REPRESENTASI SEKSUALITAS PADA LIRIK LAGU ” PALING SUKA 69 ” KARYA JULIA PEREZ (Studi Semiologi Tentang Representasi Seksualitas Pada Lirik Lagu ”Paling Suka 69” Karya Julia Perez).

REPRESENTASI SEKSUALITAS PADA LIRIK LAGU
” PALING SUKA 69 ” KARYA J ULIA PEREZ
(Studi Semiologi Tentang Representasi Seksualitas Pada Lirik Lagu
”Paling Suka 69” Karya Julia Perez)
SKRIPSI

Oleh :
Dedy Yanuar Abadi
NPM : 0743010245

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA

2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


REPRESENTASI SEKSUALITAS PADA LIRIK LAGU
“PALING SUKA 69” KARYA J ULIA PEREZ
(Studi Semiologi Representasi Seksualitas pada Lirik Lagu
“Paling Suka 69 ” karya Julia Perez)
Disusun Oleh :
Dedy Yanuar Abadi
NPM : 0743010245

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,
Pembimbing

Ir.Didiek Tranggono,Msi
NIP. 19581225 19900 11001

Mengetahui,
DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si

NIP. 19550718 198302 2001

ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

REPRESENTASI SEKSUALITAS PADA LIRIK LAGU
“PALING SUKA 69” KARYA J ULIA PEREZ
(Studi Semiologi Repr esentasi Seksualitas Pada Lir ik Lagu
“Paling Suka 69” kar ya J ulia Per ez)
Disusun Oleh :
DEDY YANUAR ABADI
NPM : 0743010245

Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji
Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi
Univer sitas Pembangunan Nasional " Veteran" J awa Timur
Pada Tanggal 31 J anuari 2013
Menyetujui

Pembimbing Utama :

Tim Penguji :
1. Ketua

Ir. Didiek Tranggono,M.Si
NIP. 1958 1225 199001 11001

Ir. Didiek Tranggono.M.Si
NIP. 1958 1225 199001 11001
2. Sekertaris

Dr. Catur Suratnoaji,M.Si
NIP. 3 6804 94 00281
3. Anggota

Dr s. Kusnarto, Msi
NIP. 19580801 198402 1001
Mengetahui
DEK AN


Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si
NIP. 19550718 198302 2001
iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunianya
kepada penulis sehingga Skripsi dengan judul “Representasi Seksualitas pada
lirik lagu paling suka 69” Karya J ulia Perez dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis

mengucapkan

terima

kasih

kepada


Bapak

Ir.Didiek

Tranggono,Msi selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan banyak
waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis.
Selain itu penulis juga menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa
moril, spiritual maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Orang Tua penulis yang sudah mendoakan dan memberi semangat
setiap harinya.
2. Ibu Ec. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
3. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, Msi. Sekertaris Program Studi Ilmu
Komunikasi.


v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5. Kakak penulis yang sudah meminjamkan buku tentang filsafat
komunikasi, Budaya popular, dan buku semiotik yang cukup
memberikan referensi bagi penelitian ini.
6. Biggest Thanks to Ryan Alan (Yopie), Andi Pratama, Maulana
Yudhistira (Maul), Agung Dwi Prasetyo (Bendoel), Joko, Panji Hariyo
(Ses), Samuel, bway yang selalu mendukung penulis.
7. Teman-teman di kantor yang selalu memberikan motivasi.
8. Terima kasih buat Novi (ayank) yang sudah mendukung bibeb sampai
saat ini.
Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini akan ditemukan banyak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan
yang penulis miliki semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
umumnya dan penulis pada khususnya.


Surabaya, 31 Januari 2013

Penulis

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. iii
ABSTRAKSI ................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
BAB I

BAB II


PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1

Latar Belakang Masalah......................................................... 1

1.2

Perumusan Masalah .............................................................. 12

1.3

Tujuan Penelitian .................................................................. 12

1.4

Manfaat Teoritis .................................................................... 12

1.5


Manfaat Praktis ..................................................................... 12

KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 13
2.1

Landasan Teori ..................................................................... 13
2.1.1 Representasi .............................................................. 13
2.1.2 Budaya Populer dan Industrialisasi ............................ 15
2.1.3 Lagu Merupakan Komunikasi Ekspresif .................... 19
2.1.4 Konsep Angka 69 ....................................................... 22
2.1.5 Moralitas .................................................................... 25
2.1.6 Pengertian Seksualitas ................................................ 28
2.1.7 Perilaku Seksual ......................................................... 37
2.1.8 Makna Dalam Kata..................................................... 38
2.1.9 Teori Semiologi Saussure ........................................... 40

2.2

Kerangka Berpikir.................................................................. 44


BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 46
3.1 Metode Penelitian..................................................................... 46
vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.2 Kerangka Konseptual ............................................................... 48
3.2.1 Unit Analisis ................................................................ 48
3.2.2 Korpus Penelitian ......................................................... 48
3.2.3 Teknik Pengumpulan Data ........................................... 50
3.3 Teknik Analisis Data ................................................................ 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 52
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... 52
4.2 Penyajian Data .......................................................................... 55
4.3 “Paling Suka 69“ Menurut Dikotomi Saussure .......................... 57
4.4 Analisis Data ............................................................................. 60
4.4.1 Judul Lagu “Paling Suka 69” ............................................ 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 90
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 90
5.2 Saran


