RANCANG BANGUN TERAPI INFRA MERAH BERBASIS ATMEGA8
TUGAS AKHIR
Oleh
DYAN NOVA LESISKA NUR WAHYDHA 2013 301 0056
PROGRAM STUDI
D3 TEKNIK ELEKTROMEDIK
POLITEKNIK MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
(2)
RANCANG BANGUN TERAPI INFRA MERAH BERBASIS ATMEGA8
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Politeknik Muhammadiyah Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Ahli Madya D3
Program Studi Teknik Elektromedik
Oleh :
DYAN NOVA LESISKA NUR WAHYDHA 2013 301 0056
PROGRAM STUDI
D3 TEKNIK ELEKTROMEDIK
POLITEKNIK MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
(3)
(4)
TUGAS AKHIR
RANCANG BANGUN TERAPI INFRA MERAH BERBASIS
ATMEGA8
Dipersiapkan dan disusun oleh Dyan Nova Lesiska Nur Wahydha
NIM 20133010056
Telah dipertahankan di Dewan Penguji Pada tanggal: 30 Agustus 2016
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Bambang Giri Atmaja, SST. Meilia Safitri, S.T., M.Eng. NIP. 19770615 200012 1 002 NIK. 19890123201604183041
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Elektromedik
Tatiya Padang Tunggal, S. NIK. 19680803201210 183 0
(5)
Tanggal : 30 Agustus 2016
Susunan Dewan Penguji
Nama Penguji Tanda Tangan
1. Ketua Penguji
Nama : Bambang Giri Atmaja, SST ... 2. Sekretaris Penguji
Nama : Meilia Safitri, S.T., M.Eng. ... 3. Penguji I
Nama : Warindi, S.T.,M.Eng. ...
Yogyakarta, 30 Agustus 2016
POLITEKNIK MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA DIREKTUR
Dr.Sukamta, S.T., M.T. NIK.19700502199603 123 023
i iv
(6)
Kata Pengantar
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufik serta hidayahnya berupa akal pikiran sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “ Rangcang Bangun Terapi Infra Merah Berbasis ATMega8”. Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan kelulusan dengan gelar Ahli Madya (A.Md).
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW dan pasa sahabatnya, yang telah menunjukkan jalan kebenaran berupa keislaman serta menjauhkan kita dari zaman kebodohan dan menuntut kita menuju zaman yang terang dan penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Semoga beliau selalu menjadi suri tauladan dan sumber inspirasi bagi kita semua.
Dalam melakukan penelitian dan penyusunan laporan tugas akhir ini penulis mendapat banyak bantuan dalam bentuk saran, dorongan, dan bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu dengan segala hormat dan kerendahan hati perkenankan penulis mengucap banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Sukamta,S.T., M.T., selaku Direktur Politeknik Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk belajar dan mencari ilmu sebanyak-banyaknya di Program Studi Teknik Elektromedik selama 3 tahun ini.
2. Bapak Tatiya Padang Tunggal,S.T., selaku Kepala Program Studi Teknik Elektromedik.
(7)
4. Bapak Warindi, S.T,.M.Eng, yang telah berkenan menguji hasil penelitian dari penulis, dan memberikan hal-hal terbaik bagi penulis, kritik, saran dan masukan agar penulis menjadi lebih baik untuk kedepanya.
5. Seluruh staff, karyawan dan dosen-dosen pembantu di Politeknik Muhammadiyah Yogyakarta, terutama Prodi Teknik Elektromedik yang selalu memberikan bantuan dikala penulis menemui kesulitan tentang perkuliahan, dan telah memberikan dorongan semangat untuk kuliah.
6. Terimakasih kepada ketiga Laboran yang mau membimbing saya, yang sudah berkenan membimbing saya sampai pendadaran.
7. Keluarga, terutama orang tua yaitu Ibu dan Bapak atas kasih sayang, do’a, dukungan, dan bimbingan yang tidak pernah ada kata lelah dan bosan. “Terimakasih telah menjadi panutan, menjadi guru, merawat tanpa pamrih dari penulis lahir sampai waktu sekarang ini”.
8. Seluruh Teman-teman angkatan 2013 Teknik Elektromedik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (Rahayu, Fajar, Rul, Flamy, Hasti, Dian, Innes, Diah, Deli, Wiharja, Angger, Bayu, Miladdina, Bambang, Deni, Eva, Ika, Haris, Kiki), Andri Agustian dan Putri Wahyu yang banyak memberikan masukan-masukan dan semangat serta dorongan kepada penulis “SEMOGA KITA SELALU DIDALAM JALAN KESUKSESAN! AAMIIN.
(8)
9. Adik-adik kelas Teknik Elektromedik yang sedang berjuang untuk menggapai masa depannya, yang juga selalu memberikan saran, dorongan, dukungan kepada penulis. Semangat dan jangan menyerah sebelum perang, manfaatkan waktu sebaik-baiknya, walaupun itu hanya satu detik.
Penulis menyadari bahwa laporan yang kami susun masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kepada pembaca khususnya dosen pembimbing agar memberikan kritik serta saran yang membangun sehingga laporan yang kami susun dapat lebih baik lagi. Akhir kata semoga laporan ini memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.
Yogyakarta, Agustus 2016
Penulis
(9)
DAFTAR ISI...viii
DAFTAR TABEL...xi
DAFTAR GAMBAR...xii
ABSTRAK...xiii.
ABSTRACT...xiv
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Batasan Masalah...2
1.3 Rumusan Masalah...3
1.4 Tujuan...3
1.4.1. Tujuan Umum ...4
1.4.2. Tujuan Khusus...4
1.5 Manfaat...4
1.5.1. Manfaat Teoritis...4
1.5.2. Manfaat Praktis...4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI...5
2.1 Kajian Pustaka...5
2.2 Infra Merah...5
2.2.1 Prinsip Dasar Terapi ...5
2.3 Prinsip Dasar Terapi Infra Merah...9
2.4 Lampu Philips Infraphil...15
2.5 Liquid Crystal Display(LCD)...16
2.6 IC Microcontroller ATMega8...19
2.6.1. PORT B ...21
2.6.2. PORT C...23
2.6.3. PORTD...24
2.7 Buzzer...26
(10)
2.8 Hourmeter ...26
BAB III METODELOGI ...29
3.1 Perancangan Perangkat Keras ...31
3.1.1. Diagram Blok ...31
3.1.2. Modul Rangkaian ...32
1. Rangkaian Minimum System ...33
2. Rangkaian Power Supply...34
3. Modul Rangkaian Buzzer...34
4. Rangkaian Driver ...35
5. Rangkaian Keseluruhan...36
3.2 Perancangan Perangkat Lunak ...37
3.2.1. Diagram Alir Modul...39
3.2.2. Listing Program ...40
1. Listing Program Library ...40
2. Melakukan inisialisasi LCD...41
3. Menentukan port yang digunakan...41
4. Program inisialisasi data...41
5. Program untuk pemilihan timer...41
6. Program untuk mengaktifkan buzzer...42
3.3 Perancangan Pengujian ...43
3.3.1. Jenis Pengujian...43
3.3.2. Pengolahan Data...43
3.3.3. Rumus Statistik...44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...47
4.1 Pengujian Timer dalam waktu 300 detik...47
4.2 Pengujian Timer dalam waktu 600 detik...50
4.3 Pengujian Timer dalam waktu 900 detik...53
4.4 Pembahasan...56
4.5 Kinerja Alat ...57
Bab V PENUTUP ...58
5.1 Kesimpulan...58
(11)
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pin dan Fungsi...18
Tabel 2.2 Konfigurasi Pin PORTB...21
Tabel 2.3 Konfigurasi Pin PORTC...23
Tabel 2.4 Konfigurasi Pin PORTD...24
Tabel 4.1 Pengukuran Timer dalam 300 detik...47
Tabel 4.2 Pengukuran Timer dalam 600 detik...50
Tabel 4.3 Pengukuran Timer dalam 900 detik...53
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Timer...56
(13)
Gambar 2.1 Penggolongan Spektrum Sinar ...7
Gambar 2.2 Gelombang Elektromagnetik ...8
Gambar 2.3 Bentuk Fisik Lampu Infra Merah ...16
Gambar 2.4 LCD Karakter ...17
Gambar 2.5 Skematik ATMega8 ...19
Gambar 2.6 Konfigurasi ATMega8 ...20
Gambar 2.7 Skematik Buzzer ...26
Gambar 2.8 Hourmeter...27
Gambar 3.1 Diagram Blok Modul ...21
Gambar 3.2 Rangkaian Minimum System ATMega8 ...33
Gambar 3.3 Rangkaian Power Supply ...34
Gambar 3.4 Rangkaian Buzzer ...34
Gambar 3.5 SSR ...35
Gambar 3.6 Skematik Rangkaian SSR...35
Gambar 3.6 Rangkaian Keseluruhan...36
Gambar 3.7 Diagram Mekanis Sistem ...37
Gambar 3.8 Diagram Alir Modul ...39
Gambar 4.1 Grafik pengukuran dalam 300 detik...47
Gambar 4.1 Grafik pengukuran dalam 600 detik...51
Gambar 4.1 Grafik pengukuran dalam 900 detik...54
(14)
(15)
(16)
ABSTRAK
Terapi infra merah adalah salah satu metode untuk membantu mengatasi masalah nyeri dan pegal-pegal pada otot. Sebelum ditemukannya metoda tersebut, dahulu kala banyak digunakan cara pemijatan pada area yang terasa nyeri dan pegal-pegal. Terapi infra merah merupakan tindakan remediasi/perbaikan masalah kesehatan, setelah dilakukan diagnosis.
