal yang berhubungan dengan rasa sakit, kekecewaan,
pengalaman yang menyakitkan dan sebagainya. Disinilah bentukan stimulus dan
respon terjadi, respon dari seseorang tentang suatu obyek akan berbenturan
dengan pengalamannya serta dijembatani oleh rujukan yang ada di benaknya.
Dengan kata lain, seseorang menginterpretasikan suatu tanda berangkat dari
frame of reference (pengetahuan) dan frame of experience (pengalaman)
masing-masing, namun pemaknaan tanda tersebut pada masing-masing orang
biasanya tidak berbeda jauh, dikarenakan tanda-tanda yang digunakan sifatnya
universal. Interpretasi definisinya adalah sebuah proses yang aktif dan
merupakan suatu tindakan yang kreatif dari penegasan kemungkinan makna
tindakan dan pesan. Dapat dikatakan bahwa dalam menciptakan suatu karya
lirik lagu, pencipta lagu selaku komunikator melakukan proses persepsi dan
interpretasi terhadap fenomena yang terjadi disekitarnya dan disesuaikan dengan
apa yang dimiliki. Hal ini dikarenakan proses persepsi dan interpretasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

merupakan bagian dari komunikasi interpersonal dan proses komunikasi
interpersonal tidak lain adalah proses berpikir itu sendiri. Dengan demikian
proses komunikasi interpersonal terjadi dalam proses produksi sebuah karya
lirik lagu. Sebagai hasil dari proses persepsi dan interpretasi ini kemudian
pencipta lagu selaku komunikator menuangkan hasil pemikiran tersebut
kedalam bentuk lirik lagu dengan menggunakan lambang bahasa tertulis yang
disesuaikan dengan bahasa komunikasinya, namun tidak terlepas dari persepsi
dan interpretasi pencipta lagu terhadap persoalan-persoalan yang diangkatnya
dengan memperhatikan pula faktor personal dari pencipta lagu itu sendiri.
Kita tidak dapat tidak berkomunikasi (we cannot not communicate). Tidak
berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Alih-alih komunikasi terjadi
bila seseorang memberi makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri
(Mulyana. 2005 : 98). Dalam ilmu komunikasi, analisis yang dilakukan terhadap
suatu karya dalam hal ini lirik lagu berarti melakukan analisis tingkat “pesan”.
Bila dilihat lebih lanjut, lirik lagu adalah proses produksi pencipta lagu selaku
komunikator dalam menyampaikan sebuah pesan baik yang terjadi disekitarnya
atau dirasakan langsung yang dimasukkan kedalam simbol-simbol komunikasi
yang mempunyai persepsi terhadap persoalan tersebut. Simbol-simbol itu
selanjutnya ditujukan kepada komunikan dalam bentuk pesan tertulis berupa
lirik lagu sesuai dengan persepsi komunikator, namun biasanya persepsi dari
komunikan atau masing-masing orang dapat berbeda dalam menanggapinya.
Hal ini menyebabkan isi pesan yang sama dapat berbeda maknanya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

Brown dalam Mulyana (2005 : 256) mendefinisikan makna sebagai
kecenderungan (disposisi) total untuk menggunakan atau bereaksi terhadap
suatu bentuk bahasa. Terdapat banyak komponen dalam makna yang
dibangkitkan dari suatu kata atau kalimat. Makna muncul dari hubungan khusus
antara kata (sebagai simbol verbal) dan manusia. Makna tidak melekat pada
kata-kata, namun kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran orang. Jadi
tidak ada hubungan langsung antara suatu objek dan simbol yang digunakan
untuk mempresentasikannya. (Mulyana. 2005 : 256)
Makna dapat pula digolongkan kedalam makna denotatif dan makna
konotatif. Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya (faktual), seperti
yang kita temukan dalam kamus. Karena itu, makna denotatif lebih bersifat
publik. Sejumlah kata bermakna denotatif, namun banyak kata juga bermakna
konotatif, lebih bersifat pribadi, yakni makna diluar rujukan objektifnya.
Dengan kata lain makna konotatif lebih bersifat subjektif dari pada makna
denotatif. (Mulyana. 2005 : 257)

2.1.3. Seks dan Seksualitas
M. Sofyan Sauri, S. Sos menyatakan istilah seks berasal dari bahasa latin
“secare” yang artinya terbelah, dengan demikian seks adalah sesuatu yang
membelah manusia menjadi dua, yaitu pria dan wanita. Seks adalah jenis
kelamin

yang

membedakan

pria

dan

wanita

secara

(www.waspada.co.id, diakses 19 Maret 2006)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

biologis.