................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 85

viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
DEDY YANUAR, 0743010245, REPRESENTASI SEKSUALITAS PADA LIRIK
LAGU “PALING SUKA 69” KARYA J ULIA PEREZ (Studi Semiologi Tentang
Repr esentasi Seksualitas Pada Lirik Lagu “Paling Suka 69” Karya J ulia Perez)
Penelitian ini didasarkan pada sebuah fenomena seksualitas yang sedang menuai
pro dan kontra di masyarakat. Lagu “Paling Suka 69” Karya Julia Perez merupakan lagu
kedua dari Julia Perez setelah lagu belah durennya yang menuai banyak kritikan dari
masyarakat di Indonesia. Kali ini Jupe (sapaan akrab Julia Perez) lebih berani
mengangkat tema lagu tentang fenomena seksualitas dengan menggambarkan lirik lagu
yang sarat dengan pesan bersetubuh atau bercinta dengan nada-nada bergairah dan liriklirik murahan yang tidak berkualitas. Lagu ini jauh dari norma-norma yang berlaku di
Indonesia karena bisa berdampak negatif bagi orang awam khususnya remaja dan anakanak yang mendegarnya.
Tujuan penelitian kualitatif ini adalah untuk mengetahui representasi seksualitas
yang terkandung dalam lirik lagu “Paling Suka 69” Karya Julia Perez yang kedua kalinya
di cekal oleh KPID karena lirik-liriknya sangat bertentangan dengan norma-norma di
Indonesia.
Teori yang digunakan adalah semiotika Ferdinand de Saussure. Saussure
mendefinisikan tanda linguistik sebagai entitas dua sisi, yaitu penanda (signifier), yaitu
aspek material dari sebuah tanda, sebagaimana kita menangkap bunyi saat orang
berbicara, dan petanda (signified), merupakan aspek mental dari bahasa. Kerangka
berfikir yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan Frame of Reference (berdasarkan
pengalaman) serta Field of Experience (latar belakang pengalaman).
Metode semiotik dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu sebuah
metode yang lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataan ganda,
menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek penelitian, serta
dapat menyesuaikan posisi peneliti terhadap pengaruh pola nilai yang di interpretasikan.
Dalam hal ini, penekanan analisis lebih mengarah pada lirik lagu “Paling Suka 69” yang
mengandung representasi seksualitas.
Hasil yang diperoleh dari representasi seksualitas pada lirik lagu “Paling Suka 69”
adalah Menggambarkan nada dan suara yang erotis, mendesah, penuh nafsu, dan tekanan
bait-bait lirik yang menggambarkan hubungan intim dan gaya bercinta sang penyanyi.
Dan lagu ini juga menunjukkan salah satu lambang gaya bercinta kamasutra yang berasal
dari india yaitu posisi bercinta 69.

Katan kunci : Representasi, Seksualitas, Lirik lagu.

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Sebuah lembaga Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) NTB
mencekal 10 lagu dangdut nasional yang menggambarkan adegan hubungan intim
secara vulgar, pembenaran perilaku seks di luar nikah dan prahara rumah tangga
yang berpotensi untuk ditiru oleh orang lain terutama remaja dan anak-anak.Hal
tersebut sangat tepat karena lirik lagu-lagu tersebut tidak ada pesan positifnya dan
lebih banyak berisi nilai-nilai yang kurang baik. Lagu dengan lirik-lirik yang
dapat di katakan sangat berani. Mungkin hal ini di lakukan karena para pekerja
seni di musik dangdut merasa kalah dengan hadirnya fenomena boyband,
girlband, pop melayu yang lebih di sukai masyarakat.
Hal ini tidak bisa menjadi alasan untuk membuat lagu-lagu dangdut
bermaterikan konten dewasa. Lagu berlirik porno itu hanya mencari sensasi saja,
namun mereka tidak memikirkan dampak kedepannya, karena lagu dengan lirik
nyeleneh akan mudah di ingat oleh masyarakat. Jika mereka di larang untuk
membuat lagu seperti itu, mereka akan protes jika kebebasan mereka berkarya di
batasi dan lain sebagainya. Lebih parahnya lagi, mereka sering menyalahkan
masyarakat bahwa masyarakatlah yang berfikiran kotor. Karya yang seperti ini
tidak bisa di anggap baik, jika hanya mencari popularitas saja.

1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Yang menarik dari sebuah lagu adalah keberadaan liriknya, karena melalui
lirik lagu, pencipta lagu ingin menyampaikan pesan yang merupakan
pengekspresian dirinya terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di dunia sekitar,
dimana dia berinteraksi di dalamnya. Lirik lagu merupakan representasi dari
sebuah realitas atau fenomena yang dirasakan pencipta. Jika menelusuri lirik lagu
lebih dalam kita dapat melihat pandangan hidup dan pola pikir pencipta lagu.
Musik hingga menjadi sebuah lagu dapat tercipta dalam waktu yang tidak
bisa ditentukan dengan pasti, tergantung dari suasana hati, ide inspirasi si pencipta
lagu yang muncul dalam saat menjalani hidup, atau berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya. Pesan yang terkandung dalam sebuah lagu merupakan
representasi dari pikiran ataupun perasaan dari si pencipta lagu sebagai orang
yang mengirim pesan. Konsep ini dapat berupa ungkapan-ungkapan dari perasaan
senang, sedih atau marah, juga dapat berupa pendapat atau pujian atau bahkan
kritik akan suatu hal.
Musik merupakan hasil budaya yang menarik diantara banyak budaya
manusia yang lain, dikatakan menarik karena musik memegang peranan yang
sangat banyak di berbagai bidang, seperti jika dilihat dari sisi psikologinya, musik
kerap menjadi sarana pemenuhan kebutuhan manusia dalam hasrat akan seni dan
berkreasi. Dari sosial, musik dapat disebut sebagai cermin tatanan sosial yang ada
dalam masyarakat saat musik diciptakan. Dan dari segi ekonomi pun musik telah
bergerak pesat menjadi satu komoditi yang menguntungkan.
Lagu merupakan sebuah domain budaya popular dimana kita dapat dengan
mudah menemukan banyak contoh kongkret tentang kekuasaan budaya yang di

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

jalankan (James Lull dalam sobur 2003 : 147).Menurut Simon Frith (tahun 1980,
pengamat musik), salah satu faktor yang ikut menentukan arah perubahan musik
tersebut adalah adanya kehadiran industri musik yang hidup berdasarkan logika
ekonomi kapitalisme dan berorientasi pada pasar dan keuntungan finansial. Dalam
ungkapan lain bahwa oleh industri musik dan karakternya telah diubah menjadi
fashion yang keberadaanya lebih ditentukan oleh selera publik arahan dunia
industri.
Tetapi, bagi para penikmat musik ini adalah sebuah konsumsi publik yang
secara psikologis merupakan kebutuhan untuk hiburan atau entertainment bahkan
bisa merupakan semangat kehidupan, sedangkan bagi pencipta musik ini adalah
ungkapan yang berkaitan dengan komunikasi ekspresif artinya “harus di akui”,
Sebagai salah satu fungsi komunikasi yaitu komunikasi ekspresif, musik juga
dapat mengekspresikan perasaan, kesadaran dan bahkan pandangan hidup
manusia melalui liriknya (Mulyana, 2005 : 22).
Meskipun akrab dengan dunia entertainment, tidak berarti musik menutup
ranah kajian terhadap fenomena-fenomena lain ini karena lirik lagu sendiri sering
tampil dengan tema yang cukup beraneka ragam mulai masalah cinta, perang,
politik, keindahan alam, kehidupan sehari-hari, seni budaya, agama, olahraga,
mode, sampai adat istiadat dan hal-hal yang surealistis sekalipun.
Unsur seks dalam sebuah lagu sering kali kita jumpai pada karya lagu
musisi Indonesia. Tentunya karena lagu adalah sebuah seni auditif, maka porsi
terbesar yang mungkin bisa memuat seks adalah dalam ranah idea, yang akan
terwujud dalam lirik lagu. Jika unsur seks dimasukkan ke dalam ranah auditif,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