Alat terapi inframerah ini dimaksudkan untuk melengkapi alat terapi infra merah yang sudah ada. Alat terapi inframerah ini dilengkapi dengan lampu inframerah, timer untuk mengatur proses terapi , lcd, buzzer, dan tombol emergency stop. Selain dapat mematikan lampu secara otomatis, Alat ini juga dilengkapi dengan pemilihan waktu proses terapi yaitu 300 detik(5 menit), 600 detik(10 menit) dan 900 detik(15 menit). Hal ini bertujuan untuk mengurangi resiko kelalaian dalam pemantauan lamanya waktu terapi serta menampilkan tampilan pengukuran dalam LCD karakter setelah dilakukan pengujian sistem alat keseluruhan.
Setelah melakukan proses pengukuran, didapatkan nilai eror pada pengukuran timer 300 detik sebesar 0,33%, 600 detik sebesar 0,16%, sedangkan 900 detik sebesar 0,2%. Dari % error tersebut modul ini dapat digunakan.
Kata Kunci: Terapi Infra Merah, Waktu, Eror
(17)
stiffness in the muscles. Before the discovery of the method, ancient massage techniques is widely used in the area of pain and fatigue. Infrared therapy is the act of remediation/ improvement of health problems, after diagnosis.
The infrared therapy device is designed to complete the existing device nowadays. This device consists of infrared lamp, timer for setting the therapy duration, LCD, buzzer and Emergency Stop.Besides being able to switch off the lights automatically, this device is also equipped with the timing of the therapy process, 300 seconds (5 minutes), 600 seconds (10 minutes) and 900 seconds (15 minutes), that aims to reduce the is employed to display the timer duration of them.
Based on measurement process, 0,33% of errors is obtained from 300 seconds, 0,16% of errors is obtained from 600 seconds errors, and 0,2 % of errors is obtained from 900 seconds. Based on the obtained value of error, it showed that timer device is suitable for use.
Keywords: Infrared therapy, Timer, Error
(18)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi seperti sekarang ini, kebutuhan akan hidup sehat membuat manusia melakukan berbagai cara untuk mengatasi penyakit yang dideritanya. Penyakit – penyakit tertentu seperti misalnya nyeri punggung bawah, nyeri punggung atas, serta osteoartritis merupakan contoh penyakit yang dalam upaya penyembuhannya tidak hanya dengan obat-obatan namun juga diperlukan suatu proses terapi. Hal tersebut menjadi alasan pentingnya kesadaran penggunaan terapi dalam dunia kesehatan. Namun pada saat ini di Indonesia hanya rumah sakit besar saja yang dilengkapi dengan fasilitas terapi, padahal pada kenyataanya banyak sekali masyarakat yang membutuhkan.
Hingga saat ini terdapat beberapa jenis terapi yaitu dengan menggunakan sinar, zat cair dan gas, ultrasonik, listrik. Dari semua jenis terapi, terapi dengan menggunakan sinar infra merah yang paling umum digunakan, yaitu dengan memanfaatkan pancaran sinar inframerah yang dapat diperoleh baik secara alami dari matahari maupun dari lampu atau bantalan listrik. Terapi infra merah adalah salah satu metoda untuk membantu mengatasi masalah nyeri dan pegal-pegal pada otot. Sebelum ditemukannya metoda tersebut, dahulu kala banyak digunakan cara pemijatan pada area yang terasa nyeri dan pegal-pegal, sehingga butuh penanganan lebih lanjut mengenai masalah tersebut. Alat terapi infra merah
(19)
yang ada saat ini masih dioperasikan secara manual, Sehingga operator harus menyalakan dan mematikan alat terapi terlebih dahulu. Tidak terdapat pengaturan dan tampilan lamanya waktu proses terapi infra merah, Hal tersebut menimbulkan resiko kelalaian dalam pemantauan lamanya waktu terapi dan tidak ada tombol emergency stop yang digunakan pasien sebagai tombol darurat untuk menghentikan terapi. Dikarenakan sensitifitas kulit setiap orang terhadap efek panas terapi inframerah ini berbeda-beda dan dapat membahayakan pasien serta mempengaruhi efek terapi yang diterima.
Hal tersebut memotivasi penulis untuk merancang suatu alat terapi infra merah yang dilengkapi pemilihan waktu terapi yang dapat ditampilkan pada layar LCD dan terdapat emergency stop sebagai tombol darurat yang digunakan ketika pasien merasakan panas yang berlebih pada saat proses terapi sedang berlangsung. Oleh karena itu, penulis ingin membuat terapi infra merah dengan judul “ Rancang Bangun Terapi Infra Merah Berbasis ATMega8”
1.2 Rumusan Masalah
Mengingat betapa pentingnya tingkat keamanan pada pasien, maka perlu diperhatikan segala hal yang menyebabkan kesalahan selama proses terapi diantaranya mengatur dan menampilkan lamanya waktu penyinaran pada proses terapi dan respon pasien selama terapi berlangsung. Sehingga diperlukan adanya penambahan pemilihan waktu terapi, tombol emergency stop pada pasien, serta indikator alarm (buzzer) untuk mengingatkan operator bahwa terapi telah selesai.
(20)
1.3 Batasan Masalah
Dikarenakan berbagai kendala yang dihadapi, maka pembahasan perancangan dan realisasi alat terapi infra merah dibatasi dengan menggunakan :
1. Lampu infra merah dengan daya 150 Watt. 2. Lampu menyala secara kontinyu.
3. Objek terapi adalah daerah telapak tangan,persendian tulang dan punggung.
4. Pengendali modul menggunakan microcontroller ATMega8. 5. Tampilan timer menggunakan Liquid Crystal Display (LCD).
6. Pemilihan waktu proses terapi adalah 300 detik, 600 detik, dan 900 detik.
1.4 Tujuan
1.4.1. Tujuan Umum
Dibuatnya Rancang Bangun Terapi Infra Merah ini berbasis ATMega8.
1.4.2 Tujuan Khusus
Setelah menganalisa permasalahan yang ada, tujuan khusus pembuatan alat ini antara lain :
1. Membuat Rangkaian Perangkat Lunak Microcontroller
(21)
2. Membuat Rangkaian Buzzer digunakan sebagai alarm (penanda) apabila proses terapi selesai.
3. Membuat Rangkaian LCD sebagai tampilan pengaturan waktu terapi.
4. Melakukan kalibrasi dengan menggunakan alat pembanding
stopwatch.
1.5 Manfaat
1.5.1. Manfaat Teoritis
Dalam pembuatan tugas akhir ini dimaksudkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang teknik elektromedik terutama perkembangan alat khususnya alat terapi otot dan sendi.
1.5.2. Manfaat Praktis
Dengan adanya alat terapi infra merah ini diharapkan dapat membantu dan mengatasi masalah terapi pada daerah otot dan sendi.
(22)
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
2.1 Kajian Pustaka
Terapi Infra Merah adalah salah satu jenis terapi dalam bidang Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi yang menggunakan gelombang elektromagnetik infra merah dengan karakteristik gelombang adalah panjang gelombang 770nm-106nm, berada di antara spektrum gelombang cahaya yang dapat dilihat dengan gelombang microwave, dengan tujuan untuk pemanasan struktur muskuloskeletal yang terletak superfisial dengan daya penetrasi 0,8-1 mm.
Menurut Arif Soemarjono,2015, Terapi Infra Merah akan memberikan pemanasan superfisial pada daerah kulit yang diterapi sehingga menimbulkan beberapa efek fisiologis yang diperlukan untuk penyembuhan. Efek-efek fisiologis tersebut berupa mengaktifasi reseptor panas superfisial
di kulit yang akan merubah transmisi atau konduksi saraf sensoris dalam menghantarkan nyeri sehingga nyeri akan dirasakan berkurang, pemanasan ini juga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) dan meningkatkan aliran darah pada daerah tersebut sehingga akan memberikan oksigen yang cukup pada daerah yang diterapi, menigkatkan aktifitas enzim-enzim tertentu yang digunakan untuk metabolisme jaringan dan membuang sisa-sisa metabolisme yang tidak terpakai sehingga pada akhirnya akan membantu mempercepat proses penyembuhan jaringan.
(23)
Terapi pemanasan dengan infra merah ini juga dapat memberikan perasaan nyaman dan rileks sehingga dapat mengurangi nyeri karena ketegangan otot-otot terutama otot-otot yang terletak superfisial, meningkatkan daya regang atau ekstensibilitas jaringan lunak sekitar sendi seperti ligamen dan kapsul sendi sehingga dapat meningkatkan luas pergerakan sendi terutama sendi-sendi yang terletak superfisial seperti sendi tangan dan kaki.
Pada penelitian- penelitian sebelumnya telah dibuat alat terapi infra merah oleh saudara pongky septyandi,2013. Dimana pada penelitian tersebut penulis menggunakan lampu infra merah dengan daya sebesar 150 Watt. Pada penelitian tersebut masih terdapat kekurangan diantaranya belum terdapat pemilihan lamanya waktu terapi serta indikator alarm (buzzer) apabila waktu terapi selesai.
Pada penelitian yang dilakukan oleh saudara Febriana Bagyohayu,2014. Dimana pada penelitian tersebut penulis membuat terapi infra merah dengan menggunakan microcontroller AT89S51 serta menggunakan infra merah model stand berdiri . Pada penelitian tersebut masih terdapat kekurangan diantaranya belum adanya tombol emergency stop sebagai tombol darurat untuk pasien.
2.2 Infra Merah
2.2.1 Prinsip Dasar Infra Merah
Infra merah adalah cahaya alami yang dihasilkan oleh matahari. Sebagai bagian dari spektrum cahaya matahari yang tak terlihat, cahaya infra merah jauh adalah suatu bentuk energi panas.
(24)
7
Karakteristik dari sinar infra merah adalah : 1. Tidak dapat dilihat oleh manusia.