12

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu arti seks
adalah segala hal yang berkaitan dengan alat kelamin. Dr. Boyke, salah seorang
seksolog terkenal dalam buku Let’s Talk About Love berpendapat bahwa kata
“seks” memiliki definisi yang luas. Secara keseluruhan, yang dimaksudkan
dengan seks adalah pendidikan mengenai jenis kelamin.
Terdapat perbedaan antara seks pria dan wanita. Seksualitas pria adalah bila
seorang anak berjenis kelamin pria telah dewasa, maka naluri seks dalam
tubuhnya akan lebih nyata dan menjadi kuat. Perangsangan dapat timbul pada
setiap saat dan terjadi agak cepat dan mungkin timbulnya tanpa disadari.
Sedangkan seksualitas pada wanita berbeda dengan pria, yang dimana perasaan
seksual pada wanita umumnya terjadi dengan perangsangan lebih lambat, tidak
sesering dan tidak nyata seperti pada pria.
Menurut Dr. Boyke dalam buku Let’s Talk About Love mendefinisikan dan
menggolongkan seks kedalam beberapa hal antara lain:
1. Dimensi biologis: dari sudut pandang biologis, seks berarti segala hal yang
berkaitan dengan alat reproduksi. Didalamnya termasuk pengetahuan
mengenai hormon-hormon, menstruasi, masa subur, gairah seks, bagaimana
menjaga kesehatan dan gangguan dari penyakit seperti PMS (penyakit
menular seksual), dan bagaimana memfungsikannya dengan optimal secara
biologis. Termasuk dalam pengertian seks dari sudut biologis ini adalah
pengetahuan mengenai proses pembuahan, bagaimana ovum bertemu dengan
sperma dan membentuk zigot, dan seterusnya. Dalam Islam, pengertian seks
dalam dimensi biologis ini juga bisa ditemukan. Seorang muslim atau

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

muslimah misalnya, diharuskan untuk mengetahui kapan usia balighnya
dimulai. Sebenarnya itu berkaitan dengan masalah pendidikan seks dalam
dimensi biologisnya, karena usia baligh atau kedewasaan seseorang menurut
Islam dilihat dari ciri-ciri yang bersifat biologis. Misalnya, keluarnya darah
haid (menstruasi) pada perempuan atau mulai aktifnya sel sperma yang
ditandai dengan pengalaman “mimpi basah” (ihtilam).
2. Dimensi psikologis: dari dimensi psikologis, seks berkaitan dengan
bagaimana seseorang menjalankan fungsinya sebagai makhluk seksual dan
identitas peran jenis. Contohnya,

laki-laki dipandang

lebih agresif

dibandingkan perempuan. Dalam Islam, penegasan identitas peran jenis ini
juga menjadikan sesuatu yang sangat penting. Rasulullah SAW misalnya,
memberikan larangan yang tegas kepada laki-laki untuk tidak menyerupai
identitas seksual perempuan. Dan sebaliknya, perempuan juga dilarang
menyerupai identitas seksual sebagaimana laki-laki. Hal ini tujuannya jelas,
yakni untuk mempertegas fungsi seksual masing-masing pihak yang nantinya
sangat berpengaruh pada dimensi psikologisnya.
3. Dimensi medis: dari dimensi ini, seks adalah pengetahuan mengenai
penyakit yang disebabkan oleh hubungan seksual, misalnya terjadinya
impotensi, nyeri, atau keputihan. Pada dimensi ini, dalam Islam memang tidak
begitu menyentuh secara detail. Namun, secara umum hal itu tetap disinggung
oleh Islam. Dalam kajian fiqih misalnya, dibahas tentang bagaimana menjaga
kebersihan dan kesucian diri dari segala kotoran atau najis yang keluar dari
alat kelamin. Hal ini dalam kajian fiqih dapat dilakukan dengan cara