hasilnya akan mengarah ke porno. Lain halnya jika unsur seks tersebut terkandung
dalam lirik, karena di dalam lirik lagu, si pencipta lagu bisa melakukan
penyamaran, asosiasi atau metafora yang bisa membuat pendengar “berfikir ke
arah sana” tanpa harus menyebutkannya secara jorok.
Penggunaan ide seks, bersifat tasteful atau beselera. Unsur-unsur yang bisa
dimasukkan antar lain : tindakan atau aksi, kondisi seksual seperti orgasme,
gairah, hornyness, attraction, sugestiferomone (bau-bauan), reaksi tubuh, sugesti
suasana, dan lain-lain. Ide seks yang berselera tinggi, umumnya tampil dalam
bentuk sugestif, multi interpretative, bisa dikatakan sebagai seksual, dan bisa saja
tidak. (www.indonesiaindonesia.com/sexdalam lagu.htm).
Dalam penulisan lagu-lagu komersial, konsep sex sells memang

tidak

dianggap remeh, sehingga ekspresi seksual pun menjadi salah satu elemen jualan
penting yang dimasukkan oleh produser (pencipta lagu) supaya lagu-lagunya laris
dipasaran. Sebagai strategi, ini merupakan hal yang wajar. Pesoalan akan timbul
bilamana si pencipta lagu tidak bisa mengukur seberapa banyak bumbu seks
harus ditakar dalam karya cipta si pencipta lagu. Antara masuk kategori seni atau
kategori pornografi. (www.indonesiaindonesia.com/sexdalamlagu.htm).
Kadang, asosiasi atau metafora seks yang seharusnya berselera tinggi,
diterapkan melalui “style” yang tidak tepat mengakibatkan imaji yang justru
distasteful (menurunkan selera), misalnya seperti penempatan lirik “Ah, ah, ah,
mandi madu”. Konsep “mandi madu”, jika di asosiasikan dengan aktifitas seksual,
sebenarnya terasa berselera tinggi,. Jika ingin memasukkan unsur seks di dalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

lagu, agar tidak terkesan murahan, maka pencipta lagu harus menguatkan ide
dasarnya, yaitu idea yang lebih luhur mengenai cinta.
Nantinya jika pencipta lagu memasukkan unsur seksual, unsur tersebut
berdiri sebagai suatu kesatuan penunjang untuk menggambarkan sesuatu (cinta)
yang luhur atau abadi atau mendalam atau suci dan lain-lain. Dengan demikian,
asosiasi pendengar tidak mengarah pada aspek jorok, melainkan aspek sisi selera
seni yang tinggi.
Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut dan sikap berkaitan
dengan perilaku seksual maupun orientasi seksual. Kata seksualitas berasal dari
kata dasar “seks”, yang berasal dari bahasa Inggris yang artinya adalah hubungan
intim dan mesra dalam kaitannya dengan bermacam-macam hubungan antar pria
dan wanita.
Seks bukanlah sesuatu yang menakutkan karena seks merupakan karunia
dari Tuhan, secara alamiah dorongan seksual ini memang harus terjadi untuk
menyalurkan kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi mempertahankan
keturunan, dan seks dapat dikatakan sebagai kenikmatan bagi setiap orang, asal
dilakukan dalam konteks yang sebenarnya yaitu ikatan pernikahan.
Saat ini seks bukan lagi sesuatu yang tabu untuk diperbincangkan, bahkan
pada saat zaman, keadaan, waktu, dan juga revolusi pola pikir manusia berubah
tak jarang seks di jadikan sebagai gaya hidup (life style).

Tetapi bila seks

dilakukan sebelum waktunya justru dapat memiliki dampak psikologis yang
sangat serius, seperti rasa bersalah, gelisah, depresi, takut dan lain sebagainya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Perilaku seksual pada awalnya dilakukan saling berciuman, saling meraba
tubuh, saling membuka baju dan yang terakhir melakukan senggama. Langkah
awal sebelum melakukan kegiatan seksual adalah dari ajakan untuk berkencan
dahulu atau berpacaran yang dapat dilakukan dirumah hingga ketempat-tempat
hiburan, kemudian menciptakan hubungan intim yang diteruskan dengan mulai
berpelukan, saling meraba atau hingga kearah yang lebih intim.
Kekuatan lirik lagu dalam menggugah birahi sempat diteliti oleh Dr. Brian
A Primack. Peneliti dari fakultas kedokteran Universitas Pittsburgh, AS, ini
menemukan hubungan lirik lagu bertema seks dalam perannya menyetimulus otak
untukturut memberikan rangsangan seksual. Parahnya, lagu tema seks ini juga
punya pengaruh sebagai penghipnotis untuk melanjutkan ke sesi seks yang
sebenarnya. Ibaratnya, seperti “lagu pengantar seks”. Ini pula salah satu penyebab
terjadinya seks bebas di kalangan remaja, akibat keingintahuannya untuk
merasakan percintaan ranjang yang sesungguhnya.
Dari 711 remaja berusia sekitar 14 tahun yang menjadi relawan penelitian
setelah diperdengarkan lagu bertema porno dan seks selama 14 jam ternyata
diketahui satu dari tiga relawan pernah melakukan seks akibat dorongan dari lirik
lagu. Primack mengatakan, para remaja itu juga ada yang melakukan hubungan
seks

lebih

dari

sekali

akibat

lirik

lagu

yang

menggugah

birahi.