2. Tidak dapat menembus materi yang tidak tembus pandang. 3. Dapat ditimbulkan oleh komponen yang menghasilkan panas. 4. Panjang gelombang pada infra merah memiliki hubungan yang
berlawanan atau berbanding terbalik dengan suhu. Ketika suhu mengalami kenaikan, maka panjang gelombang mengalami penurunan.
Jenis-jenis infra merah berdasarkan panjang gelombang :
a. Infra merah jarak dekat dengan panjang gelombang 0.75 – 1.5 μm. b. Infra merah jarak menengah dengan panjang gelombang 1.50 – 10
μm.
c. Infra merah jarak jauh dengan panjang gelombang 10 – 100 μm. Sinar infra merah bila dilihat dari susunan spektrum sinar (hertzian, infra merah, merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, ultra ungu/violet pigment, j.cosmic), terletak diantara sinar merah
hertzian. Dengan demikian definisi sinar infra merah adalah pancaran gelombang eletromagnetik dengan panjang gelombang 7.700-4 juta A. Sinar infra merah, selain berasal dari matahari, dapat pula diperoleh secara buatan dari :
(25)
Bantalan listrik lampu non inminous infra merah, lampu pijar akan mengeluarkan sinar-sinar infra merah gelombang panjang, pendek dan sinar visible.
b. Carbon pendek
Carbon pendek akan mengeluarkan sinar infra merah yang disertai sinar visible dan juga sinar ultra violet. Penggolongan dari spektrum sinar di tunjukan pada Gambar 2.1 .
Gambar 2.1 Penggolongan Spektrum Sinar(Kurniawan,2013)
Klasifikasi sinar infra merah :
1. Berdasarkan panjang gelombang
a. Gelombang panjang (non penetrating)
Panjang gelombang diatas 12.000 A sampai dengan 150.000 A.Daya penetrasi sinar ini hanya sampai pada lapisan
superficial epidermis,yaitu sekitar 0,5mm. b. Gelombang pendek (penetrating)
Panjang gelombang antara 7.700-12.000 A.Daya penetrasi
lebih dalam dari yang gelombang panjang, yaitu sampai jaringan sub cutan kira-kira dapat mempengaruhi secara
(26)
9
langsung terhadap pembuluh darah kapiler,pembuluh limphe, ujung-ujung saraf dan jaringan lain dibawah kulit.
2. Berdasarkan tipe
a. Tipe A : Panjang gelombang 780-1500, penetrasi dalam. b. Tipe B : Panjang gelombang 1.500-3.000, penetrasi dangkal. c. Tipe C: Panjang gelombang 3.000-10.000, penetrasi
dangkal.
Gelombang Elektromagnetik ditunjukan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Gelombang Elektromagnetik(Kurniawan,2013)
Pengaruh fisiologis sinar infra merah apabila diabsorbsi oleh kulit, maka panas akan timbul pada tempat dimana sinar tadi
(27)
diabsorbsi. Infra merah yang bergelombang pendek (7.700 A - 12.000 A) penetrasinya sampai pada lapisan dermis atau sampai ke lapisan di bawah kulit (Kurniawan’s blog, 2013).
2.3 Prinsip Dasar Terapi Infra Merah
Di dalam permasalahan terapi, terapi infra merah ini berarti tindakan remediasi/perbaikan masalah kesehatan, setelah dilakukan diagnosis. Terapi Infra merah adalah jenis terapi rendah energi yang menggunakan cahaya dalam spektrum infra merah jauh untuk pengobatan masalah kesehatan.Cahaya infra merah berbeda dengan sinar ultraviolet yang menyebabkan kulit terbakar dan kerusakan pada kulit pasien. Inframerah tiidak menyebabkan kulit terbakar atau kerusakan kulit, sehingga merupakan alat untuk mengatasi nyeri yang efektif seperti, nyeri artritis, fenomena Raynaud dan tendinitis atau radang tendon.
Penggunaan terapi inframerah ini diyakini akan meningkatkan temperatur kulit, memperbaiki aliran darah dan meningkatkan suhu inti tubuh. Suhu darah yang meningkat akan merangsang neuron-neuron hangat dari pusat pengatur panas di hipotalamus dan menghambat neuron dingin. Selain itu, neuron yang hangat ini akan diproyeksikan ke neuron pusat
simpatis/parasimpatis di hipotalamus, yang mempengaruhi sistem syaraf otonom.
(28)
11
Penggunaan terapi panas dan terapi pemanasan dapat menghambat syaraf simpatik tubuh, yang membuat syaraf parasimpatis (sistem beristirahat dan sistem mencerna) menjadi dominan. Terapi inframerah memanfaatkan sifat panas alami dari sinar matahari. Terapi panas inframerah dapat digunakan dengan aman oleh mereka yang menderita rasa sakit, cedera dan kekakuan otot pada segala usia.
Meskipun panjang gelombangnya terlalu panjang untuk dilihat dengan mata telanjang tetapi kita dapat merasakan energinya sebagai panas yang lembut dan panas yang memancar, yang dapat menembus sampai 3,5 inci di bawah kulit. Jadi Terapi infra merah juga merupakan semacam terapi cahaya dan terapi panas yang bekerja meningkatkan kesehatan.
Melalui beberapa mekanisme di atas, terapi infra merah menyediakan perawatan pada tubuh anda sepanjang hari sesuai keinginan. Dengan dosis rendah energinya tidak ada resiko pembakaran pada sel tubuh. Terapi ini terbukti memiliki efek yang baik dalam mengobati beberapa gejala berikut:
1. Pegal pada otot 2. Nyeri otot dan kejang 3. Kekakuan bahu atau sendi
Pada penggunaan lampu non luminous jarak lampu antara 45 - 60 cm, sinar diusahakan tegak lurus dengan daerah yang diobati serta waktu antara 10-30 menit. Menurut Michlovits semua pemanasan super fisial membutuhkan waktu antara 15 - 30 menit, sedangkan menurut Tharimsyam
(29)
menyatakan hal yang sama untuk lampu infra merah dengan jarak penyinaran 45 - 60 cm(Juan Suseno Haryanto,2012).
Sinar infra merah merupakan gelombang elektromagnet dengan panjang gelombang 7.700 – 4.000.000 Angstrom. Panjang gelombang yang pendek yaitu 7.700 – 150.000 Angstrom dapat dipakai untuk pengobatan. Sinar Infra merah memiliki sifat yang tidak nampak, Panjang gelombang lebih panjang daripada sinar merah dan mempunyai tenaga panas besar.
Kegunaan Infra merah dalam kesehatan :
1. Mengaktifkan molekul air dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena inframerah mempunyai getaran yang sama dengan molekul air. Sehingga, ketika molekul tersebut pecah maka akan terbentuk molekul tunggal yang dapat meningkatkan cairan tubuh.
2. Meningkatkan sirkulasi mikro. Bergetarnya molekul air dan pengaruh inframerah akan menghasilkan panas yang menyebabkan pembuluh kapiler membesar, dan meningkatkan suhu kulit, memperbaiki sirkulasi darah dan mengurangi tekanan jantung.
3. Meningkatkan metabolisme tubuh. jika sirkulasi mikro dalam tubuh meningkat, racun dapat dibuang dari tubuh kita melalui metabolisme. Hal ini dapat mengurangi beban liver dan ginjal.
Mengembangkan Ph dalam tubuh. Sinar inframerah dapat membersihkan darah, memperbaiki tekstur kulit dan mencegah rematik karena asam urat yang tinggi. Infra merah jarak jauh banyak digunakan pada
(30)
13
alat-alat kesehatan. Pancaran panas yang berupa pancaran sinar inframerah dari organ-organ tubuh dapat dijadikan sebagai informasi kondisi kesehatan organ tersebut. Hal ini sangat bermanfaat bagi dokter dalam diagnosis kondisi pasien sehingga dapat membuat keputusan tindakan yang sesuai dengan kondisi pasien tersebut. Selain itu, pancaran panas dalam intensitas tertentu dipercaya dapat digunakan untuk proses penyembuhan penyakit seperti cacar. Contoh penggunaan inframerah yang menjadi trend saat ini adalah adanya gelang kesehatan.
Terapi Infra merah merupakan salah satu jenis terapi yang aman dalam bidang Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi(Soemarjono,2015). Meskipun demikian ada beberapa kontraindikasi untuk mendapatkan terapi ini dan sebaiknya seseorang yang mempunyai kontraindikasi di bawah ini memberitahu terlebih dahulu kepada dokter atau fisioterapis sebelum mendapatkan terapi ini. Kontra indikasi absolut ( yang mutlak tidak boleh ) meliputi :
1. Kelainan perdarahan.
2. Kelainan pembuluh darah vena atau peradangan pembuluh darah,
seperti thrombophlebitis.
3. Gangguan sensoris berupa rasa raba maupun terhadap suhu.
4. Gangguan mental.
5. Tumor ganas atau kanker.
(31)
Kontra indikasi relatif ( boleh diberikan tetapi dengan pengawasan ketat dari dokter ataupun terapis yang memberikan ) meliputi :
1. Trauma atau peradangan akut.
2. Kehamilan
3. Gangguan sirkulasi darah.
4. Gangguan regulasi suhu tubuh.
5. Bengkak atau edema.
6. Kelainan jantung.
7. Adanya metal di dalam tubuh.
8. Luka terbuka
9. Pada kulit yang sudah diolesi obat-obat topikal atau obat gosok. 10. Kerusakan saraf.
Secara umum terapi Infra merah sangat jarang menimbulkan efek samping, bila terjadi efek samping pun bersifat reversibel atau dapat kembali sempurna setelah terapi dihentikan atau dalam waktu 2-3 hari. Efek samping yang dapat terjadi :
1. Luka bakar derajat ringan.
2. Bertambahnya peradangan.
3. Nyeri yang bertambah.
4. Alergi kulit, terutama pada penderita yang mempunyai riwayat alergi
terhadap suhu panas.