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

menyucikan bagian tubuh yang terkena kotoran atau najis dengan
menggunakan air atau dapat dilakukan dengan mandi, khususnya ketika
selesai masa menstruasi atau sehabis melakukan hubungan seksual.
4. Dimensi sosial: dari dimensi sosial, seks adalah sesuatu yang berkaitan
dengan hubungan interpersonal (hubungan antar sesama manusia). Sering kali
hambatan interaksi ditimbulkan oleh kesenjangan peran jenis antara laki-laki
dan perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor budaya dan pola asuh yang
lebih memprioritaskan laki-laki dibanding perempuan di masyarakat.
Anggapan tersebut harus diluruskan karena didalam Islam, perbedaan jenis
kelamin tidak menentukan mana yang lebih baik atau berkualitas, yang
menentukan adalah faktor keimanannya.
Seksualitas memang merupakan suatu yang kodrati sehingga seksualitas
akan tetap muncul dimana saja dan kapan saja dengan daya tarik sendiri.
Seksualitas dapat juga dikatakan sebagai hasrat (desire) dan keinginan (want),
yang tumpah tindih dengan aspek-aspek lain kehidupan. (Hasan. & Nasma.
2008 : 10)

2.1.4. Kamasutr a ala India Kuno dan ala J awa
Beradegan intim atau berhubungan seks adalah aktifitas religius bagi
sebagian orang, dari situ tujuan utamanya adalah melahirkan manusia-manusia
baru yang akan hidup di dunia. Kamasutra adalah kitab yang berisi panduan
dalam berhubungan seks. Didalamnya tertulis banyak nasehat dan pelajaran
tentang bagaimana membina hubungan dengan pasangan. Pembahasan tidak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

berpusat pada masalah seks saja, tetapi juga merupakan tuntunan untuk
seseorang bagaimana menjalani hidup dengan benar bersama pasangan, bahkan
pembahasan tentang seks hanya mengambil porsi satu bagian dari total tujuh
bagian dari isi kitab kamasutra yang berada pada bagian ke-2 dari total 7 bagian
yang ada. Kitab ini terdiri dari 1250 ayat, 36 bab, dan 7 bagian.
(http://www.seksualitas.net/kamasutra-india-kuno.htm)
Kitab Kamasutra bisa dikatakan sebagai salah satu kitab yang bertujuan
untuk mendekatkan manusia dengan penciptanya. Sejatinya Kamasutra adalah
sebuah kitab spiritual. Sebuah filosofi India menyebutkan tentang Purusharta,
yaitu empat tujuan utama dalam kehidupan; berbuat kebajikan, kesejahteraan,
kesenangan, dan kebebasan.
Sedangkan jika berbicara tentang Kamasutra ala Jawa. Konsep bibit,
bebet,bobot yang mengandung makna kualitas mental, moral, dan spiritual
sangat diutamakan dalam Kamasutra Jawa ini, yang membahas hal-hal yang
berkaitan dengan cinta asmara. Orientasinya adalah mencari wiji sejati, yaitu
generasi penerus yang mempunyai keyakinan dan kepribadian.
Kamasutra Jawa lebih mengarah sebagai ensiklopedi kebudayaan Jawa,
memberi penjelasan tentang Kamasutra atau lika-liku ilmu percintaan yang
dikemas secara etis, logis, dan estetis. Seksualitas diulas dalam struktur
sakralitas, asmara-dana yang berkorelasi dengan dana-asmara. Hasilnya adalah
keselarasan, keserasian, ketentraman, kedamaian, dan kesabaran. (Purwadi.
2004 : 2)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