(http://sidomi.com/29469/lagu-porno-sihir-pendengarnya-lakukan-seks/).
Bagi masyarakat golongan tradisional yang terkait kuat dengan norma,
agama serta moralitas budaya, cenderung memandang seks sebagai suatu perilaku
yang bersifat rahasia dan tabu untuk dibicarakan secara terbuka, terutama bagi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

kalangan yang dianggap belum dewasa. Para orang tua pada umumnya menutup
pembicaraan tentang seks kepada anak-anaknya, termasuk sebagai suami-istri
merasa risih jika membicarakan tentang seks. Bagi kalangan ini perilaku seksual
diatur sedemikian rupa dengan hukum-hukum adat, agama dan ajaran moralitas,
dengan tujuan agar dorongan seks secara alamiah ini dalam prakteknya sesuai
dengan batas-batas kehormatan dan kemanusiaan.
Pada kenyataannya dijaman yang modern ini kehidupan seks masyarakat
sudah semakin kurang terkendali karena pengaruh dari budaya asing yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa kita dan norma ketimuran. Banyak kejadian
yang kita dengar dan kita lihat, misalnya saja seks bebas, perselingkuhan dan lain
sebagainya. Dimana orang melakukan hubungan seks bukanlah sesuatu yang
membanggakan karena mempunyai resiko yang tinggi salah satunya yaitu tertular
penyakit kelamin.
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai para remaja yang bergaul
secara bebas antara laki-laki dan perempuan tanpa batasan-batasan, hal ini karena
saat ini banyak sekali fasilitas yang mendukung untuk dapat melakukan aktifitas
pergaulan bebas tersebut, misalnya saja : club malam, café music, diskotik,
bahkan tempat karaoke pun kadang disalahgunakan bagi mereka untuk ajang
pergaulan bebas.
Persepsi masyarakat terhadap perilaku seksual cenderung menghalalkan
seks atas dasar argument saling suka, cinta, saling membutuhkan dan situasi yang
mendukung. Kondisi semacam ini mengisyaratkan suatu perselingkuhan baik
sebelum atau sesudah pernikahan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

Dalam lirik lagu “Paling Suka 69” yang dipopulerkan oleh artis
kontroversial Julia Perez yang sebelumnya terkenal dengan lagu “Belah Duren”,
mengandung pemahaman pada sesuatu yang kontra dengan norma agama dan
norma-norma yang ada di masyarakat dan berkaitan erat dengan fenomena sosial
yang terjadi saat ini, dimana seks bukan lagi sesuatu yang tabu untuk dibicarakan
baik bagi kalangan remaja maupun orang dewasa. “Paling Suka 69”, bisa diartikan
positif bisa juga negatif, membahas masalah cinta tidak akan ada habisnya pada
lagu yang bergenre dangdut house musik menggambarkan tentang seksualitas.
Dimana kisah cinta yang terjadi begitu singkat hanya satu malam namun dikenang
sampai akhir.
Dalam lirik lagu “Paling Suka 69” apabila dipahami perkalimat, tidak dapat
menunjukkan makna yang sepenuhnya. Akan tetapi bila di ikuti kalimat
berikutnya, maka lirik tersebut akan menunjukkan makna atau arti yang
sebenarnya sehingga dengan demikian musik tidak hanya bunyi suara suara
belaka. Realitas sosial yang terkait dengan lirik lagu “Paling Suka 69” akhir-akhir
ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Banyak sekali kasus yang
muncul terutama di kota-kota besar, dimana kehidupan manusia semakin
berkembang pergaulannya, apa yang tidak boleh oleh agama, orang tua atau
aturan-aturan yang ada, semakin di langgar, seperti perselingkuhan, seks bebas
dan lain sebagainya.
Masalah bisa timbul dari perbedaan persepsi dibenak penikmat musik
dikarenakan ketidakjelasan makna lirik lagu dalam musik mengakibatkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

kesalahan persepsi ini yang kemudian menimbulkan gejolak dalam masyarakat
dan dapat menyudutkan salah satu pihak.
Lirik lagu “Paling Suka 69” yang di populerkan oleh Julia Perez adalah
sebuah proses komunikasi yang mewakili seni karena terdapat informasi atau
pesan yang terkandung dalam simbol lirik lagu tersebut yang sengaja digunakan
oleh komunikator untuk disampaikan kepada komunikan dengan menggunakan
bahasa yang didalamnya berbeda makna dari makna sebenarnya, namun dalam hal
ini bisa berupa kata-kata yang dalam teks lirik lagu yang merupakan suatu bentuk
komunikasi verbal.
Penyanyi dangdut yang sebelumnya lebih dikenal dengan lagu “Belah
Duren” ini membuat sebuah lagu dengan lirik gaya bahasa yang mempunyai
makna yang dalam, sehingga menimbulkan pemahaman yang berbeda-beda dalam
masyarakat yang mendengarnya. Bahasa timbul dalam berbagai variasi ujaran
atau bahasa tertulis. Kalau kita mendengarkan ujaran seseorang atau membaca
sebuah tulisan, kadang-kadang kita sulit untuk memahami apa yang diujarkan atau
yang kita baca. Keraguan, kebingungan dalam mengambil keputusan tentang
makna dan aneka tafsiran makna.
Semiologi adalah ilmu tentang bentuk, sebab ia mempelajari bahasa secara
terpisah dari kandungnnya. Didalam semiologi seseorang diberikan “kebebasan”
didalam memaknai sebuah tanda (Kurniawan, 2001 :15). Dalam definisi Saussure
(Budiman,1999a:107), semiologi merupakan “sebuah ilmu yang mengkaji
kehidupan tanda-tanda ditengah masyarakat” dan menjadi bagian dari disiplin
psikologi sosial.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Penelitian tentang semiologi yaitu pemaknaan system tanda bahasa, salah
satunya untuk melihat bagaimana pencipta lagu memberi makna pada lagu
tersebut dan seperti apa ia merefleksikan permasalahan kedalam sistem tanda
komunikasi berupa lirik lagu. Untuk menganalisa sistem tanda komunikasi bahasa
berupa lirik lagu tersebut, maka peneliti ini menggunakan analisis dengan metode
semiologi Ferdinand De Saussure.Ada lima pandangan dari Saussure yaitu
Signifier (penanda) dan signified (petanda); form (bentuk) dan content (isi);
langue (bahasa) dan parole (tuturan, ujaran); synchronic (sinkronik) dan
diachronic