(32)
15
6. Pingsan.
2.4 Lampu Philips Infraphil PAR 38E 150 Watt
Lampu Philips Infraphil PAR 38E 150 Watt adalah lampu produksi
Phillips yang digunakan untuk kesehatan atau alat terapi. Lampu ini menghasilkan sinar infra merah yang dapat menembus lapisan kulit atas dan dapat memberi pemanasan pada otot, tulang atau persendian sehingga sangat cocok digunakan sebagai alat terapi.
Kehangatan dari sinar infra merah yang dihasilkan akan memberikan rasa nyaman pada organ yang mengalami gangguan. Dengan terapi pemanasan dari sinar infra merah yang dihasilkan oleh lampu Philips Infraphil PAR 38E selama beberapa menit sehari maka gangguan tersebut akan hilang dan anda akan merasa sehat seperti sedia kala. Penyinaran dengan lampu Philips Infraphil PAR 38E ini bertujuan agar aliran darah dapat kembali lancar serta menghangatkan otot yang kaku menjadi kendur dan rileks demikian juga dengan persendian.
Kehangatan yang dihasilkan akan mengurangi rasa nyeri sekaligus memberi kesegaran. Desain dari lampu Philips Infraphil PAR 38E sangat user friendly dan dapat diarahkan ke tempat-tempat yang membutuhkan terapi, seperti pundak, paha, betis, pinggang, lutut dan persendian lainnya
(33)
karena Lampu Phillips Infraphil PAR 38E memiliki poros yang dapat diputar ke segala arah. Lampu Philips Infraphil PAR 38E ini dilengkapi dengan extra focus sehingga pemanasan tidak menyebar tetapi akan menuju tempat sasaran, sehingga akan memberikan hasil yang maksimal.( Hilma, 2013)
Spesifikasi teknis[8]:
1. Daya : 150 W 2. Tegangan : 220/230 3. Frekuensi : 50 Hz
4. Life time lampu : 750 sessions of 10 minutes /hour(s)
5. Cord length: 1.8 m
6. Insulation: Class II (double isolation)
7. Tipe lampu : PAR 38E, 150 W + prismatic rings for more focus
Contoh gambar dari bentuk fisik lampu Infra Merah ditunjukan pada Gambar 2.3.
(34)
17
2.5 Liquid Crystal Display(LCD)
Adalah sebuah display dot matrix yang difungsikan untuk menampilkan tulisan berupa angka atau huruf sesuai dengan yang diinginkan (sesuai dengan program yang digunakan untuk mengontrolnya). Modul LCD Character dapat dengan mudah dihubungkan dengan
microcontroller seperti ATMega8. LCD yang akan digunakan ini mempunyai lebar tampilan 2 baris 16 kolom atau biasa disebut sebagai LCD
karakter 2x16, dengan 16 pin konektor. LCD karakter 2x16 ditunjukan pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.4 LCD karakter 2 x 16(Hardianto,2015)
Jalur EN dinamakan Enable. Jalur ini digunakan untuk memberitahu LCD sedang mengirimkan sebuah data. Untuk mengirimkan data ke LCD, maka melalui program EN harus dibuat logika low(0) dan diatur pada dua jalur kontrol yang lain RS dan RW. Ketika dua jalur yang lain telah siap, mengatur EN dengan logika (1) dan tunggu untuk sejumlah waktu tertentu (sesuai dengan datasheet dari LCD tersebut ) dan berikutnya mengatur EN ke logika low(0) lagi.
(35)
Jalur RS adalah jalur Register Select. Ketika RS berlogika low(0), data akan dianggap sebagai sebuah perintah atau instruksi khusus ( seperti clear screen, posisi kursor dll ). Ketika RS berlogika high(1), data yang dikirim adalah data teks yang akan ditampilkan pada tampilan LCD. Sebagai contoh, untuk menampilkan huruf “T” pada layar LCD maka RS harus diatur pada logika high(1).
Jalur RW adalah jalur kontrol Read/ Write. Ketika RW berlogika low
(0), maka informasi pada bus data akan dituliskan pada layar LCD. Ketika RW berlogika high ”1”, maka program akan melakukan pembacaan memori dari LCD. Sedangkan pada aplikasi umum pin RW selalu diberi logika low
”0”. Fungsi dari pin yang terdapat pada LCD ditunjukan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 pin dan fungsi LCD
PIN NAMA FUNGSI
1 Vss Ground Voltage
2 Vcc +5V
3 VEE Contrast Voltage
4 RS Register Select
0 = Instruction Register 1 = Data Register
5 R/W Read / Write
0 = write mode 1 = read mode
6 E Enable
(36)
19
1 = disable
7 DB0 LSB
8 DB1 -
9 DB2 -
10 DB3 -
11 DB4 -
12 DB5 -
Tabel 2.1 Tabel dan Fungsi LCD (Lanjutan)
PIN NAMA FUNGSI
13 DB6 -
14 DB7 MSB
15 BPL Back Plane Light
16 GND Ground Voltage
2.6 IC Microcontroller ATMega8
ATMega8 memiliki 3 buah PORT utama yaitu PORTB, PORTC, dan PORTD dengan total pin input/output sebanyak 23 pin. PORT tersebut dapat difungsikan sebagai input/output digital atau difungsikan sebagai
(37)
Gambar 2.5 Skematik IC ATMega8(Susanto, Aris. 2015)
AVR ATMega8 adalah microcontroller CMOS 8-bit berarsitektur AVR RISC yang memiliki 8K byte In-System Programmable Flash.
Microcontroller dengan konsumsi daya rendah ini mampu mengeksekusi intruksi dengan kecepatan maksimum 16MIPS pada frekuensi 16MHz. Jika dibandingkan dengan ATmega8L perbedaannya hanya terletak pada besarnya tegangan yang diperlukan untuk bekerja. Untuk ATmega8 tipe L,
microcontroller ini dapat bekerja dengan tegangan antara 4,5 – 5,5 V.
(Susanto, Aris. 2015)
(38)
21
Gambar 2.6 Konfigurasi Atmega8(Susanto, Aris. 2015)
Berikut ini adalah susunan pin/kaki dari ATmega8 :
1. VCC adalah merupakan pin masukan positif catu daya. 2. GND sebagai pinGround.
3. PORT B (B.0-B.5) merupakan I/O dua arah dan pin fungsi khusus yaitu
Timer/Counter, dan SPI.
4. Reset merupakan pin yang digunakan untuk me-reset microcontroller. 5. XTAL1 dan XTAL2 sebagai pin masukan clock eksternal. Suatu
microcontroller membutuhkan sumber detak (clock) agar dapat
mengeksekusi instruksi yang ada di memori. Semakin tinggi kristalnya, semakin cepat kerja microcontroller tersebut.
6. AVCC sebagai pin suplai tegangan untuk ADC.
(39)
Berikut ini adalah fungsi umum dan khusus dari masing-masing port yang terdapat pada ATMega 8:
2.6.1. PORTB
PORTB merupakan jalur data 8bit yang dapat difungsikan sebagai input/output. Selain itu PORTBjuga dapat memiliki fungsi alternatif seperti yang tertera pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Konfigurasi pin PORT B
K e K e K e t e r a ngan :
1. ICP1(PB0), berfungsi sebagai Timer Counter 1 input capture pin.
PORT
PIN ALTERNATIVE FUNCTION
PB7
XTAL2 (Chip Clock Oscillator Pin 2) TOSC1 (Timer Oscillator Pin 2)
PB6
XTAL2 (Chip Clock Oscillator Pin 1 or External Clock Input) TOSC1 (Timer Oscillator Pin 1)
PB5 SCK (SPI Bus Master Clock Input)
PB4 MISO (SPI Bus Master Input / Slave Output)
PORT
PIN ALTERNATIVE FUNCTION
PB3
MOSI (SPI Bus Master Output / Slave Input)
OC2 (Timer / Counter 2 Output Compare Match Output)
PB2
��� (SPI Bus Mater Slave Select)
OC1B (Timer / Counter 1 Output Compare Match B Output)
PB1 OC1A (Timer / Counter 1 Output Compare Match A Output)
(40)
23
2. OC1A(PB1), OC1B(PB2) dan OC2(PB3) dapat difungsikan sebagai keluaran PWM (pulse width modulation).
3. MOSI(PB3), MISO(PB4), SCK(PB5), SS(PB2)merupakan jalur komunikasi SPI. Selain itu pin ini juga berfungsi sebagai jalur pemograman serial(ISP).
4. TOSC1(PB6) dan TOSC2(PB7) dapat difungsikan sebagai sumber clock external untuk timer.
5. XTAL1(PB6) dan XTAL2(PB7) merupakan sumber clock
utama microcontroller. Perlu diketahui, jika kita menggunakan
clock internal(tanpa crystal) maka PB6 dan PB7 dapat difungsikan sebagai input/output digital biasa. Namun jika kita menggunakan clock dari crystal external maka PB6 dan PB7 tidak dapat kita gunakan sebagai input/output.
2.6.2. PORT C
PORTC merupakan jalur data 7bit yang dapat difungsikan sebagai input/output digital. Fungsi alternatif PORTC antara lain ditunjukan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Konfigurasi pin PORT C
PORT PIN ALTERNATIVE FUNCTION
PC6 ��������� (Reset Pin) � �
PC5
ADC5 (ADC Input Channel 5) SCL (Two-wire Serial Bus Clock Line)
(41)
PC4
ADC4 (ADC Input Channel 4)
SCL (Two-wire Serial Bus Data Input / Output Line)
PC3 ADC3 (ADC Input Channel 3)
PC2 ADC2 (ADC Input Channel 2)
PC1 ADC1 (ADC Input Channel 1)
PC0 ADC0 (ADC Input Channel 0)
Keterangan :
1. ADC 6 channel (PC0,PC1,PC2,PC3,PC4,PC5) dengan resolusi sebesar 10bit. ADC dapat kita gunakan untuk mengubah input yang berupa tegangan analog menjadi data digital.