India memiliki buku yang mengupas tentang seksologi secara jelas, detail,
transparan, dan bersejarah yang berjudul kitab Kamasutra India kuno. Tiongkok
mempunyai buku Shu Ni Jing, Hung Lou Meng, dan Yin Yuan Thu yang
mengupas ajaran seks secara hampir paripurna. Kitab-kitab tersebut selalu
menjadi rujukan dan pedoman bagi mereka yang belajar seks sebagai suatu
ilmu. Hal yang sama juga terdapat di Jawa, yakni Senat Nitimani dan Senat
Kamasundha. Kedua kitab tersebut memberikan panduan yang cukup memadai
tentang seksualitas. Senat Nitimani menuturkan bahwa masyarakat Jawa juga
telah lama mengembangkan bentuk-bentuk, teknik, metode, pengobatan, mantra
bahkan ilmu pengasihan yang ada kaitannya dengan seksualitas. Didalam
Primbon, masyarakat Jawa juga menyusun dengan ilmu petung yang berkaitan
dengan kehidupan seksual; yakni ilmu tentang kalender seksual yang
menjelaskan tentang waktu-waktu terbaik untuk untuk beradegan intim,
kemudian cita rasa perempuan; yakni tempat-tempat sensitif yang berada pada
tubuh perempuan dan kenikmatan seks berdasar pada bentuk genetikal
perempuan. Disamping itu juga ada tata krama seksual dan pose-pose atau
posisi gaya seks yang dapat melahirkan kenikmatan dalam beradegan intim.
Semua itu disusun untuk mendapatkan kenikmatan seksual secara optimal.
(Hariwijaya dalam Purwadi. 2004 : 157)
Disisi lain, dengan strategi kebudayaan tertentu dari pihak keraton yang
mengusung sastra dan spiritualitas (kerohanian dan ketimuran atau kejawen)
dimana masalah-masalah seksual masuk didalamnya, maka pandangan
seksologi Jawa sangat dominan dengan pandangan dari kaum ningrat atau

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

kalangan priyayinya. Kaum ningrat Jawa dan golongan priyayi pada umumnya
memakai istilah seks tidak hanya berpusat pada masalah persetubuhan
(asmaragama). Asmaragama adalah ajaran seks versi leluhur Jawa. Bagi
sebagian orang mungkin sistilah asmaragama merupakan istilah yang asing,
namun bagi orang yang berkecimpung dalam kebudayaan Jawa tentu sudah
tidak asing lagi dengan ajaran seks versi raja-raja Jawa ini. Asmaragama berasal
dari dua kata yaitu; asmara yang berarti cinta atau percintaan, dan gama yang
berarti ajaran. Dengan demikian asmaragama berarti ajaran tentang percintaan
leluhur Jawa. Dalam khasanah budaya Jawa, ajaran seks ini dibagi menjadi
enam kategori, yaitu; asmaranala, asmaratura, asmaraturida, asmaradana,
asmaratantra, asmaragama.
Asmaragama ini ditunjukkan kepada suami istri atau sebuah pasangan
tetap. Latihan untuk memahami teori seksual ini diperlukan kesungguhan,
keajegan atau istiqomah atau ketenangan batin, dan sakralitas. Karena kegiatan
seks merupakan ritual sakral yang hanya boleh dilakukan oleh mereka yang
telah mengikatkan diri pada janji suci perkawinan. (Hariwijaya dalam Purwadi.
2004 : 175)
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa antara Kamasutra India
kuno dengan Kamasutra Jawa sebenarnya terdapat banyak kesamaan dalam
ajarannya, yaitu; selain mengajarkan hal-hal yang berpusat pada kegiatan seks,
juga sama-sama mengajarkan bagaimana cara membina hubungan yang baik
antara suami dan istri. Namun untuk Kamasutra Jawa lebih menekankan pada
penjelasan tentang ensiklopedi kebudayaan Jawa yang dikemas secara etis,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

logis, dan estetis. Seksualitas hanya diulas dalam struktur sakralitas, asmaradana yang berkorelasi dengan dana-asmara. Hasilnya adalah keselarasan,
keserasian, ketentraman, kedamaian, dan kesabaran.