(diakronik);

serta

sintagmatik

dan

paradigmatik.(

http://rumahterjemahan.wordpress.com/2011/03/29/strukturalisme-ala-ferdinandde-saussure/).
Menurut Saussure, bahasa itu merupakan suatu system tanda (sign).Tanda
adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah idea tau
petanda (signified). Dengan kata lain penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau
“coretan yang bermakna”. Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa: apa
yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau di baca.Petanda adalah
gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari
bahasa (Bertens, 2001:180).
Aspek Material pada lagu “Paling Suka 69” adalah lirik dalam lagu tersebut
sedangkan aspek mentalnya adalah gambaran yang muncul pada peneliti ketika
membaca aspek material pada lirik lagu tersebut. Setiap individu memiliki latar
belakang yang berbeda – beda memaknai suatu peristiwa atau obyek. Hal ini
dikarenakan latar belakang pengalaman (field of experience) dan pengetahuan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

(frame of reference) yang berbeda – beda pada setiap individu tersebut. Dalam
menciptakan sebuah pesan komunikasi, dalam hal ini pesan yang disampaikan
dalam sebuah lagu, maka pencipta lagu tidak lepas dari dua hal diatas.
Begitu juga peneliti dalam memaknai tanda dan lambang yang ada dalam
obyek, juga berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peneliti. Dalam penelitian
ini peneliti melakukan pemaknaan terhadap tanda dan lambang berbentuk tulisan
pada lirik lagu “Paling Suka 69” dengan menggunakan metode semiotik Saussure.
Sehingga dapat diperoleh hasil dan interpretasi data mengenai makna lirik lagu
tersebut.
Pada penelitian ini peneliti tidak menggunakan metode semiotik Pierce
karena dalam lirik lagu “Paling Suka 69” kata – kata yang digunakan adalah kata
– kata yang lugas atau kalimat langsung sehingga peneliti tidak banyak
menemukan adanya simbol – simbol yang bisa digunakan untuk memenuhi
kebutuhan analisis. Oleh karena itu peneliti menggunakan metode semiotik
Saussure dengan menitikberatkan pada hubungan penanda dan petanda yang ada
pada lirik lagu tersebut.
Dari data – data berupa lirik lagu “Paling Suka 69”, kata – kata dan
rangkaian kata dalam kalimat lirik lagu tersebut kemudian dianalisis dengan
menggunakan metode semiotik Saussure (menitikberatkan pada aspek material
(penanda) dan aspek mental (petanda) yang pada akhirnya diperoleh signifikasi /
hingga menghasilkan suatu interpretasi sebagaimana digambarkan dalam
representasi seksualitas pada lirik lagu “Paling Suka 69” tersebut.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: “ Bagaimanakah representasi seksualitas pada lirik
lagu “Paling suka 69” karya Julia Perez ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui representasi seksualitas
dalam lirik lagu “Paling Suka 69” yang dibawakan oleh “Julia Perez”.
1.4 Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada
perkembangan serta pendalaman studi komunikasi dengan menganalisis semiologi
dalam representasi seksualitas pada lirik lagu “Paling Suka 69” yang dipopulerkan
oleh Julia Perez.
1.5 Manfaat Praktis
Membantu pembaca dan penikmat musik dalam merepresentasikan
seksualitas pada lirik lagu “Paling Suka 69” yang di populerkan oleh penyanyi
JuliaPerez

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori
2.1.1. Representasi
Representasi berasal dari kata “Represent” yang bermakna stand for
artinya “berarti” atau juga “act as delegate for” yang bertindak sebagai
perlambang atas sesuatu (kerbs, 2001, p.456).”Representasi juga dapat berarti
sebagai suatu tindakan yang menghadirkan atau mempresentasikan sesuatu lewat
sesuatu yang di luar dirinya, biasanya berupa tanda atau simbol” (Piliang, 2003,
p.21).
Representasi adalah sesuatu yang merujuk pada proses yang dengannya
realitas disampaikan dalam komunikasi, via kata-kata, bunyi, citra, atau
kombinasinya (Fiske, 2004, p.282). Secara ringkas, representasi adalah produksi
makna melalui bahasa. Lewat bahasa (simbol-simbol dan tanda tertulis, lisan, atau
gambar) tersebut itulah seseorang yang dapat mengungkapkan pikiran, konsep,
dan ide-ide tentang sesuatu (Juliastuti, 2000).
Konsep representasi bisa berubah-ubah, selalu ada pemaknaan baru dan
pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna
sendiri juga tidak pernah tetap, ia selalu berada dalam proses negosiasi dan
disesuaikan dengan situasi yang baru, intinya adalah makna tidak inheren dalam
13
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

sesuatu di dunia ini, ia selalu dikonstruksikan, diproduksi, lewat proses
representasi. Ia adalah hasil dari praktek penandaan, praktek yang membuat
sesuatu hal bermakna sesuatu (Juliastuti, 2000, p.1).
“Representasi adalah produksi makna melalui bahasa” (Hall, 1997,p.16).
Representasi adalah proses bagaimana kita member makna pada sesuatu melalui
bahasa. Untuk mempresentasikan sesuatu adalah untuk menggambarkan atau
melukisnya, untuk “memanggilnya” ke dalam pikiran kita dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan atau membayangkan; untuk terlebih
dahulu menempatkan persamaan ke dalam pikiran kita atau perasaan kita. Untuk
mempresentasikan juga berarti menyimbolkan, untuk mewakili, menjadi contoh,
atau menjadi pengganti dari sesuatu (Hall, 1997).
Menunjuk pada tulisan Stuart Hall, Juliastuti tahun 2000 (p.24-25)
menyebutkan tiga jenis pendekatan dalam representasi antara lain (Juliastuti,
Representasi, Kunci):
1. Pendekatan

Reflektif:

bahasa

berfungsi

sebagai

cermin,

yang

merefleksikan makna yang sebenarnya dari segala sesuatu yang ada di
dunia. Dalam pendekatan reflektif, sebuah makna bergantung kepada
sebuah objek, orang, ide, atau peristiwa di dalam dunia nyata, dan bahasa
berfungsi seperti cermin, untuk memantulkan arti sebenarnya seperti yang
telah ada di dunia.
2. Pendekatan