2. I2C (SDA dan SDL) merupakan salah satu fitur yang terdapat pada PORTC. I2C digunakan untuk komunikasi dengan sensor atau device lain yang memiliki komunikasi data tipe I2C seperti sensor kompas,accelerometernunchuck, dan lain – lain.
3. RESET merupakan salah satu pin penting di microcontroller,
RESET dapat digunakan untuk restart program. Pada ATMega8 pin reset digabungkan dengan salah satu pin IO (PC6). Secara default PC6 ini di disable dan diganti menjadi tersebut untuk menjadikan PC6 sebagai pin input/output. Dapat melakukan konfigurasi di fuse bit untuk melakukan pengaturannya, namun di sarankan untuk tidak merubahnya karena jika pin reset di disable maka tidak dapat
(42)
25
melakukan pemograman melalui jalur ISP pin reset namun dapat mendisable fungsi pinreset.
2.6.3. Port D
PORTD merupakan jalur data 8bit yang masing-masing pin -nya juga dapat difungsikan sebagai input/output. Sama seperti PORTB dan PORTC, PORTD juga memiliki fungsi alternatif seperti terlihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Tabel Konfigurasi pin PORT D
PORT
PIN ALTERNATIVE FUNCTION
PD7 AIN1 (Analog Comparator Negative Input)
PD6 AIN0 (Analog Comparator Positive Input)
PD5 T1 (Timer / Counter 1 External Counter Input)
Tabel 2.4 Tabel Konfigurasi pin PORT D (Lanjutan)
PORT
PIN ALTERNATIVE FUNCTION
PD4
XCK (USART External Clock Input / Output) T0 (Timer / Counter 0 External Counter Input)
PD3 INT1 (External Interrupt 1 Input)
PD2 INT0 (External Interrupt 0 Input)
PD1 TXD (USART Output Pin)
PD0 RXD (USART Input Pin)
(43)
1. USART (TXD dan RXD) merupakan jalur data komunikasi serial dengan level sinyal TTL. Pin TXD berfungsi untuk mengirimkan data serial, sedangkan RXD kebalikannya yaitu sebagai pin yang berfungsi untuk menerima data serial.
2. Interrupt (INT0 dan INT1) merupakan pin dengan fungsi khusus sebagai interupsi hardware. Interupsi biasanya digunakan sebagai selaan dari program, misalkan pada saat program berjalan kemudian terjadi interupsi
hardware/software maka program utama akan berhenti dan akan menjalankan program interupsi.
3. XCK dapat difungsikan sebagai sumber clock external untuk USART, namun kita juga dapat memanfaatkan clock dari CPU, sehingga tidak perlu membutuhkan external clock. 4. T0 dan T1 berfungsi sebagai masukan counter external untuk
timer 1 dan timer 0.
5. AIN0 dan AIN1 keduanya merupakan masukan input untuk
analog comparator.
2.7 Buzzer
Rangkaian Buzzer atau yang biasa disebut sebagai rangkaian alarm pengingat pesan dan tanda pastinya sudah sering ditemukan di beberapa perangkat elektronik di pasar(Harja, Indra 2012).
(44)
27
Gambar 2.7 Skematik Buzzer(Harja, Indra 2012)
Pada era teknologi modern ini, pastinya alarm sudah tersedia di beberapa perangkat elektronik seperti ponsel dan juga jam memiliki alarm sebagai tanda peringatan. Rangkaian alarm atau tanda pengingat ini sudah menjadi salah satu penunjang penting dan tidak dapat dipisahkan di beberapa perangkat elektronik tersebut.
2.8 Hourmeter
Perawatan adalah hal yang sangat penting bagi suatu alat dengan tujuan utama untuk membuat alat tersebut memiliki availability atau ketersediaan yang tinggi untuk dapat melaksanakan fungsinya dalam proses produksi. Tugas perawatan ini diemban oleh bagian maintenance, selain itu bagian maintenance juga menjalankan operasional workshop/bengkel kerja untuk melaksanakan fabrikasi. Secara umum perawatan terbagi menjadi
schedule/prediktive maintenance, preventive maintenance dan breakdown maintenance. Scheduled/Predictive Maintenance. Predictive maintenance
merupakan kegiatan atau tindakan perawatan terhadap suatu unit dengan mengamati gejala-gejala yang terukur sehingga dapat menghindarkan unit tersebut rusak pada saat beroperasi atau perawatan yang dilakukan di masa
(45)
mendatang yang telah direncanakan terlebih dahulu. Ada beberapa alat yang digunakan untuk melakukan perawatan prediktif, salah satunya dengan menggunakan hourmeter. Hourmeter ditunjukan pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8 Hourmeter(Bayu,2010)
Hourmeter adalah piranti untuk mengukur seberapa lama unit tersebut bekerja atau jumlah jam operasi. Data hourmeter menjadi acuan terhadap analisis penggantian komponen-komponen kritis yang mengalami beban keausan(Bayu,2010).
(46)
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 BAHAN
Bahan komponen yang digunakan untuk pembuatan rangkaian modul adalah sebagai berikut :
3.1.1 Rangkaian Minimum System
Komponen yang digunakan pada rangkaian minimum system
adalah sebagai berikut :
1. Resistor 10K 2. Crystal 16 MHz
3. Kapasitor 22nF dan 10nF 4. ATMega8
5. Multiturn 5V
6. LCD Character 2x16 7. Jumper
8. Pin sisir 9. Push button
3.1.2 Rangkaian Power Supply
Komponen yang digunakan pada rangkaian Power Supply
adalah sebagai berikut : 1. IC 7805
(47)
2. Kapasitor 2200 nF 25V dan 220nF /16v 3. Diode Bridge 3A
4. Pin sisir 5. Teblok 6. Jumper
3.1.3 Rangkaian Buzzer
Komponen yang digunakan pada rangkaian buzzer adalah sebagai berikut :
1. Buzzer
2. Transistor bc 557 3. Resistor 10k 4. Pin deret 5. Jumper
3.1.4 Rangkaian Driver
Komponen yang digunakan pada rangkaian Driver adalah
Solid State Relay
3.2 ALAT
Dalam pembuatan rangkaian modul ini peralatan yang diperlukan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Adaptor 2. Bor
(48)
31
3. Tenol 4. Solder 5. Multimeter 6. Tang Potong 7. Gerenda 8. Gergaji
3.3 Perancangan Perangkat Keras
3.3.1. Sistem Rancang Bangun Terapi Infra Merah
Diagram blok dari Modul ditunjukan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Diagram Blok Modul
START
(49)
Dari gambar 3.1 dapat dijelaskan cara kerja dari diagram blok terapi infra merah adalah alat dihubungkan ke PLN dan tombol switch On ditekan maka seluruh rangkaian akan mendapatkan tegangan dari supply PLN. Ketika switch dalam kondisi On, terjadi inisialisasi dari input-output microcontroller dan antarmuka LCD 2 X 16. Kemudian setelah proses inisialisasi, selanjutnya atur waktu yang dibutuhkan untuk proses terapi. Lamanya waktu proses terapi akan ditampilkan pada display LCD. Setelah waktu terapi diatur, maka dapat di tekan tombol start untuk memulai proses terapi. Pada saat proses terapi sudah selesai, maka lampu terapi secara otomatis akan Off dan ditandai dengan indikator alarm (buzzer) menyala. Untuk kembali ke menu semula maka dapat ditekan tombol reset. Serta terdapat tombol emergency stop, yang dapat digunakan untuk menghentikan proses terapi apabila pasien merasa panas yang berlebih pada saat terapi sedang berlangsung. Pasien dapat secara langsung mematikan alat apabila petugas fisioterapi tidak ada.
3.3.2 Modul Rangkaian
Program aplikasi yang di gunakan kali ini untuk mendesain
layout rangkaian tersebut adalah Proteus, aplikasi tersebut digunakan karena proteus dalam pengoperasianya mudah dan tidak susah untuk dipahami. Berikut ini adalah hasil dari desain tersebut :
(50)
33
1. Rangkaian Minimum System ATMega8
Minimum system adalah sebuah rangkaian yang harus ada agar suatu microcontroller dapat bekerja. Disini menggunakan
microcontroller ATMega8 sebagai system minimumnya. System
minimum ini sangat cocok untuk aplikasi-aplikasi sederhana seperti mengontrol relay, mengendalikan LCD dan sebagainya. Rangkaian minimum system ini membutuhkan supply tegangan sebesar 4,5-5,5V. Modul rangkaian dari mimimum system
ATMega8 ditunjukan pada Gambar 3.2.
(51)
2. Rangkaian Power Supply
Rangkaian power supply ialah sebagai tegangan, tegangan AC yang akan diubah menjadi tegangan DC kemudian turun menjadi output 5V. Skematik rangkaian power supply dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Rangkaian Power Supply bagian belakang
3. Modul Rangkaian Buzzer
Buzzer berfungsi sebagai indikator atau alarm apabila waktu terapi selesai. Rangkaian buzzer ditunjukan pada Gambar 3.4.
(52)
35
4. Rangkaian Driver
Driver lampu yang digunakan pada modul ini yaitu dengan menggunakan Solid State Relay(SSR). SSR adalah saklar elektronik yang tidak memiliki bagian yang bergerak. Bentuk dari solid state relay di tunjukan pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5 Solid State Relay(Omron,2016) Skematik rangkaian Solid State Relay dapat dilihat pada Gambar 3.6.