2.1.5. Posisi dalam Adegan Intim dan Var iasi Pengembangannya
Pada pasangan yang telah mengalami berbagai macam adegan intim,
kemampuan imajinasi yang lebih liar ditantang untuk muncul pada saat
keduannya melakukan hubungan seksual. Adegan intim yang diharapkan
pasangan yang sudah sering melakukan hubungan seksual biasanya lebih
ekstrim dibandingkan dengan adegan yang diimajinasikan pasangan yang baru
saja mengenal hubungan seksual. Hal ini disebabkan oleh kemampuan
seksualitas untuk meningkatkan daya imajinasi manusia, sehingga terdapat
ukuran atau yang bisa kita sebut dosis. Dosis tersebut sama halnya dengan dosis
obat. Apabila sering digunakan atau dilakukan, maka dosisnya pun akan
bertambah. Begitu juga dengan adegan intim yang berulang-ulang dilakukan,
akan meningkatkan dosis si pelaku adegan tersebut, sehingga menginginkan
adegan lain yang lebih memuaskan. (Wijaya. 2004 : 10-11)
Berikut adalah beberapa posisi utama dalam adegan intim yang nantinya
masih bisa dikembangkan namun berpusat dari posisi ini (www.anneahira.com):
1. Missionaries: posisi adegan paling normal dan paling banyak dilakukan
saat berhubungan seksual. Adegan ini memposisikan perempuan berada
dibawah dan laki-laki berada diatas. Adegan intim tersebut menjadi favorit
para perempuan karena dengan posisi ini, perempuan bisa lebih mudah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

mendapatkan orgasme dibandingkan dengan posisi lain yang bisa dilakukan
saat berhubungan seksual. Akan tetapi lain halnya dengan perempuan, lakilaki tidak terlalu suka dengan adegan intim dengan posisi ini karena
menyebabkan perempuan lebih cepat orgasme. Selain itu kebanyakan
perempuan pada adegan intim dengan posisi ini jarang melakukan gerakan
yang atraktif atau cenderung pasif, sehingga laki-laki merasa tidak tertantang
ntuk mencoba posisi lainnya setelah itu.
2. Cowgirl: adegan ini menempatkan perempuan pada posisi diatas
sedangkan laki-laki berada dibawah. Posisi ini cukup mudah dilakukan, akan
tetapi butuh beberapa kali dilakukan agar si perempuan menjadi terbiasa saat
melakukan posisi maju mundur tanpa membuat alat kelamin pasangan terjepit.
3. Seesaw: adegan ini bisa dilakukan di kursi, sofa, atau tempat-tempat santai
lainnya dengan posisi perempuan berada diatas dan laki-laki berada dibawah.
Pada posisi ini laki-laki bisa menyandarkan kepala dan punggungnya di
bagian kursi atau sofa, sehingga tidak diperlukan tenaga ekstra untuk menahan
beban tubuh pasangannya. Namun kesulitan adegan intim ini terletak pada
perempuan yang harus bisa menarik otot pinggul agar bisa melakukan gerakan
yang atraktif.
4. Amazon: pada adegan ini, posisi perempuan tetap berada diatas tapi
berbalik, sehingga membelakangi si laki-laki. Sementara itu, posisi laki-laki
sama dengan posisi cowgirl, namun dengan kedua kaki yang dikaitkan ke
kedua kaki perempuan. Adegan intim dengan posisi ini merupakan tantangan
bagi keduanya karena tidak bisa dilakukan dengan durasi yang lama, hal ini

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

disebabkan oleh otot paha perempuan yang akan mudah pegal, serta otot betis
si laki-laki yang harus menahan beban tubuh si perempuan.
Sedangkan jika berbicara tentang variasi posisi adegan intim, yang hal ini
merupakan pengembangan dari posisi adegan intim, yaitu:
1. Kamasutra The Congress of The Crow atau biasa disebut posisi “69”:
mengapa disebut “69”? Karena kedua pasangan berada dalam posisi yang
saling berlawanan sehingga menyerupai angka 69. Posisi “69” bisa juga
disamakan dengan kegiatan oral seks, yang dimana adegan intim dengan
posisi ini biasanya dilakukan oleh pasangan yang hendak mencari sensasi lain
dari pada sekedar melakukan proses foreplay seperti belaian dan cumbuan.
Pada posisi ini, kepala laki-laki berada diantara alat kelamin perempuan
(vagina), sedangkan kepala perempuan berada diantara kedua kaki laki-laki
atau berhadapan langsung dengan alat kelamin laki-laki (penis). posisi adegan
intim dengan posisi ini keduanya ditantang untuk mengeksplorasi sensasi
seksualitas dengan cara oral, bisa dengan mengambil posisi menyamping
ataupun bertindihan. Akan tetapi, jika ada satu pihak yang merasa tidak
nyaman, maka posisi ini tidak dianjurkan untuk digunakan karena bisa
membuat sensasinya menurun. Namun hati-hati jika sering dilakukan, karena
posisi ini lebih memudahkan virus dan bakteri untuk masuk kedalam tubuh
dan alat kelamin kita. Oleh karena itu, sebelum melakukan adegan intim
dengan posisi “69” dianjurkan untuk membersihkan dahulu organ intim agar
lebih nyaman saat melakukannya.Seks oral tidak tepat kalau dikatakan sebagai
seks yang aman. Memang dalam The Journal of The American Dental