Intensional:

kita

menggunakan

bahasa

untuk

mengkomunikasikan sesuatu sesuai dengan cara pandang kita terhadap

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

sesuatu.Pendekatan makna yang kedua dalam representasi mendebat kasus
sebaliknya.Pendekatan ini mengatakan bahwa sang pembicara, penulis
siapapun yang mengungkapkan pengertiannya yang unik ke dalam dunia
melalui bahasa.Sekali lagi, ada beberapa poin untuk argumentasi ini
semenjak kita semua sebagai individu, juga menggunakan bahasa untuk
mengkomunikasikan hal-hal yang special atau unik bagi kita, dengan cara
pandang kita terhadap dunia.
3. Pendekatan Konstruktivis: kita percaya bahwa kita mengkonstruksi makna
lewat bahasa yang kita pakai.Ini adalah pendekatan ketiga untuk
mengenali public, karakter social dari bahasa.Hal ini membenarkan bahwa
tidak ada sesuatu yang didalam diri mereka sendiri termasuk pengguna
bahasa secara individu dapat memastikan makna dalam bahasa.Sesuatu ini
tidak

berarti:

kita

mengkonstruksi makna,

menggunakan

system

representasional-konsep dan tanda

2.1.2. Budaya populer dan Industrialisasi
“Budaya Populer” merupakan penggabungan dari dua kata yaitu kata
“Budaya”, dan yang satunya lagi “Populer”. Sementara kata Budaya dapat
diartikan ”segala sesuatu untuk mengacu pada suatu proses umum perkembangan
intelektual, spiritual, dan estetis” (Williams, 1983). Rumusan ini merupakan
rumusan budaya yang paling mudah dipahami, dengan mengaitkan tentang
perkembangan budaya Eropa Barat dengan merujuk pada faktor-faktor intelektual,
spiritual, estetis seperti pernyataan para filsuf besar, seniman, dan budayawan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

terutama pada masa pasca era industrialisasi. Kata lain juga bisa berfungsi sebagai
“pandangan hidup tertentu dari masyarakat, periode, atau kelompok tertentu”
(Williams, 1983).
Pernyataan ini menegaskan bahwa kebudayaan adalah pandangan hidup
seseorang dalam melaksanakan kehidupan bermasyarakat, di mana pegangan
hidup sebagai faktor pengendalian, bisa berwujudkan pada aturan-aturan tertentu
yang diyakini dan disepakati bersama pada suatu masyarakat sebagai pedoman
atau pegangan hidup dan juga terikat oleh aturan-aturan ritual tertentu.
Sedangkan kata ”populer”, Williams memberikan ”empat makna yang
mengandung pengertian yakni: (1) banyak disukai orang; (2) jenis kerja rendahan;
(3) karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang; (4) budaya yang memang
dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri” (Williams, 1983). Dari dua pengertian
kata diatas, maka terdapat suatu pengertian hasil penggabungan kata keduanya,
hingga melahirkan definisi baru dan makna baru bernama ”Budaya Populer”.
Istilah Budaya Populer dapat juga diterjemahkan dengan pengertian suatu
aktifitas atau praktik-praktik sosial yang bisa menyenangkan orang dan disukai
oleh banyak orang. Dalam perspektif kacamata industri budaya, budaya populer
juga dinilai sebagai produk kapitalisme yang bersifat massal dan dikelola terus
menerus oleh jejaring media di mana jarak jangkaunya hampir tak terbatas dan
bahkan bisa menembus batas wilayah suatu negara.
Dalam menjalankan fungsi industrinya, Institusi industri media perlu
melakukan penerapan strategi khusus untuk menjaring massa, guna menjalankan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

ideologinya ”dalam upayanya bertahan hidup, seperti halnya, bisnis lain, media
menciptakan beberapa kegiatan yang diperkirakan disukai, dan sekaligus
dibutuhkan,

masyarakat

sebanyak-banyaknya”

(Sapardi,

2009).

Dalam

kenyataannya media telah memfasilitasi atas tumbuh subur dan berkembangnya
budaya populer di tengah masyarakat.
Produk apapun yang di lahirkan oleh industri media, merupakan suatu
penciptaan yang bertujuan untuk menyenangkan masyarakat, meskipun produk
tersebut tidak memerlukan daya nalar tinggi, hanya semata-mata pencarian
popularitas yang mudah dipahami dan ditiru secara instan olah berbagai kalangan
serta hanya pencarian sensasi belaka. Bukan tidak mungkin di balik kedok-kedok
semua itu, terselip propaganda atau penyusupan ideologinya pada setiap produk
yang di sebarluaskan kepada masyarakat luas, hingga masyarakat yang menjadi
targetnya terbius dalam bujukan dan rayuan hingga terjerat dalam jebakan
ideologinya.
Dalam konteks kepentingan bisnis, keberadaan para artis ini diperlakukan
tak lebih dari sekadar instrumen komoditas dalam menjalankan fungsi bisnisnya
dan sementara itu konsumen hanyalah sebagai obyek sasaran target yang akan di
jadikan acuan dalam menciptakan trend pasar dari produk yang dikomersilkan
oleh media itu. Suatu bentuk nyata disekitar kita adalah media massa dalam
bentuk televisi telah disinyalir sebagai instrumen yang dianggap paling efektif
dalam mengakomodir keberlangsungan untuk menghidupkan budaya populer
yang disenangi kalangan remaja saat ini.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Sebagai konsekuensinya maka perlu diupayakanlah penyelipan misi
propaganda industri ke dalam tayangan televisi, dengan tujuan untuk mencekoki
khalayak lewat berbagai macam program acara ala kadarnya yang telah
direkonstruksi nilai serta maknanya itu, hingga masyarakat tergila-gila dibuatnya.
Etika dalam penyiaran, seharusnya bertujuan untuk pengontrolan acara agar lebih
terarah dan mendidik, kini telah dirongrong dengan keputusan praktis dan
pragmatis tanpa argumentasi yang kuat dan jelas, hanya demi kepentingan media
itu sendiri.
Begitu juga tayangan program acara dengan mevisualisasikan tampilantampilan yang awalnya santun seperti tampilan kebaya panjang dengan motif
visual batik dan tampilan kesenian daerah yang kental dengan budaya
ketimurannya, kini tayangan itu telah dilindas oleh program acara dengan menjual
tampilan model celana mini ketat yang cenderung seronok sambil mengumbar
pusernya terlihat jelas menari-nari di atas stage.
Media khususnya televisi kini terjebak dalam

suatu permainan

membalikkan strata budaya dan tata nilai serta perilaku masyarakat yang
sebenarnya, sehingga perancangan program acara ala kadarnya itu, tidak ada lagi
standar acuan kebenaran, karena semuanya hanyalah sekedar menciptakan
festival, kemeriahan, kemegahan, sensasi, spektakuler dengan permainan
kekaburan nilai dan makna.
Dari sekian rentetan panjang tentang ”Budaya Populer” dan keberadaanya
begitu mendominasi di tengah masyarakat terutama kaum remaja, hingga budaya
lokalpun sedikit demi sedikit tersudutkan dan akhirnya terlempar dari lingkungan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

masyarakatnya. Melihat gejala dan perkembangan yang begitu liar ini, pantaslah
beberapa kalangan sangat mengkhawatirkan tentang penyebarannya, karena
sasarannya mencakup cukup luas baik dari kalangan atas, menengah bahkan
kalangan masyarakat rendahpun terkena dampaknya. Demikian juga dari usia bisa
menyerang anak-anak, remaja, dewasa bahkan orangtua pun masih sempat
menikmatinya.