(53)
1. Rangkaian Keseluruhan
Rangkaian ini tersusun dari beberapa blok-blok PCB yang sudah terpasang komponen-komponen sesuai fungsi dari blok tersebut dan di jadikan satu secara elektrik agar menjadi sebuah sistem yang dapat di gunakan sesuai maksud perancang modul. Ada beberapa blok dan rangkaian komponen yang terpasang dalam satu sistem ini atara lain adalah :
1. ModulMinimum Sistem.
2. Rangkaian LCD.
3. Rangkian Buzzer.
4. Rangkaian Driver Lamp
(54)
37
3.2.3. Diagram Mekanis Sistem
Diagram mekanis sistem dari alat terapi infra merah ditunjukan pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7 Diagram Mekanis Sistem Alat
Keterangan :
1. Lampu Infra merah
2. Tombol On/Off berfungsi sebagai saklar. 3. Fuse berfungsi sebagai pengaman listrik. 4. Kabel power yang terhubung pada PLN
5. Tombol Emergency Stop berfungsi sebagai tombol darurat. 6. Hourmeter digunakan untuk mengukur life time lampu.
(55)
7. LCD berfungsi untuk menampilkan pemilihan waktu proses terapi yang sudah diatur.
8. Tombol Start berfungsi sebagai tombol untuk memulai proses terapi.
9. Tombol Down berfungsi sebagai tombol untuk menurunkan waktu proses terapi.
10. Tombol Up berfungsi sebagai tombol untuk menaikan waktu proses terapi.
11. Tombol Reset digunakan untuk kembali kemenu utama.
3.4 Perancangan Perangkat lunak
3.4.1. Diagram Alir Modul
Dalam pembuatan modul ini, pembuatan program digunakan bahasa C Bascom AVR untuk mengisi ATMega8. Program berfungsi untuk mengendalikan sistem kerja alat. Sebelum merangkat perangkat lunak, terlebih dahulu melakukan perencanaan dengan membuat diagram alir seperti yang ditunjukan pada Gambar 3.8
(56)
39
Gambar 3.8 Diagram Alir Modul YES
Begin
Set Timer 5, 10, 15 menit
Kepanasan?
Inisialisasi LCD
Start lampu ditekan
Emergency Stop TimerON
Reset
END
Lampu Off BuzzerON
NO YES
NO YES
Lampu ON
Timer
selesai
NO
(57)
Dari gambar 3.8 dapat dijelaskan cara kerja dari diagram alir modul yaitu ketika main switch On sehubung dengan itu terjadi inisialisasi dari input-output microcontroller dan antarmuka LCD 2 X 16. Kemudian setelah proses inisialisasi, selanjutnya atur waktu yang dibutuhkan untuk terapi. LCD akan menampilkan waktu yang dibutuhkan untuk proses terapi. Selanjutnya tekan tombol start maka akan mengaktifkan driver lampu kemudian lampu terapi akan menyala dan proses terapi akan berlangsung. Apabila waktu terapi sudah selesai maka lampu infra merah akan secara otomatis Off
kemudian indikator alarm (buzzer) akan memberikan tanda bahwa proses terapi sudah selesai. Untuk kembali ke menu semula maka dapat ditekan tombol reset. Apabila pada saat proses terapi pasien merasa kepanasan karena efek yang ditimbulkan oleh sinar infra merah maka dapat menggunakan tombol emergency stop sebagai tombol darurat untuk mematikan alat secara otomatis.
3.4.2. Listing Program
Untuk pembuatan program pada modul ini menggunakan aplikasi Basic AVR dengan bahasa C, berikut adalah program yang di butuhkan untuk mengisi microcontroller :
1. Memanggil Library yang akan digunakan $regfile = "m8def.dat"
$crystal = 16000000
(58)
41
2. Melakukan inisialisasi LCD
Config Lcdpin = Pin , Rs = Portd.0 , E = Portd.2 , Db4 = Portd.4
Config Lcdpin = Pin , Db5 = Portd.5 , Db6 = Portd.6 , Db7 = Portd.7
Config Lcd = 16 * 2 Cursor Off
Cls
Tabel 3.2 Program Inisialisasi LCD
3. Menentukan port yang akan digunakan Config Portc = Input
Config Portb = Output Portb = &HFF
Portc = &HFF
Tabel 3.3 Program Port yang akan digunakan 4. Melakukan inisialisasi data
Dim Sett As Byte , Det As Byte , Startt As Byte , I As Byte
Sett = 01 Startt = 0 Det = 0 Locate 1 , 3 Lcd " IR Teraphy" Locate 2 , 3
Lcd "Set-Timer: " ; Sett ; " "
Tabel 3.4 Program inisialisasi data 5. Program untuk pemilihan timer
Do
If Det = 0 And Sett = 0 Then Goto Selesai
End If
Locate 1 , 3 Lcd " IR Teraphy" If Pinc.0 = 0 Then Incr Sett
Locate 2 , 3
Lcd "Set-Timer: " ; Sett ; " " Waitms 200
(59)
End If
If Pinc.1 = 0 Then Decr Sett
Locate 2 , 3
Lcd "Set-Timer: " ; Sett ; " " Waitms 200
End If
If Sett < 1 Then Sett = 0 If Pinc.2 = 0 Then
Startt = 1 End If
If Startt = 1 Then Gosub Mulai
End If
If Pinc.3 = 0 Then Startt = 0 Waitms 200
Loop
Tabel 3.5 Program untuk pemilihan timer
6. Program untuk pengaktifkan buzzer Mulai:
Portb.3 = 0 Locate 2 , 2
Lcd "Set-Timer " ; Sett ; ":" ; Det ; " " Waitms 759
If Det < 1 Then Det = 60
Decr Sett End If Decr Det Return Selesai: Portb.3 = 1 Cls
For I = 0 To 5 Locate 1 , 5 Lcd "SELESAI" Portb.0 = 0 Wait 1 Cls
Portb.0 = 1 Wait 1 Next
Locate 1 , 5 Lcd "SELESAI"
(60)
43
3.5 Perancangan Pengukuran
Penelitian dan pembuatan modul ini denggan menggunakan desain pre-ekperimental dengan jenis penelitian one group post test design yaitu merancang, merencanakan Rancang Bangun Terapi Infra Merah Berbasis Atmega8. Dalam pengukuran ini dilakukan sebanyak 30 kali disetiap pemilihan waktunya yaitu 5 menit(300 detik), 10 menit(600 detik), dan 15 menit(900 detik).
3.5.1. Jenis Pengukuran
Timer adalah fasilitas dari ATMega8 yang digunakan untuk perhitungan perwaktuan. Pengukuran timer ini berfungsi dengan baik. Pengukuran timer ini dilakukan dengan menggunakan alat pembanding yaitu stopwatch. Pengukuran dilakukan sesuai dengan pemilihan waktu proses terapi yaitu 5 menit, 10 menit dan 15 menit sebanyak 30 kali pengukuran.
3.5.2. Pengolahan Data
Jenis penelitian ini menggunakan metode Pre Eksperimental
dengan jenis “One group Post Test Design” yaitu Rancang Bangun Terapi Inframerah ini bekerja ketika timer di atur kemudian proses terapi akan berlangsung apabila waktu telah tercapai maka secara otomatis lampu akan berhenti dan buzzer akan memberikan penanda bahwa proses terapi selesai. Sehingga penulis hanya melihat hasil tanpa mengukur keadaan sebelumnya.
(61)
Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas
Sebagai variabel bebas yaitu variabel terikat yang muncul, dan menjadi variabel bebas dalam pembuatan alat ini adalah lampu.
2. Variabel Tergantung
Sebagai variabel tergantung merupakan timer sebagai penghitung waktu.
3. Variabel Terkendali
Variabel terkendali terdiri dari tampilan waktu yang dikendalikan oleh Microcontroller ATMega8.
3.5.3 Rumus Statistik
Variabel yang digunakan pada suatu pengukuran diantaranya sebagai berikut :
1. Rata-rata
Rata-rata adalah bilangan yang didapat dari hasil pembagian jumlah nilai data oleh banyaknya data dalam kumpulan tersebut.
(62)
45
Rata-rata (x) =
n Xi
∑
(3.1)
Dengan :
X = rata-rata
∑
Xi = Jumlah nilai data n = Banyak data (1,2,3,...n)2. Simpangan
Simpangan adalah selisih dari rata-rata nilai harga yang dikehendaki dengan nilai yang diukur.
Rumus simpangan adalah
Simpangan = Y - X (3.2)
Dengan :
Y = nilai yang diukur
X = nilai yang dikehendaki
3. Error (%)
Error (kesalahan) adalah selisih antara mean terhadap masing-masing data.
(63)
Rumus error adalah:
%Error = ( )x100%
Xn Yn Xn−
(3.3)
Dengan :
Xn = rata-rata data acuan
Yn = rata-rata data alat
4. StandartDeviasi
Standart deviasi adalah suatu nilai yang menunjukkan tingkat (derajat) variasi kelompok data atau ukuran standart
penyimpangan dari mean .
Rumus standartdeviasi (SD) adalah
SD = ) 1 ( ) ( 1 2 − −
∑
= n X Xi n i (3.4) Dengan :SD = StandartDeviasi
X = nilai yang dikehendaki
(64)
47
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebagai hasil penelitian dalam pembuatan modul “ Rancang Bangun Terapi Infra Merah Berbasis ATMega8”dilakukan 30 kali pengukuran dan perbandingan yaitu pengukuran timer/pewaktu dan di bandingkan dengan
stopwatch.
4.1 Pengukuran timer dalam waktu 300 detik
Pengukuran waktu menggunakan stopwatch dengan hasil pengukuran sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil pengukuran pada tampilan dengan stopwatch dalam waktu 300 detik.
Percobaan Modul (Detik) Stopwatch(Detik)
1 300 299
Dari Tabel 4.1 di atas menjelaskan hasil pengukuran modul dengan
stopwatch dalam waktu 300 detik sebanyak 30 kali dimana terdapat selisih waktu sebesar 1 detik lebih cepat dibandingkan stopwatch.