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

Association, vol. 118 / June-1989 dilaporkan bahwa didalam saliva (cairan
ludah), terdapat zat yang bisa menghambat vius HIV. Namun, mengingat
aktifitas seks oral sering kali menimbulkan microlesi (luka kecil yang tak
tampak di mata), maka aktifitas ini masih dikelompokkan dalam The HighRisk Behavior. Dengan pemahaman itu bisa kita mengerti bahwa seks oral
bukanlah tindakan seks yang aman. (Wijaya. 2004 : 17-18)
2. Doggy Style: variasi posisi ini mirp dengan amazon, namun laki-laki
maupun perempuan berada pada posisi sejajar. Pada posisi ini jika perempuan
belum terbiasa, maka dia akan merasakan sensasi seksual dengan sedikit rasa
sakit. Namun jika sudah terbiasa sensasi seksual inilah yang dicari oleh kaum
perempuan umumnya. Sama halnya dengan posisi missionaries, adegan intim
dengan posisi ini juga dapat memudahkan laki-laki untuk mencapai ejakulasi.
Hal ini disebabkan oleh posisi alat kelamin laki-laki yang lurus menembus
dinding alat kelamin perempuan, sehingga proses penetrasi berjalan dengan
cepat dan lancar dan menyebabkan pompaan sperma pun lebih cepat untuk
keluar.

2.1.6. Komunikasi Ver bal
Simbol atau pesan adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata
atau lebih. Hampir semua rancangan bicara yang kita sadari termasuk dalam
kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar
untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

sebagai sistem kode verbal. Bahasa verbal adalah saran utama untuk
menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita. (Mulyana. 2005 : 238)
Bila kita menyertakan budaya sebagai variabel dalam proses abstraksi itu,
problemnya menjadi semakin rumit. Ketika anda berkomunikasi dengan
seseorang

dari

budaya

anda

sendiri,

proses

abstraksi

untuk

menginterpresentasikan pengalaman anda jauh lebih mudah, karena dalam suatu
budaya orang-orang berbagai sejumlah pengalaman serupa. Namun bila
komunikasi melibatkan orang-orang berbeda budaya, proses abstraksi juga
menyulitkan. (Mulyana. 2005 : 239)
Kesulitan menggunakan kata yang tepat juga kita alami ketika ingin
mengungkapkan perasaan. Pesan verbal biasanya lebih lazim digunakan untuk
menerangkan sesuatu yang bersifat faktual-deskriptif-rasional. Akan tetapi,
untuk mengungkapkan sesuatu yang sangat afektif dan pribadi, kita biasanya
lebih mengandalkan pesan nonverbal. (Mulyana. 2005 : 247)

2.2. Analisa Semiotik Ferdinand De Saussur e
Semiotik adalah ilmu tanda. Istilah tersebut berasal dari Yunani semeion
yang berarti “tanda”. Tanda terdapat dimana-mana. Kata adalah tanda, demikian
pula gerak, isyarat, lampu lalu lintas, bendera, dan sebagainya. Bidang kajian
semiotik adalah mempelajari fungsi tanda, yaitu bagaimana menangkap pesan
yang terkandung didalam suatu objek. (Sobur. 2001 : 106)
Signifikasi adalah akar dari pemikiran Saussure yang didenifisikan sebagai
“ilmu yang mengkaji tentang peran tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial”.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