2.1.3. Lagu Merupakan Komunikasi Ekspresif
William I.Gorden mengemukakan bahwa komunikasi itu mempunyai
empat fungsi.Keempat fungsi tersebut yakni komunikasi sosial, komunikasi
ekspresif, komunikasi ritual dan instrumental,tidak saling meniadakan (mutually
exclusive).Fungsi

komunikasi

sebagai

komunikasi

sosial

setidaknya

mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri
kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan,
terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat
menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain ( Mulyana 2001 : 5 ).
Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif
yang dapat dilakukan baik sendirian ataupun dalam kelompok.Komunikasi
ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat
dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan
perasaan-perasaan (emosi kita) perasaan tersebut terutama dikomunikasikan
melalui pesan-pesan non-verbal.Emosi kita juga dapat kita salurkan lewat bentuk-

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

bentuk seni seperti puisi, novel, musik, tarian atau lukisan.Harus diakui, musik
juga dapat mengekspresikan perasaan, kesadaran, dan bahkan pandangan hidup
(ideologi) manusia (Mulyana, 2001 : 21-22).
Musik adalah suara atau bunyi-bunyian yang diatur menjadi satu yang menarik
dan menyenangkan.Dengan kata lain musik dikenal sebagai sesuatu yang terdiri
atas nada dan ritme yang mengalun secara teratur, Rachmawati dalam
(Ayuningtyas, 2006 : 9).
Musik juga memainkan peran dalam evolusi manusia, dibalik perilaku dan
tindakan manusia terdapat pikiran dan perkembangan ini dipengaruhi oleh
musik.Seni

musik

merupakan

salah

satu

seni

untuk

menyampaikan

ekspresi.Ekpresi yang disampaikan sekarang ini bukan hanya mengandung unsure
keindahan seperti tema-tema percintaan, namun belakangan ini banyak tercipta
tema-tema yang berisi permasalahan social dan realitas yang ada pada masyarakat.
Musik dapat tercipta karena didorong oleh kondisi social, politik, dan
ekonomi masyarakat, musik adalah cermin sebuah masyarakat, musik juga
diilhami oleh perilaku umum masyarakat, dan sebaliknya perilaku umum
masyarakat dapat berupa permasalahan social, peristiwa monumental, kebutuhan
dan tuntutan bersama, kritikan ataupun harapan yang diidamkan Rachmawati
dalam (Ayuningtyas, 2006 : 9).
Lagu merupakan penting dalam sosialisasi ide, gagasan dalam tradisi
kebudayaan.Lagu tanpa syair disebut musik lagu adalah sekumpulan lirik yang
diberi instrument akor dan melodi, meskipun terlihat sederhana, namun proses

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

pembuatan sebuah lagu dibutuhkan keahlian, baik itu keahlian memainkan alat
musik, keahlian menulis lirik hingga keahlian dalam berimajinasi, meskipun
dalam prakteknya lirik lagu tersebut berdasarkan pengalaman pribadi atau
keadaan dimasyarakat sekitarnya.Lirik lagu biasanya memiliki muatan atau pesan
tertentu kadang-kadang pesannya hanya sekedar ungkapan cinta kasih, tapi
kadang-kadang juga bermuatan politis.Filosofi dan membedah misteri kehidupan
(Ayuningtyas, 2006 : 25).
Lirik sebuah lagu di era sekarang merupakan sebuah kunci utama, meski
tidak dipungkiri sentuhan musik tidak kalah pentingnya untuk menghidupkan lagu
tersebut secara keseluruhan.Link merupakan sebuah energi yang mampu
mengungkap banyak hal.Hampir sebagian lirik lagu-lagu Indonesia memuat
berbagai peristiwa atau perasaan emosi yang dilihat, didengar dan dirasakan oleh
si pencipta lagu.Ada yang menyuarakan perasaan cinta yang mengharu biru, ada
pula yang menuangkan protes dan kontrol sosial.Apapun jenis musiknya, lirik
lagu cinta tetap dominan dari waktu ke waktu.Para pencipta lagu pun berpendapat
bahwa tema cinta adalah universal, bisa diterima siapa saja, tidak heran apabila
banyak group musik atau penyanyi yang memakai konsep pembuatan lirik
semacam itu (www.media-indonesia.com/resensi/detail.asp?id=420).
Hal ini sesuai dengan pendapat Bernard Berelson dan Gary A Steiner, yang
menyataka bahwa :
“Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan
dan sebagainnya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

figure grafik dan sebagainya.Tindakan atau proses transmisi itulah yang
biasanya disebut komunikasi (Berelson & Steiner) (Mulyana, 2001 : 62)”.
Sistem tanda musik adalah auditif, namun untuk mencapai pendengarnya,
pencipta musik mempersembahkan kreasinya dengan perantara pemain musik
dalam bentuk system tanda perantara tertulis jadi visual.Peranan kedudukan lagu
adalah penting dalam rangka sosialisasi ide dan gagasan dalam tradisi
kebudayaan.Musik, lagu dan senandung adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
kemanusiaan itu sendiri, musik dan lagu hadir dan disukai manusia secara
kodrati.Perkembangan lirik lagu di Indonesia sudah mulai sejak setelah merebut
kemerdekaan.Pada paruhan pertama dasawarsa tahun 1950-an.Pada waktu itu
masih dilakukan yang namanya musikalisasi syair yaitu menggarapa komposisi
lagu terhadap puisi-puisi yang telah terlebih dahulu diciptakan oleh penyair
terpandang (Ayuningtyas, 2006 : 24).