(65)
Gambar 4.1 Grafik Hasil Pengukuran Modul dengan alat pembanding
Stopwatch
Grafik dari Gambar 4.1 di atas menunjukan hasil dari pengukuran yang sudah dilakukan dalam waktu 300 detik. Pada grafik menunjukan perubahan secara stabil jika dibandingkan dengan alat ukur stopwatch. Terdapat selisih antara modul dengan stopwatch sebesar 1 detik.
Setelah dilakukan percobaan maka akan dilakukan perhitungan data yang di peroleh sehingga dapat di analisis dengan menggunakan rumus, antara lain:
1. Rata-Rata ( X )
Dirumuskan sebagai berikut :
X = n n X
∑
( ) 298,4 298,6 298,8 299 299,2 299,4 299,6 299,8 3001 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
d
et
ik
Hasil Pengukuran 300 detik
Modul stopwatch
(66)
49
X
= 299+299+299+299+299+299+299+299+299+299+299+299+299+ 299+299+299+299+299+299+299+299+299+299+299+
299+299+299+299+ 299+299/ 30
X
= 299 detik2. Simpangan
Dirumuskan sebagai berikut : Simpangan =
Xn
−
X
Simpangan = 300 - 299 Simpangan = 1
3. Eror (%)
Dirumuskan sebagai berikut : % Error = x100%
Xn X Xn−
% Error = 100% 300
1
x
% Error = 0,33 % 4. Standart Deviasi
(67)
(
)
(
1
)
1 2
−
−
=
∑
=n
X
X
SD
n i i= 0
Berdasarkan pengambilan data yang telah dilakukan pengukuran
timer terhadap modul dalam waktu 300 detik diperoleh rata-rata waktu untuk 30 kali percobaan sebesar 299 detik, berdasarkan data tersebut ternyata dihasilkan nilai simpangan (error) sebesar 1. Jadi dapat disimpulkan bahwa besarnya nilai error yang didapatkan dari data tersebut sebesar 0,33% dan nilai standart penyimpangan dihasilkan yaitu sebesar 0.
4.2 Pengukuran timer dalam waktu 600 detik
Pengukuran waktu menggunakaan stopwatch dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.2 Hasil pengukuran pada tampilan dengan stopwatch dalam waktu 600 detik.
Percobaan Modul (Detik) Stopwatch (Detik)
1 600 599
Dari Tabel 4.2 di atas menunjukan hasil pengukuran dalam waktu 600 detik sebanyak 30 kali. Pada modul terdapat selisih waktu sebesar 1 detik lebih cepat dibandingkan dengan stopwatch.
(68)
51
Gambar 4.2 Grafik Hasil Pengukuran Modul dengan alat pembanding
Stopwatch.
Grafik dari Gambar 4.2 di atas menunjukan hasil dari pengukuran yang sudah dilakukan dalam waktu 600 detik. Pada grafik menunjukan perubahan secara stabil jika dibandingkan dengan alat ukur stopwatch. Terdapat selisih antara modul dengan stopwatch sebesar 1 detik
Setelah dilakukan percobaan maka akan dilakukan perhitungan data yang di peroleh sehingga dapat dianalisis dengan menggunakan rumus, antara lain:
1. Rata-Rata (X )
Dirumuskan sebagai berikut :
X =
n n X
∑
( )X
= 599+599+599+599+599+599+599+599+599+599+599+599+599+ 599+599+599+599+599+599+599+599+599+599+599+ 598,5 599 599,5 600 600,5
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
D
et
ik
Hasil pengukuran dalam 600 detik
Modul Stopwatch
(69)
599+599+599+599+599/ 30
X
= 599 detik2. Simpangan
Dirumuskan sebagai berikut : Simpangan =
Xn
−
X
Simpangan = 600-599 Simpangan = 1
3. Eror (%)
Dirumuskan sebagai berikut : % Error = x100%
Xn X Xn−
% Error = 100% 600
1
x
% Error = 0,16% 4. StandartDeviasi
Rumus standart deviasi (SD) adalah:
(
)
(
1
)
1 2
−
−
=
∑
=n
X
X
SD
n i i= 0
Berdasarkan pengambilan data yang telah dilakukan pengukuran waktu terhadap modul dalam waktu 600 detik diperoleh rata-rata waktu
(70)
53
untuk 30 kali percobaan sebesar 599 detik, berdasarkan data tersebut ternyata dihasilkan nilai simpangan (error) sebesar 1. Jadi dapat disimpulkan bahwa besarnya nilai error yang didapatkan dari data tersebut sebesar 0,16% dan nilai standart penyimpangan dihasilkan yaitu sebesar 0.
4.3 Pengukuran timer dalam waktu 900 detik
Pengukuran waktu menggunakaan stopwatch dengan hasil pengukuran sebagai berikut :
Tabel 4.3 Hasil pengukuran pada tampilan dengan stopwatch dalam waktu 900 detik.
Percobaan Modul (Detik) Stopwatch (Detik)
1 900 898
Dari Tabel 4.3 di atas menjelaskan hasil pengukuran modul sebanyak 30 kali dengan stopwatch selama 900 detik dimana terdapat selisih waktu sebesar 2 detik lebih cepat dibanding stopwatch.
(71)
Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengukuran Modul dengan alat pembanding
Stopwatch.
Grafik dari Gambar 4.3 diatas menunjukan hasil dari pengukuran yang sudah dilakukan dalam waktu 900 detik. Pada grafik menunjukan perubahan secara stabil jika dibandingkan dengan alat ukur stopwatch. Terdapat selisih antara modul dengan stopwatch sebesar 2 detik.
Setelah dilakukan percobaan maka akan dilakukan perhitungan data yang di peroleh sehingga dapat dianalisis dengan menggunakan rumus, antara lain:
1. Rata-Rata (X )
Dirumuskan sebagai berikut :
X = n n X
∑
( ) 897 897,5 898 898,5 899 899,5 900 900,51 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
D
et
ik
Hasil Pengukuran Timer 900 detik
Modul Stopwatch
(72)
55
X
= 898+898+898+898+898+898+898+898+898+898+898+898+898+898+898+898+898+898+898+898+898+898+
898+898+898+898+898+898+898+898/30
X
= 898 detik2. Simpangan
Dirumuskan sebagai berikut : Simpangan =
Xn
−
X
Simpangan = 900-898 Simpangan = 2
3. Eror (%)
Dirumuskan sebagai berikut :
% Error = x100%
Xn X Xn−
% Error = 100% 900
2
x
% Error =0,22% 4. Standart Deviasi
(73)
(
)
(
1
)
1 2
−
−
=
∑
=n
X
X
SD
n i i = 0Berdasarkan pengambilan data yang telah dilakukan pengukuran waktu terhadap modul dalam waktu 900 detik diperoleh rata-rata waktu untuk 30 kali percobaan sebesar 898 detik, berdasarkan data tersebut ternyata dihasilkan nilai simpangan (error) sebesar 2 . Jadi dapat disimpulkan bahwa besarnya nilai error yang didapatkan dari data tersebut sebesar 0,22% dan nilai standart penyimpangan dihasilkan yaitu sebesar 0.
4.4 Pembahasan
Dari hasil pengambilan data yang telah dilakukan pengukuran timer
terhadap modul dalam 30 kali percobaan ditunjukan pada Tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Timer.
No Pengukuran
timer �̅ Simpangan Error Presentasi Error Standart Deviasi
1 300 detik 299 1 0,33% 0
2 600 detik 599 1 0,16% 0
3 900 detik 898 2 0,22% 0
Berdasarkan pengambilan data yang telah dilakukan pengukuran
(74)
57
berbeda, sehingga untuk waktu 300 detik diperoleh rata-rata waktu untuk 30 kali percobaan sebesar 299 detik, berdasarkan data tersebut ternyata dihasilkan nilai simpangan (error) sebesar 1. Jadi dapat disimpulkan bahwa besarnya nilai error yang didapatkan dari data tersebut sebesar 0,33% dan nilai standart penyimpangan dihasilkan yaitu sebesar 0.
Sedangkan untuk waktu 600 detik diperoleh rata-rata waktu selama sebesar 599 detik untuk 30 kali pengukuran, berdasarkan data tersebut dihasilkan nilai simpangan (error) sebesar 1. Dan diperoleh nilai error
sebesar 0,16% dengan standart penyimpangan yang dihasilkan yaitu 0. Sedangkan untuk waktu 900 detik diperoleh rata-rata waktu selama sebesar 898 detik , nilai error sebesar 0,2% dengan standart penyimpangan yang dihasilkan yaitu 0.
4.5 Kinerja Alat
Setelah melakukan proses pembuatan, literature serta perencanaan, pengukuran alat dan perhitungan maka, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
Berdasarkan data yang diperoleh saat pengujian, timer dapat berfungsi cukup baik dapat dilihat dari Gambar 4.1,4.2,4.3 dimana grafik stabil. Selisih rata-rata modul dan pembanding dari hasil pengukuran, didapatkan nilai eror pada pengukuran timer 300 detik sebesar 0,33% untuk standart deviasinya 0, 600 detik sebesar 0,16% untuk standart deviasinya 0 , sedangkan 900 detik sebesar 0,2% untuk standart deviasinya 0.
(75)
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Rangkaian microcontroller yang digunakan sebagai input program dan pengendali modul dapat berfungsi dengan baik.
2. Alarm pada rangkaian Buzzer dapat bekerja dengan baik sesuai dengan waktu terapi yang telah ditentukan
3. Pengaturan pemilihan waktu terapi sinar inframerah dapat ditampilkan secara baik sesuai dengan pengaturan pemilihan waktu teraapi.
4. Pengaturan pemilihan waktu terapi sinar inframerah ini bekerja dengan baik serta secara otomatis dapat mematikan lampu infra merah sesuai dengan waktu terapi yang telah ditentukan.