Implisit dari definisi tersebut adalah sebuah relasi bahwa bila tanda merupakan
bagian dari kehidupan sosial yang berlaku. Saussure juga berbicara mengenai
konvensi sosial yang mengatur penggunaan tanda secara sosial, yaitu pemilihan,
pengkombinasian, dan penggunaan tanda-tanda dengan cara tertentu, sehingga
ia mempunyai makna dan nilai sosial. (Sobur. 2004 : viii)
Yang cukup penting dalam upaya menangkap hal pokok pada metode
Saussure adalah prinsip yang mengatakan bahasa itu adalah sistem tanda, dan
setiap tanda itu tersusun atas dua bagian, yakni signifier (penanda) dan signified
(petanda). Menurut Saussure, bahasa itu merupakan suatu sistem tanda (sign).
Tanda adalah

kesatuan dari suatu bentuk penanda dengan sebuah ide atas

petanda (Sobur. 2004 : 44). Suara-suara baik itu manusia, binatang, atau bunyibunyian semua dapat dikatakan bahasa apabila semua itu mengekspresikan,
menyampaikan ide-ide, ataupun merupakan pengertian-pengertian tertentu.
Tanda adalah suatu kesatuan dari suatu bentuk penanda dan petanda dengan
kata lain penanda adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna.
Jadi penanda adalah aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan, apa yang
didengar, dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda sendiri adalah gambaran
mental, pikiran, atau konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa yang
kongkrit. Yang harus diperhatikan adalah bahwa dalam tanda bahasa yang
konkret, kedua unsur tersebut tidak dapat dilepaskan. Tanda bahasa selalu
mempunyai dua segi: penanda atau petanda.
Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan karena itu tidak
merupakan tanda. Sebaliknya, suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

ditangkap lepas dari penanda, petanda atau yang ditandakan itu termasuk pada
tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistik. “Penanda
dan petanda merupakan kesatuan, seperti dua sisi dari sehelai kertas” (Sobur.
2004 : 46). Jadi, meskipun antara penanda dan petanda tampak sebagai entitas
yang terpisah-pisah, namu

Dokumen yang terkait

REPRESENTASI SEKSUALITAS PADA LIRIK LAGU ” PALING SUKA 69 ” KARYA JULIA PEREZ (Studi Semiologi Tentang Representasi Seksualitas Pada Lirik Lagu ”Paling Suka 69” Karya Julia Perez).

1 7 101

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “PALING SUKA 69” (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Lirik Lagu ”Paling Suka 69” yang Dibawakan oleh Julia Perez).

0 3 90

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “RINDU” (STUDI SEMIOTIK TENTANG PEMAKNAAN LIRIK LAGU “RINDU” YANG DIPOPULERKAN OLEH AGNES MONICA).

4 23 76

PEMAKNAAN LIRIK LAGU (Studi Semiotik Pemaknaan Pada Lirik lagu “ABG Tua” oleh Pl4t Band).

0 1 149

PEMAKNAAN LIRIK LAGU (Studi Semiotik Pemaknaan Pada Lirik lagu “ABG Tua” oleh Pl4t Band).

0 1 149

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “RINDU” (STUDI SEMIOTIK TENTANG PEMAKNAAN LIRIK LAGU “RINDU” YANG DIPOPULERKAN OLEH AGNES MONICA)

0 1 17

REPRESENTASI SEKSUALITAS PADA LIRIK LAGU ” PALING SUKA 69 ” KARYA JULIA PEREZ (Studi Semiologi Tentang Representasi Seksualitas Pada Lirik Lagu ”Paling Suka 69” Karya Julia Perez)

0 0 20

REPRESENTASI SEKSUALITAS PADA LIRIK LAGU ” PALING SUKA 69 ” KARYA JULIA PEREZ (Studi Semiologi Tentang Representasi Seksualitas Pada Lirik Lagu ”Paling Suka 69” Karya Julia Perez)

0 1 81

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “PALING SUKA 69” (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Lirik Lagu ”Paling Suka 69” yang Dibawakan oleh Julia Perez)

0 0 14

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “PALING SUKA 69” (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Lirik Lagu ”Paling Suka 69” yang Dibawakan oleh Julia Perez)

0 0 14