2.1.4. Konsep angka 69
Ini merupakan posisi foreplay (pemanasan) yang paling dikenal pasangan
saat melakukan hubungan badan. Posisi oral seks terbaik dimana suami dan istri
dapat saling merangsang kelamin pasangannya secara bersamaan. 69, dalam
bahasa Perancis disebut soixante-neuf, adalah posisi seksual di mana mulut dua
orang terletak di dekat alat kelamin masing-masing, melakukan seks oral. Orang
yang melakukan posisi ini berbentuk seperti 6 dan 9. Posisi ini dapat melibatkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

kombinasi jenis kelamin apapun. Berikut ini beberapa kelebihan seputar posisi 69
yang melegenda tersebut.
1. 69 Foreplay
Sebenarnya, posisi ini adalah posisi seksual untuk menu foreplay alias
pemanasan sebelum masuk ke menu utama. Di posisi ini, kedua pasangan
melakukan oral bersamaan dalam posisi terbalik. Pria berbaring telentang,
kemudian pasangan wanita berada di atasnya dengan posisi yang berlawanan
dengan pria. Sehingga area wajah kedua pasangan tepat berada berhadapan
dengan area genital masing-masing.
Pada posisi ini, pasangan bisa melakukan rangsangan pada genital
pasangannya dengan servis oral, cunnilingus, maupun felatio. Posisi seks 69 ini
bisa dilakukan dengan posisi yang sebaliknya, wanita di bawah dan pria diatas.
Posisi seks 69 ini cukup banyak memiliki variasi. Bisa dilakukan dengan posisi
berdiri, duduk, berbaring, menyamping dan sebagainya. Masing-masing dari
posisi-posisi itu adalah varian dari posisi umum 69. Posisi seksual ini telah
dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Bahkan, posisi ini telah termuat dalam buku
kuno .Kama Sutra'.
2. 69 sideway
Posisi seks ini adalah sebuah variasi dari posisi '69', yang yang dilakukan
dengan berbaring menyamping. Kedua pasangan mengambil posisi menyamping
pada salah satu sisi tubuh dengan posisi yang berlawanan. Posisi kepala pria dan
wanita berada tepat berhadapan dengan masing-masing genital. Posisi kepala

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

berada di antara selangkangan, hingga mudah memberikan rangsangan. Lebih
baik jika posisi kepala berada pada paha dalam masing-masing.
Jadi, apabila lelah bisa meletakkan kepala pada paha bagian dalam
pasangan. Ini posisi yang cukup mudah dan paling gampang dilakukan. Banyak
pasangan yang memilih posisi ini saat melakukan posisi foreplay 69. Posisi ini
memang layak untuk dicoba, karena tidak memiliki tingkat kesulitan yang tinggi,
namun bisa memberikan sensasi yang luar biasa.
3. 69 Kneeling
Posisi ini adalah posisi 69 yang dilakukan dengan berlutut, khususnya
pada pasangan pria. Pria mengambil posisi berlutut dengan posisi badan tegak.
Kemudian pria mengangkat tubuh wanita dengan memeluk erat dalam posisi
tubuh terbalik dengan kepala di bawah. Pria harus merangkul tepat melingkari
pinggang wanita. Sedangkan posisi paha depan wanita ada di bahu pria. Posisi
kaki wanita berada di atas kepala pria dan posisi kepala pria berada di antara
selangkangan wanita.
Posisi ini memang sangat membutuhkan kebugaran dan kekuatan dari
pegangan pria. Bahkan wanita pun harus bugar dan lentur untuk bisa
melakukannya dengan baik. Karena kalau tidak, wanita bisa terjatuh selama
proses foreplay. Karena menuntut kebugaran pula posisi ini cukup jarang
dipraktikkan. Tapi apa salahnya jika Anda dan pasangan ingin mencobanya.
Asalkan

Dokumen yang terkait

REPRESENTASI KUASA PATRIARKI ATAS SEKSUALITAS PADA LAGU DANGDUT Representasi Kuasa Patriarki atas Seksualitas pada Lagu Dangdut (Studi Semiotika Representasi Kuasa Patriarki atas Seksualitas pada Lagu Dangdut Belah Duren, Jupe Paling Suka 69, dan Please

0 1 15

REPRESENTASI KUASA PATRIARKI ATAS SEKSUALITAS PADA MUSIK DANGDUT Representasi Kuasa Patriarki atas Seksualitas pada Lagu Dangdut (Studi Semiotika Representasi Kuasa Patriarki atas Seksualitas pada Lagu Dangdut Belah Duren, Jupe Paling Suka 69, dan Please

0 2 13

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “PALING SUKA 69” (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Lirik Lagu ”Paling Suka 69” yang Dibawakan oleh Julia Perez).

1 11 90

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “PALING SUKA 69” (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Lirik Lagu ”Paling Suka 69” yang Dibawakan oleh Julia Perez).

0 3 90

REPRESENTASI “SEKSUALITAS” PADA LIRIK LAGU “CINTA SATU MALAM” (Studi Semiologi Tentang Representasi “Seksualitas” Pada Lirik Lagu “Cinta Satu Malam” Oleh Melinda).

1 9 99

REPRESENTASI “SEKSUALITAS” PADA LIRIK LAGU “CINTA SATU MALAM” (Studi Semiologi Tentang Representasi “Seksualitas” Pada Lirik Lagu “Cinta Satu Malam” Oleh Melinda)

0 0 22

REPRESENTASI SEKSUALITAS PADA LIRIK LAGU ” PALING SUKA 69 ” KARYA JULIA PEREZ (Studi Semiologi Tentang Representasi Seksualitas Pada Lirik Lagu ”Paling Suka 69” Karya Julia Perez)

0 0 20

REPRESENTASI SEKSUALITAS PADA LIRIK LAGU ” PALING SUKA 69 ” KARYA JULIA PEREZ (Studi Semiologi Tentang Representasi Seksualitas Pada Lirik Lagu ”Paling Suka 69” Karya Julia Perez)

0 1 81

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “PALING SUKA 69” (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Lirik Lagu ”Paling Suka 69” yang Dibawakan oleh Julia Perez)

0 0 14

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “PALING SUKA 69” (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Lirik Lagu ”Paling Suka 69” yang Dibawakan oleh Julia Perez)

0 0 14