5. Hasil dari pengukuran timer dibandingkan dengan alat ukur stopwatch tidak jauh berbeda, dimana pada modul 300 detik di stopwatch 299 detik, pada modul 600 detik di stopwatch 599 detik, pada modul 900 detik di stopwatch 898 detik, sehingga dapat berjalan dengan baik. 6. Dari hasil pengukuran, didapatkan nilai error pada pengukuran timer
300 detik sebesar 0,33%, 600 detik sebesar 0,16%, sedangkan 900 detik sebesar 0,2%. Secara umum dapat disimpulkan bahwa alat ini memiliki nilai error dibawah 1% sehingga dapat dikatakan berfungsi dengan baik.
(76)
5.2 Saran
Setelah dilakukan pembuatan modul dan pengujian hasil modul yang di buat, agar lebih sempurna maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Penambahan penyimpanan data agar riwayat penggunaan sebelumnya dapat dilihat.
2. Penambahan sensor jarak agar fisioterapis tidak perlu lagi mengatur jarak aman dalam proses penyinaran.
(77)
maintenance/ diakses pada tanggal 29 agustus 2016
Blocher Richad, 2003.Dasar Elektronika,Andi Yogyakarta, Yogyakarta
Buku manual lampu inframerah, merk : philips, tipe : R-95 UNP 2016
Data Sheet. 2013. http://www.alldatasheet.com/sharpdatasheet-pdf/pdf/8296/NSC/DAC0808.html diakses pada dtanggal 20 februari 2016.
Data Sheet
2015.http://www.alldatasheet.com/view.jsp?Searchword=Datasheet%20bc 557.html diakses pada tanggal 5 Juli 2016
Ed, Hilarry. 2013. http://www.geraicerdas.com/product/45/128/HiLed.Normal- Series-Strip-SMD5050-300Led-Waterproof-IP55/?o=default#/image-product/img128-1341775985.jpg diakses pada tanngal 23 februari 2016).
Hayati, Farida, 2009. “Rancang Bangun Terapi Infra Merah”,Jakarta
Harja, Indra 2012 https://indraharja.wordpress.com/2012/01/07/pengertian-buzzer/ diakses pada tanggal 21 februari 2016
Haryanto,2012. http://distributordolphinmassager.blogspot.co.id/2013/11/fakta- medis-manfaat-terapi-sinar.html di akses pada tanggal 3 Maret 2016
(78)
Hilma, Haykal. 2013. http://www.google.com/2013/06/definisi-dan-pengertian-
lampu-infraphil.html(21 februari 2016).
Kamiya. 2008. http://www.kamiyabiomedical.com/kamiya/Inframerah( diakses o tanggal 12 januari 2016) definisi-dan-pengertian-lampu-infraphil.2008.
Malvino Paul Albert,1996. Prinsip-Prinsip Elektronika, Edisi Ketiga, Jilid II,Erlangga, Jakarta.
Molvis. 2013.http://www.molvis.org/molvis/v13/a81/ PC diakses pada tanggal 20 februari 2016 TeoremaInfraMerah.203.
Pw, Iwan. 2013.
iwanpw.blogspot.com/downloads/en/catalogs/infrared.pdfInfraredGelomb angUltra.2013. (12 januari 2016).
Septyandi, Pongky. 2013.”Terapi Infra Merah Dilengkapi Jarak Aman Penyinaran”. Surabaya
Soemarjono, Arif.2015 http://www.flexfreeclinic.com/detail-artikel2/terapi-pemanasan-infra-red-ir-24 diakses pada tanggal 20 agustus 2016
Susanto, Aris. 2015
http://ariesz-smkn5bjm.blogspot.co.id/2015/05/mikrokontroler-atmega8.html diakses pada tanggal 20 februari 2016
(79)
(1)
57
berbeda, sehingga untuk waktu 300 detik diperoleh rata-rata waktu untuk 30 kali percobaan sebesar 299 detik, berdasarkan data tersebut ternyata dihasilkan nilai simpangan (error) sebesar 1. Jadi dapat disimpulkan bahwa besarnya nilai error yang didapatkan dari data tersebut sebesar 0,33% dan nilai standart penyimpangan dihasilkan yaitu sebesar 0.
Sedangkan untuk waktu 600 detik diperoleh rata-rata waktu selama sebesar 599 detik untuk 30 kali pengukuran, berdasarkan data tersebut dihasilkan nilai simpangan (error) sebesar 1. Dan diperoleh nilai error sebesar 0,16% dengan standart penyimpangan yang dihasilkan yaitu 0. Sedangkan untuk waktu 900 detik diperoleh rata-rata waktu selama sebesar 898 detik , nilai error sebesar 0,2% dengan standart penyimpangan yang dihasilkan yaitu 0.
4.5 Kinerja Alat
Setelah melakukan proses pembuatan, literature serta perencanaan, pengukuran alat dan perhitungan maka, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
Berdasarkan data yang diperoleh saat pengujian, timer dapat berfungsi cukup baik dapat dilihat dari Gambar 4.1,4.2,4.3 dimana grafik stabil. Selisih rata-rata modul dan pembanding dari hasil pengukuran, didapatkan nilai eror pada pengukuran timer 300 detik sebesar 0,33% untuk standart deviasinya 0, 600 detik sebesar 0,16% untuk standart deviasinya 0 , sedangkan 900 detik sebesar 0,2% untuk standart deviasinya 0.
(2)
58
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Rangkaian microcontroller yang digunakan sebagai input program dan pengendali modul dapat berfungsi dengan baik.
2. Alarm pada rangkaian Buzzer dapat bekerja dengan baik sesuai dengan waktu terapi yang telah ditentukan
3. Pengaturan pemilihan waktu terapi sinar inframerah dapat ditampilkan secara baik sesuai dengan pengaturan pemilihan waktu teraapi.
4. Pengaturan pemilihan waktu terapi sinar inframerah ini bekerja dengan baik serta secara otomatis dapat mematikan lampu infra merah sesuai dengan waktu terapi yang telah ditentukan.
5. Hasil dari pengukuran timer dibandingkan dengan alat ukur stopwatch tidak jauh berbeda, dimana pada modul 300 detik di stopwatch 299 detik, pada modul 600 detik di stopwatch 599 detik, pada modul 900 detik di stopwatch 898 detik, sehingga dapat berjalan dengan baik. 6. Dari hasil pengukuran, didapatkan nilai error pada pengukuran timer
300 detik sebesar 0,33%, 600 detik sebesar 0,16%, sedangkan 900 detik sebesar 0,2%. Secara umum dapat disimpulkan bahwa alat ini memiliki nilai error dibawah 1% sehingga dapat dikatakan berfungsi dengan baik.
(3)
59
5.2 Saran
Setelah dilakukan pembuatan modul dan pengujian hasil modul yang di buat, agar lebih sempurna maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Penambahan penyimpanan data agar riwayat penggunaan sebelumnya dapat dilihat.
2. Penambahan sensor jarak agar fisioterapis tidak perlu lagi mengatur jarak aman dalam proses penyinaran.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Bayu,2010.https://cakidur.wordpress.com/2013/04/14/perawatan-dan-workshop-maintenance/ diakses pada tanggal 29 agustus 2016
Blocher Richad, 2003.Dasar Elektronika,Andi Yogyakarta, Yogyakarta
Buku manual lampu inframerah, merk : philips, tipe : R-95 UNP 2016
Data Sheet. 2013.http://www.alldatasheet.com/sharpdatasheet-pdf/pdf/8296/NSC/DAC0808.html diakses pada dtanggal 20 februari 2016.
Data Sheet
2015.http://www.alldatasheet.com/view.jsp?Searchword=Datasheet%20bc 557.html diakses pada tanggal 5 Juli 2016
Ed, Hilarry. 2013. http://www.geraicerdas.com/product/45/128/HiLed.Normal- Series-Strip-SMD5050-300Led-Waterproof-IP55/?o=default#/image-product/img128-1341775985.jpg diakses pada tanngal 23 februari 2016).
Hayati, Farida, 2009. “Rancang Bangun Terapi Infra Merah”,Jakarta
Harja, Indra 2012 https://indraharja.wordpress.com/2012/01/07/pengertian-buzzer/ diakses pada tanggal 21 februari 2016
Haryanto,2012. http://distributordolphinmassager.blogspot.co.id/2013/11/fakta- medis-manfaat-terapi-sinar.html di akses pada tanggal 3 Maret 2016
(5)
Hilma, Haykal. 2013. http://www.google.com/2013/06/definisi-dan-pengertian-
lampu-infraphil.html(21 februari 2016).
Kamiya. 2008. http://www.kamiyabiomedical.com/kamiya/Inframerah( diakses o tanggal 12 januari 2016) definisi-dan-pengertian-lampu-infraphil.2008.
Malvino Paul Albert,1996. Prinsip-Prinsip Elektronika, Edisi Ketiga, Jilid II,Erlangga, Jakarta.
Molvis. 2013.http://www.molvis.org/molvis/v13/a81/ PC diakses pada tanggal 20 februari 2016 TeoremaInfraMerah.203.
Pw, Iwan. 2013. iwanpw.blogspot.com/downloads/en/catalogs/infrared.pdfInfraredGelomb
angUltra.2013. (12 januari 2016).
Septyandi, Pongky. 2013.”Terapi Infra Merah Dilengkapi Jarak Aman Penyinaran”. Surabaya
Soemarjono, Arif.2015 http://www.flexfreeclinic.com/detail-artikel2/terapi-pemanasan-infra-red-ir-24 diakses pada tanggal 20 agustus 2016
Susanto, Aris. 2015
http://ariesz-smkn5bjm.blogspot.co.id/2015/05/mikrokontroler-atmega8.html diakses
(6)